Anda di halaman 1dari 4

PENCEGAHAN INFEKSI PADA PERAWATAN JENAZAH A.

Definisi Perawatan Jenazah


Perawatan jenazah adalah suatu tindakan medis dengan melakukan pemberian bahan kimia
tertentu pada jenazah untuk menghambat pembusukan serta menjaga penampilan luar jenazah
supaya tetap mirip dengan kondisi sewaktu hidup. Jenazah yang meninggal akibat penyakit
menular akan cepat membusuk dan potensial menular petugas kamar jenazah. Keluarga serta
orang-orang di sekitarnya. Perawatan jenazah penderita penyakit menular dilaksanakan dengan
selalu menerapkan kewaspadaan universal. Setiap petugas kesehatan terutama perawat harus
dapat menasihati keluarga dan mengambil tindakan yang sesuai agar penanganan jenazah tidak
menambah resiko penularan penyakit seperti halnya hepatits/b, AIDS, kolera dan sebagainya. B.
Tujuan Perawatan Jenazah Adapun tujuan dari perawatan jenazah yaitu : Untuk mencegah
terjadinya pembusukan pada jenazah. Dengan menyuntikkan zat-zat tertentu untuk membunuh
kuman seperti pemberian injeksi formalin murni, agar tidak meninggalkan luka dan membuat
tubuh menjadi kaku. Dalam injeksi formalin dapat dimasukkan ke mulut hidung dan pantat
jenazah. C. Prinsip dalam Perawatan Jenazah 1. Selalu menerapkan Kewaspadaan Universal
(memperlakukan setiap cairan tubuh, darah dan jaringan tubuh manusia sebagai bahan yang
infeksius). 2. Pastikan jenazah sudah didiamkan selama kurang lebih 4 (empat) jam sebelum
dilakukan perawatan jenazah. Ini perlu dilakukan untuk memastikan kematian seluler (matinya
seluruh sel dalam tubuh). 3. Tidak mengabaikan budaya dan agama yang dianut keluarga. 4.
Tindakan petugas mampu mencegah penularan. D. Ketentuan Umum Penanganan Jenazah : 1.
Semua petugas/keluarga/masyarakat yang menangani jenazah sebaiknya telah mendapatkan
vaksinasi Hepatitis-B sebelum melaksanakan perawatan jenazah (catatan: efektivitas vaksinasi
Hepatitis-B selama 5 tahun). 2. Hindari kontak langsung dengan darah atau cairan tubuh lainnya.
3. Luka dan bekas suntikan pada jenazah diberikan desinfektan. 4. Semua lubang-lubang tubuh,
ditutup dengan kasa absorben dan diplester kedap air. 5. Badan jenazah harus bersih dan kering.
6. Jenazah yang sudah dibungkus tidak boleh di buka lagi. 7. Jenazah tidak boleh dibalsem atau
disuntik untuk pengawetan atau autopsi, kecuali oleh petugas khusus. 8. Dalam hal tertentu
autopsi hanya dapat dilakukan setelah mendapat persetujuan dari pimpinan Rumah Sakit. E.
Kewaspadaan Universal Petugas/Keluarga/Masyarakat Kewaspadaan Universal (Universal
Precaution) adalah tindakan pengendalian infeksi sederhana yang digunakan oleh seluruh
petugas kesehatan/keluarga/masyarakat dalam rangka mengurangi resiko penyebaran infeksi.
Kewaspadaan umum (universal

2 precaution) 1987 oleh Centers Of Disease Control (CDC) di Amerika dibentuk sebagai respon
terhadap resiko penularan HIV pada tenaga kesehatan dari pasien yang status infeksinya tidak
diketahui. Secara umum, Kewaspadaan Universal meliputi : 1. Pengelolaan alat kesehatan habis
pakai. 2. Cuci tangan dengan sabun guna mencegah infeksi silang. 3. Pemakaian alat pelindung
diri, misalnya pemakaian sarung tangan untuk mencegah kontak dengan darah serta cairan
infeksius yang lain. 4. Pengelolaan jarum dan alat tajam untuk mencegah perlukaan. 5.
Pengelolaan limbah dan sanitasi ruangan. 6. Desinfeksi dan sterilisasi untuk alat yang digunakan
ulang. 7. Pengelolaan linen. F. Penanganan Alat-alat yang Sudah Terkontaminasi Cairan Tubuh
ODHA : 1. Dekontaminasi alat-alat Dilakukan agar alat-alat kesehatan dapat ditangani secara
aman oleh petugas pembersih alat medis. Alat kesehatan yang dimaksud adalah meja
pemeriksaan, meja operasi, alat-alat bedah, sarung tangan dan peralatan kesehatan lain yang
terkontaminasi oleh cairan tubuh ODHA setelah pelaksanaan suatu prosedur atau tindakan
medis. Alat kesehatan yang digunakan direndam dalam larutan desinfektan yaitu chlorine 0.5%
selama menit. Dekontaminasi peralatan yang tidak bisa direndam misalnya permukaan meja,
dapat dilakukan dengan menggunakan lap yang dibasahi desinfektan. 2. Pencucian dan
Pembilasan Pencucian alat-alat kesehatan adalah proses secara fisik untuk menghilangkan darah,
cairan tubuh atau benda-benda asing (debu atau kotoran). Setelah dicuci dengan deterjen, alat
kesehatan dibilas dengan air bersih. 3. Sterilisasi Macam-macam sterilisasi yang biasa dilakukan
: a. Sterilisasi fisik Pemanasan basah, untuk koagulasi dan denaturasi protein. Dilakukan pada
suhu 121 derajat Celcius selama menit. Pemanasan kering, yaitu melalui oven, pembakar, sinar
infra merah. Digunakan untuk membunuh spora. Pemanasan dilakukan pada suhu derajat Celcius
selama 30 menit. Radiasi sinar gamma. Biaya sangat mahal dan hanya digunakan pada industri
besar misalnya jarum suntik, spuit disposable dan alat infus. b. Sterilisasi kimiawi
Glutaraldehyde 2% untuk merendam alat kesehatan 8-10 jam dan formaldehyde 8%. Kedua zat
ini tidak dianjurkan karena dapat mengiritasi kulit, mata dan saluran nafas. Gas etiline oxide,
merupakan gas beracun. Digunakan untuk alat yang tidak tahan panas (contoh : karet, plastik,
kabel, dll) 4. Desinfeksi Tingkat Tinggi (DTT) a. Merebus dalam air mendidih selama 20 menit.
b. Rendam dalam desinfektan kimiawi. G. Prosedur Kewaspadaan Universal Perawatan Jenazah :
1. Memandikan Jenazah a. Periksa ada atau tidaknya luka terbuka pada tangan atau kaki petugas
yang akan memandikan

3 jenazah. Jika didapatkan luka terbuka atau borok pada tangan atau kaki, petugas tidak boleh
memandikan jenazah. b. Kenakan pakaian pelindung. c. Kenakan sepatu boot dari karet. d.
Kenakan celemek plastik. e. Kenakan masker pelindung mulut dan hidung. f. Kenakan kacamata
pelindung. g. Kenakan sarung tangan karet. h. Setelah jenazah selesai dimandikan, siram meja
tempat memandikan jenazah dengan larutan klorin 0,5%, lalu bilas dengan air mengalir. i.
Rendam tangan yang masih mengenakan sarung tangan karet dalam larutan klorin 0,5%, lalu
bilas dengan sabun dan air mengalir. j. Lepaskan kacamata pelindung, lalu rendam dalam larutan
klorin 0,5%. k. Lepaskan masker pelindung, buang ke tempat sampah medis. l. Lepaskan
celemek plastik, buang ke tempat sampah medis. m. Lepaskan gaun pelindung, rendam pada
larutan klorin 0,5%. n. Celupkan bagian luar sepatu pada lautan klorin 0,5%, bilas dengan air
bersih lalu lepaskan sepatu dan letakkan di tempat semula. o. Terakhir lepaskan sarung tangan
plastik, buang ke tempat sampah medis. 2. Cara Memandikan Jenazah HIV/AIDS a. Petugas
wajib mengenakan universal precaution (UP) yang meliputi standar perlengkapan kesehatan
(masker, penutup kepala, gogle (penutup hidung), sarung tangan, pakaian steril, dan sepatu bot)
b. Pastikan air bekas memandikan jenazah langsung mengalir ke got atau saluran pembuangan,
jangan sampai tergenang. c. Setelah itu, sesegera mungkin jenazah dikafani dan dimakamkan. 3.
Penatalaksanaan Jenazah Kasus Flu Burung/SARS (Sindrome Acute Respiratory System) a.
Seluruh petugas telah mempersiapkan universal precaution. b. Tutup semua lubang pada tubuh
jenazah dengan kapas yang telah dibasahi dengan Natrium hipoklorida 1:10. c. Jenazah ditutup
dengan kain kafan atau bahan dari plastic (tidak dapat tembus air). d. Jenazah tidak boleh
dibalsam atau disuntik pengawet. e. Jenazah yang sudah dibungkus tidak boleh dibuka lagi. f.
Jenazah sebaiknya hanya diantar atau diangkut oleh mobil khusus jenazah. g. Jenazah sebaiknya
tidak lebih dari 4 jam di dalam kamar pemulasaran jenazah. 4. Penatalaksanaan Jenazah Kasus
Rabies a. Tutup semua lubang dengan plaster kedap air dan sumbat semua lubang tubuh jenazah
dengan kapas yang dibasahi dengan Natrium hipoklorida 1:10. b. Segera memasukkan jenazah
ke dalam kantong mayat yang kedap air, lalu ditutup resletingnya dan dibawa ke kamar jenazah.
c. Petugas kamar jenazah dalam melaksanakan tugas wajib memakai pelindung diri sesuai
dengan protocol standar precaution.
4 d. Jenazah dimandikan dengan menggunakan sabun dan larutan Natrium hipoklorida (bahan
pengelantang), atau pemutih (bayclin) 1:10. e. Barang-barang yang terkontaminasi cairan tubuh
jenazah misalnya jarum suntik, mata pisau (tanpa perlu disarungkan kembali), dibuang ke dalam
wadah dari kaleng. f. Sedangkan benda-benda lain seperti (kain, sprei, sarung bantal, dan
lainlain) dilakukan autoklaf pada suhu 121 derajat celcius selama 30 menit. g. Peralatan bedah
yang bukan sekali pakai dapat diautoklaf atau direndam dalam larutan Natrium hipoklorida 1:10,
betadine atau alkohol 70% selama sekurang-kurangnya 30 menit. 5. Penatalaksanaan Jenazah
Kasus Tuberculosis (TBC) Penularan TBC melalui saluran pernapasan dengan menghisap atau
menelan tetes-tetes ludah atau dahak (droplet infection) yang mengandung hasil dan dibatukkan
oleh penderita TBC Terbuka, atau adanya kontak antara tetes-tetes ludah/dahak tersebut dan luka
di kulit. Oleh karena penyakit TBC merupakan penyakit menular, tentunya penatalaksanaan
perawatan jenazah penderita TBC juga haruslah mengikuti standar precaution yang ditetapkan. 6.
Penatalaksanaan Jenazah Kasus Anthrax (Woolsorter Disease, Ragpicker Disease) Cara
penularan: a. Melalui kontak dengan jaringan binatang (sapi, biri-biri, kambing, kuda, babi, dan
lain-lain) yang mati karena sakit. b. Melalui lalat yang hinggap pada binatang-binatang yang
mati karena anthrax. c. Karena kontak dengan bulu, wol, kulit atau produk yang dibuat dari
binatang-binatang seperti kendang, sikat atau karpet yang sudah terkontaminasi. d. Karena
kontak dengan tanah yang terkontaminasi dengan hewan tersebut. Penyebab kematian tiba-tiba
pada penyakit ini disebabkan oleh penyumbatan pembuluh darah kapiler oleh toksin kuman,
hipoksia jaringan, anemia, dan kerusakan organ vital tubuh. H. Perawatan Jenazah di Ruang
Perawatan dan Pemindahan Jenazah ke Kamar Jenazah 1. Persiapan: a. Sarung tangan latex b.
Gaun pelindung c. Kain bersih penutup jenazah d. Klem dan gunting e. Plester kedap air f.
Kapas, kasa absorben dan pembalut g. Kantong jenazah kedap air h. Wadah bahan infeksius i.
Wadah barang berharga j. Brankart jenazah 2. Prosedur yang Harus Dilakukan Petugas/orang
yang menangani jenazah : a. Cuci tangan. b. Memakai sarung tangan, gaun, masker. c. Lepas
selang infus dll, buang pada wadah infeksius. d. Bekas luka diplester kedap air. e. Lepaskan
pakaian dan tampung pada wadah khusus lekatkan kasa pembalut pada perineum (bagian antara
lubang dubur dan alat

5 kelamin) dengan plester kedap air Letakkan jenazah pada posisi terlentang. f. Letakkan handuk
kecil di belakang kepala. g. Tutup kelopak mata dengan kapas lembab, tutup telinga dan mulut
dengan kapas/kasa. h. Bersihkan jenazah. i. Tutup jenazah dengan kain bersih disaksikan
keluarga. j. Pasang label sesuai kategori di pergelangan kaki/ibu jari kaki. k. Beritahu petugas
kamar mayat, bahwa pasien meninggal adalah penderita penyakit menular. l. Masukkan jenazah
ke dalam kantong jenazah. m. Tempatkan jenazah ke dalam brankart tertutup dan dibawa ke
kamar mayat. n. Cuci tangan dan lepas gaun untuk direndam pada tempatnya, buang bahan yang
sekali pakai pada tempat khusus. 3. Persiapan Perawatan/ Perawatan Jenazah di Kamar Jenazah :
a. Alat pelindung petugas: sarung tangan karet sampai siku, sepatu boot dari karet, gaun, celemek
plastik dan masker. b. Tempat memandikan jenazah. c. Washlap, handuk, waskom berisi air,
desinfektan (larutan klorin 0,5%) dan sabun. d. Plester kedap air, kapas pembalut, sisir, pewangi.
e. Kantong jenazah/plastik. f. Brankart jenazah. g. Kacamata pelindung. 4. Prosedur
Perawatan/Perawatan di Kamar Jenazah: a. Siapkan larutan Klorin 0,5%. b. Kenakan pakaian
yang memenuhi standar kewaspadaan universal. c. Pindahkan jenazah ke meja tempat
memandikan jenazah, tidak diperbolehkan memandikan jenazah dengan dipangku. d. Lepaskan
semua baju yang dikenakan jenazah. e. Siram seluruh tubuh jenazah dengan larutan klorin 0,5%
secara merata ke seluruh tubuh mulai dari sela-sela rambut, lubang telinga, lubang hidung,
mulut, tubuh dan kaki; kemudian tunggu hingga 10 menit. f. Mandikan jenazah dengan sabun
dan air mengalir. g. Bilas jenazah dengan air mengalir. h. Keringkan jenazah dengan handuk. i.
Sumbat semua lubang tubuh jenazah yang mengeluarkan cairan dengan kapas. j. Bungkus
jenazah dengan kain kafan atau pembungkus lain sesuai dengan agama/kepercayaannya. k.
Selesai ritual keagamaan, jenazah dimasukkan ke dalam kantong plastik dengan ketebalan
tertentu. l. Pindahkan jenazah langsung ke peti jenazah disaksikan pihak keluarga, kemudian peti
ditutup kembali (peti jenazah disesuaikan dengan kemampuan dan adat istiadat masyarakat atau
agama yang dianut). m. Jenazah diangkut ke dalam mobil jenazah untuk diantarkan ke rumah
duka. n. Siram meja tempat memandikan jenazah dengan larutan klorin 0,5% dan bilas dengan
air mengalir. o. Lepaskan perlengkapan kewaspadaan universal (sesuai protap pemakaian
kewaspadaan universal).

6 5. Persiapan untuk Jenazah yang Dibawa Pulang : a. Tempatkan dan atur jenazah pada posisi
anatomis. b. Pakaian/alat tenun kotor disingkirkan. c. Alat-alat kesehatan dilepas. d. Tempat
kedua tangan di atas abdomen, ikat pergelangannya (tergantung kepercayaan). e. Tempatkan satu
bantal di bawah kepala. f. Kelopak mata ditutup jika tidak dapat ditutupi dengan kapas basah. g.
Rahang/mulut dikatupkan ikat atau letakkan gulungan handuk di bawah dagu. h. Letakkan
alas/pada di bawah bokong. i. Tutup sampai sebatas bahu, kepala ditutup dengan kain tipis. j.
Semua milik pasien dicatat dan diberikan kepada keluarga. k. Beri kartu/tanda pengenal. l.
Bungkus dengan kain panjang. 6. Untuk Jenazah yang Diotopsi a. Alat-alat kesehatan jangan
dilepas dahulu, ikuti prosedur yang berlaku di RS. b. Beri label juga pada alat-alat proses yang
digunakan. c. Jenazah ditempatkan pada lemari pendingin. Buang semua alat atau benda tajam
dalam wadah yang tahan tusukan. 3. Semua permukaan yang terkena percikan atau tumpahan
darah atau cairan tubuh lainnya segera dibersihkan dengan cairan klorin 0,5 % 4. Semua
peralatan yang akan digunakan kembali harus diproses dengan urutan : dekontaminasi,
pembersihan, desinfeksi, atau sterilisasi. 5. Sampah dan bahan terkontaminasi lainnya
ditempatkan dalam kantong plastik. 6. Pembuangan sampah dan bahan yang tercemar sesuai
pengolah sampah medis. I. Hal-hal yang Diperhatikan dalam Proses Keperawatan Adapun hal-
hal yang perlu diperhatikan dalam proses keperawatan yaitu : 1. Segera mencuci kulit dan
permukaan lain dengan air mengalir bila tekena darah atau cairan tubuh lain. 2. Dilarang
memanipulasi alat suntik atau menyarungkan jarum suntik ke tutupnya.

Anda mungkin juga menyukai