Anda di halaman 1dari 11

PEMBUATAN BIOGAS

PRAKTIKUM XI
( Praktikum Mata Kuliah Mikrobilogi Industri )

Kelas 2B
Kelompok 4
1. Dwiyo Heru Waskito 1802301034
2. Husnul Khotimah 1802301066
3. Yessica Rahma Wulandari 1802301056

JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN


POLITEKNIK NEGERI TANAH LAUT
PELAIHARI
2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Meningkatnya jumlah penduduk dan taraf hidup masyarakat,
memerlukan lebih banyak energi untuk memenuhi kebutuhannya. Kebutuhan
energi sebenarnya tidak lain adalah energi yang dibutuhkan untuk
menghasilkan dan mendistribusikan secara merata sarana-sarana pemenuhan
kebutuhan pokok manusia.
Pemakaian bahan bakar fosil (minyak dan batubara) secara besar-
besaran sebagai penyedia sumber daya energi telah terbukti ikut menambah
beratnya pencemaran lingkungan. Sedangkan Indonesia yang akan memasuki
era industrialisasi jelas akan memerlukan tambahan energi dalam jumlah yang
relatif besar dan hal ini sudah barang tentu akan berdampak pula terhadap
lingkungan. Diversifikasi energi merupakan salah satu jawaban untuk
mencukupi kebutuhan energi yang terus meningkat.
Berbagai bentuk energi telah digunakan manusia seperti batu bara,
minyak bumi, dan gas alam yang merupakan bahan bakar fosil. Selain itu,
bahan bakar tradisional, yaitu kayu. Walaupun masih digunakan, penggunaan
kayu bakar terbatas dengan berkurangnya hutan sebagai sumber kayu. Akan
tetapi dengan meningkatnya jumlah penduduk, terutama yang tinggal di
perdesaan, kebutuhan energi rumah tangga masih menjadi persoalan yang
harus dicarikan jalan keluarnya.
Pembakaran bahan bakar fosil menghasilkan Karbon dioksida (CO2)
yang ikut memberikan kontribusi bagi efek rumah kaca (green house effect)
yang bermuara pada pemanasan global (global warming). Biogas
memberikan perlawanan terhadap efek rumah kaca melalui 3 cara. Pertama,
Biogas memberikan substitusi atau pengganti dari bahan bakar fosil untuk
penerangan, kelistrikan, memasak dan pemanasan. Kedua, Methana (CH4)
yang dihasilkan secara alami oleh kotoran yang menumpuk merupakan gas
penyumbang terbesar pada efek rumah kaca, bahkan lebih besar dibandingkan
CO2.
Methana pada Biogas mengubahnya menjadi CO2 sehingga
mengurangi jumlah Methana di udara. Ketiga, dengan lestarinya hutan, maka
akan CO2 yang ada di udara akan diserap oleh hutan yang menghasilkan
Oksigen yang melawan efek rumah kaca.
Secara prinsip pembuatan gas bio sangat sederhana, yaitu memasukkan
substrat (kotoran sapi) ke dalam unit pencerna (digester) yang anaerob.
Dalam waktu tertentu gas bio akan terbentuk yang selanjutnya dapat
digunakan sebagai sumber energi, misalnya untuk kompor gas.

1.2 Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk :
1. Mahasiswa agar mengetahui tentang proses pembuatan biogas
2. Mahasiswa mempraktekkan proses kerja biogas.
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Biogas


Biogas adalah gas yang dihasilkan dari proses penguraian bahan-bahan
organik oleh mikroorganisme pada kondisi langka oksigen (anaerob).
Komponen biogas antara lain sebagai berikut : ± 60 % CH4 (metana), ± 38 %
CO2 (karbon dioksida) dan ± 2 % N2, O2, H2, & H2S. Biogas dapat dibakar
seperti elpiji, dalam skala besar biogas dapat digunakan sebagai pembangkit
energi listrik, sehingga dapat dijadikan sumber energi alternatif yang ramah
lingkungan dan terbarukan. Sumber energi Biogas yang utama yaitu kotoran
ternak Sapi, Kerbau, Babi dan Kuda. Kesetaraan biogas dengan sumber
energi lain 1 m3 Biogas.(Adi rahmat).
Biogas yang dihasilkan oleh aktivitas anaerobik sangat populer
digunakan untuk mengolah limbah biodegradable karena bahan bakar dapat
dihasilkan sambil menghancurkan bakteri patogen dan sekaligus mengurangi
volume limbah buangan. Metana dalam biogas, bila terbakar akan relatif lebih
bersih daripada batu bara, dan menghasilkan energi yang lebih besar dengan
emisi karbon dioksida yang lebih sedikit. Pemanfaatan biogas memegang
peranan penting dalam manajemen limbah karena metana merupakan gas
rumah kaca yang lebih berbahaya dalam pemanasan global bila dibandingkan
dengan karbon dioksida. Karbon dalam biogas merupakan karbon yang
diambil dari atmosfer oleh fotosintesis tanaman, sehingga bila dilepaskan lagi
ke atmosfer tidak akan menambah jumlah karbon diatmosfer bila
dibandingkan dengan pembakaran bahan bakar fosil. Saat ini, banyak negara
maju meningkatkan penggunaan biogas yang dihasilkan baik dari limbah cair
maupun limbah padat atau yang dihasilkan dari sistem pengolahan biologi
mekanis pada tempat pengolahan limbah.(winarno)
2.2 Prinsip Pembuatan Biogas
Prinsip pembuatan biogas adalah adanya dekomposisi bahan organik
secara anaerobik (tertutup dari udara bebas) untuk menghasilkan gas yang
sebagian besar adalah berupa gas metan (yang memiliki sifat mudah terbakar)
dan karbon dioksida, gas inilah yang disebut biogas. Proses dekomposisi
anaerobik dibantu oleh sejumlah mikroorganisme, terutama bakteri metan.
Suhu yang baik untuk proses fermentasi adalah 30-55oC, dimana pada suhu
tersebut mikroorganisme mampu merombak bahan bahan organik secara
optimal. Hasil perombakan bahan bahan organik oleh bakteri adalah gas
metan.
BAB III
METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat


Praktikum ini dilaksanakan pada hari Kamis, 16 Mei 2019. Pada pukul
10.00-selesai WITA. Bertempat diLaboratorium Bioproses dan Bioenergi
Teknologi Industri Petanian Politeknik Negeri Tanah Laut.

3.2 Alat dan Bahan


3.2.1 Alat
Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah botol air mineral,
timbangan, gelas beaker, sarung tangan, karet gelang, balon dan neraca
analitik.
3.2.2 Bahan
Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah kotoran sapi, air
dan limbah cair industry tahu.

3.3 Prosedur Kerja


1. Disiapkan alat dan bahan.
2. Diukur sebanyak 500 gram cairan limbah tahu kemudian dimasukkan
kedalam botol air mineral.
3. Ditimbang kotoran sapi 250 gram, kemudian ditambahkan air sebanyak
125 gram. Kemudian dikocok-kocok hingga homogen.
4. Ssetelah homogen, ditutup botol dengan balon sebagai penutupnya dan di
ikat dengan karet gelang.
5. Dilakukan pengamatan selama beberapa hari hingga balon mengembang.
Setelah itu, balon dilepaskan dari botol dan dilakukan uji bakar untuk
mengetahui biogas yang dihasilkan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, didapatkan hasil sebagai
berikut :
4.1.1 pengamatan hasil biogas botol 1

Hari ke-
No Sampel
1 5 6

1 Limbah cair tahu dan Tidak Tidak Terdapat gas


kotoran sapi terdapat gas terdapat gas dan berhasil
menyala

4.1.2 pengamatan hasil biogas botol 2

Hari ke-
No Sampel
1 5 6

1 Limbah cair tahu dan Tidak Tidak Terdapat gas


kotoran sapi terdapat gas terdapat gas dan berhasil
menyala

4.2 Pembahasan
Pada praktikum ini dilakukan pembuatan biogas dari kotoran hewan
dengan menggunakan campuran limbah cair tahu. Kotoran hewan yang
digunakan dalam pembuatan biogas ini adalah kotoran sapi. Kotoran sapi
dicampur dengan air dan limbah cair tahu lalu dicampur higga menjadi encer
kemudia dimasukkan ke dalam 2 botol.
Kemudian diberi balon sebgai indikasi adanya gas yang dihasilkan oleh
reactor tersebut. Selama praktikum sekitar seminggu kerja sampel percobaan
dilakukan. Pada dasarnya Rh berpengaruh pada kadar air dalam reactor
semakin tinggi kadar air maka reactor berjalan lambat dalam menghasilkan
biogasnya. Disini dapat kita bandingkan hasil dari biogas tanpa bakteri yaitu
suhu reactor menurun dan Rh menjadi lebih besar dibandingkan hari
pertama, hingga pada hari ke 5 Rh terus meningkat sampai hari ke-7.
Bedasarkan literratur dikatakan bahwa dekomposisi optimum kotoran sapi
akan optimum apabila suhunya mencapai 30-50oC.
Adapun proses pembuatan biogas pada prinsipnya adalah proses
pengolahan limbah pertanian berupa kotoran ternak salah satunya dengan
melakukan fermentasi secara anaerob, yaitu menampung kotoran sapi dan
difermentasikan pada suatu tempat yang sangat rapat sehingga proses tersebut
dapat berjalan secara anaerob. Sedangkan factor lain untuk menciptakan
reactor biogas yang baik perlu diperhatikan suhu fermentasi dimana suhu
optimum proses tersebut pada 30-50oC. Dilihat dari persyaratan lain adalah
mengenai pencampuran bahan untuk pembuatan biogas tersebut, untuk air
dan kotoran cukup pada dosis 1:1. Proses fermantasi tersebut dapat
menghasilkan biogas siap pakai pada usia 7 hari dari pertama melakukan
permentasi. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam membuat biogas dari
kotoran sapi ini adalah bahan utama biogas ini berupa kototran sapi/ayam
yang masih segar dan bersih dari rerumputan dan jerami, sehingga pada
proses fermentasi harus berupa kotoran yang terbebas dari benda-benda lain
Berdasarkan hasil pengamatan setelah seminggu proses fermentasi.
Dimana botol 1 dan 2 atau wadah 1 dan 2 biogas yang telah disiapka berhasil
mengembang dan jika di bakar gas terebut dapat menyala di dekat api pada
saat disemprotkan. Ada beberpa hipotesis penyebab biogas tersebut tidak
berhasil dimana botol atau wadah yang digunakan tidak tertutup dengan rapat
sehingga gas yang telah terbentuk dapat langsung keluar dari wadah yang
digunakan, sedangkan kedap udara adalah sebab berhasilnya pembuatan
biogas.
Selain hal tersebut, diduga bahwa penyebab pembuatan biogas tidak
berhasil karena substark yang diperlukan oleh bakteri tersebut terus
berkurang hingga ke titik dimana bakteri tersebut tidak dapat lagi tumbuh
hingga mati. Sebagaimana yang dikemukakan oleh (Abdulkareem, 2005
dalam Felix, 2012) “Produksi biogas akan mengalami penurunan ketika
bakteri metan memasuki deathphase. Deathphase terjadi karena
berkurangnya nutrient atau sumber karbon yang didapat dari substrat,
sehingga pertumbuhan bakteri metan akan menurun dan semakin banyak
bakteri yang mati”.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum ini dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Biogas merupakan proses fermentasi limbah ternak berupa kotoran pada
tempat tertutup sehingga proses dilakukan pada kondisi anaerob.
2. Suhu dan RH berpengaruh terhadap proses fermentasi. Suhu optimum
proses fermentasi biogas ini antara 30 oC sampai dengan 50 oC.

5.2 Saran
Pemberian keterangan/pengarahan yang dilakukan asisten/pembimbing
sudah baik akan tetapi pratikan masih mengharapkan pada percobaan
selanjutnya para asisten/pembimbing untuk dapat memberikan
keterangan/pengarahan lebih spesifik lagi dalam hal pengolahan dan
penyajian bahan yang dicoba. Dengan adanya keterangan/pengarahan yang
lebih baik lagi yang diberikan asisten/pembimbing dapat menjadi
pengetahuan dan bahan percobaan bagi pratikan nantinya.
DAFTAR PUSTAKA

Adi rahmat, 1994, bioteknologi bahan bakar (bioteknologi energy).

F.G winarno dkk, 1980

http://www.alpensteel.com/article/67-107-energi-bio-gas/263--teknologi-
pembuatan-biogas-secara-sederhana.html (diakses pada tanggal 28 Mei
2019).

http://id.wikipedia.org/wiki/Biogas (diakses pada tanggal 28 Mei 2019).

http://triyadirikky06.blogspot.com/2012/10/pembuatan-biogas-dari-kotoran-
sapi.html

Anda mungkin juga menyukai