HUBUNGAN ANTARA ASUPAN ZAT GIZI MIKRO (ZAT BESI, VITAMIN B12,
DAN VITAMIN A) DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA SISWI SMK NEGERI
1 SUKOHARJO JAWA TENGAH
Disusun Oleh :
ASIH APRILIANA WIRANTI
J 310 141 017
1
HALAMAN PERSETUJUAN
ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH
Judul Penelitian : Hubungan antara Asupan Zat Gizi Mikro (Zat Besi,
Vitamin B12, dan Vitamin A) dengan Kejadian Anemia
pada Siswi SMK Negeri 1 Sukoharjo Jawa Tengah
Nama Mahasiswa : Asih Apriliana Wiranti
Telah diuji dan dinilai Tim Penguji Skripsi Program Studi Ilmu Gizi
Menyetujui
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui,
Ketua Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Surakarta
2
HUBUNGAN ANTARA ASUPAN ZAT GIZI MIKRO (ZAT BESI, VITAMIN B12, DAN
VITAMIN A) DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA SISWI SMK NEGERI 1
SUKOHARJO JAWA TENGAH
3
PROGRAM STUDI ILMU GIZI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
SKRIPSI
ABSTRAK
HUBUNGAN ANTARA ASUPAN ZAT GIZI MIKRO (ZAT BESI, VITAMIN B12
DAN VITAMIN A) DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA SISWI SMK N 1
SUKOHARJO
4
PENDAHULUAN
Salah satu program gizi Beberapa penyebab anemia
pemerintah terfokus pada kelompok adalah karena berkurangnya
remaja putri karena merupakan produksi sel darah merah,
simpul strategis untuk memotong peningkatan destruksi sel darah
masalah gizi terutama anemia merah, serta kehilangan darah.
remaja. Remaja putri memiliki risiko Penyebab anemia gizi antara antara
terkena anemia sepuluh kali lipat lain anemia gizi besi (defisiensi zat
dibandingkan dengan remaja putra. besi) dan anemia karena defisiensi
Anemia merupakan suatu keadaan non besi (defisiensi asam folat dan
kadar hemoglobin di dalam darah B12) (Oehadian, 2012). Defisiensi
kurang dari angka normal sesuai vitamin A menghambat penggunaan
dengan kelompok jenis kelamin dan besi untuk eritropoeiesis serta
umur. Kriteria anemia berdasarkan mengganggu mobilisasi besi yang
WHO menggunakan kadar dapat menyebabkan menurunnya
hemoglobin, pada pria kurang dari 13 kadar hemoglobin (Naluloba, 1999
g/dL sedangkan pada wanita di Hasil survey tahun 2014 yang
bawah 12 g/dL (Qin et all., 2013). dilakukan pada siswi di sekolah
Anemia adalah masalah tersebut sebesar 39% mengalami
kesehatan masyarakat dunia yang anemia, angka ini masih tergolong
dapat meningkatkan angka tinggi jika dilihat dari data anemia
morbiditas dan mortalitas, terutama di Nasional tahun 2013 yaitu 18,4%.
negara berkembang seperti
Indonesia. Angka prevalensi anemia METODE PENELITIAN
masih tergolong tinggi, dibuktikan Penelitian ini menggunakan
dengan data WHO Regional Officer desain penelitian observasional
SEARO sebanyak 20-40% remaja dengan pendekatan cross sectional.
putri mengalami anemia ringan Pelaksanaan penelitian ini dilakukan
sampai berat di Asia Tenggara. pada bulan Oktober 2015 di SMK N 1
(Tarwoto, dkk., 2010). Data yang Sukoharjo. Sampel penelitian ini
diperoleh dari Dinas Kesehatan adalah siswi kelas XI. Penentuan
Kabupaten Sukoharjo tahun 2014, sampel dilakukan dengan
prevalensi anemia remaja putri SMA proporsional random sampling yang
tergolong tinggi yaitu 46,58%. memenuhi kriteria inklusi dan
4
eksklusi. Data identitas responden yaitu teknik komputer dan jaringan,
ditanyakan langsung kepada administrasi perkantoran akuntansi
responden dengan alat bantu serta pemasaran. Luas bangunan
kuesioner. Data asupan zat besi, SMK Negeri 1 Sukoharjo secara
vitamin B12 dan vitamin A diperoleh keseluruhan yaitu 8.519 m².
dengan wawancara menggunakan Jumlah siswa total tahun ajaran
FFQ semi kuantitatif. Data kadar 2015/2016 adalah 1.071 siswa,
Hemoglobin diperoleh dengan dengan distribusi 57 siswa laki-laki
dan 1.013 siswi perempuan.
metode Hemocue, darah di ambil
Sebagian besar siswa di SMK Negeri
oleh analis kesehatan petugas
1 Sukoharjo adalah perempuan yaitu
puskesmas. sebesar 94,58%. Hal ini dikarenakan
Analisis univariat dilakukan jurusan yang tersedia di SMK Negeri
dengan menyajikan data dalam tabel 1 Sukoharjo memang sebagian besar
distribusi frekuensi dari variabel yang diminati oleh perempuan.
Karakteristik Responden
diteliti meliputi asupan zat besi,
Responden dalam penelitian ini
asupan vitamin B12, asupan vitamin
yaitu siswi kelas XI yang diambil
A dan kadar HB untuk
sesuai dengan kriteria inklusi dan
mendeskripsikan data yang diperoleh
eksklusi. data karakteristik responden
berupa distribusi dan persentase. Uji
meliputi distribusi berdasarkan usia
kenormalan data menggunakan uji
dan siklus menstruasi dapat dilihat
Shapiro-Wilk dengan program SPPS
pada Tabel 1 dan Tabel 2.
for Window 18.0. Analisis bivariat
Berdasarkan Tabel 1
menggunakan uji hubungan Pearson
menunjukkan bahwa mean (rata-rata)
Product Moment dan Rank
usia adalah 16,39±0,49 tahun. Nilai
Spearman’s.
minimum usia adalah 16 tahun
sedangkan nilai maksimum usia
HASIL DAN PEMBAHASAN
adalah 17 tahun.
SMK Negeri 1 Sukoharjo
Tabel 1
kecamatan Bendosari Kabupaten
Distribusi SUbyek berdasarkan
Sukoharjo yang beralamatkan di jalan
Umur
Jenderal Sudirman Nomor Usia Frekuensi
151Sukoharjo. SMK Negeri 1 Mean (rata-rata) 16,39
Nilai minimum 16
Sukoharjo memiliki empat jurusan Nilai maximum 17
jalan Jenderal Sudirman Nomor 151, Std. Deviasi 0,49
5
Tabel 2 asupan zat besi subyek sebagian
Distribusi Subyek berdasarkan besar masih kurang dari Angka
Siklus Menstruasi
Kecukupan Gizi yang dianjurkan yaitu
Siklus Frekuensi
Menstruasi 26 mg/hari. Rata-rata asupan vitamin
Mean (rata-
29,42 B12 subyek sebesar 3,55±1,82
rata)
Nilai minimum 22 µg/hari, asupan minimal 0,10 µg/hari
Nilai maximum 36 dan asupan maksimal 8,5 µg/hari.
Std. Deviasi 3,31
Rata-rata asupan vitamin A subyek
Rata-rata siklus menstruasi sebesar 982,78±788,34 µg/hari
subyek penelitian ini adalah
dengan asupan minimal sebesar
29,42±3,31 hari dimana siklus
menstruasi terpendek adalah 22 hari 128,5 µg/hari dan asupan maksimal
dan terpanjang adalah 36 hari. subyek sebesar 5.237,5 µg/hari.
Kadar hemoglobin minimal subyek
Karakteristik Subyek Penelitian
Tabel 3 menunjukkan rata-rata yaitu 8 g/dL sedangkan maksimal
asupan zat besi sebesar 19,41±15,27 15,6 g/dL dengan nilai rata-rata
Tabel 3
Distribusi Subyek Berdasarkan Variabel Penilitian
Variabel Rata-rata Minimal Maksimal Std.Deviasi
Zat Besi (mg) 19,41 2,5 83,0 15,27
Vitamin B12 (µg) 3,56 0,10 8,5 1,82
Vitamin A (µg) 982,78 128,5 5.237,5 788,34
Kadar HB (g/dL) 12,13 8,0 15,6 1,45
6
Tabel 4
Distribusi Frekuensi Asupan Zat Besi
Asupan Zat Besi Frekuensi (n) Presentase (%)
< AKG 46 66,7
>AKG 23 33,3
Total 69 100,0
Asupan Vitamin B12 ikan asin, telur puyuh, telur ayam, dan
Asupan vitamin B12 subyek pada daging sapi. Sarden, hati ayam, telur
penelitian ini sebagian besar sudah di bebek, kerang dikonsumsi 1-2x per
atas AKG yaitu sebesar 68,1%. bulan.
Tabel 5. Asupan Vitamin A
Distribusi Frekuensi Asupan Vitamin
Asupan vitamin A sebagian besar
B12
Asupan Frekuensi Presentase subyek sudah di atas anjuran Angka
Vitamin (n) (%)
Kebutuhan Gizi (AKG) 2013 yaitu 600
B12
< AKG 22 31,9 µg/hari sebesar 66,7%.
>AKG 47 68,1
Total 69 100,0 Tabel 6.
Distribusi Frekuensi Asupan Vitamin
Sumber vitamin A yang sering A
Asupan Frekuensi Presentase
dikonsumsi subyek berasal dari sayur- Vitamin A (n) (%)
sayuran seperti bayam, kangkung, < AKG 23 33,3
>AKG 46 66,7
tomat, daun singkong dan buah- Total 69 100,0
buahan seperti jeruk, jambu, mangga Sumber vitamin A yang sering
dan papaya. Tingginya asupan vitamin dikonsumsi subyek berasal dari sayur-
A disebabkan karena hampir setiap sayuran seperti bayam, kangkung,
hari subyek mengkonsumsi makanan tomat, daun singkong dan buah-
sumber vitamin A. buahan seperti jeruk, jambu, mangga
Sumber bahan makanan yang dan papaya. Tingginya asupan vitamin
mengandung vitamin B12 yang A disebabkan karena hampir setiap
dikonsumsi subyek berasal dari bahan hari subyek mengkonsumsi makanan
makanan hewani dikonsumsi kurang sumber vitamin A.
dari 5 perminggu seperti ikan segar,
7
9
Hubungan Asupan Zat Besi dengan Kejadian Anemia
Tabel 7.
Hubungan antara Asupan Zat Besi dengan Kejadian Anemia
Asupan Zat Besi Kejadian Anemia Total
Anemia % Tidak % Jumlah %
Anemia
< AKG 26 56,5 20 43,5 46 100
>AKG 2 8,7 21 91,3 23 100
Total 28 40,6 41 59,4 69 100
Tabel 7 menunjukkan bahwa Zat besi adalah salah satu unsur yang
subyek yang anemia lebih banyak
sangat penting dalam proses
dengan kategori asupan zat besi
pembentukan sel darah merah atau
kurang dari AKG yaitu 56,5%.
Sebaliknya subyek dengan kategori eritrosit. Fungsi zat besi berhubungan
tidak anemia lebih banyak yang asupan
dengan pengangkutan, penyimpanan
zat besinya lebih dari AKG yaitu
dan pemanfaatan oksigen dalam
sebanyak 91,3%. Uji statistik dengan
Rank Spearman menujukkan adanya bentuk hemoglobin, miogloblin maupun
hubungan yang signifikan (ρ<0,05) dan
cytochrom (Briawan, 2014).
memiliki korelasi yang positif. Hal ini
Hasil penelitian Meksiko
menujukkan bahwa semakin tinggi
menunjukkan bahwa terdapat
asupan zat besi maka semakin tinggi
peningkatan konsentrasi simpanan besi
pula kadar hemoglobin (ρ=0,01;
(ferritin) setelah dilakukan suplementasi
r=0,306). Nilai OR= 13,65; 95% CI
besi 30 mg/hari selama 6 bulan
(2,85 - 65,16) yang artinya risiko
(Duque, 2014). Simpanan besi ini akan
anemia pada orang yang memiliki
digunakan sebagai bahan untuk
asupan zat besi kurang dari AKG 13,65
membentuk sel darah merah. Namun
kali lebih besar dibandingkan dengan
apabila simpanan besi di dalam tubuh
orang yang memiliki asupan zat besi
dalam jumlah yang kurang dan asupan
lebih dari AKG.
zat besi yang diperoleh dari makanan
Hasil penelitian ini sejalan
juga rendah, maka terjadi
dengan Kirana (2011) yaitu terdapat
ketidakseimbangan zat besi dalam
hubungan antara asupan zat besi tubuh sehingga kadar hemoglobin
menurun, anemia ini disebut dengan
dengan kadar hemogloblin siswi SMK
anemia defisiensi besi (anemia
di SMA Negeri 2 Semarang (ρ=0,000).
mikrositik) (Soekirman, 2000).
89
Hubungan Asupan Vitamin B12 dengan Kejadian Anemia
Tabel 8.
Hubungan antara Asupan Vitamin B12 dengan Kejadian Anemia
Asupan Kejadian Anemia Total
Vitamin B12 Anemia % Tidak % Jumlah %
Anemia
< AKG 16 72,7 6 27,3 22 100
>AKG 12 25,5 35 74,5 47 100
Total 28 40,6 41 59,4 69 100
Berdasarkan Tabel tersebut B12 kurang dari AKG 7,79 kali lebih
dapat dilihat bahwa subyek yang besar dibandingkan dengan orang yang
anemia lebih banyak dengan kategori memiliki asupan vitamin B12 lebih dari
asupan vitamin B12 kurang dari AKG AKG. Hal ini sesuai dengan hasil
yaitu 72,7%. Sebaliknya subyek yang penelitian
termasuk dalam kategori tidak anemia Vitamin B12 dan asam folat
lebih banyak yang asupan vitamin B12 dibutuhkan sebagai kunci dalam
lebih dari AKG yaitu sebanyak 74,5%. metabolisme sel dan diperlukan untuk
Hasil uji statistik dengan perkembangan dari sel darah merah di
Pearson Product Moment antara dalam sumsum tulang. Vitamin B12
variabel asupan vitamin B12 dengan bersamaan dengan asam folat
kejadian anemia diperoleh hubungan diperlukan dalam pematangan akhir sel
yang signifikan (ρ<0,05) dan memiliki darah merah. Kekurangan vitamin ini
korelasi yang positif. Hal ini menyebabkan sel yang sedang
menunjukkan bahwa semakin tinggi berkembang tidak mampu
asupan vitamin B12 semakin tinggi pula memperbanyak DNA sebelum
kadar hemoglobin (ρ =0,000; r =0,456). pembelahan, sehingga RBC (Red
Nilai OR= 7,79; 95% CI (2,47 – 24,43) Blood Cell) yang dihasilkan berukuran
artinya bahwa risiko anemia pada besar (megaloblastik) (Barasi, 2007).
orang yang memiliki asupan vitamin
Tabel 9.
Hubungan antara Asupan Vitamin A dengan Kejadian Anemia
Asupan Kejadian Anemia Total
Vitamin A Anemia % Tidak % Jumlah %
Anemia
< AKG 7 30,4 16 69,6 23 100
>AKG 21 45,7 25 54,3 46 100
Total 28 40,6 41 59,4 69 100
8
Asupan vitamin A subyek Vitamin A yang terkandung di
sebagian besar termasuk dalam kriteria dalam bahan makanan nabati dan
lebih dari AKG yaitu 66,7%. Walaupun hewani berbeda. Vitamin A dalam
demikian, ternyata dari subyek dengan bahan makanan hewani dalam bentuk
anemia lebih banyak yang asupan performed vitamin A (vitamin A,
vitamin A di atas AKG sebesar 45,7%. retinoid, retinol, dan derivatnya)
Sedangkan subyek yang tidak anemia sedangkan vitamin A dalam bahan
sebagian besar asupan vitamin A makanan nabati dalam bentuk
masuk dalam kategori di atas AKG provitamin A (karotenoid/karoten).
yaitu 69,6%. Bentuk performed vitamin A tingkat
Hasil uji statistik dengan penyerapannya lebih tinggi yaitu 50%
Pearson Product Moment antara dibandingkan dengan provitamin A
variabel asupan vitamin A dengan hanya 10% yang dapat diubah menjadi
kejadian anemia diperoleh ρ=0,457 vitamin A (Naluloba, 1999).
(ρ>0,05) yang artinya tidak ada Keterbatasan dalam penelitian ini tidak
hubungan secara signifikan antara membedakan sumber vitamin A hewani
asupan vitamin A dengan kejadian dan nabati.
anemia. Hal ini tidak sejalan dengan Faktor lainnya adalah adanya
penelitian yang dilakukan Kirana (2011) infeksi cacing. Adanya cacing di dalam
pada siswi SMA di Semarang usus dapat mengurangi jumlah besi
menunjukkan signifikansi antara yang akan digunakan untuk
asupan zat besi dan vitamin A dengan pembuatan sel darah merah. Perkiraan
kadar hemoglobin. Tidak adanya jumlah cacing pada setiap orang yang
hubungan antara asupan vitamin A terinfestasi rata-rata 350 ekor. Jumlah
dengan kadar hemoglobin dapat zat besi dihitung berdasarkan
disebabkan karena beberapa faktor banyaknya telur cacing yang terdapat
salah satunya faktor penyerapan dalam tinja, jumlah zat besi yang hilang
vitamin A. Penyerapan vitamin A perseribu telur adalah sekitar 0,8 mg
tergantung tingkat konsumsi protein, (untuk Necator americanus) sampai 1,2
karena vitamin A diangkut oleh RBP mg (untuk Ancylostoma duodenale)
sehingga apabila protein rendah maka sehari. Banyaknya besi yang diserap
penyerapan vitamin A pun berkurang cacing mengakibatkan suplai besi
walaupun asupan vitamin A dalam dalam pembentukan sel darah merah
jumlah yang cukup (Briawan, 2014). berkurang sehingga jumlah sel darah
109
merah yang dihasilkanpun berkurang, Saran
sehingga dapat berakibat terjadi 1. Untuk penelitian lebih lanjut perlu
anemia (Arisman, 2007). Penelitian ini mengendalikan faktor infeksi seperti
tidak mengontrol faktor infeksi TBC, malaria, ISPA dan
kecacingan, sehingga faktor terjadi kecacingan.
anemia pada subye kemungkinan tidak 2. Untuk mengendalikan infeksi
hanya dari asupan vitamin A yang kecacingan, sebelum penelitian
kurang namun dapat juga terjadi karena subyek diberikan obat cacing
infeksi kecacingan. terlebih dahulu.
Persentase kandungan hemo- 3. Hasil penelitian ini didapatkan
globin 67% adalah zat besi. Pada asupan zat besi siswi masih dalam
penelitian ini, sebagian besar subyek kategori kurang yaitu 66,7%, oleh
asupan zat besi masuk dalam kategori karena itu diharapkan siswi mampu
kurang sebanyak 66,7%. Vitamin A meningkatkan asupan zat besi.
berperan dalam proses membatu
penyerapab besi dan mobilisasi besi,
DAFTAR PUSTAKA
bukan zat yang mengandung besi
Barasi, M. E., 2007. At a Glance Ilmu
sehingga asupan vitamin A menjadi Gizi. Alih Bahasa : Hermin
tidak berarti jika tidak disertai dengan Halim. Jakarta : Erlangga.
asupan zat besi yang tinggi. Briawan, D. 2014. Anemia Masalah
Gizi pada Remaja Wanita.
Jakarta : Buku Kedokteran
EGC.
PENUTUP
Kesimpulan Dewoto HR. 2007. Vitamin dan Mineral.
dalam Farmakologi dan Terapi
1. Ada hubungan antara asupan zat edisi kelima.Departemen
besi dan vitamin B12 dengan Farmakologi dan Terapeutik
Fakultas Kedokteran Universitas
kejadian anemia pada siswi SMK Indonesia. Jakarta : Gaya Baru.
Negeri 1 Sukoharjo Duque, X., et.al. 2014. Effect of
2. Tidak ada hubungan antara asupan Supplementation with Ferrous
Sulfate or Iron Bis-Glycinate
vitamin A dengan kejadian anemia Chelate on Ferritin
pada siswi SMK Negeri 1 Sukoharjo Concentration in Mexican
Schoolchildern : a Randomozed
Controlled Trial. Nutrition
Journal
11
11
11
9
USAID. Washington D. C. USA.
: ILSI Press.
12
10