Anda di halaman 1dari 3

FLATUS : Nikmat Allah Yang Sering Terabaikan

Penulis:
Dara Ayu Ramadhani Panjaitan
Nurul Alvi Fauziana

Editor: Ahmad Sabiq

Flatus atau sering yang kita sebut "buang angin" (bahasa kerennya 'kentut') adalah suatu gas
ataupun udara dalam saluran cerna yang dikeluarkan melalui anus. Tanpa kita sadari, gas ataupun
udara tersebut sering kita keluarkan setiap harinya. Gas tersebut berasal dari dalam usus yang
prosesnya dapat berasal dari udara yang kita telan, hasil dari reaksi kimia yang terdapat di dalam
tubuh kita, gas yang berdifusi dari darah ke saluran cerna dan gas yang berasal dari bakteri di
dalam perut.
Komposisi Gas Flatus
Komposisi gas flatus biasanya berasal dari nitrogen, oksigen, karbondioksida, hidrogen, sulfur,
dan metan yang bervariasi pada masing-masing orang. Hidrogen biasanya dihasilkan dari
metabolisme karbohidrat makanan dan glikoprotein endogen dari enterosit. Metan merupakan
gas dengan senyawa kimia CH4 yang diproduksi pada metabolisme karbohidrat oleh bakteri.
Karbondioksida merupakan gas dengan senyawa kimia CO2 yang berasal dari fermentasi
karbohidrat, lemak, dan protein. Adanya bakteri serta reaksi kimia antara asam yang terdapat di
perut dan cairan yang terdapat di usus juga dapat menghasilkan karbondioksida. Sekitar 74% gas
flatus merupakan gas yang diproduksi oleh koloni bakteri (hidrogen, metan, dan
karbondioksida). Sulfur berhubungan dengan bau flatus yang ditentukan oleh konsentrasi
hidrogen sulfida. Gas lain yang mengandung sulfur pada flatus adalah methanetriol dan
dimethylsulfida. Nitrogen berhubungan dengan dengan udara yang kita telan. Makin banyak
udara yang kita telan, maka makin banyak pula kadar nitrogen dalam flatus. Hal ini disebabkan
karena oksigen dari udara yang kita telan terabsorpsi oleh tubuh sebelum sampai di usus.
Proporsi masing-masing gas tergantung dari apa yang kita makan, berapa banyak udara yang
tertelan, jenis bakteri yang terdapat di dalam usus, dan seberapa lama kita menahan flatus. Makin
lama seseorang menahan flatus maka makin besar proporsi nitrogen di dalam tubuh, karena
diakibatkan gas-gas lainnya yang terabsorpsi oleh darah melalui dinding usus.
Peran Flora Usus
Dalam keadaan normal, usus manusia dihuni oleh berbagai jenis bakteri yang bersifat menolong
dan tidak menimbulkan dampak negatif bagi tubuh. Di usus kecil, ada sekelompok bakteri yang
menolong dalam proses pencernaan makanan serta mencegah masuknya bakteri yang berasal
dari usus besar. Di usus besar, bakteri tertentu diketahui menguntungkan sebab menghasilkan
beberapa jenis vitamin B dan vitamin K. Bakteri-bakteri ini dapat mencerna sisa-sisa protein dan
membentuk bau yang dapat tercium dari kotoran (feses) dan gas yang keluar dari anus (flatus).
Bakteri yang hidup di usus besar akan menghasilkan sekitar 2 liter gas setiap hari. Gas-gas
tersebut merupakan hasil fermentasi dari sisa-sisa makanan oleh bakteri yang terdapat di kolon.
Normalnya, gas ini akan diabsorpsi oleh usus besar dan yang tidak terabsorpsi akan keluar
melalui anus dengan mekanisme flatus.
Mekanisme Flatus
Gerakan peristaltik usus merupakan mekanisme penting untuk dapat mendorong gas yang
terdapat di dalam usus agar keluar melalui anus. Hal ini disebabkan karena tekanan di sekitar
anus lebih rendah, sehingga adanya gerakan peristaltik usus menyebabkan terbentuknya ruang
bertekanan dan memaksa isi usus, termasuk gas yang terdapat di dalam usus bergerak ke daerah
yang bertekanan lebih rendah, yaitu menuju anus.
Sifat Flatus
Flatus ada yang berbau dan ada yang tidak berbau. Flatus yang berbau disebabkan karena
kandungan hidrogen sulfida dan merkaptan. Kedua senyawa ini mengandung sulfur. Makin
banyak kandungan sulfur dalam makanan yang dikonsumsi, makin banyak pula sulfida dan
merkaptan yang diproduksi oleh bakteri dalam perut dan semakin berbau pula flatus tersebut.
Flatus yang tidak berbau disebabkan karena gas flatus belum sempat tercampur dengan gas hasil
fermentasi bakteri, sehingga gas tersebut belum terkontaminasi gas-gas berbau lainnya.
Sejumlah makanan juga berperan dalam memproduksi volume dan bau yang kurang
menyenangkan dari flatus. Jenis kacang-kacangan, jagung, paprika, kubis, bunga kol dan susu
berperan dalam memproduksi volume gas flatus. Hal ini disebabkan jenis makanan tersebut
mengandung zat gula yang tidak dapat dicerna oleh tubuh. Jika zat gula tersebut mencapai usus,
bakteri yang terdapat di dalam usus akan bereaksi langsung sehingga menambah produksi gas di
dalam usus. Jenis makanan lain seperti telur dan daging mempunyai peranan dalam
memproduksi bau flatus disebabkan kandungan sulfur yang terkandung di dalamnya.

Larangan Menertawakan Flatus

Rasulullah ‫ ﷺ‬melarang kita menertawakan flatus. Beliau bersabda:


“Kenapa kalian menertawakan flatus yang kalian juga bisa mengalaminya?”
(HR. Muslim [7370] dari Abdullah bin Zam’ah)

Tidak ada seorang pun yang dapat terbebas dari terjadinya pembentukan gas di dalam usus yang
berujung menjadi flatus. Oleh karenanya, tidak patut seseorang menertawakan flatus yang
dirinya sendiri juga mengalaminya. Jika seandainya gas di dalam usus tersebut tidak dapat
dikeluarkan, maka akan mengakibatkan suatu keadaan penumpukan gas di dalam perut sehingga
perut akan menggembung melebihi normal atau yang disebut dengan distensi abdomen. Keadaan
tersebut akan mengakibatkan timbulnya perasaan tidak nyaman dan kemungkinan munculnya
keluhan lain bagi penderitanya.

"Maka, nikmat tuhan mana lagi yang engkau dustakan?" (Qs. Ar-rahman: 25)
Wallahua'lam...

Anda mungkin juga menyukai