Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH TERMOREGULASI

PADA BAYI BARU LAHIR


(PERLINDUNGAN TERMAL)
14 Desember 2009 | hapsari266

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Perubahan kondisi terjadi pada neonatus yang baru lahir. Di dalam tubuh ibunya,
suhu tubuh fetus selalu terjaga, begitu lahir maka hubungan dengan ibunya sudah
terputus dan neonatus harus mempertahankan suhu tubuhnya sendiri melalui
aktifitas metabolismenya.

Semakin kecil tubuh neonatus, semakin sedikit cadangan lemaknya. Semakin


kecil tubuh neonatus juga semakin tinggi rasio permukaan tubuh dengan
massanya. Temperatur rektal biasanya lebih rendah 1-2 oF atau 0,556- 1,112 oC
di banding suhu inti tubuhnya. Suhu membran timpani sangat akurat karena
telinga tengah mempunyai sumber vascular yang sama sebagaimana vaskular
yang menuju hipotalamus

Suhu permukaan kulit meningkat atau turun sejalan dengan perubahan suhu
lingkungan. Sedangkan suhu inti tubuh diatur oleh hipotalamus. Namun pada
pediatrik, pengaturan tersebut masih belum matang dan belum efisien. Oleh sebab
itu pada pediatrik ada lapisan yang penting yang dapat membantu untuk
mempertahankan suhu tubuhnya serta mencegah kehilangan panas tubuh yaitu
rambut, kulit dan lapisan lemak bawah kulit. Ketiga lapisan tersebut dapat
berfungsi dengan baik dan efisien atau tidak bergantung pada ketebalannya.
Sayangnya sebagian besar pediatrik tidak mempunyai lapisan yang tebal pada
ketiga unsur tersebut. Transfer panas melalui lapisan pelindung tersebut dengan
lingkungan berlangsung dalam dua tahap. Tahap pertama panas inti tubuh
disalurkan menuju kulit. Tahap kedua panas tubuh hilang melalui radiasi,
konduksi, konveksi atau evaporasi.

2. Tujuan

Adapun tujuan yang termuat dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Memberi pengetahuan pada pembaca


2. Menjelaskan apa yang dimaksud dengan termoregulasi dan bagaimana
cara mengatasinya pada bayi baru lahir.

BAB II

TERMOREGULASI PADA BAYI BARU LAHIR

Bayi baru lahir belum dapat mengatur suhu tubuhnya, sehingga akan mengalami
stress dengan adanya perubahan lingkungan dari dalam rahim ibu ke lingkungan
luar yang suhunya lebih tinggi. Suhu dingin ini menyebabkan air ketuban
menguap lewat kulit, pada lingkungan yang dingin , pembentukan suhu tanpa
mekanisme menggigil merupakan usaha utama seorang bayi untuk mendapatkan
kembali panas tubuhnya. Pembentukan suhu tanpa menggigil ini merupakan hasil
penggunaan lemak coklat untuk produksi panas. Timbunan lemak coklat terdapat
di seluruh tubuh dan mampu meningkatkan panas tubuh sampai 100%. Untuk
membakar lemak coklat, sering bayi harus menggunakan glukosa guna
mendapatkan energi yang akan mengubah lemak menjadi panas. Lemak coklat
tidak dapat diproduksi ulang oleh seorang BBL. Cadangan lemak coklat ini akan
habis dalam waktu singkat dengan adanya stress dingin. Semakin lama usia
kehamilan semakin banyak persediaan lemak coklat bayi.

Jika seorang bayi kedinginan, dia akan mulai mengalami hipoglikemia, hipoksia
dan asidosis.Sehingga upaya pencegahan kehilangan panas merupakan prioritas
utama dan bidan berkewajiban untuk meminimalkan kehilangan panas pada BBlL

Pada bayi baru lahir, akan memiliki mekanisme pengaturan suhu tubuh yang
belum efisien dan masih lemah, sehingga penting untuk mempertahankan suhu
tubuh agar tidak terjadi hipotermi. Proses kehilangan panas pada bayi dapat
melalui proses konveksi, evaporasi, radiasi dan konduksi. Hal ini dapat dihindari
bila bayi dilahirkan dalam lingkungan dengan suhu sekitar 25-28 0C, dikeringkan
dan dibungkus dengan hangat.Simpanan lemak yang tersedia dapat digunakan
sebagai produksi panas.
Intake makanan yang adekuat merupakan suatu hal yang penting untuk
mempertahankan suhu tubuh. Jika suhu bayi menurun, lebih banyak energi yang
digunakan untuk memproduksi panas daripada untuk pertumbuhan dan terjadi
peningkatan penggunaan O2, Bayi yang kedinginan akan terlihat kurang aktif dan
akan mempertahankan panas tubuhnya dengan posisi fleksi dan meningkatkan
pernafasannya secara menangis, sehingga terjadi peningkatan penggunaan kalori
yang mengakibatkan hipoglikemi yang timbul dari efek hipotermi, begitu juga
hipoksia dan hiperbilirubinemia.
Suhu yang tidak stabil juga mengidentifikasikan terjadinya infeksi, sehingga
tindakan yang dilakukan harus menghindari terjadinya kehilangan panas pada
bayi baru lahir. Suhu tubuh bayi yang normal sekitar 36,5-37 0C
Mencegah kehilangan panas :
Bayi baru lahir tidak dapat mengatur temperatur tubuhnya secara memadai, dan
dapat dengan cepat kedinginan jika kehilangan panas tidak segera dicegah. Bayi
yang mengalami kehilangan panas (hipotermia) berisiko tinggi untuk jatuh sakit
atau meninggal. Jika bayi dalam keadaan basah dan tidak diselimuti, mungkin
akan mengalami hipotermia, meskipun berada dalam ruangan yang relatif hangat.
Bayi prematur atau berat badan rendah sangat rentan terhadap terjadinya
hipotermia.

1. TERMOREGULASI PADA BAYI BARU LAHIR (PERLINDUNGAN


TERMAL)

BAYI BARU LAHIR

Secara umum dikatakan normal apabila memiliki ciri sebagai berikut :

– Lahir pada masa gestasi 37 – 42 minggu

– Ukuran antropometri : berat badan berkisar antara 2500 gram – 4000 gram,
panjang badan 48 – 52 cm, lingkar dada 30 – 38 cm, lingkar kepala 32 – 37 cm

– Tanda vital dalam batas normal

– Tidak ada kelainan / kecacatan

Termoregulasi adalah kemampuan untuk menjaga keseimbangan antara


pembentukan panas dan kehilangan panas agar dapat mempertahankan suhu tubuh
di dalam batas batas normal.

Pada bayi-baru lahir, akan memiliki mekanisme pengaturan suhu tubuh yang
belum efisien dan masih lemah, sehingga penting untuk mempertahankan suhu
tubuh agar tidak terjadi hipotermi. Proses kehilangan panas pada bayi dapat
melalui proses konveksi, evaporasi, radiasi dan konduksi. Hal ini dapat dihindari
bila bayi dilahirkan dalam lingkungan dengan suhu sekitar 25-28 0C, dikeringkan
dan dibungkus dengan hangat.Simpanan lemak yang tersedia dapat digunakan
sebagai produksi panas.
Intake makanan yang adekuat merupakan suatu hal yang penting untuk
mempertahankan suhu tubuh. Jika suhu bayi menurun, lebih banyak energi yang
digunakan untuk memproduksi panas daripada untuk pertumbuhan dan terjadi
peningkatan penggunaan O2, Bayi yang kedinginan akan terlihat kurang aktif dan
akan mempertahankan panas tubuhnya dengan posisi fleksi dan meningkatkan
pernafasannya secara menangis, sehingga terjadi peningkatan penggunaan kalori
yang mengakibatkan hipoglikemi yang timbul dari efek hipotermi, begitu juga
hipoksia dan hiperbilirubinemia.
Suhu yang tidak stabil juga mengidentifikasikan terjadinya infeksi, sehingga
tindakan yang dilakukan harus menghindari terjadinya kehilangan panas pada
bayi baru lahir. Suhu tubuh bayi yang normal sekitar 36,5-37 0C
sistem pengaturan suhu
a.pengaturan suhu
Suhu dingin lingkungan luar menyebabkan air ketuban menguap melalui kulit
sehingga mendinginkan darah bayi. Pembentukan suhu tanpa menggigil
merupakan usaha utama seorang bayi yang kedinginan untuk mendapatkan
kembali panas tubuhnya melalui penggunaan lemak coklat untuk produksi panas.
Lemak coklat tidak diproduksi ulang oleh bayi dan akan habis dalam waktu
singkat dengan adanya stress dingin.

Tak efektif termoregulasi

Definisi :

Keadaan dimana seorang individu mengalami atau berisiko mengalami


ketidakmampuan untuk mempertahankan suhu tubuh normal secara efektif dengan
adanya ketidaksesuaian atau perubahan faktor-faktor eksternal.

Faktor yang berhubungan

Situasional (Personal, lingkungan)

Berhubungan dengan fluktuasi suhu lingkungan

Berhubungan dengan benda-benda yang basah dan dingin (pakaian, tempat tidur)

Berhubungan dengan permukaan tubuh yang basah

Berhubungan dengan pakaian yang tidak sesuai dengan cuaca

Maturisional

Berhubungan dengan terbatasnya regulasi kompensasi metabolik

Usia lanjut

Bayi baru lahir

Kriteria hasil :

Bayi akan

Mempunyai suhu antara 36,4-37,5ºC.

Intervensi :

1. Kurangi atau hilangkan sumber-sumber kehilangan panas pada bayi


a. Evaporasi

– Saat mandi, siapkan lingkungan yang hangat.

– Basuh dan keringkan setiap bagian untuk mengurangi evaporasi

– Batasi waktu kontak dengan pakaian atau selimut basah

b. Konveksi

– Hindari aliran udara (pendingin udara, kipas angin, lubang angin terbuka)

c. Konduksi

– Hangatkan seluruh barang-barang untuk perawatan (stetoskop, timbangan,


tangan pemberi perawatan, baju, sprei)

d. Radiasi

– Kurangi benda-benda yang menyerap panas (logam)

– Tempatkan ayunan bayi tempat tidur jauh dari tembok (diluar) atau jendela jika
mungkin.

2. Pantau suhu tubuh bayi

a. Jika suhu dibawah normal

– Selimuti dengan dua selimut

– Pasang tutup kepala

– Kaji sumber-sumber lingkungan untuk kehilangan panas

– Jika hipotermia menetap lebih dari 1 jam, rujuk kepada yang lebih ahli.

– Kaji terhadap komplikasi stres dingin, hipoksia, asidosis respiratorik,


hipoglikemi, ketidakseimbangan cairan dan elektrolit, penurunan berat badan

b. Jika suhu diatas normal

– Lepaskan selimut

– Lepaskan tutup kepala, jika dikenakan

– Kaji suhu lingkungan sekali lagi


– Jika suhu hipertermia menetap lebih dari 1 jam, laporkan dokter.

Kotrol Suhu

Pusat pengendalian suhu pada bayi yang baru lahir belum sepenuhnya berfungsi
sehingga bayi tidak mampu untuk mengatasi perubahan yang ekstrim atau
mendadak pada lingkungan eksternalnya.

Cara pengecekan suhu bayi yang lazim dikerjakan adalah dengan meletakkan
thermometer dibawah aksila dan membiarkannya selama 1 menit.

Setelah bayi dilahirkan, suhunya harus dicek setiap setengah jam sekali sampai
hasil pengecekan dua kali berturut – turut menunjukkan suhu 36,5 0C. Sesudah itu
pengecekan suhu ini dilakukan setiap 4 jam sekali selama 24 jam pertama dan
kemudian jika tidak terdapat indikasi untuk pengecekan yang lebih sering, dua
kali sehari.

Suhu harus selalu diukur sebelum bayi ditelenjangi untuk dimandikan atau
dibersihkan dan bisa juga pengukuran suhu dilakukan sesudah bayi dimandikan.

Pengaturan panas

Bayi baru lahir memiliki kemampuan terbatas dalam mengatur suhu tubuhnya
yang berhubungan dengan lingkungannya, bayi ini akan terancam bahaya
hipotermi jika tidak dilakukan tindakan pencegahan. Faktor-faktor penting yang
harus dipertimbangkan pada bayi baru lahir adalah :

 Produksi panasnya jelek karena laju metaboliknya rendah


 Biasanya terjadi perubahan suhu yang dramatis pada lingkungan bayi
tersebut khususnya jika bayi dilahirkan dalam ruangan berpendingin yang
tidak disesuaikan suhunya demi kenyamanan ibu
 Bayi lahir dalam keadaan basah sehingga terjadi kehilangan panas melalui
evaporasi
 Bayi baru lahiir memiliki permukaan tubuh yang luas jika dibandingkan
dengan berat badannya
 Pusat pengaturan suhunya didalam hipotalamus belum sepenuhnya mature
sehingga proses menggigil dan berkeringat masih belum berkembang
dengan baik

2. PERUBAHAN SISTEM TERMOREGULASI

Bayi baru lahir belum dapat mengatur suhu tubuh mereka, sehingga akan
mengalami stress dengan adanya perubahan-perubahan lingkungan. Pada saat bayi
meninggalkan lingkungan rahim ibu yang hangat, bayi tersebut kemudian masuk
ke dalam lingkungan ruang bersalin yang jauh lebih dingin. Suhu dingin ini
menyebabkan air ketuban menguap lewat kulit, sehingga mendinginkan darah
bayi. Pada lingkungan yang dingin, pembentukan suhu tanpa mekanisme
menggigil merupakan usaha utama seorang bayi yang kedinginan untuk
mendapatkan kembali panas tubuhnya. Pembentukan suhu tanpa menggigil ini
merupakan hasil penggunaan lemak coklat terdapat di seluruh tubuh, dan mereka
mampu meningkatkan panas tubuh sampai 100 %. Untuk membakar lemak coklat,
seorang bayi harus menggunakan glukosa guna mendapatkan energi yang akan
mengubah lemak menjadi panas. Lemak coklat tidak dapat diproduksi ulang oleh
bayi baru lahir dan cadangan lemak coklat ini akan habis dalam waktu singkat
dengan adanya stress dingin. Semakin lama usia kehamilan, semakin banyak
persediaan lemak coklat bayi. Jika seorang bayi kedinginan, dia akan mulai
mengalami hipoglikemia, hipoksia dan asidosis. Oleh karena itu, upaya
pencegahan kehilangan panas merupakan prioritas utama dan bidan berkewajiban
untuk meminimalkan kehilangan panas pada bayi baru lahir. Disebut sebagai
hipotermia bila suhu tubuh turun dibawah 360 C. Suhu normal pada neonatus
adalah 36 5 – 370 C.

Bayi baru lahir mudah sekali terkena hipotermia

Bayi hipotermi adalah bayi dengan suhu badan dibawah normal. Adapun suhu
normal bayi adalah 36,5-37,5 °C. Suhu normal pada neonatus 36,5-37,5°C (suhu
ketiak). Gejala awal hipotermi apabila suhu <36°C atau kedua kaki & tangan
teraba dingin. Bila seluruh tubuh bayi terasa dingin maka bayi sudah mengalami
hipotermi sedang (suhu 32-36°C). Disebut hipotermi berat bila suhu <32°C,
diperlukan termometer ukuran rendah (low reading thermometer) yang dapat
mengukur sampai 25°C. (Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirahardjo, 2001).
Disamping sebagai suatu gejala, hipotermi merupakan awal penyakit yang
berakhir dengan kematian. (Indarso, F, 2001). Sedangkan menurut Sandra M.T.
(1997) bahwa hipotermi yaitu kondisi dimana suhu inti tubuh turun sampai
dibawah 35°C.

Etiologi terjadinya hipotermi pada bayi yaitu :

1)Jaringan lemak subkutan tipis.

2)Perbandingan luas permukaan tubuh dengan berat badan besar.

3)Cadangan glikogen dan brown fat sedikit.

4)BBL (Bayi Baru Lahir) tidak mempunyai respon shivering (menggigil) pada
reaksi kedinginan. (Indarso, F, 2001).

5)Kurangnya pengetahuan perawat dalam pengelolaan bayi yang beresiko tinggi


mengalami hipotermi. ( Klaus, M.H et al, 1998).
Mekanisme hilangnya panas pada BBL Mekanisme hilangnya panas pada bayi
yaitu dengan : 1Radiasi yaitu panas yang hilang dari obyek yang hangat (bayi) ke
obyek yang dingin.

2)Konduksi yaitu hilangnya panas langsung dari obyek yang panas ke obyek yang
dingin.

3)Konveksi yaitu hilangnya panas dari bayi ke udara sekelilingnya.

4)Evaporasi yaitu hilangnya panas akibat evaporasi air dari kulit tubuh bayi (misal
cairan amnion pada BBL). (Indarso, F, 2001).

Akibat-akibat yang ditimbulkan oleh hipotermi Akibat yang bisa ditimbulkan oleh
hipotermi yaitu :

1)HipoglikemiAsidosis metabolik, karena vasokonstrtiksi perifer dengan


metabolisme anaerob.

3)Kebutuhan oksigen yang meningkat.

4)Metabolisme meningkat sehingga pertumbuhan terganggu.

5)Gangguan pembekuan sehingga mengakibatkan perdarahan pulmonal yang


menyertai hipotermi berat.

6)Shock.

7)Apnea.

8)Perdarahan Intra Ventricular. (Indarso, F, 2001). Pencegahan dan Penanganan


Hipotermi Pemberian panas yang mendadak, berbahaya karena dapat terjadi apnea
sehingga direkomendasikan penghangatan 0,5-1°C tiap jam (pada bayi < 1000
gram penghangatan maksimal 0,6 °C). (Indarso, F, 2001). Alat-alat Inkubator
Untuk bayi < 1000 gram, sebaiknya diletakkan dalam inkubator. Bayi-bayi
tersebut dapat dikeluarkan dari inkubator apabila tubuhnya dapat tahan terhadap
suhu lingkungan 30°C. Radiant Warner Adalah alat yang digunakan untuk bayi
yang belum stabil atau untuk tindakan-tindakan. Dapat menggunakan servo
controle (dengan menggunakan probe untuk kulit) atau non servo controle
(dengan mengatur suhu yang dibutuhkan secara manual).

Pengelolaan Menurut Indarso, F (2001) menyatakan bahwa pengelolaan bayi


hipotermi : (1)Bayi cukup bulan -Letakkan BBL pada Radiant Warner. -
Keringkan untuk menghilangkan panas melalui evaporasi. -Tutup kepala. -
Bungkus tubuh segera. -Bila stabil, dapat segera rawat gabung sedini mungkin
setelah lahir bayi dapat disusukan.
(2)Bayi sakit -Seperti prosedur di atas. -Tetap letakkan pada radiant warmer
sampai stabil. Bayi kurang bulan (prematur) -Seperti prosedur di atas. -Masukkan
ke inkubator dengan servo controle atau radiant warner dengan servo controle.

(3)Bayi yang sangat kecil -Dengan radiant warner yang diatur dimana suhu kulit
36,5 °C. Tutup kepala. Kelembaban 40-50%. Dapat diberi plastik pada radiant
warner. Dengan servo controle suhu kulit abdomen 36, 5°C. Dengan dinding
double. – Kelembaban 40-50% atau lebih (bila kelembaban sangat tinggi, dapat
dipakai sebagai sumber infeksi dan kehilangan panas berlebihan). Bila temperatur
sulit dipertahankan, kelembaban dinaikkan. Temperatur lingkungan yang
dibutuhkan sesuai umur dan berat bayi. Tabel 2.1 Temperatur yang dibutuhkan
menurut umur dan berat badan neonatus Umur Berat Badan Neonatus <1200 gr
1201-1500 gr 1501-2500 gr > 2500 gr 0-24 jam 34-35,4 33,3-34,4 31,8-33,8 31-

33,8 24-48 jam 34-35 33-34,2 31,4-33,6 30,5-33 48-72 jam 34-35 33-34

31,2-33,4 30,1-33,2 72-96 jam 34-35 33-34 31,1-33,2 29,8-32,8 4-14 hari
32,6-34 31-33,2 29 2-3 minggu 32,2-34 30,5-33 3-4 minggu 31,6-33,6 30-32,2 4-
5 minggu 31,2-33 29,5-32,2 5-6 minggu 30,6-32,3 29,31,8 Sumber : Klaus, M,H
et al. (1998).

Penatalaksanaan Neonatus Resiko Tinggi : Mempertahankan Suhu Tubuh Untuk


Mencegah Hipotermi Menurut Indarso, F (2001) menyatakan bahwa untuk
mempertahankan suhu tubuh bayi dalam mencegah hipotermi adalah :

(1)Mengeringkan bayi segera setelah lahir Cara ini merupakan salah satu dari 7
rantai hangat ;

a.Menyiapkan tempat melahirkan yang hangat, kering dan bersih.

b.Mengeringkan tubuh bayi yang baru lahir/ air ketuban segera setelah lahir
dengan handuk yang kering dan bersih.

c.Menjaga bayi hangat dengan cara mendekap bayi di dada ibu dengan keduanya
diselimuti (Metode Kangguru).

d.Memberi ASI sedini mungkin segera setelah melahirkan agar dapat merangsang
pooting reflex dan bayi memperoleh kalori dengan : -Menyusui bayi. -Pada bayi
kurang bulan yang belum bisa menetek ASI diberikan dengan sendok atau pipet. -
Selama memberikan ASI bayi dalam dekapan ibu agar tetap hangat.

e.Mempertahankan bayi tetap hangat selama dalam perjalanan pada waktu


rujukan.

f.Memberikan penghangatan pada bayi baru lahir secara mandiri.


g.Melatih semua orang yang terlibat dalam pertolongan persalinan. Menunda
memandikan bayi lahir sampai suhu tubuh normal

Untuk mencegah terjadinya serangan dingin, ibu/keluarga dan penolong


persalinan harus menunda memandikan bayi.

a.Pada bayi lahir sehat yaitu cukup bulan, berat < 2500 gram, langsung menangis
kuat, memandikan bayi ditunda 24 jam setelah kelahiran. Pada saat memandikan
bayi, gunakan air hangat.

b.Pada bayi lahir dengan resiko, keadaan umum bayi lemah atau bayi dengan
berat lahir 2000 gram sebaiknya jangan dimandikan. Tunda beberapa hari sampai
keadaan umum membaik yaitu bila suhu tubuh stabil, bayi sudah lebih kuat dan
dapat menghisap ASI dengan baik. Menangani Hipotermi

(1)Bayi yang mengalami hipotermi biasanya mudah sekali meninggal. Tindakan


yang harus dilakukan adalah segera menghangatkan bayi di dalam inkubator atau
melalui penyinaran lampu.

(2)Cara lain yang sangat sederhana dan mudah dikerjakan setiap orang ialah
metode dekap, yaitu bayi diletakkan telungkup dalam dekapan ibunya dan
keduanya diselimuti agar bayi senantiasa hangat.

(3)Bila tubuh bayi masih dingin, gunakan selimut atau kain hangat yang diseterika
terlebih dahulu yang digunakan untuk menutupi tubuh bayi dan ibu. Lakukan
berulangkali sampai tubuh bayi hangat. Tidak boleh memakai buli-buli panas,
bahaya luka bakar.

(4)Biasanya bayi hipotermi menderita hipoglikemia sehingga bayi harus diberi


ASI sedikit-sedikit dan sesering mungkin. Bila bayi tidak dapat menghisap beri
infus glukosa 10% sebanyak 60-80 ml/kg per hari.

Gejala hipotermia:

1. Sejalan dengan menurunnya suhu tubuh, bayi menjadi kurang aktif, letargis,
hipotonus, tidak kuat menghisap ASI dan menangis lemah.

2. Pernapasan megap-megap dan lambat, denyut jantung menurun.

3. Timbul sklerema : kulit mengeras berwarna kemerahan terutama dibagian


punggung, tungkai dan lengan.

4. Muka bayi berwarna merah terang


5. Hipotermia menyebabkan terjadinya perubahan metabolisme tubuh yang akan
berakhir dengan kegagalan fungsi jantung, perdarahan terutama pada paru-paru,
ikterus dan kematian.

Mekanisme terjadinya Hipotermia: Hipotermia pada bayi baru lahir timbul karena
penurunan suhu tubuh yang dapat terjadi melalui:

1. Radiasi : Yaitu panas tubuh bayi memancar kelingkungan sekitar bayi yang
lebih dingin, misal : BBL diletakkan ditempat yang dingin.

2. Evaporasi : Yaitu cairan/air ketuban yang membasahi kulit bayi menguap,


misal : BBL tidak langsung dikeringkan dari air ketuban.

3. Konduksi : Yaitu pindahnya panas tubuh bayi karena kulit bayi langsung
kontak dengan permukaan yang lebih dingin, misal : popok/celana basah tidak
langsung diganti.

4. Konveksi : Yaitu hilangnya panas tubuh bayi karena aliran udara sekeliling
bayi, misal : BBL diletakkan dekat pintu/jendela terbuka.

3. PENGATURAN TEMPERATUR

Pusat pengaturan suhu di hypothalamus belum berkembang, walaupun sudah


aktif. Kelenjar keringat belum berfungsi normal, mudah kehilangan panas tubuh
(perbandingan luas permukaan dan berat badan lebih besar, tipisnya lemak
subkutan, kulit lebih permeable terhadap air), sehingga neonatus sulit mengatur
suhu tubuh dan sangat terpengaruh oleh suhu lingkungan (bersifat poikilotermik).
Produksi panas mengandalkan pada proses non-shivering thermogenesis yang
dihasilkan oleh jaringan lemak coklat yang terletak diantara scapula, axila,
mediastinum dan sekitar ginjal. Hipoksia mencegah produksi panas dari lemak
coklat (Morgan HAH,1993)

Hipotermia dapat terjadi akibat dehidrasi, suhu sekitar yang panas, selimut atau
kain penutup yang tebal dan pemberian obat penahan keringat (misal: atropin,
skopolamin). Adapun hipotermia bisa disebabkan oleh suhu lingkungan yang
rendah, permukaan tubuh terbuka, pemberian cairan infuse/ tranfusi darah dingin,
irigasi oleh cairan dingin, pengaruh obat anestesi umum (yang menekan pusat
regulasi suhu) maupun obat vasodilator.

Temperature lingkungan yang direkomendasikan untuk neonatus adalah 270C.


Paparan dibawah suhu ini akan mengandung resiko diantaranya: cadangan energi
protein akan berkurang, adanya pengeluaran katekolamin yang dapat
menyebabkan terjadinya kenaikan tahanan vaskuler paru dan perifer, lebih jauh
lagi dapat menyebabkan lethargi, shunting kanan ke kiri, hipoksia dan asidosis
metabolic.
Untuk mencegah hipotermia bias ditempuh dengan : memantau suhu tubuh,
mengusahakan suhu kamar optimal atau pemakaian selimut hangat, lampu
penghangat, incubator, cairan intra vena hangat, begitu pula gas anestesi, cairan
irigasi maupun cairan antiseptic yang digunakan yang hangat.

Mekanisme pengaturan temperature tubuh pada bayi baru lahir belum berfungsi
sempurna, untuk itu diperlukan pencegahan kehilangan panas pada tubuh bayi
karena bayi dapat mengalami hipotermi. Bayi dengan hipotermia sangat beresiko
tinggi mengalami kesakitan berat bahkan kematian. Hipotermia mudah terjadi
pada bayi yang tubuhnya dalam keadaan basah atau tidak segera dikeringkan dan
diselimuti walaupun didalam ruangan yang relative hangat. Cegah kehilangan
panas pada bayi dengan upaya antara lain :

 Segera setelah lahir, keringkan permukaan tubuh sebagai upaya untuk


mencegah kehilangan panas akibat evaporasi cairan ketuban pada
permukaan tubuh bayi. Hal ini juga merupakan rangsangan taktil untuk
membantu bayi memulai pernafasan.
 Selimuti bayi dengan selimut atau kain bersih, kering dan hangat.
 Segera setelah tubuh bayi dikeringkan dan tali pusat dipotong, ganti
handuk dan kain yang telah dipakai kemudian selimuti bayi dengan
selimut dan kain hangat, kering dan bersih. Kain basah yang diletakkan
dekat tubuh bayi akan menyebabkan bayi tersebut mengalami kehilangan
panas tubuh. Jika selimut bayi harus dibuka untuk melakukan suatu
prosedur, segera selimuti kembali dengan handuk atau selimut kering,
segera setelah prosedur tersebut selesai.
 Tutupi kepala bayi.
Pastikan bagian kepala bayi ditutupi atau diselimuti setiap saat. Bagian
kepala bayi memiliki luas permukaan yang relative luas dan bayi akan
dengan cepat kehilangan panas jika bagian tersebut tidak ditutup.
 Anjurkan ibu untuk memeluk dan memberikan ASI.
Pelukan ibu pada tubuh bayi dapat menjaga kehangatan tubuh dan
mencegah kehilangan panas. Anjurkan ibu untuk menyusukan bayinya
segera setelah lahir. Sebaiknya pemberian asi harus dimulai dalam waktu
satu jam pertama kelahiran.
 Jangan segera menimbang atau memandikan bayi baru lahir.
Karena bayi baru lahir cepat dan mudah kehilangan panas tubuhnya
(terutama jika tidak berpakaian), sebelum melakukan penimbangan,
terlebih dulu selimuti bayi dengan kain atau selimut bersih dan kering.
Berat badan bayi dapat dapat dinilai dari selisih berat bayi pada saat bayi
berpakaian / diselimuti dikurangi dengan berat pakaian/selimut. Bayi
sebaiknya dimandikan (sedikitnya) enam jam setelah lahir. Memandikan
bayi dalam beberapa jam pertama setelah lahir dapat menyebabkan
hipotermia yang sangat membahayakan bayi baru lahir.
 Tempatkan bayi dilingkungan hangat
Idealnya bayi baru lahir ditempatkan ditempat tidur yang sama dengan
ibunya ditempat tidur yang sama. Menempatkan bayi bersama ibunya
adalah cara yang paling mudah untuk menjaga agar bayi tetap hangat,
mendorong ibu segera menyukan bayinya dan mencegah paparan infeksi
pada bayi.
 Rangsangan taktil
Upaya ini merupakan cara untuk mengaktifkan berbagai refleks protektif
pada tubuh bayi baru lahir. Mengeringkan tubuh bayi juga merupakan
tindakan stimulasi. Untuk bayi yang sehat hal ini biasanya cukup untuk
merangsang terjadinya pernafasan spontan. Jika bayi tidak memberikan
respon terhadap pengeringan dan rangsangan taktil, kemudian
menunjukkan tanda-tanda kegawatan, segera lakukan tindakan untuk
membantu pernafasan.

4. BAYI KEDINGINAN
Ciri-cirinya pada bayi baru lahir/neonatus

1. Anak menggigil, walau biasanya ciri ini tak mudah terlihat pada bayi
kecil.
2. Kulit anak terlihat belang-belang, merah campur putih atau timbul bercak-
bercak.
3. Anak terlihat apatis atau diam saja.
4. Lebih parah lagi, anak menjadi biru yang bisa dilihat pada bibir dan ujung
jari-jarinya.
5. Jika hal tersebut tetap saja dibiarkan, anak bisa berhenti bernapas.
6. Puncaknya, anak bisa terkena hipotermia dan meninggal.

Namun, orang tua tak perlu terlalu khawatir. Biasanya, indikasi pertama sudah
bisa terlihat oleh perawat maupun dokter yang kemudian menanganinya dengan
mengambil tindakan penghangatan atau heatradian (disinar oleh cahaya lampu
biasa dan diselimuti). Kalau perlu dengan menggunakan kasur penghangat.

Sekalipun begitu, untuk memastikan, sebaiknya bayi langsung diukur suhu


badannya dengan termometer. Kalau angkanya di bawah 35 derajat Celcius,
berarti anak terkena hipotermia, sebab suhu normal manusia adalah 36-37,5
derajat Celcius

Untuk bayi di atas 1 bulan


Sekalipun kini bayi sudah lebih kuat dibandingkan sebelumnya, jika suhu
lingkungan begitu rendah dan tidak membuatnya nyaman, kemungkinan besar si
anak juga kedinginan. Ciri-cirinya, menurut Anna, ada yang bisa dideteksi secara
kasat mata, ada juga yang mesti dengan perabaan.

 Yang bisa dideteksi secara kasat mata: (Kondisi bayi tak jauh berbeda dari
bayi neonatus yang kedinginan). Cirinya:
 Ia cenderung diam saja.
 Kulit anak terlihat belang-belang, merah campur putih atau berbercak-
bercak.
 Anak menjadi biru dengan ciri, bibir dan ujung jari-jarinya membiru. Jika
dibiarkan, anak bisa berhenti bernapas. Puncaknya, anak bisa mengalami
hipotermia. Jika tidak segera ditangani, bisa terjadi kematian. Hanya saja
kalau bayi neonatus akan lebih cepat birunya. Sementara pada bayi yang
lebih besar akan agak lama perubahannya

Yang bisa dideteksi dengan perabaanTangan dan telapak tangannya terasa dingin,
begitu juga telapak kakinya.

 Tubuhnya lebih dingin dari tubuh kita. Untuk memastikannya, Periksalah


dengan termometer yang dipasang di anus.

Atasi kedinginan ini dengan memberinya selimut. Hangatkan pula suhu


lingkungan atau ruangan dimana bayi berada. Bisa dengan mematikan AC atau
menghangatkan tubuh anak dengan lampu 60 watt yang ditempatkan di atas
tempat tidurnya. Jaraknya kurang lebih 1,5 meter dari tubuh anak.

Peluklah anak dengan kasih sayang. Hanya saja, saat tidur lebih baik anak
dihangatkan dengan lampu. Jauh lebih baik lagi jika kasur anak pun menggunakan
penghangat. Jika suhu tubuhnya tak kunjung normal, segeralah bawa si kecil ke
dokter terdekat.

5. TERMOREGULASI PADA BAYI DENGAN BERAT BADAN LAHIR


RENDAH
A. PERANAN HIPOTALAMUS
Suhu tubuh hampir seluruhnya diatur oleh mekanisme persarafan, dan hampir
semua mekanisme ini terjadi melalui pusat pengaturan suhu yang terletak pada
hipotalamus
Pada bayi baru lahir pusat pengatur suhu tubuhnya belum berfungsi dengan
sempurna, sehingga mudah terjadi penurunan suhu tubuh, terutama karena
lingkungan yang dingin.

B.pengatur panas
Pengatur panas atau temperatur regulasi terpelihara karena adanya keseimbangan
antara panas yang hilang melalui lingkungan, dan produksi panas. Kedua proses
ini aktifitasnya diatur oleh susunan saraf pusat yaitu hipotalamus.
Dengan prinsip adanya keseimbangan panas tersebut bayi baru lahir akan
berusaha menstabilkan suhu tubuhnya terhadap faktor-faktor penyebab hilangnya
panas karena lingkungan.

Pada saat kelahiran, bayi mengalami perubahan dari lingkungan intra uterin yang
hangat ke lingkungan ekstra uterin ynag relatif lebih dingin. Hal tersebut
menyebabkan penurunan suhu tubuh 2o-3oC, terutama hilangnya panas karena
evaporasi atau penguapan cairan ketuban pada kulit bayi yang tidak segera
dikeringkan. Kondisi tersebut akan memacu tubuh menjadi dingin yang akan
menyebabkan respon metabolisme dan produksi panas.
Pengaturan panas pada bayi baru lahir berhubungan dengan metabolisme dan
penggunaan oksigen.
Dalam lingkungan tertentu pada batas suhu maksimal, penggunaan oksigen dan
metabolisme minimal, karena itu suhu tubuh harus dipertahankan untuk
keseibangan panas.

Bayi cukup bulan dalam keadaan tanpa pakaian dapat bertahan pada suhu
lingkungan sekitar 32-34oC. Sedangkan batas pada orang dewasa 26-28oC. Oleh
karena itu bayi baru lahir normal memerlukan suhu lingkungan yang lebih hangat
dan suhu lingkungan tersebut harus dipelihara dengan baik.
Pada bayi baru lahir lemak subkutannya lebih sedikit dan epidermis lebih tipis
dibandingkan pada orang dewasa. Pembuluh darah pada bayi sangat mudah
dipengaruhi oleh perubahan suhu lingkungan dan semua ini dibawah pengaruh
hipotalamus sebagai pusat pengatur suhu.

Kelenturan pada tubuh bayi menurun pada daerah permukaan sehingga akan
mempercepat hilangnya panas. Hal tersebut dipengaruhi panjang badan bayi,
perbandingan permukaan utbuh dengan berat badan dari usia bayi, yang semua ini
dapat mempengaruhi batas suhu normal. Pada bayi dengan berat badan lahir
rendah(BBLR) jaringanadiposa sedikit dan kelenturan menurun sehingga
memerlukan suhu lingkungan yang lebih panas untuk mencapai suhu yang
normal.

Jika suhu lingkungan turun dibawah suhu yang rendah, bayi akan merespon
dengan meningkatkan oksigen danmemperbesar metabolisme sehingga akan
meningkatkan produksi panas.
Bila bayi berada ditempat terbuka dengan lingkugan yang dingin dapat
menyebabkan habisnya cadangan glikogen dan menyebabkan asidosis.
6. PRODUKSI PANAS ATAU THERMOGENESIS

Ditempat yang terbuka dan lingkungan yang dingin bayi baru lahir memerlukan
penambahan panas.
Bayi mempunyai mekanisme fisiologi untuk meningkatkan produksi panas
dipengaruhi oleh karena : Meningkatnya Metabolisme Rate, Aktifitas otot dan
Thermogenesis Kimiawi :

a.Basal Metabolisme Rate


Basal metabolisme rate adalah jumlah energi yang digunakan tubuh selama
istirahat mutlak dan keadaan sadar.
Pada bayi baru lahir, gerakan tubuh, menggigil merupakan mekanisme penting
untuk memproduksi panas. Gerakan menggigil terjadi ketika reseptor kulit
menurun pada suhu lingkungan yang dingin, dan kondisi tersebut akan diteruskan
kesusunan saraf pusat yang akan menstimuli sistem saraf simpatis untuk
menggunakan cadangan lemak coklat, yang merupakan sumber panas yang utama
untuk mengatasi stres dingin.
Pelepasan norephineprin oleh kelenjar adrenal dan saraf lokal berakhir pada lemak
coklat yang menyebabkan trigliserid dapat dimetabolisme menjadi gliserol dan
fatty acid (asam lemak). Oksidasi asam lemak ini meningkatkan produksi panas.
Jika suplai lemak coklat habis maka respon metabolisme terhadap keadaan dingin
akan berkurang.
Oksidasi asam lemak pada bayi tergantung dari tersedianya oksigen, glukosa,
Adenosin Tri Phospat (ATP) dan kemampuan bayi untuk mengubah menjadi
panas.
Kemampuan bayi untuk menghasilkan oanas dapat berubah pada keadaan
patologis seperti hipoksia, asidosis, dan hipoglikemi.

b.Aktifitas otot
Menggigil adalah bentuk dari aktifitas otot yang disebabkan karena suhu yang
dingin. Produksi panas terjadi melalui peningkatan metabolisme rate dan aktifitas
otot. Jika bayi tidak menggigil berarti metabolisme rate pada bayi sudah cukup.
c.Thermogenesis Kimiawi
Disebabkan karena pelepasan norephineprin dan ephineprin oleh rangsang saraf
simpatis.
7. ALIRAN DARAH KE KULIT
Kecepatan aliran darah yang tinggi menyebabkan konduksi panas yang disalurkan
dari inti tubuh ke kulit sangat efisien. Efek aliran darah kulit pada konduksi panas
dari inti tubuh permukaan kulit menggambarkan peningktan konduksi panas
hampir delapan kali lipat. Oleh karena itu “Kulit merupakan sistem pengatur
radiator panas yang efektif “, dan aliran darah ke kulit adalah mekanisme
penyebaran panas yang paling efektif dari inti tubuh ke kulit.
Dengan meletakan bayi telungkup didada ibu akan terjadi kontak kulit langsung
ibu dan bayi sehingga bayi akan memperoleh kehangatan karena ibu merupakan
sumber panas yang baik bagi bayi.

E.Hilangnya panas pada bayi


Hilangnya panas pada bayi merupakan keadaan yang merugikan, karena itu suhu
tubuh normal pada bayi harus dipelihara. Menurut buku Maternal and Neonatal
Nursing, 1994, hilangnya panas pada bayi baru lahir melalui empat cara yaitu :

a.Radiasi
Radiasi yaitu : transfer panas dari bayi kepermukaan yang lebih dingin, dan obyek
yang tidak berhubunganlangsungdenganbayi.
Hal tersebut dapat diartikan, panas tubuh bayi memancar ke lingkungan sekitar
bayi yang lebih dingin.
Contoh :

1.Udara dingin pada dinding luar dan jendela


2. Penyekat tempat tidur bayi yang dingin

b.Evaporasi
Evaporasi yaitu : hilangnya panas ketika air dari kulit bayi menguap.
Kondisi tersebut disebabkan karena adanya cairan ketuban yang membasahi kulit
bayi menguap.
Contoh :

1.Bayi lahir tidak langsung dikeringkan dari cairan ketuban.


2.Selimut atau popok basah bersentuhan dengan kulit bayi.

c.Konduksi
Konduksi yaitu : transfer panas yang terjadi ketika bayi kontak langsung dengan
permukaan obyekyangdingin.
Pernyataan tersebut dapat dijelaskan bahwa pindahnya panas tubuh bayi karena
kulit bayi langsung kontak dengan permukaan yang lebih dingin.
Contoh :

1.Tangan perawat yang dingin


2.Tempat tidur, selimut, stetoskop yang dingin

d.Konveksi
Konveksi yaitu : Hilangnya panas pada bayi yang terjadi karena aliran udara yang
dingin menyentuk kulit bayi
Hal tersebut terjadi karena aliran udara sekeliling bayi yang dingin.
Contoh :

1.Bayi diletakan didekat pintu atau jendela yang terbuka


2.Aliran udara dari pipa AC.

8. RESPON BAYI TERHADAP HIPOTERMI


Pada saat suhu kulit mulai turun, thermoreseptor menyebarkan impuls kesusunan
saraf pusat, distimulir sistem saraf simpatis, norephineprin dilepaskan oleh
kelenjar adrenal dan saraf setempat yang berakhir dengan lemak coklat
dimetabolisme untuk memproduksi panas.

9. PENILAIAN HIPOTERMI BAYI BARU LAHIR


a. Gejala Hipotermi Bayi Baru Lahir
§ Bayi tidak mau minum atau menetek
§ Bayi tampak lesu atau mengantuk saja
§ Tubuh bayi teraba dingin
§ Dalam keadaan berat, denyut jantung bayi menurun dan kulit tubuh bayi
mengeras(Skleremia)
b. Tanda-Tanda Hipotermi Sedang (Stress Dingin)
§ Aktifitas berkurang, letargis
§ Tangisan lemah
§ Kulit berwarna tidak rata
§ Kemampuan menghiisap lemah
§ Kaki teraba dingin
c. Tanda-Tanda Hipotermi Berat (Cedera Dingin)
§ Sama dengan hipotermi sedang
§ Bibir dan kuku kebiruan
§ Pernafasan lambat
§ Pernafasan tidak teratur
§ Bunyi jantung lambat
§ Selanjutnya mungkin timbul hipoglikemi dan asidosis metabolic

d. Tanda-Tanda Stadium Lanjut Hipotermi


§ Muka, ujung kaki dan tangan berwarna merah terang
§ Bagian tubuh lainnya pucat
§ Kulit memgeras dan timbul kemerahan pada punggung, kaki dan tangan
(Sklerema)

10. TINDAKAN PENCEGAHAN HIPOTERMIA


Upaya mencegah hipotermi pada bayi baru lahir sangat penting dan merupakan
prioritas agar bayi terhindar dari kondisi yang tidak dikehendaki.
Hipotermi dapat terjadi setiap saat apabila suhu sekeliling bayi rendah dan upaya
mempertahankan suhu tubuh tetap hangat tidak diterapkn dengan tepat, terutama
pada masa stabilisasi yaitu 6-12 jam pertama setelah lahir. Contoh, terjadi
hipotermi karena bayi baru lahir dibiarkan basah dan telanjang selama menunggu
plasenta lahir.
Bayi baru lahir mudah sekali terkena hipotermi. Hal ini disebabkan oleh karena :
a. Pusat pengaturan suhu tubuh pada bayi belum berfungsi dengan sempurna
b. Permukaan tubuh bayi relatif lebih luas
c. Tubuh bayi terlalu kecil untuk memproduksi dan menyimpan panas
d. Bayi belum mampu mengatur posisi tubuh dan pakaiannya agar tidak
kedinginan

Untuk mencegah terjadinya hipotermia pada bayi baru lahir perlu dilakukan upaya
pencegahan yaitu :

a. Ibu melahirkan bayi ditempat yang hangat


Ruangan tempat ibu melahirkan harus hangat dan tertutup dengan sirkulasi udara
yang cukup baik serta penyinaran cukup terang.

b. Segera mengeringkan tubuh bayi


Bayi lahir dengan tubuh basah oleh ketuban akan mempercepat terjadinya
penguapan dan bayi lebih cepat kehilangan panas tubuh, akibatnya dapat timbul
serangan dingin(cold stress)
Bayi baru lahir yang kedinginan biasanya tidak memperlihatkan gejala menggigil
oleh karena pusat pengatur suhunya belum sempurna. Hal ini menyebabkan gejala
awal hipotermi yang sering tidak terdeteksi oleh ibu atau perawat.

Untuk mencegah timbulnya serangan dingin tindakan yang dilakukan yaitu :


§ Setelah lahir bayi diletakan pada tempat yang diberi alas haduk kering, bersih
dan hangat
§ Segera keringkan bayi dengan haduk, lakukan dengan tepat mulai dari kepala
kemudian seluruh tubuh. Bila handuk basah harus diganti yang kering, bersih dan
hangat.
§ Bungkus bayi dengan kain kering dan hangat bayi diberi topi atau tutup kepala
dan diberi kaos tangan dan kaos kaki.

c. Segera letakan bayi pada dada ibu.


Kontak langsung kulit ibu dan bayi agar mendapatkan kehangatan. Ibu merupakan
sumber panas yang baik bagi bayi baru lahir.
d. Menunda memandikan bayi.
Memandikan bayi dilakukan setelah suhu tubuh bayi stabil, bayi tampak aktif dan
sehat. Memandikan bayi ditunda selama 24 jam setelah kelahiran.

11. MEMANDIKAN BAYI

Langkah Pertama

1. Siapkan bak mandi yang telah diisi air hangat untuk membilas kira-kira 1/3
bagian dan dua baskom berisi air (boleh hangat atau biasa) untuk membasahi
kepala dan badan. Lengkapi bak mandi dengan alas antislip.

2. Siapkan handuk lebar membentang yang kering dan bersih, juga waslap kepala
dan waslap tubuh, sabun, sampo, serta perlengkapan pembersih tali pusat di dekat
bentangan handuk.

3. Siapkan baju dengan kancing di bagian depan. Buka kancingnya dan


bentangkan di atas kasur atau perlak salin.

4. Gelar selembar popok di atas pakaian, kira-kira menutupi 1/3 bagian bawah
baju. Jangan lupa, bagian tali popok diletakkan di atas.

5. Siapkan sarung tangan dan kaki kalau perlu dan letakkan pada salah satu
sisinya.

6. Sediakan kosmetik bayi seperti minyak telon, losion, bedak, dan krem antiruam
di dekat bentangan baju.

LANGKAH KEDUA

a. Letakkan bayi di atas perlak. Buka seluruh pakaiannya, juga kasa pembungkus
tali pusat (jika belum puput). Jangan dipaksa apabila pembungkus tali pusat sulit
dibuka. Itu terjadi karena adanya perlengketan antara kain kasa dengan tali pusat.
Biarkan pembungkus tali pusat itu terlepas dengan sendirinya setelah terkena air.
Jika akan dikeramasi, bungkus tubuh bayi dengan handuk kering atau kain
bedongan agar tak kedinginan. Sangga punggung dan lehernya dengan tangan kiri
sementara ibu jari dan telunjuk menutup telinga kanan dan kiri bayi agar tak
kemasukan air. Basuh kepalanya dengan waslap, lalu usapkan sampo secukupnya.
Lakukan perlahan karena ubun-ubunnya masih lunak. Usahakan jangan sampai
busa sampo mengenai mata bayi meski pada kemasannya tertulis tidak pedih di
mata. Bilas kepala bayi dengan waslap yang telah dicelupkan ke dalam air.
Lakukan hingga bersih.

b. Masih di atas perlak, buka bedongan lalu sabuni bagian depan tubuhnya. Tak
perlu khawatir bila tali pusatnya yang belum puput terkena air atau sabun.
Miringkan tubuhnya ke kiri dan ke kanan sambil memegangi kepala dan bahunya
secara lembut tapi mantap. Lalu, sabuni bagian belakang tubuhnya. Terakhir,
sabuni tangan kanan dan kiri dari ketiak hingga ujung jari secara bergantian dan
diteruskan dengan kedua kakinya mulai dari bagian selangkangan hingga ujung
jari.

c. Ambil waslap, celupkan ke dalam air, lalu basuhlah tubuh bayi sampai busa
sabun bersih. Kemudian, masukkan bayi ke dalam bak mandi yang telah diisi air
hangat kira-kira 1/3 bagian.

d. Sangga punggung dan lehernya dengan lengan kiri sementara telapak tangan
menyangga ketiak bayi. Basuh kepala dan tubuhnya dengan air hingga kulitnya
tak lagi terasa licin oleh sampo dan sabun. Jangan terlalu lama agar bayi tidak
kedinginan.

e. Letakkan bayi di atas handuk kering dan bersih, keringkan tubuh dan
kepalanya. Perhatikan lipatan paha dan tangan, agar bagian itu betul-betul kering.
Lalu, pindahkan si kecil ke atas susunan pakaian yang telah disiapkan.

Bersihkan tali pusat yang belum puput, bungkus dengan kain kasa yang telah
dicelup dengan alkohol 70 persen atau betadin cair.

f. Olesi bagian perut dan punggung bayi dengan minyak telon agar hangat.

Kalau perlu pakaikan bedak dengan cara menaburkannya di permukaan puff


ataupun telapak tangan kita, baru setelah itu dioleskan ke lipatan kulit seperti
leher, ketiak, dan paha agar gesekan di daerah itu tak mengiritasi kulitnya. Fungsi
ini dapat digantikan oleh losion bayi. Hindari mengoleskan bedak di bagian organ
kelamin dan anus bayi karena kerak bedak dapat menjadi tempat
perkembangbiakan mikroba. Untuk mencegah ruam popok, olesi lipatan paha dan
pantatnya dengan krim antiruam.

g. Letakkan bayi dengan posisi kepala tepat di bagian leher baju. Pakaikan
popoknya terlebih dahulu, kemudian bajunya. Masukkan tangan bayi ke lubang
lengan baju secara bergantian dan kancingkan bajunya. Bila bayi tampak
kedinginan, pakaikan sarung tangan dan sarung/kaus kaki. Kemudian, bedong
bayi selama kurang lebih 1 jam. Setelah itu, bedong, sarung tangan dan sarung
kaki dilepas.

I. Teknik meningkatkan suhu bayi.


a. Bayi ditempatkan pada inkubator dengan yang dilengkapi dengan alat pengatur
suhu.
b. Couves yang diberi lampu penghangat.
c. Membedong bayi .

BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan

BAYI BARU LAHIR

Secara umum dikatakan normal apabila memiliki ciri sebagai berikut :

– Lahir pada masa gestasi 37 – 42 minggu

– Ukuran antropometri : berat badan berkisar antara 2500 gram – 4000 gram,
panjang badan 48 – 52 cm, lingkar dada 30 – 38 cm, lingkar kepala 32 – 37 cm

– Tanda vital dalam batas normal

– Tidak ada kelainan / kecacatan

Termoregulasi adalah kemampuan untuk menjaga keseimbangan antara


pembentukan panas dan kehilangan panas agar dapat mempertahankan suhu tubuh
di dalam batas batas normal.

Pada bayi-baru lahir, akan memiliki mekanisme pengaturan suhu tubuh yang
belum efisien dan masih lemah, sehingga penting untuk mempertahankan suhu
tubuh agar tidak terjadi hipotermi. Proses kehilangan panas pada bayi dapat
melalui proses konveksi, evaporasi, radiasi dan konduksi. Hal ini dapat dihindari
bila bayi dilahirkan dalam lingkungan dengan suhu sekitar 25-28 0C, dikeringkan
dan dibungkus dengan hangat.Simpanan lemak yang tersedia dapat digunakan
sebagai produksi panas.
Intake makanan yang adekuat merupakan suatu hal yang penting untuk
mempertahankan suhu tubuh. Jika suhu bayi menurun, lebih banyak energi yang
digunakan untuk memproduksi panas daripada untuk pertumbuhan dan terjadi
peningkatan penggunaan O2, Bayi yang kedinginan akan terlihat kurang aktif dan
akan mempertahankan panas tubuhnya dengan posisi fleksi dan meningkatkan
pernafasannya secara menangis, sehingga terjadi peningkatan penggunaan kalori
yang mengakibatkan hipoglikemi yang timbul dari efek hipotermi, begitu juga
hipoksia dan hiperbilirubinemia.
Suhu yang tidak stabil juga mengidentifikasikan terjadinya infeksi, sehingga
tindakan yang dilakukan harus menghindari terjadinya kehilangan panas pada
bayi baru lahir. Suhu tubuh bayi yang normal sekitar 36,5-37 0C

E.Hilangnya panas pada bayi


Hilangnya panas pada bayi merupakan keadaan yang merugikan, karena itu suhu
tubuh normal pada bayi harus dipelihara. Menurut buku Maternal and Neonatal
Nursing, 1994, hilangnya panas pada bayi baru lahir melalui empat cara yaitu :

a.Radiasi
Radiasi yaitu : transfer panas dari bayi kepermukaan yang lebih dingin, dan obyek
yang tidak berhubunganlangsungdenganbayi.
Hal tersebut dapat diartikan, panas tubuh bayi memancar ke lingkungan sekitar
bayi yang lebih dingin.
Contoh :

1.Udara dingin pada dinding luar dan jendela


2. Penyekat tempat tidur bayi yang dingin

b.Evaporasi
Evaporasi yaitu : hilangnya panas ketika air dari kulit bayi menguap.
Kondisi tersebut disebabkan karena adanya cairan ketuban yang membasahi kulit
bayi menguap.
Contoh :

1.Bayi lahir tidak langsung dikeringkan dari cairan ketuban.


2.Selimut atau popok basah bersentuhan dengan kulit bayi.

c.Konduksi
Konduksi yaitu : transfer panas yang terjadi ketika bayi kontak langsung dengan
permukaan obyekyangdingin.
Pernyataan tersebut dapat dijelaskan bahwa pindahnya panas tubuh bayi karena
kulit bayi langsung kontak dengan permukaan yang lebih dingin.
Contoh :

1.Tangan perawat yang dingin


2.Tempat tidur, selimut, stetoskop yang dingin

d.Konveksi
Konveksi yaitu : Hilangnya panas pada bayi yang terjadi karena aliran udara yang
dingin menyentuk kulit bayi
Hal tersebut terjadi karena aliran udara sekeliling bayi yang dingin.
Contoh :
1.Bayi diletakan didekat pintu atau jendela yang terbuka
2.Aliran udara dari pipa AC.

Sumber : koleksi Mediague.wordpress.com


dikumpulkan oleh RW.Hapsari

Anda mungkin juga menyukai