Oleh
Riri Mulyanisa
No. BP 1310311004
Preseptor :
dr. H. Masrizal, SpOG (K)
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
Case report session ini ditulis dengan tujuan agar dapat menambah wawasan dan
pengetahuan penulis dan pembaca mengenai kehamilan ektopik terganggu, selain itu
juga untuk memebuhi salah satu syarat dalam menjalani kepaniteraan klinik di Bagian
Universitas Andalas.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dr. H. Masrizal, SpOG (K) yang telah meluangkan waktu dalam memberikan
Dengan demikian, penulis berharap agar case report session ini dapat bermanfaat
Terganggu.
Penulis
2
DAFTAR ISI
Hal.
Kata Pengantar i
Daftar Isi ii
Daftar Gambar iii
Daftar Tabel iv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Tujuan Penulisan 2
1.3 Metode Penulisan 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi Genitalia Perempuan 3
2.2 Fisiologi Pembuahan dan Nidasi 4
2.3 Kehamilan Ektopik Terganggu
2.6.1 Definisi dan Klasifikasi 15
2.6.2 Epidemiologi 15
2.6.3 Etiologi dan Patogenesis 16
2.6.4 Diagnosis dan Manifestasi Klinis 17
2.6.5 Diagnosis Banding 22
2.6.6 Tatalaksana 23
2.6.7 Komplikasi 26
2.6.8 Prognosis 28
BAB III LAPORAN KASUS 30
BAB IV DISKUSI 36
DAFTAR PUSTAKA 38
ii
3
BAB I
PENDAHULUAN
mengancam nyawa ibu dan kelangsungan hidup janin, serta merupakan salah satu
penyebab utama mortalitas ibu, khususnya pada trimester pertama. Kehamilan ektopik
adalah peristiwa dimana implantasi blastosis terjadi diluar endometrium cavum uteri
kuantitatif mortalitas akibat KET berhasil ditekan, persentase insidens dan prevalensi
KET cenderung meningkat dalam dua dekade ini. Dengan berkembangan alat
Di Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo pada tahun 1987 terdapat 153
Amerika Serikat, kehamilan ektopik terjadi pada 1 dari 64 hingga 1 dari 241
Sebagian besar wanita yang mengalami kehamilan ektopik berumur antara 20-40
tahun dengan umur rata-rata 30 tahun. Frekuensi kehamilan ektopik yang berulang
1
1.2 Tujuan Penulisan
nodul tiroid dari segi epidemiologi, etiologi, patogenesis, diagnosis dan tatalaksana.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Alat genitalia perempuan terdiri dari genitalia eksterna dan genitalia eksterna,
yang termasuk genitalia eksterna adalah vulva dan vagina, sedangkan genitalia
interna terdiri dari uterus, tuba uterina / tuba falopii dan ovarium.4
2.1.1 Vulva1,4
dilingkari oleh labia mayora (bibir besar) yang ke arah belakang menyatu
jaringanlemak serupa dengan yang ada di mons veneris. Medial dari bibir besar
ditemukan bibir kecil (labia minora) yang kearah perineum menjadi satu dan
navikulare. Kanan dan kiri dekat pada fossa navikulare ini terdapat dua buah
3
lubang kecil tempat kedua muara saluran kelejnar bartolini. Labia mayora ke arah
orifisium uretra eksternum (lubang kemih). Di kanan dan kiri lubang kemih
terdapat dua lubang kecil dari slauran yang buntu (duktus parauretralis atau
duktus Skene).
2.1.2 Vagina1,4
vagina tertutup oleh sebagian himen (selaput dara), suatu lipatan selaput setempat.
Pada koitus pertama, himen umunya akan robek di beberapa tempat dan sisanya
vaginal toucher.
Selama masa embrional, 2/3 bagian atas vagina berasal dari duktus Mulleri
(asal dari entoderm), sedangkan 1/3 bagian bawahnya berasal dari lipatan-lipatan
ektoderm. Epitel vagina terdiri atas epitel squamosa. Lapisan ini terdiri dari
beberapa lapis epitel gepeng tidak bertanduk dan tidak mengandung kelenjar,
4
Gambar 2.1.2 Organ genitalia interna wanita
2.1.3 Uterus1,4
Uterus pada wanita dewasa berbentuk seperti buah avokad atau buah pir.
Ukuran panjang uterus adalah 7 - 7,5 cm lebar di tempat yang paling lebar adalah
5,25 cm dan tebal 2,5 cm. Uterus terdiri dari korpus uteri (2/3 bagian atas) dan
serviks uteri (1/3 bagian bawah). Didalam korpus uteri terdapat rongga (kavum
uteri), yang membuka ke luar melalui saluran (kanalis servikalis) yang terletakdi
serviks. Bagian bawah serviks yang terletak di vagina dinamakan porsio uteri
(pars vaginalis servisis uteri), sedangkan yang berada di atas vagina disebut pars
vaginalis servisis uteri. Antara korpus dan serviks masih ada bagian yang disebut
ismus uteri.
Bagian atas uterus disebut fundus uteri, pada bagian ini tuba Fallopii kanan
dan kiri masuk ke uterus. Dinding uterus terdiri atas miometrium dan
endometrium. Miometrium terdiri dari 3 lapis otot yang dapat berkontraksi dan
5
relaksasi. Lapisan otot sebelah luar berjalan longitudinal dan lapisan sebelah
dalam berjalan sirkuler, diantara kedua lapisan ini otot polos berjalan saling
beranyaman.
Kavum uteri dilapisi oleh selaput lendir yang kaya dengan kelenjar yang
ovarium.
vagina, sedang korpus uteri mengarah ke depan dan membentuk sudut 1200-1300
Dengan demikian, dari luar ke dalam dinding korpus uteri akan dilapisi oleh
dari arteria uterina (cabang dari arteri iliaka interna) dan dari arteria ovarika.
Tuba Fallopii ialah saluran telur yang berasal dari duktus Mulleri. Rata-rata
panjang tuba 11 - 14 cm. Bagian tuba yang berada di dinding uterus dinamakan
pars interstisialis, lateral dari itu ke arah ujung tuba (3-6 cm) terdapat pars ismika
yang masih sempit ( diameter 2 - 3 mm), dan lebih ke arah distal lagi disebut pars
ampularis yang lebih lebar (diameter 4 -10 mm), tuba mempunyai ujung terbuka
6
menyerupai anemon yang disebut infundibulum dan fimbria yang merupakan
tangan-tangannya.
Bagian luar tuba diliputi oleh peritoneum viseral, yang merupakan bagian
dari ligamentum latum, Otot polos dinding tuba terdiri dari atas 2 lapis (dari luar
ke dalam) yaitu lapisan longitudinal dan otot sirkuler. Lebih dalam lagi terdapat
bagian ampula. Mukosa tuba terdiri atas epitel selapis kubik sampaik silindrik,
2.1.5 Ovarium1,4
Indung telur pada seorang dewasa kira-kira sebesar ibu jari tangan, terletak di
kiri dan kanan uterus, dekat pada dinding pelvis di fossa ovarika. Ovarium
infundibulopelvikum).
kecil ovarium berada di ligamentum latum, disebut hilus ovarii. Pada bagian hilus
ini masuk pembuluh darah dan saraf ke ovarium. Lipatan yang menghubungkan
Bagian ovarium yang berada di dalam kavum peritonei dilapisi oleh epitel
7
terdapat tunika albuginea dan di bawahnya lagi baru ditemukan lapisan tempat
ovarium terpenting dan dapat ditemukan di korteks ovarii dalam letak yang
beraneka ragam, dan juga dalam tingkat-tingkat perkembangan dari satu sel telur
yang dikelilingi oleh satu lapisan sel saja sampai folikel de Graaf matang. Folikel
yang matang ini terisi dengan likuor follikuli yang mengandung estrogen, dan
ekskavasio rektouterina atau kavum Douglasi, yang diliputi pula oleh peritoneum.
Sebagian besar ovarium terletak intraperitoneal, dan hanya hilus ovarii yang
interna (arteri hipogastrika) dan arteri ovarika. Arteri ovarika sinistra berasal dari
arteria renalis sinistra. Arteri ovarika masuk ke ovarium dan tuba melalui
pertama melalui tuba, dan yang kedua melalui ovarium dengan ramus asenden
serta ramus desenden. Yang terakhir ini memberikan darah kepada serviks dan
2/3 bagian atas vagina. Vagina dan genitalia eksterna juga mendapatkan darah
8
Saluran limfe serviks uteri mengalir dari tiga jurusan utama yaitu, dari ismus
Saluran limfe korpus uteri juga mengalir dari tiga jurusan yaitu dari bagian
bawah korpus uteri ke kelompok glandula iliaka dan glandula sakralis lateralis.
Saluran limfe vagina bagiaan 2/3 atas vagina menyalrkan limfe ke glandula
Sistem saraf genital pada umumnya merupakan sistem saraf otonom. Inervasi
uterus terdiri terutama atas sistem saraf simpatis, tetapi untuk sebagian juga atas
berada di dalam panggul di sebelah kiri dan kanan os sakrum, berasal dari saraf
lewat depannya bifurkasio aortadan promontorium, membagi dua kanan dan kiri
9
kontraksi dan vasokonstriksi, sedangkan serabut parasimpatis mencegah
masuk ke dalam korona radiata, tetapi hanya satu yang dapat memasuki sel telur. Saat
sprematozoa masuk ke sel telur, terjadi perubahan pada permukaan sel telur yang
mengakibatkan sel telur tidak bisa dimasuki oleh spermatozoa yang lain. Setelah
penyatuan inti sel sperma dengan inti sel telur, akan didapatkan inti sel telur dengan
46 kromosom.1,5
blastomer. Sel telur selanjutnya membelah menjadi dua sel, empat sel, delapan sel,
enam belas sel, tiga puluh dua sel, dan seterusnya sehingga menjadi morula.
menjadi dua jenis, yaitu sel trofoblas dan nodus embrional atau bintik benih. Sel
trofoblas terletak di bagian luar dan merupakan dinding dari telur yang berfungsi
mencari makan untuk telur. Sedangkan bintik benih atau nodus embrional terletak
Pada tingkat ini telur disebut blastokista, blastokista akan mengalami proses
nidasi yaitu proses telur menanamkan diri ke dalam endometrium yang terjadi sekitar
hari ke-enam setelah fertilisasi, sebagian terjadi pada dinding depan atau dinding
belakang sekitar fundus uteri. Nidasi dapat terjadi karena trofoblas memiliki daya
10
untuk menghancurkan sel – sel endometrium yang juga digunakan sebagai bahan
Selanjutnya, pada bintik benih akan timbul rongga yaitu ruang amnion yang
merupakan ruang tempat tumbuh embrio. Ruang amnion semakin lama akan semakin
besar hingga meliputi seluruh embrio. Ruang ini dibatasi oleh sel-sel ektoderm. Pada
waktu yang bersamaan juga terbentuk rongga lain di bawah ruang amnion yaitu
ruangan kuning telur dengan sel-sel di sekitarnya yang disebut entoderm. 5,7
Timbul lapisan baru di antara lapisan endoderm dan ektoderm yang meliputi
eksoselom, ruang amnion dan ruang kuning telur, yaitu lapisam mesoderm. Sehingga,
ruang kuning telur dibatasi oleh sel endoderm di bagian dalam dan sel mesoderm di
bagian luar. Ruang amnion dibatasi oleh ektoderm di bagian dalam dan mesoderm di
bagian luar, sedangkan eksoselom dibatasi oleh mesoderm di bagian dalam dan
Terbentuk korion yaitu trofoblas bagian dalam yang diliputi oleh mesoderm.
Tiga lapisan janin yaitu endoderm, mesoderm dan ektoderm akan menjadi diskus
embrional yang menonjol ke ruang amnion dan berkembang menjadi janin. Terdapat
hubungan antara bagian janin dan dinding trofoblas berupa tangkai yang terdiri dari
mesoderm bagian dalam dan dilapisi oleh epitel amnion di bagian luar. Tangkai ini
Ruangan amnion akan bertambah besar sehingga bagian luar dari amnion
yang merupakan lapisan mesoderm akan merapat dengan korion. Korion awalnya
hanya terdiri dari satu lapis sel, selanjutnya berkembang menjadi dua lapisan yang
terdiri dari lapisan Langhans atau sitotrofoblas dan lapisan sinsitium atau
dengan mesoderm dan antar sel terdapat batas yang jelas, sedangkan lapisan
11
sinsitiotrofoblas adalah lapisan luar yang berhubungan dengan desidua dan tidak
kapsularis, maka cabang tersebut akan mati karena tidak mendapat makanan, sehingga
korion menjadi gundul dan disebut chorion-leave. Sedangkan jika cabang tersebut
tumbuh ke dalam desidua basalis, maka akan tumbuh subur dan menjadi plasenta (uri),
2.3.1 Definisi1,2
Kehamilan ektopik berasal dari kata “Ectopos” yang berarti diluar tempat,
jadi kehamilan ektopik merupakan suatu kehamilan yang pertumbuhan sel telur
yang telah dibuahi tidak menempel pada dinding endometrium kavum uteri.
Kehamilan ektopik dapat terjadi di luar rahim misalnya dalam tuba, ovarium atau
rongga perut, tetapi dapat juga terjadi di dalam rahim di tempat yang luar biasa
misalnya dalam cervik, pars intertistialis atau dalam tanduk rudimeter rahim.
Lebih dari 95% kehamilan ektopik berada di saluran telur (tuba Fallopii).
aterm.
gangguan pada kehamilan tersebut sehingga terjadi abortus maupun ruptur yang
12
2.3.2 Klasifikasi 1,4
a. Kehamilan tuba adalah kehamilan ektopik pada setiap bagian dari tuba fallopi.
berimplantasi pada ampulla (85%), isthmus (25%), fimbrial (17%), atau pun
pada interstisial (2%) dari tuba. Tuba fallopi mempunyai kemampuan untuk
berkembang yang terbatas, sehingga sebagian besar akan pecah (ruptura) pada
13
kehamilan tersebut ditegakkan atas dasar 4 kriteria dari Spiegelberg, yakni (1)
tuba pada sisi kehamilan harus normal, (2) kantong janin harus berlokasi pada
ovarium, (3) kantong janin dihubungkan dengan uterus oleh ligamentum ovari
propium, (4) jaringan ovarium yang nyata harus ditemukan dalam dinding
kantong janin. Kriteria ini sulit untuk dipenuhi karena adanya kerusakan
c. Kehamilan servikal adalah bentuk dari kehamilan ektopik yang jarang sekali
terjadi. Nidasi terjadi dalam selaput lendir serviks. Dengan tumbuhnya telur,
serviks mengembang. Gejala yang timbul berupa perdarahan tanpa nyeri pad
total. Kriteria diagnosis oleh Paalman dan McElin berupa ostium uteri
tanpa disertai rasa nyeri, serviks terasa lunak membesar bahan dapat lebih
atau kurang dari 0,1% dari seluruh kehamilan ektopik. Kehamilan Abdominal
ada 2 macam :
perut.
14
b. Sekunder, yaitu pembentukan zigot terjadi ditempat yang lain misalnya
dalam rongga abdomen oleh karena terlepas dari tempat asalnya. Hampir
mencapai umur cukup bulan, hal ini jarang terjadi, yang lazim ialah
dengan kehamilan intrauterin, dan juga ditemukan dua korpora luteal. Jika
kehamilan ektopik.
intrautrin normal.
ektopik yang telah mati atau pun ruptur dan kehmilan intrauterin yang
15
intrauteri, tetapi implantasi plasentanya di daerah kornu, yang kaya akan
pembuluh darah). Karena lapisan myometrium di sini lebih tebal maka ruptur
kehamilan ektopik dalam tuba yang pecah. Konseptus yang terjatuh ke dalam
ruangan ekstra peritoneal ini apabila lapisan korionnya melekat dengan baik
dan tumbuh membesar. Dengan demikian proses kehamilan ini serupa dengan
k. Kehamilan ektopik kronik dipakai karena pada keadaan ini anatomi sudah
atau tubo-ovarial atau intraligamenter yang janinnya telah mati dan disertai
adanya gumpalan darah yang semula berasal dari perdarahan ruptur kantong
16
dalam bentuk kantong jendalan darah. Penderita tidak merasaka sakit lagi,
tapi pada pemeriksaan fisik dan USG didapatkan massa yang berisi jendalan
darah.
2.3.3 Epidemiologi1,4
Angka kejadian kehamilan ektopik pada ibu hamil mencapai 1,2 - 1,4 %.
tuba Fallopii yaitu 90-95 %, selain itu juga ditemukan di ovarium sebanyak 3.2 %
hamil, di Norwegia 14,9 / 1.000 orang ibu hamil, sedangkan di Australia mencapai
seiring dengan bertambahnya usia ibu, terutama terjadi pada ibu dengan usia lebih
dari 30 tahun.
Kehamilan ektopik terjadi bilanidasi terjadi di luar kavum uteri atau di luar
17
- Faktor tuba
menyempit atau buntu. Keadaan uterus yang mengalami hipoplasia dan slauran
tuba yang berkelok-kelok panjang dapat menyebabkan gangguan fungsi silia tuba.
Demikian juga pada keadaan pasca operasi rekanalisasi tuba dapat merupakan
Faktor tuba yang lain adalah adanya kelainan endometriosis tuba atau
divertikel saluran tuba yang bersifat kongenital. Adanya tumor di sekitar saluran
tuba, misalnya mioma uteri atau tumor ovarium yang menyebabkan perubahan
bentuk dan patensi tuba, juga dapat menjadi etiologi kehamilan ektopik.
Apabila zigot tumbuh terlalu cepat atau tumbuh dengan ukuran besar, maka
zigot akan tersendat dalam perjalanan pada saat melalui tuba, kemudian terhenti
- Faktor ovarium
Bila ovarium memproduksi ovum dan ditangka oleh tuba yang kontralateral,
dapat membutuhkan proses khusus atau waktu yang lebih panjang sehingga
- Faktor hormonal
- Faktor lain
18
ektopik. Faktor usia penderita yang sudah tua dan faktor perokok juga sering
Patologi
endometrium untuk proses nidasi, maka embrio dapat tumbuh di saluran tuba dan
kemudian akan mengalami beberapa proses seperti pada kehamilan pada umunya.
Karena tuba bukan merupakan suatu media yang baik untuk pertumbuhan embrio
Pada implantasi secara kolumner, ovum yang dibuahi cepat mati karena
vaskularisasi kurang dan dengan mudah terjadi reabsorbsi total. Dalam keadaan
ini penderita tidak mengeluh apa-apa, hanya haid terhambat untuk beberapa hari.
vili korialis pada dinding tuba di tempat implantasi dapat melepaskan implantasi
Pelepasan ini dapat terjadi sebagian atau seluruhnya, bergantung pada derajat
dikeluarkan dalam lumen tuba dan kemudian didorong oleh darah ke arah ostium
tuba pars abdominalis. Frekuensi abortus dalam tuba bergantung pada implantasi
telur yang dibuahi. Abortus ke lumen tuba lebih sering terjadi pada kehamilan
pars ampularis, sedangkan penembusan dinding tuba oleh vili korialis ke arah
19
peritoneum biasanya terjadi pada kehamilan pars ismika. Perbedaan ini
disebabkan oleh lumen pars ampularis yang lebih luas sehingga dapat mengikuti
lebih mudah pertumbuhan hasil konsepsi jika dibandingkan dengan bagian ismus
akan terus berlangsung, dari sedikit-sedikit oleh darah, sehingga berubah menjai
melalui ostiu tuba. Darah ini akan berkumpul di kavum Douglasi dan akan
Ruptur tuba sering terjadi bila ovum berimplantasi pad aismus dan biasanya
kehamilan yang lebih lanjut. Faktor utama yang meyebabkan ruptur ialah
Ruptur dapat terjadi secra spontan atau karena trauma ringan seperti koitus dan
pemeriksaan vaginal. Dalam hal ini akan terjadi perdarahan dalma rongga perut,
kematian. Bila pseudokapsularis ikut pecah, maka terjadi pula erdarahan dalam
lumen tuba. Darah dapat mengalir ke dalam rongga perut melalui ostium tuba
abdominal.
Bila pada abortus dalam tuba ostium tub atersumbat, ruptur sekunder dapat
terjadi. Dalam hal ini dinding tuba, yang telah menipis oleh invasi trofoblas,
20
pecah karena tekanan darah dalam tuba. Kadangkadang ruptur terjadi diarah
Pada ruptur rongga perut seluruh janin dapat keluar dari tuba, tetapi bila
robekan tub akecil, perdarahan terjadi tanp ahasil konsepsi dikeluarkan dari tuba.
Perdarahan dapat berlangsung terus sehingga penderita akan cepat jatuh dalam
keadaan anemia atau syok karena hemoragia. Darahtertampung pada rongga perut
akan mengalir ke keavum Douglasi yang makin lama makin banyak danakhirnya
dapat memenuhi rongga abdomen. Bila penderita tidak dioperasi dan tidka
diderita dan tuanya kehamilan. Bila janin mati dan masih kecil, dapat direabsorbsi
Janin yang dikeluarkan dari tuba dengan maish diselubungi oleh kantong
amnion dan dengan plasenta masih utuh, kemungkinan tumbuh terus dalam
21
Gambar 2.1.4 Patofisiologi kehamilan ektopik terganggu
22
2.3.5 Patofisiologi1,5,6
ektopik:
dengan faktor hormonal. Dalam hal ini gerakan peristalsis tuba menjadi
keseimbangan kadar estrogen dan progesteron serum. Dalam hal ini terjadi
perubahan jumlah dan afinitas reseptor adrenergik yang terdapat dalam utrus
dan otot polos dari saluran telur. Ini berlaku untuk kehamilan ektopik yang
23
kehamilan. Merokok pada waktu terjadi konsepsi dilaporkan meningkatkan
3. Kegagalan Kontrasepsi
risiko kehamilan ektopik, tetapi bila terjadi kehamilan pada wanita yang
kehamilan ektopik.
induksi ovulasi. Induksi ovulasi dengan human pituitary hormone dan hCG
24
2.3.6 Diagnosis dan Gambaran Klinis3,6,8
disertai rasa agak sakit pada payudara yang didahului keterlambatan haid.
Disamping gangguan haid, keluhan yang paling sering ialah nyeri di perut bawah
ditentukan.
perdarahan banyak yang tiba-tiba dalam rongga perut sampai terdapatnya gejala
yang tidak jelas, sehingga sukar membuat diagnosisnya. Gejala dan tanda
bergantung pada lamanya kehamilan ektopik terganggu, abortus atau ruptur tuba,
tuanya kehmilan, derajat perdarahan yang terjadi, dan keadaan umum penderita
sebelum hamil.
dapat unilateral atau bilateral, pada abdomen bagian bawah, seluruh abdomen,
atau hanya di bagian atas abdomen. Umumnya diperkirakan, bahwa nyeri perut
yang sangat menyiksa pada suatu ruptur kehamilan ektopik, disebabkan oleh
darah yang keluar ke dalam kavum peritoneum. Tetapi karena ternyata terdapat
nyeri hebat, meskipun perdarahannya sedikit, dan nyeri yang tidak berat pada
perdarahan yang banyak, jelas bahwa darah bukan satu-satunya sebab timbul
nyeri. Darah yang banyak dalam kavum peritoneal dapat menyebabkan iritasi
25
Amenorea atau gangguan haid merupakan tanda yang penting pada
yang penting pada kehamilan ektopik terganggu. Hal ini menunjukkan kematian
janin, dan berasal dari uteri karena pelepasan desidua. Perdarahan biasanya
sedikit, berwarna coklat tua, dan dapat intermiten atau terus menerus.
uteri menimbulkan rasa nyeri dan kavum Doglas teraba menonjol, berkisar dari
26
Alur pemeriksaan:
1. Anamnesa
beberapa bulan atau hanya haid yang tidak teratur. Kadang-kadang dijumpai
keluhan hamil muda dan gejala hamil lainnya. Nyeri perut bagian bawah, nyeri
bahu, tenesmus dan perdarahan pervaginam terjadi setelah nyeri perut bagian
bawah.
2. Pemeriksaan umum
3. Pemeriksaan ginekologi
menyebabkan rasa nyeri. Bila uterus dapat diraba maka akan terasa sedikit
yang sukar ditentukan. Cavum douglasi yang menonjol dan nyeri raba
forniks posterior. Jika terisap darah, ada 2 kemungkinan yang terjadi, yaitu:
b. Tertusuknya vena dan terisapnya darah vena dari daerah tersebut. Oleh
karena itu, untuk mengatakan bahwa Douglas pungsi positif artinya ada
27
perdarahan dalam rongga perut dan darah yang diisap mempunyai sifat
berwarna merah tua, tidak membeku setelah diisap, dan biasanya di dalam
warnanya dan membeku, darah itu berasal dari vena yang tertusuk.
6. Ultrasonografi
kehamilan intrauterin.
b. Bila terdapat gerakan jantung janin di luar uterus, yang merupakan bukti
c. Massa di luar kavum uteri belum tentu suatu massa dari kehamilan
ektopik.
28
2.3.7 Diagnosis Banding1
2.3.8 Tatalaksana1,4,8
dilakukan secara medis ataupun bedah. Secara medis dengan melakukan injeksi
tuba yang belum pecah, (2) diameter kantong gestasi kurang sama dengan 4 cm,
(3) perdarahan dalam rongga perut kurang dari 100 ml, (4) tanda vital baik dan
1. Pembedahan konservatif
Pada prosedur ini dibuat insisi linear sepanjang 10-15 mm pada tuba tepat di
29
sekundam. Prosedur ini dapat dilakukan dengan laparotomi maupun
laparoskopi.
salpingotomi.
2. Pembedahan radikal
h. Kehamilan heterotopik
dapat menyebabkan jaringan parut dan penyempitan lumen pars ismika yang
30
2.3.9 Pencegahan1,2,5
1. Pencegahan Primer
1. Perbaikan dan peningkatan status gizi untuk meningkatkan daya tahan tubuh
dengan pasangannya.
efektivitas tinggi dan efek sampingan yang sekecil mungkin. Pil kombinasi
merupakan pil kontrasepsi yang sampai saat ini dianggap paling efektif.
31
2. Pencegahan sekunder
lebih lanjut, mencegah terjadinya komplikasi dengan sasaran bagi mereka yang
1. Program penyaringan
2. Diagnosa dini
kehamilan ektopik pecah. Dalam hal ini pemeriksaan prenatal dini dalam
terhadap kehamilan ektopik antara lain adalah wanita yang pernah menjalani
sebelumnya, akseptor AKDR atau pil bila terjadi kehamilan tidak sengaja, dan
32
3. Pencegahan Tersier
yang ditujukan terhadap penderita yang baru pulih dari Kehamilan Ektopik
moral bagi penderita terutama penderita yang infertile akibat Kehamilan Ektopik
agar tidak berkecil hati, mempunyai semangat untuk terus bertahan hidup dan
tidak putus asa sehingga dapat menjadi anggota masyarakat yang berdaya guna.
2.3.8 Prognosis
Prognosis baik bila kita dapat menemukan kehamilan ektopik secara dini.
didiagnosis harus dapat ditentukan dengan cepat dan persediaan darah untuk
33
BAB III
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. R
MR : 45 20 47
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur/tanggal lahir : 34 tahun /07-01-1984
Pekerjaan : IRT
Suku Bangsa : Minang
Alamat : Koto Tangah, Agam
Keluhan Utama
Nyeri seluruh lapangan perut sejak 15 hari yang lalu
34
Riwayat Kehamilan/ Persalinan/ Abortus : (4 /3 /0)
Anak 1 : 2005/ aterm/ spontan pervaginam/ laki-laki / 3300 gr
Anak 2 : 2012/ aterm/ SC a.i KPD/ laki-laki/ 2700 gr
Anak 3 : 2016/ aterm/ SC a.i KPD/ laki-laki/ 3400 gr
Anak 4 : hamil sekarang
PEMERIKSAAN FISIK
Vital Sign
Keadaan Umum : sakit sedang
Kesadaran : komposmentis kooperatif
Tekanan Darah : 90 / 50 mmHg
Frekuensi Nadi : 102 kali per menit
Frekuensi Nafas : 23 kali per menit
Suhu : 36,7 oC
Status Gizi : sedang
VAS :4
Status Generalis
Kepala :
Normocephal, rambut hitam tidak mudah dicabut, tidak ditemukan kelainan.
Mata :
Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik.
Pupil isokor dengan diameter 3 mm/ 3mm, RC +/+
Eksoftalmus (-)
35
Telinga :
Nyeri tekan tragus tidak ada, nyeri tarik tidak ada, nyeri keto os. mastoid tidak
ada, keluar cairan atau darah tidak ada.
Hidung :
Simetris, deviasi septum tidak ada, keluar cairan atau darah tidak ada.
Mulut :
Bibir sianosis tidak ada, lidah kotor tidak ada, caries dentis tidak ada.
Leher :
JVP 5-2 cmH2O,
Kelenjar getah bening tidak membesar, .
Kelenjar tiroid tidak membesar.
Deviasi trakea tidak ada
Torak :
Paru
Inspeksi : normochest, simetris, pergerakan kiri = kanan
Palpasi : fremitus kiri = kanan
Perkusi : sonor
Auskultasi : suara nafas vesikuler, ronchi + /+, wheezing -/-.
Jantung
Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat
Palpasi : Iktus kordis teraba 1 jari medial LMCS - RIC V
Perkusi : Batas jantung dalam batas normal
Auskultasi : Irama teratur, bising tidak ada.
Ekstremitas :
Akral hangat, CRT < 2 detik, oedem tidak ada.
Tremor (-)
Kekuatan motorik 555 555
555 555
Refleks fisiologis
++ ++
++ ++
36
Refleks patologis
- -
- -
Status Obstetri :
Abdomen :
Inspeksi : Perut tidak tampak membuncit
Striae gravidarum (+), hiperpigmentasi linea mediana (+)
Sikatrik bekas operasi (+)
Palpasi : Nyeri tekan (+), Nyeri lepas (-), Defans muscular (-)
TFU tidak teraba
Ballotemen uterus (-)
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Pelvis :
Tidak ada kelainan.
Genitalia :
Vulva dan uretra tenang
Perdarahan Pervaginam tidak ada
Vaginal Toucher :
Portio : Ø (-), multipara sebesar jempol kaki, tumor (-), nyeri goyang (+)
CD : menonjol
Plano Test : +
Diagnosa Kerja :
G4P3A0H3 gravid 12-13 minggu + susp. Kehamilan Ektopik Terganggu
37
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan
Haemoglobin 7.4 12 – 16 g/dL
Hematokrit 22.3 37 – 47 %
Eritrosit 2.39 4.2 - 5.4 106/µL
Leukosit 18.23 4.8 - 10.8 103/µL
Trombosit 488 150 – 450 10s/µL
Kalium 3.61 3.5 - 5.5 mEq/dL
Natrium 134.3 135-147 mEq/dL
Khlorida 107.2 100-106 mEq/dL
Tes Kehamilan +
Pemeriksaan penunjang :
USG
Kesan:
Uterus dengan ukuan 7,4 x 4,3 cm
Tidak tampak gestational sac intrauterin
Tampak cairan bebas di kavum Douglass
Tmapak massa hiperechoic di adneksa kanan, diameter 6 x 7 cm
Kesimpulan :
Hematochele ec suspek KET / abortus tuba kanan
38
Diagnosis :
G4P3A0H3 gravid 12-13 minggu dengan Kehamilan Ektopik Tergangu. + anemia
Penatalaksanaan :
1. Rawat bangsal obgyn
2. Cek darah lengkap dan FT3, FT4, TSH
3. Cek B-hcG kuantitatif
4. Transfusi PRC, sampai HB 10 g/dL
5. Laparotomy + Salphingooverektomi dextra
6. Cefixim 2 x 200 mg
7. Injeksi Traneksamat 1 gr (3 hari) 3 x 1
8. Vitamin K ( 3 x 100 mg (3 hari)
LAPORAN PEMBEDAHAN
Tanggal Operasi : 19 Februari 2018
Diagnosa pra bedah : G4P3A0H3 gravida12-13 minggu + KET+anemia sedang
Diagnosa Pasca Bedah : P4A0H3 post salpingoovarectomy dextra a.i KET
dengan anemia sedang
Tindakan : Laparatomy dan Salpingoovarectomy dextra
Uraian Pembedahan
1. Pasien tidur terlentang dan dilakukan general anestesi
2. Dilakukan tindakan aseptik dan antiseptik di daerah abdomen dan sekitarnya
3. Dipasang duk steril
4. Dilakukan insisi pada linea mediana
5. Dilakukan eksplorasi, tampak janin usia 12 - 13 minggu dan dilakukan
salphingoovarectomi dextra
6. Perdarahan dihentikan dan dirawat
7. Dipasang draine
8. Setelah dipastikan tidak ada perdarahan, dinding abdomen di jahit lapis demi
lapis
9. Kulit dijahit matras
10. Perdarahan selama tindakan lebih kurang 1000 cc
39
Keadaan Pasca Bedah
1. Masuk pukul : 15.20 WIB
2. Keadaan umum : Sadar
3. Nadi : 85 kali permenit
Tekanan darah : 90/50 mmHg
Suhu tubuh : 36,5 OC
4. Pernapasan : 20 kali per menit
40
Follow up Ruangan
Tanggal/ Catatan Instruksi
Jam
24/02/2018 S/ Demam (-), mual (-), muntah (-) -Kontrol KU, VS, PPV
Ku: S.Sedang, kes :cmc -Mobilisasi bertahap
T : 110/70 mmHg
R : 20 x/mnt
N : 80 x/mnt
S : Afebris
Konjungtiva : Tidak anemis
Abdomen : Datar, Lembut
DM (-), PS/PP (-/-)
NT (+)
Luka operasi tertutup
verban
Genitalia : V/U tenang, PPV (-)
A/ P4A0H3 post salvingoovarectomy
dextra a.i KET
41
BAB IV
DISKUSI
42
- Hipotensi +
- Takikardi +
- Pucat dan anemis +
- Akral dingin -
7. Nyeri tekan dan nyeri lepas abdomen +
8. Uterus membesar -
9. Nyeri goyang serviks dan porsio +
10. Kanan/kiri uterus : nyeri pada perabaan + (kanan)
11. Cavum doughlass menonjol dan terdapat nyeri tekan +
12. Hemoglobin menurun dari kadar normal + (7 mg/dL)
43
tindakan tubektomi saat operasi. Setelah operasi berakhir, pasien pindah rawat dan
dilakukan pemeriksaan laboratorium darah rutin berulang, KU, TTV, dan nilai
nyeri luka post op, dan jika dari labor hematologi belum stabil dengan dapat
dilakukan transfuse untuk menangani anemia pada pasien.
Prognosis pada pasien ini Quo ad vitam ad bonam tidak ada gejala atau tanda
yang mengarah pada ancaman kematian. Keadaan umum, kesadaran, dan tanda
vital pasien masih dalam batas normal. Quo ad functionam ad bonam Kehamilan
ektopik terganggu bila diobati dan ditangani dengan benar akan sembuh, namun
akan menyebabkan akut abdomen apabila tidak diobati.
44
BAB V
KESIMPULAN
A. KESIMPULAN KASUS
Berdasarkan analisa kasus, maka dapat ditegakkan diagnosis kehamilan
ektopik terganggu atas dasar manifestasi klinis :
1. Wanita 34 tahun
2. G4P3A0H3, gravid 12-13 minggu
3. Keluhan nyeri perut
4. Pada status generalis ditemukan konjungtiva anemis
5. Pada status obstetri ditemukan nyeri tekan abdomen, nyeri goyang porsio, nyeri
tekan uterus kanan, cavum doughlass menonjol dan nyeri bila ditekan
6. Tes kehamilan positif
7. Interpretasi USG menujukkan kehamilan ekstrauterin, GS sulit dinilai, dengan
free fluid positif
8. Kesan kehamilan ektopik terganggu
45
DAFTAR PUSTAKA
46