Anda di halaman 1dari 12

Bos PT MKS Akui Suap Bupati Bangkalan Miliaran

Rupiah
Aghnia Adzkia, CNN Indonesia | Senin, 30/03/2015 15:16 WIB
Bagikan :

Tersangka kasus dugaan suap suplai gas alam di Bangkalan, Madura, Fuad Amin Imron (kanan) memasuki ruang sidang sebelum
menjadi saksi pada sidang dengan terdakwa Antonio Bambang Djatmiko dengan agenda pemeriksaan saksi di Pengadilan
Tipikor, Jakarta, Senin (23/3). (Antara Foto/Reno Esnir)

Jakarta, CNN Indonesia -- Direktur Human Resource Development PT Media Karya Sentosa (MKS)
Antonius Bambang Djatmiko (penyuap) mengakui telah menyerahkan duit miliaran rupiah untuk
bekas Bupati Bangkalan Fuad Amin Imron (yg disuap) sejak tahun 2009-2014. Duit senilai total Rp
18,85 miliar diberikan untuk memuluskan pembelian gas alam di Blok Poleng, Bangkalan, Jawa
Timur.

Mulanya, Bambang menyerahkan duit sebanyak Rp 50 juta setiap bulan secara tunai. Duit diberikan
sejak medio tahun 2009-Juni 2011. Setelah itu nominal duit pelicin melonjak empat kali lipat menjadi
Rp 200 juta. "Rp 200 juta mulai Juli 2011 sampai akhir Desember 2013," ujar Bambang saat diadili
di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor), Jakarta, Senin (30/3).

PILIHAN REDAKSI Tak berhenti di situ, lonjakan


jumlah uang suap kembali
 Berkas Lengkap, Ajudan Fuad Amin Segera Diadili terjadi menjadi Rp 700 juta
 Duit Suap Gas Alam Bangkalan Mengalir ke Anggota DPRD mulai Januari 2014 hingga
 Meski Ditahan KPK, Fuad Amin Sesumbar Menang Pilkada November 2014. Duit
 Fuad Amin Sebut Duit Suap Miliaran Sebagai Rezeki seluruhnya merupakan alokasi
"pemulus" dari PT MKS. Namun
pada tahun lalu, Fuad memberikan ucapan terima kasih pada Bambang senilai Rp 100 juta setiap
bulan dari duit suap tersebut.
"Pak Fuad beri saya sebagai tanda terima kasih Rp 100 juta. Saya simpan," ujar Bambang.

Alhasil, saban empat minggu dirinya hanya mengirimkan duit sebanyak Rp 600 juta. Selama lima
tahun, duit diberikan melalui beragam cara. "Biasanya beliau (Fuad Amin) telepon saat akhir bulan
dia minta kirim ke si A. Kalau uang sudah siap, awal bulan saya kirim. Uang dikirim melalui Eko
Prasetyo, Zainal Abidin Zain, Mudarmadi, ya kira-kira itu," kata Bambang.

Sederet nama tersebut merupakan kerabat dan anak buah Fuad Amin. Selain melalui transfer, duit
suap juga diserahkan langsung di sejumlah tempat, antara lain rumah milik Fuad Amin di bilangan
Cipinang Cempedak, Jakarta Timur.

"Perjanjian gas selesai Desember 2013. Beliau (Fuad Amin) sempet bilang kalau bisa dinaikan,"
ujarnya.

Atas permintaan tersebut, PT MKS pun berkoordinasi untuk menaikan nominal suap. Merujuk
berkas dakwaan, duit diberikan sebagai "upah" Fuad membantu Bambang dan perusahaannya
dalam pembelian gas alam.

Sebelumnya, PT MKS mengajukan permohonan alokasi gas bumi di Blok Poleng, Bangkalan. Pada
saat yang bersamaan, Perusahaan Daerah Sumber Daya (PD SD) juga menginginkan hal yang
sama.

Bambang lantas melobi Fuad agar PT MKS dapat membeli gas bumi dari PT Pertamina EP di Blok
Poleng Bangkalan. Fuad Amin pun sepakat untuk membantu. Selain itu, Fuad juga memberikan
dukungan PT MKS kepada Kodeco Energy, Co Ltd terkait permintaan penyaluran gas alam ke Gili
Timur.

Untuk merealisasikan permohonan tersebut, PT MKS maupun PD SD sepakat membuat nota


perjanjian. Akhirnya, PT MKS dan PD SD menandatangani surat perjanjian konsorsium
pemasangan pipa gas alam. Tak berselang lama, BP Migas menunjuk PT EP sebagai penjual gas
kepada PT MKS.

Pada 5 September 2007, PT Pertamina EP dan MKS menandatangani perjanjian tentang Jual Beku
Gas Alam untuk Pembangkit Listrik di Gresik dan Gili Timur, Madura. Pada praktiknya, pengerjaan
proyek PT MKS dan PD SD tidak pernah dilangsungkan. Kendati pengerjaan proyek pembangunan
pipa gas alam tak pernah berlangsung, PT MKS tetap menyerahkan duit panas ke PD SD dan Fuad
Amin Imron.

Atas tindak pidana tersebut, Bambang didakwa melanggar Pasal 5 Undang Nomor 31 Tahun 1999
tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 2001 juncto Pasal 55 ayat 1 ke-1 KUH Pidana. Dia diancam lima tahun bui. (rdk)

https://www.cnnindonesia.com/nasional/20150330132115-12-42954/bos-pt-mks-akui-suap-bupati-
bangkalan-miliaran-rupiah
KPK Bantah Sita Masjid Keramat Milik Fuad Amin
Gilang Fauzi, CNN Indonesia | Selasa, 24/03/2015 16:20 WIB
Bagikan :

Masjid Syaichona Cholil, masjid terbesar di Bangkalan, Madura, yang dibangun leluhur Fuad Amin. (CNN
Indonesia/Istimewa)

Jakarta, CNN Indonesia -- Komisi Pemberantasan Korupsi membantah menyita Masjid Syaichona
Cholil di Bangkalan, Madura, terkait kasus suap jual-beli gas alam yang menjerat bekas Bupati
Bangkalan Fuad Amin Imron sebagai tersangka.

Menurut Kepala Pemberitaan dan Informasi KPK Priharsa Nugraha, tim penyidik KPK tidak pernah
memperlakukan masjid yang diklaim Fuad sebagai tempat peribadatan keramat itu sebagai barang
sitaan.

PILIHAN REDAKSI "Jadi perlu diklarifikasi, tidak


benar KPK melakukan
 Fuad Terpuruk Masjid Keramat Leluhur Bangkalan Disita KPK penyitaan terhadap mesjid
 Masjid Syaichona Cholil, Dibangun Megah Disita KPK tersebut," ujar Priharsa,
 Warga Bangkalan Prihatin Masjid Syaichona Cholil Disita KPK Selasa (24/3).
 PBNU Sesalkan KPK Sita Masjid Syaichona Cholil

Priharsa mengatakan setiap penyitaan oleh penyidik KPK selalu melalui konfirmasi terlebih dulu
dengan pihak-pihak terkait. Dalam hal ini, Fuad Amin juga menjadi pihak yang mendapat konfirmasi
sebagai tersangka yang aset-asetnya disita.
"Penyitaan dilakukan setelah ada keyakinan bahwa aset tersebut berkaitan dengan dugaan tindak
pidana," ujar Priharsa.

Fuad sebelumnya mengatakan terpuruk karena aset miliknya yang berdiri sejak 1925 disita itu oleh
KPK. Masjid yang berlokasi di daerah Martajasa, Bangkalan, Madura, Jawa Timur, tersebut disebut
disita lantaran kepemilikan tanahnya atas nama Fuad, termasuk bangunan yang berdiri di atasnya.

"Itu masjid keramat milik mbah saya," ujar Fuad usai mengikuti sidang di Pengadilan Tindak Pidana
Korupsi, Jakarta, Senin (23/3).

Sejak dijerat tindak pidana pencucian uang, aset milik Fuad yang diduga berkaitan dengan tindak
pidana korupsi disita besar-besaran oleh KPK. Nilai aset-aset itu terbilang fantastis. Berikut deretan
harta Fuad yang disita KPK sejak 2 Desember 2014:

Harta Tak Bergerak

1. Rumah di Jalan Teuku Umar, Bangkalan, Madura.


2. Rumah di Jalan KH. Muhammad Kholil, Bangkalan. Di sini KPK menyita 17 boks dokumen, tiga
komputer, dan satu brankas. Rumah ini diketahui ditempati oleh istri tua Fuad Amin.
3. Rumah di Kelurahan Kraton, Bangkalan. Dari rumah yang ditempati istri muda Fuad Amin, KPK
menyita sebuah koper dan boks yang berisi dokumen.
4. Rumah di Jalan Cokro, Bangkalan.
5. Rumah di Jalan Kupang Jaya, Surabaya. Sebuah Brankas disita oleh KPK dari sini.
6. Dua Rumah di Surabaya.

Harta Bergerak

1. Toyota Camry hitam dengan nomor polisi B 1341 TAE


2. Honda CRB cokelat dengan nomor polisi B 1277 TJC
3. Suzuki Swift putih dengan nomor polisi 1683 TOM
4. Toyota Kijang Inova abu-abu dengan nomor polisi B 1824 TRQ
5. Toyota Alphard silver dengan nomor polisi B 1250 TFU
6. Motor Kawasaki Ninja
7. Honda Oddysey
8. Hyundai H1
9. Honda Mobilio
10. Toyota Land Cruiser
11. Toyota Alphard
12. Toyota Camry

Uang hasil penggeledahan:

1. Rp 300 juta, disembunyikan di belakang lukisan di dalam rumah.


2. Rp 700 juta, disembunyikan di dalam mobil ajudan.

Uang hasil penelusuran rekening:

1. Rp 3 miliar dari beberapa rekening bank.


2. Rp 100 miliar dari beberapa rekening bank. (agk/agk)
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20150324162022-12-41489/kpk-bantah-sita-masjid-keramat-
milik-fuad-amin

Fuad Amin Sebut Duit Suap Miliaran Sebagai Rezeki


Aghnia Adzkia, CNN Indonesia | Senin, 23/03/2015 17:01 WIB
Bagikan :

Layar proyektor memperlihatkan tersangka dan barang bukti uang dari operasi tangkap tangan KPK atas kasus suap
terkait jual beli gas alam pembangkit listrik di Gresik dan Gili Timur, pada awal November 2014. Kala itu, KPK
mengamankan barang bukti sebesar Rp 700 juta dari Bupati Bangkalan Fuad Amin Imran. (CNN Indonesia/Adhi
Wicaksono)

Jakarta, CNN Indonesia -- Tersangka suap gas alam sekaligus Bupati Bangkalan Fuad Amin Imron
menyebut duit yang diterima dari PT Media Karya Sentosa (MKS) sebagai sebuah rezeki.

Namun, dari seluruh total duit yang didakwakan jaksa diterima oleh Fuad, yakni Rp 18,85 miliar,
Fuad mengaku mengantungi hanya Rp 5 miliar. Sementara lainnya, mengalir ke Perusahaan
Daerah Sumber Daya (PD SD).

"Saya tidak melaporkan pemberian uang ke Komisi karena saya anggap pemberian dari pihak lain
adalah rezeki dari Allah yang saya lupa laporkan ke KPK," ujar Fuad merujuk pada Berita Acara
Pemeriksaan yang dibacakan dalam sidang di Pengadilan Tipikor, Jakarta, Senin (23/3).

Duit tersebut diterimanya dari Direktur Human Resource Development PT MKS Antonius Bambang
Djatmiko pada periode tahun 2014. Jumlah duit panas yang diterima Fuad diketahui mencapai Rp 5
miliar yang diberikan melalui anak buah sekaligus saudaranya, Abdul Rouf dan Taufik.

Fuad mengaku, duit diberikan sebagai balas budi PT MKS atas bantuannya dalam perpanjangan
kerja sama jual beli gas alam antara PT MKS dan PD SD. Selain itu, Fuad juga mengaku telah
membantu PT MKS untuk menekan harga gas alam.

PILIHAN REDAKSI "Pemberian-pemberian Pak


Bambang disimpan. Buktinya,
 KPK: Harta Fuad Amin Sitaan Aset Terbesar saat ditangkap masih ada. Kalau
 Tiga Kiai Bangkalan Bersaksi untuk Kasus Fuad Amin dilaporkan (ke KPK), takut saya.
 Bos PT MKS Suap Bekas Bupati Bangkalan Rp 18,85 Miliar Kalau tidak dilaporkan salah.
 KPK Kembali Sita Aset Milik Fuad Amin Yang penting, semua ada dan
 Fuad Amin Diperiksa KPK sebagai Tersangka tidak saya habiskan. Semua
 Suap Gas Alam, Saksi Akui Pemberian Duit ke Fuad Amin tertata ada. Ini hanya uang
 Dalami Kasus Fuad Amin, KPK Periksa Makelar Suap amanah," ujarnya dalam sidang.

Dalam berkas dakwaan, duit rutin diberikan tiap bulan sejak tahun 2009.

Mulanya, duit diberikan dalam jumlah Rp 50 juta tiap bulan pada tahun 2007 hingga 2009.
Kemudian, nominal tersebut meningkat hingga Rp 200 juta tiap bulan pada tahun 2009 sampai
2013.

Sementara itu, pada tahun 2013 sampai 2014, Fuad Amin menerima duit Rp 600 juta per
bulan. Akan tetapi, Fuad menyangkal penerimaan sebelum tahun 2014.

"Saya dengan MKS sebenernya muak. Nerima duit Rp 50 juta risih, apalagi setiap bulan. Uang Rp
200 juta, aneh itu. Dimana saya nerima, tempatnya? Itu didramatisir jadi kelas kakap saya. Saya
dikustakan supaya benci dan jijik. Itu pembunuhan karakter," ujarnya.

Kendati demikian, dia mengakui adanya penerimaan duit dari PT MKS ke PD SD.

"Saya pernah bilang kalau Pak Bambang mau ngirim (uang) ini ke rekening Cahyo, Zainal Abidin,
dan lain-lain. Setelah itu diserahkan ke PD SD. Intinya ini nantinya kumpul ke PD SD," ujarnya.

Menanggapi keterangan Fuad, kuasa hukum Bambang, Fransisca Indrasari, tetap bersikukuh
kliennya menyerahkan duit atas permintaan Fuad.

"Semua pengiriman dari yang Rp 50 juta sampai jadi Rp 600 juta dikirim atas permintaan Pak Fuad.
Pak Fuad tahu semuanya," ujar Fransisca ketika diwawancarai usai sidang di Pengadilan Tipikor,
Jakarta, Senin (23/3).

Atas tindak pidana tersebut, Bambang didakwa melanggar Pasal 5 Ayat 1 huruf a serta Pasal 5 Ayat
1 huruf b, juncto Pasal 13 juncto Pasal 55 KUHP tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
Sementara Fuad disangkakan melanggar Pasal 12a dan 12b, Pasal 5 ayat 2, dan Pasal 11 UU
Nomor 31 Tahun 1999 sebagaimana diubah dengan UU Nomor 20 Tahun 2001 juncto Pasal 55 ayat
1 KUHP (meg/meg)

https://www.cnnindonesia.com/nasional/20150323170113-12-41241/fuad-amin-sebut-duit-suap-
miliaran-sebagai-rezeki
Suap PT MKS Atas Permintaan Fuad Amin
Aghnia Adzkia, CNN Indonesia | Kamis, 12/03/2015 16:57 WIB
Bagikan :

Caption Petugas Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) melakukan penggeledahan pada rumah Ketua DPRD
Bangkalan, Fuad Amin Imron di Jalan Kupang Jaya, Surabaya, Jawa Timur, Kamis (4/12). (ANTARA./Suryanto)

Jakarta, CNN Indonesia -- Direktur Human Resource Development PT. Media Karya Sentosa (MKS)
Antonius Bambang Djatmiko menyetorkan duit suap gas alam Bangkalan, Madura, kepada bekas
Bupati Bangkalan Fuad Amin Imron secara rutin tiap bulan dengan total Rp 18,85 miliar. Duit suap
disetorkan atas permintaan Fuad.

"Ini inisiatif klien saya untuk Pak Fuad Amin atas permintaan Pak Fuad," ujar kuasa hukum Antonius,
Fransisca Indrasari, di Pengadilan Tipikor, Jakarta, Kamis (12/3).

Duit rutin diberikan tiap bulan sejak tahun 2009. Mulanya, duit diberikan dalam jumlah Rp 50 juta
tiap bulan pada tahun 2007 hingga 2009. Kemudian, nominal tersebut meningkat hingga Rp 200 juta
tiap bulan pada tahun 2009 sampai 2013. Sementara itu, pada tahun 2013 sampai 2014, Fuad Amin
menerima duit Rp 700 juta per bulan.

PILIHAN REDAKSI
 Tiga Kiai Bangkalan Bersaksi untuk Kasus Fuad Amin Merujuk berkas dakwaan, duit
 Bos PT MKS Suap Bekas Bupati Bangkalan Rp 18,85 Miliar diberikan lantaran Fuad
 Saksi Berbelit Soal Aliran Dana Gas Alam ke Fuad Amin membantu Antonius dan
perusahaannya dalam
pembelian gas alam dari PT Pertamina EP melalui Perusahaan Daerah Sumber Daya (SD).

Namun, ihwal pengeluaran duit yang mengalir ke kantung Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
(DPRD) tersebut, Presiden Direktur PT MKS Sardjono mengaku tak tahu-menahu.

"Kita juga kaget-kaget, kita bingung juga ada uang (keluar) banyak sekali. Tapi yang kita tahu, HRD
selalu keluarkan permintaan baik ke Perusahaan Daerah Sumber Daya (SD), CSR (corporate social
responsibility), dan dana-dana lain," ujarnya.

Sardjono pun mengaku telah berdiskusi dengan dewan direksi untuk mengetahui penggunanaan
duit. Namun, hasil tetap nihil dan menemui jalan buntu.

"Jadi begini, kita ini pengurus pemegang saham, masing-masing punya wewenang penuh untuk
mengajukan anggaran unlimited," ujar Sardjono saat bersaksi untuk rekannya, Antonius, di
Pengadilan Tipikor, Jakarta, Kamis (12/3). Ia menambahkan, tiap direktur tak perlu menyodorkan
proposal untuk pengajuan dana tersebut.

Sardjono mengaku hanya percaya pada Antonius ihwal semua pekerjaan yang dilakukan.
"Perusahaan ini dibangun kepercayaan, akhirnya batasan wewenang agak sulit dipengaruhi. Kalau
ditanya kita malu juga tidak ada pengelolaan SOP (standar operasional prosedur) dengan benar,"
ujarnya.

Seakan buang badan, tiga direktur lainnya juga menuturkan hal yang sama, yakni Direktur Teknik
PT MKS Achmad Harijanto, Direktur PT MKS Sunaryo Suhadi, dan Direktur Keuangan PT MKS Peni
Utami. "Tidak tahu," ucap ketiganya hampir serempak.

Sementara itu, saksi lainnya Pribadi Wardodjo sekaligus General Manajer Unit Pengolahan PT MKS
menuturkan duit tersebut sebagai dana tambahan untuk Fuad Amin. "Saya dengar informasi itu dari
Pak Antonius Bambang bahwa ada cost tambahan, info dari Pak Bambang seperti itu (untuk Fuad
Amin). Tapi pelaksanaannya saya tidak tahu," ujar Pribadi saat bersaksi untuk Antonius di
Pengadilan Tipikor, Jakarta, Kamis (12/3). (hel)

https://www.cnnindonesia.com/nasional/20150312165711-12-38743/suap-pt-mks-atas-permintaan-
fuad-amin
Fuad Amin Kehilangan Hak Politik dan Dimiskinkan
Priska Sari Pratiwi, CNN Indonesia | Sabtu, 23/09/2017 00:35 WIB

Bagikan :

Terdakwa penerima suap kasus jual beli gas alam Bangkalan, Madura Fuad Amin Imron menjalani sidang dengan
agenda pembacaan putusan di Pengadilan Tipikor, Jakarta, Kamis (15/10). (Foto: ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak
A.)

Jakarta, CNN Indonesia -- Mahkamah Agung (MA) menjatuhkan vonis 13 tahun penjara pada
mantan Bupati Bangkalan Fuad Amin Imron atau lebih ringan dari tuntutan Jaksa Penuntut KPK.
Namun, Fuad kehilangan hak politiknya dan disita harta bendanya serta didenda Rp 5 miliar.

Vonis ini memperkuat hukuman dari Pengadilan Tinggi Jakarta yang juga menjatuhkan 13 tahun
penjara, dan denda sebesar Rp 5 miliar kepada Fuad. Dalam putusan, hakim mempertimbangkan
Fuad yang sudah lanjut usia dan sakit-sakitan untuk meringankan hukuman.

"Hal yang meringankan hukuman terdakwa belum pernah dihukum dan sudah lanjut usia serta sakit-
sakitan," ujar Kepala Biro Hukum dan Humas MA Abdullah mengutip amar putusan hakim di gedung
MA Jakarta, Jumat (22/9).
Abdullah mengatakan, usia Fuad saat ini telah menginjak 68 tahun. Jika dipotong masa hukuman
sejak 2014, maka kemungkinan Abdullah baru bebas pada usia 78 tahun.

"Mudah-mudahan ini jadi pembelajaran untuk meningkatkan amal ibadahnya di sana, supaya
khusnul khotimah," kata Abdullah.

Sementara dalam pertimbangan lain, hakim menyatakan bahwa harta yang dimiliki Fuad tidak dapat
dibuktikan jika berasal dari hasil usaha yang sah. "Sepanjang tidak bisa dibuktikan, maka harus
dirampas untuk negara," imbuhnya

Sesuai pertimbangan hakim, lanjut Abdullah, Fuad terbukti menerima uang hasil tindak pidana
korupsi dari PT Media Karya Sentosa untuk memuluskan pembelian gas alam di Blok Poleng,
Bangkalan, Madura sebesar Rp14,6 miliar.
Fuad yang juga sempat menjabat sebagai Ketua DPRD Bangkalan ini juga terbukti menerima uang
dari sejumlah SKPD di Kabupaten Bangkalan dengan total mencapai Rp197,2 miliar.

Jaksa KPK kemudian menerapkan pembuktian terbalik dalam kasus ini. Lantaran Fuad tak mampu
membuktikan keabsahan asal-usul hartanya, penyitaan pun dilakukan.

"Terdakwa juga terbukti melakukan tindak pidana pencucian uang dengan membuat rekening atas
nama berbeda-beda menggunakan KTP orang lain," ucap Abdullah.

Majelis Hakim yang diketuai oleh Salman Luthan dalam putusannya pun menyebut, "Bahwa
mengenai pidana penjara yang dijatuhkan kepada Terdakwa oleh Judex Facti Pengadilan Tinggi,
maka sesuai dengan ketentuan Pasal 2 Ayat (2) Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang
Kekuasaan Kehakiman yang menyatakan Mahkamah Agung menegakkan hukum dan keadilan
berdasarkan Pancasila, khususnya sila ke-2 : Kemanusiaan yang adil dan beradab, sehingga pidana
penjara selama 13 tahun yang dijatuhkanterhadap Terdakwa sudah memenuhi rasa keadilan,
mengingat terdakwa sudah berusia lanjut, yaitu 68 tahun."

Selain kehilangan harta bendanya, Majelis Hakim juga mencabut hak politik Fuad. "Menjatuhkan
pidana tambahan kepada Terdakwa berupa pencabutan hak memilih dan dipilih dalam pemilihan
yang diselenggarakan berdasarkan peraturan perundang-undangan, selama 5 (lima) tahun terhitung
sejak terdakwa selesai menjalani pidana penjara tersebut di atas," tulis putusan tersebut.

Fuad sebelumnya divonis delapan tahun penjara dan denda Rp1 miliar subsider 6 bulan kurungan di
Pengadilan Tipikor Jakarta pada 19 Oktober 2015. Putusan ini lebih rendah dari tuntutan jaksa yakni
15 tahun penjara dan denda Rp3 miliar. PT Jakarta kemudian memperberat hukuman Fuad menjadi
13 tahun penjara dan mencabut hak politiknya.

Fuad terjerat perkara suap selama menjadi Bupati Bangkalan dan selama menjadi Ketua DPRD
Bangkalan karena menerima suap untuk memuluskan pembelian gas alam di Blok Poleng,
Bangkalan, Madura.

Ia juga divonis melakukan TPPU sebesar Rp197,2 miliar sejak tahun 2003-2014. Rincian
perolehannya adalah penerimaan suap dari PT MKS sebanyak Rp 15,65 miliar sejak tahun 2009
hingga 2014, pemotongan realisasi anggaran SKPD Pemkab Bangkalan sekitar 10 persen sejak
2004 hingga September 2010 sebanyak Rp 159,162 miliar, dan penempatan calon PNS di Pemkab
Bangkalan dari tahun 2003-2010 senilai Rp 20,1 miliar. (arh/arh)
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20170922205848-12-243465/fuad-amin-kehilangan-hak-
politik-dan-dimiskinkan

Hingga Tua Dipenjara, Fuad Amin Diharapkan


MA Belajar dari Kesalahan
MOH. NADLIR
Kompas.com - 22/09/2017, 15:58 WIB Mantan Bupati Bangkalan Fuad Amin Imron menjalani sidang perdana
di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor), Jakarta Selatan, Kamis (7/5/2015). Fuad dijerat dengan tiga
dakwaan. Yang pertama, terkait penerimaan uang dari PT Media Karya Sentosa. Penerimaan itu dikategorikan
saat Fuad masih menjabat sebagai Bupati Bangkalan dan setelah menjadi Ketua DPRD Bangkalan. Selain itu,
Fuad juga dijerat dengan pasal pencucian uang. ?Dia dijerat dengan Pasal 3 Undang-undang Nomor 8 Tahun
2010. Sedangkan, pada dakwaan ketiga, KPK memperdalam pencucian uang Fuad sebelum tahun 2010.
Pasal yang digunakan adalah Pasal 3 ayat (1) huruf a dan c UU Nomor 15 Tahun
2002.(TRIBUNNEWS/HERUDIN)

JAKARTA, KOMPAS.com - Majelis Hakim Pengadilan Tinggi DKI Jakarta memperberat vonis 13
tahun penjara terhadap mantan Bupati Bangkalan Fuad Amin Imron. Ia sebelumnya telah divonis
delapan tahun penjara. Kepala Biro Hukum dan Hubungan Masyarakat Mahkamah Agung, Abdullah,
berharap hukuman tersebut bisa membuat Fuad akan belajar dari kesalahan yang dibuatnya.
"Mudah-mudahan ini sebagai pembelajaran untuk membersihkan (kesalahan), amal ibadahnya itu
ditingkatkan di sana (di penjara) supaya husnul khatimah (akhir yang baik)," kata Abdullah di gedung
MA, Jakarta, Jumat (22/9/2017). Fuad yang lahir pada September 1948 itu saat ini sudah berusia 69
tahun. Dia ditahan Komisi Pemberantasan Korupsi sejak akhir Desember 2016. (Baca juga: Banding
Ditolak, Hukuman Fuad Amin Diperberat Jadi 13 Tahun Penjara) Ia akhirnya dieksekusi ke Lembaga
Pemasyarakatan Sukamiskin, Bandung, Jawa Barat pada 29 Juli 2016.
Karena itu, jika dihitung sampai saat ini, Fuad telah menjalani kurang lebih dua tahun masa tahanan.
Dengan vonis 13 tahun, dikurangi dua tahun masa tahanan, maka Fuad akan bebas pada umur 80
tahun. "Pak Fuad Amin kan usianya 69 tahun. Kemudian Majelis Hakim Agung memutus 13 tahun
penjara. Sehingga nanti pada saat (selesai) menjalani hukuman 13 tahun, usianya berapa tuh?"
ucap Abdullah. Abdullah juga menambahkan, aset milik Fuad luar biasa banyaknya. Bahkan,
melebihi aset yang dimiliki Djoko Susilo, dalam kasus pengadaan simulator SIM dan tersangka
pencucian uang proyek simulator SIM. "Asetnya banyak banget. Ini hampir mengalahkan
perkaranya yang di Korlantas ini. Ini luar biasa," kata Abdullah. (Baca juga: Uang Fuad Amin Rp 222
Miliar Dirampas untuk Negara)
Hukuman Fuad diperberat setelah majelis hakim menolak banding yang diajukan. Fuad dianggap
terbukti melakukan korupsi saat masih menjabat sebagai bupati Bangkalan dan melakukan
pencucian uang. Putusan terhadap Fuad dijatuhkan pada 3 Februari 2016, dengan Ketua Majelis
Hakim Elang Prakoso Winowo. Selama menjadi Bupati Bangkalan dan Ketua DPRD Bangkalan,
Fuad disebut telah menerima uang yang diketahui atau patut diduga merupakan hasil tindak pidana
korupsi terkait jabatannya, yaitu menerima dari bos PT MKS Antonius Bambang Djatmiko sebesar
Rp 18,05 miliar. Uang suap diberikan Bambang agar Fuad yang saat itu menjabat sebagai bupati
memuluskan perjanjian konsorsium kerja sama antara PT MKS dan PD Sumber Daya, serta
memberikan dukungan untuk PT MKS kepada Kodeco Energy terkait permintaan penyaluran gas
alam ke Gili Timur. Fuad juga didakwa melakukan tindak pidana pencucian uang dengan
mengalihkan harta kekayaannya ke sejumlah rekening di bank. Selain itu, terdapat juga pembelian
sejumlah aset berupa tanah dan bangunan serta mobil yang diatasnamakan istri dan anak Fuad.
Dalam persidangan terungkap bahwa Fuad menggunakan identitas berbeda untuk membuka
sejumlah rekening di bank. Selain menggunakan identitas dengan namanya sendiri, Fuad juga
menggunakan identitas orang lain dalam membuka rekening untuk menyimpan harta kekayaannya.
Fuad meminjam kartu identitas orang lain, dan mengajak orang tersebut untuk membuka rekening di
bank. Ia kemudian menyerahkan kartu identitas atas nama orang tersebut untuk membuka rekening.
Kemudian, semua buku rekening dan kartu ATM dikuasai oleh Fuad

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Hingga Tua Dipenjara, Fuad Amin Diharapkan
MA Belajar dari Kesalahan", https://nasional.kompas.com/read/2017/09/22/15585081/hingga-tua-
dipenjara-fuad-amin-diharapkan-ma-belajar-dari-kesalahan.
Penulis : Moh. Nadlir

Anda mungkin juga menyukai