Anda di halaman 1dari 13

TUGAS

EKOLOGI PERAIRAN

DISUSUN OLEH :
TELOLKY ISTIA 2017-67-037
THEODORIK TUASELA 2017-67-025
ACHMAD R. HAKIM 2017-67-030

PROGRAM STUDY TEKNOLOGI HASIL PERIKANAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS PATTIMURA

AMBON

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah ini tepat pada waktunya. Makalah
ini dibuat untuk melengkapi tugas dari mata kuliah EKOLOGI PERAIRAN. Makalah yang
membahas tentang ekosistem hutan mangrove secara khusus sumberdaya yang berasosiasi ini
menjadi parameter bagi kita mahasiswa dalam seberapa jauh tingkat pemahaman tentang materi
yang diberikan oleh dosen pengampuh matakuliah . Semoga atas tersusunnya makalah ini dapat
memberikan pengetahuan baru tentang sumberdaya yang berasosiasi terhadap ekosistem
mangrove.

Akhir kata,kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta
dalam penyusunan makalah ini dari awal hingga akhir. Semoga Tuhan Yang Maha Esa
senantiasa memberikan kelancaran segala usaha kita.

Ambon, April 2019

Penulis
DAFTAR ISI

COVER

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I. PENDAHULUAN

a) LATAR BELAKANG

BAB II. PEMBAHASAN

a) SUMBERDAYA YANG BERASOSIASI


b) CONTOH BIOTA PADA HUTAN MANGROVE

BAB III. PENUTUP

a) KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Hutan mangrove merupakan sumberdaya alam hayati yang mempunyai berbagai keragaman
potensi yang memberikan manfaat bagi kehidupan manusia baik yang secara langsung maupun
tidak langsung dan bisa dirasakan, baik oleh masyarakat yang tinggal di dekat kawasan hutan
mangrove maupun masyarakat yang tinggal jauh dari kawasan hutan mangrove (Kustanti 2011).
Hutan mangrove merupakan salah satu bentuk ekosistem yang unik dan khas, terdapat di daerah
pasang surut di wilayah pesisir pantai dan atau pulau-pulau kecil dan merupakan sumber daya
alam yang sangat potensial. Hutan mangrove memiliki nilai ekonomis dan ekologis yang tinggi
akan tetapi sangat rentan terhadap kerusakan apabila kurang bijaksananya dalam
mempertahankan, melestarikan dan mengelolahnya. Ekosistem mangrove adalah suatu sistem di
alam tempat berlangsungnya kehidupan yang mencerminkan hubungan timbal balik antara
makhluk hidup dengan lingkungannya dan diantara makhluk hidup itu sendiri, terdapat pada
wilayah pesisir, terpengaruh pasang surut air laut, dan didominasi oleh spesies pohon atau semak
yang khas dan mampu tumbuh dalam perairan asin/payau (Santoso, 2000).

Hutan Mangrove terdiri atas berbagai kelompok tumbuhan seperti pohon, semak, palmae, dan
paku-pakuan yang beradaptasi terhadap habitat yang masih dipengaruhi oleh pasang surut air laut
between (Sugianto, 1995). Sekarang ini di Pulau jawa hanya tingga sekitar 49.900 ha of hutan
mangrove dan hanya 7.700 ha berada di sebalah Timur (Chong, et al. 1990). Ada sekitar 35
species ditemukan di Pulau-pulau Jawa dan Bali (Whitten et.al., 1999). Jenis-jenis tersebut
diklasifikasikan ke dalam famili Rhizophoraceae, Aviciniaceae, and Sonneratiaceae. Jenisjenis
asosiasi lainnya antara lain Xylocarpus granatum, X. moluccensis, Lumnitzera sp., Phempis
acidula, and Exoecaria agallocha. Keberadaan hutan mangrove di ekosistem sangat penting
karena mereka memiliki potensi ekologis dan ekonomi. Hutan mangrove memiki peran penting
sebagai nursery area dan habitat dari berbagai macam ikan, udang, kerangkerang dan lain-lain.

Ekosistem mangrove merupakan penghasil detritus, sumber nutrien dan bahan organik
yang dibawa ke ekosistem padang lamun oleh arus laut . Secara ekologis hutan mangrove
merupakan daerah asuhan (nursery ground), daerah mencari makanan (feeding ground) dan
daerah pemijahan (spawning ground) bermacam biota perairan, baik yang hidup di perairan
pantai maupun lepas pantai. Hal ini yang menyebabkan terjadinya interaksi atau asosiasi antara
fauna dengan mangrove (Mustari, 2005).
BAB II

PEMBAHASAN

A. SUMBERDAYA YANG BERASOSIASI

Ekosistem hutan mangrove pastinya dapat dijadikan sebagai habitat berbagai jenis organisme
fauna dari primata maupun biota perairan. Mengingat dari fungsinya, ekosistem hutan mangrove
yang dapat dijadikan sebagai tempat berkembang biak berbagai organisme seperti burung, ikan,
kepiting, udang, serangga, reptil, amphibi, mamalia. Berikut ini penjelasan terkait jenis-jenis
fauna yang ada pada hutan mangrove.

 Crustacea

(Manuputty, 1984) mencatat sebanyak 28 jenis krustasea, termasuk 8 jenis udang pada habitat
mangrove di Pulau Pari, Teluk Jakarta. Dua jenis yang paling umum ditemukan adalah
Thalassina anomala dan Uca dussumieri. Kepiting juga umum ditemukan di daerah mangrove.
Dari setiap meter persegi dapat ditemukan 10 - 70 ekor kepiting (Macintosh, 1984), khususnya
jenis-jenis penggali dari genus Cleistocoeloma, Macrophthalmus, Metaplax, Ilyoplax,
Sesarmadan Uca (Wada & Wowor, 1989 & Sasekumar, dkk, 1989). Kepiting Mangrove Scylla
serrata merupakan kepiting yang hidup di daerah mangrove yang bernilai ekonomi tinggi
(Delsman, 1972). S. serrata menjadikan mangrove sebagai habitat utamanya dan kelangsungan
hidupnya sangat tergantung pada mangrove.

Kepiting merupakan hewan yang anggota krutasea memiliki 10 kaki dari upabangsa Brachyura.
Dengan ekor yang sangat pendek ini sering ditemukan di hutan mangrove. Kepiting biasa
sembunyi pada semak-semak akar mangrove baik untuk mencari makan maupun berkembang
biak. Dan juga undang-udangan, hewan ini jenis kurtasea. Mangrove merupakan habitat
favoritnya untuk tumbuh dan berkembangbiak. Hewan ini memiliki fungsi ekonomi tinggi bagi
masyarakat sekitar.

 Ikan

Ikan menjadikan areal mangrove sebagai tempat untuk pemijahan, habitat permanen atau tempat
berbiak (Aksornkoae, 1993). Sebagai tempat pemijahan, areal mangrove berperan penting karena
menyediakan tempat naungan serta mengurangi tekanan predator, khususnya ikan predator.

Ikan merupakan oraganisme yang hidup dengan alat pernafasan insan. Mangrove dijadikannya
sebagai tembat mencari makan, berlindung, pemijahan, dan pertumbuhan anak-anak ikan.
Banyak sumber material organik mangrove yang dapat dimanfaatkan untuk kelangsungan hidup
ikan. cth ikan pelagis kecil (ikan julung-julung), ikan demersal (ikan baronang atau samandar)
 Moluska

Moluska sangat banyak ditemukan pada areal mangrove di Indonesia. Budiman (1985) mencatat
sebanyak 91 jenis moluska hanya dari satu tempat saja di Seram, Maluku. Jumlah tersebut
termasuk 33 jenis yang biasanya terdapat pada karang, akan tetapi juga sering mengunjungi
daerah mangrove. Beberapa dari 91 jenis kelompok moluska tersebut diketahui hidup di dalam
tanah, sementara yang lainnya ada yang hidup di permukaan dan ada pula yang hidup menempel
pada tumbuh-tumbuhan. Di lokasi lain, keragaman jenis moluska tidak sebanyak di Seram,
sebagai contoh Littorina scabra, Pedalion isognomon dan Nerita undata. Giesen, dkk (1991)
mencatat 74 jenis moluska pada mangrove di Sulawesi Selatan, sementara Budiman (1988)
menemukan 40 jenis di Halmahera

Hewan ini hidup didalam hutan mangrove, bersembunyi di semak-semak akar. Kebanyakan juga
didasar tanah dan ada yang menempel pada akar mangrove.

 Serangga

Pada hutan mangrove memiliki peranan penting dalan jaring-jaring makanan diantaranya sebagai
pakan burung, ikan, dan reptil. Serangga yang hidup di hutan mangrove ini kebanyakan dari
Ordo Hymenoptera, Psocoptera, dan Diptera.

 Reptil

Pada hutan mangrove juga terdapat banyak reptil, yang sering ditemukan pada lingkungan air
tawar daratan. Beberapa diantaranya adalah ular, biawak, dan buaya.

Buaya muara (Crocodilus porosus) merupakan hewan mangrove paling buas. Mereka tidak
selalu bersarang di mangrove, tertapi dapat bersarang pada vegetasi di sekitar mangrove atau
pada sungai-sungai kecil yang terhubung ke pantai. Pada saat pasang reptil ini menuju mangrove
untuk mencari makan. Buaya muda memakan kepiting, udang, ikan gelodok dan ikan kecil
lainnya, ketika dewasa mereka juga memakan burung dan mamalia. Ular laut dan ular darat
kadang-kadang ditemukan sebagai pengunjung mangrove. Ular piton merupakan pengunjung
paling sering dijumpai di mangrove. Di kawasan mangrove sendiri terdapat beberapa jenis ular
yang menggunakan mangrove sebagai habitat primernya. demikian pula kadal dan biawak yang
memakan insekta, ikan, kepiting dan kadang-kadang burung (Ng dan Sivasothi, 2001).

 Amphibia

Katak jarang dijumpai di kawasan mangrove. Spesies katak yang kadang-kadang dapat
ditemukan di kawasan mangrove adalah Rana cancrivora dan R.limnocharis (Ng dan Sivasothi,
2001). Jenis katak ini menjadikan hutan mangrove sebagai daerah untuk mencari makan, hal ini
dikarenakan hutan mangrove banyak terdapat jenis serangga seperti nyamuk.
 Burung

Hutan mangrove merupakan surganya para burung migrasi dan burung air lainnya. Kurang lebih
ada sekitar 200 spesies burung ytang hanya dapat hidup dalam ekosistem mangrove. Beberapa
jenis burung di antaranya adalah burung bangau, burung wilwo, burung bangau tongtong dan
bubut hitam. Menurut Ismanto (1990) beberapa spesies burung air termasuk famili Ardeidea
menjadikan daerah perairan tawar dan sekitarnya seperti rawa, tambak, hutan bakau dan muara
sungai sebagai habitat untuk tempat mencari makan. Kehadiran burung air dapat dijadikan
indikator keanekaragaman hayati pada kawasan hutan mangrove. Hal ini berkaitan dengan fungsi
daerah tersebut sebagai penunjang aktivitas hidup burung air, yaitu menyediakan tempat
berlindung, mencari makan, dan berkembang biak atau bersarang.

 Mamalia

Pada ekosistem hutan mangrove juga terdapat mamalia. Mamalia menjadikan habitat hutan
mangrove sebagai tempat mencari makan. Beberapa diantaranya adalah kelelawar, kancil, babi,
dan kucing bakau. Terkadang harimau juga sering berkeliaran di hutan mangrove khususnya di
wilayah Sungai Sembilang, Sumatera Selatan. Adapaun beberapa primata seperti lutung, monyet,
berkantan menjadikan hutan mangrove sebagai tempat makannya.

B. BEBERAPA CONTOH BIOTA PADA HUTAN MANGROVE

 Crustacea

(Penaeus monodon) udang windu menggunakan hutan mangrove untuk memijah, perawatan dan
pembesaran.
(Scylla serrate) kepiting bakau adalah salah satu jenis kepiting yang ditemuka di bagian
pedalaman atau belakang hutan mangrove.

 Ikan

(Gerres kapas) ikan kapas-kapas merupakan ikan demersal yang menjadi bahan konsumsi bagi
masyarakat yang hidup di pesisir.

Dari family siganidae, yaiutu jenis ikan baronang atau samandar yang tergolong jenis ikan
ekonomis penting karna dikonsumsi oleh masyarakat.

(Periopthalmus sp). Ikan gelodok adalah ikan yang seluruh hidupnya di jalankan di daerah hutan
mangrove
 Moluska

(Litorina spp) merupakan kelompok gastropoda yang umum ditemukan di areal hutan mangrove

(Anadara antiquata) merupakan kelompok bivalvia yang umum ditemukan pada areal hutan
mangrove.

 Reptile

(Emoia atrocostata) merupakan jenis kadal yang bertelur dan meletakan telur-telurnya dicelah-
celah atau rongga pohon mangrove.
 Amphibian

(Rana limnocharis) merupakan satu datu dua jenis amphibi yang dapat hidup di lingkungan
salinitas tinggi seperti pada ekosistem hutanmangrove. Ada juga Rana cancrivora.

 Burung

(kelas CiconiidaeI) burung bangau merupakan jenis burung yang menjadikan hutan mangrove
sebagai tempat mencari makan.

 Mamalia

(Trachypithecus) merupakan monyet yang hidup di wilayah Sungai Sembilang, Sumatera


Selatan. Dan hidup disekitaran hutan mangrove.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Hutan mangrove merupakan sumberdaya alam hayati yang mempunyai berbagai keragaman
potensi yang memberikan manfaat bagi kehidupan manusia baik yang secara langsung maupun
tidak langsung dan bisa dirasakan, baik oleh masyarakat yang tinggal di dekat kawasan hutan
mangrove maupun masyarakat yang tinggal jauh dari kawasan hutan mangrove (Kustanti 2011).
Hutan mangrove merupakan salah satu bentuk ekosistem yang unik dan khas, terdapat di daerah
pasang surut di wilayah pesisir pantai dan atau pulau-pulau kecil dan merupakan sumber daya
alam yang sangat potensial. Hutan mangrove memiliki nilai ekonomis dan ekologis yang tinggi
akan tetapi sangat rentan terhadap kerusakan apabila kurang bijaksananya dalam
mempertahankan, melestarikan dan mengelolahnya. Ekosistem mangrove adalah suatu sistem di
alam tempat berlangsungnya kehidupan yang mencerminkan hubungan timbal balik antara
makhluk hidup dengan lingkungannya dan diantara makhluk hidup itu sendiri, terdapat pada
wilayah pesisir, terpengaruh pasang surut air laut, dan didominasi oleh spesies pohon atau semak
yang khas dan mampu tumbuh dalam perairan asin/payau (Santoso, 2000).

Ekosistem hutan mangrove pastinya dapat dijadikan sebagai habitat berbagai jenis organisme
fauna dari primata maupun biota perairan. Mengingat dari fungsinya, ekosistem hutan mangrove
yang dapat dijadikan sebagai tempat berkembang biak berbagai organisme seperti burung, ikan,
kepiting, udang, serangga, reptil, amphibi, mamalia. Berikut ini penjelasan terkait jenis-jenis
fausa yang ada pada hutan mangrove. : Crustacea, Ikan, Moluska, Serangga, Reptil
Amphibia, Burung, Mamalia.
DAFTAR PUSTAKA

https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/cocos/article/download/8113/7674

https://www.researchgate.net/profile/Sulistiyowati_Hari/publication/225098812_BIODIVERSITAS_MAN
GROVE_DI_CAGAR_ALAM_PULAU_SEMPU/links/09e414fcd7c5689082000000/BIODIVERSITAS-
MANGROVE-DI-CAGAR-ALAM-PULAU-SEMPU.pdf

https://ilmugeografi.com/ilmu-bumi/hutan/flora-dan-fauna-di-hutan-mangrove

https://ilmugeografi.com/ilmu-bumi/hutan/hutan-mangrove

Aksornkoea, S.,N. Phaphavasit and G. Wattayakorn.1993. Mangroves of Thailand:Present status of


conservation. use and management. Dalam: Clough, B.F. (Ed.). The economic and environmental values
of mangrove forests and their present state of conservationin the South-eastAsia/Pacific region:83-133

Budiman, A. 1985. The molluscan fauna in reef associated mangrove forests in Elpaputih and Wallale,
Ceram, Indonesia. Australian National University. Mangrove Monograph No. 1. Darwin. p.: 251-258.

Budiman, A. 1988. Ecology and Behaviour of Benthic Fauna, Crabs and Molluscs #2: Ecological
Distribution of Molluscs. Dalam Biological System of Mangroves. Laporan Ekspedisi Mangrove Indonesia
Timur tahun 1986, Ehime University, Japan. Hal. 49-57.

Choong, E. T., R. Sambas Wirakusuma dan Suminar S. Achmadi. 1990. Mangrove forest resources in
Indonesia. Forest Ecology and Management, 33/34: 45-57.

Delsman, H.C. 1972. Radjoengans. De Tropische Natuur, 16: 155-160.

Ismanto. 1990. Populasi dan Habitat Burung Merandai diRawa Jombor Jawa Tengah (Laporan
Penelitian) Yogyakarta: Fakultas Biologi UGM.

Kustanti A. 2011 Manajemen Hutan Mangrove. Bogor(ID). PT. Penerbit Institut Pertanian Bogor

Macintosh, D. J. 1984. Ecology and productivity of Malaysian mangrove crab


populations (Decapoda: Brachyura). Proc. As. Symp. Mangr. Env. - Res. & Management, 1984: 354-377.

Manuputty, A.E.W. 1984. Some Notes on The Crustacean Fauna Around Mangrove Area of Pancer
Balok, Cimanuk River Estuary, West Java. Dalam Prosiding Simposium Mangrove Environment-
restoration & Management , 1984: 231-240.

Mustari. 2005. Fungsi dan Manfaat Hutan Mangrove. Buletin Konservasi Alam Vol 5-no.1 Maret
2005, PHKA, Jakarta.

Santoso, N. 2000. Pola Pengawasan Ekosistem Mangrove. Makalah disampaikan pada Lokakarya
Nasional Pengembangan Sistem Pengawasan Ekosistem Laut Tahun 2000. Jakarta, Indonesia.
Sivasothi, N., D. H. Murphy and P. K. L. Ng. 1994. Tree-climbing and herbivory of crabs in the Singapore
mangroves. Proc. Workshop Mangrove Fisheries Connections.

Sugianto, Drs. 1995. Kenallah Flora Pantai Kita. Jakarta: Penerbit Widjaya.

Wada, K. & D. Wowor. 1989. Foraging on Mangrove Pneumatophores by Ocypodid Crabs. J. Exp. Mar.
Biol. Ecol., 134: 89-100.

Whitten, T., R.E. Soeriatmadja, S.A. Afiff. 1999. Seri Ekologi Indonesia Jilid II: Ekologi Jawa dan Bali.
Jakarta: Prenhallindo

Anda mungkin juga menyukai