Anda di halaman 1dari 16

NAMA : Ramzil Gempita Hidayat

NUPTK : 6148-7636-6420-0033
Nomor Peserta PLPG : 17076052510349
Bidang Studi Sertifikasi : Teknik Komputer Jaringan (TKJ)
Asal Sekolah : SMK Negeri 9 Medan

PEMBEKALAN PLPG
2017
Website : http://ksg.kemdikbud.go.id & sertifikasiguru.id
Nama : RAMZIL GEMPITA HIDAYAT
NUPTK : 6148-7636-6420-0033
Nomor Peserta PLPG : 17076052510349
Bidang Studi Sertifikasi : Teknik Komputer Jaringan
Sekolah Asal : SMK Negeri 9 Medan

I. LAPORAN KEMAJUAN BELAJAR MANDIRI KESATU


Sumber Belajar Pedagogik

A. RINGKASAN MATERI
1. Pengembangan pendidikan karakter dan potensi peserta didik

Sebagai seorang guru kita harus mengusai kompetensi pedagogik yaitu


memahami karakteristik anak didiknya, sehingga kita harus mampu merancang
atau menyiapkan materi dan metode pelajaran sesuai dengan karakteristik anak.
Salah satu yang mempengaruhi karakteristiknya adalah perkembangan sejak
masih dalam kandungan sampai dengan dewasa.

a. Metode dalam psikologi perkembangan

Terdapat dua metode dalam menentukan perkembangan manusia yaitu :

1. Metode Longitudinal, peneliti mengamati dan mengkaji


perkembangan satu atau banyak orang yang sama usia dalam waktu
yang lama. Dimana perbedaan setiap saat pada usia berbeda dapat
diasumsikan sebagai tahap perkembangan dan pertumbuhan.
2. Metode Cross Sectional, peneliti mengamati dan mengkaji
perkembangan satu atau banyak orang yang sama usia dalam waktu
yang sama, sehingga memerlukan kehati-hatian dalam mengambil
kesimpulan dalam pengkajian perkembangan.
b. Pendekatan dalam psikologi perkembangan

Dalam melakukan pendekatan terhadap perkembangan manusi secara


psikologis dapat dilakukan dengan pedekatan menyeluruh dan khusus
yang dapat dideskripsikan kedalam perkembangan fisik, motorik, social,
intelektual, moral, intelektual, emosi, religi, dsb

c. Teori Perkembangan

Terdapat beberapa teori perkembangan menyeluruh dan spesifik seperti


yang di teliti oleh beberapa peneliti yaitu :

 Jean Jacques Rousseau, dimana perkembangan anak terbagi


menjadi emapat yaitu: Masa Bayi (0-2), Masa Anak (2-12), Masa
remaja Awal (12-15) dan Masa Remaja (15-25).
 Stanley Hall, membagi perkembangan menjadi empat yaitu :
Masa kanak-kanak (0-4), Masa Anak (4-8), Masa Puber (8-12) dan
Masa Remaja (12-Dewasa).
 Robert J Havigurst, membagi perkembangan menjadi Lima yaitu :
Masa Bayi, Anak Awal, Anak, Masa Puber, Masa Dewasa.
 Jean Piaget, membagi dalam empat tahap yaitu : Tahap
sensorimotorik (0-2), tahap praoperasional(2-4), tahap
operasional konkrit(7-11) dan tahap operasional formal(11-15).
 Lawrence Kohlberg, membagi dalam perkembangan moral
koknitif yang dibagi menjadi 3 tahapan : Preconventional moral
reasoning, Conventional moral reasoning, Post conventional
moral reasoning.
 Erick Homburger Erickson, perkembangan anak dilewati oleh
delapan tahapan yaitu : Basic trust vs mistrust (0-1), Autonomy vs
shame and doubt (2-3), Initiative vs guilt(3-6), Industry vs
inferiority(7-12), Identity vs role confusion(12-18), Intimacy vs
isolation(20), Generativity vs stagnation(20-50), Ego integrity vs
despair(>50).

2. Teori Belajar

Terdapat dua aliran teori belajar, yakni aliran teori belajar tingkah laku
(behavioristic) dan teori belajar kognitif.

1) Teori belajar Vygotsky


Vygotsky merupakan tokoh penting dalam konstruktivisme social. Ada dua
konsep penting dalam teori Vygotsky, yaitu Zone of Proximal Development
(ZPD) dan Scaffolding. ZPD merupakan jarak antara tingkat perkembangan
actual dan tingkat perkembangan potensial. Sedangkan scaffolding
merupakan pemberian sejumlah bantuan kepada siswa selama tahap awal
pembelajaran, kemudian mengurangi bantuan dan memberikan kesempatan
untuk mengambil alih tanggung jawab setelah ia dapat melakukannya.
Vygotsky menekankan bahwa pengkonstruksian pengetahuan seorang
Individu dicapai melalui interaksi social. Tahap perkembangan actual
(tahap I) terjadi pada saat siswa berusaha sendiri menyudahi konflik yang
dialaminya.
Perkembangan potensial (tahap II) terjadi saat siswa berinteraksi dengan
pihak lain dalam komunitas kelas yang memiliki kemampuan lebih.
Proses pengkonstruksian pengetahuan ini terjadi rekonstruksi mental, yaitu
berubahnya struktur kognitif dari skema yang sudah ada menjadi skema
baru yang lebih lengkap. Proses internalisasi (tahap III) merupakan aktivitas
mental tingkat tinggi jika terjadi karena adanya interaksi social.

2) Teori belajar Van Hiele


Van Hiele adalah seorang guru bangsa Belanda yang mengadakan penelitian
dalam pembelajaran geometri. Penelitian Van Hiele menghasilkan beberapa
kesimpulan mengenai tahap-tahap perkembangan kognitif anak dalam
memahami geometri. Van Hiele menyatakan bahwa terdapat 5 tahap
pemahaman geometri, yaitu pengenalan, analisis, pengurutan, deduksi dan
akurasi.
Selain itu, Van Hiele juga mengemukakan bahwa terdapat tiga unsure yang
utama dalam pembelajaran geometri, yaitu waktu, materi pembelajaran dan
metode penyusun.
Menurut Van Hiele, semua anak mempelajari geometri melalui tahap-tahap
tersebut dengan urutan yang sama, tetapi kapan sesorang mulai memasuki
suatu tingkat yang baru tidak selalu sama antara siswa satu dengan yang
lainnya.

3) Teori belajar Ausubel


Ausubel (dalam dahar, 1988:137) mengemukakan bahwa belajar bermakna
adalah suatu proses dikaitkannya informasi baru pada konsep-konsep
relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang. Menurut Ausubel
(dalam Dahar, 1988:134), belajar dapat diklasifikasikan berdasarkan cara
menyajikan materi, yaitu: penerimaan dan penemuan. Sedangkan
berdasarkan cara siswa menerima pelajaran, yaitu belajar bermakna dan
belajar hafalan. Berarti, suatu pembelajaran dikatakan bermakna apabila
melalui prasyarat belajar, yaitu:
a. Materi yang akan dipelajari bermakna secara potensial
b. Anak yang akan belajarharus bertujuan melaksanakan belajar
bermakna sehingga mempunyai kesiapan dan niat dalam belajar
bermakna
Cirri-ciri belajar bermakna:
a. Menjelaskan hubungan bahan-bahan baru dengan bahan-bahan lama
b. Diberikan ide dari yang paling umum kemudian ke hal-hal yang lebih
terperinci
c. Menunjukkan persamaan dan perbedaan antara bahan baru dengan
bahan lama
d. Mengusahakan agar ide yang telah ada dikuasai sepenuhnya sebelum
ide baru disajikan
Ausubel (Dahar, 1989:141) menyebutkan ada tiga kebaikan dari belajar
bermakna, yaitu: informasi yang dipelajari secara bermakna dapat lebih lama
untuk diingat, informasi yang dipelajari secara bermakna memudahkan
proses belajar beerikutnya untuk materi yang mirip, informasi yang dipelajari
secara bermakna memudahkan belajar hal-hal yang mirip walaupun telah
lupa.
Untuk menerapkan teori Ausubel dalam mengajar, ada beberapa prinsip dan
konsep yang perlu diperhatikan:
a. Pengatur awal. Mengarahkan para siswa ke materi yang akan mereka
pelajari, dan menolong mereka untuk mengingat kembali informasi
yang berhubungan yang dapat digunakan untuk membantu
menanamkan pengetahuan baru
b. Diferensiasi progresif. Perlu terjadi pengembangan dan elaborasi
konsep selama belajar bermakna berlangsung. Unsur-unsur yang
paling umum diperkenalkan terlebih dahulu, kemudian hal-hal yang
lebih khusus dan detail dari konsep tersebut
c. Belajar superordinat, terjadi apabila konsep-konsep yang telah
dipelajari sebelumnya dikenal sebagai unsure-unsur dari suatu
konsep yang lebih luas dan inklusif.
d. Penyesuaian integrative

4) Teori belajar Bruner


Bruner (1966) mengemukakan bahwa terdapat tiga system keterampilan
untuk menyatakan kemampuan-kemampuan secara sempurna. Disebut juga
tiga cara penyajian (modes of present), yaitu:
a. Cara penyajian enaktif, adalah melalui tindakan, anak terlibat secara
langsung dalam memanipulasi (mengotak-atik) objek sehingga
bersifat manipulatif.
b. Cara penyajian ikonik, didasarkan pada pikiran internal dimana
pengetahuan disajikan melalui serangkaian gambar-gambar, yang
dilakukan anak berhubungan dengan mental, yang merupakan
gambaran dari objek-objek yang dimanipulasinya.

3. Model Model Pembelajaran, dan

1) Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)


Tujuan PBM adalah mengembangkan keterampilan menyelesaikan masalah,
keterampilan social, keterampilan untuk belajar mandiri, dan membangun atau
memperoleh pengetahuan baru.
Prinsip-prinsip PBM:
a. Penggunaan masalah nyata
b. Berpusat pada peserta didik
c. Guru berperan sebagai fasilitator
d. Kolaborasi antara peserta didik
e. Sesuai dengan paham konstruktivisme yang menekankan peserta didik
untuk secara aktif memperoleh pengetahuannya sendiri

Langkah-langkah pembelajaran berbasis masalah:


1. Orientasi terhadap masalah
2. Organisasi belajar
3. Penyelidikan individual maupun kelompok
4. Pengembangan dan penyajian hasil penyelesaian masalah
5. Analisis dan evaluasi proses penyelesaian masalah

2) Pembelajaran Berbasis Projek (Project Based Learning)


PBP merupakan model pembelajaran yang menggunakan projek sebagai
langkah awal dalam mengintegrasikan pengetahuan dan keterampilan baru
berdasarkan pengalaman nyata.
Tujuan PBP adalah:
a. Memperoleh pengetahuan dan keterampilan baru
b. Meningkatkan kemampuan peserta didik dalam pemecahan masalah projek
c. Membuat peserta didik lebih aktif dalam memecahkan masalah projek yang
kompleks dengan hasil produk nyata berupa barang atau jasa
d. Mengembangkan dan meningkatkan keterampilan peserta didik dalam
mengelola sumber/bahan/alat untuk menyelesaikan tugas
e. Meningkatkan kolaborasi peserta didik khususnya pada PBP yang bersifat
kelompok

Prinsip-prinsip pembelajaran PBP:


a. Pembelajarn berpusat pada peserta didik yang melibatkan tugas-tugas
projek pada kehidupan nyata
b. Tugas projek menekankan pada kegiatan penelitian berdasarkan suatu tema
atau topic yang telah ditentukan
c. Tema atau topic dikembangkan dari suatu kompetensi dasar tertentu atau
gabungan beberapa kompetensi dasar dalam suatu mata pelajaran, atau
gabungan beberapa kompetensi dasar antar mata pelajaran
d. Eksperimen dilakukan secara otentik dan menghasilkan produk nyata yang
telah dianalisis dan dikembangkan berdasarkan tema/topic yang disusun
dalam produk (laporan atau hasil karya)
e. Pembelajaran dirancang dalam pertemuan tatap muka dan tugas mandiri
dalam fasilitas dan monitoring oleh guru.

Kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada PBP:


a. Penentuan projek
b. Perancangan langkah-langkah penyelesaian projek
c. Penyusunan jadwal pelaksanaan projek
d. Penyelesaian projek dengan fasilitasi dan monitoring guru
e. Penyusunan laporan dan presentasi/publikasi hasil projek
f. Evaluasi proses dan hasil projek

3) Pembelajaran Menemukan (Discovery Learning)


Pembelajaran menemukan adalah pembelajaran untuk menemukan konsep,
makna, dan hubungan kausal melalui pengorganisasian pembelajaran yang
dilakukan peserta didik.
Tiga cirri utama belajar menemukan, yaitu:
a. mengeksplorasi dan memecahkan masalah untuk menciptakan,
menggabungkan dan menggeneralisasi pengetahuan
b. berpusat pada peserta didik
c. kegiatan untuk menggabungkan pengetahuan baru dan pengetahuan
yang sudah ada

Karakteristik dari pembelajaran menemukan:


a. peran guru sebagai pembimbing
b. peserta didik belajar secara aktif sebagai ilmuwan
c. bahan ajar disajikan dalam bentuk informasi dan peserta didik melakukan
kegiatan menghimpun, membandingkan, mengkategorikan, menganalisis,
serta membuat kesimpulan
Langkah-langkah pembelajaran menemukan:
1. Persiapan
2. Stimulasi/pemberian rangsangan
3. Identifikasi masalah
4. Mengumpulkan data
5. Pengolahan data
6. Pembuktian
7. Menarik kesimpulan

4. Evaluasi Hasil Belajar

Mutu pembelajaran dipengaruhi oleh banyak factor, salah satunya adalah system
penilaian (assessment) yang dilakukan oleh guru. Setiap penilaian didasarkan pada
tiga elemen mendasar yang saling berhubungan, yaitu: aspek prestasi yang akan
dinilai (kognisi), tugas-tugas yang digunakan untuk mengumpulkan bukti tentang
prestasi siswa (observasi), dan metode yang digunakan untuk menganalisis bukti
yang dihasilkan dari tugas-tugas (interpretasi)
Penilaian adalah pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur
pencapaian hasil belajar peserta didik. Pembelajaran adalah proses interaksi antar
peserta didik, antara peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu
lingkungan belajar. Ulangan adalah proses yang dilakukan untuk mengukur
pencapaian kompetensi peserta didik secara berkelanjutan dalam proses
pembelajaran untuk memantau kemajuan dan perbaikan hasil belajar peserta didik.
1) Penilaian pembelajaran
Penilaian hasil belajar oleh pendidik dilaksanakan dalam bentuk penilaian
autentik dan non autentik. Penilaian autentik merupakan pendekatan utama
dalam penilaian hasil belajar oleh pendidik. Penilaian autentik adalah bentuk
penilaian yang menghendaki peserta didik menampilkan sikap, menggunakan
pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh dari pembelajaran dalam
melakukan tugas pada situasi sesungguhnya. Bentuk penilaian autentik
mencakup: penilaian berdasarkan pengamatan, tugas ke lapangan, portofolio,
projek, produk, jurnal, kerja laboratorium, unjuk kerja, serta penilaian diri.
Penilaian diri merupakan teknik penilaian sikap, pengetahuan, dan keterampilan
yang dilakukan sendiri oleh peserta didik secara reflektif. Bentuk penilaian non
autentik mencakup: tes, ulangan, ujian.
2) Fungsi dan tujuan penilaian hasil belajar oleh pendidik
Penilaian hasil belajar oleh pendidik dilaksanakan untuk memenuhi fungsi
formatif dan sumatif dalam penilaian. Lebih khusus, penilaian hasil belajar oleh
pendidik berfungsi untuk:
a. Memantau kemajuan belajar
b. Memantau hasil belajar
c. Mendeteksi kebutuhan perbaikan hasil belajar peserta didik secara
berkesinambungan

Penilaian hasil belajar oleh pendidik digunakan untuk:


a. Mengukur dan mengetahui pencapaian kompetensi peserta didik
b. Memperbaiki proses pembelajaran
c. Menyusun laporan kemajuan hasil belajar harian, tengah semester, akhir
semester, akhir tahun dan kenaikan kelas
3) Prinsip-prinsip penilaian hasil belajar oleh pendidik
Prinsip umum penilaian hasil belajar oleh pendidik meliputi: sahih, objektif, adil,
terpadu, terbuka, holistik dan berkesinambungan, sistematis, akuntabel, dan
edukatif.
Prinsip khusus untuk penilaian autentik meliputi:
a. Materi penilaian dikembangkan dari kurikulum
b. Bersifat lintas muatan atau mata pelajaran
c. Berkaitan dengan kemampuan peserta didik
d. Berbasis kinerja peserta didik
e. Memotivasi belajar peserta didik
f. Menekankan pada kegiatan dan pengalaman belajar peserta didik
g. Member kebebasan peserta didik untuk mengkonstruksi responnya
h. Menekankan keterpaduan sikap, pengetahuan, dan keterampilan
i. Mengembangkan kemampuan berpikir divergen
j. Menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari pembelajaran
k. Menghendaki balikan yang segera dan terus menerus
l. Menekankan konteks yang mencerminkan dunia nyata
m. Terkait dengan dunia kerja
n. Menggunakan data yang diperoleh langsung dari dunia nyata
o. Menggunakan berbagai cara dan instrument
4) Lingkup dan sasaran penilaian hasil belajar oleh pendidik
Lingkup penilaian hasil belajar oleh pendidik mencakup kompetensi sikap
spiritual, kompetensi sikap social, kompetensi pengetahuan dan kompetensi
keterampilan. Sasaran penilaian hasil belajar oleh pendidik terhadap
kompetensi sikap spiritual dan kompetensi sikap social meliputi tingkatan sikap:
menerima, menanggapi, menghargai, menghayati, dan mengamalkan nilai
spiritual dan nilai social.
5) Skala penilaian dan ketuntasan
Penilaian hasil belajar oleh pendidik untuk kompetensi sikap, kompetensi
pengetahuan, dan kompetensi keterampilan menggunakan skala penilaian.
Predikat untuk sikap spiritual dan sikap social dinyatakan dengan A = sangat
baik, B = baik, C = cukup, dan D = kurang. Skala penilaian untuk kompetensi
pengetahuan dan kompetensi keterampilan diperoleh dengan cara merata-
ratakan hasil pencapaian kompetensi setiap KD selama satu semester.
Ketuntasan belajar merupakan tingkat minimal pencapaian kompetensi sikap,
kompetensi pengetahuan, dan kompetensi keterampilan meliputi: ketuntasan
penguasaan substansi, ketuntasan belajar dalam konteks kurun waktu belajar.
Criteria ketuntasan minimal kompetensi sikap ditetapkan dengan predikat B =
baik. Skor rerata untuk ketuntasan kompetensi pengetahuan dan keterampilan
disesuaikan dengan kriteria ketuntasan minimal (KKM) masing-masing
kelas/satuan pendidikan.
6) Instrument penilaian
Penilaian hasil belajar oleh pendidik dilaksanakan dengan menggunakan
instrument penilaian. Teknik penilaian tes tes terdiri dari tes tulis, tes lisan, tes
praktek. Penilaian dengan teknik tes tulis dapat menggunakan : soal obyektif,
soal isian, dan soal uraian/terbuka. Penilaian dengan teknik tes lisan
menggunakan daftar pertanyaan lisan. Teknik non tes biasanya digunakan untuk
mengevaluasi bidang sikap atau keterampilan.
7) Penilaian kompetensi ranah keterampilan dalam pembelajaran
Pendidikan menilai kompetensi keterampilan melalui penilaian kinerja, yaitu
penilaian yang menuntut peserta didik mendemonstrasikan suatu kompetensi
tertentu dengan menggunakan tes praktik, projek, dan penilaian portofolio.
Instrument yang digunakan berupa daftar cek atau skala penilaian yang
dilengkapi rubrik.
a. Tes praktik adalah penilaian yang menuntut respon berupa keterampilan
melakukan suatu aktivitas atau perilaku sesuai dengan tuntutan kompetensi
b. Projek adalah tugas-tugas belajar (learning tasks) yang meliputi kegiatan
perancangan, pelaksanaan, dan pelaporan secara tertulis maupun lisan
c. Penilaian portofolio adalah penilaian yang dilakukan dengan cara menilai
kumpulan seluruh karya peserta didik dalam bidang tertentu yang bersifat
reflektif-integratif untuk mengetahui minat, perkembangan, prestasi, dan
kreativitas peserta didik
8) Prosedur penilaian
Pelaksanaan penilaian diawali dengan pendidik merumuskan indicator
pencapaian kompetensi pengetahuan dan keterampilan yang dijabarkan dari
kompetensi dasar (KD. Indicator pencapaian kompetensi dikembangkan menjadi
indicator soal yang diperlukan untuk penyusunan instrument penilaian.
Instrument penilaian memenuhi persyaratan substansi/materi, konstruksi, dan
bahasa,
Persyaratan substansi merepresentasikan kompetensi yang dinilai, persyaratan
konstruksi memenuhi persyaratan teknis sesuai dengan bentuk instrument yang
digunakan, dan persyaratan bahasa adalah penggunaan bahasa yang baik dan
benar serta komunikatif sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik.
Indicator pencapaian pengetahuan dan keterampilan merupakan ukuran,
karakteristik, atau cirri-ciri yang merupakan keterampilan suatu KD tertentu dan
menjadi acuan dalam penilaian KD mata pelajaran. Sedangkan untuk mengukur
pencapaian sikap digunakan indicator penilaian sikap yang dapat diamati.
9) Teknik penilaian
Penilaian sikap dilakukan dengan menggunakan teknik observasi, penilaian diri,
dan penilaian antar teman. Teknik observasi merupakan teknik utama,
sedangkan penilaian diri dan penilaian antar teman diperlukan sebagai teknik
penunjang untuk konfirmasi hasil penilaian observasi oleh guru. Penilaian
pengetahuan menggunakan teknik penilaian tes tertulis, penugasan dan
portofolio. Penilaian keterampilan menggunakan teknik penilaian kinerja,
projek, dan portofolio.

Pembelajaran Remedial dan Pengayaan


Pembelajaran remedial pada dasarnya mengubah strategi atau metode pembelajaran
untuk KD yang sama. Bentuknya dapat berupa pembelajaran ulang, bimbingan
perorangan, pemanfaatan tutor sebaya, dan lain-lain. Pembelajaran pengayaan berupa
perluasan atau pendalaman materi atau kompetensi.
Pengawasan Proses Pembelajaran
Dilakukan melalui kegiatan pemantauan, supervisi, evaluasi, pelaporan, serta tindak
lanjut secara berkelanjutan.
1. Prinsip pengawasan
Dilakukan dengan prinsip objektif dan transparan guna peningkatan mutu secara
berkelanjutan.
2. Sistem dan entitas pengawasan
Dilakukan oleh kepala sekolah, pengawas, dan dinas pendidikan dan Lembaga
Penjamin Mutu Pendidikan (LPMP)
3. Proses pengawasan
a. Pemantauan
Dilakukan melalui diskusi kelompok terfokus, pengamatan, pencatatan,
perekaman, wawancara dan dokumentasi.
b. Supervisi
Dilakukan melalui pemberian contoh pembelajaran di kelas, diskusi, konsultasi,
atau pelatihan.
c. Pelaporan
Hasil kegiatan pemantauan, supervisi, dan evaluasi proses pembelajaran disusun
dalam bentuk laporan untuk kepentingan tindak lanjut pengembangan
keprofesionalan pendidik
4. Tindak lanjut
Dilakukan dalam bentuk: penguatan dan penghargaan kepada guru yang
menunjukkan kinerja yang memenuhi atau melampaui standar, dan pemberian
kesempatan kepada guru untuk mengikuti program pengembangan keprofesionalan
berkelanjutan.

B. MATERI YANG SULIT DIPAHAMI


Materi yang sulit dipahami adalah materi teori belajar pada Kompetensi Inti:
Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik.
Dalam sumber belajar, dijelaskan ada 4 teori belajar. Yaitu teori belajar Vygotsky, teori
belajar Ausubel, dan teori belajar Bruner. Dari keempat teori belajar yang dijelaskan,
bagian yang sulit dipahami yaitu cara penerapannya untu pembelajaran pada lima mata
pelajaran menggunakan teori-teori belajar tersebut.

C. MATERI ESENSIAL APA SAJA YANG TIDAK ADA DALAM SUMBER BELAJAR

Materi esensial yang tidak ada dalam sumber belajar yaitu pada Kompetensi Inti:
1. Pada modul tidak terdapat cara melakukan Pengembangan Karakter pada anak,
lebih banyak bicara tentang teori pengembangan
2. Cara meningkatkan potensi peserta didik belum terurai dengan baik, sehingga tidak
dapat melakukan explorasi terhadap materi yang ada pada modul.
3. Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik.
4. Memanfaatkan hasil penilaian dan Evaluasi untuk kepentingan pembelajaran.

D. MATERI APA SAJA YANG TIDAK ESENSIAL NAMUN ADA DALAM SUMBER BELAJAR

Semua materi pada Sumber Belajar Pedagogik ini tidak ada yang tidak esensial.

Anda mungkin juga menyukai