Anda di halaman 1dari 10

Menu  Cari

Annisa Zainal Indo Blog

Iklan

Permasalahan Penggunaan Bahasa Indonesia

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1.      Latar Belakang

Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh para anggota kelompok sosial
untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasi diri (Kridalaksana, 1983 dan juga dalam Djoko
Kentjono, 1982. Sejalan dengan Barber, 1964:21; Wardaugh, 1977:3; Trager, 1949:18; De Saussure, 1966:16;
Bolinger, 1975:15). Bahasa juga merupakan suatu proses berbicara manusia yang berasal dari pentomime
mulut. Teori ini dinamakan teori quasi ilmiah yang didukung oleh Darwin (Mario Pei dalam Notosusanto,
1971:12).

Bahasa digunakan sebagai alat komunikasi dengan orang lain dalam kehidupan kita sehari-hari. Bahasa ini
sangat penting peranannya dalam kehidupan manusia sebagai bagian dalam masyarakat. Tanpa bahasa,
kita tidak dapat berkomunikasi dengan orang lain karena bahasa ini adalah komponen utama dalam
berkomunikasi antarmanusia.

Dalam kehidupan kita, ada suatu ilmu yang mempelajari seluk beluk bahasa yang dikenal dengan istilah
linguistik. Linguistik adalah bidang ilmu yang mempelajari bahasa sebagai objek kajiannya. Mempelajari
linguistik ini sangat penting untuk kehidupan kita, terutama bagi siapa pun yang ingin mengetahui atau ingin
mengkaji bahasa lebih lanjut. Di Indonesia sendiri, istilah linguistik ini lebih dikenal dengan sebutan ilmu
bahasa atau dikenal sebagai studi ilmiah mengenai bahasa.

Dari waktu ke waktu, perkembangan zaman akan terus berlanjut dan semakin maju, begitu pun di Indonesia.
Dalam proses perkembangan zaman inilah, diperlukan adanya suatu alur komunikasi yang baik dan terarah
agar dapat memenuhi kebutuhan umum. Komunikasi itu selalu tidak dapat terlepas dari bahasa karena kita
berkomunikasi menggunakan bahasa, baik secara tulis maupun lisan. Suatu proses komunikasi dapat
dikatakan baik dan terarah apabila dalam pelaksanaannya menggunakan bahasa yang baik dan benar, yaitu
sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang diterapkan.

Pada era globalisasi seperti sekarang ini, semua hal sudah semakin berkembang atau bahkan ada yang bisa
dikatakan berubah dan tentu saja ada yang merubahnya, tidak terkecuali bahasa. Salah satu hal yang sudah
terkena arus globalisasi adalah bahasa yang kita gunakan sehari-hari dalam berkomunikasi dengan orang
lain. Sebagai dampak era globalisasi, berbagai permasalahan yang berkaitan dengan bahasa mulai muncul.
Permasalahan-permasalahan mengenai bahasa yang timbul saat ini dikarenakan adanya pengaruh dari
kebiasaan yang ‘tidak biasa’ dalam proses komunikasi. Dalam berbicara, sering kita jumpai bahasa yang
tidak biasa kita dengar diucapkan oleh seseorang, yang kemudian bisa dengan cepat menyebar luas hingga
bahasa yang tadinya tidak lazim ini ‘dilazimkan’ sendiri oleh orang yang mengucapkannya. Dari proses
‘pelaziman’ sendiri inilah yang kemudian menyebabkan munculnya kosakata baru dalam bahasa atau
bahkan hilangnya suatu kosakata dalam bahasa yang sudah ada sejak lama. Kebiasaan ini kemudian dapat
menyebar luas dan mulai ditiru banyak orang dalam berbicara dari satu orang ke orang lain, sehingga
pengucap bahasa baru ini semakin hari akan semakin bertambah dan dianggap sebagai bahasa yang lazim
yang kemudian akan menjadi suatu kebiasaan baru dalam proses komunikasi antarmanusia.

Bahasa itu sangat diperlukan, karena bahasa tidak dapat terlepas begitu saja dari kehidupan manusia. Oleh
karena itu, berbagai permasalahan mengenai bahasa yang saat ini mulai muncul dan terus berkembang di
kalangan masyarakat, khususnya masyarakat Indonesia, harus segera diatasi agar tidak semakin meluas
dan tidak mengubah tata bahasa Indonesia yang sudah ada dan ditetapkan sejak lama.

1.2.      Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penulisan artikel ini adalah sebagai berikut,

1. Bagaimana perkembangan penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar di era globalisasi ini?
2. Permasalahan apa saja yang telah muncul dalam bidang bahasa di Indonesia?
3. Hal-hal apa saja yang dapat dilakukan untuk mengatasi berbagai permasalahan tersebut?

1.3.      Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan artikel ini adalah,

1. Mengetahui sampai sejauh mana perkembangan bahasa di Indonesia sebagai bahasa nasional dalam
proses komunikasi.
2. Mengetahui seberapa penting penggunaan bahasa yang baik dan benar di Indonesia.
3. Mengetahui dan memahami berbagai permasalahan bahasa yang mulai bermunculan di Indonesia.
4. Menemukan solusi dari permasalahan-permasalahan bahasa yang timbul saat ini dan melaksanakan
serta menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari terutama dalam proses komunikasi dengan orang
lain.

BAB 2. PEMBAHASAN

Perkembangan zaman telah membawa kita kepada perubahan. Perubahan yang dibawa oleh arus
globalisasi ini bermacam bentuk dan jenisnya. Ada yang berjalan secara pelan-pelan dan ada yang berjalan
begitu drastis. Entah perubahan itu mengarah ke hal yang positif yaitu membawa perubahan ke arah yang
lebih baik atau malah membawa perubahan ke arah yang lebih buruk.

Di Indonesia, bahasa menjadi salah satu sistem yang sudah terkena arus globalisasi. Saat ini,
perkembangan bahasa di Indonesia sudah semakin meluas. Perkembangan bahasa tersebut jelas
menimbulkan berbagai dampak, baik dari segi positif atau dari segi negatif. Dari segi positif, kita dapat
mengatakan bahwa semakin hari, kosakata bahasa baru mulai bermunculan. Kosakata-kosakata itu baik
secara langsung atau tidak, dapat menambah daftar kosakata bahasa yang ada di Indonesia. Penambahan
kosakata itu menyebabkan penguasaan bahasa semakin luas. Hal ini akan memperkaya kosakata bahasa
Indonesia itu sendiri dan dapat mempermudah orang yang ingin mempelajari bahasa Indonesia. Akan tetapi,
selain dampak positif yang bisa kita ambil dari peristiwa ini, ada juga dampak negatif yang ditimbulkan.
Dampak negatif tersebut antara lain, berkurangnya ketaatan warga negara dalam pemakaian bahasa
Indonesia yang baik dan benar sesuai kaidahnya. Selain itu, sedikit demi sedikit tata bahasa Indonesia yang
sudah ada sejak dulu dan disesuaikan dengan kemampuan masyarakat dalam berbahasa akan berubah.
Perubahan itu bisa saja dikarenakan oleh munculnya kosakata yang tidak baku atau sebenarnya tidak
sesuai dengan bahasa Indonesia. Dampak negatif lainnya juga bisa saja muncul karena adanya pengaruh
bahasa dari budaya barat yang kemudian masuk ke dalam bahasa Indonesia, sehingga bahasa Indonesia ini
terkesan menggunakan bahasa yang kebarat-baratan dan sebenarnya tidak sesuai dengan budaya timur,
terutama Indonesia.

Pada era globalisasi seperti sekarang ini, banyak penggunaan bahasa yang kurang memenuhi kaidah
bahasa Indonesia yang baik dan benar. Baik bahasa lisan maupun tulisan yang digunakan dalam kegiatan
sehari-hari. Berbagai permasalahan timbul akibat penggunaan bahasa yang kurang memenuhi kaidah ini.
Dalam pembahasan ini, saya akan mengangkat dua permasalahan yang berkaitan dengan bahasa,
diantaranya adalah sebagai berikut,

1. Penggunaan bahasa Indonesia yang tidak baku dan semakin merebak dalam proses komunikasi masa
kini.
2. Penggunaan bahasa asing pada produk atau barang dalam negeri.

Dalam hal ini, produk yang dimaksud adalah produk makanan dan barang yang diiklankan di stasiun televisi
Indonesia.

Dalam pembahasan ini, saya akan membahas satu persatu dari dua permasalahan bahasa di atas secara
berurutan.

A.    Penggunaan Bahasa Indonesia yang Tidak Baku dan Semakin Merebak dalam Proses Komunikasi
Masa Kini

Perkembangan zaman ini telah banyak membawa pengaruh buruk pada tata bahasa yang berlaku di
Indonesia. Jika dibiarkan, pengaruh buruk ini lama-kelamaan akan mengubah tata bahasa Indonesia yang
berlaku saat ini. Padahal, kaidah bahasa yang baik dan benar sudah diterapkan dan dijalankan sejak dulu
oleh masyarakat Indonesia. Penetapan kaidah bahasa ini juga sudah disesuaikan dengan kondisi
masyarakat Indonesia dan sudah disempurnakan melalui EYD (Ejaan Yang Disempurnakan) yang kemudian
mulai diberlakukan di Indonesia sejak 17 Agustus 1972.

Saat ini, penggunaan bahasa tidak baku dalam berkomunikasi itu semakin mudah ditemui. Dalam
realisasinya, banyak masyarakat Indonesia yang menggunakan bahasa yang tidak baku ini sebagai bahasa
sehari-hari dalam berkomunikasi dengan orang lain. Bahasa-bahasa itu, misalnya :

1. Gue yang berarti dalam bahasa bakunya adalah “aku atau saya”
2. Elo yang berarti dalam bahasa bakunya adalah “kamu”
3. Nggak yang berarti dalam bahasa bakunya adalah “tidak”
4. Alay atau lebay yang berarti dalam bahasa bakunya adalah “berlebihan”
5. dan lain-lain.

Bahasa-bahasa tersebut di atas sudah semakin marak digunakan dalam percakapan sehari-hari, terutama di
kota besar di Indonesia, sebut saja di kota Jakarta dan sekitarnya. Padahal, bahasa-bahasa tersebut
bukanlah bahasa yang baku dan tidak terdapat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia. Untuk mengetahui
penyebab penggunaan bahasa yang demikian itu di kalangan masyarakat Indonesia, diperlukan kegiatan
studi ilmiah mengenai bahasa yang dimaksud.

Penggunaan bahasa yang tidak baku ini semakin lama sudah semakin meluas dan menjadi bahasa yang
‘dibakukan’ sendiri oleh masyarakat Indonesia, khususnya yang tinggal di Jakarta dan sekitarnya. Sehingga
dalam berkomunikasi, mereka selalu menggunakan bahasa-bahasa yang tidak baku dan sebenarnya tidak
terdapat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia tersebut tanpa merasa aneh dengan kosakata baru itu.
Misalnya, orang Jakarta menyebut dirinya sendiri dengan sebutan gue dan menyebut orang lain dengan
sebutan elo. Dalam percakapan kesehariannya, elo-gue, yaitu dua kata yang berhubungan erat ini, pasti
dapat kita dengar di kota ini dari ucapan satu orang dengan orang lainnya. Bahkan mungkin saat ini, di
Jakarta, kita tidak lagi mendapati orang yang menyebut dirinya dengan sebutan “aku” dan menyebut orang
lain “kamu”, kecuali dalam situasi formal, seperti di suatu perusahaan atau perkantoran yang biasanya
diwajibkan menggunakan bahasa resmi dalam berkomunikasi satu sama lain.

Kota Jakarta adalah ibu kota Indonesia dan setiap kejadian selalu diawali dari kota ini. Karena statusnya
yang menjadi pusat perhatian atau ikon negara, Jakarta selalu menjadi kiblat adanya perubahan. Setiap
perubahan yang akan membawa berbagai pengaruh, bisa dikatakan awalnya selalu berasal dari kota utama
ini. Oleh karena itu, setiap hal baru yang mulai muncul di kota ini, nantinya cepat atau lambat selalu
berdampak pada masyarakat Indonesia secara meluas. Tidak terkecuali dalam hal bahasa percakapan ini.
Bisa jadi, kata-kata elo-gue yang awalnya hanya berlaku di Jakarta ini lama kelamaan akan menyebar luas di
seluruh kota di Indonesia dan menggeser kosakata “aku” dan “kamu” yang ada di dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia ini. Apabila hal ini benar-benar terjadi, maka bisa saja suatu saat kata-kata “aku” dan
“kamu” ini malah tidak dipergunakan lagi dalam bahasa Indonesia.

Begitu juga dengan kata nggak. Entah sejak kapan kata ini mulai dikenal dan masuk ke dalam bahasa
sehari-hari di Indonesia, masyarakat pun juga tak pernah menyadarinya. Mereka hanya mengikuti adanya
tren atau mode bahasa baru yang sedang marak disebut dan mereka dengar, sehingga secara sadar atau
tidak, mereka juga mulai mengikuti tren itu dalam pengucapannya. Dalam bahasa bakunya, kata nggak ini
berarti “tidak”. Dalam berbicara, sering kita menyebut kata nggak, padahal bahasa tersebut sebenarnya tidak
baku dan tidak sepantasnya kita ucapkan. Karena, dari kebiasaan pengucapan itulah nantinya yang dapat
menyebabkan kita terbiasa dengan penggunaan bahasa yang tidak baku, baik dalam tulisan maupun lisan.
Seperti contoh lagi, misalnya bahasa yang biasa kita gunakan di dalam SMS (Short Message Service). Dalam
penulisan pesan melalui SMS, kita sering menulis kata-kata dengan menyingkatnya. Terkadang, kita juga
suka mengubah kosakata agar lebih ringkas tetapi mudah dimengerti oleh orang yang menjadi lawan bicara
kita. Awalnya, orang berpendapat bahwa menyingkat bahasa yang digunakan dalam SMS berfungsi untuk
menghemat biaya SMS. Tetapi, lama kelamaan pembawaan ini semakin berlanjut dan semakin berkembang
dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini kemudian dapat menyebabkan mulai adanya pergeseran penggunaan
bahasa yang sesuai kaidah yang sudah berlaku sebelumnya. Banyak orang yang menggunakan bahasa di
SMS dalam kehidupan sehari-hari, dalam bercakap-cakap dengan orang lain misalnya, mereka suka
menyebut kata “tidak” dengan menggunakan nggak yang sebenarnya mereka tahu bahwa kata nggak ini
bukanlah bahasa baku. Hal ini dapat terjadi terus menerus karena kebiasaan mereka dalam penggunaan
kata-kata seperti ini tanpa merasa bahwa bahasa yang mereka gunakan dalam berkomunikasi itu adalah
salah.

Selain kata nggak, masih banyak kata lainnya yang ditulis atau diucapkan dengan awalan fonem ŋ (ng) atau
ň (ny). Seperti contoh misalnya,

Kata “menyapu” sering diganti dengan nyapu


Kata “sedang apa” sering diganti dengan ngapain
Kata “mengerti” sering diucapkan ngerti
dan lain-lain.

Namun, tidak hanya mengubah bunyi atau pengucapan suku kata depannya, dampak globalisasi ini juga
memunculkan bahasa baru yang sedikit demi sedikit mulai tidak menghiraukan kata aslinya yang sudah ada
sejak dulu. Kata itu seperti kata alay atau lebay yang artinya sama sekali tidak berhubungan dengan kata
tersebut, bahkan tulisannya pun berbeda total. Kata alay atau lebay itu mempunyai arti yang sama, yakni
“berlebihan”. Tidak perlu susah-susah kita mencarinya, di mana saja hampir kita temui orang-orang yang
dalam berbicara menggunakan kata-kata yang demikian dan secara sadar atau tidak sadar, secara perlahan
mereka telah melupakan kata dalam bahasa Indonesia yang sesungguhnya, yaitu kata yang baku dari kata
alay atau lebay tersebut.

Permasalahan-permasalahan di atas menyebabkan berkurangnya penerapan bahasa Indonesia yang baik


dan benar di kalangan masyarakat Indonesia itu sendiri sesuai kaidah yang berlaku. Sehingga, lama-
kelamaan hal ini bisa saja  menyebabkan berubahnya tata bahasa Indonesia secara perlahan jika
pemerintah tidak menindaklanjutinya dengan segera tentang bahasa-bahasa ‘gaul’ yang sedang
berkembang saat ini di Indonesia sebagai akibat globalisasi.

B.     Penggunaan Bahasa Asing pada Produk atau Barang dalam Negeri

Selain penggunaan bahasa Indonesia yang kurang baku atau bahkan tidak baku dalam proses komunikasi
masa kini di Indonesia, permasalahan lain yang juga ikut menghiasi variasi bahasa adalah penggunaan atau
penerapan bahasa asing dalam nama produk atau barang dalam negeri. Dalam hal ini, produk atau barang
yang dimaksud adalah produk dan barang yang biasa kita lihat menghiasai dunia periklanan di layar kaca
televisi kita.

Banyaknya produk dan barang yang semakin bermunculan dan mewarnai dunia produksi di Indonesia
memang membuat para pengusaha harus pintar-pintar memilih atau memberi nama produk yang mereka
buat. Agar menarik minat pembeli, produsen ini memberi nama produknya dengan nama-nama yang sangat
bervariasi, tidak terkecuali menggunakan bahasa asing sebagai campuran nama dalam barang produksinya
tersebut. Adanya bahasa asing yang digunakan dalam penamaan produk inilah yang membuat bahasa di
Indonesia semakin bertambah. Sebut saja misalnya produk yang bernama Choco Mania, Oatbits, Sunlight,
dan masih banyak lagi yang lainnya.

Produk iklan tersebut telah ikut mewarnai bahasa di Indonesia. Padahal, produk-produk tersebut mempunyai
nama yang menggunakan bahasa asing. Seperti kata choco dalam produk iklan Choco Mania, yang apabila
diartikan ke dalam bahasa Indonesia, choco yang sebenarnya merupakan kependekan dari kata chocolate
ini, memiliki arti cokelat. Begitu pula dengan Oatbits. Kata ini sebenarnya merupakan gabungan dari oat yang
berarti makanan semacan sereal dan bit yang berarti gigitan. Jadi sebenarnya maksud dari nama produk
makanan ini adalah makanan ringan dengan rasa dan bentuk sereal padat yang dapat digigit. Sama halnya
dengan salah satu produk sabun pencuci piring ini. Sunlight merupakan gabungan dari dua kata bahasa
inggris, yaitu sun dan light yang memiliki arti matahari dan cahaya. Maksudnya, apabila kita membeli produk
tersebut, piring dan alat-alat makan lain yang kita cuci menjadi bersih dan berkilau seperti cahaya matahari.
Pemberian nama yang demikian dimaksudkan agar pembeli tertarik kepada produk yang mereka buat.
Selain tiga produk iklan ini, masih banyak lagi yang lainnya yang menggunakan bahasa asing dalam
penamaannya.

Permasalahannya, produk-produk iklan tersebut telah menggunakan bahasa asing dalam penamaannya.
Sehingga, semakin hari produk yang namanya menggunakan bahasa asing semakin banyak dan merebak di
dunia perindustrian di Indonesia. Banyaknya produk iklan yang menggunakan nama dengan menggunakan
bahasa asing ini menyebabkan semakin banyak pula beredar bahasa asing di Indonesia melalui produk-
produk ini. Dari segi positif, kita dapat memanfaatkan hal ini sebagai sarana pembelajaran bahasa asing
sedikit demi sedikit sehingga mudah diingat. Tetapi dari segi negatif, penggunaan bahasa asing dalam
penamaan produk-produk ini menyebabkan berkurangnya penggunaan bahasa Indonesia sendiri dalam
penerapannya di kehidupan orang Indonesia saat ini. Meskipun, dalam berbicara masyarakat masih
menggunakan bahasa Indonesia yang berlaku, tetap saja kehadiran bahasa asing dalam hal ini sangat
berpengaruh. Apalagi, semakin hari semakin bertambah banyak produk yang namanya menggunakan
bahasa asing. Sehingga, baik disadari atau tidak dan baik secara perlahan atau tidak, perkembangan bahasa
Indonesia semakin hari semakin berkurang apabila tidak diimbangi dengan penerapannya di segala aspek
kehidupan kita.

Dapat kita lihat, saat ini masyarakat telah banyak menggunakan bahasa campuran dalam berbicara. Hal ini
dikarenakan telah banyaknya bahasa asing yang menyusup masuk ke dalam bahasa Indonesia tanpa
melalui tahap pemrosesan penyerapan bahasa asing yang benar dari pemerintah. Padahal, telah banyak
bahasa terapan yang sudah berlaku dengan baik di Indonesia agar masyarakat lebih mudah dalam
menggunakan bahasa yang sesuai dengan keinginan dan kebutuhannya. Namun, tetap saja masyarakat
masih menggunakan bahasa yang dicampuradukkan dengan bahasa asing dalam berbicara dengan orang
lain. Ditambah lagi banyaknya nama-nama produk dalam negeri yang menggunakan bahasa asing dalam
penamaannya. Hal ini membuat semakin bertambahnya deretan bahasa asing yang mulai banyak
bermunculan di Indonesia dan menjadi kebiasaan baru masyarakat dalam berbicara menggunakan bahasa
Indonesia yang bercampur bahasa asing dalam kehidupannya baru-baru ini. Itu terbukti ketika seseorang
menyebutkan dan membicarakan nama produk iklan yang menggunakan nama dari bahasa asing ini dengan
orang lain. Sehingga, apa yang mereka ucapkan itu tentu saja didengar oleh orang yang diajak bicara (lawan
bicaranya) dan tanpa mereka sadari, apa yang didengar oleh orang itu dapat juga menjadi kebiasaan baru,
karena dia, si pendengar tersebut, secara tidak sadar akan ikut-ikutan mengucapkannya juga. Yaitu,
mengucapkan apa yang didengar dari lawan bicaranya mengenai produk dalam negeri yang menggunakan
nama dari bahasa asing dan istilah-istilah lain dari bahasa asing yang biasa dia dengar itu, sehingga secara
perlahan, orang tersebut juga akan menjadi orang yang bahasa Indonesianya dapat dikatakan telah
terkontaminasi oleh bahasa asing. Dan begitu seterusnya, apabila orang tadi berbicara dengan orang lain,
pasti bahasa yang digunakan tersebut adalah seperti apa yang dia dengar sebelumnya dan itu akan
berlanjut terus-menerus, menyebar dari satu orang ke orang lain. Apabila itu telah terjadi dan semakin
meluas hampir ke semua warga negara Indonesia, dapat dipastikan bahwa tata bahasa Indonesia akan
berubah secara perlahan sesuai perkembangan zaman yang seperti sekarang ini karena peristiwa yang
demikian itu.

BAB 3. PENUTUP

3.1.      Pemecahan Masalah

Untuk mengatasi berbagai permasalahan bahasa yang timbul di Indonesia akibat arus globalisasi, kita harus
menemukan solusinya dan menerapkan atau merealisasikan berbagai solusi tersebut dalam kehidupan
sehari-hari agar permasalahan ini tidak berlanjut terus-menerus. Berbagai solusi yang dapat saya berikan
adalah sebagai berikut,

1. Memulai sedini mungkin membiasakan diri berbicara menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan
benar sesuai kaidah bahasa yang berlaku dan sesuai pada saat ini.
2. Memulai dari diri sendiri untuk berinisiatif menanamkan jiwa ‘sadar berbahasa Indonesia yang baik
dan benar’.
3. Mengajak orang lain menggunakan bahasa Indonesia sesuai kaidah yang berlaku, baik dalam lisan
maupun tulisan terutama ketika berbicara dengan orang lain.
4. Mengetahui dan memahami sejak awal pemakaian bahasa Indonesia yang sesuai dengan konteks
pemakaiannya.
5. Memiliki sifat keterbukaan terhadap perubahan agar dapat menerima pembaharuan tentang bahasa,
tetapi masih dalam batas bahasa tersebut memenuhi kaidah tata bahasa Indonesia yang baik dan
benar serta termasuk dalam kata baku.
6. Diperlukan adanya pembelajaran-pembelajaran mengenai tata bahasa Indonesia di suatu instasi
sekolah atau lembaga pendidikan lainnya, yang benar-benar mengajari kita dan anak didik bangsa
mengenai kata yang baku di dalam bahasa Indonesia sebagai generasi penerus bangsa yang
berbudaya. Sebab, sosialisasi tentang bahasa Indonesia itu sendiri sangat diperlukan sejak dini.
7. Menanamkan jiwa nasionalisme yang kuat kepada generasi penerus bangsa untuk selalu menjunjung
tinggi bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan persatuan, serta selalu menggunakannya dalam
berkomunikasi dengan orang lain dalam kehidupan sehari-hari.
8. Sebenarnya, penggunaan bahasa asing di Indonesia sangat diperbolehkan. Namun, penggunaannya itu
hanya sebatas dijadikan sarana pembelajaran dalam kemampuan berkomunikasi dengan orang asing.
Penggunaannya pun tidak perlu sampai dalam hal penamaan produk atau barang dalam negeri. Sebab,
penggunaan bahasa Indonesia dalam hal penamaan produk atau barang dalam negeri juga dirasa
lebih penting, karena dapat menunjukkan seberapa besar masyarakat bangga terhadap bahasa negara
dan dapat memanfaatkan bahasa Indonesia secara penuh dalam kehidupan sehari-hari.

Diposkan oleh Annisa Zainal.

Iklan

Share this:

 Twitter  Facebook

Suka

Jadilah yang pertama menyukai ini.

24/01/2014  Tinggalkan Balasan

« Sebelumnya
Iklan

Tinggalkan Balasan
Alamat surel Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Komentar

Nama

*
Surel

*
Situs Web

Kirim Komentar

Beri tahu saya komentar baru melalui email.


Iklan

Cari

Iklan

Tulisan Terakhir

Permasalahan Penggunaan Bahasa Indonesia


Catatan Seorang Pelacur
Pendekatan Kritik Sastra Feminisme Dalam Cerpen “Catatan Seorang Pelacur” Karya Putu Arya Tirtawirya
Psikologi Kepribadian Tokoh dalam Legenda “Pahlawan Minak Koncar Lamajang”

Komentar Terbaru

Arsip

Januari 2014
Iklan

Kategori

Bahasa Indonesia
Sastra Indonesia
Uncategorized

Meta

Daftar
Masuk
RSS Entri
RSS Komentar
WordPress.com

Lihat Situs Lengkap

Buat situs web atau blog gratis di WordPress.com.

Anda mungkin juga menyukai