Laporan Pendahuluan Gea
Laporan Pendahuluan Gea
A. PENGERTIAN
Gastroenteritis diartikan sebagai buang air besar yang tidak normal atau
bentuk tinja yang encer dengan frekwensi yang lebih banyak dari biasanya
(Mansjoer, 2006).
B. ETIOLOGI
1. Faktor infeksi
a. Infeksi bakteri : Vibrio, E. Coli, Salmonella, Shigelia Compylobacter,
Yersina, Aeromonas, dan sebagainya
b. Infeksi virus : Eterovirus (virus ECHO, Coxsackie Poliofelitis),
Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus, dan lain-lain.
c. Infeksi parasit : cacing (Ascaris, Triguris, Oxyyuris, Strongyloides),
protozoa (Entamoeba Hstolitica, Glardialambia, Trichomonas Hominis).
2. Faktor malabsorbsi: Malabsorbsi karbohidrat, lemak, atau protein.
3. Faktor makanan, Makanan basi, beracun, dan alergi terhadap makanan.
4. Factor psikologis, Rasa takut dan cemas.
5. Imunodefisiensi, Dapat mengakibatkan terjadinya pertumbuhan bakteri.
6. Infeksi terhadap organ lain, seperti radang tonsil, bronchitis, dan radang
tenggorokan.
C. KLASIFIKASI
D. PATOFISIOLOGI
Sebagian besar diare akut di sebabkan oleh infeksi. Banyak dampak yang
terjadi karena infeksi saluran cerna antara lain: pengeluaran toksin yang dapat
menimbulkan gangguan sekresi dan reabsorbsi cairan dan elektrolit dengan
akibat dehidrasi,gangguan keseimbangan elektrolit dan gangguan keseimbangan
asam basa. Invasi dan destruksi pada sel epitel, penetrasi ke lamina propia serta
kerusakan mikrovili yang dapat menimbulkan keadaan maldigesti dan
malabsorbsi,dan apabila tidak mendapatkan penanganan yang adekuat pada
akhirnya dapat mengalami invasi sistemik.
Peningkatan tekanan
Menstimulasi dinding Malabsorpsi osmotic dalam lumen
usus halus makanan dan usus
cairan
Peningkatan isi
(rongga)lumen usus
Hiperperistaltik
GEA
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan laboratorium.
a. Pemeriksaan tinja.
b. Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah
astrup,bila memungkinkan dengan menentukan PH keseimbangan
analisa gas darah atau astrup,bila memungkinkan.
c. Pemeriksaan kadar ureum dan creatinin untuk mengetahui pungsi
ginjal.
2. Pemeriksaan elektrolit intubasi duodenum untuk mengetahui jasad renik
atau parasit secara kuantitatif,terutama dilakukan pada penderita diare
kronik
I. PENATALAKSANAAN
1. Terapi Cairan Untuk menentukan jumlah cairan yang perlu diberikan
kepada penderita diare, harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
a. Jumlah cairan : jumlah cairan yang harus diberikan sama dengan
jumlah cairan yang telah hilang melalui diare dan/muntah muntah
PWL ( Previous Water Losses) ditambah dengan banyaknya cairan
yang hilang melalui keringat, urin dan pernafasan NWL ( Normal
Water Losses).
b. Cairan yang hilang melalui tinja dan muntah yang masih terus
berlangsung CWL (Concomitant water losses) (Suharyono dkk., 1994
dalam Wicaksono, 2011)
2. Obat-obatan (Antibiotik) Pemberian antibotik secara empiris jarang
diindikasikan pada diare akut infeksi, karena 40% kasus diare infeksi
sembuh kurang dari 3 hari tanpa pemberian anti biotik. Pemberian
antibiotik di indikasikan pada : Pasien dengan gejala dan tanda diare
infeksi seperti demam, feses berdarah,, leukosit pada feses, mengurangi
ekskresi dan kontaminasi lingkungan, persisten atau penyelamatan jiwa
pada diare infeksi, diare pada pelancong, dan pasien immunocompromised
Contoh antibiotic untuk diare Ciprofloksasin 500mg oral (2x sehari, 3 – 5
hari), Tetrasiklin 500 mg (oral 4x sehari, 3 hari), Doksisiklin 300mg (Oral,
dosis tunggal), Ciprofloksacin 500mg, Metronidazole 250-500 mg
(4xsehari, 7-14 hari, 7-14 hari oral atauIV).
Obat Anti Diare : loperamid HCl serta kombinasi difenoksilat dan atropin
sulfat (lomotil). Penggunaan kodein adalah 15-60mg 3x sehari, loperamid
2-4 mg/ 3 – 4x sehari dan lomotil 5mg 3 – 4 x sehari. Efek kelompok obat
tersebut meliputi penghambatan propulsi, peningkatan absorbsi cairan
sehingga dapat memperbaiki konsistensi feses dan mengurangi frekwensi
diare.Bila diberikan dengan cara yang benar obat ini cukup aman dan
dapat mengurangi frekwensi defekasi sampai 80%. Bila diare akut dengan
gejala demam dan sindrom disentri obat ini tidak dianjurkan.
1. Pengkajian
c. Riwayat penyakit saat ini : buang air besar lebih dari 3 hari disertai
nyeri perut.
c. Pola eliminasi : akan mengalami perubahan yaitu BAB lebih dari 4 kali
sehari,BAK sedikit atau jarang.
d. Aktivitas : akan terganggu karena kondisi tubuh yang lemah dan adanya
nyeri akibat distensi abdomen yakni dibantu oleh orang lain.
3. Pemerikasaan fisik.
L. RENCANA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan Reflek spasme otot pada dinding perut
Intervensi
2. Kaji laporan keram abdomen atau nyeri, catat lokasi, lamanya,. Selidiki
dan laporkan perubahan karakteristik nyeri.
R / : nyeri kulit hilang timbul pada penyakit crohn. Nyeri sebelum
defekasi sering terjadi pada KU dengan tiba-tiba, dimana dapat berat dan
terus menerus. Perubahan pada karakteristik nyeri dapat menunjukan
penyebaran penyakit/terjadinya komplikasi, misalya pistula kandung
kemih, perporasi, toksik megakolon.
3. Catat petunjuk non verbal misalnya gelisah, menolak untuk bergerak,
berhati-hati dengan abdomen, menarik diri dan depresi. Selidiki
perbedaan penunjuk verbal dan non verbal.
R / : bahasa tubuh/petunjuk non verbal dapat secara psikologis dan
visiologis dan dapat digunakan pada hubungan petunjuk verbal untuk
mengidentifikasi luas dari beratnya masalah.
R / : nyeri bervariasi dari ringan sampai berat dan perlu penanganan untuk
memudahkan istirahat ade kuat dan penyembuhan. Catatan : kopiat harus
digunakan dengan hati-hati karena dapat menimbulkan toksik megakolon.
Intervensi
Intervensi
4. Berikan diet dalam kondisi hangat dan porsi kecil tapi sering.
Intervensi :
4. Kolaborasi
Berikan cairan parenteral sesuai indikasi.
R/ : mempertahankan istirahat usus akan memerlukan penggantian
cairan untuk memperbaiki kehilangan. Catatan : cairan mengandung
natrium dapat dibatasi pada adanya enteritis regional.
Berikan obat sesuai indikasi anti diare.
R/ : menurunkan kehilangan cairan dari usus.
Berikan obat antiemetic misalnya trimetobenzamida (tigan) ;
hidroksin (pistaril) ; proklorperasin (kompazine).
R/ : digunakan untuk mengontrol mual/muntah pada heksaserbasi
akut.
Berikan cairan Elektrolit misalnya tambahan kalium
R/ : elektrolit hilang dalam jumlah besar, khususnya pada usus yang
gundul, area ulkus, dan diare dapat juga menimbulkan asedosis
metabolit karena kehilangan bikarbonat (HCO3).
DAFTAR PUSTAKA