LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNIK PENYIMPANAN BAHAN HASIL PERTANIAN
(Pengaruh Pemberian Edible Coating Pada Bahan Hasil Pertanian (Buah Potong)
Selama Penyimpanan)
Oleh :
Nama : Abdurrahman Hanif
NPM : 240110160073
Hari, Tanggal Praktikum : Kamis, 4 April 2019
Waktu : 07.30 – 09.30 WIB / A
Co. Ass : Lisa Oktavia Br N
2.1 Penyimpanan
Penyimpanan bertujuan untuk memperpanjang daya simpan dengan cara
memperlambat aktivitas fisiologis, menghambat perkembangan mikroba perusak,
dan memperkecil penguapan. Daya simpan setelah pemanenan tergantung iklim,
suhu dan kelembaban, kondisi umbi, kondisi penyimpanan, dan lama
penyimpanan.
Suhu dalam penyimpanan seharusnya dipertahankan agar tidak terjadi
kenaikan dan penurunan. Suhu di bawah optimum akan menyebabkan pembekuan
atau terjadinya chilling injury, sedangkan suhu diatas optimum akan
menyebabkan umur simpan menjadi lebih singkat. Suhu yang lebih rendah dari
suhu optimum biasanya akan dapat mengakibatkan terjadinya pengembunan pada
permukaan komoditi. Bilamana hal ini terjadi, maka dapat menyebabkan
pengeriputan dan berkurangnya kualitas akibat cepatnya proses penuaan.
Penyimpanan umbi pada suhu ruang menyebabkan penurunan kandungan pati
yang lebih besar dibandingkan dengan peningkatan kandungan gulanya, karena
gula hasil perombakan pati secara berkelanjutan digunakan sebagai senergi dalam
proses respirasi (Megawati, 2013).
3.1.2 Bahan
Bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah:
1. Akuadest 500 ml
2. Asam Stearat 1,5 % (b/v)
3. Bengkuang
4. CMC 1 % (b/v)
5. Gliserol 5 % (v/v)
6. Melon
7. Pati Singkong 3 % (b/v)
8. Pepaya
9. Piring Kertas
3.2 Prosedur Percobaan
Adapun langkah yang digunakan ketika praktikum ialah:
3.2.1 Prosedur Pembuatan Edible Coating
Adapun prosedur yang perlu dilakukan adalah :
1. Memanaskan air sebanyak 300 ml hingga mencapai suhu 70 oC
menggunakan magnetic stirrer
2. Mencampurkan air dan CMC dan aduk dengan mixer sampai tidak terjadi
gumpalan
3. Mencampurkan di wadah lain 200 ml air (tanpa dipanaskan) dengan pati
singkong
4. Mencampurkan larutan CMC dengan larutan pati singkong menggunakan
mixer
5. Memanaskan larutan tersebut hingga suhu larutan mencapai 70oC sambil
terus diaduk
6. Memasukan gilerol dan asam stearat kedalam larutan tersebut sambil
dipertahankan suhunya 70oC. Aduk sampai larutan tercampur sempurna
7. Mendinginkan larutan tersebut untuk akhirnya digunakan sebagai larutan
edible coating
Edible
Coating,
Cooling +
+++++ +++++ ++++
Edible
Coating,
Suhu Ruang
+++++ +++++ ++++ +
Tanpa
Edible
-
Coating,
Cooling +++++ +++++ +
Tanpa
Edible
-
Coating,
Suhu Ruang ++++
+++++ +
Edible
Coating,
Cooling +++++ +
+++++ +++++
Edible
Coating,
Suhu
Ruang +++++ +++++ ++++ +
Tanpa
Edible
-
Coating,
Cooling +++++ +++++ +
Tanpa
Edible
Coating, -
Suhu
Ruang +++++ ++++
+
Tabel 11. Pengamatan Tekstur Buah Melon Selama Penyimpanan
Tekstur Hari Ke- (Kgf/cm2)
Perlakuan Ulangan
0 1 4
1 (atas) 1,4 1,05 1,1
Edible Coating, Cooling
2 (samping) 1,85 1,85 1,6
Rata-Rata 1,625 1,45 1,35
±SD 0,318 0,565 0,353
1 1,4 1,4 0,75
Edible Coating, Suhu Ruang
2 1,85 1,3 0,7
Rata-Rata 1,625 1,35 0,725
±SD 0,318 0,07 0,035
1 1,41 1,25 1,05
Tanpa Edible Coating, Cooling
2 1,85 1,9 1,6
Rata-Rata 1,63 1,575 1,325
±SD 0,31 0,46 0,389
Tanpa Edible Coating, Suhu 1 1,4 0,8 0
Ruang
2 1,85 1,9 0
Rata-Rata 1,625 1,35 0
±SD 0,318 0,77 0
4.3 Grafik
R² = 0.0305
No Edible Ruang
5 R² = 0.9973
Linear (edible
0 coating ruang)
0 2 4 6 Linear (edible
-5 coating ruang)
Waktu Linear (No edible
cooling)
0.8 R² = 0.9745
No edible cooling
Susut Bobot
0.6 R² = 0.0027
No Edible Ruang
R² = 0.9918
0.4 Linear (edible coating
ruang)
0.2 Linear (edible coating
ruang)
0 Linear (No edible cooling)
0 1 2 3 4 5
Waktu Linear (No Edible Ruang)
R² = 0.1628
No Edible Ruang
6 R² = 0.6303
Linear (edible coating
4 ruang)
Linear (edible coating
2 ruang)
Linear (No edible cooling)
0 Linear (No edible cooling)
0 1 2 3 4 5
Waktu Linear (No Edible Ruang)
4 R² = 0.9973
No edible cooling
Susut Bobot
R² = 0.4808
3 No Edible Ruang
2 R² = 0.9918
Linear (edible coating
ruang)
1 Linear (edible coating
ruang)
0 Linear (No edible cooling)
0 1 2 3 4 5
Waktu Linear (No Edible Ruang)
R² = 0.9748
20 No Edible Ruang
R² = 0.6555
10 Linear (edible
0 coating ruang)
Linear (edible
0 2 4 6
-10 coating ruang)
Waktu Linear (No edible
cooling)
1.2 R² = 0.9974
No edible cooling
Susut Bobot
1 R² = 0.9947
No Edible Ruang
0.8
R² = 0.9974
0.6 Linear (edible coating
0.4 ruang)
Linear (No edible cooling)
0.2
0 Linear (No Edible Ruang)
0 1 2 3 4 5
Waktu Linear (No Edible Ruang)
R² = 0.9669
4 No Edible Ruang
3 R² = 0.9926
Linear (edible coating
2 ruang)
Linear (edible coating
1
ruang)
0 Linear (No edible cooling)
0 1 2 3 4 5
Waktu Linear (No Edible Ruang)
3
No Edible Ruang
2 R² = 0.9231
Linear (edible coating
1 ruang)
Linear (No edible cooling)
0
0 1 2 3 4 5
Waktu Linear (No Edible Ruang)
Edible coating merupakan suatu lapisan tipis yang dibuat dari bahan yang
dapat dimakan, dibentuk untuk melapisi produk pangan yang memiliki beberapa
fungsi sebagai pelindung atau penghalang berpindahnya massa (kelembaban,
oksigen, cahaya, lipid, zat terlarut); merupakan barrier terhadap uap air dan
pertukaran gas O2 dan CO2; meningkatkan fungsi penanganan (mencegah
kerusakan bahan akibat penanganan mekanik); pembawa zat aditif (zat
antimikrobial dan antioksidan pada bahan); membantu mempertahankan integritas
struktural; dan mencegah hilangnya senyawa-senyawa volatile.
Dari grafik dapat dilihat bahwa perubahan bobot bervariasi pada perlakuan
A sampai F. Beberapa perlakuan ada yang menyebabkan penurunan bobot dan
beberapa ada yang menyebabkan kenaikan bobot. Perubahan Bobot Buah Stroberi
dengan 5 Perlakuan gram Dari grafik diatas dapat dilihat lebih jelas bahwa
perlakuan B dan E (edible coating pati garut suhu ruang dan edible coating pati
garut suhu dingin) menyebabkan susut bobot negatif. Artinya berat stroberi
meningkat dari hari ke-0 sampai hari ke-3. Sedangkan pada perlakuan C, dan D
(Edible coating pati jagung suhu ruang dan tanpa edible coating) menyebabkan
susut bobot positif dimana perlakuan C mengalami susut bobot paling minimal.
Idealnya, edible coating seharusnya menyebabkan susut bobot positif paling
minimal dibanding tanpa perlakuan. Hal ini dikarenakan edible coating idealnya
dapat mencegah kehilangan air dari dalam buah. Namun pada praktikum ini
beberapa perlakuan menyebabkan susut bobot negatif. Hal ini bisa terjadi
dikarenakan adanya uap air yang ikut tertimbang(pada perlakuan suhu dingin)
atau terjadi kesalahan dalam pengukuran.
Pada tabel 1 dapat dilihat bahwa suhu dan RH diukur tiga kali yaitu pada
hari ke-0, ke-1, dan hari ke-4 di ruang laboratorium dan cold storage, sesuai
dengan tempat penyimpanan sampel. Suhu dan RH di tuang laboratorium tidak
mengalami perubahan yang signifikan yaitu berada pada kisaran suhu 26oC dan
RH 70%, sementara pada cold storage rata-rata suhunya adalah 18oC dan RH
39%. Pada tabel tiga dapat dilihat bahwa susut bobot dari pepaya yang diberi
perlakuan edible coating mengalami penambahan bobot, namun secara
keseluruhan pepaya yang diamati dari hari ke-0 sampai dengan hari ke-4
mengalami susut bobot, hal ini disebabkan karena selama penyimpanan bahan
akan kehilangan kandungan air akibat dari aktivitas enzim dan karena faktor suhu,
sehingga setiap perlakuan akan mengalami detail kehilangan susut bobot yang
berbeda-beda. Pada kenampakan pepaya selama proses penyimpanan, mengalami
perubahan signifikan selama proses pengamatan berlangsung, pada hari ke-0
sampai hari ke-1 pepaya masih dalam kondisi bagus, baik pepaya yang diberi
perlakuan coating maupun tidak, namun pada hari ke-4 pepaya terlihat berada
dalam kondisi yang tidak baik dalam hal kenampakannya, untuk yang disimpan di
suhu ruang buah pepaya sudah berjamur dan sangat tidak layak untuk dimakan,
sementara pepaya yang disimpan di cold storage tidak berjamur tetapi mengalami
pengerutan pada daging buah nya. Suhu dingin dapat menekan respirasi pada buah
serta menahan aktivitas enzimatik pada buah, sehingga buah tidak berjamur,
namun umur simpan buah potong pada suhu dingin juga tidak terlalu lama umur
simpannya. Tekstur buah pepaya rata-rata dari semua perlakuan adalah bernilai 1
Kgf/cm2, hal ini menunjukkan bahwa semua perlakuan tidak terlalu berpengaruh
pada tekstur buah. Derajat brix dari seluruh sampel buah pepaya potong
mengalami penurunan nilai pada seluruh perlakuan di seluruh sampel, hal ini
menunjukkan bahwa nilai atau jumlah total padatan terlarut pada buah mengalami
penurunan dari hari ke hari. PH pepaya tidak mengalami penurunan yang besar
dan seluruh perlakuan pada semua sampel cenderung memiliki PH yang sama, hal
ini dikarenakan kandungan asam dari papaya yang sudah memiliki standar nya.
Sementara untuk buah melon tidak berbeda jauh dengan pepaya, dari hal susut
bobot, tekstur buah, hingga PH memiliki kemiripan, namun pada hal derajat brix
terdapat penambahan nilai derajat brix pada perlakuan suhu cooling, hal ini
memperlihatkan bahwa suhu dingin dapat memadatkan atau menambah jumlah
total padatan terlarut pada buah melon.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang didapat setelah melakukan praktikum kali ini adalah :
1. Penyimpanan merupakan usaha untuk mempertahankan kualitas dari
bahan hasil pertanian.
2. Penyimpanan buah pepaya dan melon pada cold storage.dapat menekan
respirasi dan aktivitas enzimatik pada buah.
3. Hasil pengamatan terbaik adalah buah yang diberi perlakuan edible
coating dan disimpan pada suhu cold storage.
4. Setiap sampel mengalami penurunan bobot selama penyimpanan dari
hari ke-0 sampai hari ke-4
5. Pemilihan metode penyimpanan dan pengemasan harus dilakukan
dengan tepat agar mendapatkan hasil akhir yang baik serta maksimal.
6.2 Saran
Saran pada praktikum kali ini yaitu :
1. Sebaiknya saat akan melakukan praktikum, praktikan mempelajari
materi yang akan dibahas dan dipraktikumkan agar memperoleh
kemudahan dalam melaksanakan praktikum.
2. Praktikan haruslah lebih teliti saat mencari data atau nilai yang ada,
agar dapat meminimalisir kesalahan dan kekeliruan dari nilai yang
hendak dicari.
DAFTAR PUSTAKA
Megawati, L.S. 2013. Karakter fisiologi dan biokimia umbi kimpul putih dan
kimpul hitam pada suhu penyimpanan yang berbeda. Skripsi. Universitas
Sebelas Maret. Surakarta.
Dokumentasi Praktikum
Gambar1. Penetrometer
Gambar2.PH meter