Anda di halaman 1dari 30

“PEMANFAATAN EKSTRAK JERAPA (KULIT JERUK PURUT, SERAI,

DAUN PANDAN) SEBAGAI PENGUSIR AEDES AEGYPTI DAN AEDES


ALBOPICTUS”

LINGKAR ILMIAH

KELOMPOK ILMIAH KIMIA

DISUSUN OLEH :

SULISTYAWATI (4301417002)

ROFIATUN NAJAH (4301416010)

INDRI PUJI ASTUTI (4311416049)

RISYA APRILIA (4311417036)

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2018

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah Yang Maha Kuasa, Maha Penyayang dan
Pengasih yang telah memberikan rahmat kepada umat manusia, karena atas berkah
dan ridho serta kesehatan yang diberikan-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan penulisan karya ilmiah yang berjudul “Pemanfaatan Ekstrak Jerapa
(Kulit Jeruk Purut, Serai, Daun Pandan) Sebagai Pengusir Aedes Aegepty dan Aedes
Albopictus”, sebagai suatu syarat untuk mengikuti lomba Lingkar Ilmiah Kelompok
Ilmiah Kimia (KIK) Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
Negeri Semarang.

Selama proses penulisan karya ilmiah ini, penulis telah banyak


mendapatkan bantuan yang tidak ternilai harganya. Untuk itu pada kesempatan ini
perkenankan kami dengan segala kerendahan hati dan penuh keikhlasan untuk
menyampaikan rasa terima kasih yang tulus kepada teman saya yang telah
memberikan saran yang membangun dan keluarga yang senantiasa mendoakan
akan keberhasilan kami.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan karya ilmiah


ini. Akhir kata semoga karya ilmiah ini dapat memberikan manfaat bagi semua
pihak yang membacanya.

Semarang, April 2018

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................ ii

DAFTAR ISI ............................................................................................... iii

RINGKASAN ............................................................................................. v

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ...................................................................................... 1


1.2 Rumusan Masalah ................................................................................. 2
1.3 Tujuan ................................................................................................... 2
1.4 Manfaat ................................................................................................. 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................. 4

2.1 Nyamuk Aedes Aegypti dan Aedes Albopictus ...................................... 4

2.2 Jeruk Purut (Citrus hystrix) ................................................................... 4

2.3 Serai (Andropogan nardus L) ............................................................... 5

2.4 Daun Pandan (Pandanus amaryllifolius) .............................................. 6

BAB III METODE ...................................................................................... 9

3.1 Sumber dan Jenis Data .......................................................................... 9


3.2 Pengumpulan Data ................................................................................ 9
3.3 Analisis Data ......................................................................................... 9
3.4 Penarikan Kesimpulan .......................................................................... 9

BAB IV PEMBAHASAN ........................................................................... 10

4.1 Nyamuk Aedes Aegypti dan Aedes Albopictus ...................................... 10

4.2 Jeruk Purut (Citrus hystrix) ................................................................... 11

4.3 Serai (Andropogan nardus L) ............................................................... 13

4.4 Daun Pandan (Pandanus amaryllifolius) .............................................. 14

iii
4.5 Pembuatan Ekstrak Jerapa..................................................................... 15
4.6 Analisis SWOT Produk Ekstrak Jerapa ................................................ 17

BAB V PENUTUP ...................................................................................... 18

5.1 Kesimpulan ........................................................................................... 18

5.2 Saran ...................................................................................................... 18

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 19

LAMPIRAN ................................................................................................ 22

iv
RINGKASAN

Penggunaan obat nyamuk bakar atau obat nyamuk oles telah menimbulkan
resistensi, masalah kesehatan dan masalah lingkungan. Tujuan dari penulisan karya
ilmiah ini adalah untuk mengkaji tentang manfaat ekstrak Jerapa (kulit jeruk, serai,
daun pandan) sebagai obat pengusir nyamuk di lingkungan sekitar. Ekstrak dari
Jerapa ini dapat digunakan sebagai biolarvasida Aedes Aegypti dan Aedes
Albopictus yang kami buat menjadi obat nyamuk elektrik yang ramah lingkungan.
Analisis data yang kami gunakan adalah analisis deskriptif kualitatif yang disusun
berdasarkan hasil studi dari informasi yang diperoleh dari jurnal-jurnal ilmiah
hasil penelitian. Dari data yang dianalisis ekstrak kulit jeruk purut, serai dan daun
pandan mengandung senyawa kimia minyak atsiri, flavonoid, saponin, flavonoid,
sitronellol, steroid, dan lain-lain yang mampu mengusir nyamuk.

v
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Nyamuk di Indonesia dibagi menjadi 2 vektor/jenis yaitu Aedes
Aegypti dan Aedes albopyctus sebagai vektor potensial Demam Dengue
(DD) dan Demam Berdarah Dengue (DBD). World Health Organization
(WHO) mencatat negara Indonesia sebagai negara dengan kasus demam
berdarah tertinggi di Asia Tenggara (Jacob,dkk,2014). Sebagian besar
yang terkena penyakit ini adalah anak-anak, sekitar 2,5% dari mereka
mengalami kematian. Dari tahun ke tahun, golongan umur balita dan anak-
anak selalu memegang persentase penderita DBD tertinggi di Kota
Semarang. Pada tahun 2008, penderita DBD usia anak sekolah (5-14
tahun) sebanyak 2.314 (42.1%) dari total 5.501 penderita. Pada tahun
2009, penderita DBD usia anak sekolah dasar sebanyak 1.610 (40%) dari
total 3.883 penderita. Pada tahun 2010, terjadi sedikit penurunan kasus
DBD usia sekolah dasar sebesar 41,90% yaitu 2.323 dari 5.556 penderita
di Kota Semarang. Sedangkan untuk tahun 2011, meskipun kasus DBD
secara umum mengalami penurunan, persentase untuk golongan umur 5-
14 tahun tetap tertinggi, yaitu 36% (476 dari 1.330) (Ginanjar,dkk,2012).
Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit demam akut
yang disebabkan oleh kehadiran virus dengue dalam peredaran darah
manusia. Sampai dengan saat ini vaksin untuk membunuh virus dengue
belum ditemukan, sehingga usaha yang dilakukan untuk mengatasi DBD
salah satunya berupa pemutusan rantai penularan melalui pengendalian
nyamuk vektor DBD. Usaha yang dilakukan diantaranya fogging
(pengasapan), abatisasi, penggunaan obat nyamuk bakar dan elektrik serta
penggunaan lotion anti nyamuk. Namun, pengendalian nyamuk dengan
menggunakan insektisida kimia telah membawa masalah baru pada
2

lingkungan yaitu mengakibatkan terjadinya resistensi beberapa spesies


nyamuk (Marina,2012).
Jumlah nyamuk di kampus Unnes cukup banyak dan itu sangat
mengganggu kegiatan outdoor maupun indoor yang dilakukan oleh warga
Unnes. Lingkungan yang memiliki pepohonan yang tinggi dan besar
menjadi salah satu faktor banyaknya nyamuk yang hidup. Dikarenakan
pohon-pohon tersebut digunakan untuk berkembiang biak dan juga tempat
hidup.
Oleh karena itu, kami memiliki solusi untuk mengatasi hal tersebut
dengan insektisida bahan alami. Seperti, kulit jeruk, serai, air perasan
sambiloto, daun pandan ataupun bahan alami lainnya. Bahan-bahan alami
tersebut selain memiliki nilai ekonomis rendah juga ramah lingkungan.
Sehingga tidak menimbulkan masalah baru untuk lingkungan sekitar.

B. Rumusan Masalah
1. Mengapa kandungan yang ada dalam ekstrak Jerapa (kulit jeruk purut,
serai, daun pandan) mampu mengusir nyamuk Aedes Aegypti dan
Aedes Albopictus?
2. Bagaimana pembuatan ekstrak Jerapa sebagai obat anti Aedes Aegypti
dan Aedes Albopictus?

C. Tujuan
1. Mengetahui kandungan ekstrak Jerapa sehingga dipilih sebagai obat
anti Aedes Aegypti dan Aedes Albopictus.
2. Mengetahui cara pembuatan ekstrak Jerepa sebagai obat anti Aedes
Aegypti dan Aedes Albopictus.

D. Manfaat
1. Bagi peneliti :
a. Dapat memaksimalkan penggunaan bahan-bahan alami seperti
kulit jeruk, serai dan daun pandan.
3

b. Dapat membuat produk baru berupa obat anti nyamuk dari bahan-
bahan alami dengan mudah.
2. Bagi konsumen:
a. Tidak menambah masalah lingkungan karena menggunakan bahan
alami sebagai insektisida.
b. Dapat menggunakan obat anti nyamuk yang lebih praktis.
3. Bagi pabrik/industri :
a. Dapat memberikan manfaat sebagai salah satu alternatif dalam
mengembangkan usaha pembuatan obat nyamuk elektrik.
b. Dapat meminimalisasi biaya pembuatan.
4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Nyamuk Aedes Aegypti dan Aedes Albopictus

Serangga yang suka menggigit dan menimbulkan gatal-gatal pada kulit


manusia terutama saat malam hari, Aedes Aegypti. Penanggulangan dan
pencegahannya lebih banyak mengandalkan pada pemutusan rantai melalui
pengendalian A. Aegypti yang berperan sebgai vektor penular DBD. Alternatif
penanggulan gigitan Aedes Aegypti adalah dengan repelan atau penolak
nyamuk. Repelan lebih diutamakan menggunakan bahan dasar alami yang
ramah rumah. Mengurangi penggunaan obat kimia dalam repelan dapat
menolak nyamuk sekaligus melestarikan kearifan lokal yang ada di Indonesia.
Kekayaan alam Indonesia perlu dimanfaatkan secara bijak dan
memungkinkan adanya potensi dari pemanfaatan tersebut (WHO,2005).

2.2 Jeruk Purut (Citrus hystrix)

Jeruk purut (Citrus hystrix) berpotensi sebagai repelan nyamuk karena


mengandung minyak atsiri dengan komponen limonene, mirsen, linalool,
oktanal, decanal, stironeol, neral, geraniol, valensen, sinsial, dan sinensial
(Menegristek,2010). Ekstrak sederhana kulit jeruk dengan perendaman
menggunakan aquades dan penyaringan dapat langsung dengan mudah
diaplikasikan. Penggunaan bahan alami dari ekstrak kulit jeruk purut
diharapkan dapat lebih aman jika dibandingkan degan bahan kimia N,N-
Diethyl-meta-toluamide(DEET). Daun Jeruk purut telah digunakan untuk
pengusir kutu pada ternak dengan meletakkan daunnya di kandang, dan
ekstraknya dapat digunakan untuk mencegah serangan nyamuk Aedes sp.
sebesar 90,88% (Anggraeni,2010)

Sebagaimana eksperimen yang telah dilakukan di laboratorium


Entomologi, Loka Litbang P2B2 Ciamis pada tahun 2010, kulit jeruk purut
5

memiliki kemampuan daya tolak nyamuk Aedes Aegypti (Hendri, 2013).


Ekstrak kulit jeruk purut menghasilkan senyawa limonida, yang memiliki rasa
pahit dan memiliki efek larvasida. Ekstrak kulit jeruk purut juga
menghasilkan minyak atsiri dan senyawa yang tidak aktif. Tetapi senyawa-
senyawa tersebut dapat membantu meningkatkan aktivitas ekstrak tersebut
secara keseluruhan. Berdasarkan hasil penelitian Andriana(2006), toksisitas
ekstrak kulit jeruk purut terhadap nyamuk Aedes Aegypti adalah 3500 ppm.
Ekstrak kulit jeruk purut dapat berfungsi sebagai repelan mempunyai potensi
sebagai bioinsektisida yang memiliki senyawa-senyawa di dalamnya yang
bekerja sebagai racun pada larva nyamuk, baik sebagai racun kontak maupun
racun perut (Adrianto,2014:2).

2.3 Serai (Andropogan nardus L)

Satu bahan dapat meminimalisasi gigitan nyamuk sebagai repelan, maka


jika digunakan lebih dari satu bahan dimungkinkan akan lebih efektif sebagai
bahan alternatif repelan nyamuk. Bahan lain yang data digunakan adalah daun
dan batang serai (Andropogan nardus L) yang dapat digunakan sebagai
pengusir nyamuk karena mengandung zat-zat seperti geraniol, metal hepton,
terpen-terpen, terpen-alkohol, asam-asam organik dan terutama sitronela
sebagai obat nyamuk semprot (Anonim, 2007). Minyak serai dapat digunakan
sebagai inspect repellent dengan memberikan perlindungan terhadap gigitan
nyamuk sebesar 71,4 %. Penelitian mengenai uji insektisida ekstrak daun
serai terhadap ulat daun kubis di laboratorium, menghasilkan rata-rata
persentase mortalitas larva P. xylostella pada 2,4,6,8, dan 10 JSA(Jam Setelah
Aplikasi) daun serai berpengaruh nyata terhadap mortalitas larva P.
xylostella. Persentase mortalitas larva cenderung meningkat mengikuti
peningkatan konsentrasi perlakuan dan lama waktu (jam) setelah aplikasi.
Konsentrasi yang lebih efektif untuk setiap konsentrasi adalah 10,5% pada 2
dan 4 JSA, 6,5% pada 6 JSA, 7,55 pada 8 JSA, serta 9,5% pada 10 JSA
(Shahabuddin, 2010).
6

Penelitian tentang study daya proteksi serai wangi (Cymbopogen nardus)


sebagai repellent terhadap nyamuk Aedes Aegypti yang dicampur dengan
pengencer paraffin cair pada konsentrasi 2,5%, 10%, dan 20% dan hasil
penelitian diketahui bahwa daya proteksi serai wangi yang digunakan sebagai
repellent terhadap nyamuk Aedes Aegypti pada konsentrasi 2,5%
(Wahyuningtyas, 2004).

Kandungan dari serai terutama minyak atsiri dengan komponen sitronelal


32-45%, geraniol 12-18%, sitronelol 11-15%, geranil asetat 3-8%, sitronelil
asetat 2-4%, sitral, kavikol, eugenol, elemol, kadinol, kadinen, vanilin,
limonen, kamfen. Minyak serai mengandung 3 komponen utama yaitu
sitronelal, sitronelol dan geraniol. Hasil penyulingan dari Andropogon nardus
L dapat diperoleh minyak atsiri yang disebut Oleum citronellae, terutama
terdiri atas geraniol dan sitronelal yang dapat digunakan untuk menghalau
nyamuk (Tjitrosoepomo, 2005). Abu dari daun dan tangkai serai mengandung
45 % silika yang merupakan penyebab desikasi (keluarnya cairan tubuh
secara terus menerus) pada kulit serangga sehingga serangga akan mati
kekeringan. Sitronelol dan geraniol merupakan bahan aktif yang tidak disukai
dan sangat dihindari serangga, termasuk nyamuk sehingga penggunaan
bahan-bahan ini sangat bermanfaat sebagai bahan pengusir nyamuk
(Verawati, 2013)

2.4 Daun Pandan (Pandanus amaryllifolius)

Ada beberapa bahan yang tenyata dapat digunakan sebagai repelan


nyamuk. Daun pandan (Pandanus amaryllifolius) yang bisa digunakan
sebagai pewangi dan pewarna dalam makanan seperti takjil ternyata dapat
dimanfaatkan sebagai bahan dasar repelan nyamuk. Daun pandan mempunyai
kandungan kimia antara lain alkaloida, saponin, flavonoida, tanin, polifenol,
dan zat warna. Pandan wangi merupakan salah satu tanaman yang potensial
untuk menghasilkan minyak atsiri (Kardinan, 2007).
7

Kandungan daun pandan wangi memiliki aroma yang khas pada daunnya.
Komponen aroma dasar dari daun pandan wangi itu berasal dari senyawa
kimia 2-acetyl-1-pyrroline (ACPY) yang terdapat juga pada tanaman jasmin,
hanya saja konsentrasi ACPY pada pandan wangi lebih tinggi dibandingkan
dengan jasmine. Pandan wangi memiliki senyawa metabolik sekunder yang
merupakan suatu senyawa kimia pertahanan yang dihasilkan oleh tumbuhan
di dalam jaringan tumbuhannya, senyawa tersebut bersifat toksik dan
berfungsi sebagai alat perlindungan diri dari gangguan pesaingnya (hama).
Daun pandan wangi (Pandanus amaryllifolius, Roxb.) mengandung alkaloida,
saponin, flavonoida. Alkaloid pada serangga bertindak sebagai racun perut
serta dapat bekerja sebagai penghambat enzim asetilkolinesterase sehingga
mengganggu sistem kerja saraf pusat, dan dapat mendegradasi membran sel
telur untuk masuk ke dalam sel dan merusak sel telur (Cania, 2013).

Selain itu, senyawa flavonoid juga memiliki sifat anti insektisida yaitu
dengan menimbulkan kelayuan syaraf pada beberapa organ vital serangga
yang dapat menyebabkan kematian, seperti pernapasan. Flavonoid yang
bercampur dengan alkaloid, phenolic dan terpenoid memilki aktivitas hormon
juvenil sehingga memiliki pengaruh pada perkembangan serangga. Saponin
juga merupakan entomotoxicity yang dapat menyebabkan kerusakan dan
kematian telur, gangguan reproduksi pada serangga betina yang menyebabkan
adanya gangguan fertilitas (Remia, K. M. dan Lagoswamy, 2009).

Pada penelitian mahasiswa progam studi Pendidikan Dokter Universitas


Tnjungpura, Pontianak menunjukkan daya infusa daun tanaman pandan
wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb.) memiliki daya tolak terhadap
peletakan telur nyamuk Aedes Aegypti konsentrasi optimum yang efektif
sebagai penolkan telur nyamuk berada pada kisaran 4,5 hingga 5 ml/L
(Cahyadi,2013).

Berbagai kandungan kimia yang ada pada ekstrak kulit jeruk purut, daun
dan batang serai, serta daun pandan wangi ternyata bisa dimanfaatkan untuk
bahan dasar repelan nyamuk. Bahan dasar tersebut dapat digunakan pada obat
8

nyamuk elektrik yang tidak menimbulkan bau dan asap, sehingga nyaman
dan aman bagi kesehatan manusia.
9

BAB III

METODE PENULISAN

3.1 Sumber dan Jenis Data


Data-data yang dipergunakan dalam penyusunan karya tulis ini berasal
dari berbagai literatur kepustakaan yang berkaitan dengan
permasalahan yang dibahas. Beberapa jenis referensi utama yang
digunakan adalah jurnal ilmiah edisi online dan artikel ilmiah yang
bersumber dari internet. Jenis data yang diperoleh variatif, bersifat
kualitatif maupun kuantitatif.
3.2 Pengumpulan Data
Metode penulisan bersifat studi pustaka. Informasi didapatkan dari
berbagai literatur dan disusun berdasarkan hasil studi dari informasi
yang diperoleh. Penulisan diupayakan saling terkait antar satu sama lain
dan sesuai dengan topik yang dibahas.
3.3 Analisis Data
Data yang terkumpul diseleksi dan diurutkan sesuai dengan topik kajian.
Kemudian dilakukan penyusunan karya tulis berdasarkan data yang telah
dipersiapkan secara logis dan sistematis. Teknik analisis data bersifat
deskriptif kualitatif.
3.4 Penarikan Kesimpulan
Simpulan didapatkan setelah merujuk kembali pada rumusan masalah,
tujuan penulisan, serta pembahasan. Simpulan yang ditarik
mempresentasikan pokok bahasan karya tulis, serta didukung dengan
saran praktis sebagai rekomendasi selanjutnya.
10

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Nyamuk Aedes Aegypti dan Aedes Albopictus

Tabel 1. Daya proteksi ekstrak kulit C.hystrix terhadap Aedes spp. selama 6
(enam) jam perlakuan
Jam ke Daya proteksi
Aedes Aegypti Aedes Albopictus
1 77,78% 83,33%
2 33,33% 68,06%
3 16,67% 16,67%
4 33,89% 41,67%
5 25,00% 22,22%
6 22,22% 16,67%
Rata-rata 34,82% 41,44%

Daya tolak ekstrak kulit jeruk purut pada jam perlakuan pertama
memberikan proteksi yang lebih besar terhadap nyamuk Ae. Albopictus jika
dibandingkan dengan Ae. Aegypty. Hasilnya berturut-turut adalah 83% dan
77%. Namun demikian, melalui uji beda terbukti jika kedua kelompok data
tersebut tidak berbeda secara signifikan (p-value 0,03 – 0,46). Hasil waktu
perlakuan pada Ae. Aegypti dan Ae. Albopictus dengan p-value 0,03 dan 0,002.
Kemampuan C. Hystrix untuk menolak populasi nyamuk ujj sebesar 50%
(LT50) lebih lama tercapai pada nyamuk Ae. Aegypti jika dibandingkan Ae.
Albopictus. Yaitu masing-masing pada jam ke-3 dan jam ke-2. Secara visual
pola daya tolak ekstrak jeruk purut antar spesies relatif sama. Semakin lama
daya tolaknya semakin menrun. Namun di tengah pengamatan ada peningkatan
daya tolak ekstrak yang digunakan.
11

Gambar 1. Pola daya tolak ekstrak kulit C. Hystrix antar waktu terhadap nyamuk
Ae. Aegypti dan Ae. Albopictus.

Lamanya waktu pelaksanaan uji selama enam jam, dimaksudkan untuk


mengantisipasi perilaku alami nyamuk Aedes yang relatif kurang aktif saat tengah
hari (Sukana. 1993). Kedua spesies memberikan respon terhadap ekstrak kulit
jerukpurut yang relatif sama, meskipun secara bionomik keduanya memiliki
kesukaan tempat yang berbeda, Ae. aegypti lebih menyukai di dalam
ruangan,sedangkan Ae. albopictus suka di luar ruangan (Ishak. 1997; Hendri,
2010). Rata-rata daya proteksi ekstrak jeruk purut terhadap Ae. aegypti mencapai
34%, sedangkan terhadap Ae. albopictus mencapai 41%. Walaupun memberikan
proteksi cukup baik pada jam pertama, namun rata-rata selama enam jam hasil
pengujian ekstrak kulit jeruk terhadap kedua spesies tersebut belum memenuhi
standar yang ditetapkan, yaitu sebesar 90% (Komisi Pestisida Deptan. 1995). Hal
tersebut karena sampai saat ini acuan yang tersedia, diperuntukkan bagi repellent
berbahan kimia yang tidak mudah rusak seperti DEET (Hendri, 2013) .

4.2 Kulit Jeruk Purut


Daun jeruk mengandung senyawa kimia minyak atsiri, flavonoid, saponin,
dan terpen, yang mana senyawa-senyawa ini bekerja sebagai racun pada larva
nyamuk baik sebagai racun kontak maupun racun perut (Prakash, 2013;
12

Intekhab, 2009). Ekstrak daun jeruk purut (Citrus hystrix) sudah banyak
diteliti mempunyai potensi sebagai bioinsektisida terhadap nyamuk dewasa
Ae. Aegypti (Susilowati, 2009; Santya, 2013).
Biolarvasida membunuh serangga melalui berbagai cara, diantaranya
sebagai racun kontak yang masuk melalui kulit atau dinding tubuh, maupun
sebagai racun perut atau mulut yang masuk melalui alat pencernaan.
Flavonoid dapat menembus kutikula larva Ae. aegypti kemudian merusak
membran sel larva Ae. aegypti. Saponin juga mampu menjadi biolarvasida.
Senyawa saponin dalam ekstrak yang terminum oleh larva Ae. aegypti dapat
mengiritasi mukosa traktus digestivus larva Ae. aegypti dan merusak
membran sel larva Ae. aegypti. Limonoid yang merupakan minyak essensial
dalam jeruk dapat menyebabkan hilangnya koordinasi organ larva Ae.
aegypti.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan hasil menunjukkan bahwa
urutan toksisitas dari tinggi ke rendah menurut nilai LC adalah ekstrak daun
Citrus hystrix, Citrus amblycarpa, Citrus maxima. Ekstrak daun Citrus
hystrix lebih toksik dibandingkan ekstrak lain. Hal ini ditunjukkan dengan
nilai LC dari Citrus hystrix paling kecil (Tabel 1) dibandingkan lainnya.
Hamidah menyebutkan bahwa ekstrak kulit buah jeruk purut (Citrus hystrix)
mempunyai daya biolarvasida yang tinggi terhadap larva Ae. aegypti
dibandingkan kulit buah jeruk nipis (Hamidah, 2012).

Tabel 1. Nilai Konsentrasi Letal (LC95) setelah 24 dan 48 jam


Sampel ekstrak uji LC96 LC96
(ppm) (ppm)
24 jam 48 jam
Citrus hystrix 3.176 2.499
Citrus amblycarpa 4.174 3.256
Citrus maxima 6.369 4.886
13

Ekstrak daun Citrus hystrix terbukti menjadi ekstrak yang paling aktif
dikarenakan mempunyai kemampuan membunuh 95% larva Ae. aegypti instar
III pada konsentrasi paling kecil dibandingkan ekstrak lainnya, yaitu 3.176
ppm setelah 24 jam pendedahan dan 2.499 ppm setelah 48 jam pendedahan.
Ekstrak daun jeruk bali (Citrus maxima) memiliki LC yang paling tinggi di
antara dua ekstrak lainnya, ini berarti semakin banyak ekstrak yang
dibutuhkan untuk membunuh 95% larva Ae. aegypti. Perbedaan hasil diantara
tiga spesies tersebut karena adanya perbedaan kuantitas dari senyawa
metabolit sekunder (Adrianto, 2014).

4.3 Serai
Hasil ekstraksi serai (Cymbopogon nardus L) dengan menggunakan cairan
penyari N-Heksan diperoleh ekstrak kental yang memiliki komponen
flavonoid, citronellol, steroid dan alkaloid hal ini terlihat pada penampakan
lempeng kromatografi lapis tipis. Pembuatan ekstrak serai dalam bentuk
sediaan sediaan lotio karena mengandung senyawa minyak atsiri berupa
citronellol dan geraniol yang memiliki kemampuan sebagai repellan yang
dapat mengusir serangga, seperti nyamuk dan lalat (Safaruddin,2012).

Konsentrasi yang diujikan pada hewan coba adalah 0%, 1,25%, 2,5%, 5%
dan 10%. Sedangkan hewan coba yang digunakan adalah kelinci sebanyak 5
ekor. Dimana masing- masing kelinci diolesi setiap konsentrasi. Kelinci-
kelinci tersebut terlebih dahulu dicukur punggungnya dengan lebar 4 x 3 cm2
kemudian diolesi lotio ektrak serai, dimasukkan pada masing-masing
kandang percobaan dan diamati selama 3 menit. Kemudian dikeluarkan dari
kandang dan dimasukkan lagi pada jam perlakuan berikutnya sampai enam
jam perlakuan setiap 0, 30 menit, 1, 2, 4 dan 6 jam.
Persentase efektifitas lotio ekstrak serai terhadap jumlah nyamuk yang
hinggap pada kelinci selama 6 jam perlakuan yaitu tanpa ekstrak rata-rata
44,89%, konsenrtrasi 1,25% : 63,56 %, konsentrasi 2,5%: 68,67 %,
konsentrasi 5% :80,89 %, dan konsentrasi 10%:98,89%. Daya proteksi yang
dihitung selama 6 jam menunjukkan bahwa semua formula lotio anti nyamuk
14

berbahan aktif ekstrak serai berbeda secara signifikan terhadap kontrol. Hal
ini mengindikasikan bahwa minyak atsiri ekstrak serai berpengaruh dan
berperan sebagai repellan terhadap nyamuk demam berdarah (Safaruddin,
2012).
4.4 Daun Pandan
Senyawa metabolit sekunder diproduksi oleh tumbuhan untuk digunakan
sebagai alat pertahanan diri dari serangan luar atau predator. Hasil analisis
fitokimia daun pandan (P. amaryllifolius), terkandung senyawa metabolit
sekunder antara lain polifenol, flavonoid, saponin, minyak atsiri, dan
alkaloid.5 Kemungkinan alkaloid yang terdapat pada daun pandan ini
berperan sebagai repelen nyamuk. Harborne menyebutkan senyawa alkaloid
dapat bersifat sebagai penghalau serangga (Prijono, 2007).
Kandungan minyak atsiri pada daun pandan, menjadikan ekstrak tanaman
ini memiliki aroma yang cukup wangi. Daun pandan wangi mengandung
minyak atsiri, terdiri dari 6–42% hidrokarbon sesquiterpen dan 6%
monoterpen linalool dan 10% senyawa aromatik berupa 2-asetil-1-pirolin.
Linalool merupakan senyawa kimiawi tanaman yang memiliki bau
menyengat dan sangat tidak disukai nyamuk (Harbone, 1987).
Daya proteksi daun pandan (N. scutellarium) pada jam pertama lebih tinggi
yaitu 93,55%, sedangkan daun mangkokan (P. amaryllifolius) sebesar
87,5%.
15

Gambar 2. Persentase Daya Proteksi Ekstrak Daun Pandan (P. amaryllifolius)


dan Mangkokan (N. scutellarium) Nyamuk Ae. albopictus Berdasarkan Jam
Perlakuan.

Daya proteksi ekstrak daun pandan dan daun mangkokan masih jauh di
bawah ketentuan Komisi Pestisida Departemen Pertanian. Komisi Pestisida
mensyaratkan bahan anti nyamuk memiliki efektifitas daya proteksi sebesar
90% selama 6 jam. Namun, melalui pengujian ini diketahui bahwa kedua
jenis tanaman ini memiliki potensi sebagai repelen berbahan alami terhadap
nyamuk Ae. albopictus yang relatif aman untuk kulit manusia, walaupun pada
rentang waktu satu jam paparan. Uji daya tolak terhadap nyamuk Ae.
albopictus dari daun pandan (P. amaryllifolius) sebesar 93,5% lebih tinggi
daripada daun mangkokan (N. Scutellarium) yaitu 87,5% pada jam pertama
pengujian. Dalam bentuk ekstrak segar, kedua jenis tanaman ini kurang
efektif digunakan sebagai bahan penolak nyamuk Ae. albopictus pada rentang
waktu yang lama, sehingga memerlukan proses ekstraksi lebih lanjut (Marina,
2012).

4.5 Pembuatan Ekstrak Jerapa


Pertama membuat ekstrak dari kulit jeruk yaitu pertama kulit jeruk
dikeringanginkan lalu dibuat serbuk. Serbuk kulit kering sebanyak 800 g
dimaserasi dengan pelarut metanol selama seminggu. Setelah satu minggu,
maserat disaring dan diuapkan dengan alat rotary evaporator sehingga
didapatkan ekstrak. Ekstrak kental yang diperoleh ditimbang terlebih dahulu
dalam (mg) sesuai yang diperlukan kemudian dilarutkan dengan lima tetes
tween 20 sebelum dilarutkan dengan air akuades supaya ekstrak tersebut tidak
membentuk gumpalan-gumpalan saat pemberian akuades (Saleh, 2017).

Langkah kedua yaitu pengambilan dan pengolahan sampel pada akar serai.
Akar serai dipisahkan dari bagian batang yang merupakan batang semu dan
daun. Selanjutnya dicuci dengan bersih, dipotong-potong kecil lalu
16

dikeringkan dengan cara diangin-anginkan. Setelah kering kurang lebih


mengandung kadar air + 10%, sampel diserbukkan dan siap digunakan bahan
penelitian. Kemudian pembuatan ekstrak serai, mengambil sampel sebanyak
1000 g dimasukkan ke dalam wadah maserasi kemudian ditambahkan dengan
cairan penyari N-heksan sebanyak 3 liter dan dibiarkan selama 24 jam sambil
sekali-kali diaduk. Filtrat disaring dan ampas direndam lagi dengan pelarut
yang sama. Hal ini dilakukan sebanyak 3x24 jam. Filtrat dikumpulkan dan
diuapkan sampai diperoleh ekstrak kental. Ekstrak yang diperoleh ditimbang
beratnya (Safaruddin, 2012).

Langkah selanjutnya yaitu membuat ekstrak dari daun pandan. Dimana


pembuatan ekstrak daun pandan ini menggunakan metode perkolasi.
Sebelumnya menyiapkan satu set alat perkolasi yang terdiri dari corong pisah,
perkolator, erlenmeyer, dan gelas kimia. Menimbang sejumlah 30 gram
serbuk daun pandan yang akan diekstraksi. Kemudian memasukkan bahan ke
dalam gelas gelas kimia, membasahinya dengan cairan penyari 10% dari berat
bahan. Kemudian mendiamkannya selama 1 jam. Memasukkan bahan yang
telah dibasahi ke dalam bejana perkolator, melapisi bagian atas serbuk dengan
kertas saring, meneteskan cairan penyari dari corong pisah ke dalam serbuk
dengan kecepatan tetes 1 ml/menit hingga cairan penyari mencapai tinggi 1
cm di atas permukaan serbuk, kemudian mendiamkannya selama 24 jam,
membuka kran perkolator dengan kecepatan 1 ml/menit, menambahkan
cairan penyari dari corong pisah dengan kecepatan tetesan 1ml/menit,
menampung hasil ekstrak yang berupa cairan ke dalam erlenmeyer, dan
memberi label identitas, yang meliputi : nama tanaman, bagian tanaman, jenis
penyari dan tanggal pembuatan, membersihkan kembali alat yang sudah
digunakan. mengambil ekstrak daun pandan wangi dengan mikro pipet lalu
dimasukkan ke dalam gelas ukur. Membuat ekstrak dengan konsentrasi 1,0%
dibuat dengan cara 1,0 ml ekstrak daun pandan wangi ditambah 99,0 ml air,
kemudian memasukkan 100 ml air (Pratama, 2009). Langkah yang terakhir
17

adalah menyatukan semua ekstraksi yang sudah dibuat di dalam suatu wadah
yang tertutup.

4.6 Analisis SWOT Produk Ekstrak Jerapa

a) Strength

Bahan obat pengusir nyamuk yang kami tawarkan terbuat dari ekstrak
kulit jeruk, serai dan daun pandang yang mengandung zat sebagai
bioinsektisida. Bahan-bahan yang digunakan mudah didapatkan dan
memiliki harga yang sangat terjangkau. Selain itu produk kami juga aman
digunakan baik dalam jangka panjang maupun pendek.

b) Weakness

Kulit jeruk sudah sering digunakan sebagai salah satu bahan utama
pembuatan obat pengusir nyamuk. Tidak semua orang menyukai bau kulit
jeruk, serai dan daun pandan.

c) Opportunity

Modal yang dikeluarkan sedikit tapi bisa mendapatkan keuntungan.


Dengan adanya obat pengusir nyamuk dari bahan alami, maka tidak akan
menyebabkan masalah lingkungan baru. Selain digunakan sebagai obat
pengusir nyamuk dapat juga digunakan sebagai pengharum ruangan.

d) Threat

Persaingan dengan perusahann lainnya yang lebih maju teknologinya.


Karena produk dominan lebih menguasai pasar.
18

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
a) Ekstrak kulit jeruk purut, serai dan daun pandan mengandung senyawa
kimia minyak atsiri, flavonoid, saponin, flavonoid, citronellol, steroid, dan
lain-lain yang dapat digunakan sebagai penolak alami bagi nyamuk Aedes
Aegypti dan Aedes Albopictus.
b) Pembuatan ekstrak Jerapa dapat dilakukan dengan metode maserasi dan
perkolasi.

5.2 Saran
a) Masyarakat dapat melakukan perkembangbiakan tumbuhan daun jeruk
purut, serai dan daun pandan disekitar tempat tinggal yang dapat
diaplikasikan dalam upaya pembuatan obat pengusir nyamuk elektrik.
b) Peneliti lain diharapkan dapat menguji daya proteksi ekstrak Jerapa ini
dalam skala yang besar apabila sudah diaplikasikan dalam ruangan yang
luas di masyarakat dan pengaruh ekstrak Jerapa terhadap jenis nyamuk
lain serta melihat aktivitas nyamuk yang telah diberi aplikasi ekstrak
Jerapa setiap saat (jam).
19

DAFTAR PUSTAKA

Andriana, Agustin. 2012. Uji Efektivitas Ekstrak Kulit Buah Jeruk Purut (Citrus
hystrix D.C.) dan Jeruk Kalamondin (Citrus mitis Blanco) Sebagai
Biolarvasida Nyamuk Aedes Aegypti L. Jurnal Pwendidikan Biologi.
Surabaya: Universitas Airlangga.

Andriana, Putri. 2006. Toksisitas Ekstrak Kulit Jeruk Purut terhadap Nyamuk
Aedes Aegypti. Jurnal Inovasi UNS. Solo: Universitas Sebelas Maret.

Anonim. 2007. Pemberantasan Vektor Dan Cara-Cara Evaluasinya. Subdit SPP,


Dep. Kes. RI. Jakarta.

Adrianto, Hebert dkk. 2014. Efektivitas Ekstrak Daun Jeruk Purut (Citrus
hystrix), Jeruk Limau (Citrus amblycarpa), dan Jeruk Bali (Citrus
maxima) terhadap Larva Aedes Aegypti. Jurnal Aspirator. Vol 6(1):1-6.

Cania, B. 2013. Uji Efektivitas Larvasida Ekstrak Daun Legundi (Viterxtrifolia)


terhadap Larva Aedes Aegypti. Medical Journal of Lampung University,
2(4):52-60

Hamidah. Studi Komparasi Biolarvasida Ekstrak Kulit Buah Jeruk Nipis (Citrus
aurantifolia) dan Jeruk Purut (Citrus hystrix) terhadap Larva Nyamuk
Aedes aegypti. Jurnal Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. 2012; 15
(1): 21–24.

Harbone JB. 1987. Metode Fitokimia Penentuan cara Modern Menganalisa


Tumbuhan (Penerjemah: Kosasih, P.), Terbitan Kedua, ITB. Bandung:
ITB.
Hendri, Joni. 2013. Daya Proteksi Ekstrak Kulit Jeruk Purut (Citrus hystrix)
terhadap Nyamuk Demam Berdarah. Jurnal Sains Veternier Vol .2
Halaman 180-185. Loka Litbang P2B2: Ciamis.

Intekhab J, Aslam M. 2009. Isolation of Flavonoid from the Roots of Citrus


sinensis. Malaysian Journal of Pharmaceutical Sciences.; 7(1): 1–8.
20

Kardinan. 2004. Zodia (Evodia suavelens) Tnaman Pengusir Nyamuk,


http://www.litbang.deptan.go.id/artikel/one/77/pdf/Zodia(Evodiaasuaveo
lens):Tanaman PengusirNyamuk.pdf, diakses pada 14 April 2018.

Kardinan. 2007. Potensi Selasih Sebagai Repellent terhadap Nyamuk Aedes


Aegypti. Jurnal Littri. Jakarta.

Marina, Rina dan Endang Puji Astuti. 2012. Potensi Daun Pandan (Pandanus
Amaryllifolius) Dan Mangkokan (Notophanax Scutellarium) Sebagai
Repelen Nyamuk Aedes Albopictus. Ciamis: Loka Litbang P2B2.
Menegristek Bidanga Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi (2010) Minyak Kulit
Jeruk,;http://opensource.telkomspeedy.com/repo/abba/v12/artikel/panga
m/DIPPTI/minyak_kulit_jeruk.pdf, diakses tanggal 14 April 2018.

Prakash U, Bhuvameswari S, Balamurugan A, Karthik A, Deepa S, Aishwarya H,


Manasveni, Sahana S., Studies on Bio Activity and Phytochemistry of
Leaves of Common Trees. International Journal of Research in
Pharmaceutical Sciences. 2012; 4 (3): 476–481.
Pratama, Bangkit A, dkk.2009. Pemanfaatan Ekstrak Daun Pandan Wangi
(Pandanus amaryllifolius Roxb.) Sebagai Larvasida Alami. Jurnal
Kesehatan, ISSN 1979-7621, Vol. 2, No. 2, Desember 2009 Hal 115-124.
Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Prijono D. 2007. Modul Praktikum Toksikologi Insektisida (Pengujian Toksisitas


Insektisida). Bogor: Departemen Proteksi Tanaman. Institut Pertanian
Bogor.
Remia, KM., dan Lagoswamy, S,. 2009. Larvacidal Effficacy of Leaf Extract of
two Botanicals Against the Mosquito Vector Aedes Aegypti
(Diptera:Culicidae), Indian Jornal of Natural Product and
Resources,1(2):208-212.
21

Safaruddin, dkk. 2012. Uji Efektivitas Formula Ekstrak Sereh


(Cymbopogonnardus L.) Sebagai Lotio Anti Nyamuk Demam Berdarah
( Aedes aegypti). Makassar: Universitas Hasanuddin.

Saleh, M., dkk. 2017. Uji Efektivitas Ekstrak Kulit Buah Jeruk Nipis (Citrus
aurantifolia) Sebagai Insektisida Hayati Terhadap Nyamuk Aedes
aegypti. Makassar: UIN Alauddin.

Santya RNH, Hendri J. Daya Proteksi Ekstrak Kulit Jeruk Purut (Citrus hystrix)
terhadap Nyamuk Demam Berdarah. Aspirator. 2013; 5 (2): 61–66.

Shahabuddin, 2010. Uji Aktivitas Insektisida terhadap Ekstrak Daun Serai


terhadap Ulat Daun Kubis (Plutellaxylostella L) di Laboratorium.
Sulawesi.

Susilowati D, Rahayu MP, Prastiwi R. Efek Penolak Serangga dan Larvasida


Ekstrak Daun Jeruk Purut Citrus hystrix terhadap Aedes aegypti. Jurnal
Biomedika. 2009; 2 (1): 56–65.

Tjitrosoepomo, G. 2005. Taksonomi Tumbuhan. Yogyakarta: Gadjah Mada


University Press.

Verawati, Anita P. 2013. Identifikasi Kandungan Kimia Ekstrak Etanol Serai


Bumbu (Andropogon ciratus D.C.) dan Uji Eektivitas Repelen terhadap
Nyamuk Aedes Aegypti. Jurnal Sains dan Matematika Vol.21 (1):20-24.
Semarang: Universitas Dipoegoro.

Wahyunungtyas. 2004. Study Daya Proteksi Serai Wangi (Cymbopogan nardus)


sebagai Repellant terhadap Nyamuk Ae.Aegypti. Bogor)

WHO. 2005. Pencegahan dan Pengendalian Dengue dan Demam Berdarah


Degue: Panduan Lengkap. EGC. Jakarta.
22

Lampiran

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

1. Ketua
A. Identitas Diri
1. Nama Lengkap Sulistyawati
2. Jenis Kelamin Perempuan
3. Program Studi Pendidikan Kimia
4. NIM 4301417002
5. Tempat dan Tanggal Kendal, 27 April 1999
Lahir
6. e-mail sulistyawati608@gmail.com
7. Nomor Telp/Hp 089504078879

B. Riwayat pendidikan
SD SMP SMA
Nama Institusi SD N 01 SMPN 1 SMAN 1
Dawungsari Pegandon Pegandon
Jurusan - - IPA
Tahun Masuk- 2005-2011 2011-2014 2014-2017
Lulus

C. Penghargaan dalam 10 tahun terakhir (dari pemerintah, asosiasi atau


institusi lainnya)
No. Jenis Penghargaan Institusi Pemberi Tahun
Penghargaan
1. - - -
23

2. Anggota 1
A. Identitas Diri Anggota
1. Nama Lengkap Rofiatun Najah
2. Jenis Kelamin Perempuan
3. Program Studi Pendidikan Kimia
4. NIM 4311416010
5. Tempat dan Tanggal Pekalongan, 2 Maret 1998
Lahir
6. e-mail rofiatunnajah@gmail.com
7. Nomor Telp/Hp 085800516708
B. Riwayat Pendidikan
SD SMP SMA
Nama Institusi Al-Irsyad Al- Al-Irsyad Al- Al-Irsyad Al-
Islamiyyah Islamiyyah Islamiyyah
Pekalongan Pekalongan Pekalongan
Jurusan - - IPA
Tahun Masuk- 2004-2010 2010-2013 2013-2016
Lulus
C. Penghargaan dalam 10 tahun terakhir (dari pemerintah, asosiasi atau
institusi lainnya)
No. Jenis Penghargaan Institusi Pemberi Tahun
Penghargaan
1. Juara II pada Lomba Dinas Pendidikan dan 2009
Menulis Cerpen Tingkat Keolahragaan Kota
Kecamatan Pekalongan
2. Juara III FLSN2N pada Dinas Pendidikan dan 2009
Lomba Menulis Cerpen Keolahragaan Kota
Tingkat Kota Pekalongan
3. Juara II pada Lomba MHQ Universitas Pekalongan 2014
Tingkat Kota Pekalongan
24

3. Anggota 2
A. Identitas Diri Anggota
1. Nama Lengkap Indri Puji Astuti
2. Jenis Kelamin Perempuan
3. Program Studi Kimia
4. NIM 4311416049
5. Tempat dan Tanggal Karanganyar, 18 Mei 1998
Lahir
6. e-mail indrip97@gmail.com
7. Nomor Telp/Hp 083865609493

B. Riwayat Pendidikan
SD SMP SMA
Nama Institusi SDN 02 SMPN 1 SMAN 1
Pulosari Kebakkramat Kebakkramat
Jurusan - - IPA
Tahun Masuk- 2004-2010 2010-2013 2013-2016
Lulus

C. Penghargaan dalam 10 tahun terakhir (dari pemerintah, asosiasi atau


institusi lainnya)
No. Jenis Penghargaan Institusi Pemberi Tahun
Penghargaan
1. - - -

4. Anggota 3
A. Identitas Diri Anggota
1. Nama Lengkap Risya Aprilia
25

2. Jenis Kelamin Perempuan


3. Program Studi Kimia
4. NIM 4311417036
5. Tempat dan Tanggal Cilacap, 28 April 1999
Lahir
6. e-mail risyaaprilia96@gmail.com
7. Nomor Telp/Hp 085602239318

B. Riwayat Pendidikan
SD SMP SMA
Nama Institusi SD Tambakreja SMPN 3 Cilacap SMAN 1
01 Cilacap Cilacap
Jurusan - - IPA
Tahun Masuk- 2005-2011 2011-2014 2014-2017
Lulus

C. Penghargaan dalam 10 tahun terakhir (dari pemerintah, asosiasi atau


institusi lainnya)
No. Jenis Penghargaan Institusi Pemberi Tahun
Penghargaan
1. Juara II Menulis Ayat - 2010
Tingkat Kecamatan
2. Juara III Poetry Reading 2014
Contest Tingkat
Kabupaten

Anda mungkin juga menyukai