Anda di halaman 1dari 1

Selasa 24 Juli 2018, tim peneliti pasca panen BPTP Papua melakukan pengujian

pembuatan gula cair sagu yang lebih banyak dengan metode yang berbeda. Adanya
inovasi-inovasi teknologi pembuatan gula cair sagu yang terus dimodifikasi,
menunjukkan keseriusan tim untuk mendapatkan kualitas gula cair sagu terbaik. Pada
percobaan ini, tim menggunakan perbandingan pati dan air sebesar 1:3, berbeda
dengan percobaan sebelumnya sebesar 1:4. Selain itu, bahan baku pati menggunakan
sagu produksi lokal yaitu sentani meer dan yakonde, masing-masing sebanyak 1 kg.
Penambahan natrium benzoate sesuai petunjuk penggunaan yaitu maksimum 600
mg/kg bahan dilakukan untuk memperpanjang masa simpan gula cair dari sagu.
“Pengolahan sagu menjadi gula, dilakukan melalui proses enzimatik
dengan mengkombinasikan enzim amilase dan amiloglukosidase, yang berfungsi
merombak pati sagu menjadi gula. Enzim tersebut dihasilkan dari proses mikrobiotik
sehingga produk yang dihasilkan aman dikonsumsi. Pembuatan gula cair sagu ini
cukup sederhana, yaitu dengan mencampurkan sagu dan air dengan perbandingan 1:3
yang ditambahkan dengan enzim amilase sebanyak 1,2 ml, kemudian dimasak
menggunakan kompor sambil diaduk hingga mencapai suhu 95°C. Proses ini disebut
sebagai likuifikasi. Pati yang merupakan oligosakarida dipecah oleh amilase menjadi
molekul yang lebih sederhana. Pada normalnya, pati sagu akan menggumpal jika
dipanaskan atau dimasak dalam air. Pemecahan molekul pati oleh amilase
menyebabkan larutan pati tetap dalam bentuk cair, karena itu disebut proses likuifikasi.
Selanjutnya, suhu larutan diturunkan menjadi 50°C dan ditambahkan enzim
amiloglukosidase sebanyak 1,2 ml. Ini disebut proses sakarifikasi, yaitu merubah
molekul karbohidrat dalam bentuk oligosakararida dan disakarida menjadi glukosa yang
merupakan monosakarida yang kita kenal sebagai gula. Glukosa ini memberikan rasa
manis pada sagu cair tersebut. Perbandingan pati dan air 1:3 diharapkan akan
memberikan tingkat kemanisan lebih dari percobaan sebelumnya pada perbandingan
1:4. Kita akan mengetahui hasilnya 2 hari kemudian setelah tahap inkubasi dilalui.
Setiap hari akan dilakukan pengukuran kadar Brix larutan.” menurut Adnan, SP. M.Si.
“Modifikasi teknologi akan terus dilakukan guna mendapatkan kualitas sagu cair terbaik,
baik dari segi pengolahan maupun bahan baku yang digunakan.” pungkas Adnan, SP.
M.Si.
”Gula sagu lebih sehat bila dibandingkan dengan gula biasa. Selain itu, gula sagu
mudah dibuat untuk skala rumah tangga.” menurut Dr. Ir. Niki Elistus Lewaherilla, M.Si.

Pelatihan tersebut dihadiri kepala unit akses keuangan dan UMKM Bank Indonesia yaitu. M. Faizal
mewakili kepala kantor perwakilan Bank Indonesia (BI)Prof.Bambang Hatiyanti dari badan pengkajian
penerapan tekhnologi(BPPT) pusat(Jakarta)Rajah Indrayana praktisi tekhnologi mesin, Ade Saefuddin
dari BPPT, ibuk hindun merupakan belahan makanan dari sagu dari jakarta, kepala desa Sungai tohor
Effendi SE.

Anda mungkin juga menyukai