Anda di halaman 1dari 30

RANCANGAN TES HASIL BELAJAR

Disusun Oleh : Kelompok 2

Nama Anggota : Amalia Sukmawati (E1R016008)

Mariya Sulastri (E1R016050)

Merisa Aspianasari (E1R016052)

Ulya Safitri (E1R016091)

Kelas : B Reguler Pagi

Semester : VI

PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MATARAM

2019
A. SISTEM PENILAIAN BERBASIS KOMPETENSI
Sistem penilaian berbasis kompetensi adalah uraian keterangan yang teratur sebagai
penjelasan tentang prosedur dan cara menilai pencapaian kompetensi siswa. Intrumen
penilaiannya dikembangkan mengacu pada indikator-indikator pencapaian kompetensi
yang ditetapkan. Penilaian dilakukan mencakup semua kompetensi dengan tujuan untuk
memproleh informasi tentang kemajuan yang dicapai dan ketuntasan penguasaan tiap
kompetensi dasar dari tiap siswa.
1. Sistem Penilaian Berkelanjutan
Sistem penilaian yang dikembangkan sebagai bagian dari pelaksanaan
kurikulum berbasis kompetensi adalah sistem penilaian berkelanjutan. Sistem
penilaian berkelanjutan adalah sistem penilaian yang dimaksudkan untuk mengukur
semua kompetensi dasar yang harus dimiliki siswa. Hasil pengujiannya dianalisis dan
digunakan untuk menentukan ujian berikutnya. Dengan demikian pada sistem
penilaian ini harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. Semua komponen indikator pencapaian kompetensi dijadikan acuan untuk
pembuatan instrument penilaiannya.
b. Hasil pengujian dianalisis untuk menentukan kompetensi dasar yang telah
dikuasai dan yang belum dikuasai siswa serta kesulitan yang dihadapai siswa,
sehingga dapat ditentukan langkah pembelajaran berikutnya yakni pembelajaran
remedial atau pengayaan, serta pengujian berikutnya.
c. Penilaiannya dapat dilakukan dengan teknik tes dan non tes.
d. Penilaian dilaksanakan selama proses pembelajaran berlangsung (di tengah atau
akhir setiap pertemuan sebagai penilaian proses) dan pada akhir belajar suatu
kompetensi.
2. Teknik Penilaian
Penilaian pembelajaran mencakup proses maupun hasil belajar. Dalam hal ini
penilaian itu dapat dilakukan dengan teknik tes dan non tes. Teknik tes meliputi di
antaranya: tes tertulis, tes lisan, tes perbuatan. Teknik non tes meliputi di antaranya:
pengamatan (sistematis), pengisian angket, pengukuran skala sikap dan minat
(afektif), pemberian tugas dan portofolio.

3. Jenis Tagihan
Istilah tagihan adalah istilah untuk mengacu pada cara bagaimana pengujian itu
dilakukan. Jenis tagihan yang dapat digunakan untuk tujuan penilaian ini antara lain:
kuis, pertanyaan lisan, tugas individu, tugas kelompok, ulangan harian, ulangan akhir
semester serta ulangan kenaikan kelas.
a. Kuis, yaitu pertanyaan singkat yang menanyakan hal-hal prinsip. Kuis dapat
diberikan di awal, tengah atau akhir proses pembelajaran. Kuis dapat dilakukan
secara lisan atau tertulis. Kecuali itu waktu yang diperlukan relatif singkat dan
hanya menanyakan hal-hal yang penting saja. Jika banyak siswa gagal dalam
menyelesaikan kuis, sebaiknya guru mengulangi materi sebelumnya.
b. Pertanyaan lisan, biasanya diberikan dengan tujuan untuk mengukur pemahaman
siswa terhadap konsep, prinsip atau teorema. Pertanyaan lisan merupakan salah
satu cara efektif untuk mengetahui seberapa jauh tahap kemajuan siswa mencapai
suatu kompetensi dasar tertentu. Dengan mengambil sampel siswa dari kelompok
atas, sedang maupun bawah, guru dapat mengetahui apakah suatu kompetensi
dasar pada tahap tertentu telah dikuasai atau belum.
c. Tugas individu, dapat diberikan pada waktu-waktu tertentu misalnya pada tiap
akhir minggu dengan bentuk tugas atau soal uraian obyektif atau non obyektif.
Tingkat berfikir yang terlibat sebagainya pada higher order thinking. Bentuk
instrument yang diberikan pada tugas kelompok sebaiknya soal uraian baik uraian
obyektif dan non obyektif atau tugas unjuk kerja.
d. Tugas kelompok, diberikan pada waktu-waktu tertentu. Tujuannya lebih kepada
mengukur kemampuan-kemampuan yang dapat terjadi bila dilaksanakan secara
berkelompok, misalnya kemampuan bekejasama dan menghargai pendapat orang
lain. Bentuk soal yang diberikan hendaknya uraian dengan tingkat berfikir yang
tinggi yaitu menerapkan (applying) sampai dengan mengkreasi (creating). Bila
mungkin siswa diminta menggunakan data sungguhan atau melakukan
pengamatan terhadap suatu gejala, atau merencanakan suatu proyek.
e. Ulangan harian, adalah kegiatan yang dilakukan secara periodik untuk mengukur
pencapaian kompetensi peserta didik setelah menyelesaikan satu Kompetensi
Dasar (KD) atau lebih. Fungsinya untuk mengukur pencapaian siswa dalam satu
kompetensi dasar tertentu. Soal yang digunakan hendaknya bervariasai, baik
bentuk uraian obyektif maupun uraian non obyektif dan yang diukur meliputi
kemampuan dalam pemahaman, aplikasi, dan analisis, serta kreasi (creating).
f. Ulangan tengah semester, adalah kegiatan yang dilakukan oleh pendidik untuk
mengukur pencapaian kompetensi peserta didik setelah melaksanakan 8-9
minggu kegiatan pembelajaran. Cakupan ulangan meliputi seluruh indicator yang
merepresentasikan seluruh KD pada periode tersebut.
g. Ulangan akhir semester, adalah kegiatan yang dilakukan oleh pendidik untuk
mengukur pencapaian kompetensi peserta didik di akhir semester. Cakupan
ulangan meliputi seluruh indikator yang mempresentasikan semua KD pada
semester tersebut.
h. Ulangan kenaikan kelas, adalah kegiatan yang dilakukan oleh pendidik di akhir
semester genap untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik di akhir
semester genap pada satuan pendidikan yang menggunakan sistem paket.
Cakupan ulangan meliputi seluruh indikator yang mempresentasikan KD pada
semester tersebut.
4. Ranah Pengukuran
Ranah pengukuran yang menjadi perhatian dalam kegiatan penilaian ini adalah:
a. Ranah Kognitif
Ranah kognitif berhubungan dengan kemampuan intelektual, seperti
pengetahuan, pemahaman, dan keterampilan berfikir. Mengacu pada taksonomi
Bloom, ranah kognitif ini terdiri atas 6 jenjang:
1) Pengetahuan (knowledge): kemampuan mengingat materi yang telah
dipelajari dari pengalaman belajar.
2) Pemahaman (comprehension): kemampuan untuk menangkap arti materi
pelajaran yang dapat berupa kata, angka, menjelaskan sebab akibat.
3) Aplikasi (application): kemampuan menggunakan materi pelajaran yang telah
dipelajari lewat pengalaman belajar kepada situasi dan kondisi yang lebih
konkrit.
4) Analisis (analysis): kemampuan memecah materi menjadi bagian-bagian
sehingga struktur organisasi materi dapat dimengerti.
5) Sintesis (synthesis): kemampuan menempatkan bagian-bagian secara bersama
sehingga dapat membentuk sesuatu yang baru sebagai satu kesatuan.
6) Evaluasi (evaluation): kemampuan mengambil keputusan untuk memberikan
penilaian atau pertimbangan nilai terhadap suatu materi pelajaran sesuai
dengan tujuannya.
Agak berbeda dengan Bloom, Robert Gagne (Kemp dalam Turmuzi, 20: 17)
seorang psikolog, mengembangkan taksonomi lain yang terdiri atas urutan
kognitif, yaitu fakta, konsep, asas, dan pemecahan masalah.
1) Belajar fakta
Informasi verbal, untuk belajar fakta hanya menuntut hafalan, atau mengingat
kembali. Dalam pembelajaran matematika aspek ini biasa dikenal dengan
istilah “pengenalan dan pengingat pengetahuan siap”. Banyak pengetahuan
siap yang harus diingat siswa antara lain lambing, istilah, semufakatan, hasil
pekerjaan matematika yang rutin, dapat digolongkan fakta.
2) Belajar konsep
Kemampuan seseorang mengembangkan ide abstrak yang memungkinkannya
untuk mengelompokkan/menggolongkan suatu obyek. Bahwa konsep adalah
berjenjang, dapat dilihat dari contoh konsep tentang fungsi bijektif
dikembangkan dari konsep fungsi sedangkan konsep tentang fungsi
dikembangkan dari konsep relasi dan sebagainya. Demikian juga
penjengangan konsep dari segiempat, trapesium, jajargenjang, belah ketupat,
persegi.
3) Belajar prinsip
Prinsip (asas atau kaidah), merupakan rangkaian konsep-konsep beserta
hubungannya. Umumnya prinsip berupa pernyataan. Beberapa prinsip
merupakan prinsip dasar yang dapat diterima kebenarannya secara alami,
tanpa pembuktian, prinsip dasar ini disebut aksioma atau postulat. Prinsip-
prinsip lain yang diturunkan dari aksioma-aksioma atau prinsip-prinsip yang
mendahuluinya. Pembelajaran suatu prinsip yang melibatkan penalaran,
hendaknya lebih banyak melalui diskusi terhadap hasil suatu pengamatan,
memperhatikan keteraturan (pola), pembuktian kebenaran dari pernyataan
baik melalui pendekatan induktif atau deduktif.
4) Belajar pemecahan masalah
Pemecahan masalah merupakan penyelesaian untuk menjembatani jurang
“apa yang diketahui dengan apa yang dipertanyakan”. Pembelajaran
pemecahan masalah lebih mengarah ke pembentukan kreativitas siswa. Untuk
menyelesaikan masalah, jelas siswa harus menguasai konsep-konsep, prinsip-
prinsip yang terlibat dalam masalah ini.
b. Ranah Afektif
Sasaran penilaian hasil pembelajaran lain yang dihasilkan lewat pengalaman
belajar adalah ranah afektif. Ranah ini mencakup sasaran yang menyangkut sikap,
penghargaan, nilai, dan emosi, menikmati, memelihara, menghormati. Krathwohl
dkk. (Kemp dalam Turmuzi, 20: 18) menyusun ranah afektif dalam 5 jenjang,
yaitu:
1) Menerima (receiving), yakni kemauan untuk memperhatikan suatu kejadian
atau kegiatan. Contoh: mendengarkan, menyadari, mengamati, hati-hati
terhadap, peka terhadap, dan toleran terhadap.
2) Menanggapi (responding), yakni mau bereaksi terhadap suatu kejadian
dengan berperan serta. Contoh: menjawab, menanggapi, mengikuti,
menyetujui, menuruti perintah, dan berminat terhadap.
3) Menilai (valuing), mau menerima atau menolak suatu kejadian melalui
pengungkapan sikap positif atau negatif. Contoh: memperoleh,
mengendalikan, mendukung, ikut serta, meneruskan, mengabdikan diri.
4) Menyusun (organizing), bila siswa berhadapan dengan situasi yang
menyangkut lebih dari satu nilai, dengan senang hati mengatur nilai-nilai
tersebut, menentukan hubungan antara bebagai nilai tersebut, dan menerima
bahwa ada nilai yang lebih tinggi daripada yang lain dari segi pentingnya bagi
siswa perseorangan. Contoh: mempertimbangkan, memutuskan, membuat
rencana, dan mempertimbangkan alternatif.
5) Pembentukan sifat melalui nilai (characterization by value or value complex),
siswa secara konsisten mengikuti nilai yang berlaku dan menganggap tingkah
laku ini sebagai bagian dari sifatnya. Contoh: percaya akan, mempraktekkan,
terus melakukan, mengerjakan, bertindak menurut tata nilainya sendiri.

c. Ranah psikomotor
Ranah ini membahas keterampilan yang membutuhkan penggunaan dan
koordinasi otot tubuh, seperti dalam kegiatan jasmani dalam melaksanakan,
mengolah, dan membangun. Sebagaimana taksomoni yang dikembangkan oleh
Harrour (Kemp dalam Turmuzi, 20: 18) dengan 5 jenjang sebagai berikut:
1) Gerakan refleks, merupakan reaksi otot secara tidak sadar terhadap
rangsangan, suatu gerakan naluriah dan tidak dipelajari.
2) Gerakan pokok mendasar, merupakan pola gerakan tubuh yang didasarkan
pada gerakan refleks dan merupakan dasar bagi semua kegiatan psikomotor
normal. Contoh: berjalan, berlari, meloncat, menggapai, memegang.
3) Kemampuan menghayati, melibatkan kesadaran kinestetik, seperti perubahan
keseimbangan badan, pembedaan pendangan atau pendengaran, pembedaan
rasa rabaan atau sentuhan, dan koordinasi gerakan mata-tangan dan mata-
kaki. Contoh: berputar, membungkuk, menyeimbangkan, menyepak bola.
4) Kemampuan jasmani, termasuk dalam kategori ini adalah daya tahan,
kekuatan, keluwesan dan kelincahan gerak. Gerakan yang sangat terampil
tidak bisa dibentuk tanpa dasar yang kuat dalam berbagai kemampuan
tersebut.
5) Gerakan yang menunjukkan keterampilan, yakni tindakan yang rumit dengan
efisien, dimana beberapa macam gerakan yang rumit tersebut kalau dilatih
menghasilkan gerakan yang menunjukkan keterampilan dengan luwes dan
indah. Contoh: memainkan alat musik, mengemudikan kendaraan,
memperbaiki mesin dan sebagainya. Dalam kategori ini terdapat suatu
gerakan yang merupakan komunikasi berkesinambungan dari gerakan
jasmani yang bersifat refleks yang merupakan hasil belajar, sebagai missal
adalah gerakan penafsiran dalam bentuk kesenian yang indah atau kreatif
5. Penyusunan Kisi-Kisi Tes (Test Blue Print)
Yang dimaksud kisi-kisi adalah suatu format/matriks yang memuat kriteria tentang
butir-butir soal yang akan ditulis. Kisi-kisi digunakan sebagai desain atau rancangan
penulisan soal yang harus diikuti oleh penulis soal. Tujuan penyusunan kisi-kisi
adalah agar perangkat tes yang akan disusun tidak menyimpang dari bahan atau
materi serta aspek tes yang akan diukur dalam tes tersebut, atau dengan kata lain
bertujuan untuk menjamin validitas isi dan relevansinya dengan kemampuan siswa.
Kisi tes bentuk obyektif maupun uraian yang baik akan memenuhi beberapa hal atau
persyaratan sebagai berikut: Dapat mewakili isi kurikulum secara tepat dan memiliki
sejumlah komponen yang jelas sehingga mudah dipahami. Komponen-komponen
yang dimaksud adalah:
1) Standar kompetensi merupakan kompetensi secara umum yang ingin dicapai dari
pembelajaran yang diselenggarakan, yang telah tercantum pada Standar isi.
2) Kompetensi dasar yang akan dicapai dari pembelajaran tersebut, yang terdapat
pada Standar isi.
3) Uraian materi, merupakan uraian dari Materi Pokok, yang mengacu pada
Kompetensi Dasar.
4) Bahan kelas, di kelas mana tes ini akan diberikan.
5) Indikator, yaitu ciri/tanda yang dijadikan patokan untuk menilai tercapainya
Kompetensi Dasar, atau suatu perumusan tingkah laku yang diamati untuk
digunakan sebagai petunjuk tercapainya kompetensi dasar. Indicator untuk
penilaian ini dapat mengambil konstruk dari indikator hasil belajar yang telah
dikembangkan pada pengembangan silabus, dengan demikian dalam merumuskan
indikator ini harus mengacu pada kompetensi dasar. Indikator harus dirumuskan
dengan jelas dan memperhatikan:
a) Ciri-ciri perilaku kompetensi dasar yang dipilih,
b) Satu atau lebih kata kerja operasional,
c) Kaitannya dengan uraian materi, materi pokok, atau kompetensi dasar,
d) Dapat tidaknya dibuat soal dalam bentuk obyektif maupun uraian, sesuai
dengan bentuk soal yang akan dibuat.
6) Bobot soal, adalah kedudukan suatu soal dibandingkan dengan soal lainnya
dalam suatu perangkat tes, dengan memperhatikan:
a) Jumlah soal,
b) Kedalaman dan keluasan materi,
c) Kepentingan soal,
d) Kerumitan soal.

B. PENYUSUNAN KISI-KISI DAN BUTIR SOAL


1. Jenis Perilaku yang Dapat Diukur
Dalam menentukan prilaku yang akan diukur, penulis soal dapat mengambil
atau memperhatikan jenis perilaku yang telah dkembangkan oleh para ahli
pendidikan, diantaranya seperti Benjamin S. Bloom, Quellmalz, R.J. Mazano dkk,
Robert M. Gagne, David Krathwohl, Norman E. Gronlund dan R.W. de Maclay, Liin
dan Gronlund.
a. Ranah kognitif yang dikembangkan Benjamin S. Bloom adalah
1) Ingatan diantaranya seperti: menyebutkan, menentukan, menunjukkan,
mengingat kembali, mendefinisikan.
2) Pemahaman diantaranya seperti: membedakan, mengubah, memberi contoh,
memperkirakan, mengambil kesimpulan.
3) Penerapan diantaranya seperti: mengunakan, menerpakan.
4) Analisis diantaranya seperti: membandigkan, mengklasifikasikan,
mengkategorikan, menganalisis.
5) Sintesis diantranya seperti: menghubungkan, mengembangkan,
mengorganisaisikan, menyusun.
6) Evaluasi dianaranya seperti: menafsirkan, menilai, dan memutuskan.
b. Jenis perilaku yang dikembangkan Quellmalz adalah:
1) Ingatan
2) Analisis
3) Perbandingan
4) Penyimpulan
5) Evaluasi.
c. Jenis perilaku yang dikembangkan R.J. Mazano dkk. adalah:
1) Keterampilan memusat (focusing skill), seperti: mendefinisikan, merumuskan
tujuan
2) Keterampilan mengumpulkan informasi, seperti: mengamati, merumuskan
pertanyaan.
3) Keterampilan mengingat, seperti: merekam, mengingat.
4) Keterampilan mengorganisasikan, seperti: membandingkan,
mengelompokkan, menata/mengurutkan, menyajikan.
5) Keterampilan menganalisis, seperti mengenali: sifat dari komponen, hubungan
dan pola, ide pokok, kesalahan.
6) ketrampilan menghasilkan keterampilan baru, seperti: menyimpulkan,
memprediksi, mengupas atau mengurai.
7) Keterampilan memadu (integreting skills), seperti: meringkas, menyusun
kembali.
8) Keterampilan menilai, seperti: menetapkan kriteria, membenarkan
pembuktian.
d. Jenis perilaku yang dikembangkan Robert M. Gagne adalah:
1) Kemampuan intelektual: diskriminasi, identifikasi/konsep yang nyata,
klasifikasi, demonstrasi, generalisasi/menghasilkan sesuatu.
2) Strategi kognitif: menghasilkan suatu pemecahan.
3) Informasi verbal: menyatakan suatu secara oral.
4) Keterampilan motorist melaksanakan/menjalankan suatu.
5) Sikap: kemampuan untuk memilih sesuatu,
e. Domain efektif yang dikembangkan David Krathwohl adalah:
1) Menerima
2) Menjawab
3) Menilai.
f. Domain psikomotor yang dikembangkan Norman E. Gronlund dan R.W. de
Maclay adalah:
1) Persepsi
2) Kesiapan
3) Respon terpimpin
4) Mekanisme
5) Respon yang kompleks
6) Organisasi
7) Karakterisasi dan nilai
g. Keterampilan berfikir yang dikembangkan Linn dan Gronlund adalah seperti
berikut:
1) Membandingkan
- Apa persamaan dan perbedaan antara ... dan ...
- Bandingkan dua cara berikut tentang ...
2) Hubungan sebab akibat
- Apa penyebab utama ...
- Apa akibat ...
3) Memberi alasan (justifying)
- Manakah pilihan berikut yang kamu pilih, mengapa?
- Jelaskan mengapa kamu setuju/tidak setuju dengan pernyatan tentang...
4) Meringkas
- Tuliskan pernyatan penting yang termasuk ...
- Ringkaslah dengan tepat isi ...
5) Menyimpulkan
- Susunlah beberapa kesimpulan yang berasal dari data ...
- tulislah sebuah pernyataan yang dapat menjelaskan peristiwa berikut ...
6) Berpendapat (Inferring)
- Berdasarkan ... , apa yang akan terjadi bila
- Apa reaksi A terhadap ...
7) Mengelompokkan
- Kelompokkan hal berikut berdasrkan ....
- Apakah hal berikut memiliki ....
8) Menciptakan
- Tuliskan beberapa cara sesuai ide Anda tentang ...
- Lengkapilah cerita ... tentang apa yang akan terjadi bila ...
9) Menerapkan
- Selesaikan hal berikut dengan menggunakan kaidah ...
- Tuliskan ... dengan pedoman ...
10) Analisis
- Manakah penulisan yang salah pada paragraf ...
- Daftar dan beri alasan singkat tentang ciri utama ...
11) Sintesis
- Tuliskan satu rencana untuk membuktikan...
- Tuliskan sebuah laporan...
12) Evaluasi
- Apakah kelebihan dan kelemahan ...
- Berdasarkan kriteria ... , tuliskanlah evaluasi tentang ...
2. Penentuan Perilaku yang Akan Diukur
Setelah kegiatan penentuan materi yang akan ditanyakan selesai dikerjakan,
maka kegiatan berikutnya adalah menentukan secara tepat perilaku yang akan diukur.
Perilaku yang kan diukur, pada Kurikulum berbasis kompetensi tergantung pada
tuntunan kompetensi, baik standar kompetensi maupun kompetensi dasarnya. Setiap
kompetensi di dalam kurikulum memiliki tingkat keluasan dan kedalaman
kemampuan yang berbeda. Semakin timggi kemampuan/perilaku yang diukur sesuai
dengan target kompotensi, maka semakin sulit soal dan semakin sulit pula
menyusunnya. Dalam standar isi, perilaku yang akan diukur dapat dilihat pada “
perilaku yang terdapat pada rumusan kompetensi dasar atau pada standar
kompetensi”. Bila ingin mengukur perilaku yang lebih tinggi, guru dapat mendaftar
terlebih dahulu semua perilaku yang dapat diukur, mulai dari perilaku yang sangat
sederhana/mudah sampai dengan perilaku yang sangat sulit/tinggi, berdasarkan
rumusan kompetensinya (baik standar kompetensi maupun kompetensi dasar). Dari
susunan perilaku itu, dipilih satu perilaku yang tepat ditujukan kepada peserta didik,
yaitu perilaku yang sesuai dengan kemampuan peserta didik di kelas.
3. Penentuan dan Penyebaran Soal
Sebelum menyusun kisi-kisi dan butir soal perlu ditentukan jumlah soal setiap
kompetensi dasar dan penyebaran soalnya. Untuk lebih jelasnya, perhatikan contoh
penilaian akhir semester berikut ini.
Contoh penyebaran butir soal untuk penilaian akhir semester ganjil

JUMLAH SOAL JUMLAH


KOMPETENSI
NO MATERI TES TULIS SOAL
DASAR
PG URAIAN PRAKTIK
1 1.1 ....................... ................................. 6 ... ...
2 1.2 ....................... ................................. 3 1 ...
3 1.3 ....................... ................................. 4 ... 1
4 2.1 ....................... ................................. 5 1 ...
5 2.2 ....................... ................................. 8 1 ...
6 3.1 ....................... ................................. 6 ... 1
7 3.2 ....................... ................................. ... 2 ...
8 3.3 ....................... ................................. 8 ... ...
JUMLAH SOAL 40 5 2

4. Penyusunan kisi-kisi
Kisi-kisi (test blue-print atau table of specification) merupakan deskripsi
kompetensi dan materi yang akan diujiakn. Tujuan penyusunan kisi-kisi adalah untuk
menentukan ruang lingkup dan sebagai petunjuk dalam menulis soal. Kisi-kisi dapat
berbentuk format atau matriks seperti contoh berikut ini.

FORMAT KISI-KISI PENULISAN SOAL

Jenis Sekolah : ...................... Jumlah Soal : .......................


Mata Pelajaran : ...................... Bentuk soal/tes : .......................
Kurikulum : ...................... Penyusun : 1. ...................
Aloasi Waktu : ...................... 2. ...................

Standar Kompetensi Nomor


NO Kelas/Smt Materi Pokok Indikator Soal
Kompetensi Dasar soal
Keterangan: Isi pada kolom 2, 3, 4, dan 5 adalah harus sesuai dengan
pernyatan yang ada di dalam silabus/kurikulum. Penulis kisi-kisi tidak diperkenankan
mengarang sendiri, kecuali pada kolom 6.

Kisi-kisi yang baik harus memenuhi persyaratan berikut ini:

1. Kisi-kisi harus dapat mewakili isi silabus/kurikulum atau materi yang telah
diajarkan secara tepat dan proporsional.
2. Komponen-komponennya diuraikan secara jelas dan mudah dipahami.
3. Materi yang hendak ditanyakan dapat dibuatkan soalnya.
5. Perumusan Indikator Soal
Indikator dalam kisi-kisi merupakan pedoman dalam merumuskan soal yang
dikehendaki. Kegiatan perumusan indikator soal merupakan bagian dari kegiatan
penyusunan kisi-kisi. Untuk merumuskan indikator dengan tepat, guru harus
memperhatikan materi yang akan diujikan, indikator pembelajaran, kompetensi
dasar, dan standar kompetensi. Indikator yang baik dirumuskan secara singkat dan
jelas. Syarat indikator yang baik:
a. Menggunakan kata kerja operasional (perilaku khusus) yang tepat.
b. Menggunakan satu kata kerja operasional untuk soal objektif, dan satu atau lebih
kata kerja operasional untuk soal uraian/tes perbuatan.
c. Dapat dibuat soal atau pengocehnya (untuk soal pilihan ganda).

Penulisan indikator yang lengkap mencakup A = Audience (Peserya didik), B


= Behavior (Perilaku yang harus ditamplakan), C = Condition (Kondisi yang
diberikan), D = Deree (Tingkatan yang diharapkan). Ada dua model penulisan
indikator. Model pertama adalah menempatkan kondisinya di awal kalimat. Model
pertama ini digunakan untuk soal yang disertai dengan dasar pernyataan (stimulus),
misalnya berupa sebuah kaliamt, paragraf, gambar, denah grafik, kasus atau lainya.
Sedangkan model kedua adalah menempatkan peserta didik dan perilaku yang harus
ditamplkan di awal kalimat. Model yang kedua ini digunakan untuk soal yang tidak
disertai dengan dasar pertanyaan (stimulus).
(1) contoh model pertama untuk soal pada mata pelajaran matematika

Indikator: siswa dapat melakukan operasi penjumlahan untuk dua bilangan pecahan
1 1
Soal: soarang anak melakukan perhitungan bilangan pecahan 2 + 3 berapakah
hasilnya?

A. 3 C. 1
5
B. 2 D. 6

Kunci: D

(2) Contoh model kedua

Indikator: siswa dapat menentukan sisi terpanjang suatu segitiga jika dua sisinya
mengandung variabel dan sisi ketiga merupakan bilangan tertentu.

Soal: panjang sisi-sisi sebuah segitiga diketahui 2x cm, (2x + 2)cm, dan (3x + 1)cm.
Jika kelilingnya 24cm, panjangn sisi yang terpanjang adalah ...

A. 6cm C. 10cm

B. 8cm D. 12cm

Kunci : C
6. Langkah-langkah Penyusunan Butir Soal
Agar soal yang disiapkan oleh setiap guru menghasilkan bahan ulangan/ujian
yang sahih dan handal, maka harus dilakukan langkah-langkah berikut:
1) mentukan tujuan tes
2) menentukan kompetensi yang akan diujikan
3) menentukan materi yang diujikan
4) menetapkan penyebaran butir soal berdasarkan kompetensi, materi, dan bentuk
penilaiannya (tes tertulis, bentuk pilihan ganda, uraian, dan tes parktik)
5) menyusun kisi-kisinya
6) menulis butir soal
7) memvalidasi butir soal atau menelaah secara kualitatif
8) merakit soal menjadi perangkat tes
9) menyusun pedoman penskorannya
10) uji coba butir soal
11) analisis butir soal secara kuantitatif dari data empirik data hasil uji coba,
12) perbaikan soal berdasarkan hasil analisi.
7. Penyusunan Butir Soal Tes Tulis
Penyusunan butir soal tes tertulis merupakan suatu kegiatan yang sangat
penting dalam penyiapan bahan ulangan/ujian. Setiap butir soal yang ditulis harus
berdasarkan rumusan indikator soal yang sudah disusun dalam kisi-kisi dan
berdasrkan kaidah penulisan soal bentuk obyektif dan kaidah penulisan soal uraian.
Penggunaan bentuk soal yang tepat dalam tes tertulis, sangat tergantuk pada
perilaku/kompetensi yang akan diukur. Ada kompetensi yang lebih tepat
diukur/ditanyakan menggunakan tes tertulis dengan bentuk soal uraian, ada pula
kompetensi yang lebih tepat diukur menggunakan tes tertulis dengan bentuk soal
objektif. Bentuk tes tertulis pilihan ganda maupun uraian memiliki kelebihan dan
kekurangan satu sama lain.
Keunggulan soal bentuk pilihan ganda diantaranya adalah dapat mengukur
kemampuan/perilaku secara objektif, sedangkan untuk soal uraian di antaraya adalah
dapat mengukur kemampuan mengorganisasikan gagasan dan menyatakan
jawabannya menurut kata-kata atau kalimat sendiri. Kelemahan soal bentuk pilihan
ganda diantaranya adalah sulit menyusun pengocehnya, sedangkan untuk soal uraian
diantaranya adalah sulit menyusun pedoman penskorannya.
C. KRITERIA KETUNTASAN MINIMAL (KKM)
Dalam Permendiknas nomor 20 tahun 2007 tentang Standar Penilaian Pendidikan
diuraikan bahwa kriteria ketuntasan minimal (KKM) adalah kriteria ketuntasan belajar
(KKB) yang ditentukan oleh satuan pendidikan. KKM pada akhir jenjang satuan
pendidikan untuk kelompok mata pelajaran selain ilmu pengetahuan dan teknologi
merupakan nilai batas ambang kompetensi. Implementasi ketuntasan ini, Ditjen
Madikdasmen melalui keputusannya dengan nomor: 12/C/KEP/TU/2008, menentukan
hal-hal sebagai berikut:
1. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) adalah kriteria ketuntasan belajar (KKB) yang
ditentukan oleh satuan pendidikan. KKM pada akhir jenjang satuan pendidikan untuk
kelompok mata pelajaran selain ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan nilai
batas ambang kompetensi. (Permendiknas Nomor: 20/2007 tentang Standar
Penilaian Pendidikan, pengertian butir 10).
2. Nilai ketuntasan belajar untuk aspek kompetensi pengetahuan dan praktik dinyatakan
dalam bentuk bilangan bulat, dengan rentang 0 – 100.
3. Penetapan KKM dilakukan oleh dewan pendidik pada awal tahun pelajaran melalui
proses penetapan KKM setiap Indikator, KD, SK menjadi KKM mata pelajaran
dengan mempertimbangan hal-hal sebagai berikut:
a. Tingkat kompleksitas (kesulitan dan kerumitan) setiap KD yang harus dicapai
oleh peserta didik.
b. Tingkat kemampuan (intake) rata-rata siswa pada sekolah yang bersangkutan.
4. Kemampuan sumber daya pemdukung dalam penyelenggaraan pembelajaran pada
masing-masing sekolah.
5. Ketuntasan belajar setiap Indikator, KD, SK, dan mata pelajaran yang telah
ditetapkan dalam suatu kompetensi dasar berkisar anatar 0 – 100%. Kriteria ideal
ketuntasan untuk masing-masing indikator 75%.
6. Satuan pendidikan dapat menentukan kriteria ketuntasan minimal (KKM) dibawah
nilai ketuntasan belajar ideal, namuan secara bertahap harus meningkatkan kriteria
ketuntasan belajar secara terus menerus untuk mencapai kriteria ketuntasan ideal.
7. KKM tersebut dicantumkan dalam LHB (Berlaku untuk pengetahuan maupun
praktik) dan harus diinformasikan kepada seluruh warga sekolah dan orang tua
peserta didik.
8. Mekanisme menentukan KKM. Dalam menentukan KKM secara garis besarnya
adalah sebagaimana diagram berikut:
KKM KKM KKM KKM
INDIKATOR KD SK MP

a. Penetapan nilai KKM dilakukan melalui analisis ketuntasan belajar minimal pada
setiap indikator.
b. KKM kompetensi dasar didapat dengan merata-rata KKM semua indikator pada
KD yang terkait.
c. KKM Standar Kompetensi (SK) merupakan rata-rata KKM KD yang terdapat
pada seriap SK.
d. Nilai KKM mata pelajaran merupakan rata-rata ketuntasan belajar setiap SK pada
tingkat kelas yang bersangkutan.
e. Penetapan KKM dapat dilakukan dengan menggunakan format dibawah.
9. Teknik Penetapan KKM
Untuk menentukan KKM perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. Kompleksitas (kesulitan dan kerumitan)
Tingkat Kompleksitas setiap IP/KD yang harus dicapai oleh siswa. Tingkat
kompleksitas tinggi, bila dalam pelaksanaannya menuntut:
1) SDM dalam memahami kompetensi yang harus dicapai siswa, kreatif dan
inovatif dalam melaksanakan pembelajaran
2) Waktu yang digunakan cukup lama karena perlu pengulangan
3) Penalaran dan kecermatan siswa yang tinggi
4) Sarana dan prasarana sesuai tuntutan kompetensi yang harus dicapai.
b. Daya dukung
Kemampuan sumber daya pendukung, yaitu ketersedian tenaga, sarana, dan
prasarana pendidikan yang sangat dibutuhkan, BOS, manajemen sekolah,
kepedulian stakeholders sekolah.
c. Intake siswa
Tingkat kemampuan (intake) rata-rata siswa
Contoh:
Untuk indikator “Menentukan nilai kebenaran dari suatu pernyataan berkuantor.”
Kompleksitas: rendah (3)
Daya dukung: sedang (2)
Intake: sedang (2)
3+2+2
Maka KKM indikatornya = × 100% = 78%
9

Contoh teknik untuk Menentukan KKM dengan Pemberian Point

Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)


Unsur Penetapan Kriteria Nilai
Kompetensi Dasar dan Indikator
Daya KKM
Kompleksitas Intake (%)
Dukung

Menentukan nilai kebenaran dari suatu


pernyataan majemuk dan pernyataan 73
berkuantor

- menentukan nilai
kebenaran dari suatu rendah sedang sedang 78
pernyataan berkuantor.
- Menentukan ingkaran
dari suatu pernyataan sedang sedang sedang 67
berkuantor
- Menentukan nilai
kebenaran dari suatu rendah sedang sedang 78
pernyataan majemuk
- Menentukan ingkaran
dari suatu pernyataan sedang sedang sedang 67
majemuk

Merumuskan pernyataan yang setara


dengan pernyataan majemuk atau 63
pernyataan berkuantor yang diberikan

- memeriksa kesetaran
antara dua pernyataan
sedang sedang sedang 67
majemuk atau pernyataan
berkuantor
- membuktikan kesetaran
antara dua pernyataan
majemuk atau pernyataan sedang sedang sedang 67
berkuantor

- membuat pernyataan
yang setara dengan
pernyataan majemuk atau Tinggi sedang sedang 56
pernyataan berkuantor
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)
Unsur Penetapan Kriteria Nilai
Kompetensi Dasar dan Indikator
Daya KKM
Kompleksitas Intake (%)
Dukung
Menggunakan prinsip logika matematika
yang berkaitan dengan pernyataan
majemuk dan pernyataan berkuantor 62
dalam penerikan kesimpulan dan
pemecahan masalah
- memeriksa keabsahan
penarikan kesimpulan
menggunakan prinsip Sedang Sedang Sedang 67
logika matematika

- menentukan kesimpulan
dari beberapa premis
yang diberikan Tinggi Sedang Sedang 56

KKM dari SK 4 66

Dengan teknik menggunakan rentang nilai pada setiap aspek. Selain dengan
pemberian point untuk masing-masing aspek, penentuan KKM dapat dilakukan
dengan menggunakan rentang nilai sebagai berikut:

1. kompleksitas:
- Tinggi = 50-65
- Sedang = 66-80
- Rendah = 81-100
2. Daya dukung:
- Tinggi = 85-100
- Sedang = 70-84
- Rendah = 55-69
3. Intake:
- Tinggi = 80-100
- Sedang = 60-79
- Rendah = 40-59

Contoh Teknik untuk Menentukan KKM dengan Rentang Nilai Setiap Aspek
Standar Kompetensi: 4. Menggunakan Logika matematika dalam pemecahan masalah
yang berkaitan dengan pernyataan majemuk dan berkuantor.

Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)


Unsur Penetapan Kriteria Nilai
Kompetensi Dasar dan Indikator
Daya KKM
Kompleksitas Intake (%)
Dukung

Menentukan nilai kebenaran dari suatu


pernyataan majemuk dan pernyataan 71
berkuantor

- menentukan nilai
kebenaran dari suatu 81 75 65 74
pernyataan berkuantor.
- Menentukan ingkaran
dari suatu pernyataan 70 75 65 70
berkuantor
- Menentukan nilai
kebenaran dari suatu 81 75 65 74
pernyataan majemuk
- Menentukan ingkaran
dari suatu pernyataan 66 75 65 65
majemuk

Merumuskan pernyataan yang setara


dengan pernyataan majemuk atau 70
pernyataan berkuantor yang diberikan

- memeriksa kesetaran
antara dua pernyataan
68 75 65 69
majemuk atau pernyataan
berkuantor
- membuktikan kesetaran
antara dua pernyataan
majemuk atau pernyataan 66 75 65 67
berkuantor

- membuat pernyataan
yang setara dengan
pernyataan majemuk atau 81 75 65 74
pernyataan berkuantor

Menggunakan prinsip logika matematika


yang berkaitan dengan pernyataan
majemuk dan pernyataan berkuantor 62
dalam penerikan kesimpulan dan
pemecahan masalah
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)
Unsur Penetapan Kriteria Nilai
Kompetensi Dasar dan Indikator
Daya KKM
Kompleksitas Intake (%)
Dukung
- memeriksa keabsahan
penarikan kesimpulan
menggunakan prinsip 66 75 65 67
logika matematika

- menentukan kesimpulan
dari beberapa premis
yang diberikan 55 75 65 65

KKM dari SK 4 66

D. PENULISAN BUTIR SOAL UNTUK INSTRUMEN NON-TES


1. Pengertian
Instrumen non-tes adalah instrument selain tes prestsi belajar. Alat penilaian
yang dapat digunakan antara lain adalah: Lembar pengamatan/observasi (seperti
catatan harian, portofolio, life skill) dan instrument tes sikap, minat, dsb. Pada
prinsipnya, prosedur penulisan butir soal untuk instrument non-tes adalah sama
dengan prosedur penulisan tes pada tes prestasi belajar, yaitu menyusun kisi-kisi tes,
menuliskan butir soal berdasarkan kisi-kisinya, telaah, validasi butir, uji coba butir,
perbaikan butir berdasarkan hasil uji coba. Namun, dalam proses awalnya, sebelum
menyusun kisi-kisi tes terdapat perbedaan dalam menentukan validitas
isi/konstrukturnya diperoleh melalui “teori”. Teori adalah pendapat yang
dikemukakan sebagai keterangan mengenai suatu peristiwa atau kejadian, dsb.
(Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1990 : 932)
2. Penyusunan kisi-kisi instrumen non-tes
Dalam kisi-kisi non-tes biasanya formatnya berisi dimensi, indikator, jumlah
butir soal per indikator, dan nomor butir soal.Formatnya seperti berikut ini.
NO DIMENSI INDIKATOR JUMLAH SOAL NOMOR SOAL
PER
INDIKATOR

JUMLAH SOAL=

Untuk mengisi kolom dimensi dan indikator, penulis soal harus mengetahui
terlebih dahulu validitas konstrukturnya yang disusun/dirumuskan melalui teori. Cara
termudah untuk mendapatkan teori adalah membaca beberapa buku, hasil penelitian
atau mencari informasi lain yang berhubungan dengan variabel atau tujuan tes yang
dikehendaki. Oleh karena itu, peserta didik atau responden yang hendak mengerjakan
tes ini (instrument non-tes) tidak perlu mempersiapkan/belajar materi yang hendak
diteskan terlebih dahulu seperti pada tes prestasi belajar.

3. Contoh Penulisan Kisi-kisi Non-Tes dan Butir Soal


Dalam bagian ini disajikan beberapa contoh penulisan kisi-kisi tes dan
penulisan butir soal yang sangat sederhana.Tujuan utamanya adalah agar contoh-
contoh ini mudah dipahami oleh para guru di sekolah. Contoh yang akan disajikan
adalah penulisan kisi-kisi dan butir soal untuk tes skala sikap, tes minat belajar, tes
motivasi berprestasi dan tes kreativitas. Untuk contoh instrument non-tes lainnya,
para guru dapat menyusunnya sendiri yang proses penyusunannya adalah sama
dengan contoh yang ada di sini.
a. Tes Skala Sikap
Berbagai definisi tentang sikap yang telah dikemukakan oleh para ahli, di
antaranya adalah Mueller(1986 : 3) yang menyampaikan 5 definisi dari 5 ahlinya,
adalah seperti berikut ini. (1) Sikap adalah afeksi untuk atau melawan, penilaian
tentang, suka atau tidak suka, tanggapan positif/negative terhadap suatu objek
psikologis (Thurstone). (2) Sikap adalah kecenderungan untuk bertindak kea rah
atau melawan suatu faktor lingkungan (Emory Bogardus). (3) Sikap adalah
kesiapsiagaan mental atau saraf (Goldon Allport). (4) Sikap adalah konsistensi
dalam tanggapan terhadap objek-objek sosial (Donald Cambell). (5) Sikap
merupakan tanggapan tersembunyi yang ditimbulkan oleh suatu nilai (Ralp
Linton, ahli antropologi kebudayaan).
Bardasarkan beberapa definisi di atas, para ahli menyimpulkan bahwa sikap
memiliki 3 komponen penting, yaitu komponen: (1) kognisi yang berhubungan
dengan kepercayaan, ide, dan konsep; (2) afeksi yang mencangkup perasaan
seseorang; dan (3) konasi yang merupakan kecendrungan bertingkah laku atau
yang akan dilakukan. Oleh karena itu, ketiga komponen ini dimasukkan di dalam
format kisi-kisi “sikap belajar peserta didik” seperti contoh berikut. Adapun
definisi operasional sikap belajar adalah kecenderungan bertindak dalam
perubahan tingkah laku melalui latihan dan pengalaman dari keadaan tidak tahu
menjadi tahu yang dapat diukur melalui: toleransi, kebersamaan dan gotong
royong, rasa kesetiakawanan, dan kejujuran.
NO DIMENSI INDIKATOR NOMOR SOAL YANG
MENGUKUR
KOGNISI AFEKSI KONASI

+ - + - + -
1 Toleransi a. Mau
menerima
pendapat
orang lain
atau tidak.
b. Tidak mudah
tersinggung.
2 Kebersamaan a. Dapat
dan gotong bekerja
royong berkelompok
.
b. Rela
berkorban
untuk
kepentingan
umum.
3 Rasa a. Mau
kesetiakawanan memberi dan
meminta
maaf.
4 Dst

Contoh soal sebagai berikut :

NO PERNYATAAN SS S TS STS
1 Mau menerima pendapat orang lain merupakan ciri
toleransi
2 Untuk mewujudkan cita-cita harus memaksakan
kehendak
3 Suka menerima pendapat orang lain
4 Memilih teman di sekolah, saya utamakan mereka
yang pandai saja
5 Kalau saya boleh memilih, saya akan selalu
mendengarkan usul-usul kedua orang tuaku.
6 Bekerja sama dengan orang yang berbeda
7 Suku lebih baik dihindarkan
……………….

Keterangan : SS =Sangat setuju, S = Setuju, TS = Tidak setuju, STS = Sangat


tidak setuju.

b. Tes Minat Belajar


Minat adalah kesadaran yang timbul bahwa objek tertentu sangat disenangi
dan melahirkan perhatian yang tinggi bagi individu terhadap objek tersebut
(Crites, 1969 : 29). Di samping itu, minat juga merupakan kemampuan untuk
memberikan stimulus yang mendorong seseorang untuk memperhatikan aktivitas
yang dilakukan berdasarkan pengalaman yang sebenarnya (Crow and Crow, 1969
: 29). Berdasarkan kedua pengertian tersebut, minat merupakan kemampuan
seseorang untuk memberikan perhatian terhadap suatu objek yang disertai dengan
rasa senang dan dilakukan penuh kesadaran. Peserta didik yang menaruh minat
pada suatu mata pelajaran, perhatiannya akan tinggi dan minatnya berfungsi
sebagai pendorong kuat untuk terlibat secara aktif dalam kegiatan belajar
mengajar pada pelajaran tersebut. Oleh karena itu, definisi operasional minat
belajar adalah pilihan kesenangan dalam melakukan kegiatan dan dapat
membangkitkan gairah seseorang untuk memenuhi kesediaannya yang dapat
diukur melalui kesukacitaan, ketertarikan, perhatian dan keterlibatan. Berikut ini
contoh kisi-kisi dan soal minat belajar sastra Indonesia :

NOMOR
NO DIMENSI INDIKATOR
SOAL
1 Kesukaan Gairah
Inisiatif
2 Ketertarikan Responsif
Kesegeraan
3 Perhatian Konsentrasi
Ketelitian
4 Keterlibatan Kemauan
Keuletan
Kerja keras

NO PERNYATAAN SS S KK J TP
1 …..
2 Saya segera mengerjakan PR sastra
sebelum datang pekerjaan yang lain.

7 Saya asyik dengan pikiran sendiri ketika


guru menerangkan sastra di kelas.

16 Saya suka membaca buku sastra.


20 ……
Keterangan : SS = Sangat Sering, S = Sering, KK = Kadang-kadang, J =
jarang, TP = Tidak Pernah.

Perhatikan contoh tes minat lainnya berikut ini.


CONTOH TES MINAT PESERTA DIDIK
TERHADAP MATA PELAJARAN
NO PERNYATAAN SL SR JR TP
1 Saya senang mengikuti pelajaran ini.
2 Saya rugi bila saya tidak mengikuti pelajaran
ini.
3 Saya merasa pelajaran ini bermanfaat.
4 Saya berusaha menyerahkan tugas tepat waktu.
5 Saya berusaha memahami pelajaran ini.
6 Saya bertanya kepada guru bila ada yang tidak
jelas.
7 Saya mengerjakan soal-soal latihan di rumah.

8 Saya mendiskusikan materi pelajaran dengan


teman sekelas.
9 Saya berusaha memiliki buku pelajaran ini.

10 Saya berusaha mencari bahan pelajaran di


perpustakaan
Keterangan : SL = selalu, SR = sering, JR = jarang, TP = tidak pernah.

Keterangan : dari 4 kategori : skor terendah 10, skor tertinggi 40.


33-40 Sangat berminat

25-32 Berminat

17-24 Kurang berminat

10-16 idak berminat


E. KONSEP ESENSIAL MATEMATIKA
1. Pengertian Konsep Esensial Matematika
Secara sederhana yang dimaksud dengan konsep esensial adalah konsep yang
dinilai dapat memberikan kontribusi kuat terhadap tercapainya aspek-aspek tujuan
pendidikan, khususnya pendidikan matematika yang telah ditentukan.Dengan
demikian topik yang esensial adalah topik yang memuat atau mempelajari konsep-
konsep yang esensial.Pada dasarnya suatu konsep matematika dapat tercangkup
dalam beberapa topic, sedangkan suatu topik dapat memuat beberapa konsep.
Dari uraian di atas, konsep esensial dalam matematika adalah konsep-konsep
matematika yang strategis dalam menunjang kemampuan untuk memahami konsep-
konsep yang lainnya, banyak digunakan bagi bidang studi lain dan kehidupan sehari-
hari.
Contoh konsep esensial dalam matematika SMP adalah :
1) Deskripsi himpunan; konsep ini dipakai pada hampir semua cabang matematika,
bidang studi lain, maupun dalam aplikasinya pada kehidupan sehari-hari.
2) Bilangan dan operasinya; konsep ini sangat esensial dengan alasan seperti pada
bagian (1).
3) Fungsi trigonometri; konsep ini banyak digunakan pada cabang matematika lain,
bidang studi lain, dan dalam aplikasinya pada kehidupan sehari-hari.

Contoh konsep yang kurang esensial dalam matematika SMP adalah aritmatika
jam karena penggunaannya sangat terbatas untuk cabang matematika lainnya maupun
untuk bidang studi lain, dan tidak aplikatif dalam kehidupan sehari-hari. Konsep ini
cenderung diperuntukkan bagi mereka yang akan menggeluti matematika sebagai
profesinya.

2. Kriteria Pemilihan Kosep Matematika yang Esensial


Dengan mengingat karakteristik matematika, pertimbangan untuk memilih konsep
yang esensial perlu bertumpu pada :
a. Menggunakan Alogaritma
Yang termasuk ke dalam kemampuan ini antara lain adalah melakukan
operasi-operasi hitung, operasi-operasi himpunan, dan operasi lainnya.
Meghitung ukuran tendensi sentral dari data yang banyak dengan cara manual.
b. Melakukan manipulasi secara matematika
Yang termasuk ke dalam kemampuan ini antara lain adalah menggunakan
sifat-sifat atau rumus-rumus atau prinsip-prinsip atau teorema-teorema ke
dalam pernyataan matematika.

c. Mengorganisasikan data
Kemampuan ini antara lain meliputi mengorganisasikan data atau informasi,
misalnya membedakan atau menyebutkan apa yang diketahui dari suatu atau
masalah dan apa yang ditanyakan.
d. Memanfaatkan simbol, tabel, grafik, dan membuatnya
Kemampuan ini antara lainmeliputi menggunakan simbol, tabel, grafik untuk
menunjukan suatu perubahan atau kecenderungan dan membuatnya.
e. Mengenal dan menemukan pola
Kemampuan ini antara lain meliputi mengenal pola susunan bilangan dan pola
bangun geometri.
f. Menarik kesimpulan
Kemampuan ini antara lain meliputi kemampuan menarik kesimpulan dari
suatu hasil hitungan atau pembuktian suatu rumus.
g. Membuat kalimat atau model matematika
Kemampuan ini antara lain meliputi kemampuan merumuskan secara
sederhana fenomena dalam kehidupan sehari-hari dalam model matematika,
atau sebaliknya. Dengan model ini diharapkan akan mempermudah
penyelesaiannya.
h. Membuat interprestasi bangun geometri
Kemampuan ini antara lain meliputi kemampuan menyatakan bagian-bagian
dari bangun geometri (datar maupun ruang)dan memahami posisi dari bagian-
bagian itu.
i. Memahami pengukuran dan satuannya
Kemampuan ini antara lain meliputi kemampuan memilih satuan ukur yang
tepat, melakukan estimasi, mengubah satuan ukur ke satuan yang lainnya.
j. Menggunakan alat hitung dan alat bantu dalam matematika, seperti tabel
matematika, kalkulator, dan computer.
3. Adanya kegunaan-kegunan matematika dalam arti luas, di dalam matematika dan di
luar matematika, yaitu:
a. merupakan dasar atau digunakan dalam konsep lain.
b. mempunyai kegunaan dalam kehidupan sehari-hari.
c. Mempunyai kegunaan dalam bidang kajian atau profesi lain.
d. mempunyai kegunaan untuk membina sikap dan pola tindak.
e. mempunyai kegunaan untuk studi lanjut dalam bidang matematika maupun
profesi lain.
DAFTAR PUSTAKA

Turmuzi, M. 2019. Evaluasi Proses dan Hasil Belajar Matematika. Mataram: Universitas
Mataram.

Anda mungkin juga menyukai