GERBANG DASAR
B. Teori
Untai digital pada taraf awal adalah relay dan saklar. Operasi dari saklar atau relay dapat
dilihat dengan mudahnya hakekatnya yang bersifat biner; ini berarti saklar bisa dalam
keadaan on (1) atau off (0). Untai digital modern saat ini adalah transistor, dimana
transistor pada suatu saat dapat bekerja (on=1) atau tidak bekerja (off=0) tergantung
dari kendali basisnya.
2. Sistem bilangan
Seperti yang telah diuraikan di atas, maka komponen digital hanya terdiri dari dua
buah nilai yaitu nilai on (1) dan off (0). Angka 0 desimal jika dilambangkan dengan
bilangan biner adalah bernilai 0, angka 1 desimal dilambangkan dengan 1, angka 2
desimal dilambangkan dengan 10, angka 3 dilambangkan dengan 11, begitu seterusnya.
Operasi dasar bilangan biner meliputi operasi AND (perkalian) yang dilambangkan
dengan tanda titik (.), OR (penjumlahan) yang dilambangkan dengan tanda plus (+),
NOT(pembalik) yang dilambangkan dengan tanda minus (-) atau tanda strip diatas nilai
yang akan dibalik, dan pengembangannya operasi NOR yang terdiri atas untai OR dan
NOT, operasi NAND yang terdiri atas untai AND yang digabungkan dengan NOT.
Selain itu juga ada operasi XOR (Exclusive OR) yang merupakan modifikasi dari
gerbang OR.
Gerbang AND
Gambar Gerbang AND 2 masukan :
Gerbang AND adalah suatu untai digital yang mempunyai beberapa masukan dan
sebuah keluaran. Definisi gerbang AND adalah keluaran akan bernilai 1 jika semua
masukan bernilai 1.
Gerbang OR
Gambar Gerbang OR 2 masukan
A
Y
B
Gerbang OR adalah suatu untai digital yang mempunyai beberapa masukan dan
sebuah keluaran. Definisi gerbang OR adalah keluaran akan bernilai 0 jika semua
masukan bernilai 0, atau dengan kata lain jika salah satu atau beberapa atau semua
masukan bernilai 1 maka keluaran akan bernilai 1.
Gerbang NOT
A Y
Gerbang NOT atau yang sering disebut inverter atau pembalik adalah suatu
untai digital yang mempunyai sebuah masukan dan sebuah keluaran. Definisi
gerbang NOT adalah keluaran akan merupakan kebalikan dari masukannya.
Gerbang XOR
Gambar Gerbang XOR
A
B Y
Gerbang XOR adalah suatu untai digital yang mempunyai dua masukan dan
sebuah keluaran. Definisi gerbang OR adalah keluaran akan bernilai 0 jika kedua
nilai sama nilainya ( 0 semua atau 1 semua) dan akan bernilai 1 jika kedua
masukan tidak bernilai sama.
Gerbang NAND
Gambar Gerbang NAND 2 masukan
A
Y
B
Gerbang NAND akan merupakan gabungan dari gerbang AND dan gerbang NOT,
dimana hasil keluaran gerbang AND akan disambungkan dengan gerbang NOT,
keluaran gerbang NOT inilah yang menjadi keluaran gerbang NAND.
Gerbang NOR
Gambar Gerbang NOR 2 masukan
A
Y
B
Gerbang NOR akan merupakan gabungan dari gerbang NOR dan gerbang NOT,
dimana hasil keluaran gerbang OR akan disambungkan dengan gerbang NOT,
keluaran gerbang NOT inilah yang menjadi keluaran gerbang NOR.
B. Soal
1. Susunlah dan amatilah gerbang nalar berikut ini beserta tabel kebenarannya :
a. gerbang OR
b. gerbang AND
c. gerbang NOT
d. gerbang NOR
e. gerbang NAND
c. persamaan XOR, Y = A B = (A . B) + (A . B)
d. persamaan XOR, Y = A B = (A . B) + (A . B)
e. persamaan XOR, Y = A B = (A + B) . (A + B)
Keterangan :
1. Masukan gerbang dihubungkan dengan Saklar biner.
2. Keluaran gerbang dihubungkan dengan penampil LED.
2.c. Untai NOR tiga masukan dengan menggunakan tiga buah untai
NOR dua masukan.
A B C Y=A+B+C
0 0 0
0 0 1
0 1 0
0 1 1
1 0 0
1 0 1
1 1 0
1 1 1
Gambar untai
2.d. Untai NAND tiga masukan dengan menggunakan tiga buah untai
NAND dua masukan.
A B C Y=A.B.C
0 0 0
0 0 1
0 1 0
0 1 1
1 0 0
1 0 1
1 1 0
1 1 1
Gambar untai
MODUL II
UNTAI PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN
B. Teori
Dalam sistem digital dikenal beberapa untai penjumlahan (addder), antara lain adalah
untai penjumlah setengah (half adder), untai penjumlah penuh (full adder), untai
penjumlah biner sejajar.
Untai penjumlah setengah (half adder) adalah suatu untai yang terdiri atas dua buah
masukan (bilangan yang akan dijumlahkan) dan dua buah keluaran terdiri atas hasil
penjumlahan (s) dan hasil bawaan (luapan = carry = c). Untuk menyusun untai half
adder ini digunakan gerbang-gerbang dasar yang telah dipraktikkan pada modul
sebelumnya.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar di bawah ini :
A B A : Terminal masukan
B : Terminal keluaran
A dan B adalah bilangan yang dijumlahkan
HA
S : Hasil penjumlahan
C : Hasil bawaan (luapan/carry)
S C S =A B
C =A. B
Untai penjumlah penuh (full adder) adalah suatu untai yang terdiri atas tiga buah
masukan dan dua buah keluaran.
Masukan terdiri atas dua buah bilangan yang akan dijumlahkan dan sebuah luapan yang
berasal dari full adder sebelumnya.
Keluaran terdiri atas sebuah hasil penjumlahan (s) dan hasil bawaan (luapan = carry = c).
Untuk menyusun untai full adder ini digunakan gerbang-gerbang dasar yang telah
dipraktikkan pada modul sebelumnya.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar di bawah ini :
Untai penjumlah sejajar ini adalah merupakan pengembangan dari untai full adder yang
telah dibahas sebelumnya. Penyusunan dari untai penjumlah sejajar tersebut adalah
sebagai berikut :
D. Soal
1. Buatlah untai half adder dengan menggunakan gerbang EXOR dan gerbang AND
dengan persamaan di bawah. Buatlah gambar untainya dan juga tabel hasil penjumlahan.
2. Buatlah untai full adder dengan menggunakan gerbang EXOR dan gerbang AND,
gerbang OR dengan persamaan di bawah. Buatlah gambar untainya dan juga tabel hasil
penjumlahan.
An dan Bn adalah bilangan yang akan dijumlahkan
Cn-1 adalah luapan dari full adder sebelumnya
Sn adalah hasil penjumlahan
Cn adalah luapan
Persamaan :
Sn = (An Bn) Cn-1
Cn = ((An Bn) . Cn-1) + (An . Bn)
3. Buatlah untai penjumlahan 2-bit biner dengan menggunakan dua buah untai full
adder. Buatlah gambar untainya dan juga tabel hasil penjumlahan. Gambar untainya
adalah sebagai berikut :
Keterangan :
1. Jalur masukan dihubungkan dengan saklar biner
2. Untuk soal 1-3, jalur keluaran dihubungkan dengan penampil LED
3. Untuk soal 4, keluaran dihubungkan dengan penampil 7-segmen.
3. Penjumlahan 2-bit
A1 A0 B1 B0 C1 S1 S0
0 0 0 0
0 0 0 1
0 0 1 0
0 0 1 1
0 1 0 0
0 1 0 1
0 1 1 0
0 1 1 1
1 0 0 0
1 0 0 1
1 0 1 0
1 0 1 1
1 1 0 0
1 1 0 1
1 1 1 0
1 1 1 1
4. Penjumlahan dan Pengurangan 8-bit
MODUL III
UNTAI LATCH
B. Teori
Peranti dasar yang dipakai dalam operasional atau bagian penghitung komputer digital
adalah gerbang-gerbang dan peranti yang disebut flip-flop. Flip-flop menyiapkan
1. Flip-Flop
Rangkaian dasar yang digunakan untuk menyimpan informasi disebut flip-flop.
Karakteristik flip-flop adalah sebagai berikut :
a. Flip-flop merupakan peranti yang dwimantap, yaitu rangkaian yang memiliki
dua keadaan yang diberi simbol keadaan 0 dan 1. Rangkaian flip-flop dapat
menyimpan 1 bit biner dari informasi karena sifatnya yang dwimantap. Flip-
flop menanggapi masukannya. Jika suatu masukan menyebabkannya
berpindah ke keadaan 1, peranti itu akan tetap dalam keadaan itu dan
"mengingatnya" sebagai 1 sampai signal lainnya menyebabkannya. Demikian
juga sebaliknya jika suatu masukan menyebabkannya berpindah ke keadaan 0,
peranti itu akan tetap dalam keadaan itu dan "mengingatnya" sebagai 0 sampai
signal lainnya menyebabkannya. Sifat dasar ini, yaitu mempertahankan
keadaannya merupakan dasar penyimpanan informasi dalam bagian
pengoperasian atau penghitungan suatu komputer digital.
b. Flip-flop mempunyai dua signal keluaran, yang satu merupakan komplemen dari
yang lainnya. Gambar 3.1. menunjukkan diagram blok suatu jenis flip-flop,
yaitu flip-flop RS. Terdapat dua masukan yaitu S (set) dan R (reset), dan dua
buah keluaran yang diberi simbol Q1 dan Q2. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
dalam contoh tabel logika flip-flop RS pada tabel 3.1.
S Q1
Flip-Flop
RS
R Q2
Catatan :
1. Masukan R dan masukan S pada tabel diatas adalah mempunyai sifat aktif tinggi,
yaitu akan aktif jika diberi nilai 1 dan sebaliknya tidak akan aktif jika diberi nilai 0.
2. Pada jenis flip-flop yang lain ada juga yang bersifat aktif rendah, yaitu akan
aktif jika diberi nilai 0 dan sebaliknya tidak akan aktif jika diberi nilai 1.
Suatu untai flip-flop dapat dibuat dengan menggunakan beberapa gerbang dasar.
Gambar 3.2.a menunjukkan suatu untai Flip-Flop yang dirangkai dengan
menggunakan gerbang NAND dan gambar 3.2.b menunjukkan suatu untai Flip-Flop
yang dirangkai dengan menggunakan gerbang NOR. Sedangkan Tabel 3.2.a
menunjukkan tabel kebenaran Untai Flip-flop yang yang disusun dengan gerbang
NAND dan Tabel 3.2.b menunjukkan tabel kebenaran Untai Flip-flop yang yang
disusun dengan gerbang NOR.
(b)
S R Output Q1
0 0 Tidak Dipakai
0 1 1
1 0 0
1 1 Tidak Berubah
S R Output Q1
0 0 Tidak Berubah
0 1 1
1 0 0
1 1 Tidak Dipakai
2. Flip-Flop RS tergerbang
Dari uraian yang telah dijelaskan pada bagian sebelumnya, masih terdapat kekurangan dalam
unjuk kerja pada untai flip-flop. Sebagai contoh jika masukan R dan masukan S aktif
dalam waktu yang bersamaan maka akan terdapat keadaan yang tidak diinginkan (keadaan
tidak dipakai).
Untuk mengatasi keadaan yang tidak dipakai inilah dibutuhkan suatu untai tambahan, hal
ini seperti terlihat pada Gambar 3.3.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada contoh tabel hasil operasi Flip-flop RS tergerbang
pada tabel 3.3. dibawah ini :
Clk A B Q1 Q2 Keterangan
D. Soal
A B Q1 Q2
0 1
1 1
1 0
1 1
0 1
1 0
0 0
0 1
1 1
A B Q1 Q2
0 1
1 1
1 0
1 1
0 1
1 0
0 0
0 1
1 1
Clk A B Q1 Q2
0 0 1
1 0 1
0 0 0
1 0 0
0 1 0
1 1 0
0 1 1
1 1 1
B. Teori
Bagian terpenting dari sistem yang memilih lokasi sel yang akan dibaca atau
ditulisi adalah dekoder. Rangkaian khusus ini disebut dekoder banyak-ke-satu, matriks
dekoder, atau dekoder, dan memiliki karakteristik sedemikian sehingga untuk masing-
masing bilangan masukan biner dari 2 n yang mungkin diambil oleh n-sel masukan, matriks
itu akan mempunyai satu saluran yang unik dari 2n saluran keluaran.
Dalam pelaksanaan praktikum, yang digunakan adalah IC dengan fungsi dekoder
tersebut. Gambar 4.1. menunjukkan diagram kotak IC dekoder 2-bit) dengan masukan 2
buah dan keluaran berjumlah 4 buah, serta sebuah kendali. Hubungan antara masukan dan
keluaran adalah jumlah keluaran merupakan 2 pangkat masukannya (keluaran = 2masukan).
Sebagai contoh jika masukannya 2, maka keluarannya adalah 22 = 4. Tabel 4.1.
menunjukkan hasil keluaran dari dekoder pada gambar 4.1.
Dari tabel 4.1 dapat dilihat bahwa FE berfungsi sebagai masukan untuk membolehkan
(men-enable) dekoder tersebut bekerja, jika aktif (=0=aktif rendah), maka dekoder baru
memperhatikan masukan A dan B. Jika A=0 dan B=0, maka keluaran Y0 akan aktif
(=0=aktif rendah), demikian seterusnya untuk masukan yang lain dapat dilihat pada tabel
4.1. tersebut.
D. Soal
1. Susunlah untai dekoder 4-bit dengan menggunakan dua dekoder biner 2-bit,
seperti pada gambar dibawah. Amatilah hasil keluarannya, dan isilah pada tabel yang
telah disediakan pada lembar kerja.
Keterangan :
- AEN dan -IOW dihubungkan dengan Ground (aktif rendah).
- Vcc dihubungkan dengan Vcc 5 Volt dari sumber daya.
Tabel pengamatan :
Masukan Keluaran
D C B A Y3 Y2 Y1 Y0
0 1 X X
1 0 X X
1 1 X X
0 0 0 0
0 0 0 1
0 0 1 0
0 0 1 1
Masukan Keluaran
A9 A8 A7 A6 A5 A4 A3 A2 A1 A0 Y7 Y6 Y5 Y4 Y3 Y2 Y1 Y0
1 x x x x x x x x X
0 0 1 1 1 1 1 0 0 0
0 0 1 1 1 1 1 0 0 1
0 0 1 1 1 1 1 0 1 0
0 0 1 1 1 1 1 0 1 1
0 0 1 1 1 1 1 1 0 0
0 0 1 1 1 1 1 1 0 1
0 0 1 1 1 1 1 1 1 0
0 0 1 1 1 1 1 1 1 1
MODUL V
UNTAI PENCACAH
B. Teori
Untai pencacah merupakan suatu untai digital yang digunakan untuk mencatat
banyaknya kejadian dari masukan tertentu. Hal ini yang digunakan sebagai dasar dari
pencacahan dan dipakai berulang-ulang. Untuk pengembangan lebih lanjut maka pencacah
dapat berupa pencacah naik atau pencacah turun.
Pencacah naik maksudnya adalah akan menambah nilai cacahan dengan nilai
tertentu jika suatu keadaan menyebabkannya bertambah, demikian juga pencacah turun
adalah akan mengurangi nilai cacahan dengan nilai tertentu jika suatu masukan
menyebabkannya berkurang.
1. Pencacah Biner
Pencacah biner adalah suatu jenis untai pencacah yang nilainya dimulai dari
keadaan 0 pada semua keluaran sampai dengan semua keluaran bernilai 1. Pada saat semua
keluaran bernilai 1 maka untuk keadaan selanjutnya akan mengambil keadaan awalnya,
demikian seterusnya.
Tabel 5.1.a menunjukkan hasil dari untai pencacah naik 3-bit dan tabel 5.1.b
menunjukkan hasil dari untai pencacah turun 3-bit.
b. pencacah turun
Keadaan X2 X1 X0 Nilai Biner
1 0 0 0 0
2 0 0 1 7
3 0 1 0 6
4 0 1 1 5
5 1 0 0 4
6 1 0 1 3
7 1 1 0 2
8 1 1 1 1
9 0 0 0 0
... .. .. .. dan seterusnya
Untai pencacah dapat dibuat dengan berbagai macam cara, ada yang menggunakan untai
kombinasional antara gerbang-gerbang dasar atau juga sudah ada keping (chip = IC)
khusus yang memang sudah dirancang untuk keperluan pembuatan untai pencacah.
Beberapa untai pencacah akan dibahas dalam teori ini.
a) b)
Gambar 5.1. Flip flop JK. (a). JK Flip-flop dibentuk dari flip flop RS.
(b). JK flip flop.
Tabel kebenaran dari untai flip-flop tipe JK dapat dilihat pada Tabel 5.1.
Tabel 5.1. Tabel kebenaran flip-flop JK
Masukan Keadaan
J K Berikutnya
0 0 Q1
0 1 0
1 0 1
1 1 Q2
Untai pencacah naik 3-bit dan pencacah turun 3-bit dengan Flip-flop JK adalah seperti
telihat pada gambar 5.2 berikut ini.
Jika diinginkan membuat untai pencacah naik maka keluaran yang digunakan
(dihubungkan dengan penampil) adalah keluaran dari Q1, demikian juga jika diinginkan
membuat untai pencacah turun maka keluaran yang digunakan (dihubungkan dengan
penampil) adalah keluaran dari Q2.
Dalam aplikasi yang lain, seringkali diinginkan suatu nilai yang perputaran nilainya pada
nilai tertentu, contohnya suatu pencacah yang nilainya antara 0 sampai dengan 9, atau
nilainya antara 0 sampai dengan 4 (pencacah modulo 5) seperti pada digit menit dan jam
pada suatu jam digital dan lain-lain. Bahkan jika diinginkan suatu pencacah yang nilainya
antara 0 sampai dengan 23 (modulo 24) maka harus dibuat suatu untai pencacah BCD
bertingkat dengan modulo 24.
Untuk lebih memudahkan pembuatan atau perancangan pencacah maka digunakan IC yang
khusus digunakan untuk pencacah yaitu IC SN 7493 (pencacah biner) seperti yang telah
dijelaskan pada bagian sebelumnya dan suatu IC SN 7490 (pencacah BCD atau biner).
Pada perancangan untai pencacah dengan modulo tertentu maka yang harus diperhatikan
adalah pola bit biner dari bilangan tertinggi dari nilai yang bisa dicapai. Selain itu juga
fungsi masing masing kaki IC yang digunakan.
Pada bagian selanjutnya telah dibahas contoh aplikasi IC SN 7493 sebagai pencacah biner.
Kaki R01 dan R02 berfungsi sebagai RESET Counter dihubungkan dengan ground, hal
ini berarti kaki tersebut tidak pernah aktif (karena mempunyai aktif tinggi).
Jika diinginkan suatu pencacah yang mencacah pada jangkauan nilai tertentu saja maka
kaki R01 dan kaki R02 haruslah digunakan.
Contoh : Jika diinginkan suatu pencacah yang berfungsi sebagai pencacah modulo 5,
maka yang diperhatikan adalah pola bit biner 5 adalah 0101 (4-bit). Disini dilihat bahwa bit
ke-0 adalah 1, bit ke-1 adalah 0, bit ke-2 adalah 1, dan bit ke-3 adalah 0. Untuk
mengaktifkan reset counter (aktif tinggi) dapat kita gunakan bit ke-0 dan bit ke-2, oleh
karena itu maka salah satu reset counter dihubungkan dengan bit ke-0 dan reset yang lain
dihubungkan dengan bit ke-2 dari keluaran pencacah (counter).
Gambar untai pencacah modulo 5 adalah sebagai berikut :
Contoh : Susunlah pencacah modulo 24 (nilainya 0 - 23) dengan pencacah BCD 7490.
D. Soal
b. pencacah naik
Gambar untai
b. modulo 6
Gambar untai
MODUL VI
APLIKASI LALULINTAS SISTEM DIGITAL
1. Maksud : Memperkenalkan salah satu aplikasi sistem digital kepada para praktikan.
B. Teori
Salah satu aplikasi sistem digital yang akan dipraktikkan pada modul ini adalah untai
Lampu pengatur lalu lintas pada suatu pemberhentian simpang tiga, seperti telihat pada
gambar 6.1. Pada suatu saat hanya ada kendaraan dari satu arah saja yang diperbolehkan
lewat ke arau tujuan (dari arah A saja atau dari arah B saja).
Dalam aplikasi pada sistem digital nantinya dianggap bahwa kalau lampu hidup maka akan
berlogika atau bernalar 1 dan sebaliknya jika lampu padam maka akan bernalar 0.
Pertama-tama yang perlu diperhatikan adalah pembuatan tabel keadaan lampu lalu lintas
tersebut, seperti terlihat pada tabel 6.1.
Arah A Arah B
m M K H M K H
0 1 0 0 1 0 0
1 0 0 1 1 0 0
2 0 0 1 1 0 0
3 0 1 0 1 0 0
4 1 0 0 1 0 0
5 1 0 0 0 0 1
6 1 0 0 0 0 1
7 1 0 0 0 1 0
Dari Tabel tersebut kemudian dibuat peta Karnaugh (dibaca pada buku catatan kuliah)
untuk masing-masing lampu.
C C C C C C
A.B 1 0 A.B 0 0 A.B 0 1
A.B 0 0 A.B 0 1 A.B 1 0
Y Merah = A + (B . C)
Y Kuning = A.B.C
C C C C C C
A.B 1 1 A.B 0 0 A.B 0 0
A.B 1 1 A.B 0 0 A.B 0 0
A.B 0 0 A.B 0 1 A.B 1 0
A.B 1 0 A.B 0 0 A.B 0 1
Y Merah = A + (B . C)
Y Kuning = A.B.C
Setelah semua rangkaian dibuat, maka sebenarnya kerja dari lampu tersebut hanya
mengulang-ulang keadaan seperti terlihat dalam tabel 6.1 di atas. Sehingga untuk
merealisasikannya dibutuhkan suatu untai pencacah biner 3-bit yang mempunyai keadaan
keluaran sebanyak 8 buah. Gambar 6.2 menunjukkan hubungan antara dekoder lampu
lalu-lintas dengan untai pencacah biner 3-bit.
D. Soal
1. Buatlah untai pengatur lalu-lintas simpang tiga seperti terlihat pada gambar 6.2 di
atas. Gambarlah sekali lagi untai masing-masing dekoder secara lebih detail
berserta untai pencacahnya dan hubungan antara keluaran pencacah (A, B, C)
dengan masukan pada dekoder (A, B, C).
2. Buatlah analisa tentang hasil yang telah anda kerjakan pada saat praktikum pada modul
ini. Buatlah analisa tentang hasil pengamatan sementara. Buatlah juga analisa secara
lebih lengkap pada Laporan resmi.
B. Teori
Multiplekser adalah suatu untai digital yang berguna untuk menyalurkan sejumlah n-
masukan ke dalam satu atau dua jalur keluaran dengan mengatur jalur alamat (address)-nya
dan jalur select atau strobe. Gambar 7.1. menunjukkan diagram blok multiplekser 8-kanal
masukan dan 2-kanal output.
Gambar 7.1.
Jalur E0-E7 (8-kanal) adalah jalur masukan digital merupakan data yang akan disalurkan ke
jalur keluaranY, keluaran W merupakan jalur keluaran yang mempunyai nalar berlawanan
dengan jalur Y (W = -Y). Jalur A, B, C merupakan pemilih saluran. Jalur ST atau strobe
digunakan untuk mngendalikan keluaran Y dan W. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
tabel kebenaran multiplekser berikut ini:
INPUT OUTPUT
ST C B A Y W
H X X X L H
L L L L E0 -E0
L L L H E1 -E1
L L H L E2 -E2
L L H H E3 -E3
.
.
.
L H H H E7 -E7
Keterangan:
Untuk semua masukan A, B, C bernilai sembarang, jika ST diberikan nilai ‘1’ atau ‘H’ maka
Y akan bernilai ‘0’ atau ‘L’ dan W bernilai ‘1’ atau ‘H’.
C. Percobaan
1. Susunlah untai multiplekser seperti pada Gambar 7.1. Jalur E0 sampai E7 disambungkan
dengan jalur masukan saklar biner. Jalur A, B, C, dan ST disambungkan dengan jalur
D. PERTANYAAN
1. Bagaimana hubungan antara jumlah masukan En terhadap jalur kendali pemilih saluran ?
2. Bagaimanakah cara untuk mendapatkan multiplekser dengan jumlah masukan 16, jika
yang tersedia adalah dua buah multiplekser dengan jumlah masukan 8 ?
b. Tabel Pengamatan
INPUT OUTPUT
ST C B A Y W
1 X X X
0 0 0 0
0 0 0 1
0 0 1 0
0 0 1 1
0 1 0 0
0 1 0 1
0 1 1 0
0 1 1 1
Jawaban pertanyaan
1.
............................................................................................................................................
............................................................................................................................................
............................................................................................................................................
............................................................................................................................................
............................................................................................................................................
............................................................................................................................................
2.
............................................................................................................................................
............................................................................................................................................
............................................................................................................................................
............................................................................................................................................
............................................................................................................................................
............................................................................................................................................
MODUL VIII
ENKODER (PENYANDI)
Diperlukan sandi 7-bit untuk menyadikan 84 karakter yang ada menjadi kode biner (27 =
128).
Enkoder yang digunakan dalam praktikum adalah jenis 74148, yang mempunyai masukan
sebanyak 8-buah, dan keluaran sebanyak 3-buah. Berikut ini adalah gambar simbol Enkoder
74148.
INPUT OUTPUT
__ _ _ _ _ _ _ _ _ __ __ __ __ __
EI 0 1 2 3 4 5 6 7 A2 A1 A0 GS EO
H X X X X X X X X H H H H H
L H H H H H H H H H H H H L
L X X X X X X X L L L L L H
L X X X X X X L H L L H L H
L X X X X X L H H L H L L H
L X X X X L H H H L H H L H
C. Percobaan
1. Susunlah untai enkoder dan amatilah masukan dan keluarannya pada tabel kebenaran.
INPUT OUTPUT
__ _ _ _ _ _ _ _ _ __ __ __ __ __
EI 0 1 2 3 4 5 6 7 A2 A1 A0 GS EO
H X X X X X X X X …… …… …… …… ……
L H H H H H H H H …… …… …… …… ……
L X X X X X X X L …… …… …… …… ……
L X X X X X X L H …… …… …… …… ……
L X X X X X L H H …… …… …… …… ……
L X X X X L H H H …… …… …… …… ……
L X X X L H H H H …… …… …… …… ……
L X X L H H H H H …… …… …… …… ……
L X L H H H H H H …… …… …… …… ……
L L H H H H H H H …… …… …… …… ……
MODUL IX
PEMBANDING (KOMPARATOR) DIGITAL
B. Teori
Pengertian mendasar dari pembanding atau comparator adalah membandingkan suatu
data dengan data yang lain. Besarnya data dapat bervariasi asalkan keduanya mempunyai
besaran yang sama (misalnya volt dengan volt, bilangan biner 1-bit dengan bilangan biner
1-bit, bilangan biner 2-bit dengan bilangan biner 2-bit, dan lain-lain). Pembahasan lebih
lanjut dalam praktikum ini adalah untai pembanding data biner.
A B Fungsi 1 Fungsi 2
0 0 0 1
0 1 1 0
1 0 1 0
1 1 0 1
Dilihat dari tabel tersebut di atas, dapat dilihat bahwa untuk hasil Fungsi 1 akan
memberikan nilai 0 jika kedua data (data A dan B) bernilai sama, dan akan memberikan
nilai 1 jika kedua data bernilai berbeda. Untai pembanding demikian dinamakan dengan
untai pembanding 1-bit dengan keluaran aktif rendah. Gerbang yang sesuai dengan
tabel Fungsi 1 adalah gerbang EXOR.
Untuk hasil Fungsi 2 akan memberikan nilai 0 jika kedua data (data A dan B) bernilai
berbeda dan akan memberikan nilai 1 jika kedua data bernilai sama. Untai pembanding
demikian dinamakan dengan untai pembanding 1-bit dengan keluaran aktif tinggi.
Gerbang yang sesuai dengan tabel Fungsi 1 adalah gerbang EXNOR. Gambar 8.1.
menunjukkan untai pembanding 1-bit.
2. Pembanding 2-bit
Untai pembanding 2-bit merupakan pengembangan dari untai pembanding 1-bit. Tabel
berikut menunjukkan tabel kebenaran untai pambending 2-bit.
A1 A0 B1 B0 Fungsi 1 Fungsi 2
0 0 0 0 0 1
0 0 0 1 1 0
0 0 1 0 1 0
0 0 1 1 1 0
0 1 0 0 1 0
0 1 0 1 0 1
0 1 1 0 1 0
0 1 1 1 1 0
1 0 0 0 1 0
1 0 0 1 1 0
1 0 1 0 0 1
1 0 1 1 1 0
1 1 0 0 1 0
1 1 0 1 1 0
1 1 1 0 1 0
1 1 1 1 0 1
(a)
(b)
3. Pembanding 8-bit
Pembanding 8-bit dapat disusun dengan menambah atau memodifikasi dari untai
pembanding 2-bit, namun hal ini terasa kurang praktis dan rangkaiannyapun relatif
banyak. Untuk mengatasi hal ini digunakan IC pembanding (comparator) dengan tipe
74688. Di dalam IC ini terdapat untai pembanding 8-bit dengan keluaran aktif rendah
(artinya keluaran akan bernilai rendah atau 0 jika kedua masukan bernilai sama dan
dakan bernilai tinggi atau 1 jika kedua masukan berbeda nilainya).
C. Percobaan
1. Susunlah untai pembanding atau comparator 1-bit dengan keluaran aktif rendah.
Amatilah hasilnya dalam sebuah tabel kebenaran.
b. Tabel Kenenaran
A B Fungsi
0 0
0 1
1 0
1 1
b. Tabel Kenenaran
A1 A0 B1 B0 Fungsi
0 0 0 0
0 0 0 1
0 0 1 0
0 0 1 1
0 1 0 0
0 1 0 1
0 1 1 0
0 1 1 1
1 0 0 0
1 0 0 1
1 0 1 0
1 0 1 1
1 1 0 0
1 1 0 1
1 1 1 0
1 1 1 1
3. Untai pembanding atau comparator 8-bit dengan mengggunakan IC comparator 74688.
a. Gambar rangkaian
b. Tabel kebenaran
A7 A6 A5 A4 A3 A2 A1 A0 B7 B6 B5 B4 B3 B2 B1 B0 Fungsi
0 X X X X X X X 1 X X X X X X X
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1
1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0
X 1 X X X X X X X 0 X X X X X X
1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0
X X X X X X X 0 X X X X X X X 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
MODUL X
REGISTER GESER
B. Teori
Register geser merupakan salah satu untai sekuensial dalam sistem digital. Register
geser digunakan untuk mencatat data yang masuk secara berurutan. Adapun jenis-jenis
register geser tersebut adalah :
a) Serial IN serial OUT (SISO)
Masukan dari register ini adalah serial dan output dari register ini juga serial.
Ilustrasi :
Ilustrasi :
Data In
Data Out (paralel)
Ilustrasi :
Data In Data Out
Data Out (paralel)
Register geser yang digunakan untuk praktikum ini adalah jenis SN 74LS194 yang
mempunyai Input serial maupun paralel (4-bit), dengan Output Paralel (4-bit). Register geser
dengan menggunakan IC jenis ini dapat digunakan untuk operasi penggeseran ke kiri (left
shift) atau untuk operasi penggeseran ke kanan (right shift). Berikut ini adalah gambar IC
74LS194.
Jalur-jalur yang ada pada register IC 74LS198 dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Input Output
Clear Mode Clock Serial Paralel QA QB QC QD Keterangan
S1 S0 Left Right A .. D
L X X X X X X L L L L Clear
H X X L X X X QA0 QB0 QC0 QD0 No Change
H H H X X a .. h a b c d Par. Load
H L H X H X H QAn QBn QCn Sh. Right
H L H X L X L QAn QBn QCn Sh. Right
H H L H X X QBn QCn QDn H Sh. Left
H H L L X X QBn QCn QDn Sh. Left
L
H L L X X X X QA0 QB0 QC0 QD0 No Change
Keterangan :
Jalur Clear digunakan untuk mereset keluaran atau output paralel.
Jalur Mode S1 dan S0 digunakan untuk mengendalikan operasi penggeseran
Jalur Clock (T) digunakan untuk memberikan sinyal pulsa.
Jalur Serial Left (SEl) digunakan untuk memberikan data serial terhadap data yang
akan digeser ke kiri
C. Percobaan
C.1. Serial IN Serial OUT
Langkah percobaan (Shift Right/geser kanan)
1. Hubungkan jalur S1 dan S0 dengan masukan saklar (beri logika 0 untuk S1 dan
logika 1 untuk S0) menjadi mode shift right (geser kanan).
2. Hubungkan jalur QD dengan penampil LED sebagai keluaran serial
3. Hubungkan jalur SEr dengan saklar biner sebagai masukan serial
4. Berilah data pada SEr diikuti dengan penekanan tombol clock (catatlah data
tersebut).
5. Ulangi langkah 4 sebanyak delapan kali
6. Amati tampilan LED biner diikuti dengan penekanan tombol clock.
Tabel Pengamatan
Input Serial SEr Output Serial (QD)
1 0 1 0
0 0 1 1
1 1 0 0
0 1 0 1
TUGAS A. Setelah melakukan percobaan C.1., maka buatlah register geser tersebut
sedemikian sehingga berfungsi sebagai register geser kiri (Shift Left). Jalur mana saja yang
digunakan, data serial dapat diubah sesuai dengan keinginan anda.
Tabel Pengamatan
Input Paralel Output Paralel (QA..QD)
(A B C D)
1 0 1 0
0 0 1 1
1 1 0 0
0 1 0 1
TUGAS B.
1. Buatlah register dengan masukan serial dan output paralel (geser kiri).
2. Buatlah register dengan masukan serial dan output paralel (geser kanan).
3. Gunakan tabel pengamatan pada percobaan C2. (data masukan dapat diganti)
Tugas
A.
...........................
...........................
...........................
...........................
B1.
B2.
...........................
...........................
...........................
...........................
B3.
...........................
...........................
...........................
...........................
B4.
...........................
...........................
...........................
...........................
B5.
...........................
...........................
...........................
...........................
UPT LABORATORIUM
SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER
AKAKOM
YOGYAKARTA