The Case For Brutalist Architecture
The Case For Brutalist Architecture
51
2. Belum tertatanya kawasan menjadi suatu kawasan terpadu untuk
wisatawan yang menyangkut tentang 4 komponen wisata, atraksi
(attraction), aksesibilitas (accesibility), amenitas (amenity), aktivitas
(activity).
3. Kurangnya peran pengunjung dalam menjaga kelestarian alam dan
perkebunan teh disana.
4. Ketidak menonjolnya teh yang menjadi daya tarik utama wisatawan
selain hanya sebagai pesona panoramannya, sebagai contoh tidak
ada produk industri teh asli kemuning yang dipasarkan disana.
Kemuning memiliki banyak potensi sebagai media pengeksplorasian
hasil industri teh pada wisatawan, hal inilah yang dapat dimaksimalkan dalam
museum Teh Kemuning. Sebagai timbal baliknya masyarakat yang telah
mempelajari segala suatu kebudayaan tentang teh pada museum dapat
mendapatkan kesadaran akan peran komoditi teh di Indonesia, sehingga secara
tidak langsung akan memberikan pandangan yang berbeda dan lebih baik
terhadap perkembangan perkebunan teh Kemuning.
4.1.2 Pemilihan Site
Pada tahapan ini terdapat beberapa pertimbangan pemilihan site dilihat
dari paparan analisisnya, site yang dipilih memiliki kelebihan pada salah satu
aspek dari view, aksesibilitas, kondisi lansekap, dukungan fungsi infrastruktur dan
sarana prasarana yang ada.
1. Site pertama, Bukit Kemuning
52
kawasan ini berada di ketinggian 1090 mdpl. Keadaan tanahnya sangat berkontur
karena kebutuhan untuk penanaman teh. Akses menuju site tergolong ekstrim dan
berliku, jalan hanya memiliki lebar 5 – 6 meter, berbatasan dengan tebing dan
jurang yang ditanami oleh teh.
Berikut analisis kelebihan dan kekurangan dari site pertama,
(+) site memiliki pesona alam paling mencolok dibanding site yang
lainnya.
(+) site memiliki potensi pengunjung yang cukup banyak karena
merupakan salah satu node of activity kawasan tiap harinya.
(+) kondisi lansekap yang berkontur menjadi sebuah daya tarik visual
yang bisa dimanfaatkan untuk elemen bangunan
(+) lokasi yang cukup strategis karena berdekatan dengan objek wisata
lain seperti Candi Cetho
(-) akses yang ekstrim terletak di dataran tinggi, sehingga cukup sulit
untuk dicapai
(-) kontur yang ekstrim juga memberikan tantangan desain karena
dukungan infrastruktur yang terbatas
(-) keberadaan lahan teh yang masih produktif dan masih bisa ditanami
membutuhkan strategi desain yang tepat agar lahan penanaman tidak
berkurang
Berikut beberapa gambar kenampakan site pertama,
Gambar 4.3 : akses masuk ke arah site pertama merupakan area yang cukup ramai
53
Gambar 4.4 : site merupakan bukit – bukit kecil yang berada disisi utara jalan
Secara keseluruhan site ini memiliki potensi yang bagus untuk didirikan
sebuah museum, banyak tantangan desain yang bisa digunakan untuk
memecahkan masalah seperti kontur dan penggunaan lahan teh sebagai elemen
54
desain, aksesnya yang ekstrim namun strategis juga merupakan suatu
keuntungan museum untuk mencari animo pengunjung, selain itu site ini
mempunyai keunggulan lebih pada view nya.
2. Site kedua, Pusat Aktivitas Kemuning
55
Gambar 4.8 : site dilihat dari arah jalan raya Kemuning
57
Gambar 4.12 : site dilihat dari arah jalan raya
Gambar 4.14 : lahan kosong pada site yang digunakan sebagai lahan parkir
1. Profil
Luas : ± 1,7 ha
Range Ketinggian: 1077 – 1105 mdpl
Suhu Udara: 21.5o celcius
Kelembapan area: 60 – 80 persen dengan penyinaran matahari hanya 40 – 55
persen.
59
Wilayah : Kelurahan Kemuning, Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten
Karanganyar, Jawa Tengah
60
ini biasa digunakan oleh petani teh saat mengurus perkebunannya. Kedua jalur
ini bermaterial aspal hotmix (jalur 1) dan tanah padat (jalur 2)
3. Orientasi dan view
62
5. Point of interest
Site memiliki banyak daya tarik dalam segi pariwisata. Kebanyakan
wisatawan berkunjung ke perkebunan ini yaitu untuk menikmati pesona alam
Kemuning yang masih asri dan kesejukan udara dataran tingginya.
Kebanyakan dari mereka kadang memilih melakukan aktivitas tracking ke
perkebunan teh. Tanah yang berkontur ini juga sering dimaanfaatkan
pengunjung untuk melakukan downhill menggunakan sepeda atau mountain
trail. Ada beberapa juga yang sekedar menikmati makan minum dibeberapa
warung tenda sambil menikmati keindahan alam yang ada. Site juga
merupakan salah satu titik di Kemuning yang memiliki pesona terindah karena
dapat memiliki spot observasi gunung lawu dan kota karanganyar secara
bersamaan.
63
Tabel 4.1 : Diagram Konsep Makro
2. Konsep Mezzo
A. Pola Kegiatan dan Aktivitas Ruang Luar
Museum Teh Kemuning sebenarnya memiliki karakter kegiatan dan
aktivitas yang sama pada museum pada umumnya, aktivitas ruang luar dapat
dibedakan menjadi:
a. Kegiatan Publik
64
Kegiatan publik museum teh diruang luar tidak banyak
menyangkut hal tentang museum itu sendiri melainkan banyak
mengedepankan fungsi – fungsi integrasi yang berasal dari site
kemuning itu sendiri. Kegiatan pameran di ruang luar hanya menjadi
suatu aspek tambahan untuk menekankan kesan terbuka dan menyatu
dengan sekitar, sehingga area pameran dalam bangunan terkesan lebih
dinamis.
Jenis aktivitas publik di ruang luar:
• Kegiatan Pameran
Kegiatan pameran merupakan salah satu konsep ruang luar
dalam mengimplikasikan fungsi pokok museum. Pameran
outdoor dapat menekankan konsep integrasi museum
dengan alam sekitarnya.
• Kegiatan Atraksi
Kegiatan atraksi merupakan salah satu konsep ruang luar
dalam mengimplikasikaan fungsi sekunder museum
terhadap potensi site. Site memiliki berbagai aktivitas yang
berpotensi menjadi daya tarik seperti tea walking, motor
trail, & downhill ride. Dengan memasukkan potensi –
potensi tersebut pada konsep ruang luar museum hal itu
dapat menekankan konsep integrasi museum dengan
potensi sitenya.
65
Gambar 4.23 : tea walk dan bersepeda
Sumber : http://www.kemlu.go.id/ dan angscript.files.wordpress.com
diakses tanggal 25 des 2014
• Kegiatan Budidaya
Kegiatan budidaya merupakan salah satu konsep ruaang
luar dalam mengimplikasikan fungsi sekunder museum
terhadap kemuning. Site merupakan lahan produktif yang
masih dapat ditanami dengan teh, aktivitas budidaya teh
yang di integrasikan dalam bangunan merupakan salah
satu aktivitas gebrakan yang dapat melibatkan wisatawan
dalam merasakan bagaimana budidaya teh sesungguhnya.
Aktivitas ini diharapkan mampu menjadi suatu cara
meningkatkan ketertarikan dan mengedukasi masyarakat
awam tentang proses budidaya teh yang dilakukan di
Kemuning.
66
Wisatawan melakukan aktivitas parkir dan drop off setelah itu
mereka dapat masuk ke arah museum atau langsung menuju aktivitas
lainnya di publik area, sekeluarnya dari museum wisatawan dapat
memilih melakukan kegiatan selanjutnya yaitu budidaya, komersil, atau
tea walk. Fungsi area publik adalah sebagai ruang transisi percabangan
kegiatan, seperti untuk pengunjung yang ingin beraktivvitas trial &
downhill tidak perlu harus memasuki area museum. Hubungan kegiatan
ditunjukan oleh garis hitam di tabel 4.2.
b. Kegiatan Servis
Kegiatan servis di ruang luar lebih banyak menekankan pada
kegiatan pelayanan dan maintenance. Karena hanya sedikit kegiatan
pameran yang ada diluar ruang dan hanya menyangkut pameran
outdoor maka kegiatan konservasi tidak sepenuhnya perlu berada di
ruang luar. Sebagai pengganti terdapat kegiatan budidaya yang
mengacu pada kegiatan budidaya publik.
Jenis aktivitas servis di ruang luar:
• Kegiatan pelayanan
Kegiatan pelayanan museum teh seperti halnya dengan
kegiatan pelayanan teknis museum pada umumnya.
Namun dengan konsep asimilasi kultur teh dan integrasinya
terhadap site, fungsinya bertambah menjadi pelayanan
aktivitas outdoor seperti tea walk atau tea gallery.
• Kegiatan pemeliharaan
67
Kegiatan pemeliharaan museum teh diluar ruang banyak
berkaitan dengan pemeliharaan bangunan, kegiatan
penunjang seperti parkir, servis, mekanikal, dan elektrikal
juga terletak di luar bangunan utama. pemeliharaan
lainnnya berupa maintenance fungsi pendukung bangunan
di luar ruang seperti motor trail dan downhill spot.
• Kegiatan budidaya
Kegiatan budidaya merupakan kegiatan servis penunjang
aktivitas budidaya teh, aktivitas ini terdiri dari pemeliharan
outdoor plantation, kegiatan gardening, kegiatan panen,
kegiatan pengolahan, hingga penanaman.
Secara umum hubungan aktivitas publik di ruang luar seperti
berikut:
Tabel 4.3 : diagram hubungan aktivitas ruang luar (Non Publik)
69
2. Harvesting Area 20 1 3,2 20 76,8
pengeringa
n dan
penjemuran
teh
3. Processing Tempat 20 orang 1 3,2 20 76,8
produksi
&
pengolaha
n
Total Luas 4403,6
Berikut total besaran ruang bedasarkan data perhitungan kebutuhan ruang luar pada
zona publik dan servis:
Zona Parkir dan Pameran luar : 3860,16 m2
Zona kegiatan Atraksi : 760 m2
Zona Budidaya : 4458,96 m2
Zona Pelayanan : 285,44 m2
Zona Maintenance : 841,96 m2
Luas kebutuhan ruang luar 10206,52 m2
71
Bedasarkan aktivitas pameran oleh publik, entrance diletakkan
mendekati akses utama ke arah site dan letak parkir lebih baik
mendekati entrance, sedangkan keberadaan exit menjauhi pintu utama
dimaksudkan agar pengunjung dapat menikmati lansekap serta melihat
fitur bangunan sebagai efek perpisahan kunjungan. Garden museum
merupakan fungsi pameran yang diletakkan pada area luar. Dengan
mendekatkan fungsinya pada area parkir, pengunjung dapat mendapat
sedikit cuplikan isi museum secara sekilas dari luar tanpa mengurangi
kontekstualitas bangunan.
72
Bedasarkan aktivitas budidaya yang menjadi konsep utama
ruang luar museum. Diperkirakan akan memakan area cukup luas
karena pada dasarnya lahan merupakan ladang teh produktif yang
cukup luas sehingga untuk mengalokasikannya memerlukan area yang
cukup luas pula. Zona budidaya memiliki spot –spot kecil yang tersebar
di sekitar site. Penataan secara tersebar ini dimaksudkan agar tidak
menghilangkan kesan perkebunan teh sebenarnya yang
persebarannya masih secara organik tidak teratur.
73
berbagaiaktivitas pemeliharan seperti Mekanikal dan elektrikal, parkir
karyawan, drop off service, keamanan dan zona penunjang lainnya.
Peletakkannya mendekati fungsi utama bangunan museum dinilai
efisien karena dapat diakses dengan mudah. Walaupun demikian akses
servis akan tetap dibedakan dengan akses pengunjung.
Konsep pahit menuju manis ini yang menjadi dasar gubahan zona
pada ruang luar museum teh Kemuning. Pahit memiliki citra yang kaku
dan gelap, spektrum ini bisa di implikasikan pada karakter statis menuju
dinamis, sifat ini menjadi konsep desain tata pola massa pada site,
dimana pengunjung awalnya akan dihadapkan dengan bangunan –
bangunan bermassa statis dan kaku namun seiring dengan berjalannya
alur pengunjung akan menikmati kebebasan diantara bangunan –
bangunan bermassa dinamis.
Pola aktivitas pada daerah ruang luar juga bedasarkan dari filosofi
teh jawa. Dimana pengunjung akan dihadapi dengan kegiatan yang
membutuhkan energi dan keseriusan lebih di bagian awal – awal
museum, seperti pengetahuan yang didapat didalam museum setelah
keluar dari museum pengunjung kemudian dihadapi dengan aktivitas –
aktivitas informal yang terkesan santai dan menyenangkan, aktivitas
inilah yang nantinya didapatkan pada ruang luar bangunan museum
teh.
75
Tabel 4.7 : konsep penentraman pada zonasi ruang luar
76
memiliki view parkiran publik dan bangunan museum solid dari jarak
jauh hal ini menekankan suasana kaku dan statis pada area.
77
Gambar 4.34: ilustrasi konsep sirkulasi ruang luar
d. Zona 4
Pada zona 4 terdapat aktivitas pada sirkulasi servis karena area
servis terdapat di area ini. kesan dinamis di tekankan pada area
budidaya teh yang menjadi elemen visual area.
78
3. Konsep Mikro
A. Pola Kegiatan dan Aktivitas Ruang Dalam
Museum Teh Kemuning sebenarnya memiliki karakter kegiatan dan
aktivitas yang sama pada museum pada umumnya, aktivitas ruang dalam dapat
dibedakan menjadi:
a. Kegiatan Publik
Seperti museum pada umumnya kegiatan pengunjung didalam
museum di dominasi oleh kegiatan pameran. Walaupun masih ada
kegiatan lain untuk tujuan edukasi dan atraksi, Elemen pameran suatu
museum merupakan aspek paling penting dalam museum teh
Kemuning, karena dari pameran inilah museum teh dapat bercerita
kepada pengunjung.
Jenis aktivitas publik di ruang dalam:
• Kegiatan Pameran
Kegiatan pameran merupakan salah satu konsep ruang
dalam untuk mengimplikasikan fungsi pokok museum.
kegiatan pameran menjadi salah satu kegiatan paling
dominan diruang dalam, terdapat jenis pameran yang
terdapat dalam museum teh ini, yaitu pameran tetap dan
pameran temporer.
• Kegiatan Edukasi
Kegiatan edukasi merupakan salah satu konsep ruang
dalam untuk mengimplikasikan fungsi pokok museum.
Kegiatan edukasi ini berupa, pemutaran film dokumenter/
ilmiah, diskusi, dan workshop.
79
Gambar 4.38: workshop pembuatan teh di China
Sumber : http://english.teamuseum.cn/ diakses pada 26 sep 2014
• Kegiatan Atraksi
Kegiatan atraksi merupakan salah satu konsep ruang dalam
untuk mengimplikasikan fungsi sekunder museum. kegiatan
atraksi didalam ini bersifat seperti oasis, sebagai sarana
selingan untuk kegiatan –kegiatan sebelumnya yang lebih
serius.
80
Hubungan aktivitas publik antar ruang dalam museum tergolong
sederhana, 3 elemen aktivitas utama pemebentuk ruang yaitu pameran,
edukasi, dan atraksi disusun sesuai skala prioritasnya, pameran
mempunyai skala paling banyak disini, sehingga hubungannya sangat
terbuka dengan akses log in dan log out, sedangan edukasi merupakan
elemen penunjang pameran sehingga hubungannya harus melalui
perantara aktivitas pameran. Atraksi disini merupakan titik balik atau
oase yang ada ditengah museum, sebagai selingan elemen santai yang
ingin dimunculkan dalam museum, seperti galeri teh atau outdoor
exhibition.
b. Kegiatan Servis
Banyak aktivitas servis yang ada di ruang dalam museum.
Kegiatan konservasi memegang banyak peran disini karena fungsi
pameran dimaksimalkan didala, fungsi pelayan disini mengacu pada
kegiatan – kegiatan edukasi dan atraksi, dan sisanya mengisi dibagian
kegiatan managerial museum itu sendiri dan pemeliharaan.
Jenis aktivitas servis di ruang dalam:
• Kegiatan Pemeliharaan
Kegiatan pemeliharaan museum teh di ruang dalam banyak
berkaitan dengan pemeliharaan bangunan ini sendiri,
seperti keamanan, ruang – ruang pemeliharaan, ruang
panel, dan lain - lain
81
• Kegiatan Konservasi
Kegiatan konservasi merupakan kegiatan pokok yang
banyak berperan di ruang dalam museum, kegiatan ini
berhubungan erat dengan kegiatan pameran yang ada.
kegiatan konservasi terbagi menjadi 2 jenis yaitu
pemeliharaan koleksi dan pengelolaan koleksi.
• Kegiatan Pelayanan
Kegiatan pelayanan museum teh seperti halnya dengan
kegiatan pelayanan teknis museum pada umumnya.
Kegiatan ini banyak di integrasikan dengan fungsi – fungsi
tertentu di ruang dalam museum seperti penyelenggaraan
presentasi koleksi dan presentasi ruang pamer
• Kegiatan Managerial
Kegiatan managerial lebih banyak mengacu pada kerumah
tanggaan museum, seperti administrasi, publikasi museum,
keuangan dan kearsipan.
Secara umum hubungan aktivitas publik di ruang luar seperti
berikut:
82
untuk hubungan ruang dalam servis, aktivitas managerial
merupakan hub antar aktivitas ruaang dalam yang menghubungkan
antar museum dan servis building, karena fungsinya yang mengatur
dan memonitori segala aktivitas servis didalam bangunan museum teh.
Setelah itu aktivitas museum dipecah sesuai fungsinya masing –
masing. Konservasi berhubungan dengan pameran, pelayanan
berhubungan dengan edukasi dan atraksi, sedangankan pemeliharaan
memegang maintenance ketiga aktivitas publik tersebut.
B. Kebutuhan Ruang Dalam
Bedasarkan paparan analisis macam kegiatan dan aktivitas ruang
dalam dapat ditemukan rumusan program ruang yang juga dibedakan
bedasarkan usernya.
a. Kebutuhan Ruang Dalam Publik
Tabel 4.10 : tabel kebutuhan ruang dalam publik
NO AKTIVITAS KEBUTUHAN KAPASITAS JUMLAH STANDAR SIRKULASI TOTAL
RUANG RUANG LUASAN (%) LUAS
(m2/ruang (m2)
/orang)
A. KEGIATAN
PAMERAN
1. Entry & Exit Lobby Log 200 1 0,65 100 2690
in & Log out
2. Pameran Ruang 50 orang 3 1,6 40 336
Indoor Pameran
Besar
Ruang 30 orang 11 1,6 40 739,2
pameran
sedang
Ruang 10 orang 15 1,6 40 336
pameran
kecil
3 Pameran Outdoor 25% luas - - - 352,8
outdoor exhibition total luas
pameran
Total Luas 4454
B. KEGIATAN
EDUKASI
1. Diskusi Ruang 50 orang 1 1,6 20 96
Seminar
2. Pemutaran Ruang 100 orang 1 1,6 20 192
slide/ film audiovisual
dokument
er/ film
ilmiah
3. Workshop Ruang 20 orang 1 3,2 20 76,8
workshop
83
4. Kegiatan Perpustaka - 1 - - 90
edukasi an
dan
peniltian
Total Luas 454,8
C. KEGIATAN
ATRAKSI
1. Tea Tea gallery 20 orang 1 1,6 20 38,4
gallery
2. Public Rest area 50 1 1,6 20 96
space
3. Performing Amphitheat 100 orang 1 0,65 20 126
arts re
Stage - 40 -
Total Luas 260,4
85
• Zona Managerial : 351,6 m2
• Zona Pemeliharaan : 129,52 m2
• Zona Konservasi : 164,56 m2
• Zona Pelayanan : 98,4 m2
Luas kebutuhan ruang dalam 5913,28 m2
86
Dengan konsep enlightening (mencerahkan) ruang dalam
museum menjadi suatu ruang pembelajaran teh yang optimal,
bangunan museum menjadi suatu fase pembelajaran untuk pengunjung
sebelum dibawa ketahap peng aplikasian di fungsi ruang luar setelah
keluar museum. aspek – aspek yang diambil berupa elemen pembentuk
suasana ruang, efek-efek sempit, cahaya, dan massa diambil karena
dapat menciptakan persepsi ruang pada para pengunjung. Konsep
enlightening memberikan suatu efek kejutan ruang untuk para
pengunjung. Implementasinya bisa dilakukan pada materi pameran
atau suatu instalasi didalamnya. Setelah pengunjung berusaha mencari
pengetahuan di pameran, efek enlightening menjadi suatu momentum
ruang yang menandakan didapatnya ilmu terhadap pengetahuan dunia
teh.
b. Studi Zonasi dan Pola sirkulasi
Tabel 4.13 : zonasi ruang publik dalam
87
Zonasi dalam museum ditata sesuai alur sirkulasi pengunjung
dalam museum. sirkulasi museum menggunakan pola linier,
pengunjung diajak mengikuti suatu cerita sejak masuk kedalam
museum. Zona pameran terbagi menjadi zona-zona kecil yang
dibedakan ruangannya. Dengan pembagian ruang pada ruang
pameran, pengunjung dapat lebih secara intim mempelajari setiap
ruang pameran. Pembagian zona ini juga didasari oleh konsep
enlightening yang diterapkan, pertimbangannya konsep dapat
tereksekusi dengan berbagai macam cara pada tiap ruang pameran.
Zona edukasi diletakkan pada ruangan besar bersama dengan
pameran utama, zona ini diletakkan paralel dengan alur sirkulasi
pengunjung. Karena diletakkan pada zona strategis dan beruangan
besar, area ini khusus ditempati oleh instalasi – instalasi yang dapat
88
menarik perhatian pengunjung, instalasi tersebut dapat dikemas
ddengan cara yang interaktif dan menarik.
Pada zona edukasi dan pameran besar, sirkulasi terbagi
menjadi 2 bagian di pertengahan tur. Selain menuju zona – zona kecil
ruang pameran tadi, pengunjung dapat menemukan zona atraksi, dapat
berupa tea gallery, atau amphitheatre. Zona ini diletakkan di pertengah
perjalanan untuk menciptakan oasis ruang dimana pengunjung dapat
beristirahat sejenak didalam museum setelah setengah perjalanan
melaakukan tur.
Keseluruhan alur memiliki konsep cerita budaya teh dimulai dari
entrance hingga exit, segala ruang yang diatur ditata sedemikian rupa
untuk kesinambungan cerita museum secara linier.
90
Gambar 4.41: ilustrasi arah orientasi bangunan terhadap site
91
memasuki setengah perjalanan dimana pengunjung akan keluar museum
menuju garden museum, persepsi monumental digantikan dengan skala
normal dimana hal ini mengibaratkan setengah dari pengetahuan isi museum
telah terambil, hingga pada akhirnya menuju akhir dari tur, pengunjung
dihadapkan pada persepsi yang lebih intim dimana kesan ini mengibaratkan
bahwa ilmu didalam museum telah berhasil diambil.
Gambar 4.45: skala intim menjadi petanda bahwa tur ruang dalam selesai
3. Konsep Massa
Gubahan massa mengambil konsep terasering perkebunan teh
kemuning, konsep ini diambil sebagai strategi untuk mengkontekstualitaskan
bangunan museum terhadap alam sekitar yang memiliki kontur yang ekstrim.
92
Massa diatur sesuai ketinggian kontur bukit bedasarkan ukuran dimensi
massa, penataan yang acak inilah yang dapat menegaskan kesan organik
pada site.
93
Gambar 4.49: ilustrasi gubahan massa terhadap site
94
Ruang pameran merupakan inti cerita dari museum. Pada
museum teh Kemuning ini, cerita tentang teh sendiri itulah yang
diangkat dalam pameran. Teh mempunyai sisi lain yang menarik untuk
dikaji selain pesona dalam rasanya. Museum ini mencoba
menggabungkan cerita –cerita tentang teh yang berkembang dalam
masyarakat Indonesia maupun dunia. Terdapat 7 segmen cerita yang
di rangkai dalam satu alur linier museum, setiap segmennya
pengunjung diajak untuk mengeksplor dunia teh lebih dalam melalui
materi pameran, saranaa edukasi, ataupun atraksi interaktif yang
mengajak keterlibatan pengunjung didalamnya.
Tabel 4.16 : skema zona introduction
95
saat mengkonsumsi lain, selain itu terdapat berbagai trivia – trivia
tentang sisi lain teh yang belum diketahui oleh orang banyak.
96
Selanjutnya pengunjung diajak untuk mempelajari proses
pembuatan teh, dimana teh sendiri dibedakan jenisnya bedasarkan
proses pembuatannya. Materi pameran disampaikan melalui panel
interaktif, media visual, dan proses alami secara langsung. Setelah
mengetahui prosesnya pengunjung akan melihat hasil jadi jenis –jenis
teh lengkap dengan contoh tehnya. Tidak hanya itu pengunjung juga
dapat menikmati hasil minuman teh yang di proses secara langsung
disini.
98
Gambar 4.53: ilustrasi zonasi
99
mengenal tradisi dan budaya teh pada tiap daerah di Indonesia dengan
media diorama –diorama dan panel –panel interaktif, bagaimana
masyarakat jaman itu sangat menghargai nilai dan unsur budaya teh di
Indonesia.
100
Setelah flashback pada perkembangan teh dan budayanya di
Indonesia, pengunjung diajak untuk mengenal perkebunan Kemuning
ini sendiri lebih jauh, bagaimana Kemuning bisa berkembang menjadi
satu perkebunan teh yang besar di Indonesia, bagaimana kontribusi
dan sepak terjang perkenbunan ini sejak politik tanam paksa hingga
sekarang, polemik serta intrik kekuasaan tanah kemuning yang sudah
terjadi sejak seabad yang lalu. Materi –materi ini nantinya yang
membuat persepsi pengunjung tentang kemuning menjadi berbeda.
101
Zona tea workshop menjadi penutup rangkaian tur, dimana
semua ilmu yang didapat didalam museum bisa diaplikasikan disini,
pengunjung dapat merasakan bagaimana pembuatan teh dari metoda
penanaman hingga menjadi teh mentah di zona ini, zona ini di
integrasikan secara langsung dengan fungsi budidaya di ruang luar
museum. pengunjung dapat membuat sendiri teh yang ada sesuai
dengan kultur mana yang di inginkan sekaligus dapat menikmati hasil
buatan tehnya sendiri disini. Terdapat pula amphitheatre yang dapat
digunakan pengunjung untuk menikmati perform art dan workshop teh
dalam skala besar.
2. Elemen Ruang Pamer
a. Konsep Ruang Pamer
Ruang pameran museum teh Kemuning memiliki pembagian
zona – zona kecil untuk mendapatkan kesan keintiman ruang, sesuai
dengan konsep enlightening yang ingin dicapai dalam ruang dalam
bangunan. Ruang pameran di desain dengan memanfaatkan efek
kejutan ruang. Geometri ruang dibuat dengan mengalihkan persepsi
pengunjung sebelum masuk kedalam zona yang lebih intim. Konsep ini
membuat kesan awal ruang yang kecil menjadi besar bila kita
memasukinya atau sebaliknya.
102
Gambar 4.56: ilustrasi salah satu massa ruang pameran
1 2 3
103
4 5 6
Gambar 4.58: ilustrasi panel
1. Panel display berdiri difungsikan untuk memamerkan poster
atau gambar- gambar interaktif berukuran besar seperti
penjelasan tentang teh pada zona introduction.
2. Panel meja ini difungsikan untuk memamerkan objek – objek
berukuran kecil. Sebagai contoh hasil jadi teh kering. Pada
zona tea making
3. Panel gantung difungsikan untuk memamerkan poster atau
gambar- gambar interaktif berukuran sedang seperti
penjelasan tentang teh pada zona introduction, world of tea,
Tea Culture, Origin of Kemuning.
4. Panel digital interaktif ini merupakan sebuah informasi digital
yang melibatkan pengunjung dalam penggunaannya,
aplikasi bisa dalam setiap zona pameran.
5. Panel instalasi ini berfungsi untuk memamerkan benda 3D
dan poster informasi secara bersamaan dalam bentuk
instalasi seni 3D. Aplikasinya bisa disetiap zona pameran.
6. Diorama berfungsi untuk menjelaskan suatu rekam kejadian,
dalam museum ini bisa berupa rekam budaya minum teh
yang dipamerkan dan bagaimana suasana yang ingin
disampaikan. Diorama diaplikasikan pada zona tea making,
world of tea, Tea Culture, Origin of Kemuning.
c. Konsep Lighting
Peran lighting disini untuk menciptakan ambiance dari konsep
enlightening pada ruang dalam museum. pencahayaan digunakan
hanya untuk menyinari objek pameran, bila penggunaan dibaurkan
dengan konsep massa ruang pameran yang memiliki efek kejutan,
104
maka akan tercipta efek enlightening pada objek pameran. Objek
pameran diibaratkan suatu pengetahuan yang belum tereksplor dimana
pengunjunglah yang akan mencari cahaya yang menerangi objek
pameran tersebut.
C. Material
Museum Teh Kemuning didirikan diatas tanah andosol coklat yang
masih subur sebagai lahan pertanian produktif. Dengan adanya bangunan
museum baru ini dapat memberikan dampak kerusakan lingkungan baik secara
kimia maupun fisik. Penggunaan material yang tepat dalam bangunan dapat
meminimalisir dampak negatif tersebut. Karena itu museum ini akan lebih
banyak mengeksplor penggunaan material organik yang ramah lingkungan.
Berikut beberapa konsep material organik yang akan diterapkan pada museum
teh kemuning:
105
a. Bahan material merupakan bahan material yang mudah terurai
secara alami dan dapat diperbaharui dalam jangka waktu yang
pendek. Seperti kayu, batu bata, tanah liat. Dll.
b. Tidak mengandung bahan kimia beracun yang berbahaya bagi
kesehatan dan lingkungan sekitar.
c. Material alam yang digunakan merupakan representasi konsep
budaya teh indonesia, tidak menutup kemungkinan menonjolkan
sisi kealamian tentang alam Kemuning itu sendiri.
d. Penggunaan material organik tetap di kolaborasikan dengan
material anorganik sesuai dengan konsep statis dinamis, dan
penggunaannya disesuaikan dengan karakter tiap-tiap ruang pada
bangunan.
D. Sistem Bangunan
1. Struktur
Site berada di lahan yang berkontur curam. Konsep strukturnya
sendiri lebih mengedepankan aspek kontekstualitas bangunan
terhadap site, sehingga tidak mengganggu fungsi yang ada dalam
bangunan dengan memanfaatkan teknologi struktur bangunan pada
tanah berkontur.
Penyelesaian kontur pada lahan bisa menggunakan sistem cut
and fill untuk meratakan tanah. Penggunaan sistem ini lebih
menguntungkan dari segi biaya dan operasional, selain itu tanah yang
diambil dapat dimanfaatkan untuk fungsi lain seperti pengadaan fungsi
penanaman pada roof garden.
106
tersebut digunakan untuk menstabilisasi struktur tegangan lateral dari
tanah yang ada ada site.
107
Gambar 4.63: garden museum sebagai ruang transpirasi
Garden museum juga dapat diibaratkan seperti oasis ruang
pada museum sebagai tenpat transpirasi udara panas dan dingin dalam
museum, hal ini juga yang nantinya memberikan kesan dinamis
museum diantara massa – massa interior museum yang terkesan lebih
statis.
3. Jaringan air bersih dan air kotor
Sumur air
bersih
Jaringan
Tranmisi
Penyimpanan
Jaringan
distribusi
Pemakaian
108
diletakkan pada bagian yang memiliki level ketinggian tertinggi pada
site agar dapat mengoptimalkan kerja gaya gravitasinya.
Untuk jaringan air kotor sendiri selain air kotor yang nantinya
dibuang pada saluran kota, air akan diproses pada suatu water
treatment tank yang dapat memisahkan air kotor dari elemen-elemen
kimiawi yang berbahaya pada lingkungan. Museum ini juga
memanfaatkan sistem pengolahan limbah grey water tadi sebagai
sumber air yang digunakan untuk penyiraman tanaman teh sendiri,
serta penggunaan yang lain sebagai jaringan sprinkler, dan water flush
pada toilet.
E. Atraksi
1. Tea Gallery
Galeri teh menjadi sebuah unsur sekunder museum yang
penting pada museum teh Kemuning. Terdapat 2 macam galeri teh
pada museum ini, yang pertama galeri teh komersial. Galeri teh ini
terletak pada ruang luar museum yang merupakan salah satu bentuk
retail tambahan yang memang menjual produk teh asli kemuning,
dengan adanya galeri ini maka fungsi amenitas pengunjung akan
produk teh kemuning dapat terselesaikan. Produk teh yang ditawarkan
merupakan olahan langsung dari workshop pengolahan yang dimiliki
museum teh kemuning ini sendiri.
Tabel 4.22 : skema alur tea production
109
ditawarkan pun merupakan hasil dari olahan workshop pengolahan teh
yang dimiliki museum ini.
2. Workshop
Workshop merupakan kegiatan penunjang pameran museum,
disini pengunjung diajak untuk terjun langsung untuk mengaplikasikan
ilmu yang didapat dari tur didalam museum. kegiatan ini terintegrasi
langsung dengan kegiatan budidaya teh diruang luar museum.
Alur workshop seperti berikut.
Tabel 4.23 : skema alur tea workshop
110
perkenalan teh pengunjung diajak untuk menjelajahi jalan setapak
diperkebunan kemuning sambil mendapatkan penjelasan tentang
perkebunan ini. tea walk memiliki pos pemberangkatan pengunjung
yang terintegrasi dengan ruang luar museum.
111