Anda di halaman 1dari 19

BAB I PENDAHULUAN

I.1. DASAR TEORI


1.1.1. Prinsip Dasar Penentuan Posisi dengan GNSS

Konsep dasar penentuan posisi dengan GNSS adalah reseksi jarak, yaitu
dengan pengukuran jarak secara simultan ke beberapa satelit GNSS yang
koordinatnya telah diketahui.

Pada pengamatan dengan GNSS, yang dapat diukur adalah jarak antara
pengamat dengan satelit (bukan vektornya), agar posisi pengamat dapat ditentukan
maka dilakukan pengamatan terhadap beberapa satelit sekaligus secara simultan.

Koordinat titik-titik yang dihasilkan dari suatu survai GNSS adalah posisi
titik 3-D yang mengacu pada datum WGS-84 dalam sistem koordinat kartesian
(X,Y,Z) dan geodetik (L,B,H).

1.1.2. Metode Penentuan Posisi


Metode penentuan posisi dengan GNSS dapat dikelompokkan atas beberapa
metode yaitu: absolute, differential, static, rapid static, pseudo-kinematic, dan stop
and go. Prinsip dan karakteristik dari setiap metode penentuan posisi tersebut
dijelaskan berikut ini :
Berdasarkan aplikasinya, metode-metode penentuan posisi dengan GNSS
juga dapat dibagi atas tiga kategori utama, yaitu survey geodetik, survey mapping
dan navigasi, dijelaskan sebagai berikut :

1.1.3. Metode Pengamatan Absolute


Metode pengamatan ini dinamakan juga point positioning karena penentuan
posisi dapat dilakukan per titik tanpa tergantung pada titik lainnya yang diberikan
berdasarkan sistem referensi datum WGS-84 terhadap pusat masa bumi, dengan
menggunakan satu alat receiver GNSS. Prinsip dasarnya adalah melakukan
pengukuran jarak terhadap beberapa satelit secara simultan, titik yang akan
ditentukan posisinya dalam keadaan diam atau bergerak, dan biasanya berdasarkan
pengamatan data pseudo range. Pengamatan data phase bisa juga digunakan jika
sebelumnya telah ditentukan initialisasi ambiguitas phase atau telah diestimasi
bersamaan dengan nilai posisinya, pengamatan ini dinamakan Precise Point
Positioning (PPP) yang menggunakan data phase dalam pengamatan statik atau
postproses.

Berkaitan dengan penentuan posisi secara absolut, ada beberapa catatan yang
perlu diperhatikan yaitu (Abidin, 2007):
• Metode ini kadang dinamakan juga metode point positioning, karena penentuan
posisi dapat dilakukan per titik tanpa tergantung pada titik lainnya.
• Posisi ditentukan dalam sistem WGS-84 terhadap pusat massa bumi.
• Prinsip penentuan posisi adalah reseksi jarak ke beberapa satelit secara simultan.
• Untuk penentuan posisi hanya memerlukan satu recceiver GPS, dan tipe receiver
yang umum digunakan untuk keperluan ini adalah tipe navigasi atau kadang
dinamakan tipe genggam (hand held).
• Titik yang ditentukan posisi bisa dalam keadaan diam (moda statik) maupun
dalam keadaan bergerak (moda kinematik)
• Biasanya menggunakan data psudeorange. Perlu juga dicatat bahwa dalam
moda statik, meskipun jarang sekali digunakan, data fase sebenarrnya juga bisa
digunakan yaitu dengan mengestimasi ambiguitas fase bersama-sama dengan
posisi.
• Ketelitian posisi yang diperoleh sangat tergatung pada tingkat ketelitian data
serta geometri satelit.
• Metode ini tidak dimaksudkan untuk penentuan posisi yang teliti.
• Aplikasi utama dari metode ini adalahuntuk keperluan navigasi atau aplikasi-
aplikasi lain yang memerlukan informasi posisi yang tidak perlu terlalu teliti tapi
tersedia secara instan (real-time), seperti untuk keperluan reconnaissance dan
ground truthing.
Ketelitian penentuan posisi absolut dengan pseudorange umumnya
merupakan fungsi dari geometri satelit dan ketelitian data pseudorange. Hubungan
antara keduanya disajikan sebagai berikut :
Ketelitian parameter = DOP x ketelitian pseudorange
D.O.P adalah bilangan yang digunakan untuk merefleksikan kekuatan
geometri dari konstelasi satelit yang dapat direkam datanya. Nilai DOP yang kecil
menunjukkan geometri satelit yang kuat, sedangkan DOP yang besar menunjukkan
geometri yang lemah. Beberapa jenis D.O.P yaitu :
a. GDOP = Geometrical DOP (posisi 3D dan waktu)
b. PDOP = Positional DOP (posisi 3D)
c. HDOP = Horizontal DOP (posisi horizontal)
d. VDOP = Vertical DOP (tinggi)
e. TDOP = Time DOP

I.2. TUJUAN
Tujuan dari praktikum ini adalah mahasiswa mampu :
1. Melakukan pengukuran posisi absolute dengan GNSS Tipe geodetik
2. Melakukan download data dan konversi data dari raw ke RINEX
3. Membandingkan hasil posisi absolute GPS Navigasi tertimbang dan GNSS Tipe
Geodetik

I.3. PELAKSANAAN
Hari, tanggal : Kamis, 21 Maret 2019
Jam : 11.00 – 16.00 WIB
Tempat : Di sekitar Kampus Sekolah Vokasi, Universitas Gadjah Mada
BAB II METODOLOGI PRAKTIKUM

I. ALAT DAN BAHAN


1. Satu unit receiver GPS Garmin eTrex Vista Hcx
2. Satu unit receiver GNSS Tipe Geodetik Merk ComNav T300
3. Manual pemakaian alat GNSS Tiipe Geodetik ComNav T300
4. Modul Praktikum

II. LANGKAH KERJA


A. Persiapan di Laboratorium Teknik Geomatika
1. Melakukan peminjaman alat GPS tipe Navigasi dan GNSS tipe Geodetik dengan
mengisi bon peminjaman
2. Melakukan pengecekan kelengkapan dan kondisi alat GPS navigasi dan geodetik.
3. Mengecek indikator baterai pada receiver dan controller dan memastikan baterai
dalam kondisi terisi.

B. Pelaksanaan di Lapangan
1. Menentukan titik yang sekiranya clear-sky di sekitaran Kampus Sekolah Vokasi,
Universitas Gadjah Mada.
1. Melakukan setting up/pemasangan komponen keras, seperti statif dan tribrach
dengan kuat agar alat aman saat dipasang di astasnya
2. Memasang receiver dengan aman pada tribrach. Saat memutar receiver terhadap
antenna atau extension rod harus hati-hati.
3. Melakukan proses sentering dan sumbu I vertikal pada titik,
4. Mengukur tinggi alat secara slant (secara miring)
5. Menyalakan receiver dengan menekan tombol (ON) lama.
6. Menyalakan controller-nya.
7. Melakukan setting alat melalui controller untuk moda survei statik, dengan
spesifikasi :
• Interval : 15 detik
• Lama pengamatan : 30 menit
• Minimum satelit : 4 satelit
• Pengukuran tinggi antenna : Slant
• Elevation mask : 15o
8. Melakukan pengamatan selama 30 menit pada titik tersebut,
9. Melakukan pencatatan berbagai parameter di controller alat GNSS Geodetik
setiap 3 menit, yaitu :
• Mencatat koordinat geodetik yang muncul pada controller alat
• Mencatat GDOP, HDOP, TDOP, VDOP dari koordinat yang dicatat saat
itu
• Mendokumentasikan skyplot satelit saat pencatatan data tersebut dalam
bentuk sky view.
Form pencatatan :
Akurasi
ID GDOP Elevasi Lintang Bujur Skyplot
(RMS)

10. Melakukan download data GNSS Geodetik ComNav T300


(1) Mengkoneksikan GNSS ComNav T300 ke laptop/PC menggunakan kabel
USB.
(2) Secara otomatis folder ComNav akan muncul pada library computer seperti
flashdisk.
(3) Meng-copy data hasil pengukuran RAW dalam format .cnb
11. Melakukan proses konversi data RAW ke RINEX data
(1) Pada laptop/PC dilakukan pengunduhan software CRU (Compass
Receiver Utility).
(2) Melakukan peng-install-an software tersebut.
(3) Membuka software CRU tersebut.
(4) Pada function bar klik icon Rinex Convert
(5) Kemudian klik icon Rinex Setup
(6) Mendefinisikan ingin menjadi Rinex versi berapa dan informasi
data export observation.
(7) Kemudian ke jendela utama, pilih file dan klik kanan
(8) Lalu convert to Rinex format.
(9) Menuju file data raw untuk mengecek format data Rinex.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Data RINEX hasil perekaman
1. Header

2. Data Record

B. Data koordinat dari GNSS Geodetik (di controller) setiap interval waktu
tertentu:
Akurasi
Elevasi Northing
ID (RMS) GDOP Easting (m) Skyplot
(m) (m)
(m)
1 0.493 1.270 161.430 431065.094 9140567.247

2 0.493 1.270 161.430 431065.094 9140567.247

3 0.493 1.270 161.430 431065.094 9140567.247

4 0.493 1.270 161.430 431065.094 9140567.247

5 0.493 1.270 161.430 431065.094 9140567.247

6 0.493 1.270 161.430 431065.094 9140567.247

7 0.493 1.270 161.430 431065.094 9140567.247

8 0.493 1.270 161.430 431065.094 9140567.247

9 0.493 1.270 161.430 431065.094 9140567.247

10 0.493 1.270 161.430 431065.094 9140567.247

C. Data koordinat dari GPS Navigasi setiap interval waktu tertentu:


Akurasi Elevasi
ID Easting (m) Northing (m)
(m) (m)
1 3 147 0431065 9140567
2 3 147 0431065 9140568
3 3 147 0431065 9140568
4 3 147 0431065 9140568
5 3 147 0431065 9140568
6 3 147 0431065 9140568
7 3 147 0431065 9140568
8 3 147 0431065 9140568
9 3 147 0431065 9140568
10 3 147 0431065 9140568
D. Analisis
1. Keterkaitan antara D.O.P, Skyplot, dan RMS pada suatu koordinat yang dicatat
secara absolute.
Pada penentuan posisi secara absolute dapat disebut juga sebagai point
positioning karena penentuan posisi dapat dilakukan per titik tanpa bergantung
pada titik lainnya. Posisi yang dihasilkan dalam datum WGS-84 yang relatif
terhadap pusat massa bumi. Dalam pengamatannya hanya menggunakan satu
receiver.
Prinsip dasar pada penentuan posisi secara absolute yaitu pengukuran jarak
secara simultan ke beberapa satelite. Kemudian pada jarak fase juga bisa
digunakan jika ambiguitas fase awal telah ditentukan sebelumnya atau diestimasi
pada saat penentuan posisi, Precise Point Positioning (PPP). Jumlah satelit yang
ditangkap sangat memperngaruhi kualitas datanya.
Disamping jumlah satelit, lokasi dan distribusi dari satelit yang diamati juga
akan mempengaruhi kualitas dari geometri pengamatan (DOP) . Dalam hal ini,
sky plot dari satelit yang dapat dibuat dengan menggunakan perangkat lunak
komersil GPS akan sangat berguna untuk untuk mengetahui jumlah, lokasi, dan
distribusi satelit yang akan teramati dari suatu lokasi tertentu, yang selanjutnya
dapat dimanfaatkan dalam penentuan waktu pengamatan yang optimal. Harga
DOP yang kecil menunjukkan geometri satelit yang kuat (baik), dan harga DOP
yang besar menunjukkan geometri satelit yang lemah (buruk).
Disamping akan mempengaruhi kekuatan geometri, jumlah, lokasi, dan
distribusi dari satelit juga akan mempengaruhi efek dari kesalahan dan bias
terhadap ketelitian posisi (RMS). Distribusi satelit dikatakan baik kalau
satelitsatelit terdistribusi secara merata di langit dan terletak setidaknya dalam 3
kuadran dari sky plot.

2. Review kemampuan GNSS untuk survei static terkait : cara koneksi ke receiver,
kemudahan pengaturan, kemudahan penggunaan, kemudahan transfer data, dan
kemudahan konversi datanya
Pada alat Comnav ini cara koneksi ke receivernya lebih mudah karena bisa
menggunakan controller dari smartphone Android dan software bawaanya pun
gratis dan dapat diunduh secara bebas di Play Store software tersebut bernama
Survey Master selain itu software ini ketika di operasikan tidak perlu melakukan
register. Untuk menyambungkannya pun cukup mudah karena sudah ada barcode
pada receivernya sehingga ketika akan menyambungkannya hanya perlu scan
barcode nya setelah itu antara receiver dan controlernya sudah terkoneksi.
Untuk pengaturan alatnya tidak terlalu susah menu-menu yang ada
menggunakan bahasa yang cukup familiar serta terdapatnya buku panduan juga
memudahkan user dalam melakukan pengaturan alatnya. Comnav sangat cocok
digunakan oleh user pemula atau yang sedang belajar GNSS karena alat ini cukup
mudah dari segi pengaturannya, koneksinya.
Dari segi penggunaan alat ini cukup mudah karena sudah tersedia buku
panduan. Walaupun alat ini memiliki menu yang banyak dalam pencariannya
mudah dan ketika melakukan connect dengan receiver akan muncul setelahnya
menu-menu yang sering digunakan dalam pekerjaan pemetaan seperti topo
survey, static, dll.
Dalam hal transfer data alat ini bisa dibilang sangat mudah dan memiliki 2
pilihan ingin melakukan transfer data dari receiver ke laptop atau PC atau dari
controller ke laptop atau PC. Perbedaanya ketika menggunakan receiver aka nada
banyak sekali data yang muncul dan sangat membingungkan sedangkan dalam
controller data sudah dalam saru folder sesuai tanggal pengambilan dan dalam
pengambilan nya sudah di beri nama titik koordinatnya. Dalam konversi
datanya harus mengginakan software khusus yaitu Cmpas Receiver Utility
(CRU). Walaupun software ini harus mendownload tidak perlu membayar
maupun menggunakan lisensi khusus. Dan dalam konversi datanya lebih mudah
dan akan terbagi menjadi beberapa data sesuai satelit yang mengambilnya ada
GPS, Beidou, Glonass, Galileo dan Observation (Mixed).
3. Hitungan Hasil Penentuan Posisi Absolute dengan GNSS Geodetik dan GPS Navigasi a.
GNSS Geodetik

Hasil Penentuan Posisi Absolute dan Analisis Perhitungan dengan GNSS Geodetik (dalam meter)

Northing Perhitungan
ID Akurasi (m) Elevasi (m) Easting ( E) ExP NxP Elevasi x P
(N) Bobot (P)
1 0.493 161.43 431065.094 9140567.25 4.114396685 1773572.794 37607919.58 664.1870569
2 0.493 161.43 431065.094 9140567.25 4.114396685 1773572.794 37607919.58 664.1870569
3 0.493 161.43 431065.094 9140567.25 4.114396685 1773572.794 37607919.58 664.1870569
4 0.493 161.43 431065.094 9140567.25 4.114396685 1773572.794 37607919.58 664.1870569
5 0.493 161.43 431065.094 9140567.25 4.114396685 1773572.794 37607919.58 664.1870569
6 0.493 161.43 431065.094 9140567.25 4.114396685 1773572.794 37607919.58 664.1870569
7 0.493 161.43 431065.094 9140567.25 4.114396685 1773572.794 37607919.58 664.1870569
8 0.493 161.43 431065.094 9140567.25 4.114396685 1773572.794 37607919.58 664.1870569
9 0.493 161.43 431065.094 9140567.25 4.114396685 1773572.794 37607919.58 664.1870569
10 0.493 161.43 431065.094 9140567.25 4.114396685 1773572.794 37607919.58 664.1870569
Jumlah 4310650.94 91405672.5 41.14396685 17735727.94 376079195.8 6641.870569
Lintang Rata-rata 431065.094

Bujur Rata-rata 9140567.247

Lintang Rata-Rata Tertimbang 431065.094

Bujur Rata-Rata Tertimbang 9140567.247


Elevasi Rata-Rata Tertimbang 161.43

b. GPS Navigasi

Hasil Penentuan Posisi Absolute dan Analisis Perhitungan dengan GPS Navigasi (dalam meter)
Northing Perhitungan
ID Akurasi (m) Elevasi (m) Easting ( E ) ExP NxP Elevasi x P
(N) Bobot (P)
1 3 147 431065 9140567 0.111111111 47896.11111 1015618.556 16.33333333
2 3 147 431065 9140568 0.111111111 47896.11111 1015618.667 16.33333333
3 3 147 431065 9140568 0.111111111 47896.11111 1015618.667 16.33333333
4 3 147 431065 9140568 0.111111111 47896.11111 1015618.667 16.33333333
5 3 147 431065 9140568 0.111111111 47896.11111 1015618.667 16.33333333
6 3 147 431065 9140568 0.111111111 47896.11111 1015618.667 16.33333333
7 3 147 431065 9140568 0.111111111 47896.11111 1015618.667 16.33333333
8 3 147 431065 9140568 0.111111111 47896.11111 1015618.667 16.33333333
9 3 147 431065 9140568 0.111111111 47896.11111 1015618.667 16.33333333
10 3 147 431065 9140568 0.111111111 47896.11111 1015618.667 16.33333333
Jumlah 4310650 91405679 1.111111111 478961.1111 10156186.56 163.3333333
Lintang Rata-rata 431065

Bujur Rata-rata 9140567.9


Lintang Rata-Rata Tertimbang 431065

Bujur Rata-Rata Tertimbang 9140567.9

Elevasi Rata-Rata Tertimbang 147


4. Contoh Perhitungan
a. GNSS Geodetik
Contoh ID : 1
1) Perhitungan Bobot (P)

∑P = 41.14396685 m

2) Lintang Rata-Rata (φ Rata-Rata)

=4310650.094 m

3) Bujur Rata-Rata (λ Rata-Rata)

=9140567.247 m

4) Lintang Rata-Rata Tertimbang

=4310650.094 m

5) Bujur Rata-Rata Tertimbang


=9140567.247 m

6) Elevasi Rata-Rata Tertimbang

=161.43 m

b. GPS Navigasi Contoh


ID : 1
1) Perhitungan Bobot (P)

∑P = 1.111111111 m

2) Lintang Rata-Rata (φ Rata-Rata)

= 431065 m

3) Bujur Rata-Rata (λ Rata-Rata)

m
4) Lintang Rata-Rata Tertimbang
= 431065 m

5) Bujur Rata-Rata Tertimbang

= 9140567,9 m

6) Elevasi Rata-Rata Tertimbang

= 147 m

5. Perbandingan Hasil Penentuan Absolute Positioning dengan GPS Navigasi


dan GNSS Geodetik
Alat Koordinat (m)

Easting Norhting Elevation


GNSS Geodetik 9140567.247 431065.094 161.43
GPS Navigasi 9140567 431065 147

Berdasarkan hasil diatas dapat dilihat bahwa nilai koordinat yang dihasilkan
oleh kedua alat GPS sangat berbeda. Hal ini dapat terjadi karena nilai ketelitian
alat berbeda-beda. Pada saat praktikum berlangsung diketahui bahwa nilai akurasi
dari GPS Geodetik lebih baik daripada ketelitian dari GPS Navigasi. Ketelitian
untuk GPS Navigasi berkisar diangka 3 meter sedangkan ketelitian GPS Geodetik
sebesar 0.493 meter. Perbedaan ketelitian inilah yang menjadi faktor utama
terjadinya perbedaan hasil koordinat.
Berdasarkan data koordinat tersebut, apabila dilihat dari nilai ketelitiannya
dapat disimpulkan bahwa GPS Geodetik memiliki nilai akurasi lebih tinggi untuk
mendekati nilai koordinat yang sebenarnya daripada GPS Navigasi.
BAB III PENUTUP

I. KESIMPULAN
Pada praktikum “Absolute Positioning” ini dapat disimpulkan bahwa metode penentuan
posisi yang digunakan dalam pengamatan titik menggunakan COMNAV T300 adalah
static dimana pengamatan hanya dilakukan dalam satu titik untuk rentang waktu yang
ditentukan (interval waktu). Prinsip dasarnya adalah melakukan pengukuran jarak
terhadap beberapa satelit secara simultan, titik yang akan ditentukan posisinya dalam
keadaan diam atau bergerak, dan biasanya berdasarkan pengamatan data pseudo range.
Metode ini melakukan pengamatan dengan melakukan pengikatan satelit yang ditangkap,
yakni ada GPS, GLONASS, GALILEO maupun BeiDou.

Anda mungkin juga menyukai