Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

METALOGENIC PROVINCE INDONESIA


Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas matakuliah Eksplorasi

Disusun Oleh:
Roni Dani (710015136)
Adi Prianto (710015 )
Renaldo Silama (710015 )

DEPARTEMEN TEKNIK PERTAMBANGAN


INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
YOGYAKARTA

1
METALOGENIC PROVINCE INDONESIA
Sebagai daerah pertemuan tiga lempeng aktif, Indonesia juga memiliki
daerah busur kepulauan yang menyebar sepanjangan wilayah timur – selatan
Indonesia. Pergerakan lempeng – lempeng secara aktif pada masa neogen
menyusun Indonesia menjadi beberapa jalur aktif busur magmatik. Indonesia
memiliki 7 jalur utama busur magmatik dan beberapa busur minor. Ketujuh busur
mayor tersebut adalah:
1. Busur Sunda-Banda (Neogen)
2. Busur Sumatra-Meratus (Pertengahan dan Akhir Cretaceous)
3. Busur Halmahera (Neogen)
4. Busur Sulawesi-Timur Mindanao (Neogen)
5. Busur Kalimantan Tengah (pertengahan Tertiary dan Neogen)
6. Busur Tengah Irian Jaya (Neogen)
7. Busur Aceh (Neogen)
Pembagian Busur di Indonesia
Pulau Sulawesi mempunyai bentuk yang berbeda dengan pulau lainnya. Apabila
melihat busur-busur disekelilinya Benua Asia, maka bagian concaxnya mengarah
ke Asia tetapi Pulau Sulawesi memiliki bentuk yang justru convaxnya yang
menghadap ke Asia dan terbuka ke arah Pasifik, oleh karena itu Pola Sulawesi
sering disebut berpola terbalik atau inverted arc.Pulau Sulawesi terletak pada zone
peralihan antara Dangkalan Sunda dan dangkalan Sahul dan dikelilingi oleh laut
yang dalam. Dibagian utara dibatasi oleh Basin Sulawesi ( 5000 – 5500 m ). Di
bagian Timur dan Tenggara di batasi oleh laut Banda utara dan Laut Banda
Selatan dengan kedalaman mencapai 4500 – 5000 m. Sedangkan untuk bagian
Barat dibatasi oleh Palung Makasar (2000-2500m).
Sebagian besar daerahnya terdiri dari pegunungan dan tataran rendah yang
terdapat secara sporadik, terutama terdapat disepanjang pantai. Dataran rendah
yang relatif lebar dan padat penduduknya adalah dibagian lengan Selatan.
Berdasarkan orogenesenya dapat dibagi ke dalam tiga daeran (Van Bemmelen,
1949) sebagai berikut :
1. Orogenese di bagian Sulawesi Utara
Meliputi lengan Utara Sulawesi yang memanjang dari kepulauan Talaud sampai
ke Teluk Palu – Parigi. Daerah ini merupakan kelanjutan ke arah Selatan dari
Samar Arc. Termasuk pada daerah ini adalah Kepulauan Togian, yang secara
geomorfologis dikatakan sebagai igir Togian (Tigian Ridge). Daerah orogenese
ini sebagain termasuk pada inner arc, kecuali kepulauan Talaud sebagai Outer
Arc.

2
2. Orogenese di bagian Sulawesi Sentral
Dibagian sentral ini terdapat tiga struktur yang menjalur Utara – Selatan sebagai
berikut:
- Jalur Timur disebut Zone Kolonodale terdiri atas lengan timur dan sebagian
yang nantinya bersambung dengan lengan Tenggara. Sebagai batasnya adalah
garis dari Malili – Teluk Tomori. Daerah ini oleh singkapan-singkapan batuan
beku ultra basis.
- Jalur Tengah atau Zone Poso, batas Barat jalur ini adalah Medianline. Zona ini
merupakan Graben yang memisahkan antara Zona Barat dan Timur.Dibagian
Utara Zone ini terdapat Ledok Tomini dan di Selatannya terdapat Ledok Bone.
Daerah ini ditandai oleh mayoritas batuan Epi sampai Mesometamorfik crystalline
schist yang kaya akan muscovite.
- Jalur Barat atau Zona Palu, ditandai oleh terdapat banyaknya batuan grano –
diorite, crystalline schist yang kaya akan biotite dan umumnya banyak ditemui
juga endapan pantai. Zona ini dibagian Utara dibatasi oleh Teluk Palu – Parigi, di
Selatan dibatasi garis dari Teluk Mandar – Palopo. Dari Teluk Mandar – Palopo
ke arah selatan sudah termasuk lengan Selatan – Sulawesi. Daerah jalur Barat ini
merupakan perangkaian antara lengan Utara Zone Palu dan lengan selatan
merupakan satuan sebagain Inner Arc.
3.Orogenese di bagian Sulawesi Selatan
Secara garis besar tangan selatan Sulawesi merupakan kelanjutan Zone Palu
(Zone bagian barat Sulawesi Tengah) dan tangan tenggara merupakan kelanjutan
dari tangan Timur Sulawesi (Zone Kolonodale). Secara Stratigrafi antara lengan
selatan dan lengan tenggara banyak memiliki kesamaan, begitu juga antara Zone
Palu Lengan Utara dengan Zone Kolonodale Lengan Timur dilain fihak.
Walaupun demikian diantaranya terdapat perbedaan-perbedaan sebagai contoh
bagian ujung selatan (di Selatan D. Tempe).
2.1 Geologi Regional
Sulawesi terletak pada pertemuan Lempeng besar Eurasia, Lempeng Pasifik, serta
sejumlah lempeng lebih kecil (Lempeng Filipina) yang menyebabkan kondisi
tektoniknya sangat kompleks. Kumpulan batuan dari busur kepulauan, batuan
bancuh, ofi olit, dan bongkah dari mikrokontinen terbawa proses penunjaman,
tubrukan, serta proses tektonik lainnya (Van Leeuwen, 1994). Berdasarkan
keadaan litotektonik, Sulawesi dibagi tiga mandala, yaitu: Mandala barat sebagai
jalur magmatik yang merupakan bagian ujung timur Paparan Sunda; Mandala
tengah berupa batuan malihan yang ditumpangi batuan bancuh sebagai bagian dari
blok Australia; dan Mandala timur berupa ofi olit yang merupakan segmen dari
kerak samudera berimbrikasi dan batuan sedimen berumur Trias - Miosen. Van
Leeuwen (1994) menyebutkan bahwa mandala barat sebagai busur magmatik
dapat dibedakan menjadi dua, yaitu bagian utara dan barat. Bagian utara

3
memanjang dari Buol sampai sekitar Manado, dan bagian barat dari Buol sampai
sekitar Makassar. Batuan bagian utara bersifat riodasitik sampai andesitik,
terbentuk pada Miosen - Resen dengan batuan dasar basaltik yang terbentuk pada
Eosen - Oligosen. Busur magmatik bagian barat mempunyai batuan penyusun
lebih bersifat kontinen yang terdiri atas batuan gunung api - sedimen
berumurMesozoikum - Kuarter dan batuan malihan berumur Kapur. Batuan
tersebut diterobos granitoid bersusunan terutama granodioritik sampai granitik
yang berupa batolit, stok, dan retas.
Secara geologi, sulawesi merupakan wilayah yang geologinya sangat komplek,
karena merupakan perpaduan antara dua rangkaian orogen ( Busur kepulauan Asia
timur dan system pegunungan sunda ).Sehingga, hamper seluruhnya terdiri dari
pegunungan, sehingga merupakan daerah paling berpegunungan di antara pulau-
pulau besar di Indonesia (Sutardji, 2006 :100).
2.2 Pembagian Litogenetik di Pulau Sulawesi
Berdasarkan keadaan litotektonik Pulau Sulawesi dibagi 3 yaitu:
• Mandala barat (West & North Sulawesi Volcano - Plutonic Arc) sebagai jalur
magmatik (Cenozoic Volcanics and Plutonic Rocks) yang merupakan bagian
ujung timur Paparan Sunda;
• Mandala tengah (Central Sulawesi Metamorphic Belt) berupa batuan malihan
yang ditumpangi batuan bancuh sebagai bagian dari blok Australia;
• Mandala timur (East Sulawesi Ophiolite Belt) berupa ofiolit yang merupakan
segmen dari kerak samudera berimbrikasi dan batuan sedimen berumur Trias-
Miosen
Peta litogenetik pulau sulawesi
2.2.1 Mandala barat
Van Leeuwen (1994) menyebutkan bahwa mandala barat sebagai busur magmatik
dapat dibedakan menjadi dua, yaitu bagian utara dan barat.Bagian utara
memanjang dari Buol sampai sekitar manado Batuan bagian utara bersifat
riodasitik sampai andesitik, terbentuk pada Miosen- Resen dengan batuan dasar
basaltik yang terbentuk pada Eosen-Oligosen. Bagian barat dari Buol sampai
sekitarMakassar. Busur magmatik bagian barat mempunyai batuan penyusun lebih
bersifat kontinen yang terdiri atas batuan gunung api – sedimen berumur
Mesozoikum- Mesozoikum Kuarter dan batuan malihan berumur Kapur. Batuan
tersebut diterobos granitoid bersusunan terutama granodioritik sampai granitik
yang berupa batolit, stok, dan retas.
Ø Mandala Barat bagian Utara (Sulawesi Utara)
Geologi daerah Sulut didominasi oleh batugamping sebagai satuan pembentuk
cekungan sedimen Ratatotok.

4
• Satuan batuan lainnya adalah kelompok breksi dan batupasir, terdiri dari breksi-
konglomerat kasar, berselingan dengan batupasir halus-kasar, batu lanau dan batu
lempung yang didapatkan di daerah Ratatotok – Basaan, serta breksi andesit
piroksen.
• Kelompok Tuf Tondano berumur Pliosen terdiri dari fragmen batuan volkanik
kasar andesitan mengandung pecahan batu apung, tuf, dan breksi ignimbrit, serta
lava andesit-trakit. • Batuan Kuarter terdiri dari kelompok Batuan Gunung api
Muda terdiri atas lava andesit-basal, bom, lapili dan abu
• Kelompok batuan termuda terdiri dari batugamping terumbu koral, endapan
danau dan sungai serta endapan alluvium.
Ø Mandala Barat Bagian Barat (Sulawesi Selatan)
Berdasarkan pengamatan geologi pada data penginderaan jauh dan lapangan,
maka batuan di daerah Enrekang dapat dibagi menjadi 8 satuan,yaitu:
• Satuan batupasir malih (Kapur Akhir)
• Satuan batuan serpih (Eosen-Oligosen Awal)
• Satuan batugamping (Eosen)
• Satuan batupasir gampingan (Oligosen- Miosen Tengah)
• Satuan batugamping berlapis (Oligosen-Miosen Tengah)
• Satuan klastika gunungapi (Miosen Akhir)
• Satuan batugamping terumbu (Pliosen Awal)
• Satuan konglomerat (Pliosen)
Struktur geologi yang berkembang di daerah ini terdiri atas sesar naik, sesar
mendatar, sesar normal dan lipatan yang pembentukannya berhubungan dengan
tektonik regional
2.2.2 Mandala Tengah
Zona Patahan Palu Koro
Urut-urutan stratigrafi dari muda hingga tua sebagai berikut :
•Endapan alluvium,
• Endapan teras (Kuarter),
•Batuan tufa (Pliosen - Kuarter),
•Batuan sedimen termetamorfose rendah dan batuan malihan yang keduanya
termasuk Formasi Tinombo (Kapur Atas - Eosen Bawah)

5
• Batuan Gunung Api (Kapur Atas – Oligosen Bawah) yang menjemari dengan
Formasi Tinombo
• Batuan intrusi granit (Miosen Tengah – Miosen Atas) ditentukan menerobos
batuan malihan Formasi Tinombo.
2.2.3 Mandala Timur
Sesar Lasolo yg merupakan sesar geser membagi lembar daerah Kendari menjadi
dua lajur, yaitu:
Ø Lajur Tinondo, yang menempati bagian barat daya
Ø Lajur Hialu yang menempati bagian timur laut daerah ini.
Struktur lipatan hasil analisis data gaya berat daerah ini menunjukkan potensi
sumber daya geologi yang sangat besar, berupa: panas bumi dan endapan
hidrokarbon. Panas Bumi berada di sekitar daerah Tinobu. Kecamatan Lasolo,
sepanjang sesar Lasolo. Cebakan Hidrokarbon di sekitar pantai dan lepas pantai
timur daerah ini, seperti : daerah kepulauan Limbele, Teluk Matapere (Kepulauan
Nuha Labengke). Wawalinda, Telewata, Singgere, pantai utara Kendari, dan lain
sebagainya.
Adapun Formasi batuan yang terdapat didaerah sulawesi selatan adalah formasi
Latimojong yang berumur Kapur. Formasi ini telah termetamorfisme dan
menghasilkan filit, serpih, rijang, marmer, kwarsit dan beberapa intrusi bersifat
menengah hingga basa. Formasi Toraja yang terdiri dari Tersier Eosen Toraja dan
Tersier Eosen Toraja Limestone yang berumur Eosen terdiri dari serpih,
batugamping dan batupasir serta setempat batubara, batuan ini telah mengalami
perlipatan kuat. Kisaran umur dari fosil-fosil yang dijumpai pada umumnya
berumur Eosen Tengah sampai Miosen Tengah. Satuan Batuan termuda berupa
endapan aluvial dan pantai yang terdiri dari lempung, lanau, pasir kerikil dan
setempat-setempat terdapat terdapat terumbu koral (Qal) menempati daerah
pesisir timur dan barat.
2.3 Geologi Sulawesi
Gambar Geologi Persebaran potensi endapan bahan galian sulawesi ( Van
Leuween 1992)
Secara geologi, sulawesi merupakan wilayah yang geologinya sangat komplek,
karena merupakan perpaduan antara dua rangkaian orogen ( Busur kepulauan Asia
timur dan system pegunungan sunda ).Sehingga, hamper seluruhnya terdiri dari
pegunungan, sehingga merupakan daerah paling berpegunungan di antara pulau-
pulau besar di Indonesia (Sutardji, 2006 :100) Secara rinci fisiografi sulawesi
adalah sebagai berikut :
Ø Lengan Utara Sulawesi

6
Pada lengan ini, fisiograsinya terbagi menjadi tiga bagian berdasarkan aspek
geologinya. Ketiga bagian tersebut adalah :
1. Seksi Minahara, merupakan ujung timur dari lengan utarasulawesi dengan
arah timur laut barat daya yang bersambung dengan penggungan sangihe yang
didirikan oleh aktifitas vulkanis pegunungan soputan.
2. Seksi gorontalo merupakan bagian tengah dari lengan utara sulawesi
dengan arah timur ke bawah, namun aktifitas vulkanis sudah padam yang lebar
daratanya sekitar 35 – 110 km, tapi bagian baratnya menyempit 30 km ( antara
teluk dondo dipantai utara dan tihombo di pantai selatan ). Seksi ini dilintasi oleh
sebuah depresi menengah yang memanjang yaitu sebuah jalur antara rangkaian
pegunungan di pantai utara dan pegunungan di pantai selatan yang disebut zone
limboto :
3. Jenjang sulawesi utara, merupakan lengan utara sulawesi yang arahnya
dari utara ke selatan dan terdapat depresi ( lanjutan zone limboto di gorontalo )
yang sebagian besar di tutup oleh vulkan – vulkan muda, sedangkan antara lengan
utara dan lengan timur di pisahkan oleh teluk tomini yang lebarnya 100 km di
bagian timur dan sampai 200 km di bagian barat sedangkan dasar teluknya
semakin dangkal kea rah barat ( ( kurang dari 2000 meter ) dan di bagian tengah
teluk tomini tersebut terdapat pegunungan di bawah permukaan air laut dengan
bagian tinggi berupa kepulauan togian ( Sutardji ; 2006 : 101 )
Ø Lengan Timur
Lengan timur sulawesi arahnya timur laut barat daya dan dapat di bedakan
menjadi tiga bagian. Tiga bagian tersebut adalah
1. Bagian timur, berupa semenanjung Bualeno yang di pisahkan dengan
bagian tengah oleh tanah genting antara teluk poh dan teluk besama
2. Bagian tengah, dibentuk oleh pegunungan Batui dengan pegunungan
Batulumpu yang arahnya timurlaut-baratdaya yang berangsur-angsur lenardari 20
km di timur sampai 80 km di utara Bunku.
3. Bagian barat, merupakan pegunungan tinggi yang membujur antara garis
ujng Api sampai Teluk Kolokolo bagian timur dan garis Lemoro sampai teluk
Tomini di barat dan lebarnya sekitar 75-100 km ( Sutardji, 2006 : 101 )
4. Lengan Tenggara
Batas antara lengan tenggara dengan bagian tengah sulawesi adalah berupa tanah
gentingantara teluk Usu dengan teluk Tomori yang lebarnya 100 km. Sedangkan
lengan tenggara Sulawesi dapat dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu :
•Bagian utara, berupa massip-massPeridotit dari pegunungan Verbeek yang di
tengahnya terdapat dua graben yaitu danau Matana dan Danau Tomini yang
letaknya berada ntara teluk Palopo ( Ujung utara teluk Bone ) dengan Teluk Tolo.

7
• Bagian Tengah, berupa Pegunungan Mekongga di sebelah barat dan sediment
peridorit di sebelah timur yang di batasi oleh Pegunuingan Tangeasinua,
sedangkan antara kedua pegunungan tersebut terdapat basin yang dialiri sungai
Konewha, sedangkan kea rah tenggara jalur ini tenggelam dan membentuk teluk-
teluk dan pulau-pulau kecil serta berkelanjutan sampai kepulauan Manui.
• Bagian Selatan, merupakan suatu depresi yang membujur dari arah barat ke
timur yang membentang antara Kendari dan Kolaka yang diisi dataran Aluvial
yang berawa sedangkan di bagian selatannya berupa pegunungan dan bukit-bukit
yang teratur dengan membujug barat ke timur.
4. Lengan Selatan
Bagian sulawesi selatan merupakan daerah yang dibatasi oleh garis enggara-
baratlauit dari muara sungai Karama sampai Palopo. Batas lengan utara dari garis
timurlaut-barat daya dari palopo sampai teluk Mandar. Namun secara geologis
bagian barat lengan sulawesi tengah termasuk Pegunungan Quarles yang lebih
dekat hubungnnya dengan bagian selatan dengan lemngan selatan ( Sutardji, 2006
: 103 ). Fisiografi lengan selatan berupa pegunungan seperti pegunungan yang ada
di antara Majene yang membujur utara-selatan, antara pegunungan Quarles
dengan pegunungan Latimojong dipisahkan oleh lembah Sadang dan diantara
lembah Sadang dan teluk Bone terdapat Pegunungan Latimojong yang membujur
dari utara ke selatan dengan ketinggian sekitar 3000 mdpl. Pada bagian utara dan
selatan lengan ini dipisahkan oleh depresi dengan arah baratlau-tenggara yang
terdapat danau-danau seperti Tempe, Sidenreng, dan danau Buaya. Pada bagu\ian
selatannya lengan ini mempunyai ketinggian yang lebih rendah jika dibandingkan
dengan bagian utara. Di daerah ini ada dua jalur pegunungan yaitu di bagian barat
dengan ketinggian diatas 1000 mdpl dan bagian timur dengan ketinggian 800
mdpl yang dipisahkan oleh lembah Sungai Walaneia. Kedua jalur pegunungan
tersebut di sebelah selatan pegunungan Bontorilni, bersatu sebagai hulu sungai
Walaneia yang mengalir ke utara tertutup oleh vulkan besar Lampobatang.
Sedangkan di luar pantai Makasar terdapat dangkalan Spermonde dengan
rangkaian karang, dan di luar pantai Watampone terdapat dangkalan dengan
rangkaian karang, laut dangkal dan sebelah baratnya menurun sampai palung
Bone.

1. Sulawesi Tengah
Keempat lengan dari pulau Sulawesi bertemu di bagian tengah. Bagian ini di
batasi oelh garis yang melalui Donggala-parigi_Lemore Teluk Tomini dari lengan
utara dan timur, garis dari Mojene_palopor Dongi sampai teluk Temori
membatasi dengan lengan selatan dan tenggara. Bagian tengah Sulawesi terbagi
dalam tiga zona yang memiliki perkembangan Geologi yang berbeda dan
mengarah utara-selatan (Sutardji, 2006:104). Ketiga zona tersebut adalah :

8
• Zona Palu, merupakan busur dalam vulkanis, tetapi telah padam, zona ini
bersatu ke utara dengan Sulawesi utara dan selatan dengan Sulawesi selatan
Batuan utama seperti grafik.
• Zona Poso, emrupakan palung antara yang seperti Granit dan endapan sediment
pantai batuan metamosif dengan endapan konglomerat, batu pasar dan letaknya
tidak selaras diatas batuan metamotif.
. Zona Kolondale, merupakan busur luar dengan dicirikan oleh batuan ultra basa,
batuan segimen yang terdiri dari gamping dan batu api usia mesozaikum (Sutardji,
2006:104).
2.4 Jenis Endapan Mineral
Pada busur ini, aktivitas magmatik cenderung berada pada daerah bawah laut dan
juga tersusun oleh batuan sedimen sebagai akumulasi kegiatan tektonik aktif di
daerah ini. Dominasi busur ini adalah aktivitas lempeng aktif yang membentuk
lengan – lengan kepulauan Sulawesi. Akibat pertemuan tiga lempeng samudera
yang berada di sulawesi arc menyebabkan magma basa sehingga menghasilkan
mineral yang mengandung logam berat. Akibatnya, mineralisasi yang terjadi
meliputi porfiri emas-tembaga, endapan sulfidasi tinggi, sediment hosted gold,
dan urat sulfidasi rendah. Berdasarkan geologinya, lengan timur dan tenggara di
dominasikan oleh batuan malihan dan afiolit yang terobdaksi pada miosen ke atas.
Mandala timur, Benua mini banggai-Sulawesi berasal dariAustralia dan berumur
Palezoikum-Mesozoikum (Smith and Silver, 1991 dalam Soemandjuntak,
2004:26). Sedangkan pada lengan selatan di dominasi oleh batuan gunung api dan
lengan selatan di dominasik oleh batuan gunung api dan terobosan Miosen lebih
muda yang membentuk sabuk lipatan diatas tepi bagian timur daratan sunda
(Katili 1978 dalam Soemandjuntak, 2004:26). Pada bagian tengah pulau Sulawesi
didominasi batuan yang berasal dari aktivitas volkanik seperti granit. Sedangkan
pada lengan utara di dominasi oleh batuan metamorf seperti Sekis Kristalin dan
Phelit. Dilihat dari Geologi regional di lengan selatan pulau Sulawesi yang
terdapat formasi latimojong yang terdiri atas batuan batu lava, batu pasir
termetakan, batuan sabak, filit dan sekis merupakan formasi batuan yang mirip
dengan geologi Kalimantan Barat yaitu tepian benua yang terbentuk oleh proses
penunjaman. Sehingga diperkirakan Sulawesi dan Kalimantan, dulunya
merupakan satu kesatuan daratan lempeng Eurasia.
B. Busur sunda-banda
Busur ini terakhir di intrusi oleh granit pada Trias Akhir, kemungkinan
berlangsung juga pembentukan jalur timah putih di Asia Tenggara pada Awal
Mesozoik dimana diintrusi juga oleh pluton berumur Kapur Awal seperti dapat
dijumpai pada Pegunungan Schwaner. Pada pertengahan Eosen, terbentuk tufa
riolit berumur 49,7 dan 48,6 juta tahun (Baharuddin dkk., 1990). Sebelum Eosen
Atas sampai Oligosen, terbentuk batuan sedimen. Kondisi pembentukan tufa riolit
tersebut kemungkinan akibat pemekaran yang berkaitan dengan pembentukan
Laut Sulawesi. Busur magmatik di tengah Pulau Kalimantan diketahui pada

9
beberapa tahun terakhir dari sisa-sisa erosi batuan andesitik sampai trahit-
andesitik dari volkanik fasies sentral yang berumur Oligosen Akhir sampai Awal
Miosen, pada beberapa tempat berasosiasi dengan cebakan emas dan beberapa
daerah prospek logam. Batuan volkanik tersebut termasuk juga trahit-andesit yang
berumur 23 juta tahun tersingkap dekat tambang Kelian (van Leeuwen dkk.,
1990), batuan terobosan andesit dan basalt berumur 14,4 - 24 juta tahun di antara
Kelian dan Gunung Muro (van de Weerd dkk., 1987).
Gambar. Endapan Bahan galian di Sunda ( Van de Weer dkk, 1997)
.c. Busur Kalimantan Tengah
Busur kontinen ini melampar dari Kalimantan bagian timur laut ke arah selatan
melewati Kalimantan Tengah dan Barat dan menerus ke Serawak. Busur
magmatik di tengah Pulau Kalimantan ini diketahui pada beberapa tahun terakhir
dari sisa-sisa erosi batuan andesitik sampai trakhit-andesitik dari volkanik fasies
sentral yang berumur Oligosen Akhir sampai Awal Miosen. Busur ini sangat
berkaitan dengan penunjaman ke arah selatan dengan jalur penunjaman umumnya
terletak pada bagian barat laut Serawak.
Gambar penyebaran busur magmatik di Kalimantan (atas) dan beberapa busur
magmatik yang menghasilkan deposit mineral ekonomis ( Van De Weer dkk,
1997)
BUSUR INDONESIA BAGIAN TIMUR (IRIAN)
Wilayah Indonesia secara geografis terletak diantara dua benua yaitu Asia
dan Australia serta terletak diantara dua samudra yaitu Pasifik dan Hindia.
Indonesia sebagai negara kepulauan merupakan salah satu wilayah yang
mempunyai tatanan geologi dan pola tektonik yang komplek dimuka Bumi ini.
Secara tektonik lempeng, Indonesia merupakan lokasi benturan antara tiga
lempeng utama litosfir yaitu Hindia-Australia di bagian selatan, Pasifik di sebelah
timur laut dan Eurasia di barat laut. Karena interaksi antara lempeng-lempeng
tersebut, terjadi berbagai gejala-gejala tektonik yang berkaitan dengan
pembentukan busur kepulauan, kegunungapian, kegempaan, cekungan, dan
struktur geologi yang kompleks. Secara fisiografis wilayah Indonesia dibatasi di
sebelah selatan oleh suatu palung laut dalam yang memanjang dan dapat diikuti
mulai dari Burma-Andaman-Sumatra-Jawa hingga ke Kepulauan Banda di bagian
Timur Indonesia, yang merupakan jalur penekukan dan penyusupan lempeng
Hindia-Australia ke bawah lempeng Asia Tenggara. Antara Indonesia bagian
timur dan barat, terdapat perbedaan fisiografis yang mencolok. Daerah busur
tengah Irian Jaya memanjang dari kepala burung hingga Papua Nugini. Hal ini
berkaitan dengan pergerakan sabuk New Guinea, sebuah zona sabuk metamorfik
dan pembentukan ophiolit. Busur diikuti juga dengan subduksi di selatan dan
diikuti penumbukan. Kegiatan vulkanisme yang mengikuti adalah bersifat
andesitik. Busur tengah Irian Jaya terbentuk di lempeng aktif Pasifik. Deformasi
yang terus terjadi mengakibatkan pembentukan deposit pada daerah benua pasif
yang terbentuk sebelumnya dengan dasar berupa batugamping jalur New Guinea.

10
Mineralisasi yang terjadi berupa porfiri yang kaya akan emas, badan bijih skarn.
Keberadaan ketujuh busur mayor ini berkaitan dengan mineralisasi aktif di
Indonesia, terutama terhadap emas dan tembaga. Jumlah endapan per km panjang
busur tergantung pada masing - masing busur dan kontrol lain yang berkaitan
dengan mineralisasi. Pada gambar di atas ditunjukkan daerah mineralisasi aktif
sepanjang busur magmatik di Indonesia.
Busur mayor ini juga diikuti dengan keberadaan busur minor di sekitar. Busur
minor tersebut terdiri atas :
1. Busur Schwaner mountain (west Kalimantan, tonalitic - granodioritic
batholiths, early cretaceous)
2. Busur Sunda shelf (Karimata island, granitic, late cretaceous)
3. Busur Moon utawa (northern head of Irian Jaya, andesitic - sedimentary rocks
- intruded dioritic, middle miocene)
4. Busur West sulawesi (western Sulawesi, granitic, late miocene - pliocene)
5. Busur Northwest Borneo (andesitic, middle miocene)
6. Busur Sumba Timor (andesitic - andesite porphyry intrusions, palaeogene)
7. Busur Coastal Irian Jaya (Mamberamo, diorites, neogene possibly)
8. Busur Talaud (Northeast Sulawesi, andesitic-andesite blocks in melange,
neogene)
Di Indonesia bagian barat terdapat busur-busur kepulauan, yang dibatasi oleh
lautan dengan kedalaman rata-rata berkisar antara 200 meter dan membentuk
suatu paparan yang luas yang dikenal dengan Sundaland. Di Indonesia bagian
timur, busur-busur kepulauannya dibatasi oleh lautan dengan kedalaman
mencapai ribuan meter, dengan palung-palung dalam yang terdapat di antara
busur lengkung yang tajam dan beda relief yang sangat tajam. Kedua fisiografi
yang berbeda tersebut dibatasi oleh suatu garis imajiner yang membentang di
atara Pulau Bali dan Pulau Lombok di selatan dan menerus ke utara melalui Selat
Makasar. Garis tersebut dikenal sebagai garis Wallace yang awalnya merupakan
garis pembatas yang memisahkan keragaman flora dan fauna antara Indonesia
bagian barat dengan Indonesia bagian timur. Fisiografi pada dasarnya merupakan
pencerminan dari kondisi geologi dan struktur suatu wilayah. Adanya perbedaan
tersebut menunjukan adanya perbedaan perkembangan tektonik yang menonjol
antara Indonesia bagian barat dan bagian timur. Pada Jurasic Akhir diperkitakan
Blok Banda yang sebelumnya bergabung dengan Gondawa terpisah dan menjauhi
Sula Spur. Blok Argo lalu terpisah kemudian melalui proses pemekaran
(spreading). Pemekaran berkembang ke barat menerus sampai pada margin dari
Greater India 2. Busur kepulauan dan fragmen-fragmen benua bergerak menjauh
dari Gondawa sebagai hasil dari rollback dari subduksi. Lalu 135 juta tahun yang
lalu, India mulai terpisah dari Australia dan Papua yang masih bergabung dengan

11
Antartika. Pemekaran di Ceno Tethys memiliki orientasi rata-rata NW-SE. Blok
Argo dan Busur Woyla bergerak ke Asia Tenggara. Sekitar 25 juta tahun
kemudian India terpisah dari Australia. Blok Argo mendekati Sundaland dan
pemekaran pada Ceno-Tethys yang berarah NW-SE berhenti. Pusat pemekaran
antara India-Australia berkembang ke arah utara. Terjadi subduksi di bagian
selatan Sumatra dan tenggara Kalimantan. Pada 90 juta tahun yang lalu, Blok
Argo mendekati Kalimantan sebelah barat laut Kalimantan dan Busur Woyla
mendekati tepian Sumatra. Koalisi-koalisi tersebut menyebabkan subduksi yang
berlangsung sebelumnya berhenti. India terus bergerak ke utara melalui subduksi
pada Busur Incertus. Australia dan Papua mulai bergerak perlahan menjauhi
Antartika. Pada Kapur Akhir, India bergerak cepat ke utara dikarenakan
pemekaran yang cepat di bagian selatan dan terbentuk sesar-sesar tranform. Tidak
ada pergerakan yang signifikan antara Australia dengan Sundalandserta tidak
terjadi subduksi di bawah pulau Sumatra dan Jawa. Sekitar 55 juta tahun yang
lalu, pergerakan Australia-Sundaland menyebabkan terbentuknya subduksi
sepanjang barat tepi Sundaland, di bawah Pulau Sumba dan Sulawesi Barat, dan
mungkin menerus ke utara. Batas antara lempeng Australia-Sundaland pada
bagian selatan Jawa merupakan zona strike-slip sedangkan pada selatan Sumatra
berupa zona strike-slip tangensional. Busur Incertus dan batas utara dari Greater
India bergabung dan terus bergerak ke utara. Pada 45 juta tahun yang lalu,
Australia dan Papua mulai bergerak dengan cepat menjauhi Antartika. Terbentuk
cekungan di sekitar daerah Celebes dan Filipina serta jalur subduksi yang
mengarah ke selatan pada proto area Laut Cina Selatan. Pada 35 juta tahun yang
lalu, daerah Sundaland mulai berotasi berlawanan dengan arah jarum jam, bagian
timur Kalimantan dan Jawa secara relatif bergerak ke utara. Rotasi tersebut
berlangsung disebabkan karena adanya interaksi lempeng India ke Asia. Lalu
pada 15 juta tahun yang lalu, bagian kerak samudra pada Blok Banda yang
berumur lebih tua dari 120 juta tahun yang lalu mencapai jalur subduksi pada
selatan Jawa. Palung berkembang ke arah timur sepanjang batas lempeng sampai
bagian selatan dari Sula Spur. Australia dan Papua mendekat ke posisi sekarang
ini dan lengan-lengan dari Sulawesi mulai bergabung. Lalu 5 juta tahun yang lalu
jalur-jalur subduksi dan gunung berapi berkembang hampir mendekati keadaan
saat ini. Australia dan Papua terus bergerak ke utara.
Struktur Geologi Wilayah Indonesia Timur dihasilkan sebagai akibat interaksi 4
buah lempeng lithosfer (Eurasia, Laut Philipina, India dan Pasific). Di wilayah
laut Maluku, zona Beniof memanjang berlawanan arah, yaitu ke arah barat dan
timur, dan busur vulkanik yangberkembang, yaitu busur Sangihe (Morrice, dkk. ,
1981). Zona Beniof memanjang 45o sepanjang 230 km di bawah lempeng laut
Philipina dibagian timur, tetapi penajaman (55o - 65o) sedalam 680 km bagian
tenggara lempeng Asia yang terletak di atas busur Sangihe (Cardwell, dkk., 1980).
Perbedaan panjangzona seismik antara busur bagian barat dan timur, mungkin
berhubungan denganlamanya tumbukan atau kecepatan tumbukan dari penajaman
ke arah barat di bawah busur Sangihe. Busur Sangihe relatif lurus berarah utara ±
selatan sepanjang 300 km menunjukkan busur khusus. Deretan vulkanik depan
(Tongkoko ± Banua Wuhu) terletak 100 - 200km di atas zona Beniof, dan

12
gunungapi-gunungapi tumbuh meluas sampai 70 km dibelakang deretan vulkanik
depan, dengan demikian busur vulkanik berada 100 - 180km di atas sumber
gempa. Di kepulauan Sangir terdapat 4 buah gunungapi aktif (Awu, Banua Wuhu,
Api Siau,Raung), yang terletak pada garis sepanjang 50 km. Disamping itu ada
tiga pulaulainnya (Kalama, Makalehi, Tagulandang) yang memiliki morfologi
vulkanik muda. G. Awu merupakan gunungapi aktif di ujung utara busur Sangir,
dan berada dibagianutara pulau Sangihe. Struktur geologi yang berkembang di
daerah G. Awudan sekitarnya, terdiri dari kaldera, kawah, sesar dan kelurusan
vulkanik.
Geologi Papua merupakan priode endapan sedimentasi dengan masa yang panjang
pada tepi Utara Kraton Australia yang pasif yang berawal pada Zaman Karbon
sampai Tersier Akhir. Lingkungan pengendapan berfluktuasi dari lingkungan air
tawar, laut dangkal sampai laut dalam dan mengendapkan batuan klatik kuarsa,
termasuk lapisan batuan merah karbonan, dan berbagai batuan karbonat yang
ditutupi oleh Kelompok Batugamping New Guinea yang berumur Miosen.
Ketebalan urutan sedimentasi ini mencapai + 12.000 meter. Pada Kala Oligosen
terjadi aktivitas tektonik besar pertama di Papua, yang merupakan akibat dari
tumbukan Lempeng Australia dengan busur kepulauan berumur Eosen pada
Lempeng Pasifik. Hal ini menyebabkan deformasi dan metamorfosa fasies sekis
hijau berbutir halus, turbidit karbonan pada sisii benua membentuk Jalur
“Metamorf Rouffae” yang dikenal sebagai “Metamorf Dorewo" Akibat lebih
lanjut tektonik ini adalah terjadinya sekresi (penciutan) Lempeng Pasifik ke tas
jalur malihan dan membentuk Jalur Ofiolit Papua Pada Kala Oligosen terjadi
aktivitas tektonik besar pertama di Papua, yang merupakan akibat dari tumbukan
Lempeng Australia dengan busur kepulauan berumur Eosen pada Lempeng
Pasifik. Hal ini menyebabkan deformasi dan metamorfosa fasies sekis hijau
berbutir halus, turbidit karbonan pada sisii benua membentuk Jalur “Metamorf
Rouffae” yang dikenal sebagai “Metamorf Dorewo”. Akibat lebih lanjut tektonik
ini adalah terjadinya sekresi (penciutan) Lempeng Pasifik ke tas jalur malihan dan
membentuk Jalur Ofiolit Papua. Peristiwa tektonik penting kedua yang melibatkan
Papua adalah Orogenesa Melanesia yang berawal dipertengahan Miosen yang
diakibatkan oleh adanya tumbukan Kraton Australia dengan Lempeng Pasifik.
Hal ini mengakibatkan deformasi dan pengangkatan kuat batuan sedimen Karbon-
Miosen (CT), dan membentuk Jalur Aktif Papua. Kelompok Batugamping New
Guinea kini terletak pada Pegunungan Tengah. Jalur ini dicirikan oleh sistem yang
komplek dengan kemiringan ke arah utara, sesar naik yang mengarah ke Selatan,
lipatan kuat atau rebah dengan kemiringan sayap ke arah selatan Orogenesa
Melanesia ini diperkirakan mencapai puncaknya pada Pliosen Tengah. Dari
pertengahan Miosen sampai Plistosen, cekungan molase berkembang baik ke
Utara maupun Selatan. Erosi yang kuat dalam pembentukan pegunungan
menghasilkan detritus yang diendapkan di cekungan-cekungan sehingga mencapai
ketebalan 3.000 – 12.000 meter. Pemetaan Regional yang dilakukan oleh PT
Freeport, menemukan paling tidak pernah terjadi tiga fase magmatisme di daerah
Pegunungan Tengah. Secara umum, umur magmatisme diperkirakan berkurang ke
arah selatan dani utara dengan pola yang dikenali oleh Davies (1990) di Papua

13
Nugini. Fase magmatisme tertua terdiri dari terobosan gabroik sampai dioritik,
diperkirakan berumur Oligosen dan terdapat dalam lingkungan Metamorfik
Derewo. Fase kedua magmatisme berupa diorit berkomposisi alkalin terlokalisir
dalam Kelompok Kembelangan pada sisi Selatan Patahan Orogenesa Melanesia
Derewo yang berumur Miosen Akhir sampai Miosen Awal. Magmatisme
termuda dan terpenting berupa instrusi dioritik sampai monzonitik yang
dikontrol oleh suatu patahan yang aktif mulai Pliosen Tengah sampai kini.
Batuan-Batuan intrusi tersebut menerobos hingga mencapai Kelompok
Batugamping New Guinea, dimana endapan porphiri Cu-Au dapat terbentuk
seperti Tembagapura dan OK Tedi di Papua Nugini. Hasil Penelitian yang
dilakukan oleh Nabire Bhakti Mining terhadap 5 contoh batuan intrusi di Distrik
Komopa menghasilkan umur antara 2,9 juta tahun sampai 3,9 juta tahun. Selama
Pliosen (7 – 1 juta tahun yang lalu) Jalur lipatan papua dipengaruhi oleh tipe
magma I – suatu tipe magma yang kaya akan komposisi potasium kalk alkali yang
menjadi sumber mineralisasi Cu-Au yang bernilai ekonomi di Ersberg dan Ok
Tedi. Selama pliosen (3,5 – 2,5 JTL) intrusi pada zona tektonik dispersi di kepala
burung terjadi pada bagian pemekaran sepanjang batas graben. Batas graben ini
terbentuk sebagai respon dari peningkatan beban tektonik di bagian tepi utara
lempeng Australia yang diakibatkan oleh adanya pelenturan dan pengangkatan
dari bagian depan cekungan sedimen yang menutupi landasan dari Blok
Kemum. Menurut Smith (1990), Sebagai akibat benturan lempeng Australia
dan Pasifik adalah terjadinya penerobosan batuan beku dengan komposisi sedang
kedalam batuan sedimen diatasnya yang sebelumnya telah mengalami patahan
dan perlipatan. Hasil penerobosan itu selanjutnya mengubah batuan sedimen dan
mineralisasi dengan tambaga yang berasosiasi dengan emas dan perak.
Stratigrafi
- Batuan malihan tak terpisahkan berumur Paleozoikum (Pz)
Merupakan batuan tertua di daerah penyelidikan, terdiri dari batu
lempung, batupasir arkosa dan batugamping lapukan. Termasuk dalam kelompok
ini adalah batuan sedimen klastika laut termalihkan rendah, termalihkan
menengah dan termalihkan tinggi. Beberapa batugamping dan marmer yang
terhablur ulang, berlapis terlipat. Sebaran batuan malihan ini menempati bagian
tengah, bagian timur dan bagian tenggara daerah penyelidikan, membentuk
morfologi pegunungan.
- Batuan Plutonik berumur Paleozoikum-Mesozoikum (PTR)
Menerobos batuan malihan tak terpisahkan berumur Paleozoikum (Pz). Batuan
ini terdiri dari granit urat dan retas pegmatite mengandung turmalin, granodiorit,
monzonit kuarsa dan granit porfir merah jambu. Sebaran batuan plutonik ini
mengikuti arah dan Sistim Sesar Sorong dan Sistim Sesar Ransiki, terdapat di
Kota Sorong, sebelah barat Manokwari dan daerah Ransiki, membentuk
morfologi pegunungan.
- Batuan sedimen klastika laut berumur Paleozoikum (CP)

14
Secara tidak selaras menutupi batuan malihan tak terpisahkan berumur
Paleozoikum (Pz). Batuan ini berbutir halus sampai menengah, beberapa
konglomerat dan batubara, gampingan, membentuk morfologi pegunungan. Yang
termasuk dalam kelompok batuan ini adalah lapisan merah bukan endapan laut
kebanyakan berbutir halus pada puncaknya gunungapi. Sebaran batuan ini di
bagian tengah daerah Kepala Burung. Batuan ini membentuk morfologi
pegunungan.
- Batuan terobosan ultramafik berumur Jura Bawah (M)
Terdiri dari serpentin, peridotit, piroksenit dan gabro menempati bagian utara
Pulau Waigeo (merupakan batuan tertua di pulau tersebut) dengan morfologi
perbukitan sampai pegunungan.
- Batuan sedimen klastika laut berumur Mesozoikum (Kj)
Secara tidak selaras menutupi batuan sedimen klastika laut Palezoikum (CP).
Batuan ini bersifat gampingan, dengan sebaran batuan dibagian utara tengah
Kabupaten Sorong (Sausapor), bagian tengah Kepala Burung (sebelah barat
Ransiki) dileher Kepala Burung (sebelah barat Wassior) membentuk morfologi
perbukitan terjal sampai pegunungan.
- Batuan sedimen klastika laut berumur Tersier (Tm)
Bersifat gampingan yang secara tidak selaras menutupi batuan klastika
laut berumur Mesozoikum (Kj). Kelompok batuan ini adalah batuan sedimen
klastika laut umumnya berbutir halus dan gunungapi, batupasir kuarsa, setempat
konglomerat, dengan serpih pasiran dan batulanau. Sebarannya menempati bagian
tengah Pulau Misool, bagian baratdaya Pulau Waigeo, bagian utara Pulau Batanta,
bagian tengah daerah Kepala Burung (sekitar Ayamaru) dan bagian leher Kepala
Burung (Teluk Wandamen), membentuk morfologi perbukitan landai sampai
terjal, dengan topografi karst.
- Batuan beku berumur Eosen Bawah sampai Miosen Bawah (TelTml)
Berupa lava basalan hingga andesitan, umumnya terubah, aglomerat, breksi lava,
tufa lava bantal, stok dan retas diorit, andesit dan porfir basalkan gabro. Sebaran
batuan ini terdapat dibagian tengah dan timur Pulau Waigeo, sebagian besar Pulau
Batanta, bagian baratlaut Pulau Salawati, bagian utara Kepala Burung (Warmare)
dan bagian timur Kepala Burung (sebelah utara Ransiki), membentuk morfologi
perbukitan sampai pegunungan.
- Batuan beku berumur Miosen Tengah (Tmm)
Berupa batuan gunungapi andesit, sedikit dasit dan tufa basal, aglomerat, lava dan
tufa padu, sedimen klastika gunungapi tufaan, retas dan stok diorit, andesit, porfir
dasit dan dolesit beberapa sisipan batugamping. Sebaran batuan ini dibagian utara
(daerah Saukorem) dan sebelah tenggara Manokwari (Pegunungan Arfak),
membentuk morfologi pegunungan.

15
- Bancuh berumur Miosen Atas (Tux)
Serpihan tektonik dengan sedimen klastika laut fasies laut dalam, serpih karbonan,
kalkarenit, batupasir, sedikit batupasir koral-gampingan dan napal. Sebaran satuan
batuan ini mengikuti Sistim Sesar Sorong (dimulai dari bagian timur laut Pulau
Salawati, menerus ke Kota Sorong dan sebelah timur kota Sorong), membentuk
morfologi perbukitan.
- Batuan sedimen klastika laut dan darat berumur Miosen Atas sampai
Plistosen (TmuQp),
Umumnya berbutir halus dan batubara. Sebaran batuan ini menempati bagian
tenggara barat Kepala Burung (Klomosin), sekitar Teminabuan, Bintuni dan
Babo, membentuk morfologi perbukitan landai sampai dataran, secara tidak
selaras menutupi kelompok batuan sedimen klastika laut berumur Tersier (Tm).
- Batugamping terumbu, batulanau, batupasir dan lignit, berumur Kuarter
(Qm),
Menempati bagian utara Pulau Misool dan bagian timur Manokwari,
membentuk morfologi perbukitan.
- Endapan permukaan berupa endapan sungai, endapan danau dan endapan
pantai, berumur Kuarter (Q),
Merupakan batuan termuda di daerah Kepala Burung, secara tidak selaras
menutupi batuan yang lebih tua, membentuk morfologi dataran. Sebaran endapan
permukaan ini menempati bagian selatan Pulau Salawati dan bagian selatan
daerah Kepala Burung dan sebelah barat Manokwari, membentuk morfologi
dataran. Stratigrafi Lembar Misool secara umum dapat dikelompokkan atas
batuan sedimen, batuan malihan dan batuan piroklastik dengan kisaran umur
mulai dari Paleozoikum hingga Holosen. Batuan Pra Tersier berumur mulai Pra
Trias – Kapur Akhir terdiri atas Batuan Malihan Ligu, Formasi Keskain,
Batugamping Bogal, Batunapal Lios, Serpih Yefbi, Formasi Demu, Serpih
Lelinta, Kelompok Fageo, Batugamping Facet dan Formasi Fafanlap. Batuan
Tersier terdiri atas Formasi Daram, Batugamping Zaag, Batunapal Kasim,
Batugamping Openta dan Batugamping Atkari. Endapan Kuarter adalah Aluvium
yang merupakan endapan permukaan yang tersebar di sepanjang pantai dan aliran
sungai utama. Fokus penyelidikan pada kegiatan ini adalah Batugamping Atkari
dan Batunapal Kasim berumur Plio-Plistosen yang berdasarkan pemerian
litologinya dijelaskan mengandung endapan batubara dari jenis lignit (Rusmana,
dkk., 1989)
http://www.geologinesia.com/2017/01/geologi-busur-kalimantan-tengah.html
http://www.geologinesia.com/2017/01/15-busur-magmatik-di-indonesia.html

16

Anda mungkin juga menyukai