Anda di halaman 1dari 2

Cara Membalas Caci Maki

Sampai sebuah kisah kepada kita tentang Al-Hasan bin Ali bin Abu Thalib, cucu Rasulullah saw, yang
sedang berjalan bersama anaknya, Muhammad, menuju pasar

Maka datanglah seseorang yang tak dikenal oleh beliau, lalu mencaci maki beliau, panjang serta banyak
caciannya, lagi menyakitkan bagi yang mendengarnya

Al-Hasan bin Ali hanya diam saja, sementara Muhammad hanya mendengar tanpa komentar. Hingga
selesailah semua umpat dan laknat itu setelah lamanya

Bertanya sang anak pada ayahnya, "Duhai ayahku, mengapa engkau tak membalas atau membela diri?",
tanyanya dengan penuh kebingungan, mencari penjelasan

Jawaban Al-Hasan sangatlah indah, "Sebab aku tak tahu bagaimana cara membalasnya". MasyaAllah,
keindahan akhlak cucu Nabi, pelajaran bagi kita semua

Sebab ia tak temukan kosakata kotor yang bisa digunakannya untuk membalas, bahkan kalimat "kamu
pun tak lebih baik dariku", Al-Hasan tidak mampu menemukan

Begitulah keagungan akhlak yang dibentuk Islam, bila yang memenuhi hati adalah ayat Allah dan hadits
Rasul-Nya, lalu mana lagi tempat untuk kata-kata kotor?

Bila yang dibaca tiap masanya adalah firman Allah yang indah, dan penguatnya adalah lisan Rasulullah
yang mulia, maka membalas caci-maki pun jadi tak berselera

Padahal Al-Hasan cucunya Nabi, nasabnya tinggi, pribadinya ranggi, senantiasa murah hati, sedar kecil
dididik Nabi juga sangat disayangi, surga pun sudah menanti
Lalu siapa kita? Yang bukan keluarga nabi, amal berantakan, hisab menegangkan, surga belumlah
jaminan, lantas kita tak bersabar dengan akhlak penuh keindahan?

Bilapun orang mencaci dengan kata dan cara yang paling kotor, biarkanlah sebab kita takkan dihisab
dengan itu semua. Tapi kita akan dihisab bagaimana cara menyikapinya

Maka siapkan diri kita, perbanyak interaksi dengan Al-Quran dan Sunnah, walau kita mungkin tak semulia
Al-Hasan, tapi kita bisa berusaha mengisi jiwa hanya dengan kebaikan.

Anda mungkin juga menyukai