Anda di halaman 1dari 13

ACARA I

PEMBUATAN PELLET

Oleh :
Nama : Sugiarto
NIM : B0A015036
Kelompok :6
Asisten : Rahmat Arief

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK PEMBUATAN DAN PEMBERIAN


PAKAN

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PROGRAM STUDI D-III PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERIKANAN
PURWOKERTO

2016
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pengembangan usaha budidaya adalah sarana dalam pencapaian


kesejahteraan masyarakat, baik dari kesehatan, pendapatan, penyerapan tenaga
kerja, dan sebagainya. Produksi perikanan budidaya harus ditingkatkan untuk
pencapaian gizi masyarakat luas dalam memenuhi kebutuhan akan protein.
Peningkatan kebutuhan masyarakat akan ikan, akan meningkatkan produksi
peikanan dan mempengaruhi faktor produksi lainnya, terutama pakan ikan.
Komposisi pakan yang diberikan harus sesuai dengan kebutuhan ikan agar
menghasilkan ikan yang berkualitas. Pakan ikan yang diberikan tergantung dari
bahan baku yang dibuat. Ketersediaan bahan baku harus berlimpah, baik secara
kualitas dan kuantitas (Afrianto, 2005).
Pemeliharaan ikan dalam budidaya secara intensif, selain didukung oleh
teknologi juga harus memperhatikan pakan yang diberikan. Pakan yang
diberikan harus dijaga kuantitas dan kualitasnya. Komposisi dalam setiap pakan
hendaknya mengandung komponen penting untuk pertumbuhan dan
kelangsungan hidup ikan. Kadar protein, karbohidrat, lemak, abu, serat, air,
vitamin, dan mineral merupakan syarat mutlak yang harus ada dalam setiap
pakan, baik pada pakan protein rendah, sedang, dan tinggi. Pakan buatan yang
berkualitas baik harus memenuhi beberapa kriteria, yaitu kandungan gizi pakan
terutama protein harus sesuai dengan kebutuhan ikan, kandungan nutrisi pakan
mudah diserap tubuh, kandungan abunya rendah dan tingkat efektivitas tinggi.
Perlu diperhatikan juga bentuk dan sifat pakan yang disesuaikan dengan
kebiasaan makan ikan. Setiap ikan berbeda kebutuhan pakannya berdasarkan
ukuran, jenis, variabel lingkungan, dan stadia hidup ikan. Apabila kebutuhan
nutrisi yang diberikan kurang, maka akan mengganggu pertumbuhan dan waktu
panen akan lama. Hal tersebut mengakibatkan tidak efisiesinya waktu dan biaya
produksi semakin besar (Djarijah S, 1998).
Protein merupakan elemen penting pada organ dan otot dari tubuh
hewan, berperan dalam membentuk jaringan baru untuk pertumbuhan, pengganti
jaringan yang rusak, pembentukkan enzim dan hormon serta pengatur berbagai
metabolisme dalam tubuh. Kebutuhan protein pada pakan untuk spesies ikan
memiliki tingkat kebutuhan yang berbeda tergantung jenis spesies. Kandungan
protein pakan optimal untuk ikan dipengaruhi oleh keseimbangan protein dan
energi, komposisi asam amino, kecernaan protein dan sumber energi pakan.
Pemanfaatan protein secara terus-menerus sangat diperlukan, apabila terjadi
kelebihan maka akan digunakan ikan untuk menyusun jaringan baru dan sisanya
diubah menjadi energi (Djarijah S, 1998).

B. Kompetensi

Praktikum acara Pembuatan Pellet ini memberikan kompetensi kepada


mahasiswa berupa :
1. Keterampilan secara bersama dalam proses pembuatan pellet yang sesuai
bentuk dan kualitas yang diinginkan.
2. Penentuan cara praktis pembuatan pellet dan penyimpanannya.
II. MATERI DAN METODE

A. Materi

Alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah pisau, alat penggiling
pellet, alat kukus, baskom, baki, timbangan, penampan untuk penjemuran pellet,
dan sendok, kertas koran, dan plastik.
Bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah ampas tahu, tepung
ikan, dedak halus, kosentrat, bugkil, tepung aci, air, kertas koran, dan plastik.

B. Metode

1. Alat dan bahan disiapkan.


2. Lakukan formulasi pakan ikan.
3. Lakukan penimbangan terhadap bahan-bahan untuk membuat pellet ikan
sesuai dengan hasil formulasi tersebut.
4. Campur semua bahan pembuat pellet tersebut.
5. Tambahkan air mendidih/panas sedikit demi sedikit.
6. Tempatkan adonan pada kantong plastik berukuran 1 kg.
7. Adonan dikukus selama kurang lebih 15-30 menit.
8. Adonan tersebut didinginkan dengan cara menggelarnya pada baki
kurang lebih 5-10 menit.
9. Adonan tersebut dicetak dengan menggunakan penggiling pellet,
kemudian ditampung dalam baki yang bersih.
10. Hasil cetakan tersebut dipotong-potong menjadi ukuran pellet yang
diinginkan dan disesuaikan dengan bukaan mulut ikan, kemudian
ditempatkan pada wadah seng yang dilapisi kertas koran.
11. Keringkan pellet tersebut di bawah sinar matahari hingga benar-benar
kering.
12. Bungkus menggunakan kantong plastik dan diberi label.
B. Pembahasan

Pelet adalah bentuk makanan buatan yang dibuat dari beberapa macam
bahan yang kita ramu dan kita jadikan adonan, kemudian kita cetak
sehingga merupakan batangan atau bulatan kecil-kecil. Ukurannya berkisar
antara 1-2 cm. Jadi pelet tidak berupa tepung, tidak berupa butiran, dan tidak
pula berupa larutan (Setyono, 2012). Permasalahan yang sering menjadi
kendala yaitu penyediaan pakan buatan ini memerlukan biaya yang relatif
tinggi, bahkan mencapai 60–70% dari komponen biaya produksi (Emma,
2006).
Formulasi merupakan salah satu tahap operasi yang esensial dalam
pengolahan pakan ikan. Akurasi penyusunan formulasi sangat menentukan
hasil produksi yang diperoleh serta efisiensi biaya pengolahan. Sebaliknya
kekeliruan di dalam formulasi tidak hanya berpengaruh terhadap
pertumbuhan ikan, tetapi juga mengakibatkan pemborosan bahan baki,
defisiensi, nutrien dan lain lain. Upaya untuk mengantisipasinya dapat
dilakukan dengan menyusun suatu formulasi pakan yang seimbang dan
bermutu serta maksimal (Suriatna, 1990).
Menurut Suryaningsih (2004) ada empat metode yang dapat
digunakan untuk memformulasikan kebutuhan masing-masing bahan untuk
membuat pellet, yaitu :
1. Metode empat persegi panjang pearson (pearson’s square)
Lihatlah atau carilah berbagai referensi yang berkaitan dengan kandungan
protein dari bahan baku yang tersedia dan akan digunakan, yaitu tepung ikan
petek dan dedak. Dari referensi dapat diketahui bahwa kandungan protein
tepung ikan petek adalah 60% dan dedak 9,6%. Gambarlah sebuah bujur
sangkar dan letakan nilai kandungan protein yang diinginkan tepat.
Ditengah-tengah garis diagonal bujur sangkar tersebut. Pada sisi kiri bujur
sangkar cantumkan 2 jenis bahan baku yang tersedia berikut nilai
kandungan proteinnya. Pada sisi kiri atas adalah bahan baku yang memiliki
nilai kandungan protein lebih tinggi (yaitu tepung ikan). Sedangkan pada
sisi kiri bawah adalah yang memiliki nilai kandungan protein lebih rendah
(yaitu dedak). Untuk lebih jelasnya lihat gambar berikut.
2. Metode persamaan aljabar
Kelompok bahan baku yang termasuk ke dalam kelompok sumber protein
utama dan kelompok yang bukan sumber protein utama (sebut saja sebagai
kelompok sumber protein penunjang). Buatlah rencana atau perkiraan yang
akan digunakan untuk masing-masing bahan baku tersebut. Sebagai contoh
1) kelompok sumber protein utama adalah tepung ikan tembang dan tepung
kedelai. Rencana proporsi atau perkiraan yang akan digunakan adalah
tepung ikan tembang 3 bagian dan tepung kedelai 1 bagian, 2) kelompok
sumber protein penunjang adalah dedak dan bungkil kelapa dengan rencana
atau perkiraan proporsi yang akan digunakan adalah dedak 2 bagian dan
bungkil kelapa 1 bagian.
3. Metode pemrograman linear
Program linear merupakan salah satu metode kuantitaif yang umum
digunakan dalam riset operasi untuk membantu perusahaan dalam proses
pengambilan keputusan. Model matematis ini merupakan penyederhanaan
kondisi nyata sebagai pernyataan kuantitatif dari tujuan dan kendala, yang
didasarkan pada syarat kebutuhan nutrisi udang, batasan pemakaian bahan
baku, dan kandungan nutrisi bahan baku. Dengan pengguanaan program
linear, keuntungan yang dapat diperoleh antara lain dapat dihasilkan pakan
sesuai dengan kebutuhan dapat meramu berbagai macam bahan baku secara
proporsional dan seimbang serta formulasi yang dihasilkan lebih cepat.

4. Trial and Erorr


Metode coba-coba (Trial and Error) merupakan metode yang banyak
digunakan oleh pembuat pakan skala kecil dimana metode ini relatif sangat
mudah dalam membuat formulasi pakan ikan. Metode ini prinsipnya adalah
semua bahan baku yang akan digunakan harus berjumlah 100%. Jika bahan
baku yang dipilih untuk penyusunan formulasi sudah ditetapkan maka
langkah selanjutnya adalah mengalikan antara jumlah bahan baku dengan
kandungan protein bahan baku. Langkah tersebut dilakukan sampai
diperoleh kandungan protein pakan sesuai dengan yang diinginkan. Dalam
metode ini maka pembuat formula harus sudah mengetahui dan memahami
kebutuhan bahan baku yang akan digunakan tersebut sesuai dengan
kebutuhan ikan dan kebiasaan makan setiap jenis ikan serta kandungan
optimal setiap bahan baku yang akan digunakan dalam formulasi tersebut.
Dasar metode ini adalah menentukan dahulu bahan makanan yang akan
digunakan, kemudian mencoba-coba atau diduga-duga presentase tiap
bahan dan kandungan nutrisinya untuk memenuhi kebutuhan nutrisi ternak
tersebut. Bila hasil perhitungan lebih atau kurang, maka presentasi
pemakaian tiap bahan pakan ditambah atau dikurangi hingga relatif
mendekati kebutuhan nutrisi tersebut (Asmawi, 1983).
Tepung ikan merupakan bahan makanan pokok ikan yang digunakan
sebagai sumber protein hewan dan mineral, terutama kalsium dan fosfor.
Bahan makanan tersebut mengandung protein yang memiliki kualitas jauh
lebih baik karena mengandung asam amino yang diperlukan untuk ikan,
terutama methioni ndan lisin (Djangkaru, 1974). Tepung ikan yang baik
berasal dari jenis ikan yang kadar lemaknya rendah. Bau khusus suatu jenis
ikan kadang juga mempengaruhi daya tariknya, sehingga lebih merangsang.
Untuk meningkatkan bau yang merangsang, ikannya dapat kita
fermentasikan lebih dahulu menjadi bekasem.
dan sisa hasil pengolahan biasanya merupakan bahan baku yang penting
untuk pembuatan tepung ikan. Secara umum tepung ikanmengandung
protein sebanyak 22,65% (Mudjiman, 2000).

Formulasi pakan adalah perhitungan jumlah bahan baku yang akan


digunakan untuk membuat pakan ikan. Dalam penyusunan formulasi pakan
ikan, perlu diketahui beberapa kandungan zat gizi yang dibutuhkan ikan
yaitu protein berkisar 20-60%, lemak 4-18%, karbohidrat terdiri dari serat
kasar kurang dari 8% dan BETN 20-30%, vitamin dan mineral berkisar
antara 2-5%. Jumlah keseluruhanbahan baku dalam menyusun formulasi
pakan ikan adalah 100% (Maynard, 1979).
Dedak halus (bekatul) menurut Djarijah (1998), sebaiknya dipilih yang
masih segar dan tidak tercampur dengan potongan sekam. Bekatul harus
keringdan tidak kasar. Bila bekatul digenggam, akan terasa lembut (halus)
dangumpalannya mudah pecah. Kondisi seperti ini berarti bekatul cukup
baik untukdigunakan sebagai bahan baku pembuatan pakan ikan. Tingkat
kesegaran bekatuldiketahui dengan mencium baunya. Bekatul segar berbau
beras dan tidak berbauapek atau amoniak yang menyengat.
Ampas tahu merupakan hasil sampingan dari proses pembuatan tahu
yang banyak terdapat di Indonesia, khususnya di Pulau Lombok Nusa
Tenggara Barat. Menurut Wirianto (1985), ampas tahu mengandung gizi
yang baik dan dapat digunakan sebagai pakan ternak besar dan kecil.
Menurut Handajani & Widodo (2010), ampas tahu memiliki kandungan
protein sebesar 43%.Penggunaan ampas tahu pada pakan ikan berkisar 27%
(Haetami, 2006).
Konsentrat atau pakan penguat dapat disusun dari biji-bijian dan limbah
hasil proses industri bahan pangan seperti jagung giling, tepung kedelai,
menir, dedak, bekatul, bungkil kelapa, tetes dan umbi. Peranan konsentrat
adalah untuk meningkatkan nilai nutrien yang rendah agar memenuhi
kebutuhan normal hewan untuk tumbuh dan berkembang secara sehat
(Akoso, 1996). Penambahan konsentrat dalam ransum ternak merupakan
suatu usaha untuk mencukupi kebutuhan zat-zat makanan, sehingga akan
diperoleh produksi yang tinggi. Selain itu dengan penggunaan konsentrat
dapat meningkatkan daya cerna bahan kering ransum, pertambahan bobot
badan serta efisien dalam penggunaan ransum (Holcomb et. al., 1984).
Afrianto (2005), Vitamin merupakan senyawa organik yang penting
bagi pertumbuhan, reproduksi dan kesehatan ikan serta sebagai pemacu
metabolisme dalam tubuh ikan. Secara umum vitamin dibagi menjadi dua
kelompok, yaitu vitamin yang larut dalam lemak dan vitamin yang larut
dalam air. Golongan vitamin yang larut dalam lemak yakni vitamin A, D, E,
dan K sedangkan vitaminyang larut dalam air yakni vitamin B dan C.
Penggunaan vitamin dalam pakan buatan menggunakan premix (vitamin
mix). Premix atau vitamin mix di formulas iuntuk mengganti vitamin yang
tidak tersedia secara lengkap atau hilang selama proses pembuatam pakan.
Tujuan pemberian pakan pada ikan adalah menyediakan kebutuhan
gizi untuk kesehatan yang baik, pertumbuhan dan hasil panen yang
optimum, produksi limbah yang minimum dengan biaya yang masuk akal
demi keuntungan yang maksimum. Pakan yang berkualitas kegizian dan
fisik merupakan kunci untuk mencapai tujuan-tujuan produksi dan
ekonomis budidaya ikan. Pengetahuan tentang gizi ikan dan pakan ikan
berperan penting di dalam mendukung pengembangan budidaya ikan
(aquaculture) dalam mencapai tujuan tersebut. Konversi yang efisien dalam
memberi makan ikan sangat penting bagi pembudidaya ikan sebab pakan
merupakan komponen yang cukup besar dari total biaya produksi. Bagi
pembudidaya ikan, pengetahuan tentang gizi bahan baku dan pakan
merupakan sesuatu yang sangat kritis sebab pakan menghabiskan biaya 40-
50% dari biaya produksi (Sudaryono, A., et. al. 2005).
Pakan buatan adalah salah satu faktor penting dalam usaha budidaya
ikan intensif karena merupakan biaya variabel terbesar dalam proses
produksi yakni 40%‒60% Webster & Liem (2002) dalam Utomo (2011).
Salah satu kendala yang dihadapi dalam pembuatan pakan adalah
ketersediaan bahan baku yang sebagian masih impor (Utomo et al., 2011).
Bahan untuk membuat pakan harus memenuhi kebutuhan nutrisi ikan,
meliputi makronutrien seperti protein, lemak, dan karbohidrat serta
mikronutrien seperti vitamin dan mineral. Pellet merupakan bentuk bahan
pakan yang dipadatkan sedemikian rupa dari bahan konsentrat atau hijauan
dengan tujuan untuk mengurangi sifat keambaan pakan. Keuntungan pakan
bentuk pellet adalah meningkatkan konsumsi dan efisiensi pakan,
meningkatkan kadar energi metabolis pakan, membunuh bakteri pathogen,
menurunkan jumlah pakan yang tercecer, memperpanjang lama
penyimpanan, menjamin keseimbangan zat nutrisi pakan dan mencegah
oksidasi vitamin Patrick dan Schaible (1980).
Pembuatan Pelet Bahan dicampur secara merata sesuaidengan
komposisi yang telah ditentukan dan diproses menggunakan alat pencetak
pelet sederhana untuk mengasilkan produk pelet. Tahap pembuatan pakan
yaitu (Zaenuri, R., 2014) :
Mulai
1. Penggilingan bahan
ikan
Pengadaan bahan pakan 2. Pencampurran bahan
ikan
3. Pembuatan adonan
Sleksi bahan pakan ikan 4. Pengukusan adonan
5. Pengolahan bentuk
Analisis nutrisi pakan ikan pellet
6. Pengeringan pellet

Proses pengolahan pakan ikan

1. Analisis proksimat
Pellet 2. Pengujian fisik

Selesai

Hasil praktikum yang kami dapatkan pada acara pembuatan pellet ini adalah
pembuatan formulasi pakan ikan 1 kg. Pakan tersebut disesuaikan oleh keinginan
sendiri dengan perhitungan. Bahan-bahan antara lain tepung ikan 724 gr, dedak
halus 64 gr, ampas tahu 64 gr, kosentrat 64gr, bungkil 64 gr, dan ACI 100gr. Hasil
perhitungan bahan lalu dicampurkan semua sehingga menjadi adonan lalu di rebus
dan kemudian di bentuk kecil-kecil dengan alat pencetak pellet manual. Dari hasil
yang kami lakukan sesuai dengan literatur menurut Setyono, (2012) Pelet adalah
bentuk makanan buatan yang dibuat dari beberapa macam bahan yang kita ramu
dan kita jadikan adonan, kemudian kita cetak sehingga merupakan batangan atau
bulatan kecil-kecil. Ukurannya berkisar antara 1-2 cm. Jadi pelet tidak berupa
tepung, tidak berupa butiran, dan tidak pula berupa larutan. Permasalahan yang
sering menjadi kendala yaitu penyediaan pakan buatan ini memerlukan biaya yang
relatif tinggi, bahkan mencapai 60–70% dari komponen biaya produksi (Emma,
2006). Kerusakan pellet dapat ditemukan secara visual dapat diukur relatif mudah,
sedangkan kerugian akibat pertumbuhan suboptimal jauh lebih sulit untuk
mengukur selama produksi. Efek yang kuat dari perbedaan dalam pakan mengambil
nutrisi dan retensi energi jelas ditunjukkan (Aas, T. S., 2015)
VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil praktikum acara pembuatan pelet dapat disimpulkan


bahwa:

1. Proses pembuatan pellet disesuakan dengan jenis bukaan mulut ikan yang
akan dipelihara dan memilki kualitas protein atau nilai gizi yang baik dan
diinginkan.
2. Pakan berbentuk pellet merupakan produk hasil pembuatan pakan dengan
melibatkan panas (suhu), tekanan dan kelembaban. Lama penyimpanan,
menjamin keseimbangan zat nutrisi pakan dan mencegah oksidasi vitamin

B. Saran

Sebaiknya dalam praktikum alat dan bahannya lebih dipersiapkan lagi, dan
lebih berhati-hati dalam setiap melakukan pengamatan yang berhubungan
dengan ikan atau benda hidup agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
DAFTAR REFFERENSI

Aas, T. S., Sixten, H. J., Hillestad, M., Ytrestøyl, T., Sveier, H., & Åsgård, T. E.
2015. Feed intake and nutrient digestibility and retention in Atlantic salmon
fed diets with different physical pellet quality. A CREATE project.
Afrianto, E. 2005. Pakan Ikan . Kanisius : Yogyakarta.

Akoso, B., T. 1996. Kesehatan Sapi. Yogyakarta : Kanisius.

Asmawi, S. 1983. Pemeliharaan Ikan dalam Keramba. PT Gramedia :Jakarta.

Djajasewaka H., 1985. Teknologi Pakan Ikan . Yasa Guna : Jakarta.

Djangkaru Z., 1974. Makanan Ikan. Kanisius : Yogyakarta.

Djarijah S., 1998. Membuat Pellet Pakan Ikan. Kanisius : Yogyakarta.

Emma, Z. 2006. Studi Pembuatan Pakan Ikan dari Campuran Ampas Tahu, Ampas
Ikan, Darah Sapi Potong, dan Daun Keladi yang Disesuaikan dengan
Standar Mutu Pakan Ikan. Jurnal Sains Kimia. 10: 40-45.
Handajani, H., Widodo, W. 2010. Nutrisi Ikan. Universitas Muhammadiah
Malang. Malang.
Haetami, K., Susangka, I., Maulida, I. 2006. Suplementasi Asam Amino pada Pelet
yang Mengandung Silase Ampas Tahu dan Implikasinya Terhadap
Pertumbuhan Benih Ikan Nila Gift (Oreochromis niloticus). http://pustaka.
unpad.ac.id/wpcontent/uploads/2 009/04/suplementasi_asam_amin
o_pada_pelet_yang_mengandu _silase.pdf. [4 April 2012].
Holcomb, G., H. Kiesling, and G. Lofgreen, 1984. Digestibility of Diets and
Performance by Steers Feed Varying Energy and Protein Level in Feedlot
Receiving Program. Livestock Research Beefs and Cattle Growers Shorts
Course. Mexico: New Mexico State University.

Kasno, S., 1990. Memelihara Ikan Bersama Udang . Penebar Swadaya : Jakarta.

Maynard, et al. 1979. Animal Nutrition. Philippine: Sevent Edition MCGraw-Hill


Book Compani.
Mudjiman, A., 2000. Makanan Ikan. Penebar Swadaya : Jakarta.

Patrick. 1980. Beternak Ayam Pedaging. Jakarta: Penebar Swadaya.


Setyono, B. 2012. Pembuatan Pakan Buatan. Unit Pengelola Air Tawar. Malang:
Kepanjen.
Sudaryono, Santosa, B. A. S. dan S. Widowati. 2005. Evaluasi Teknologi Tepung
Instan dari Jagung Brondong dan Mutunya. J. Pascapanen. Vol. 1
Sumeru. U.S., 1992. Pakan Udang Windu. Kanisius : Yokyakarta.

Suriatna., 1990. Makanan Ikan. ITB : Bandung.

Suryaingsih., 2004. Makanan Ikan. Penebar Swadaya : Jakarta

Utomo, & Uktolseja, J.L.A. 2011. Deposisi nutrisi ikan lele dumbo (Clarias
gariepinus) sebagai akibat penambahan L-Karnitin pada dua taraf lisin dan
lemak. Jurnal penelitian perikanan.
Winarno. 1985. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka.
Zaenuri, R., Suharto, B., & Sutanhaji, A. T. 2014. Kualitas Pakan Ikan Berbentuk
Pelet Dari Limbah Pertanian. Jurnal Sumber Daya Alam dan Lingkungan,
1(1), 31-36.

Anda mungkin juga menyukai