PEMBUATAN PELLET
Oleh :
Nama : Sugiarto
NIM : B0A015036
Kelompok :6
Asisten : Rahmat Arief
2016
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Kompetensi
A. Materi
Alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah pisau, alat penggiling
pellet, alat kukus, baskom, baki, timbangan, penampan untuk penjemuran pellet,
dan sendok, kertas koran, dan plastik.
Bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah ampas tahu, tepung
ikan, dedak halus, kosentrat, bugkil, tepung aci, air, kertas koran, dan plastik.
B. Metode
Pelet adalah bentuk makanan buatan yang dibuat dari beberapa macam
bahan yang kita ramu dan kita jadikan adonan, kemudian kita cetak
sehingga merupakan batangan atau bulatan kecil-kecil. Ukurannya berkisar
antara 1-2 cm. Jadi pelet tidak berupa tepung, tidak berupa butiran, dan tidak
pula berupa larutan (Setyono, 2012). Permasalahan yang sering menjadi
kendala yaitu penyediaan pakan buatan ini memerlukan biaya yang relatif
tinggi, bahkan mencapai 60–70% dari komponen biaya produksi (Emma,
2006).
Formulasi merupakan salah satu tahap operasi yang esensial dalam
pengolahan pakan ikan. Akurasi penyusunan formulasi sangat menentukan
hasil produksi yang diperoleh serta efisiensi biaya pengolahan. Sebaliknya
kekeliruan di dalam formulasi tidak hanya berpengaruh terhadap
pertumbuhan ikan, tetapi juga mengakibatkan pemborosan bahan baki,
defisiensi, nutrien dan lain lain. Upaya untuk mengantisipasinya dapat
dilakukan dengan menyusun suatu formulasi pakan yang seimbang dan
bermutu serta maksimal (Suriatna, 1990).
Menurut Suryaningsih (2004) ada empat metode yang dapat
digunakan untuk memformulasikan kebutuhan masing-masing bahan untuk
membuat pellet, yaitu :
1. Metode empat persegi panjang pearson (pearson’s square)
Lihatlah atau carilah berbagai referensi yang berkaitan dengan kandungan
protein dari bahan baku yang tersedia dan akan digunakan, yaitu tepung ikan
petek dan dedak. Dari referensi dapat diketahui bahwa kandungan protein
tepung ikan petek adalah 60% dan dedak 9,6%. Gambarlah sebuah bujur
sangkar dan letakan nilai kandungan protein yang diinginkan tepat.
Ditengah-tengah garis diagonal bujur sangkar tersebut. Pada sisi kiri bujur
sangkar cantumkan 2 jenis bahan baku yang tersedia berikut nilai
kandungan proteinnya. Pada sisi kiri atas adalah bahan baku yang memiliki
nilai kandungan protein lebih tinggi (yaitu tepung ikan). Sedangkan pada
sisi kiri bawah adalah yang memiliki nilai kandungan protein lebih rendah
(yaitu dedak). Untuk lebih jelasnya lihat gambar berikut.
2. Metode persamaan aljabar
Kelompok bahan baku yang termasuk ke dalam kelompok sumber protein
utama dan kelompok yang bukan sumber protein utama (sebut saja sebagai
kelompok sumber protein penunjang). Buatlah rencana atau perkiraan yang
akan digunakan untuk masing-masing bahan baku tersebut. Sebagai contoh
1) kelompok sumber protein utama adalah tepung ikan tembang dan tepung
kedelai. Rencana proporsi atau perkiraan yang akan digunakan adalah
tepung ikan tembang 3 bagian dan tepung kedelai 1 bagian, 2) kelompok
sumber protein penunjang adalah dedak dan bungkil kelapa dengan rencana
atau perkiraan proporsi yang akan digunakan adalah dedak 2 bagian dan
bungkil kelapa 1 bagian.
3. Metode pemrograman linear
Program linear merupakan salah satu metode kuantitaif yang umum
digunakan dalam riset operasi untuk membantu perusahaan dalam proses
pengambilan keputusan. Model matematis ini merupakan penyederhanaan
kondisi nyata sebagai pernyataan kuantitatif dari tujuan dan kendala, yang
didasarkan pada syarat kebutuhan nutrisi udang, batasan pemakaian bahan
baku, dan kandungan nutrisi bahan baku. Dengan pengguanaan program
linear, keuntungan yang dapat diperoleh antara lain dapat dihasilkan pakan
sesuai dengan kebutuhan dapat meramu berbagai macam bahan baku secara
proporsional dan seimbang serta formulasi yang dihasilkan lebih cepat.
1. Analisis proksimat
Pellet 2. Pengujian fisik
Selesai
Hasil praktikum yang kami dapatkan pada acara pembuatan pellet ini adalah
pembuatan formulasi pakan ikan 1 kg. Pakan tersebut disesuaikan oleh keinginan
sendiri dengan perhitungan. Bahan-bahan antara lain tepung ikan 724 gr, dedak
halus 64 gr, ampas tahu 64 gr, kosentrat 64gr, bungkil 64 gr, dan ACI 100gr. Hasil
perhitungan bahan lalu dicampurkan semua sehingga menjadi adonan lalu di rebus
dan kemudian di bentuk kecil-kecil dengan alat pencetak pellet manual. Dari hasil
yang kami lakukan sesuai dengan literatur menurut Setyono, (2012) Pelet adalah
bentuk makanan buatan yang dibuat dari beberapa macam bahan yang kita ramu
dan kita jadikan adonan, kemudian kita cetak sehingga merupakan batangan atau
bulatan kecil-kecil. Ukurannya berkisar antara 1-2 cm. Jadi pelet tidak berupa
tepung, tidak berupa butiran, dan tidak pula berupa larutan. Permasalahan yang
sering menjadi kendala yaitu penyediaan pakan buatan ini memerlukan biaya yang
relatif tinggi, bahkan mencapai 60–70% dari komponen biaya produksi (Emma,
2006). Kerusakan pellet dapat ditemukan secara visual dapat diukur relatif mudah,
sedangkan kerugian akibat pertumbuhan suboptimal jauh lebih sulit untuk
mengukur selama produksi. Efek yang kuat dari perbedaan dalam pakan mengambil
nutrisi dan retensi energi jelas ditunjukkan (Aas, T. S., 2015)
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Proses pembuatan pellet disesuakan dengan jenis bukaan mulut ikan yang
akan dipelihara dan memilki kualitas protein atau nilai gizi yang baik dan
diinginkan.
2. Pakan berbentuk pellet merupakan produk hasil pembuatan pakan dengan
melibatkan panas (suhu), tekanan dan kelembaban. Lama penyimpanan,
menjamin keseimbangan zat nutrisi pakan dan mencegah oksidasi vitamin
B. Saran
Sebaiknya dalam praktikum alat dan bahannya lebih dipersiapkan lagi, dan
lebih berhati-hati dalam setiap melakukan pengamatan yang berhubungan
dengan ikan atau benda hidup agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
DAFTAR REFFERENSI
Aas, T. S., Sixten, H. J., Hillestad, M., Ytrestøyl, T., Sveier, H., & Åsgård, T. E.
2015. Feed intake and nutrient digestibility and retention in Atlantic salmon
fed diets with different physical pellet quality. A CREATE project.
Afrianto, E. 2005. Pakan Ikan . Kanisius : Yogyakarta.
Emma, Z. 2006. Studi Pembuatan Pakan Ikan dari Campuran Ampas Tahu, Ampas
Ikan, Darah Sapi Potong, dan Daun Keladi yang Disesuaikan dengan
Standar Mutu Pakan Ikan. Jurnal Sains Kimia. 10: 40-45.
Handajani, H., Widodo, W. 2010. Nutrisi Ikan. Universitas Muhammadiah
Malang. Malang.
Haetami, K., Susangka, I., Maulida, I. 2006. Suplementasi Asam Amino pada Pelet
yang Mengandung Silase Ampas Tahu dan Implikasinya Terhadap
Pertumbuhan Benih Ikan Nila Gift (Oreochromis niloticus). http://pustaka.
unpad.ac.id/wpcontent/uploads/2 009/04/suplementasi_asam_amin
o_pada_pelet_yang_mengandu _silase.pdf. [4 April 2012].
Holcomb, G., H. Kiesling, and G. Lofgreen, 1984. Digestibility of Diets and
Performance by Steers Feed Varying Energy and Protein Level in Feedlot
Receiving Program. Livestock Research Beefs and Cattle Growers Shorts
Course. Mexico: New Mexico State University.
Kasno, S., 1990. Memelihara Ikan Bersama Udang . Penebar Swadaya : Jakarta.
Utomo, & Uktolseja, J.L.A. 2011. Deposisi nutrisi ikan lele dumbo (Clarias
gariepinus) sebagai akibat penambahan L-Karnitin pada dua taraf lisin dan
lemak. Jurnal penelitian perikanan.
Winarno. 1985. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka.
Zaenuri, R., Suharto, B., & Sutanhaji, A. T. 2014. Kualitas Pakan Ikan Berbentuk
Pelet Dari Limbah Pertanian. Jurnal Sumber Daya Alam dan Lingkungan,
1(1), 31-36.