Anda di halaman 1dari 23

1

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ........................................................................................................... 2

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 3

A. Latar Belakang ......................................................................................... 3


B. Rumusan Masalah .................................................................................... 4
C. Batasan Masalah ....................................................................................... 4
D. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 4
E. Manfaat Penelitian .................................................................................... 5
BAB II LANDASAN TEORI ................................................................................. 6

2.1. Fragmentasi .............................................................................................. 6


2.2. Manfaat Optimalisasi Tingkat Fragmentasi ............................................. 7
2.3. Mekanisme Pecahnya Batuan ................................................................... 8
2.4. Rancangan Peledakan ............................................................................... 8
2.4.1. Faktor Yang Tidak Dapat Dikendalikan ........................................... 8
2.4.2. Faktor Yang Dapat Dikontrol ......................................................... 10
2.5. Target Produksi Peledakan ..................................................................... 16
2.6. Perkiraan Fragmentasi Batuan ................................................................ 16
2.6.1. Distribusi Ukuran ............................................................................ 17
BAB III METODOLOGI PENELITIAN.............................................................. 20

3.1. Rencana Penelitian ................................................................................. 20


3.2. Metode Penelitian ................................................................................... 21
3.3. Waktu Penelitian .................................................................................... 22
Daftar Pustaka ........................................................ Error! Bookmark not defined.

2
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
PT. Semen Tonasa merupakan produsen semen terbesar dikawasan
Indonesia Timur dengan luas lahan 715 hektar yang ada di Desa Biringere,
Kecamatan Bungoro, Kabupaten Pangkep yang bergerak dibidang penambangan
batugamping. Sistem penambangan yang digunakan ialah sistem tambang terbuka
(surface mining) dengan metode Quarry. Kegiatan operasi penambangan
batugamping tidak lepas dari kegiatan pembongkaran, pemuatan, pengangkutan
dan peremukan.

Kegiatan pembongkaran pada umumnya dilakukan dengan melakukan


peledakan yang bertujuan untuk mempermudah dan mendapatkan hasil yang
maksimal. Namun pada proses peledakan terdapat beberapa indikator keberhasilan
yang perlu diperhatikan, salah satunya ialah hasil fragmentasi atau ukuran setiap
bongkah dari batuan hasil peledakan.

Hasil fragmentasi dari peledakan yang baik menjadi salah satu tujuan dari
aktivitas peledakan yang dapat mendukung produktivitas alat gali muat, dimana
semakin besar ukuran fragmentasi batuan pada hasil peledakan dapat
mengakibatkan kinerja alat gali muat semakin sulit, sedangkan semakin kecil
ukuran fragmentasi batuan hasil peledakan dapat memberi kemudahan pada alat
gali muat.

Geometri peledakan merupakan salah satu hal yang mempengaruhi


fragmentasi batuan hasil peledakan. Untuk mendapatkan hasil fragmentasi yang
sesuai dengan yang diinginkan, maka diperlukan suatu perencanaan peledakan
dengan memperhatikan besaran-besaran geometri peledakan. Diketahui bahwa
pada tiap perusahaan memiliki standar terhadap geometri peledakan yang telah
ditentukan, namun tak jarang didapati hasil fragmentasi batuan hasil peledakan
yang tidak sesuai. Maka dilakukan penelitian ini guna mengkaji rancangan
geometri peledakan, untuk memperoleh hasil fragmentasi yang lebih baik.

3
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka dapat dirumuskan
permasalahan ialah sebagai berikut :
1. Bagaimana rancangan geometri yang diterapkan pada site XYZ di PT. Semen
Tonasa ?
2. Bagaimana ukuran fragmentasi dari hasil peledakan pada site XYZ di PT.
Semen Tonasa ?
3. Bagaimana rancangan geometri dan ukuran fragmentasi yang dapat
diterapkan ?
4. Bagaimana hasil fragmentasi berdasarkan rancangan geometri yang dapat
diterapkan ?

C. Batasan Masalah
Dalam penelitian ini, penulis membatasi masalah pada :

1. Geometri Peledakan yang menjadi variabel penelitian adalah burden, spacing,


stemming, subdrilling, kedalaman lubang ledak, panjang kolom isian, dan
tinggi jenjang
2. Tidak memperhatikan pola peledakan dan pola pemboran.
3. Penentuan geometri peledakan dihitung berdasarkan rumus R. L. Ash

D. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :


1. Mengetahui rancangan geometri yang diterapkan pada site XYZ di PT. Semen
Tonasa.
2. Mengetahui ukuran fragmentasi dari hasil peledakan pada site XYZ di PT.
Semen Tonasa.
3. Menentukan rancangan geometri peledakan yang sesuai untuk meningkatkan
produktivitas.
4. Mendapatkan ukuran fragmentasi hasil peledakan berdasarkan geometri
peledakan yang diusulkan

4
E. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Bagi Instansi Terkait
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam
meningkatkan produktivitas dalam kegiatan penambangan
b. Bagi Penulis
Memberikan pengetahuan dan menambah pengalaman dalam melakukan
penelitian terhadap kegiatan penambangan dan sebagai bahan untuk pembuatan
Tugas Akhir sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar strata satu (S1) di
Jurusan Teknik Pertambangan Fakultas Teknik, Universitas Cenderawasih, Papua.

5
BAB II LANDASAN TEORI

2.1. Fragmentasi
Suatu metode pembongkaran batuan dapat dilakukan dengan cara
peledakan berdasarkan pendekatan dari pengukuran sifat karakteristik massa
batuan sebagai acuan diberlakukannya metode pembongkaran batuan dengan
metode tersebut. Hasil akhir dari peledakan batuan adalah fragmentasi.
Fragmentasi adalah istilah umum untuk menunjukkan ukuran setiap
bongkah batuan hasil peledakan. Ukuran fragmentasi tergantung pada proses
selanjutnya. Untuk tujuan tertentu ukuran fragmentasi yang besar (Boulder)
diperlukan, misalnya disusun sebagai penghalang (Barrier) di tepi jalan tambang.
Namun kebanyakan diinginkan ukuran fragmentasi yang kecil karena penanganan
selanjutnya akan lebih mudah. Ukuran fragmentasi terbesar biasanya dibatasi oleh
dimensi bucket alat gali (Excavator atau Shovel) yang akan memuatnya ke dalam
truck dan oleh ukuran gap bukaan crusher.
Beberapa ketentuan umum tentang hubungan fragmentasi dengan lubang
ledak:
a. Ukuran lubang ledak yang besar akan menghasilkan bongkahan fragmentasi,
oleh sebab itu harus dikurangi dengan menggunakan bahan peledak yang lebih
kuat.
b. Perlu diperhatikan bahwa dengan menambah bahan peledak akan menghasilkan
lemparan yang jauh.
c. Pada batuan dengan intensitas retakan tinggi dan jumlah bahan peledak sedikit
dikombinasikan dengan jarak spasi pendek akan menghasilkan fragmentasi kecil.
Penyimpangan dari ketentuan umum tentang ukuran fragmentasi di atas
dapat terjadi karena perbedaan yang spesifik dari kualitas batuan dan bahan
peledak. Untuk itu, percobaan pengeboran dan peledakan harus dilakukan untuk
mendapat hasil yang optimum (Pusdiklat Minerba, 2013).

6
2.2. Manfaat Optimalisasi Tingkat Fragmentasi
Ada beberapa manfaat yang diperoleh pada operasi penambangan apabila
tingkat fragmentasi batuan tersebut baik, utamanya pada kegiatan Loading,
Hauling, Crushing, dan Blasting.
a. Loading
Peningkatan derajat fragmentasi akan memberikan produktivitas yang
lebih tinggi terhadap alat muat. Dalam standar biaya operasi per jam hal ini akan
menghasilkan biaya pemuatan yang lebih rendah per tonnya maupun per meter
kubiknya. Efeknya adalah memberikan biaya operasi per jam yang lebih rendah.
b. Hauling
Sama halnya pada hauling, meningkatnya derajat fragmentasi akan
membuat pemuatan yang dilakukan alat angkut akan semakin cepat, hal tersebut
akan mempengaruhi cycle time dari alat angkut dan alat muat. Dalam standar
biaya operasi per jam, hal ini akan meningkatkan produktivitas alat angkut yang
hasilnya akan menurunkan ongkos produksi.
c. Crushing
Peningkatan derajat fragmentasi menghasilkan biaya crushing yang lebih
rendah karena material undersize akan lebih banyak jumlahnya. Biaya-biaya,
waktu perawatan dan perbaikan crusher akan menurun sehingga akan
meningkatkan crushing rate per jam. Dengan kinerja crusher yang optimal, maka
tidak ada waktu tunggu bagi alat angkut di area crusher dengan demikian
produktivitas alat angkut semakin meningkat pula. Artinya dengan meningkatnya
fragmentasi batuan waktu kerja crusher bisa lebih ditekan.
d. Blasting
Untuk jenis batuan yang diberikan, struktur geologi, dan sekuen
peledakan, peningkatan derajat fragmentasi dapat dicapai dengan:
- Meningkatkan kuantitas konsumsi dari bahan peledak yang digunakan.
- Mengganti bahan peledak dengan bahan peledak yang mempunyai energi
peledakan yang lebih besar.
- Mengkombinasikan kedua hal di atas (Hustrulid, 1999).

7
2.3. Mekanisme Pecahnya Batuan

Pemecahan batuan yang dilakukan untuk mendapatkan fragmentasi batuan


pada peledakan dimulai sebelum massa batuan mengalami pergerakan.
Mekanisme pecahannya, Pada batuan, akibat energi peledakan dapat dibagi dalam
3 tahapan yaitu : dynamic loading, quasi-static loading, dan release of loading.
1. Proses pemecahan batuan tingkat satu (dynamic loading)
Pada saat bahan peledak diledakkan didalam lubang ledak, maka temperatur
dan tekanan yang tinggi. Hal ini menimbulkan adanya gelombang kejut (shock
wave) yang merambat menjauhi lubang ledak dengan kecepatan antara 3000-5000
m/detik, sehingga menimbulkan tegangan tangensial yang mengakibatkan adanya
rekahan menjari mengarah keluar di sekitar lubang ledak.
2. Proses pemecahan batuan tingkat dua (quasi-static loading)
Tekanan sehubungan dengan shock wave yang meninggalkan lubang ledak
pada proses pemecahan tingkat 1 adalah positif. Apabila shock wave mencapai
bidang bebas (free face) akan dipantulkan kemudian berubah menjadi negatif
sehingga menimbulkan gelombang tarik (tensile wave). Karena gelombang tarik
ini lebih besar dari kekuatan gelombang tarik batuan, maka batuan akan pecah dan
terlepas dari batuan induknya (spalling) yang dimulai dari tepi bidang bebasnya.
3. Proses pemecahan batuan tingkat tiga (release of loading)
Karena pengaruh tekanan dan temperatur gas yang tinggi akan retakan
lingkar yang terjadi pada proses awal akan meluas secara cepat yang diakibatkan
oleh kekuatan gelombang tarik dan tekanan lingkar. Massa batuan yang ada
didepan lubang ledak akan terdorong oleh terlepasnya kekuatan gelombang tekan
tinggi dari dalam lubang ledak, sehingga pemecahan batuan yang sebenarnya
akan terjadi.

2.4. Rancangan Peledakan


Dalam kegiatan peledakan, ada beberapa faktor yang mempengaruhi hasil
peledakan, faktor-faktor tersebut adalah:

2.4.1. Faktor Yang Tidak Dapat Dikendalikan


Faktor yang tidak dapat dikendalikan oleh manusia diantaranya adalah:

8
a. Karakteristik massa batuan
Dalam kegiatan pemboran dan peledakan, karakteristik massa batuan yang
harus diperhatikan dalam rangka perbaikan fragmentasi batuan yaitu kekerasan
batuan, serta kuat tekan dan kuat tarik batuan yang akan diledakkan.
Kekerasan batuan pada umumnya dapat menentukan mudah tidaknya
batuan tersebut dihancurkan.Semakin keras batuan tersebut, maka semakin sulit
batuan tersebut dihancurkan, demikian juga batuan yang memiliki kerapatan
tinggi. Hal ini disebabkan karena batuan yang memiliki kekerasan tinggi
membutuhkan energi peledak yang lebih besar untuk dapat membongkarnya,
sehingga dibutuhkan bahan peledak yang lebih banyak.
Elastisitas batuan adalah sifat batuan untuk kembali kebentuk semula
setelah gaya yang diberikan kepada batuan tersebut dihilangkan. Sifat kuat tekan
dan tarik juga dapat digunakan untuk menentukan mudah tidaknya batuan tersebut
dihancurkan.
Tabel 2.1. Pembobotan Massa Batuan Untuk Peledakan (Hustrulid,1999)
No. Parameter Pembobotan
1 Rock Mass Description (RMD)
Powdery / Friable 10
Blocky 20
Totally Massive 50
2 Joint Mass Description (JPS)
Close (Spasi < 0,1m) 10
Intermediet (Spasi 0,1 - 1 m) 20
Wide (Spasi > 1 m) 50
3 Joint Plane Orientation (JPO)

Horizontal 10

Dip Out of face 20

Strike normal to face 30

Dip into face 40

9
4 Specific Gravity Influence (SGI) SGI = 25 x SG -50

5 Hardness (H) 1 – 10

b. Pengaruh air tanah


Kondisi air tanah dapat mempengaruhi kecepatan reaksi bahan peledak
dan akan mengurangi energi peledak sehingga sebagai akibatnya akan dihasilkan
tingkat fragmentasi yang rendah.

Bahan peledak seperti ANFO yang memiliki ketahanan buruk terhadap air,
bila terkontaminasi dengan air akan mempengaruhi energi ledak yang dihasilkan
sehingga fragmentasi yang dihasilkan menjadi buruk. Untuk mengatasi pengaruh
air tanah tersebut, dapat dilakukan dengan menutup lubang ledak pada saat hujan
atau dengan membungkus bahan peledak yang akan dimasukan ke dalam lubang
ledak dengan bahan kedap air.
c. Kondisi cuaca
Kondisi cuaca mempunyai pengaruh besar terhadap kegiatan
pembongkaran batuan, hal ini berkaitan dengan jadwal kerja waktu kerja efektif
rata-rata. Dalam suatu operasi peledakan, proses pengisian dan penyambungan
rangkaian lubang-lubang ledak dilakukan pada cuaca normal, dan harus
dihentikan manakala cuaca mendung (akan hujan).
Untuk daerah yang curah hujannya tinggi maka biasanya digunakan bahan
peledak yang tahan terhadap air dan detonator yang digunakan mempunyai
ketahanan lebih besar untuk menghindari pengaruh petir, semua itu demi
kelancaran proses peledakan dan disamping itu akan menjamin keamanan para
pekerja.

2.4.2. Faktor Yang Dapat Dikontrol


Faktor tersebut dapat dikendalikan manusia lewat perancangan dan
perencanaan sebelum peleksanaan kegiatan peledakan dengan melihat kondisi
lokasi serta jenis batuan yang akan diledakkan.

10
a. Geometri peledakan
Geometri peledakan yang ditentukan terlebih dahulu ialah Burden (B).
Jika B sudah ditentukan maka besaran yang lain seperti Spacing, Stemming,
Subdrilling, dsb dapat ditentukan.
 Pedoman perhitungan Geometri Peledakan menurut R.L. Ash
R.L. Ash (1967) membuat suatu pedoman perhitungan geometri peledakan
jenjang berdasarkan pengalaman empirik yang diperoleh di berbagai tempat
dengan jenis pekerjaan dan batuan yang berbeda-beda. Sehingga R.L. Ash
berhasil mengajukan rumusan-rumusan empirik yang dapat digunakan sebagai
pedoman dalam rancangan awal suatu peledakan batuan. Dalam pelaksanaannya
hasil perhitungan dengan cara R.L. Ash harus dicoba di lapangan untuk
memperoleh gambaran dan perubahan kea rah geometri yang lebih mendekati
kondisi sesungguhnya. Percobaan di lapangan dilakukan dengan cara trial and
error sampai diperoleh geometri peledakan yang optimal.

1. Burden
Burden adalah jarak tegak lurus antara lubang ledak dengan bidang bebas
yang panjangnya tergantung pada karakteristik batuan dan bahan peledak yang
akan dipergunakan. Menentukan ukuran burden merupakan langkah awal untuk
memperoleh hasil peledakan yang sesuai dengan keinginan.
Untuk mengambil nilai burden, R.L. Ash (1963) mendasarkan pada acuan
penggunaan bahan peledak standar.
· Densitas batuan : 160 lb/cuft.
· Spesifik Gravity peledak standar : 1,20
· Kecepatan Detonasi bahan peledak standar : 12.000 fps
Pada kondisi batuan yang akan diledakkan sama dengan batuan standar dan
bahan peledak yang digunakan sama dengan bahan peledak standar, maka
digunakan burden ratio (Kb) yaitu 30. Tetapi jika batuan yang diledakkan tidak
sama dengan batuan standar dan bahan peledak yang digunakan juga tidak sama
bahan peledak standar, maka harga Kb standar harus dikoreksi dengan faktor
penyesuaian.

11
a. Faktor penyesuaian untuk batuan (Af1) adalah :
Af1 = ................................................................................................ 2.1
Dimana :
Af1 = Faktor penyesuaian untuk batuan.
D = Bobot isi batuan yang akan diledakkan, lb/cuft.
Dstd = Bobot isi batuan standar, lb/cuft.
b. Faktor penyesuaian bahan peledak (Af2) adalah :
Af2 = .................................................................................………… 2.2
Dimana :
Af2 = Faktor penyesuaian untuk bahan peledak.
SG = Berat jenis bahan peledak yang dipakai.
Ve = Kecepatan detonasi bahan peledak yang digunakan, ft/s.
SGstd = Berat jenis bahan peledak standar.
Vestd = Kecepatan detonasi bahan peledak standar, ft/s.
c. Nilai Kb terkoreksi
Kbterkoreksi = 30 x Af1 x Af2 ....................................................................... 2.3
Dimana :
Af1 = Faktor penyesuaian untuk batuan.
Af2 = Faktor penyesuaian untuk bahan peledak.
d. Nilai Burden adalah :
B= x De ................................................................................................ 2.4
Dimana :
B = Burden, ft.
Kbterkoreksi = Nilai burden ratio terkoreksi
De = Diameter lubang ledak, inch.
2. Spasi (S)
Spasi adalah jarak antar lubang ledak yang dirangkai dalam satu baris dan
diukur sejajar terhadap bidang bebas. Penerapan jarak spasi harus

12
mempertimbangkan perbandingan dengan burden agar didapatkan cakupan energi
peledakan yang cukup untuk mendapatkan hasil fragmen batuan yang diinginkan
Parameter penentuan besar spacing ratio adalah sebagai berikut :
· Peledakan serentak per baris maka S = 2B
· Peledakan beruntun tiap lubang ledak S = 1,15B
· Peledakan beruntun dengan delay interval lama (Second Delay) maka S = B
· Peledakan dengan ms delay, maka S= 1B - 2B
· Jika terdapat kekar yang tidak saling tegak lurus, maka S = 1,2B – 1,8B
Berdasarkan nilai Kb tersebut, maka dapat diperoleh persamaan untuk
menentukan panjang spasi adalah sebagai berikut :
S = B x Ks .............................................. 2.5
Dimana :
S = Spasi, meter.
B = Burden, meter.
Ks = Spacing Ratio.
3. Stemming (T)
Stemming adalah material penutup di dalam lubang bor di atas kolom isian
bahan peledak. Fungsi stemming adalah untuk mengurung gas-gas hasil ledakan
agar dapat menekan batuan dengan kekuatan cukup besar. Sedangkan dalam
penggunaan stemming yang perlu diperhatikan adalah panjang stemming yang
diterapkan dan ukuran material yang digunakan.
Ukuran material stemming sangat berpengaruh terhadap hasil peledakan,
apabila bahan stemming terdiri dari material halus, maka akan mudah terdorong
oleh dorongan udara bertekanan tinggi sehingga akan mengakibatkan
berkurangnya daya dorong dari bahan peledak.
Ukuran stemming yang pendek dapat menyebabkan pecahnya batuan pada
bagian atas, dan mengurangi fragmen batuan keseluruhan karena gas hasil ledakan
menuju ke atas dengan mudah dan cepat.
Persamaan untuk menghitung panjang stemming adalah sebagai berikut :

13
T = B x Kt .......................................................................................... 2.6
Dimana :
T = Stemming, meter.
Kt = Stemming ratio (0,5-1,0).
B = Burden, meter.
4. Subdrill
Subdrill merupakan panjang lubang ledak yang berada di bawah garis lantai
jenjang, yang berfungsi untuk membuat lantai jenjang mejadi lebih rata setelah
peledakan. Bila jarak subdrill terlalau besar maka akan menghasilkan efek getaran
tanah, sebaliknya bila subdrill terlalu kecil maka akan menghasilkan tonjolan pada
lantai jenjang (toe) karena batuan tidak terpotong sebatas lantai jenjang.
Persamaan untuk menentukan panjang subdrill adalah sebagai berikut :
J = B x Kj ......................................................................................... 2.7
Dimana :
J = Subdrill, meter.
Kj = Subdrill ratio (0,2-0,3).
B = Burden. meter.
5. Kedalaman lubang ledak (H)
Kedalaman lubang ledak biasanya ditentukan berdasarkan jumlah produksi
dan kapasitas dari alat muat. Persamaan untuk menentukan kedalaman lubang
tembak dapat digunakan rumus sebagai berikut :
H = Kh x B ...................................................................................... 2.8
Dimana :
H = Kedalaman lubang tembak, meter.
Kh = Hole depth ratio (1,5 – 4,0).
B = Burden, meter.

6. Panjang kolom isian (PC)

14
Panjang kolom isian merupakan panjang kolom lubang ledak yang diisi oleh
bahan peledak. Persamaan yang digunakan untuk menghitung panjang kolom
isian (Charge Length) adalah sebagai berikut :
PC = H – T ...................................................................................... 2.9
Dimana :
PC = Panjang kolom isian, meter.
H = Kedalaman lubang ledak, meter.
T = Panjang Stemming, meter.

7. Stick Count (SC)


Jumlah dodol ukuran standar 3,175 cm x 20,32 cm yang terdapat dalam
satu doos seberat 22,68 kg.
8. Loading Density (de)
Loading density ialah jumlah isian handak per meter panjang kolom isian.
de = 0,508 De2 / (SG)……………………………………….. 2.10
Dimana:
de = Loading density (kg/m)
De = Diameter lubang ledak (inchi)
SG = BJ bahan peledak
Jadi, jumlah handak dalam satu lubang ledak (E) = PC . de . Kilogram
9. Powder Factor (Pf)
Powder Factor adalah perbandingan antara banyaknya bahan peledak
yang digunakan untuk meledakkan sejumlah batuan. Persamaan umum yang
digunakan untuk menentukan besarnya powder factor adalah:

Pf = W/E…………………………...…………. ……………... 2.11

Dimana:

Pf = Powder Factor (Ton batuan / Kg handak)

W = berat batuan yang diledakkan (Ton)

15
E = berat handak yang digunakan (Kg)

2.5. Target Produksi Peledakan


Target produksi merupakan jumlah batuan yang akan diledakkan yang
dihitung dari luas area dan kedalaman lubang ledaknya. Persamaan umum yang
digunakan untuk menentukan target produksi peledakan adalah:
W = A x L x dr………………………...………………… 2.12
Dimana:
W = Jumlah batuan yang diledakkan
A = Luas daerah yang diledakkan
L = Tinggi jenjang
dr = Bobot isi batuan ton/m3

2.6. Perkiraan Fragmentasi Batuan

Optimalisasi ukuran fragmentasi dari proses peledakan memang menjadi


perhatian utama dari keberhasilan proses peledakan tersebut terhadap biaya
produksi. Hal tersebut data dilakukan dengan meningkatkan jumlah dan kualitas
bahan peledak yang digunakan dengan meningkatkan densitas dan komposisi
bahan peledakan yang akan di ledakan. Untuk memperkirakan fragmentasi dari
hasil peledakan dapat digunakan rumusan yang dikemukakan oleh Kuznetsov
(1973) :
Vo 0,8 1⁄
̅
X=A ( Q ) ×Q 6 …………………………………………..…(2.13)

Keterangan :
̅ = ukuran rata-rata fragmentasi batuan (Cm)
X
A = faktor batuan, 7 untuk batuan menengah
10 untuk batuan keras dan banyak kekar
13 untuk batuan sangat keras dan sedikit kekar
Vo= volume batuan yang terbongkar , m3
Q = berat bahan peledak tiap lubang ledak , kilogram

E = relative weight strength (TNT = 115)

16
Jika menentukan massa TNT dengan RWS TNT = 115, maka :
𝑄𝑒×𝐸
𝑄= 115

Kuznetsov (1983) melakukan pengembangan modifikasi persamaan


dengan menggunakan ketetapan angka yang memasukan bahan peledak ANFO
kedalam persamaan yang baru sehingga persamaan menjadi:
𝑉𝑜 0,8 1⁄ 𝐸 −19/30
𝑋̅ = 𝐴 × (𝑄𝑒) × 𝑄𝑒 6 × (115) …………………….….(2.14)

Keterangan:
̅ = ukuran rara-rata fragmentasi batuan , centimeter
X

A = Rock Factor (RF), dihitung dengan menggunakan Blastabiltity Index.


Vo= volume batuan yang terbongkar , m3

Qe = berat bahan peledak tiap lubang ledak , kilogram


E = relative weight strength (ANFO = 100; TNT = 115)
Modifikasi persamaan model Kuz-Ram dengan faktor koreksi berkisar
0,06 sampai dengan 0,073 yang termasuk dalam prediksi material pembongkaran
dari perhitungan fragmentasi yang dilakukan pada proses peledakan.
Persamaan yang digunakan untuk memprediksi seberapa kemungkinan
ukuran fragmen rata-rata yang akan di hasilkan dengan menggunakan persamaan
berikut :
𝑉𝑜 0,8 1⁄ 𝐸 −19/30
𝑋̅ = [(0,06 𝑡𝑜 0,073) × 𝐵𝐼] × (𝑄𝑒) × 𝑄𝑒 6 × (115) ..(2.15)

Keterangan:
̅ = ukuran rara-rata fragmentasi batuan , centimeter
X
Vo= volume batuan yang terbongkar , m3
Qe= berat bahan peledak tiap lubang ledak , kilogram
E = relative weight strength (ANFO = 100; TNT = 115)

2.6.1. Distribusi Ukuran


Cunningham menyadari bahwa kurva Rosin Rammler telah diakui secara
luas sebagai gambaran yang tepat terhadap fragmentasi untuk batuan yang
diledakkan dan yang telah dihancurkan. Salah satu poin pada kurva tersebut,

17
ukuran rata-rata, dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan Kuznetsov.
Untuk menetapkan benarnya kurva Rosin Rammler, yang dibutuhkan adalah
eksponen “n” dalam persamaan berikut:
Untuk menentukan distribusi fragmen batuan hasil peledakan
menggunakan persamaan Rossin – Rammler, yaitu :
𝑋 𝑛
𝑅𝑥 = 𝑒 −(𝑋𝑐) …………………………………...……………….(2.16)
Keterangan :
R = Persentase massa batuan yang lolos dengan ukuran X (cm)
Xc= Karakteristik ukuran (cm)
X = Ukuran Ayakan (cm)
n = Indeks Keseragaman
Untuk mendapatkan nilai ini, Cunningham menggunakan data lapangan dan
analisis regresi terhadap parameter lapangan yang sebelumnya dipelajari dan
diperoleh “n” dalam hal:
 Akurasi pemboran

 Rasio burden terhadap diameter lubang bor

 Pola pemboran Staggered dan Square

 Rasio spacing / burden

 Rasio panjang kolom isian terhadap tinggi jenjang


Persamaan mengetahui distribusi fragmentasi digunakan rumus
keseragaman dan karakteristik ukuran pada persamaan yang dikembangkan oleh
Cunningham (2005) dengan persamaan sebagai berikut :
30𝐵 1+𝑚𝑏 𝐷 𝐼 0,3
𝑛 = 𝑛𝑠 √2 − √ (1 − 𝐵𝑡) (𝐻𝑏 ) 𝐶(𝑛) …………….......(2.17)
𝑑 2 𝑏

Keterangan :
𝑚𝑏 = nisbah perbandingan spasi dan burden
𝐷𝑡 = standar deviasi dari keakuratan pengeboran, meter
𝐼𝑏 = panjang isian, meter
𝐻𝑏 = tinggi jenjang, meter
𝑑 = diameter bahan peledak, milimeter

18
B = burden, meter
𝑛𝑠 = faktor penggabungan scatter of delay time yang digunakan dalam peledakan
Faktor 𝑛𝑠 yang ada dari persamaan tersebut dapat dinyatakan sebagai
berikut :
𝑅𝑠
𝑛𝑠 = 0,206 + (1 − ) 0,8 ……………………………………....(2.18)
4
𝑇
𝑅𝑠 = 𝑇𝑟 …………………………………………………………...(2.19)
𝑥

Keterangan :
𝑇𝑟 = range of delay scatter, ms
𝑇𝑥 = desired delay between holes, ms

19
BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Rencana Penelitian

Tabel 3.1. Rencana Penelitian

No. Kegiatan Keterangan Hasil


1 Persiapan a. Melakukan studi literatur 1. Proposal
b. Surat bimbingan oleh 2. Surat bimbingan
pengelola program studi 3. Surat Ijin
c. Surat ijin yang dikeluarkan penelitian
oleh fakultas kepada instansi
yang terkait
d. Permohonan ijin kepada
instansi yang terkait
2 Studi a. Membaca beberapa penelitian Buku, referensi
kepustakaan milik peneliti terdahulu, terkait penelitian
kemudian dijadikan landasan
penelitian.
b. Membaca beberapa referensi
sebagai pengembangan dalam
penelitian.
3 Metode a. Mengumpulkan dokumen Memahami metode
Penelitian terkait penelitian yang digunakan
b. Pengamatan lapangan

4 Pengumpulan a. Data primer : Data yang Memahami data yang


Data didapatkan langsung dari diteliti
lapangan
b. Data Sekunder : Data
penunjang

20
3.2. Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan studi pustaka dan dilanjutkan dengan
pengukuran dan pengambilan data dilapangan kemudian analisis untuk menyelesaikan
masalah. Adapun tahap-tahap dalam penelitian ini, antara lain :
1. Tahap Persiapan
Tahap persiapan yaitu kegiatan awal yang dilakukan sebelum pengumpulan
data, berupa :
a. Studi Literatur
Studi literatur ini dilakukan dengan mencari bahan-bahan pustak yang
menunjang penelitian, antara lain :
 Peta geologi
 Literatur
 Informasi perusahaan
 Laporan penelitian dengan topik yang sama
b. Administrasi
Mengurus administrasi dan perijinan untuk dapat melakukan penelitian,
antara lain :
 Surat bimbingan yang dikeluarkan oleh pengelola program studi,
 Surat izin penelitian yang dikeluarkan oleh fakultas kepada perusahaan
atau tempat penelitian.
c. Orientasi Lokasi
Bertujuan untuk mengamati dan menentukan titik/lokasi penelitian, kegiatan
ini dilakukan langsung dilapangan atau area penambangan
2. Pengumpulan Data
Dalam tahapan pengumpulan data, dibagi menjadi dua, yaitu :
a. Pengumpulan Data Primer
Pengumpulan data primer didapatkan langsung dilapangan, diantaranya :
 Data Geometri peledakan
 Hasil Fragmentasi peledakan
b. Data Sekunder
Data yang diambil dari literatur dan data penunjang, berupa :
 Data geologi
21
 Sejarah Perusahaan
 Peta Lokasi penambangan
3. Pengolahan Data

Data yang diperoleh dari observasi dan pengamatan di lapangan, baik data
primer maupun sekunder tersebut dikelompokkan berdasarkan data yang
dibutuhkan. Dalam penelitian ini data yang dilakukan antara lain :

a. Perhitungan geometri peledakan


b. Perhitungan hasil fragmentasi berdasarkan rancangan geometri peledakan
4. Kesimpulan
Hasil analisis data kemudian ditarik kesimpulannya dan diajukan kepada pihak
perusahaan sebagai bahan pertimbangan untuk langkah perbaikan dalam
permasalahan distribusi fragmentasi hasil peledakan yang dialami.

3.3. Waktu Penelitian


Waktu penelitian akan dilakukan sebagai berikut :

Tabel 3.2. Waktu Penelitian

No. Kegiatan Juni Juli Agustus


1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Persiapan

2 Pekerjaan
Lapangan
3 Analisis Data

4 Penyusunan
Laporan
5 Presentasi
Hasil

22
DAFTAR PUSTAKA

23

Anda mungkin juga menyukai