Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Untuk zaman sekarang ini, banyak orang yang tidak mengenal tokoh-tokoh filosof
yang dikarenakan mereka sungkan dan enggan mengetahui dan mempelajari ilmu filsafat.
Namun untuk tokoh filosof “Aristoteles”, telinga kita tidak asing lagi mendengar namanya
yang mana dia adalah seorang filosof yang sangat terkenal. Karena tokoh filosof ini mampu
menorehkan sejarah yang berharga dengan pengaruhnya yang sangat besar terhadap
perkembangan pemikiran filosofis, yang mana beliau terkenal sebagai Bapak “Logika”. Yang
hingga sampai abad ke-21 sekarang ini, tak seorangpun merasa bosan dengan filsafat
Aristoteles, bahkan menjadikannya sebagai landasan filosofis dalam berfikir.

Pandangannya lebih realis dari pada pandangan plato, yang didasari pada abstrak.
Karena pendekatan yang dilakukan oleh Aristoteles adalah pendekatan Empiris. Itulah
sebabnya ia begitu mementingkan penelitian dialam dan mendukung pengembangan ilmu-
ilmu khusus.

“Peristiwa-peristiwa dalam hidup keseharian sering kita tanggapi sebagai sesuatu


yang serba biasa, yang tidak menimbulkan rasa heran atau kagum. Berulang kali telah kita
lihat bagaimana bunga pohon jambu berguguran sebelum menghasilkan buahnya. Sampai
pada suatu ketika sekuntum saja yang dengan perlahan-lahan melayang kebawah
menimbulkan semacam rasa heran dalam hati kita. Apa artinya gejala ini, apa maknanya
pohon jambu sebelum berbuah menaburkan bunga-bunganya ? Adakah semuanya ini terjadi
dalam kerangka yang lebih luas [tidak hanya pada pohon jambu, namun juga pada
manusia]... Dan terpaparlah refleksi manusiawi, ia mulai termenung. Dengan bercermin pada
peristiwa biasa (bunga jambu berguguran) ia menemukan intropeksi atau mawas diri dan
dalam bunga-bunga gugur itu ia menemukan jejak perjalanan dirinya sendiri, ia seperti
melihat perjalanan dirinya yang demikian yang tidak menentu. Termenung. Saat itulah, ia
menjadi seorang filsuf!”

B. Rumusan Masalah
a. Apa Pengertian filsafat ?
b. Siapa Aristoteles ?

1
c. Bagaimana Realisme Aristoteles ?

C. Tujuan Penulisan
a. Agakita mengetahui pengertian pengertian filsafat
b. Agar kita mengetahui siapa Aristoteles.
c. Agar kita mengetahui bagaimana Realisme Aristoteles.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Filsafat

Filsafat adalah pencarian kebenaran melalui alur berpikir yang sistematis, artinya
perbincangan mengenai segala sesuatu dilakukan secara teratur mengikuti sistem yang
berlaku sehingga tahapan-tahapannya mudah diikuti. Berfikir sistematis tentu tidak loncat-
loncat, melainkan mengikuti aturan main yang benar.1

Arti Etimologi

Kata Filsafat berasal dari kata yunani Filosofia, yang berasal dari kata kerja
Filosofein yang berarti mencintai kebijaksanaan. Kata tersebut juga berasal dari kata yunani
“Philosophis” yang berasal dari kata kerja “Philein” yang berarti mancintai, atau “Philia”
yang berarti cinta, dan “sophia” yang berarti kearifan. Dari kata tersebut lahirlah kata inggris
Philosophy yang biasanya diterjemahkan sebagai “cinta kearifan”. 2

Terminologis

Secara terminologis, filsafat mempunyai arti yang bervariasi. Juhaya S. Pradja


(200:2) mengatakan bahwa arti yang sangat formal dari filsafat adalah suatu proses kritik
atau pemikiran terhadap kepercayaan dan sikap yang dijunjung tinggi. Suatu sikap falsafi
yang benar adalah sikap yang kritis dan mencari. Sikap itu merupakan sikap toleran dan
terbuka dalam melihat persoalan dengan berbagai sudut pandang dan tanpa prasangka.
Bersifat tidak hanya berarti mebaca dan mengetahui filsafat. Seseorang memerlukan
kebolehan berargumentasi, memakai teknik analisis, serta mengetahui sejumlah bahan
pengetahuan sehingga ia memikirkan dan merasakan secara falsafi. Filsafat mengantarkan
semua yang mempelajarinya ke dalam refleksi pemikiran yang mendalam dan penuh dengan
hikmah.3

1 Atang Abdul Hakim dan Beni Ahmad Saebani, Filsafat Umum, (Bandung : Pustaka Setia,
2008).hlm.15.
2 Asmoro Achmadi, Filsafat umum, (Jakarta:Rajawali,2014).hlm.1
3 Op.cit, Atang dan Beni...,Filsafat...,hlm.15.

3
Dengan pengertian-pengertian filsafat diatas, dapat dipahami bahwa filsafat
merupakan pengetahuan tentang cara berfikir kritis; pengetahuan tentang kritik yang radikal,
artinya sampai ke akar-akarnya, sampai pada konsekuansinya yang terakhir. Radiks artinya
akar yang juga disebut arche sebagai ciri khas filosofis. Radikal adalah asumsi yang tidak
hanya dibicarakan tetapi dugunakan. Filsafat adalah pengetahuan tentang berfikir kritis
sistematis; pengetahuan tentang pemahaman universal terhadap semua persoalan; dan
pengetahuan tentang kebenaran perfikir yang tanpa batas dan masalah yang tidak pernah
tuntas.4

B. Aristoteles (384-322 SM)

Ia dilahirkan di Stageira, Yunani Utara pada tahun 384 SM. Ayahnya seorang dokter
pribadi di raja Macedonia Amyntas. Karena hidupnya di lingkungan istana, ia mewarisi
keahlian dalam pengetahuan empiris dari ayahnya. Pada usia 17 tahun ia dikirim ke Athena
untuk belajar di Academia Plato selama kira-kira 20 tahun hingga Plato meninggal. Beberapa
lama ia menjadi pengajar di Akademia Plato Untuk mengajar logika dan retorika. Setelah
plato meninggal dunia, Aris Toteles bersama rekannya Xenokrates meninggalkan Athena
karena ia tidak setuju dengan pendapat pengganti Plato di akademia tentang filsafat. Ia dan
rekannya pergi ke Assos, tiba di Assos, Aris Toteles dan rekannya mengajar di sekolah Assos.
Di sini Aris Toteles menikah dengan Pythias. Pada tahun 345 SM kota Assos diserang oleh
tentara Parsi, rajanya (Rekan Aristoteles) dibunuh, kemudian Aris Toteles dengan kawan-
kawannya melarikan diri ke Mytelene di pulau Lesbos tidak jauh dari Assos.

Tahun 342 Aris Toteles diundang raja Philippos dari Macedonia untuk mendidik
anaknya Alexander. Dengan bantuan raja, Aris Toteles mendirikan sekolah Lykeion. 5

Aristotélēs
Ἀριστοτέλης

4 Ibid.Atang Abdul Hakim dan Beni Ahmad Saebani, Filsafat Umum, 2008,hlm.16.
5 Asmoro Achmadi, Filsafat Umum, (Jakarta;Rajawali Pers, 2014).hlm.54-56.

4
Lahir 384 SM Stagira, Chalcidice6

Meninggal 322 SM (umur 61 atau 62)Euboea

Era Filsafat kuno

Aliran Sekolah Peripatetik


Aristotelianisme

Karya-karya Aris Toteles berjumlah 8 pokok bahasan sebagai berikut :

1. Logika
2. Filsafat Alam
3. Psikologi
4. Biologi
5. Metafifika, oleh Aris Toteles dinamakan sebagai filsafat pertama atau theologia.
6. Etika
7. Politik dan Ekonomi
8. Retorika dan Poetika.7

Aristoteles, murid dan juga teman serta guru Plato, adalah orang yang mendapat
pendidikan yang baik sebelum menjadi filosof. Keluarganya adalah orang-orang yang
tertarik pada ilmu kedokteran. Sifat berpikir saintifik ini besar pengaruhnya pada Aristoteles.

6 Zainal Abidin, Pengantar Filsafat Barat,Jakarta:Rajawali Pers.2014.hlm.104-105.


7Asmoro Achmadi,Filsafat Umum, Jakarta:Rajawali Pers, 2014.hlm.55-56.

5
Oleh karena itu, kita menyaksikan filsafat Aristoteles berbeda warnanya dengan filsafat
Plato. Sistematis, amat dipengaruhi oleh metode empiris. 8

C. Realisme Aristoteles

Istilah realisme berasal dari kata latin realis yang berarti “sungguh-sungguh, nyata
benar.” Sepanjang sejarah, realisme telah memiliki tema umum yang disebut prinsip atau
tesis kemerdekaan. Tema ini menyatakan bahwa realitas, pengetahuan dan nilai yang ada
secara independen dari pikiran manusia. Ini berarti bahwa realisme menolak pandangan
idealis bahwa ide-ide hanya nyata.Barang ada bahkan meskipun tidak ada pikiran untuk
melihat mereka (ingat pertanyaan klasik tentang pohon tumbang di hutan). Untuk realis, hal
ini tentu sebuah realitas independen, namun realis juga menganggap ide untuk menjadi
bagian dari tesis.

Realisme Aristoteles didasarkan pada prinsip bahwa ide-ide (atau bentuk) bisa ada
tanpa masalah, tapi tidak peduli bisa eksis tanpa bentuk. Aristoteles menyatakan bahwa
setiap bagian materi memiliki sifat universal dan khusus. Sebagai contoh, semua orang
berbeda dalam sifat-sifat mereka. Kita semua memiliki berbagai bentuk dan ukuran namun
tidak ada dua yang sama. Kami berbagi sesuatu yang universal yang disebut
“kemanusiaan.”Kualitas universal ini tentunya nyata karena itu ada secara mandiri dan
terlepas dari satu orang. Aristoteles menyebut kualitas bentuk universal (gagasan atau
esensi), yang merupakan aspek nonmaterial dari setiap objek materi tunggal yang
berhubungan dengan semua benda lain dari grup tersebut.

Pada Aristoteles kita menyaksikan bahwa pemikiran filsafat lebih maju, dasar-dasar
sain diletakkan. Tuhan dicapai dengan akal, tetapi ia percaya pada Tuhan. Jasanya dalam
menolong Plato dan Socrates memerangi orang sofis ialah karena bukunya yang menjelaskan
palsunya logika yang digunakan oleh tokoh-tokoh sofisme.9

Pandangan aristoteles yang lebih realis dari pada Plato, yang didasarkan pada hal
yang konkret. Ini merupakan akibat didikan pada waktu kecil, yang menghadapkannya
senantiasa pada kenyataan. Ia terlebih dahulu memandang kepada yang konkret, yang nyata.
Ia bermula dengan mengumpulkan fakta-fakta. Fakta-fakta itu disusun menurut ragam dan

8 Ahmad Tafsir, Filsafat Umum, Akal dan Hati Sejak Thales Sampai Capra, (PT Remaja Rosdakarya,
Bandung.2010).hlm.59-60.
9 Ibid. Ahmad Tafsir, Filsafat Umum, Akal dan Hati....,hlm.61.

6
jenis atau sifatnya dalam suatu sistem. Kemudian, ditinjaunya persangkutpautan satu sama
lain. Ia ingin menyelidiki sebab-sebab yang bekerja dalam kenyataan yang nyata dan menjadi
keterangannya.

Pendapat ahli-ahli filosofi yang terdahulu diperhatikannya dengan kritis dan


dibandingkannya. Dan barulah dikemukakan pendapatnya sendiri dengan alasan dan
pertimbangan yang rasional. Cara ia bekerja itu sudah serupa dan mendahului cara kerja
ilmiah zaman sekarang. Oleh sebab itu tidak mengherankan, kalau Aristoteles mempelajari
terlebih dahulu ilmu terapan dan ilmu pasti, bahkan ia menguasahi ilmu yang sifatnya khas
bagi kaum ilmuan spesialis. Baru sesudah itu, ia meningkat ke bidang filsafat, untuk
memperoleh kesimpulan tentang yang umum.

Aristoteles terkenal sebagai Bapak “Logika”. Itu tidak berarti bahwa sebelum dia,
tidak ada logika. Tiap uraian ilmiah berdasarkan logika. Logika tidak lain dari berfikir secara
teratur menurut urutan yang tepat atau berdasarkan hubungan sebab dan akibat. Semua
ilmuan dari filosifi sebelum Aristoteles mempergunakan logika sebaik-baiknya. Pada
dasarnya, berfikir adalah mempertalikan isi pikiran dalam hubungan yang tepat. Akan tetapi,
Aristoteleslah yang pertama kali membentangkan cara berfikir yang teratur dari suatu sistem.

Pada pendapat aristoteles juga membagi logika dalam tiga bagian, yaitu
mempertimbangkan, menarik kesimpulan, dan membuktikan atau menerangkan. Uraian
tersebut berpegangan pada filsafat socrates yang menyatakan bahwa buah pikiran itu adalah
gambaran dari keadaan yang objektif.

Menurut aristoteles, realitas yang objektif tidak tertangkap dengan dengan


pengertian, tetapi bertepatan dengan dasar dasar metafisika dan logika yang tinggi. Dasar
tersebut dibagi menjadi tiga.
Pertama, semua yang benar harus sesuai dengan adanya sendiri.tidak mungkin ada kebenaran
kalu di dalamnya ada pertentangan, hal ini terkenal dengan hukum identika.

Kedua, dari dua pertanyaan tentang sesuatu, jika satu membenarkan dan yang lain
menyalahkan, hanya satu yang benar. Hukum ini disebut juga penyangkalan (kontradikta).
Menurut aristoteles yang paling penting dari segala prinsip. Ketiga, antara dua pernyataan
yang bertentangan mengiyakan dan meniadakan, tidak mungkin ada pernyataan yang ketiga.

Dasar ini disebut hukum penyikiran yang ketiga. Pada hal ini aristoteles berpendapat
bahwa ketiga hukum itu tidak saja berlaku bagi jalan pikiran, tetapi juga seluruh alam takluk

7
kepadanya. Hal ini menunjukan bahwa membandingkan dan menarik kesimpulan harus
mengutamakan yang umum. (Ahmad syadali,2004 : 124).10

1. Jenis-Jenis Realisme

Realisme adalah suatu istilah yang meliputi bermacam-macam aliran filsafat yang
mempunyai dasar-dasar yang sama. Sedikitnya ada tiga aliran dalam realisme modern.
Pertama, kecenderungan kepada materialisme dalam bentuknya yang modern. Sebagai
contoh, materialisme mekanik adalah realisme tetapi juga materialisme. Kedua,
kecenderungan terhadap idealisme. Dasar eksistensi mungkin dianggap sebagai akal atau
jiwa yang merupakan. keseluruhan organik.

Realism mengemukakan bahwa bentuk realisme semacam itu, yakni suatu bentuk
yang sulit dibedakan dari beberapa jenis realisme obyektif. Ketiga, terdapat kelompok realis
yang menganggap bahwa realitas itu pluralistik dan terdiri atas bermacam-macam jenis; jiwa
dan materi hanya merupakan dua dari beberapa jenis lainnya. Apa yang kadang-kadang
dinamakan realisme Platonik atau konseptual atau klasik adalah lebih dekat kepada idealisme
modern daripada realisme modern.

Jika realisme itu benar, akibatnya mungkin ada suatu gereja universal yang
mempunyai dogma yang berwibawa. Semua manusia berdosa karena Adam berdosa, dan
doktrin penebusan dan karya Kristus dapat diterapkan kepada seluruh umat manusia. Tetapi
jika nominalisme itu yang benar, maka hanya gereja partikular lah yang riil; selain itu, dosa
Adam dan penebusan tidak berlaku lagi bagi tiap orang, dan kita bebas untuk mengganti
dekrit-dekrit gereja dengan keputusan-keputusan pribadi. Gereja Abad Pertengahan
membantu realisme, karena nominalisme condong untuk mengurangi kekuasaan gereja.

Aristoteles adalah lebih realis, dalam arti modern, dari pada gurunya, Plato.
Aristoteles merupakan seorang filosuf pertama. Ia menciptakan cabang pengetahuan itu
dengan menganalisis problem-problem tertentu yang timbul dalam hubungannya dengan
penjelasan ilmiah.

Aristoteles lahir pada tahun 384 SM di Stagira, sebuah kota Thrace. Ayahnya
meninggal tatkala ia masih muda. Ia diambil oleh Proxenus, dan orang ini memberikan
pendidikan yang istimewa kepadanya. Tatkala Aristoteles berumur 18 tahun, ia dikirim ke

10 Atang Abdul Hakim dan Beni Ahmad Saebani, Filsafat Umum, Bandung;Pustaka Setia,
2008.hlm.226

8
Athena dan dimasukkan ke Akademia Plato. 11 Ia mempunyai bakat mengatur cara berpikir
serta merumuskan kaidah dan jenis-jenisnya yang kemudian menjadi dasar berpikir dalam
banyak bidang ilmu pengetahuan. Ia tak pernah terjeblos dalam rawa-rawa mistik ataupun
ekstrem. Ia senantiasa bersiteguh mengutarakan pendapat-pendapat praktis. 12

11 Imron. S.Ag. M.A, filsafat umum,Noer fikri offset,Palembang, hal 56-57.


12 Wahyu murtiningsih,para filsuf dari plot sampai ibnu bajjah,IRCiSoD, Jogjakarta, hal 56

9
BAB II

PENUTUP

A. Kesimpulan

Realisme Aristoteles didasarkan pada prinsip bahwa ide-ide (atau bentuk) bisa ada
tanpa masalah, tapi tidak peduli bisa eksis tanpa bentuk. Aristoteles menyatakan bahwa
setiap bagian materi memiliki sifat universal dan khusus.
Pandangan Aristoteles terbukti lebih realis dari pada gurunya, yaitu plato. Dimana ia lebih
mendasarkan pada hal-hal yang konkret. ia bermula dengan mengumpulkan fakta-fakta yang
kemudian fakta-fakta itu disusun menurut ragam dan jenis atau sifatnya dalam suatu sistem.

Aristoteles juga terkenal sebagai bapak Logika, dimana logika tidak lain dari berfikir
secara teratur menurut urutan yang tepat atau berdasarkan hubungan sebab dan akibat. Yang
Pada dasarnya, berfikir adalah mempertalikan isi pikiran dalam hubungan yang tepat. Akan
tetapi, Aristoteleslah yang pertama kali membentangkan cara berfikir yang teratur dari suatu
sistem.

Realism mengemukakan bahwa bentuk realisme semacam itu, yakni suatu bentuk
yang sulit dibedakan dari beberapa jenis realisme obyektif. Ketiga, terdapat kelompok realis
yang menganggap bahwa realitas itu pluralistik dan terdiri atas bermacam-macam jenis; jiwa
dan materi hanya merupakan dua dari beberapa jenis lainnya. Apa yang kadang-kadang
dinamakan realisme Platonik atau konseptual atau klasik adalah lebih dekat kepada idealisme
modern daripada realisme modern.

10

Anda mungkin juga menyukai