Anda di halaman 1dari 61

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Dewasa secara etimologi berasal dari bahasa latin yaitu adult. Adult
merupakan bentuk lampau partisipel dari kata kerja adultus yang berarti telah
tubuh menjadi kekuatan dan ukuran yang sempurna (grown to full size and
strenght) atau telah menjadi dewasa (matured). Rentang masa dewasa awal
mulai umur 21 tahun sampai umur 40 tahun, yaitu saat individu mulai
memasuki masa pencarian kemantapan dan masa reproduktif seperti periode
yang penuh dengan masalah dan ketegangan emosional, isolasi sosial,
komitmen dan ketergantungan, perubahan nilai-nilai, kreativitas dan
penyesuaian diri pada pola hidup yang baru. Individu dapat dikatakan dewasa
jika individu tersebut sudah matang dari segi fisik, kognitif, sosial, dan juga
psikologis (Hurlock, 2004 dalam Jahja, 2011).
Pada masa dewasa terjadi perubahan kebutuhan gizi yang disesuaikan
dengan kelompok usia dewasa. Peran penting gizi pada usia dewasa adalah
untuk mencegah penyakit dan meningkatkan kesehatan. Tujuan utama
kesehatan gizi pada usia dewasa adalah meningkatkan kesehatan secara
menyeluruh, mencegah penyakit, dan memperlambat proses menua (Almatsier,
2011).
Status gizi usia dewasa dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satu
faktor utama adalah kebiasaan dalam mengkonsumsi makanan sehari – hari.
Konsumsi makanan sangat berpengaruh terhadap status gizi seseorang . Status
gizi baik atau optimal terjadi bila tubuh memperoleh cukup zat – zat gizi secara
efisien, sehingga memungkinkan pertumbuhan fisik, perkembangan otak,
kemampuan kerja, dan kesehatan secara umum dapat meningkat secara
optimal. Pada status gizi kurang terjadi bila tubuh mengalami kekurangan satu
atau lebih zat gizi esensial. Sedangkan pada status gizi lebih terjadi bila tubuh

1
memperoleh zat – zat gizi dalam jumlah berlebihan, sehingga dapat
menimbulkan efek toksik atau membahayakan (Almatsier, 2011).
Masalah gizi yang sering terjadi pada usia dewasa adalah cenderung
kurang memperhatikan asupan makanan. Umumnya orang dewasa lebih suka
mengkonsumsi makanan berlemak, berenergi gurih dan manis. Sementara
makanan kaya serat seperti sayur dan buah diabaikan. Akibatnya, asupan energi
(kalori) yang masuk ke dalam tubuh berlebih (Kurniasih, dkk, 2010).
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar pada tahun 2013 tentang
status gizi dewasa Indonesia menyatakan bahwa prevalensi obesitas untuk
dewasa 15,4%, prevalensi berat badan lebih 13, 5%, dan prevalensi dewasa
kurus 8,7% (Riskesdas, 2013). Dari hasil kegiatan Pengambilan Data Dasar
(PDD) yang telah dilakukan pada 100 sampel usia dewasa di RW 05,
Kelurahan Sawahan, Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Boyolali didapatkan
presentase dengan status gizi underweight sebesar 3%, normal 39%,
overweight 20%, obese I 29%, dan obese II 9%.
Berdasarkan latar belakang tersebut maka diperlukan melaksanakan
Implementasi Program Gizi (IPG) untuk menyelesaikan masalah yang terjadi
pada masyarakat usia dewasa di RW 05, Kelurahan Sawahan, Kecamatan
Ngemplak, Kabupaten Boyolali.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengatasi permasalahan gizi pada masyarakat usia dewasa yang
terjadi di RW 05, Kelurahan Sawahan, Kecamatan Ngemplak, Kabupaten
Boyolali.
2. Tujuan Khusus
a. Memperbaiki status gizi pada masyarakat usia dewasa di RW 05,
Kelurahan Sawahan, Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Boyolali.
b. Meningkatkan pengetahuan tentang pola makan yang benar pada masyarakat
usia dewasa di RW 05, Kelurahan Sawahan, Kecamatan Ngemplak,
Kabupaten Boyolali.

2
c. Meningkatkan pengetahuan tentang makanan gizi seimbang pada masyarakat
usia dewasa di RW 05, Kelurahan Sawahan, Kecamatan Ngemplak,
Kabupaten Boyolali.
d. Meningkatkan pengetahuan tentang pentingnya olahraga pada masyarakat
usia dewasa di RW 05, Kelurahan Sawahan, Kecamatan Ngemplak,
Kabupaten Boyolali.
e. Meningkatkan aktifitas fisik menjadi optimal pada masyarakat usia dewasa
di RW 05, Kelurahan Sawahan, Kecamatan Ngemplak, Kabupaten
Boyolali.

C. Manfaat
1. Bagi Mahasiswa
a. Mengetahui masalah gizi pada masyarakat usia dewasa yang terjadi di
RW 05, Kelurahan Sawahan, Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Boyolali.
b. Mampu menentukan prioritas masalah gizi pada masyarakat usia dewasa
yang terjadi di RW 05, Kelurahan Sawahan, Kecamatan Ngemplak,
Kabupaten Boyolali.
c. Mampu merencanakan program gizi terhadap prioritas maslah gizi pada
masyarakat usia dewasa yang terjadi di RW 05, Kelurahan Sawahan,
Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Boyolali.
2. Bagi Masyarakat
Memberikan pengetahuan mengenai kesehatan dan gizi, serta
penanganan masalah gizi yang terjadi pada masyarakat usia dewasa di RW
05, Kelurahan Sawahan, Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Boyolali.
3. Bagi Petugas Kesehatan
Memberi informasi yang berhubungan dengan masalah kesehatan dan
gizi pada masyarakat usia dewasa di RW 05, Kelurahan Sawahan,
Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Boyolali.

4. Bagi Dinas Kesehatan


Memberi informasi kepada Dinas Kesehatan terkait masalah
kesehatan dan gizi pada masyarakat usia dewasa di RW 05, Kelurahan
Sawahan, Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Boyolali.

3
D. Ruang Lingkup
1. RW 05 Kelurahan Sawahan, Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Boyolali.
2. Masyarakat usia dewasa di RW 05, Kelurahan Sawahan, Kecamatan
Ngemplak, Kabupaten Boyolali.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Dewasa
a. Pengertian Dewasa
Istilah dewasa berasal dari bahasa Latin, yaitu adultus yang berarti
tumbuh menjadi kekuatan dan ukuran yang sempurna atau telah menjadi
dewasa. Seseorang dikatakan dewasa adalah apabila dia mampu
menyelesaikan pertumbuhan dan menerima kedudukan yang sama dalam
masyarakat atau orang dewasa lainnya (Pieter & Lubis, 2010). Dewasa
melambangkan segala organisme yang telah matang yang lazimnya
merujuk pada manusia yang bukan lagi anak-anak yang telah menjadi pria
atau wanita. Periode perkembangan yang bermula pada akhir usia belasan
tahun atau awal usia dua puluhan tahun dan yang berakhir pada usia tiga
puluh tahun. Masa dewasa adalah masa yang penting dan panjang dalam
siklus kehidupan manusia dan juga merupakan usia yang paling produktif
(Harwina. 2011)
b. Pembagian Usia Dewasa
Usia dewasa dibagi menjadi dua tahap antara lain:
1) Masa dewasa awal (20 hingga 40 tahun)
2) Masa dewasa lanjut (40 hingga 60 tahun)
c. Karakteristik Dewasa
Menurut Sibagariang, dkk (2010), seseorang yang sudah dewasa
memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1) Berorientasi pada tugas, bukan pada diri atau ego.
2) Mempunyai tujuan-tujuan yang jelas dan kebiasaan-kebiasaan kerja
yang efisien.
3) Dapat mengendalikan perasaan pribadinya.
4) Mempunyai sikap yang objektif.
5) Menerima kritik dan saran.
6) Bertanggung jawab.
7) Menyesuaikan diri dengan keadaan-keadaan yang realistis dan yang
baru.
d. Perkembangan Dewasa

5
Aspek perkembangan yang terjadi selama masa dewasa dan usia
tua diantaranya meliputi perkembangan fisik, kognitif, dan psikososial.
Masa ini meliputi kesehatan badan, perkembangan sensori, perkembangan
otak.
1) Perkembangan Kognitif
Perkembangan kognitif meliputi:
a) Perkembangan pemikiran postformal
b) Perkembangan memori
c) Perkembangan intelegensi
2) Perkembangan Psikososial
Perkembangan psikososial ini meliputi:
a) Perkembangan keintiman
b) Cinta
c) Pernikahan dan keluarga
d) Perkembangan generativitas (Sherwood. 2004)
e. Kebutuhan Zat Gizi Dewasa
1) Kebutuhan Karbohidrat
Angka kecukupan gizi energi untuk dewasa 2000-2200 kkal
(untuk perempuan) dan untuk laki-laki antara 2400-2800 kkal setiap
hari. Energi ini dianjurkan sekitar 60% berasal dari sumber
karbohidrat (Anda, 2012).
Kebutuhan Karbohidrat sebagai sumber energi utama pada usia
dewasa kurang lebih 46 % dari total masukan energi. Gula murni
memberikan sekitar 20% dan masukan energi setiap harinya. Gula ini
menghasilkan energi tanpa memberikan jenis-jenis nutrisi lainnya
seperti vitamin dan mineral. Gula murni dapat mengakibatkan karies
dentis dan berhubungan pula dengan penyakit jantung koroner. Gula
dan makanan manis yang mengandung gula harus digantikan dengan
makanan pati bukan hasil penyulingan seperti roti , kentang, buah-
buahan, dan sayuran. Jenis makanan ini kaya akan berbagai macam
nutrisi. Makanan sumber karbohidrat adalah antara lain beras, terigu,
umbi-umbian, jagung, dan gula (Anda, 2012).
2) Kebutuhan Protein
Konsumsi protein dianjurkan 15-30% atau dari kebutuhan total
energi. Kebutuhan konsumsi protein pada kelompok usia dewasa
digunakan untuk menggantikan protein yang hilang akibat rutinitas

6
sehari-hari melalui urin, feses, kulit dan rambut, serta untuk
mengganti sel-sel yang rusak. Konsumsi protein yang terlalu tinggi
dapat meningkatkan hilangnya kalsium melalui urin, sehingga resiko
menderita osteoporosis bertambah. Asupan protein lebih dari 2 kali
jumlah yang dianjurkan dapat meningkatkan terjadinya penyakit
jantung koroner terutama sebagai akibat dari tingginya asupan lemak
jenuh dan kolesterol yang terdapat dalam makanan hewani Asupan
lemak jenuh dianjurkan mengkonsumsi protein yang berasal dari
makanan nabati seperti tahu, tempe dan sebagainya (Almatsier, dkk,
2013).
Dalam proses pencernaan, protein akan dipecah menjadi
satuan–satuan dasar kimia, kemudian diserap dan dibawa oleh aliran
darah keseluruh tubuh, dimana sel – sel jaringan mempunyai kemauan
untuk mengambil asam amino yang diperlukan untuk kebutuhan
membangun dan memelihara kesehatan jantung.
3) Kebutuhan Lemak
Konsumsi lemak dianjurkan 25% dari total kebutuhan energi.
Konsumsi lemak pada usia dewasa dianjurkan mengkonsumsi daging
tanpa lemak, ayam tanpa kulit, ikan, susu tanpa lemak (skim) serta
mengurangi santan dan goreng-gorengan (Almatsier, dkk, 2013).
Makanan yang mengandung lemak tidak jenuh antara lain,
daging, merah, hasil peternakan yang banyak mengandung lemak serta
telur dan banyak juga ditemukan pada makanan olahan kalengan.
Konsumsi lemak harus diimbangi dengan makanan yang mengandung
serat, karena serat mengikat kolesterol dan menyingkirkannya dari
darah (Mary, 2011).
4) Kebutuhan Vitamin
Menurut Mary (2011), kebutuhan vitamin juga meningkat
selama dewasa karena pertumbuhan dan perkembangan cepat terjadi,
karena energi yang meningkat maka pertumbuhan kebutuhan beberapa
vitaminpun meningkat antara lain
a) Vitamin A, fungsi dari vitamin A ini adalah untuk mencegah
kerusakan mata, meningkatkan kesehatan imun, juga berperan

7
penting dalam pertumbuhan dan perkembangan sel serta menjaga
kesehatan kulit. Sumber vitamin A banyak terdapat pada sayuran
dan buah yang berwarna oranye seperti wortel, labu, aprikot, peach,
pepaya, dan mangga.
b) Vitamin C, berfungsi dalam pembentukan kolagen, yaitu jaringan
tissue yang menahan sel. Vitamin C juga penting untuk
pertumbuhan tulang, gigi, gusi serta pembuluh darah, membantu
penyerapan zat besi dan kalsium, dan membantu dalam proses
penyembuhan luka. Vitamin C dalam jumlah banyak dapat
ditemukan pada buah berry, kiwi, jeruk, tomat, jambu biji, dan
anggur.
c) Vitamin D, berfungsi untuk memperkuat tulang karena vitamin D
membantu penyerapan kalsium di dalam tubuh. Sumber vitamin D
dapat diproduki oleh tubuh saat terkena sinar matahari. Sumber lain
yang mengandung vitamin D adalah kuning telur, minyak ikan, dan
susu.
d) Vitamin E, berfungsi sebagai anti oksidan yang dapat melindungi
sel dari kerusakan. Vitamin E juga penting untuk kesehatan sel
darah merah. Sumber vitamin E dapat ditemukan dalam berbagai
macam makanan seperti minyak nabati, kacang-kacangan, sayuran
berdaun hijau, alpukat, dan gandum.
e) Vitamin B1 (thiamin), berfungsi untuk mengubah karbohidrat
menjadi energi, diperlukan juga oleh jantung, otot, dan sistem saraf
agar dapat berfungsi dengan baik. Sumber vitamin B1 banyak
terdapat pada daging, ikan, kacang-kacangan, makanan yang
terbuat dari kedelai, gandum, dan beras.
f) Vitamin B2 (riboflavin), berfungsi dalam pembentukan sel darah
merah dan kesehatan mata. Sumber vitamin B2 banyak terdapat
pada kacang polong, telur, daging, produk olahan susu, dll.
g) Vitamin B3, berfungsi membantu mengubah makanan menjadi
energi, menjaga kesehatan kulit, dan fungsi saraf. Sumber vitamin
B3 terdapat pada daging, unggas, ikan, dan kacang.

8
h) Vitamin B6, berfungsi untuk menjalankan fungsi normal otak dan
saraf, serta bermanfaat untuk memecah protein. Sumber vitamin B6
banyak terdapat pada pisang, kentang, buncis, bayam, dan kacang-
kacangan.
i) Vitamin B9 biasa disebut asam folat, berfungsi membantu
pembentukan sel darah merah dan DNA. Sumber vitamin B9
terdapat pada telur, daging merah, sayuran berdaun hijau,
asparagus, oti, mie, dan sereal.
j) Vitamin B12 berfungsi untuk menjaga fungsi saraf. Sumber
vitamin B12 terdapat pada ikan, telur, daging, susu, dan makanan
yang telah difortifikasi.
5) Kebutuhan Mineral
Angka kebutuhan mineral pada usia dewasa umumnya dapat
dipenuhi apabila makanan sehari-hari sesuai dengan Pesan Gizi
Seimbang (PGS). AKG besi pada perempuan dewasa muda lebih
tinggi dibandingkan dewasa setengah tua karena pada usia tersebut
perempuan kehilangan besi setiap bulan melalui menstruasi. Makanan
sumber zat besi yang dianjurkan adalah daging merah, hati, kuning
telur, sayuran hijau, serta kacang-kacangan dan hasil olahannya
sepertu tahu dan tempe. Kalsium penting untuk pembentukan tulang
dan menjaga agar tulang tetap kuat. Asupan kalsium yang cukup
setiap hari dapat mencegah terjadinya osteoporosis dikemudian hari
(Almatsier dkk, 2013). Kebutuhan kalsium untuk orang dewasa adalah
600-700 mg. Bagi laki-laki dewasa kebutuhan mineral akan kalsium
cukup 0,45 gr/hr. Bahwa kebutukan kalsium 7,5mg/kg berat badan
adalah kurang lebih sama dengan 0,5-0,7 gram sehari bagi orang
dewasa normal. Sumber kalsium antara lain adalah susu, ikan, kacang
dan sayuran (Anda, 2012).
Angka Kecukupan Gizi (AKG) dianjurkan untuk digunakan
sebagai standar guna mencapai status gizi yang optimal. Angka
Kecukupan Gizi (AKG) atau Recommended Dietary Allowances
(DRA) merupakan kecukupan rata-rata zat gizi sehari bagi hampir
semua orang sehat (97,5%) menurut golongan umur, jenis kelamin,

9
ukuran tubuh aktifitas fisik, genetik dan keadaan fisiologis. AKG ini
mencerminkan asupan rata-rata sehari yang dikonsumsi oleh populasi
dan bukan merupakan perorangan/individu (Amelia, 2014).
Angka Kecukupan Gizi (AKG) yang dianjurkan bagi orang
dewasa umur 19-64 tahun Indonesia disajikan pada tabel berikut :
Tabel 1. Angka Kecukupan Gizi per orang per hari umur 19 – 64
tahun.

Sumber : Departemen Kesehatan RI Tahun 2013

10
B. Status Gizi
a. Pengertian status gizi
Status gizi adalah keadaan tubuh yang merupakan hasil akhir dari
keseimbangan antara zat gizi yang masuk ke dalam tubuh dan
penggunaannya. Status gizi pada orang dewasa dipengaruhi oleh banyak
faktor, salah satunya adalah kebiasaanya dalam mengkonsumsi makanan
sehari-hari. Kebiasaan makan tidak dipengaruhi oleh zat-zat gizi yang
terkandung dalam makanan. Namun banyak faktor yang mempengaruhi
terbentuknya kebiasaan makan, salah satunya adalah lingkungan
(Cakrawati & Mustika, 2012).
Orang dewasa cenderung kurang memperhatikan asupan makanan.
Umumnya orang dewasa lebih suka mengkonsumsi makanan berlemak,
berenergi gurih dan manis. Sementara makanan kaya serat seperti sayur
dan buah diabaikan. Akibatnya, asupan energi (kalori) yang masuk ke
dalam tubuh berlebih (Kurniasih, et al,. 2010). Padahal pada usia ini
dianjurkan mengkonsumsi makanan yang tinggi serat namun rendah
lemak, ini dikarenakan pertumbuhan dan perkembangan tidak lagi terjadi
dan hendaknya pemenuhan zat gizi dipusatkan untuk pemeliharaan
kesehatan agar terbentuk status gizi yang baik.
b. Penilaian Status Gizi
Penilaian status gizi merupakan penjelasan yang berasal dari data
yang diperoleh dengan menggunakan berbagai macam cara untuk
menemukan suatu populasi atau individu yang memiliki risiko status gizi
kurang maupun gizi lebih (Hartriyanti dan Triyanti, 2007). Penilaian status
gizi terdiri dari dua jenis, yaitu :
1) Penilaian Langsung
a) Antropometri
Antropometri merupakan salah satu cara penilaian status
gizi yang berhubungan dengan ukuran tubuh yang disesuaikan
dengan umur dan tingkat gizi seseorang. Pada umumnya

11
antropometri mengukur dimensi dan komposisi tubuh seseorang
(Supariasa, dkk, 2001).
b) Klinis
Pemeriksaan klinis merupakan cara penilaian status gizi
berdasarkan perubahan yang terjadi yang berhubungan erat dengan
kekurangan maupun kelebihan asupan zat gizi. Pemeriksaan klinis
dapat dilihat pada jaringan epitel yang terdapat di mata, kulit,
rambut, mukosa mulut, dan organ yang dekat dengan permukaan
tubuh/ kelenjar tiroid (Hartriyanti dan Triyanti, 2007).
c) Biokimia
Pemeriksaan biokimia disebut juga cara laboratorium.
Pemeriksaan biokimia pemeriksaan yang digunakan untuk
mendeteksi adanya defisiensi zat gizi pada kasus yang lebih parah
lagi, dimana dilakukan pemeriksaan dalam suatu bahan biopsi
sehingga dapat diketahui kadar zat gizi atau adanya simpanan di
jaringan yang paling sensitif terhadap deplesi, uji ini disebut uji
biokimia statis. Cara lain adalah dengan menggunakan uji
gangguan fungsional yang berfungsi untuk mengukur besarnya
konsekuensi fungsional baru suatu zat gizi yang spesifik. Untuk
pemeriksaan biokimia sebaiknya digunakan perpaduan antara uji
biokimiastatis dan uji gangguan fungsional (Baliwati, 2004).
d) Biofisik
Pemeriksaan biofisik merupakan salah satu penilaian status
gizi dengan melihat kemampuan fungsi jaringan dan melihat
perubahan struktur jaringan yang dapat digunakan dalam keadaan
tertentu, seperti kejadian buta senja (Supariasa, dkk, 2001).
2) Penilaian Tidak Langsung
a) Survei Konsumsi Makanan
Survei konsumsi makanan merupakan salah satu penilaian
status gizi dengan melihat jumlah dan jenis makanan yang
dikonsumsi oleh individu maupun keluarga. Data yang didapat

12
dapat berupa data kuantitatif maupun kualitatif. Data kuantitatif
dapat mengetahui jumlah dan jenis pangan yang dikonsumsi,
sedangkan data kualitatif dapat diketahui frekuensi makan dan cara
seseorang maupun keluarga dalam memperoleh pangan sesuai
dengan kebutuhan gizi (Baliwati, 2004).
b) Statistik Vital
Statistik vital merupakan salah satu metode penilaian status
gizi melalui data-data mengenai statistik kesehatan yang
berhubungan dengan gizi, seperti angka kematian menurut umur
tertentu, angka penyebab kesakitan dan kematian, statistik
pelayanan kesehatan, dan angka penyakit infeksi yang berkaitan
dengan kekurangan gizi (Hartriyanti dan Triyanti, 2007).
c) Faktor Ekologi
Penilaian status gizi dengan menggunakan faktor ekologi
karena masalah gizi dapat terjadi karena interaksi beberapa faktor
ekologi, seperti faktor biologis, faktor fisik, dan lingkungan
budaya. Penilaian berdasarkan faktor ekologi digunakan untuk
mengetahui penyebab kejadian gizi salah (malnutrition) di suatu
masyarakat yang nantinya akan sangat berguna untuk melakukan
intervensi gizi (Supariasa, dkk, 2001).
c. Parameter Antropometri
Indeks antropometri adalah pengukuran dari beberapa parameter.
Indeks antropometri bisa merupakan rasio dari satu pengukuran terhadap
satu atau lebih pengukuran atau yang dihubungkan dengan umur dan
tingkat gizi. Salah satu contoh dari indeks antropometri adalah Indeks
Massa Tubuh (IMT) atau yang disebut dengan Body Mass Index
(Supariasa, dkk, 2001).
IMT merupakan alat sederhana untuk memantau status gizi orang
dewasa khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat
badan, maka mempertahankan berat badan normal memungkinkan
seseorang dapat mencapai usia harapan hidup yang lebih panjang. IMT

13
hanya dapat digunakan untuk orang dewasa yang berumur diatas 18 tahun.
Indeks Massa Tubuh diukur dengan cara membagi berat badan dalam
satuan kilogram dengan tinggi badan dalam satuan meter kuadrat (Gibson,
2005).

Tabel 2 : Kategori ambang batas IMT untuk Indonesia:


Kategori IMT
Kurus Kekurangan BB tingkat berat < 17,0
Kekurangan BB tingkat ringan 17,0 - < 18,5
Normal 18,5 – 22,9
Gemuk Kelebihan BB tingkat ringan 23 – 24,9
Kelebihan BB tingkat moderat ( Obes 1 ) >25 – 29,9
Kelebihan BB tingkat berat ( Obes II ) >30,0
Sumber: Sirajuddin ( 2012 ).
Ada lima parameter yang berkaitan dengan pengukuran Indeks
Massa Tubuh, terdiri dari :
1) Berat Badan
Berat badan merupakan salah satu parameter massa tubuh yang
paling sering digunakan yang dapat mencerminkan jumlah dari
beberapa zat gizi seperti protein, lemak, air dan mineral. Untuk
mengukur Indeks Massa Tubuh, berat badan dihubungkan dengan
tinggi badan (Gibson, 2005).
2) Tinggi Badan
Tinggi badan merupakan parameter ukuran panjang dan dapat
merefleksikan pertumbuhan skeletal (tulang) (Hartriyanti dan Triyanti,
2007).
3) WHR (Rasio lingkar pinggang dan panggul)
Pengukuran rasio lingkar pinggang dan panggul yang
menghasilkan indeks tinggi harus memperhatikan penyebabnya karena
simpanan lemak atau otot torso yang berkembang. Tujuan pengukuran
lingkar pinggang dan pinggul adalah untuk mengetahui resiko tinggi
terkena penyakit DM II, kolesterol, hipertensi, dan jantung. Lingkar

14
pinggang diukur di indentasi terkecil lingkar perut antara tulang rusuk
dan krista iliaka, subjek berdiri dan diukur pada akhir ekspirasi normal
dengan ketelitian 0,6 cm menggunakan pitameter. Lingkar pinggul
diukur penonjolan terbesar pantat, biasanya di sekitar pubic sympisis,
subjek berdiri diukur menggunakan pitameter dengan ketelitian 0,1
cm.
Perubahan metabolisme memberikan gambaran tentang
pemeriksaan penyakit yang berhubungan dengan perbedaan distribusi
lemak tubuh ukuran umur yang digunakan adalah rasio lingkar
pinggal-pinggul.
Tabel 3 : Standar resiko penyakit degeneratif berdasarkan pengukuran
WHR pada jenis kelamin dan kelompok umur:

Resiko
Jenis Kelompok
kelamin umur Very
Low Moderate High
high
Pria 20-29 < 0,83 0,83-0,88 0,89-0,94 > 0,94
30-39 < 0,84 0,84-0,91 0,92-0,96 > 0,96
40-49 < 0,88 0,88-0,95 0,96-1,00 > 1,00
Wanita 20-29 < 0,71 0,71-0,77 0,78-0,82 > 0,82
30-39 < 0,72 0,72-0,78 0,79-0,84 > 0.84
40-49 < 0,73 0,73-0,79 0,80-0,87 > 0,87
Sumber: Sirajuddin ( 2012 ).
4) Lingkar Perut (LP)
Ukuran lingkar perut yang baik yaitu tidak lebih dari 90 cm
untuk laki-laki dan tidak lebih dari 80 cm untuk perempuan.
Pengukuran lingkar perut lebih memberikan arti dibandingkan IMT
dalam menentukan timbunan lemak di dalam rongga perut (obesitas
sentral) karena peningkatan timbunan lemak di perut tercermin dari
meningkatnya lingkar perut.
Pengukuran lingkar perut dilakukan untuk mengetahui ada
tidaknya obesitas abdominal atau sentral. Jenis obesitas ini sangat
berpengaruh terhadap kejadian penyakit kardiovaskular dan diabetes
mellitus.

15
Tabel 4 : Standar Obesitas sentral berdasarkan Lingkar Perut.
Klasifikasi Laki-laki Wanita
WHO 2000 94 cm 80 cm
Eropa 102 cm 88 cm
Asia Pasifik 90 m 80 m
Sumber: WHO ( 2008 )
5) Lingkar Lengan Atas
Lingkar lengan atas merupakan salah satu pilihan untuk
penentuan status gizi, karena mudah, murah dan cepat. Tidak
memerlukan data umur yang terkadang susah diperoleh. Memberikan
gambaran tentang keadaan jaringan otot dan lapisan lemak bawah
kulit.
Tabel 5 : Ambang Batas Pengukuran LiLA:
Klasifikasi Wanita Usia Subur Batas Ukur
KEK < 23,5 cm
Normal 23,5 cm
Sumber: Sirajuddin ( 2012 )

d. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Status Gizi


1) Usia
Semakin bertambahnya umur maka akan semakin meningkat
pula kebutuhan zat tenaga bagi tubuh. Zat tenaga diperlukan untuk
membantu tubuh melakukan beragam aktivitas fisik. Setiap 10 tahun
setelah usia seseorang mencapai 25 tahun, kebutuhan energi per hari
untuk pemeliharaan dan metabolisme sel-sel tubuh berkurang atau
mengalami penurunan sebesar 4% setiap 10 tahunnya. Berkurangnya
kebutuhan tersebut dikarenakan menurunnya kemampuan
metabolisme tubuh, sehingga tidak membutuhkan tenaga yang
berlebihan karena dapat menyebabkan terjadinya penumpukan lemak
di dalam tubuh. Penumpukan lemak di dalam tubuh dapat
menimbulkan terjadinya obesitas (Putri, 2012).
2) Jenis kelamin
Jenis kelamin menentukan besar kecilnya asupan nutrisi yang
dikonsumsi. Umumnya perempuan lebih banyak memerlukan

16
ketrampilan dibandingkan tenaga, sehingga kebutuhan gizi perempuan
lebih sedikit dibandingkan laki-laki (Apriadji dalam Putri, 2012).
Menurut Depkes (1994) kelebihan berat badan lebih banyak
ditemukan pada perempuan dibandingkan laki-laki. Hal ini terjadi
karena setelah pubertas, perempuan akan cenderung memiliki proporsi
massa lemak tubuh yang lebih banyak dibandingkan dengan laki-laki.
3) Pendapatan
Pendapatan mempengaruhi daya beli terhadap makanan.
Semakin baik pendapatan maka akan semakin baik pula makanan
yang dikonsumsi baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Sebaliknya,
pendapatan yang kurang mengakibatkan menurunnya daya beli
terhadap makanan secara kualitas maupun kuantitas.
Penduduk yang berpendapatan cukup masih banyak yang tidak
memanfaatkan bahan makanan bergizi dalam menyediakan makanan
keluarga. Hal ini disebabkan karena (Kartasapoetra dan Marsetyo,
2010) :
a) Kurangnya pengetahuan akan bahan makanan yang bergizi
b) Pantangan-pantangan secara tradisional masih diberlakukan
c) Atau keengganan untuk mengkonsumsi bahan makanan murah
walaupun mereka tahu banyak mengandung gizi.
4) Pendidikan
Pendidikan dalam hal ini biasanya dikaitkan dengan
pengetahuan, akan berpengaruh terhadap pemilihan bahan makanan
dan pemenuhan kebutuhan gizi. Semakin tinggi pendidikan seseorang
maka akan semakin baik status gizinya. Ini dikarenakan seseorang
yang mengenyam pendidikan biasanya lebih memahami dalam
menerima informasi-informasi mengenai gizi (Sulistyoningsih, 2010).
5) Sosial budaya
Budaya memiliki pengaruh besar dalam pemilihan dan
pengolahan pangan menjadi makanan. Budaya juga mempengaruhi
kebiasaan makan seseorang. Salah satu contohnya, pada suku Melayu

17
mempunyai kebiasaan mengkonsumsi makanan yang berkuah santan
(Marmi, 2013).
6) Perilaku makan
Perilaku makan merupakan suatu wujud tindakan seseorang
dalam memilih dan mengkonsumsi makanan yang terbentuk melalui
pengetahuan dan sikap. Jika keadaan ini terus-menerus berlangsung
maka akan menjadi kebiasaan makan dan akan membentuk pola
makan. Perilaku makan yang tidak seimbang akan mengakibatkan
masalah gizi (Marmi, 2013).
7) Aktivitas fisik
Aktivitas fisik adalah gerakan yang dilakukan oleh otot tubuh
dan sistem penunjangannya (Almatsier, 2013). Aktivitas fisik dapat
mempengaruhi status gizi. Aktivitas fisik yang kurang akan
mengakibatkan terjadinya penumpukan lemak dan dapat
menyebabkan obesitas.
8) Lingkungan
Faktor lingkungan memiliki pengaruh yang cukup besar
terhadap pembentukan perilaku makan yang selanjutnya akan
mempengaruhi status gizi. Lingkungan disini adalah lingkungan
keluarga, sekolah, serta adanya promosi melalui media elektronik
maupun cetak (Marmi, 2013).

C. Personal Hygiene
a. Pengertian
Menurut Hidayat (2008), perawatan diri atau kebersihan diri
(personal hygiene) merupakan perawatan diri sendiri yaang dilakukan
untuk mempertahankan kesehatan, baik secara fisik maupun psikologis.
Personal hygiene berasal dari bahasa Yunani yang berarti Personal yang
artinya perorangan dan hygiene yang artinya sehat. Personal hygiene atau
kebersihan diri adalah upaya seseorang dalam memelihara kebersihan dan
kesehatan dirinya untuk memperoleh kesejahteraan fisik dan psikologis.

18
b. Jenis Personal Hygiene
Menurut Hidayat (2008), jenis perawatan diri sebagai berikut :
1) Perawatan diri pada kulit
Kulit merupakan salah satu bagian pentingdari tubuh yang
dapat melindungi tubuh dari berbagai kuman atau trauma, sehingga
diperlukan perawatan yang adekuat (cukup) dalam mempertahankan
fungsinya (Hidayat, 2008). Yang dapat dilakukan untuk perawatan
kulit yaitu dengan melakukan mandi. Mandi bermanfaat untuk
menghilangkan atau membersihkan bau badan, keringat dan sel yang
mati, serta merangsang sirkulasi darah, dan membuat rasa nyaman.
Mandi menggunakan sabun mandi secara rutin minimal 2 kali sehari
(bila perlu lakukan lebih sering bila kerja di tempat kotor atau banyak
berkeringat). Hindari penggunaan pakaian, handuk, selimut, sabun
mandi, dan sarung secara berjamaah. Hindari penggunaan pakaian
yang lembab/basah (karena keringat/sebab lain). Gunakan obat anti
jamur kulit (bila perlu).
Mengganti pakaian dengan teratur. Minimal 1x sehari atau
setelah mandi. Biasakan mengganti pakaian sesampainya di rumah
setelah pulang sekolah atau bepergian karena pakaian dan keringat
akan menempel pada pakaian setelah di pakai beraktivitas (Haince,
2012).
1) Perawatan diri pada kuku, kaki dan tangan.
Menjaga kebersihan kuku merupakan salah satu aspek
penting dalam mempertahankan perawatan diri karena kuman dapat
masuk ke dalam tubuh melalui kuku (Hidayat, 2008). Oleh karena
itu, potong kuku 1x/minggu atau saat terlihat panjang (gunakan
pemotong kuku dan setelah dipotong ujung kuku
dihaluskan/dikikir) (Haince, 2012).
Membersihkan tangan dan kaki sehari minimal 2x/hari atau
setiap kotor. Mencuci tangan menggunakan sabun dan air bersih
mengalir. Sabun dapat membersihkan kotoran dan membunuh

19
kuman, karena tanpa sabun, kotoran dan kuman masih tertinggal di
tangan. Oleh karena itu biasakan cuci tangan dengan air bersih
yang mengalir dan memakai sabun agar tangan bersih dan sehat.
Saat harus cuci tangan yaitu setiap tangan kita kotor (setelah
memegang uang, memegang binatang, berkebun), setelah buang air
besar atau buang air kecil, sebelum makan dan sebelum memegang
makanan.
Untuk menjaga kebersihan dan kesehatan pada kaki,
gunakan alas kaki yang lembut, aman, dan nyaman. Jenis alas kaki
yang dipakai dapat mempengaruhi masalah kaki dan kuku. Sepatu
yang sempit atau kurang pas dapat mnyebabkan luka kulit tertentu
dan mengganggu sirkulasi kaki. Menjaga kebersihan sepatu itu juga
sangat penting. Begitu kaki berkeringat, keringatnya akan
menempel ke sepatunya, sehingga menjadi tempat tumbuhnya
bakteri yang bisa menyebabkan penyakit-penyakit di kaki (Haince,
2012).
2) Perawatan diri pada rambut
Rambut merupakan bagian dari tubuh yang memiliki fungsi
sebagai proteksi serta pengatur suhu, melalui rambut perubahan
status kesehatan diri dapat diidentifikasi (Hidayat, 2008).
Kebersihan rambut bisa membantu melancarkan sirkulasi darah
pada kulit kepala. Rambut yang bersih juga membantu mengurangi
stres dan membantu jaringan metabolisme agar tetap tumbuh dan
berkembang secara normal. Kutu rambut pun tidak diberi
kesempatan untuk hidup. Karena itu, ajarkan anak untuk keramas
secara teratur minimal membersihkan rambut dua kali dalam
seminggu, atau setelah berolah raga atau banyak mengeluarkan
keringat, keramas dengan menggunakan shampoo, agar kebersihan
rambut dan kulit kepala terjaga. Shampoo berfungsi membersihkan
rambut juga untuk memberikan beberapa vitamin bagi rambut
sehingga rambut subur dan berkilau. Selain itu untuk menjaga

20
kebersihan rambut jangan lupa juga menjaga kebersihan sisir yang
dipakai. Membersihkan sisir bisa bersamaaan saat kita keramas
(Haince, 2012).
3) Kebersihan mulut dan gigi.
Hygiene mulut membantu mempertahankan status
kesehatan mulut, gigi, gusi dan bibir. Hygiene mulut yang lengkap
memberikan rasa sehat dan selanjutnya menstimulasi nafsu makan
(Potter dan Perry, 2006).
Gigi dan mulut adalah bagian penting yang harus
dipertahankan kebersihannya, sebab melalui organ ini berbagai
kuman dapat masuk. Tujuan dari menjaga kebersihan mulut dan
gigi adalah supaya gigi bersih dan tidak berlubang, mulut tidak
berbau, lidah bersih, gusi tidak bengkak, bibir tidak pecah-pecah.
Sehingga menyikat gigi bertujuan untuk menghilangkan plak yang
dapat menyebabkan gigi berlubang (Caries) dan menyebabkan
sakit gigi (Hidayat, 2008).
Pentingnya menyikat gigi, agar gigi tetap dalam kondisi
baik hingga usia dewasa. Menggosok gigi secara benar dan teratur,
sedikitnya 4 kali sehari, dianjurkan setiap selesai makan dan
sebelum tidur. Menggosok gigi menggunakan sikat gigi sendiri.
Sikat gigi harus diganti setiap 3 bulan sekali (Potter dan Perry,
2006).
Selain itu, yang penting diketahui adalah jenis makanan
yang dapat merusak gigi dan membiasakannya untuk mengonsumsi
makanan yang lebih sehat. Ajak anak untuk menghindari
makan/minum yang terlalu panas/dingin dan yang terlalu asam.
Anak harus banyak mengonsumsi makanan bergizi. Orangtua perlu
juga membawa anak untuk memeriksakan kesehatan gigi dan mulut
secara rutin kurang lebih 6 bulan sekali ke puskesmas atau ke
dokter gigi. Jika merasa gigi nyilu/sakit segera berobat ke
puskesmas atau dokter gigi (Haince, 2012).

21
4) Kebersihan diri pada mata
Secara normal tidak ada perawatan khusus yang diperlukan
untuk mata karena secara terus menerus dibersihkan oleh air mata,
dan kelopak mata dan bulu mata mencegah masuknya partikel
asing. Seseorang hanya memerlukan untuk memindahkan sekresi
kering yang berkumpul pada kantus sebelah dalam atau bulu mata.
Pembersihan mata biasanya dilakukan selama mandi dan
melibatkan pembersihan dengan waslap pembersih yang
dilembabkan kedalam air. Bersihkan daerah mata dari arah luar ke
dalam (bersihkan kotoran mata yang menempel pada sudut kelopak
mata) (Potter dan Perry, 2006).
5) Kebersihan telinga dan hidung.
Hygiene telinga mempunyai implikasi untuk ketajaman
pendengaran bila subtansi lilin atau benda asing berkumpul pada
kanal telinga luar, yang mengganggu konduksi suara. Hidung
memberikan indera penciuman tetapi juga memantau temperatur
dan kelembapan udara yang dihirup serta mencegah masuknya
partikel asing kedalam sistem pernafasan (Potter dan Perry, 2006).
Membersihkan telinga secara rutin (1x/1-2 minggu) lakukan
dengan hati-hati menggunakan alat yang bersih dan aman. Daun
telinga dibersihkan waktu mandi kemudian dikeringkan dengan
handuk atau kapas bersih (Hidayat, 2008). Tidak di perbolehkan
menggunakan alat yang tajam seperti peniti untuk membersihkan
serumen yang ada pada telinga (Potter dan Perry, 2006).
Membersihkan hidung juga menggunakan kapas, sapu
tangan atau tisue yang bersih. Biasanya mengangkat sekresi hidung
secara lembut dengan membersihkan kedalam dengan tisu lembut.
Hal ini menjadi hygiene harian yang diperlukan (Potter dan Perry,
2006). Jika terdapat keluhan dengan telinga atau hidung segera
periksa ke Puskesmas/dokter (Haince, 2012).

22
D. Aktifitas Fisik
a. Pengertian
Aktivitas fisik adalah setiap gerakan tubuh yang dihasilkan oleh
otot rangka yang memerlukan pengeluaran energi. Aktivitas fisik yang
tidak ada (kurangnya aktivitas fisik) merupakan faktor risiko independen
untuk penyakit kronis, dan secara keseluruhan diperkirakan menyebabkan
kematian secara global (WHO, 2010).
Aktivitas fisik adalah setiap gerakan tubuh yang membutuhkan
energi untuk mengerjakannya. Aktivitas fisik yang cukup pada orang
dewasa dapat menurunkan risiko hipertensi dan penyakit jantung koroner
(Widiantini dan Tafal, 2014).
b. Klasifikasi
Aktivitas fisik dibagi atas tiga tingkatan yakni :
1) Aktivitas Fisik ringan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan
menggerakan tubuh.
2) Aktivitas Fisik sedang adalah pergerakan tubuh yang menyebabkan
pengeluaran tenaga cukup besar, dengan kata lain adalah bergerak
yang menyebabkan nafas sedikit lebih cepat dari biasanya.
3) Aktivitas Fisik berat adalah pergerakan tubuh yang menyebabkan
pengeluaran tenaga cukup banyak (pembakaran kalori) sehingga nafas
jauh lebih cepat dari biasanya.
Tabel berikut ini akan menggambarkan contoh klasifikasi pembagian
aktifitas fisik :
Klasifikasi AF Pengeluaran energy Aktivitas Fisik
Ringan 2,5 – 4,9 kcal/menit Berjalan kaki, tenis meja, golf,
mengetik, membersihkan kamar,
berbelanja
Sedang 5 – 7,4 kcal/menit Bersepeda, ski, menari, menaiki
tangga, tennis lapang
Berat 7,5 – 12 kcal/menit Basket, sepakbola, berenang,
angkat beban
Sumber : Badan Pusat Statistik (2005)
c. Manfaat Aktivitas Fisik

23
Menurut Kemenkes RI (2015) manfaat aktifitas fisik aktif dapat
dilihat dari aspek fisik, aspek psikologis dan aspek sosio ekonomi,
diantaranya :
1) Manfaat Aspek Fisik
a) Menurunkan resiko penyakit degenerative
b) Memperkuat otot jantung dan meningkatkan kapasitas jantung
c) Mencegah resiko penyakit darah tepi
d) Mencegah, menurunkan, mengendalikan tekanan darah tinggi
e) Mencegah, menurunkan, mengendalikan gula darah pada penderita
diabetes mellitus tipe 2
f) Mencegah atau mengurangi resiko osteoporosis pada wanita
2) Manfaat Psikologis
a) Meningkatkan rasa percaya diri
b) Membangun rasa sportivitas
c) Memupuk tanggung jawab
d) Membantu mengendalikan stress
e) Mengurangi kecemasan dan depresi
3) Manfaat Sosio-Ekonomi
a) Menurunkan biaya pengobatan
b) Meningkatkan produktivitas
c) Menurunkan penggunaan sumber daya
d) Meningkatkan gerakan masyarakat

E. Kualitas Tidur
a. Pengertian
Tidur merupakan suatu keadaan yang berulang-ulang, perubahan
status kesadaran yang terjadi selama periode tertentu. Jika orang
memperoleh tidur yang cukup, mereka merasa tenaganya telah pulih.
Beberapa ahli tidur yakin bahwa perasaan tenaga yang pulih ini
menunjukkan tidur memberikan waktu untuk perbaikan dan penyembuhan
sistem tubuh untuk periode keterjagaan yang berikutnya. Keluasan

24
perubahan pola tidur dan istirahat yang biaa tergantung pada status
fisiologis, psikologis, dan lingkungan fisik klien (Perry & Potter, 2006).
Kualitas tidur (Faktor kedalaman tidur) adalah derajat nyenyak
tidur dan kesegaran fisik dan batin ketika orang yang bersangkutan tidur.
Kualitas tidur adalah tingkatan mutu dari tidur, kualitas tidur seseorang
terpenuhi dengan kriteria saat bangun dalam keadaan segar, mata tidak
merah, tidak merasa mengantuk, tidak merasa pusing saat bangun, tidur
dengan nyenyak, tidak sering terbangun dan tidak gelisah (Erfandi, 2008).
Tidak cukupnya tidur dapat menyebabkan penyakit jantung, diabetes,
depresi, lemah, kecelaakaan, kurang konsentrasi dan kualitas hidup yang
rendah. Usia berpengaruh dalam perubahan kualitas tidur, berbagai jenis
penyakit dan obat-obatan digunakan oleh orang berusia lanjut untuk
mengatur pola tidur.
b. Kuantitas Tidur
Kuantitas tidur berarti jumlah waktu atau jam tidur seseorang per
24 jam sehari. Menurut Hidayat (2006) menyatakan kebutuhan tidur pada
manusia bergantung pada tingkat perkembangan.
Tabel 7. Tabel Kuantitas Tidur berdasarkan Usia
Usia Tingkat Jumlah Kebutuhan
Perkembangan Tidur
0 – 1 bulan Masa Neonatus 14 – 18 jam/hari
1 bulan – 18 bulan Masa bayi 12 – 14 jam/hari
18 bulan – 3 tahun Masa anak 11 – 12 jam/hari
3 tahun – 6 tahun Masa prasekolah 11 jam/hari
6 tahun – 12 tahun Masa sekolah 10 jam/hari
12 tahun – 18 tahun Masa remaja 8 – 9 jam/hari
18 tahun – 40 tahun Masa dewasa muda 7 – 8 jam/hari
40 tahun – 60 tahun Masa paruh baya 7 jam/hari
>60 tahun Masa tua 6 jam/hari
Sumber : Camaru (2011)
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas tidur pada dewasa.
1) Penyakit
Seseorang yang mengalami sakit memerlukan waktu tidur
yang lebih banyak dari normal, namun demikian seseorang yang sakit
terkadang tidak bisa tidur atau sulit tidur. Misalnya pada pasien

25
dengan gangguan pernafasan seperti asma bronkitis dan gangguan
persyarafan seperti nyeri (Widuri, 2010)
2) Lingkungan
Proses perubahan suatu lingkungan seperti seseorang yang
biasa tidur dengan keadaan nyaman dan tenang harus beradaptasi
dengan suasana lingkungan yang gaduh dapat mempengaruhi kualitas
tidur seseorang (Widuri, 2010).
3) Kelelahan
Seseorang yang mengalami kelelahan yang berlebihan akibat
kerja yang meletihkan atau penuh stress membuta sulit tidur serta
dapat memperpendek periode pertama dari tahap REM (Widuri,
2010).
4) Kecemasan
Pada saat cemas seseorang mungkin dapat meningkatakan
saraf simpatis yang menyebabkan seseorang merasa gelisah sehingga
dapat menganggu tidur (Widuri, 2010).
5) Obat-obatan dan zat kimia
Orang yang minum alcohol dalam jumlah banyak sering
mengalami gangguan tidur. Alcohol yang berlebihan dapat
mengganggu tidur REM (Kozier, Erb, Berman, & Snyder, 2004).
Nikotin dalam jumlah banyak dapat menyebabkan agitasi. Kerusakan
permanen pada paru akibat sering menghisap rokok yang
menyebabkan hipoksia berkaitan dengan meningkatnya kelelahan dan
kebutuhan istirahat diselang aktivitas (Harkereader, et al, 2007). Serta
konsumsi kafein dengan dosis tinggi dapat melemahkan pertahanan
tidur (pengurangan waktu tidur total atau meningkatnya waktu terjaga)
dan dapat mengurangi kedalaman tidur (Widuri, 2010).

26
F. Kesehatan Lingkungan
a. Pengertian
Menurut WHO (World Health Organization), kesehatan lingkungan
adalah suatu keseimbangan ekologi yang harus ada antara manusia dan
lingkungan agar dapat menjamin keadaan sehat dari manusia. Menurut
HAKLI (Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan Indonesia) kesehatan
lingkungan adalah suatu kondisi lingkungan yang mampu menopang
keseimbangan ekologi yang dinamis antara manusia dan lingkungannya
untuk mendukung tercapainya kualitas hidup manusia yang sehat dan
bahagia. Dalam pengertian ini titik pusat pandang dari Kesehatan
Lingkungan adalah bahwa tercapainya tujuan kesehatan yaitu masyarakat
sehat dan sejahtera apabila kondisi lingkungan sehat (Sarudji, 2010).
b. Ruang Lingkup
Menurut WHO (1999) ada 17 ruang lingkup kesehatan lingkungan,
yaitu :
1) Penyediaan Air Minum
2) Pengelolaan air Buangan dan pengendalian pencemaran
3) Pembuangan Sampah Padat
4) Pengendalian Vektor
5) Pencegahan/pengendalian pencemaran tanah oleh ekskreta manusia
6) Hygiene makanan, termasuk hygiene susu
7) Pengendalian pencemaran udara
8) Pengendalian radiasi
9) Kesehatan kerja
10) Pengendalian kebisingan
11) Perumahan dan pemukiman
12) Aspek kesling dan transportasi udara
13) Perencanaan daerah dan perkotaan
14) Pencegahan kecelakaan
15) Rekreasi umum dan pariwisata

27
16) Tindakan-tindakan sanitasi yang berhubungan dengan keadaan
epidemi/wabah, bencana alam dan perpindahan penduduk.
17) Tindakan pencegahan yang diperlukan untuk menjamin lingkungan.
Di Indonesia, ruang lingkup kesehatan lingkungan diterangkan
dalam Pasal 22 ayat (3) UU No 23 tahun 1992 ruang lingkup kesling ada
8, yaitu :
1) Penyehatan Air dan Udara
2) Pengamanan Limbah padat/sampah
3) Pengamanan Limbah cair
4) Pengamanan limbah gas
5) Pengamanan radiasi
6) Pengamanan kebisingan
7) Pengamanan vektor penyakit
8) Penyehatan dan pengamanan lainnya, sepeti keadaan pasca bencana.
c. Masalah-Masalah Kesehatan Lingkungan Di Indonesia
Masalah Kesehatan lingkungan merupakan masalah kompleks yang
untuk mengatasinya dibutuhkan integrasi dari berbagai sector terkait. Di
Indonesia permasalah dalam kesehatan lingkungan antara lain :
1) Air Bersih
Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-
hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum
apabila telah dimasak. Air minum adalah air yang kualitasnya
memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum (Alhamda,
2015).
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan No 416 tahun 1990
syarat-syarat Kualitas Air Bersih diantaranya adalah sebagai berikut :
a) Syarat Fisik : Tidak berbau, tidak berasa, dan tidak berwarna
b) Syarat Kimia : Kadar Besi : maksimum yang diperbolehkan 0,3
mg/l, Kesadahan (maks 500 mg/l)
c) Syarat Mikrobiologis : Koliform tinja/total koliform (maks 0 per
100 ml air)
2) Pembuangan Kotoran/Tinja
Menurut Soeparman dan Suparmin (2001) metode
pembuangan tinja yang baik yaitu dengan jamban dengan syarat
sebagai berikut :
a) Tanah permukaan tidak boleh terjadi kontaminasi

28
b) Tidak boleh terjadi kontaminasi pada air tanah yang mungkin
memasuki mata air atau sumur
c) Tidak boleh terkontaminasi air permukaan
d) Tinja tidak boleh terjangkau oleh lalat dan hewan lain
e) Tidak boleh terjadi penanganan tinja segar ; atau, bila memang
benar-benar diperlukan, harus dibatasi seminimal mungkin
f) Jamban harus babas dari bau atau kondisi yang tidak sedap
dipandang
g) Metode pembuatan dan pengoperasian harus sederhana dan tidak
mahal.
3) Kesehatan Pemukiman
Menurut Depkes RI (2007), secara umum rumah dapat
dikatakan sehat apabila memenuhi kriteria sebagai berikut :
a) Memenuhi kebutuhan fisiologis, yaitu : pencahayaan, penghawaan
dan ruang gerak yang cukup, terhindar dari kebisingan yang
mengganggu
b) Memenuhi kebutuhan psikologis, yaitu : privacy yang cukup,
komunikasi yang sehat antar anggota keluarga dan penghuni rumah
c) Memenuhi persyaratan pencegahan penularan penyakit antar
penghuni rumah dengan penyediaan air bersih, pengelolaan tinja
dan limbah rumah tangga, bebas vektor penyakit dan tikus,
kepadatan hunian yang tidak berlebihan, cukup sinar matahari pagi,
terlindungnya makanan dan minuman dari pencemaran, disamping
pencahayaan dan penghawaan yang cukup
d) Memenuhi persyaratan pencegahan terjadinya kecelakaan baik
yang timbul karena keadaan luar maupun dalam rumah antara lain
persyaratan garis sempadan jalan, konstruksi yang tidak mudah
roboh, tidak mudah terbakar, dan tidak cenderung membuat
penghuninya jatuh tergelincir.
4) Pembuangan Sampah
Menurut Sarudji (2010), teknik pengelolaan sampah yang baik
dan benar harus memperhatikan faktor-faktor /unsur, berikut :
a) Penimbulan sampah. Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi
sampah adalah jumlah penduduk dan kepadatanya, tingkat
aktivitas, pola kehidupan/tk sosial ekonomi, letak geografis, iklim,
musim, dan kemajuan teknologi

29
b) Penyimpanan sampah
c) Pengumpulan, pengolahan dan pemanfaatan kembali
d) Pengangkutan
e) Pembuangan.
5) Serangga dan Binatang Pengganggu
Serangga sebagai reservoir (habitat dan suvival) bibit penyakit
yang kemudian disebut sebagai vektor misalnya : pinjal tikus untuk
penyakit pesampar, nyamuk Anopheles sp untuk penyakit malaria,
nyamuk Aedes sp untuk Demam Berdarah Dengue (DBD), nyamuk
Culex sp untuk penyakit kaki gajah/filariasis (Alhamda, 2015).
Penanggulangan/pencegahan dari penyakit tersebut
diantaranya dengan merancang rumah/tempat pengelolaan makanan
dengan rat proff (rapat tikus), Kelambu yang dicelupkan dengan
pestisida untuk mencegah gigitan nyamuk Anopheles sp, Gerakan 3M
(menguras mengubur dan menutup) tempat penampungan air untuk
mencegah penyakit DBD, penggunaan kasa pada lubang angin di
rumah atau dengan pestisida untuk mencegah penyakit kaki gajah dan
usaha-usaha sanitasi (Alhamda, 2015).
Binatang pengganggu yang dapat menularkan penyakit
misalnya anjing dapat menularkan penyakit rabies/anjing gila. Kecoa
dan lalat dapat menjadi perantara perpindahan bibit penyakit ke
makanan sehingga menimbulakan diare. Tikus dapat menyebabkan
Leptospirosis dari kencing yang dikeluarkannya yang telah terinfeksi
bakteri penyebab (Alhamda, 2015).
6) Makanan dan Minuman
Sasaran hygiene sanitasi makanan dan minuman adalah
restoran, rumah makan, jasa boga dan makanan jajanan (diolah oleh
pengrajin makanan di tempat penjualan dan atau disajikan sebagai
makanan siap santap untuk dijual bagi umum selain yang disajikan
jasa boga, rumah makan/restoran, dan hotel) (Alhamda, 2015).
Menurut Keputusan Mentri Kesehatan RI Nomor
1098/MENKES/SK/VII/2003 persyaratan hygiene sanitasi makanan
dan minuman tempat pengelolaan makanan meliputi :
a) Persyaratan lokasi dan bangunan
b) Persyaratan fasilitas sanitasi

30
c) Persyaratan dapur, ruang makan dan gudang makanan
d) Persyaratan bahan makanan dan makanan jadi
e) Persyaratan pengolahan makanan
f) Persyaratan penyimpanan bahan makanan dan makanan jadi
g) Persyaratan peralatan yang digunakan
d. Pencemaran lingkungan. Diantaranya pencemaran air, pencemaran
tanah, pencemaran udara.

G. Riwayat Penyakit
a. Pengertian
Riwayat penyakit adalah deskripsi tentang perjalanan waktu dan
perkembangan penyakit pada individu, dimulai sejak terjadinya paparan
dengan agen kausal hingga terjadinya akibat penyakit, seperti kesembuhan
atau kematian, tanpa terinterupsi oleh suatu intervensi preventif maupun
terapetik (CDC, 2010). Riwayat penyakit merupakan penyakit yang
berhubungan dengan penyakit yang pernah atau sedang dialami saat ini
atau penyakit yang mungkin dapat di pengaruhi atau mempengaruhi
penyakit tersebut (Timmreck, 2005).
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi suatu penyakit, yaitu
sebagai berikut :
1) Faktor Predisposisi, seperti: umur, jenis kelamin, riwayat penyakit
terdahulu, dan lain-lain.
2) Faktor Pencetus, seperti: pemaparan oleh agen penyakit yang spesifik.
3) Faktor Pendorong, seperti: paparan yang berulang, beban kerja yang
berat.
4) Faktor Pemberat, seperti: pendapatan rendah, status gizi, kondisi
perumahan, dan lain-lain (Timmreck, 2005).
Timbulnya suatu penyakit yang dialami dapat dipengaruhi oleh
beberapa faktor. Salah satu faktornya adalah penyakit yang timbul dengan
bertambahnya usia pada seseorang. Penyakit ini sering disebut dengan
penyakit degenerative. Penyakit degeneratif adalah penyakit yang
mengiringi proses penuaan penyakit ini terjadi seiring bertambahnya usia.
Penyakit degeneratif merupakan istilah yang secara medis digunakan

31
untuk menerangkan adanya suatu proses kemunduran fungsi sel saraf
tanpa sebab yang diketahui, yaitu dari keadaan normal sebelumnya ke
keadaan yang lebih buruk (Timmreck, 2005).
Penyakit degeneratif sangat banyak jenisnya. Berikut adalah
beberapa jenis penyakit degeneratif yang berhubungan dengan konsumsi
makanan atau zat gizi tertentu :
1) Obesitas
Menurut Dian (2011), obesitas adalah kelebihan berat badan
dari berat badan ideal/normal dengan standar BMI/IMT (Index Massa
Tubuh) > 30 kg/m2.
Pencegahan Obesitas :
a) Gizi : Kurangi konsumsi makanan tinggi lemak dan gula.
b) Hindari konsumsi alkohol berlebihan.
c) Hindari stress/depresi/frustrasi/kebosanan.
d) Berolahraga secara teratur.
e) Stop merokok.
2) Hiperkolesterol
Dalam tubuh terdapat lemak terdiri dari kolesterol jahat yang
biasa disebut LDL (Low Density Lipoprotein) dimana lemak ini dapat
menempel pada pembuluh darah. Sedangkan kolesterol baik yang
dikenal dengan HDL (High Density Lipoprotein) merupakan lemak
yang dapat melarutkan kandungan LDL dalam tubuh. Kolesterol
normal dalam tubuh adalah 160-200 mg, maka penumpukan
kandungan LDL harus dicegah agar tetap dalam keadaan normal
(Timmreck, 2005).
3) Penyakit Jantung
Paling sering adalah penyakit jantung koroner (PJK). Koroner
adalah arteri-arteri yang melingkari jantung seperti mahkota
(crown/coroner) yang berfungsi menyuplai nutrisi dan oksigen bagi
otot jantung. PJK timbul jika 1 atau lebih arteri koroner mengalami
penyempitan akibat penumpukan kolesterol dan komponen lain

32
(pembentukan plak) pada dinding pembuluh darah (aterosklerosis)
(Timmreck, 2005).
Akibat aliran darah terganggu, maka akan timbul nyeri atau
rasa tidak nyaman di dada (angina), terutama selama olahraga dimana
otot jantung banyak membutuhkan oksigen. Proses aterosklerosis
dapat mulai terbentuk mulai usia anak-anak, sehingga pencegahan
PJK harus diperhatikan sejak dini. Tanda-tanda awal PJK antara lain
adalah hipertensi dan kolesterol tinggi (Timmreck, 2005).
4) Osteoporosis
Kalsium merupakan unsur pembentuk tulang dan gigi. Maka,
agar kepadatan tulang terus terjaga, penting untuk mengkonsumsi
kalsium yang banyak terdapat dalam susu. Seiring bertambahnya usia,
kemampuan untuk menyerap kalsium semakin berkurang. Karena
penyebab osteoporosis adalah kurangnya asupan kalsium pada usia
muda (Timmreck, 2005).
Kalsium yang dibutuhkan tiap orang berbeda, bergantung pada
berat badan dan aktivitas yang dijalankan. Pada ibu hamil dan
menyusui, kalsium yang dibutuhkan lebih banyak (Timmreck, 2005).
Satu gelas susu mengandung sekitar 500 mg kalsium. Kalsium
tidak hanya terdapat pada susu, makanan lain seperti ikan teri, sup
tulang, sayuran hijau seperti bayam dan kacang-kacangan adalah salah
satu sumber dari kalsium. Karena kalsium tidak dapat dihasilkan
tubuh kita, maka penting untuk minum susu dan mengkonsumsi
makanan yang mengandung kalsium (Timmreck, 2005).
5) Stroke
Terjadi saat aliran darah ke otak terganggu atau berkurang
secara hebat, sehingga otak tidak mendapat oksigen dan makanan.
Stroke terbagi terbagi menjadi dua:
a) Stroke Iskemik, disebabkan kurangnya aliran darah ke otak karena
sumbatan pada pembuluh darah otak. Merupakan jenis stroke yang
paling banyak dijumpai (80%).

33
b) Stroke Hemoragik, disebabkan pecahnya pembuluh darah dalam
otak, darah yang berkumpul dalam jaringan otak menyebabkan
penekanan dan kerusakan sel otak (Timmreck, 2005).
6) Asam Urat
Asam urat adalah sisa metabolisme zat purin yang berasal dari
makanan yang dikonsumsi. Ini juga merupakan hasil samping dari
pemecahan sel dalam darah (Timmreck, 2005).
Purin adalah zat yang terdapat dalam setiap bahan makanan
yang berasal dari tubuh makhluk hidup. Dengan kata lain, dalam
tubuh makhluk hidup terdapat zat purin ini, lalu karena kita memakan
makhluk hidup tersebut, maka zat purin tersebut berpindah ke dalam
tubuh kita. Berbagai sayuran dan buah-buahan juga terdapat purin.
Purin juga dihasilkan dari hasil perusakan sel-sel tubuh yang terjadi
secara normal atau karena penyakit tertentu (Timmreck, 2005).
Normalnya, asam urat ini akan dikeluarkan dalam tubuh
melalui feses (kotoran) dan urin, tetapi karena ginjal tidak mampu
mengeluarkan asam urat yang ada menyebabkan kadarnya meningkat
dalam tubuh. Hal lain yang dapat meningkatkan kadar asam urat
adalah kita terlalu banyak mengkonsumsi bahan makanan yang
mengandung banyak purin. Asam urat yang berlebih selanjutnya akan
terkumpul pada persendian sehingga menyebabkan rasa nyeri atau
bengkak (Timmreck, 2005).
7) Hipertensi
Tekanan darah yaitu tekanan yang dialami darah pada
pembuluh arteri ketika darah di pompa oleh jantung ke seluruh
anggota tubuh manusia. Tekanan darah dibuat dengan mengambil dua
ukuran dan biasanya terdapat dua angka yang akan disebut oleh
dokter. Misalnya dokter menyebut 140-90, maka artinya adalah
140/90 mmHg. Angka pertama (140) menunjukkan tekanan ke atas
pembuluh arteri akibat denyutan jantung atau pada saat jantung
berdenyut atau berdetak, dan disebut tekanan sistolik atau sering

34
disebut tekanan atas. Angka kedua (90) menunjukkan tekanan saat
jantung beristirahat di antara pemompaan, dan disebut tekanan
diastolik atau sering juga disebut tekanan bawah (Timmreck, 2005).
Jika pembuluh darah menyempit, maka tekanan darah di dalam
pembuluh darah akan meningkat. Selain itu, jika jumlah darah yang
mengalir bertambah, tekanan darah juga akan meningkat (Timmreck,
2005).
Klasifikasi tekanan darah oleh Chobanian dkk (2004), untuk
pasien dewasa (usia ≥ 18 tahun) berdasarkan rata-rata pengukuran dua
tekanan darah atau lebih pada dua atau lebih kunjungan klinis dapat
dilihat pada tabel 8.
Tabel 8. Klasifikasi Hipertensi
Klasifikasi Tekanan Tekanan Darah Tekanan Darah
Darah Sistolik (mm) Diastolik (mmHg)
Normal <120 80 – 89
Prehipertensi 120 – 139 90 – 99
Hipertensi Tingkat 1 140 – 159 >100
Hipertensi Tingkat 2 160
Sumber : Chobanian dkk (2004).
8) Penyakit Diabetes Mellitus (DM)
Diabetes Mellitus (DM) adalah salah satu di antara penyakit
tidak menular yang akan meningkat jumlahnya di masa datang.
Terdapat dua jenis penyakit diabetes melitus yaitu diabetes melitus
tipe 1 (insulin-dependent diabetes mellitus) yaitu kondisi defisiensi
produksi insulin oleh pankreas. Kondisi ini hanya bisa diobati dengan
pemberian insulin. Diabetes melitus tipe-2 (non-insulin-dependent
diabetes mellitus) yang terjadi akibat ketidakmampuan tubuh untuk
berespons dengan wajar terhadap aktivitas insulin yang dihasilkan
pankreas (resistensi insulin), sehingga tidak tercapai kadar glukosa
yang normal dalam darah (Depkes, 2005).
Nilai normal glukosa dalam darah dapat dihitung dengan
berbagai cara dan kriteria yang berbeda. Berikut ini tabel
penggolongan kadar glukosa darah sewaktu dan puasa.

35
Tabel 9. Kadar Glukosa Darah Sewaktu dan Puasa Diagnosis DM
(mg/dl)
Bukan Belum
Kriteria DM
DM Pasti DM

Kadar Glukosa Plasma Vena < 110 110 - 199 ≥ 200


Darah Sewaktu
(mg/dL) Darah Kapiler < 90 90 - 199 ≥ 200

Kadar Glukosa Plasma Vena < 100 100 – 125 ≥ 126


Darah Puasa
(mg/dL) Darah Kapiler < 90 90 - 99 ≥ 100

Sumber : Soegondo (2008).

36
H. Pengetahuan Gizi
a. Pengertian
Pengetahuan gizi adalah sesuatu yang diketahui tentang makanan
dalam hubungannya dengan kesehatan optimal. Pengetahuan gizi meliputi
pengetahuan tentang pemilihan dan konsumsi sehari-hari dengan baik dan
memberikan semua zat gizi yang dibutuhkan untuk fungsi normal tubuh.
Pemilihan dan konsumsi bahan makanan berpengaruh terhadap status gizi
seseorang (Almatsier, dkk, 2013).
Adanya pengetahuan gizi yang baik merupakan faktor yang sangat
penting dalam menentukan sikap dan perilaku seseorang terhadap
makanan. Selain itu, pengetahuan gizi mempunyai peranan penting untuk
dapat membuat manusia hidup sejahtera dan berkualitas. Semakin banyak
pengetahuan gizinya semakin diperhitungkan jenis dan kualitas makanan
yang dipilih dikonsumsinya (Soediaoetama, 2000).
b. Cara memperoleh pengetahuan gizi
Menurut Notoatmodjo (2007), banyak yang digunakan untuk
memperoleh pengetahuan, namun sepanjang sejarah cara mendapatkan
pengetahuan dikelompokkan menjadi dua yaitu cara tradisional atau non
ilmiah dan cara modern atau yang disebut cara ilmiah.
1) Cara Tradisional
Cara ini ada empat cara, yaitu:
a) Trial and error atau coba-salah
Cara ini dipakai orang sebelum adanya kebudayaan, bahkan
mungkin sebelum adanya peradaban. Cara ini dilakukan dengan
menggunakan kemungkinan dengan memecahkan masalah dan
apabila tidak berhasil maka dicoba lagi dengan kemungkinan yang
lain sampai berhasil, oleh karena itu cara ini disebut dengan metode
trial (coba) dan error (gagal atau salah) atau metode coba-salah.
Pengalaman yang diperoleh melalui penggunaan ini banyak

37
membantu perkembangan berfikir dan kebudayaan manusia ke arah
yang lebih sempurna.
b) Kekuasaan atau otoritas
Sumber pengetahuan ini dapat berupa pemimpin-pemimpin
masyarakat baik formal maupun informal, ahli agama, pemegang
pemerintahan, dan sebagainya. Dengan kata lain pengetahuan
tersebut diperoleh berdasarkan pada otoritas atau kekuasaan baik
tradisional, otoritas pemerintah, otoritas pemimpin agama, maupun
ahli pengetahuan.
c) Berdasarkan pengalaman pribadi
Adapun pepatah mengatakan, pengalaman adalah guru yang
terbaik, pepatah ini mengandung maksud bahwa pengalaman itu
merupakan sumber pengetahuan atau pengalaman itu merupakan
suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan.
d) Jalan pikiran
Dalam memperoleh kebenaran pengetahuan manusia telah
menggunakan jalan pikiran baik melalui induksi maupun deduksi.
Apabila proses pembuatan kesimpulan itu melalui pernyataan-
pernyataan khusus kepada yang umum dinamakan induksi.
Sedangkan deduksi adalah pembuatan kesimpulan dari pernyataan-
pernyataan umum kepada yang khusus.
2) Cara Ilmiah atau Cara Modern
Dalam memperoleh pengetahuan dewasa ini menggunakan
cara yang lebih sistematis, logis, dan ilmiah. Cara ini disebut metode
ilmiah atau lebih populer disebut metodologi penelitian (Research
Methodology).
Metode ilmiah adalah upaya memecahkan masalah melalui
berfikir rasional dan berfikir empiris dan merupakan prosedur untuk
mendapatkan ilmu. Metode ilmiah pada dasarnya menggabungkan
berfikir rasional dengan berfikir empiris, artinya pertanyaan yang
dirumuskan disatu pihak dapat diterima oleh akal sehat dan dipihak

38
lain dapat dibuktikan melalui data dan fakta secara empiris (Nursalam,
2013).

I. Food Recall
a. Pengertian
Metode ini dilakukan dengan mencatat jenis dan jumlah makanan
serta minuman yang telah dikonsumsi dalam 24 jam yang lalu. Recall
dilakukan pada saat wawancara dilakukan dan mundur ke belakang sampai
24 jam penuh. Wawancara menggunakan formulir recall harus dilakukan
oleh petugas yang telah terlatih. Data yang didapatkan dari hasil recall
lebih bersifat kualitatif. Untuk mendapatkan data kuantitatif maka perlu
ditanyakan penggunaan URT (Ukuran Rumah Tangga). Sebaiknya recall
dilakukan minimal dua kali dengan tidak berturut-turut. Recall yang
dilakukan sebanyak satu kali kurang dapat menggambarkan kebiasaan
makan seseorang (Supariasa, dkk, 2001).
Metode recall sangat tergantung dengan daya ingat individu,
sehingga sebaiknya responden memiliki ingatan yang baik agar dapat
menggambarkan konsumsi yang sebenarnya tanpa ada satu jenis makanan
yang terlupakan. Recall kurang efektif bila dilakukan pada responden yang
di bawah 7 tahun dan di atas 70 tahun. Recall dapat menimbulkan the flat
slope syndrome, yaitu kecenderungan responden untuk melaporkan
konsumsinya. Responden kurus akan melaporkan konsumsinya lebih
banyak dan responden gemuk akan melaporkan konsumsi lebih sedikit,
sehingga kurang menggambarkan asupan energi, protein, karbohidrat, dan
lemak yang sebenarnya (Supariasa, dkk, 2001).

J. Kebiasaan Makan
a. Pengertian
Menurut Almatsier (2013), kebiasaan makan adalah berhubungan
dengan tindakan untuk mengkonsumsi pangan, bilamana dan berapa
banyaknya dengan mempertimbangkan dasar yang lebih terbuka dalam
hubungannya dengan apa yang orang biasa makan juga berkaitan dengan

39
kemungkinan kondisi perubahan kebiasaan pola makan yang timbul dari
dalam dan luar dirinya. Faktor-faktor Kebiasaan makan yang akan diukur
meliputi konsumsi pangan, frekuensi makan, preferensi pangan, ideologi
pangan dan sosial budaya pangan.
Kebiasaan makan sehat merupakan cara yang paling baik dalam
memelihara kesehatan, kebiasaan makan yang teratur meliput mulai
sarapan pagi, makan siang, dan makan malam dapat membawa masukan
sebagai zat gizi untuk jangka waktu yang relative lama (Moehji, 2003).
Konsumsi makanan berpengaruh terhadap status gizi seseorang.
Status gizi baik atau status gizi optimal terjadi bila tubuh memperoleh
cukup zat-zat gizi yang digunakan secara efisien, sehingga memungkinkan
pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan kerja dan kesehatan
secara umum pada tingkat setinggi mungkin.Status gizi kurang terjadi bila
tubuh mengalami kekurangan satu atau lebih zat esensial.Status gizi lebih
terjadi bila tubuh memperoleh zat gizi dalam jumlah berlebih, sehingga
menimbulkan efek toksik atau membahayakan. Baik pada status gizi
kurang maupun status gizi lebih terjadi gangguan gizi. Gangguan gizi
disebabkan oleh faktor primer atau sekunder. Faktor primer adalah apabila
susunan makanan seseorang salah dalam kuantitas dan atau kualitas yang
disebabkan oleh kurangnya penyediaan pangan, kurang baiknya distribusi
pangan, kemiskinan, ketidaktahuan, kebiasaan makan yang salah, dan
sebagainya. Faktor sekunder meliputi semua faktor yang menyebabkan
zat-zat gizi tidak sampai di sel-sel tubuh setelah makanan dikonsumsi
(Almatsier, dkk, 2013).

K. Metode Pembangunan Partisipasi Masyarakat


1. Pengertian
Pembangunan partisipasi yaitu pembangunan yang memposisikan
masyarakat sebagai subyek atas progam pembangunan yang diperuntukkan
bagi kepentingan mereka sendiri. Pendekatan yang kedua tidak hanya
peran serta masyarakat dalam hal tenaga dan material untuk

40
merealisasikan suatu rencana melainkan lebih luas yaitu melibatkan
masyarakat dalam pemanfaatan dari hasil program tesebut. Perlibatan
masyarakat mulai dari tahap perencanaan – pelaksanaan – monitoring –
evaluasi. Pengerahan massa (mobilisasi) diperlukan jika program berupa
padat karya.
2. Prinsip Kerja
a. Perencanaan program harus berdasarkan fakta
b. Program harus memperhitungkan kemampuan masyarakat dari segi
teknik, ekonomi dan sosialnya
c. Program harus memperhatikan unsur kepentingan kelompok dalam
masyarakat
d. Partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program
e. Perlibatan sejauh mungkin organisasi-organisasi yang ada
f. Program hendaknya memuat program jangka pendek dan jangka
panjang
g. Memberi kemudahan untuk evaluasi
h. Program harus memperhitungkan kondisi, uang, waktu, alat dan
tenaga (KUWAT) yang tersedia.
3. Metode
a. Participatory Rural Appraisal (PRA)
Penggunaan metode PRA dimaksudkan menjadikan warga
masyarakat sebagai peneliti, perencana, dan pelaksana program
pembangunan dan bukan sekedar obyek pembangunan. Dalam metode
PRA ini dikenal adanya teknik-teknik penggalian masalah sampai dengan
teknik pemecahan masalah. Dalam Permendagri No. 66/2007 tentang
Perencanaan Pembangunan Desa menggunakan teknik-teknik yang
sesuai dengan metode PRA ini. Teknik-teknik PRA antara lain :
1) Secondary Data Review (SDR) – Review Data Sekunder. Merupakan
cara mengumpulkan sumber-sumber informasi yang telah diterbitkan
maupun yang belum disebarkan. Tujuan dari usaha ini adalah untuk
mengetahui data manakah yang telah ada sehingga tidak perlu lagi
dikumpulkan.
2) Direct Observation – Observasi Langsung. Direct Observation
adalah kegiatan observasi langsung pada obyek-obyek tertentu,
kejadian, proses, hubungan-hubungan masyarakat dan mencatatnya.

41
Tujuan dari teknik ini adalah untuk melakukan cross-check terhadap
jawaban-jawaban masyarakat.
3) Semi-Structured Interviewing (SSI) – Wawancara Semi Terstruktur.
Teknik ini adalah wawancara yang mempergunakan panduan
pertanyaan sistematis yang hanya merupakan panduan terbuka dan
masih mungkin untuk berkembang selama interview dilaksanakan.
SSI dapat dilakukan bersama individu yang dianggap mewakili
informasi, misalnya wanita, pria, anak-anak, pemuda, petani, pejabat
lokal.
4) Focus Group Discussion – Diskusi Kelompok Terfokus. Teknik ini
berupa diskusi antara beberapa orang untuk membicarakan hal-hal
bersifat khusus secara mendalam. Tujuannya untuk memperoleh
gambaran terhadap suatu masalah tertentu dengan lebih rinci.
5) Preference Ranking and Scoring. Adalah teknik untuk menentukan
secara tepat problem-problem utama dan pilihan-pilihan masyarakat.
Tujuan dari teknik ini adalah untuk memahami prioritas-prioritas
kehidupan masyarakat sehingga mudah untuk diperbandingkan.
6) Direct Matrix Ranking. Adalah sebuah bentuk ranking yang
mengidentifikasi daftar criteria obyek tertentu. Tujuannya untuk
memahami alasan terhadap pilihan-pilihan masyarakat, misalnya
mengapa mereka lebih suka menanam pohon rambutan dibandingkan
dengan pohon yang lain. Kriteria ini mungkin berbeda dari satu
orang dengan orang lain, misalnya menurut wanita dan pria tentang
tanaman sayur.
7) Peringkat Kesejahteraan. Rangking Kesejahteraan Masyarakat di
suatu tempat tertentu. Tujuannya untuk memperoleh gambaran profil
kondisi sosio-ekonomis dengan cara menggali persepsi perbedaan-
perbedaan kesejahteraan antara satu keluarga dan keluarga yang
lainnya dan ketidak seimbangan di masyarakat, menemukan
indicator-indikator lokal mengenai kesejahteraan.
8) Pemetaan Sosial. Teknik ini adalah suatu cara untuk membuat
gambaran kondisi sosial-ekonomi masyarakat, misalnya gambar
posisi pemukiman, sumber-sumber mata pencaharian, peternakan,

42
jalan, dan sarana-sarana umum. Hasil gambaran ini merupakan peta
umum sebuah lokasi yang menggambarkan keadaan masyarakat
maupun lingkungan fisik.
9) Transek (Penelusuran). Transek merupakan teknik penggalian
informasi dan media pemahaman daerah melalui penelusuran dengan
berjalan mengikuti garis yang membujur dari suatu sudut ke sudut
lain di wilayah tertentu.
10) Kalender Musim. Adalah penelusuran kegiatan musiman tentang
keadaan-keadaan dan permasalahan yang berulang-ulang dalam
kurun waktu tertentu (musiman) di masyarakat. Tujuan teknik ini
untuk memfasilitasi kegiatan penggalian informasi dalam memahami
pola kehidupan masyarakat, kegiatan, masalah-masalah, fokus
masyarakat terhadap suatu tema tertentu, mengkaji pola pemanfaatan
waktu, sehingga diketahui kapan saat-saat sibuk dan saat-saat waktu
luang.
11) Alur Sejarah. Alur sejarah adalah suatu teknik yang digunakan untuk
mengetahui kejadian-kejadian dari suatu waktu sampai keadaan
sekarang dengan persepsi orang setempat. Tujuan dari teknik ini
adalah untuk memperoleh gambaran mengenai topik-topik penting di
masyarakat.
12) Analisa Mata Pencaharian. Masyarakat akan terpandu untuk
mendiskusikan kehidupan mereka dari aspek mata pencaharian.
Tujuan dari teknik ini yaitu memfasilitasi pengenalan dan analisa
terhadap jenis pekerjaan, pembagian kerja pria dan wanita, potensi
dan kesempatan, hambatan.
13) Diagram Venn. Teknik ini adalah untuk mengetahui hubungan
institusional dengan masyarakat. Tujuannya untuk mengetahui
pengaruh masing-masing institusi dalam kehidupan masyarakat serta
untuk mengetahui harapan-harapan apa dari masyarakat terhadap
institusi-institusi tersebut.
14) Kecenderungan dan Perubahan. Adalah teknik untuk
mengungkapkan kecenderungan dan perubahan yang terjadi di
masyarakat dan daerahnya dalam jangka waktu tertentu. Tujuannya

43
untuk memahami perkembangan bidang-bidang tertentu dan
perubahan-perubahan apa yang terjadi di masyarakat dan daerahnya.
b. Kaji-Tindak Partisipatif (KTP)
Agusta (2007) menyatakan bahwa Kaji-Tindak Partisipatif (KTP)
adalah istilah program sedangkan esensinya menunjuk pada metodologi
Participatory Learning and Action (PLA) atau belajar dari bertindak
secara partisipatif; belajar dan bertindak bersama, aksi-refleksi
partisipatif. Penggunaan istilah PLA dimaksudkan untuk menekankan
pengertian partisipatif pada proses belajar bersama masyarakat untuk
pengembangan. Jika dari suatu tindakan terkaji masih ditemui hambatan
dan masalah, maka kajian partisipatif diulang kembali untuk menemukan
jalan keluar, demikian seterusnya.
c. Participatory Research and Development (PRD)
Penelitian mengenai partisipasi dan pembangunan masyarakat
memiliki fokus terhadap upaya menolong anggota masyarakat yang
memiliki kesamaan minat untuk bekerja sama, mengidentifikasi
kebutuhan bersama dan kemudian melakukan kegiatan bersama untuk
memenuhi kebutuhan tersebut. PRD yang merupakan wujud nyata dari
pengembangan masyarakat seringkali diimplementasikan dalam bentuk :
1) Proyek-proyek pembangunan yang memungkinkan anggota
masyarakat memperoleh dukungan dalam memenuhi kebutuhannya.
2) Melalui kampanye dan aksi sosial yang memungkinkan kebutuhan-
kebutuhan tersebut dapat dipenuhi oleh pihak-pihak lain yang
bertanggungjawab (Suharto, 2002).
d. Metode Rapid Rural Appraisal (RRA)
Teknik RRA berkembang karena adanya ketidakpuasan
penggunaan kuisioner pada metode penelitian konvensional. Pendekatan
dalam RRA hampir sama dengan PRA antara lain :
1) Jumlah dan komposisi tim
2) Waktu pelaksanaan
3) Penelitian menginap di tempat
4) Didahului dengan derk study
5) Kesimpulan sementara

44
Perbedaan yang menonjol dari kedua pendekatan ini adalah dari
segi partisipasi masyarakat. RRA tidak melibatkan masyarakat dalam
penggalian informasi, sedangkan PRA melibatkan masyarakat dalam
proses penggalian informasi.
e. Metode Participatory Action Research (PAR)
Teoritisasi dalam PAR dimulai dengan pengungkapan-
pengungkapan dan penguraian secara rasional dan kritis terhadap
praktek-praktek sosial mereka. Salah satu prinsip dalam PAR yang paling
unique adalah menjadikan pengalaman-pengalaman mereka sendiri
sebagai sasaran pengkajian (objectifying their own experience).
Mahmudi (2004), ada beberapa prinsip-prinsip PAR yang yang
harus dipahami terlebih dahulu antara lain:
1) PAR harus diletekkan sebagai suatu pendekatan untuk memperbaiki
praktek-praktek sosial dengan cara merubahnya dan belajar dari
akibat-akibat dari perubahan tersebut.
2) Secara keseluruhan merupakan partisipasi yang murni (autentic)
dimana akan membentuk sebuah spiral yang berkesinambungan
sejak dari perencanaan (planning), tindakan (pelaksanaan atas
rencana), observasi (evaluasi atas pelaksanaan rencana), refleksi
(teoritisi pengalaman).
3) PAR merupakan kerjasama (kolaborasi), semua yang memiliki
tanggungjawab atas tindakan perubahan dilibatkan dalam upaya-
upaya meningkatkan kemampuan mereka.
4) PAR merupakan suatu proses membangun pemahaman yang
sistematis (systematic learning process), merupakan proses
penggunaan kecerdasan kritis saling mendiskusikan tindakan mereka
dan mengembangkannya, sehingga tindakan sosial mereka akan
dapat benar-benar berpengaruh terhadap perubahan sosial.
5) PAR suatu proses yang melibatkan semua orang dalam teoritisasi
atas pengalaman-pengalaman mereka sendiri.
f. Metode PPKP (Pemahaman Partisipatif Kondisi Pedesaan)
Saharia (2003), metode PPKP adalah salah satu metode
perencanaan partisipatif yang bertujuan untuk menggali permasalahan

45
yang ada di masyarakat, penyebab terjadinya masalah, dan cara
mengatasinya dengan menggunakan sumberdaya lokal atas prinsip
pemberdayaan masyarakat.
g. Participatory Learning Methods (PLM)
Thoyib (2007), model pembelajaran partisipatif sebenarnya
menekankan pada proses pembelajaran, di mana kegiatan belajar dalam
pelatihan dibangun atas dasar partisipatif (keikutsertaan) peserta
pelatihan dalam semua aspek kegiatan pelatihan, mulai dari kegiatan
merencanakan, melaksanakan, sampai pada tahap menilai kegiatan
pembelajaran dalam pelatihan. Upaya yang dilakukan pelatih pada
prinsipnya lebih ditekankan pada motivasi dan melibatkan kegiatan
peserta.
Beberapa teknik yang dapat dipergunakan pada model pelatihan
ini adalah :
1) Teknik dalam tahap pembinaan keakraban : teknik diad, teknik
pembentukan kelompok kecil, teknik pembinaan belajar
berkelompok, teknik bujur sangkar terpecah
2) Teknik yang dipergunakan pada tahap identifikasi : curah pendapat,
dan wawancara
3) Teknik dalam tahap perumusan tujuan : teknik Delphi dan diskusi
kelompok (round table discussion)
4) Teknik pada tahap penyusunan program adalah : teknik pemilihan
cepat (Q-shot technique) dan teknik perancangan program
5) Teknik yang dapat dipergunakan dalam proses pelatihan : Simulasi,
studi kasus, cerita pemula diskusi (discussion starter story), Buzz
group, pemecahan masalah kritis, forum, role play, magang,
kunjungan lapangan dll
6) Teknik yang dapat dipergunakan dalam penilaian proses pelatihan,
hasil dan pengaruh kegiatan : respon terinci, cawan ikan (fish bowl
technique), dan pengajuan pendapat tertulis.
h. Methodologi Participatory Assessment (MPA)
Dayal, et, al (2000), Methodology for Participatory Assessments
(MPA) adalah metode yang dikembangkan untuk menjalankan penilaian

46
suatu proyek pembangunan masyarakat (community development). MPA
merupakan alat yang berguna bagi pembuat kebijakan, manajer program
dan masyarakat, sehingga masayarakat setempat dapat memantau
kesinambungan pembangunan dan mengambil tindakan yang diperlukan
agar menjadi semakin baik. Metodologi tersebut mengungkapkan
bagaimana caranya kaum perempuan dan keluarga yang kurang mampu
dapat ikut berpartisipasi, dan mengambil manfaat dari pembangunan,
bersama-sama dengan kaum lelaki dan keluarga dimana mereka berada.

47
L. Penyuluhan, Pelatihan dan Pendidikan
1. Penyuluhan
a. Pengertian
Penyuluhan adalah suatu proses perubahan pada manusia yang
berkaitan dengan tercapainya tujuan – tujuan kesehatan perorangan dan
masyarakat (Depkes, 2008). Penyuluhan kesehatan adalah upaya yang
direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok
atau masyarakat sehingga berperilaku yang kondusif untuk kesehatan
(Hikmawati, 2011).
Dalam melakukan penyuluhan diperlukan adanya alat yang
dapat membantu dalam kegiatan penggunaan media atau alat peraga
agar terjalinnya kesinambungan antara informasi yang diberikan oleh
pemberi informasi kepada penerima informasi. Media adalah suatu alat
peraga dalam promosi dibidang kesehatan yang dapat diartikan sebagai
alat bantu untuk promosi kesehatan yang dapat diliat, didengar, diraba,
dirasa atau dicium, untuk memperlancar komunikasi dan penyebar –
luasan informasi (Kholid, 2014)
b. Metode
Metode yang digunakan dalam penyuluhan dapat digolongkan
berdasarkan :
1) Teknik komunikasi
a) Metode penyuluhan langsung yaitu penyuluh langsung
berhadapan atau bertatap muka dengan sasaran.
b) Metode penyuluhan tidak langsung yaitu penyuluh tidak
secara langsung tatap muka dengan sasaran, tapi
menyampaikan pesan melalui perantara (media).
2) Sasaran yang dicapai
a) Pendekatan perorangan
Penyuluh berhubungan secara langsung maupun tidak
langsung dengan sasaran secara perorangan.
b) Pendekatan kelompok
Dalam pendekatan ini petugas penyuluh berhubungan
dengan kelompok sasaran.

48
c) Pendekatan masal
Petugas penyuluhan menyampaikan pesanya secara
sekaligus kepada sasaran yang jumlahnya banyak.
3) Indera penerima
a) Metode melihat / memperhatikan
Pesan ini diterima oleh sasaran melaluli indera penglihatan,
seperti : penempelan poster, pemasangan gambar / foto,
pemutaran film, pemasangan koran dinding.
b) Metode pendengaran
Pesan diterima sasaran melalui indera pendengar.
c) Metode kombinasi
Seorang belajar melalui panca inderanya. Setiap indera
berbeda pengaruhnya terhadap hasil belajar seseorang. 1%
melalui indera perasa, 2% melalui sentuhan, 3% melalui
indera pencium, 11% melalui pendengaran, dan 83%
melalui penglihatan. Oleh karena itu seseorang dapat
mempelajari sesuatu dengan baik apabila menggunakan
lebih dari satu indera. (Depkes, 2008)
a. Media
Menurut Syaifudin dan frathidina (2009) media yang
digunakan untuk penyuluhan antara lain :
1) Papan tulis
2) Over Head Proyektor (OHP)
3) Kertas flipchart dengan standartnya
4) Poster
5) Flash card
6) Flipchart
7) Model
8) Leaflet
9) Kartu konsultasi
10) Booklet
11) Poster – kaset
12) Film
13) Slide
1. Pelatihan
a. Pengertian
Pelatihan merupakan serangkaian aktivitas individu dalam
meningkatkan keahlian dan pengetahuan secara sistematis sehingga
mampu memiliki kinerja yang profesional di bidangnya. Pelatihan

49
adalah proses pembelajaran yang memungkinkan pegawai
melaksanakan pekerjaan yang sekarang sesuai dengan standar
(Widodo, 2015)
b. Tujuan
Menurut Sedarmayanti (2010:164) pelatihan bertujuan
mempersiapkan karyawan yang akan segera diberi tugas mengerjakan
pekerjaan yang telah ada dalam lembaga (proses pendidikan jangka
pendek). Tujuan pelatihan antara lain :
1) Untuk meningkatkan keterampilan para karyawan sesuai dengan
perubahan teknologi.
2) Untuk meningkatkan produktivitas kerja organisasi.
3) Untuk mengurangi waktu belajar bagi karyawan baru agar
menjadi kompeten.
4) Untuk membantu masalah operasional.
5) Memberi wawasan kepada para karyawan untuk lebih mengenal
organisasinya.
6) Meningkatkan kemampuan peserta latihan mengerjakan
tugasnya yang sekarang.
7) Kemampuan menumbuhkan sikap empati dan melihat sesuatu
dari kacamata orang lain.
8) Meningkatkan kemampuan meninterprestasikan data dan daya
nalar para karyawan.
9) Meningkatkan kemampuan dan keterampilan para karyawan
dalam menganalisis suatu permasalahan serta pengambilan
keputusan.
c. Jenis-jenis Pelatihan

Setiap pendidikan dan pelatihan yang akan diadakan harus


selalu memperhatikan sejauh mana pola pendidikan dan pelatihan
yang diselenggarkan dapat menjamin proses belajar yang efektif.
Menurut Widodo (2015:86), jenis-jenis pelatihan yang biasa dilakukan
dalam organisasi antara lain:

50
1) Pelatihan dalam kerja (on the job training)
2) Magang (apprenticeship)
3) Pelatihan di luar kerja (of-the-job training)
4) Pelatihan di tempat mirip sesungguhnya (vestibule training)
5) Simulasi kerja (job simulation)
d. Syarat-syarat Pelatihan

Menurut Hasibuan (2016:74), pelatihan atau instruktur yang


baik hendaknya memiliki syarat sebagai berikut:
1) Teaching Skills
Seorang pelatih harus mempunyai kecakapan untuk Mendidik
atau mengajarkan, membimbing, memberikan petunjuk, dan
mentransfer pengetahuannya kepada peserta pengembangan.
2) Communication Skills
Seorang pelatih harus mempunyai kecakapan berkomunikasi,
baik lisan maupun tulisan secara efektif.
3) Personality Authority
Seorang pelatih harus memiliki kewibawaan terhadap peserta
pengembangan.
4) Social Skills
Seorang pelatih harus mempunyai kemahiran dalam bidang
sosial agar terjamin kepercayaan dan kesetiaan dari para peserta
pengembangan.
5) Technical Competent
Seorang pelatih harus berkemampuan teknis, kecakapan teoretis,
dan tangkas dalam mengambil suatu keputusan.
6) Stabilitas Emosi
Seorang pelatih tidak boleh berprasangka jelek terhadap anak
didiknya, tidak boleh cepat marah, mempunyai sifat kebapakan,
keterbukaan, tidak pendendam serta memberikan nilai yang
objektif.
2. Pendidikan gizi

51
a. Pengertian
Pendidikan gizi dan kesehatan adalah pendekatan edukatif
untuk menghasilkan perilaku individu/ masyarakat yang diperlukan
dalam peningkatan atau dalam mempertahankan gizi dan kesehatan
tetep baik. Tujuan pendidikan gizi dan kesehatan adalah sebagai
berikut :
1) Dapat membentuk sikap positif terhadap kesehatan.
2) Terciptanya pengetahuan dan kecakapan dalam memilih dan
menggunakan bahan makanan.
3) Terbentuknya kebiasaan makan yang baik.
4) Adanya motivasi untuk mengetahui lebih lanjut tentang hal-hal
yang berkaitan dengan kesehatan (Amir A, 2008).
Pada dasarnya pendidikan kesehatan hanya akan berhasil bila
subjek merasa perlu tertarik dengan isi pendidikan tersebut karena
menyangkut kesehatan dan kesejahteraannya. Hasilnya akan berbeda
apabila konsep pendidikan yang telah diberikan hanya berdasar pada
kebutuhan penelitian atau ahli untuk menyampaikan pengetahuan atau
informasi tersebut kepada subjek penelitian. Oleh karena itu, beberapa
hal yang perlu diperhatikan dalam menyampaikan infoermasi atau
pengetahuan, khususnya mengenai gizi, adalah tidak hanya kesesuaian
isi, tetapi juga cara komunikasi terhadap subjek penelitian. Pendidikan
kesehatan melalui komunikasi untuk merubah kebiasaan atau perilaku
sangat berhubungan dengan pola asuh , pola hidup dan praktek hidup
sahat. Disamping itu, lingkungan yang mendukung, seperti fasilitas
dan sarana prasarana, teman, keluarga dan orang tua dapat membantu
perubahan perilaku menjadi lebih baik (Nikmawati EE, et al, 2009).
b. Media
Media pendidikan gizi dan kesehatan tidak kalah pentingnya
dalam proses penyampaian informasi kesehatan. Media ini berfungsi
sebagai alat bantu penyuluhan. Berdasarkan fungsinya, media dibagi
menjadi 3, yaitu (Notoadmojo, 2003) :
1) Media cetak, terdiri dari :
a) Buklet, media untuk menyampaikan informasi dalam
bentuk buku. Proses pembuatan buklet diawali dengan

52
mencari informasi bahan yang tepat untuk buklet.
Informasi yang dibutuhkan antara lain ketersediaan bahan
baku, harga bahan baku, ketahanan bahan baku dan harga
cetak buklet. Buklet akan dibuat dengan bahan tepat, yaitu
bahan baku mudah didapur, harga bahan bak murah, dan
bahan baku tahan lama (awet). Sebelum buklet dicetak,
Bahasa dan tata letak materi buklet dikonsultasikan kepada
ahli komunikasi. Proses ini bertujuan untuk megetahui
Bahasa dan tata letak yang mudah dipahami oleh pembaca,
khususnya ibu. Revisi akan dilakukan bila dianggap perlu.
Pencetakan booklet dilakukan setelah Bahasa dan tata letak
dianggap mudah dipahami oleh ibu. Hasil cetakan
dikonsultasikan lagi kepada ahli komunikasi (Ghazali PL,
2008).
b) Leaflet : seperti flyer tetapi dalam bentuk lipatan
c) Flyer : media untuk menyampaikan informasi dalam
bentuk lembaran
d) Flip chart/ lembar balik : media menyampaian informasi
dalam bentuk lembaran besar yang disatukan. Halaman
depan berisi materi yang dilihat peserta, bagian belakang
berisi materi yang sama tetapi dilihat oleh penyuluh
e) Rubrik/ Tulisan pada surat kabar/ majalah mengenai suatu
masalah kesehatan
f) Poster : bentuk media cetak berisi pesan-pesan/ informasi
kesehatan, yang biasanya ditempel pada tempat-tempat
umum.
2) Media elektronik
Media penyampaian informasi kesehatan melalui
instrume, radio, video, slide
3) Media papan (bill board)
Papan (bill board) yang dipasang di tempat-tempat
umum dapat dipakai sebagai media untuk menyampaikan pesan/
informasi kesehatan.

53
BAB III
MANAGEMENT IMPLEMENTASI PROGRAM GIZI
A. Plan Of Action (POA)
1. Pendidikan/ Penyuluhan
Kegiatan Tujuan Materi Sasaran Kerjasama Lintas Metode Lokasi
Penyuluhan gizi  Meningkatkan pengetahuan dewasa  Pengertian olahraga Dewasa Perangkat desa dan Ceramah dan Balai Desa
tentang  Memotivasi dewasa untuk menjaga  Manfaat olahraga bagi kesehatan petugas kesehatan Diskusi
pentingnya kesehatan  Dampak tidak melakukan olahraga desa
olahraga yang  Jenis-jenis olahraga, yang baik dan
cukup benar

2. Senam
Kegiatan Tujuan Materi Sasaran Kerjasama Lintas Metode Lokasi
Senam Meningkatkan aktifitas fisik dewasa - Dewasa Intruktur senam Praktek Lapangan

3. Pendidikan/ Penyuluhan
Kegiatan Tujuan Materi Sasaran Kerjasama Lintas Metode Lokasi
Penyuluhan gizi  Meningkatkan pengetahuan dewasa  Pengertian pola makan yang benar Dewasa Perangkat desa dan Ceramah dan Balai Desa
tentang  Memotivasi dewasa untuk menjaga  Manfaat pola makan yang benar petugas kesehatan Diskusi
pengertian pola kesehatan  Pola makan seimbang desa
makan yang
benar

4. Demo pembuatan menu sehat


Kegiatan Tujuan Materi Sasaran Kerjasama Lintas Metode Lokasi
Demo Masak  Meningkatkan pengetahuan gizi  Gizi seimbang Dewasa Masyarakat Praktek Balai desa
 Memperbaiki pola makan  Kandungan nutrisi dalam makanan

5. JalanSehat
54
Kegiatan Tujuan Materi Sasaran Kerjasama Lintas Metode Lokasi
Jalan Sehat Meningkatkan aktifitas fisik dewasa Dewasa Masyarakat Praktek Lingkungan
sekitar RW 5

55
1. Alat penyuluhan
Alat Bahan Dana Evaluasi
1. LCD 1. Materi tentang Rp500.000 Pelaksanaan :
2. Meja pentingnya 1. 80% kehadiran peserta dalam kegiatan penyuluhan.
3. Kursi olahraga yang 2. Kegiatan penyuluhan berjalan lancar dan sesuai rencana.
4. Sound system Sasaran :
cukup
5. Microfon 1. Evaluasi peserta dapat dilakukan dengan pre test dan post
6. Laptop
test
7. Stopkontak
8. Pointer
9. Kertas
10. Bolpoin

2. Alat senam
Alat Bahan Dana Evaluasi
1. Sound system - Rp. 200.000 Pelaksanaan :
2. Meja 1. 80% kehadiran peserta dalam kegiatan senam.
3. Instruktur 2. Kegiatan senam berjalan lancar dan sesuai rencana.
4. Laptop
5. Flashdisk

56
3. Alat penyuluhan
Alat Bahan Dana Evaluasi
1. LCD 1. Materi tentang Rp. 500.000 Pelaksanaan :
2. Meja pengertian pola 1. 80% kehadiran peserta dalam kegiatan penyuluhan.
3. Kursi makan yang 2. Kegiatan penyuluhan berjalan lancar dan sesuai rencana.
4. Sound system Sasaran :
benar
5. Microfon 1. Evaluasi peserta dapat dilakukan dengan pre test dan post
6. Laptop
test
7. Stopkontak
8. Pointer
9. Kertas
10. Bolpoint

4. Alat untuk demo masak


Alat Bahan Dana Evaluasi
1. Kompor  Tempe Rp. 300.000 Pelaksanaan :
2. Piring  Sayur 1. 80% kehadiran peserta dalam kegiatan demo masak
3. Dandang 2. Kegiatan demo masak berjalan lancar dan sesuai rencana
4. Sendok Sasaran :
5. Wajan 1. Evaluasi peserta dapat dilakukan dengan test food
6. Irus
7. Gelas
8. Panci
9. Blender

57
5. Alat jalan sehat
Alat Bahan Dana Evaluasi
1. Kertas payung  Bubur kacang Rp. 500.000 Pelaksanaan :
2. Solatip ijo 1. 80% kehadiran peserta dalam kegiatan jalan sehat
3. Nomor udian  Teh anget 2. Kegiatan jalan sehat berjalan lancar dan sesuai rencana
4. Bolpoint  Doorprize Sasaran :
5. Spidol  Air putih 1. Evaluasi peserta dapat dilakukan dengan jalan sehat
bersama

58
B. Metode Participatory Rural Appraisal (PRA)
Dalam pelaksanaan perencanaan program tersebut dibutuhkan sebuah metode
pemahaman lokasi dengan cara belajar diri, bersama dengan masyarakat untuk mengetahui,
menganalisa dan mengevaluasi hambatan dan kesempatan melalui multi-disiplin dan
keahlian untuk menyusun informasi dan pengambilan keputusan sesuai dengan kebutuhan.
Dengan harapan dapat meningkatkan aspirasi masyarakat atas hambatan, dan kebutuhan,
serta meningkatkan motivasi dan peran serta, masyarakat dalam proses penyusunan
informasi dan pengambilan keputusan sesuai dengan kebutuhan.
Proses perencanaan Participatory Rural Appraisal (PRA) dalam kegiatan
inplementasi program gizi di kelurahan Sawahan RW 05 ini dengan menggunakan metode
Participatory Learning Methods (PLM), yaitu sebuah metode model pembelajaran
partisipatif, sebenarnya menekankan pada proses pembelajaran, dimana kegiatan belajar
dalam pelatihan dibangun atas dasar partisipatif peserta pelatihan dalam semua aspek
kegiatan pelatihan. Dengan menggunakan beberapa teknik agar dapat menumbuhkan
Participatory Rural Appraisal (PRA) sebagai berikut :
1) Teknik dalam tahap pembinaan keakraban : teknik diad, teknik pembentukan
kelompok kecil, teknik pembinaan belajar kelompok, teknik bujur sangkar terpecah.
2) Teknik yang dipergunakan pada tahap identifikasi : curah pendapat, dan wawancara .
3) Teknik dalam tahap perumusan tujuan : teknik Delphi dan diskusi kelompok ( round
table discussion).
4) Teknik pada tahap penyusunan program adalah : teknik pemilihan cepat ( Q-shot
technique) dan teknik perancangan program.
5) Teknik yang dapat dipergunakan dalam proses pelatihan : simulasi, studi kasus, cerita
pemula diskusi ( discussion starter story), buzz group, pemecahan masalah kritis,
forum, role play, magang, kunjungan lapangan, dll.
6) Teknik yang dapat dipergunakan dalam penilaian proses pelatihan, hasil dan pengaruh
kegiatan : respon terinci, cawan ikan ( fish bowl techique ) dan pengajuan pendapat
tertulis.

59
Rancangan Evaluasi
Form Hippopoc Table
Proyek Kegiatan Input Proses Output Outcome
Penyuluhan gizi Waktu, dana, 1. Menyiapkan materi penyuluhan gizi tentang 100 peserta penyuluhan 1. Tercapainya penyuluhan
tentang pentingnya tenaga, pentingnya olahraga yang cukup dapat memahami materi tentang pentingnya
olahraga yang cukup fasilitas, 2. Membuat jadwal penyuluhan yang telah di berikan dan olahraga yang cukup
peralatan, dan 3. Pelaksanaan penyuluhan oleh mahasiswa meningkatkan 2. Tingkat pengetahuan
4. Pembagian snack peserta meningkat
tempat pengetahuannya
5. Monitoring dan evaluasi dengan tanya 3. Menciptakan kesadaran
jawab tentang pentingnya
olahraga yang cukup
Senam Waktu, dana, 1. Menyiapkan alat dan tempat untuk senam 100 peserta yang 1. Tercapainya peningkatan
tenaga, 2. Mengajak peserta untuk berpartisipasi mengikuti senam dapat pengetahuan peserta
fasilitas, dalam proses senam mengetahui gerakan tentang gerakan senam
peralatan, dan 3. Proses senam senam dengan baik dan yang baik dan benar
4. Istirahat dan pembagian snack 2. Tercapainya kebugaran
tempat benar, mendapatkan
kebugaran tubuh serta tubuh bagi setiap peserta
meningkatkan aktifitas yang senam
fisik 3. Tercapainya peningkatan
aktifitas fisik peserta
Penyuluhan gizi Waktu, dana, 1. Menyiapkan materi penyuluhan gizi tentang 100 peserta penyuluhan 1. Tercapainya penyuluhan
tentang pengertian tenaga, pengertian pola makan yang benar dapat memahami materi tentangpengertian pola
pola makan yang fasilitas, 2. Membuat jadwal penyuluhan yang telah di berikan dan makan yang benar
benar peralatan, dan 3. Pelaksanaan penyuluhan oleh mahasiswa meningkatkan 2. Tingkat pengetahuan
4. Pembagian snack peserta meningkat
tempat pengetahuannya
5. Monitoring dan evaluasi dengan tanya 3. Menciptakan kesadaran
jawab tentang pentingnya pola
makan yang benar
Demo Masak menu Waktu, alat, 1. Menyiapkan alat dan bahan yang digunakan 67 peserta wanita usia 1. Tercapainya pemahaman
sehat dana, bahan, untuk membuat menu sehat dewasa memahami resep tentang menu sehat
60
tempat dan 2. Menyiapkan tempat yang digunakan untuk dan cara memasak menu 2. Tercapainya peningkatan
tenaga membuat menu sehat makanan sehat skill
3. Proses pembuatan menu sehat
4. Penyajian menu dan penutup
Jalan Sehat Waktu, dana, 1. Menyiapkan alat dan tempat untuk jalan 100 peserta yang 1. Tercapainya kebugaran
tenaga, sehat mengikuti jalan sehat tubuh bagi setiap peserta
fasilitas, 2. Mengajak peserta untuk berpartisipasi mendapatkan kebugaran yang mengikuti jalan
peralatan, dan dalam proses jalan sehat tubuh serta sehat
tempat 3. Proses jalan sehat meningkatkan aktifitas 2. Tercapainya peningkatan
4. Istirahat, pembagian snack dan doorpres aktifitas fisik peserta
fisik

61

Anda mungkin juga menyukai