Anda di halaman 1dari 65

ANALISIS KECEPATAN KENDARAAN PADA RUAS JALAN BRIGJEN SUDIARTO ( MAJAPAHIT )

KOTA SEMARANG DAN PENGARUHNYA TERHADAP


KONSUMSI BAHAN BAKAR MINYAK (BBM)

TESIS

Disusun Dalam Rangka Memenuhi Salah Satu Persyaratan


Program Magister Teknik

Disusun oleh :
Nama : Yudha Wijayanto
NIM : L4A005150

MAGISTER TEKNIK SIPIL


UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2009
ABSTRAK

Kota Semarang sebagai kota yang sedang berkembang tidak lepas dari
masalah transportasi, masalah kemacetan dan masalah ketidaknyamanan berlalu-
lintas sebagaimana kota-kota besar lainnya. Hal ini merupakan akibat dari
perkembangan ekonomi masyarakat yang menyebabkan peningkatan mobilitas
penduduk untuk memenuhi kebutuhannya. Berdasarkan hasil penelitian Rencana
Induk Transportasi Kota Semarang 2002 diketahui bahwa jalan-jalan utama di Kota
Semarang memiliki nilai V/C antara 0,80 – 0,90. Ini menunjukkan bahwa tingkat
pelayanan jalan-jalan tersebut sangat rendah (overload).
Peningkatan volume lalin di Jalan Brigjen Sudiarto tidak terlepas karena
pertumbuhan jumlah penduduk disekitar jalan tersebut. Hal ini menyebabkan
terjadinya kemacetan di sepanjang koridor Jalan Brigjen Sudiarto yang pada
akhirnya menimbulkan menurunnya kecepatan kendaraan yang sangat besar yang
berpengaruh pada tingkat konsumsi BBM yang meningkat. Dalam studi ini pengaruh
kecepatan kendaraan terhadap tingkat konsumsi BBM memperlihatkan hubungan
yang sangat signifikan.
Perhitungan tingkat konsumsi BBM didapat dari rumus Pacific Consultant
International (PCI) yang telah dikalibrasi dengan analisa Sistem Persamaan Linear
Tiga Variabel dengan metode Matriks sesuai dengan masing-masing penggal jalan.
Dari rumus PCI didapat persamaan kuadrat baru yang mempunyai titik puncak/balik
pada masing-masing penggal. Titik puncak/balik pada masing-masing penggal
menunjukkan batasan yang akan memperlihatkan tingkat konsumsi BBM. Jika
kecepatan kendaraan dibawah titik puncak maka tingkat konsumsi BBM berbanding
terbalik dengan dengan kecepatan kendaraan, artinya konsumsi BBM naik apabila
kecepatan kendaraan turun dan sebaliknya. Dan apabila kecepatan kendaraan sudah
diatas titik puncak/balik maka tingkat konsumsi BBM berbanding lurus dengan
kecepatan kendaraan, artinya tingkat konsumsi BBM naik apabila kecepatan
kendaraan naik dan sebaliknya.
Dari hasil perhitungan konsumsi BBM dengan menggunakan persamaan
konsumsi BBM yang telah dikalibrasi didapat tingkat konsumsi BBM rata-rata
berbanding terbalik dengan kecepatan kendaraan, artinya konsumsi BBM-nya turun
dengan naiknya kecepatan kendaraan, kecuali pada penggal III hari rabu arah menuju
kota pada jam 11.00-12.00 Wib tingkat konsumsi BBM-nya berbanding lurus dengan
kecepatannya, yaitu pada titik : (56,73;0,263) dan (57,362;0,264), karena pada jam
analisis tersebut tingkat kecepatan sudah melebihi titik puncak/balik (56,665;0,248).
Hal ini juga terjadi pada hari minggu penggal I arah menuju kota, tingkat konsumsi
BBM-nya sudah berbanding lurus dengan tingkat kecepatan kendaraan, yaitu pada
jam 07.00-08.00 Wib, yaitu pada titik : (57,915;0,2245) dan pada jam 16.00-17.00
Wib pada titik : (54,915;0,223), (57,176;0,2242), dimana penggal I hari minggu arah
menuju kota mempunyai titik puncak/balik (54,175;0,213), sehingga kecepatan
kendaraan yang sudah melebihi titik puncak (balik) pada masing-masing penggalnya
dapat dikatakan tingkat konsumsi BBM-nya boros karena sudah melebihi batas
konsumsi BBM dan batas kecepatan kendaraan.
ABSTRAK

Peningkatan volume lalin di Jalan Brigjen Sudiarto tidak terlepas karena


pertumbuhan jumlah penduduk disekitar jalan tersebut. Hal ini menyebabkan terjadinya
kemacetan di sepanjang koridor Jalan Brigjen Sudiarto yang pada akhirnya menimbulkan
menurunnya kecepatan kendaraan yang sangat besar yang berpengaruh pada tingkat
konsumsi BBM yang meningkat. Dalam studi ini pengaruh kecepatan kendaraan terhadap
tingkat konsumsi BBM memperlihatkan hubungan yang sangat signifikan.
Perhitungan tingkat konsumsi BBM didapat dari rumus Pacific Consultant
International (PCI) yang telah dikalibrasi dengan analisa Sistem Persamaan Linear Tiga
Variabel dengan metode Matriks sesuai dengan masing-masing penggal jalan. Dari rumus
PCI didapat persamaan kuadrat baru yang mempunyai titik puncak/balik pada masing-
masing penggal. Titik puncak/balik pada masing-masing penggal menunjukkan batasan yang
akan memperlihatkan tingkat konsumsi BBM. Jika kecepatan kendaraan dibawah titik
puncak maka tingkat konsumsi BBM berbanding terbalik dengan dengan kecepatan
kendaraan, artinya konsumsi BBM naik apabila kecepatan kendaraan turun dan sebaliknya.
Dan apabila kecepatan kendaraan sudah diatas titik puncak/balik maka tingkat konsumsi
BBM berbanding lurus dengan kecepatan kendaraan, artinya tingkat konsumsi BBM naik
apabila kecepatan kendaraan naik dan sebaliknya.
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Sistem transportasi timbul karena adanya pergerakan manusia dan barang.
Pergerakan ini meningkat sejalan dengan semakin berkembangnya suatu kota.
Pergerakan terjadi karena adanya proses pemenuhan kebutuhan dimana pemenuhan
kebutuhan merupakan kegiatan yang harus dilakukan setiap hari. Untuk melakukan
suatu pergerakan dapat menggunakan moda transportasi untuk jarak pendek
sedangkan pergerakan dengan moda untuk jarak jauh. Pergerakan dengan moda
transportasi tidak akan dapat bergerak apabila tidak dilalui jaringan transportasi yaitu
jalan raya, jalan rel, lapangan terbang maupun pelabuhan laut (Warpani, 1990 : 31).
Definisi dari sistem menurut Tamin (2000 : 26) adalah gabungan dari
beberapa komponen yang saling berkaitan satu dengan yang lainnya. Transportasi
sendiri dapat diartikan sebagai suatu sistem yang memungkinkan orang/barang dapat
berpindah dari suatu tempat ke tempat yang lain secara efisien (Nasution, 1996 : 11).
Dalam aktifitas transportasi ada beberapa hal yang harus ada yaitu : muatan yang
diangkut untuk dipindahkan dari suatu tempat ke tempat yang lain, tersedia
kendaraan sebagai alat angkutnya dan jalan yang dapat dilalui (Nasution, 1996 : 11).
Komponen utama sistem transportasi menurut Morlok (1978 : 87) terdiri
atas :
1. Manusia dan barang, yaitu merupakan obyek (benda) yang akan dipindahkan ke
tempat yang dituju.
2. Alat angkut, yaitu sarana (kendaraan) yang digunakan untuk memberi mobilitas
kepada suatu benda tertentu untuk mencapai tempat tujuan.
3. Jalan, merupakan jalur yang digunakan untuk menggerakkan benda sebagai suatu
penghubung antara satu tempat dengan tempat lain.
4. Terminal, berfungsi untuk mendistribusikan benda yang akan dipindahkan dan
mengeluarkan/mengangkutnya ke tujuan perjalanan.
5. Sistem pengoperasian, perlunya prosedur pengaturan untuk mengkoordinasi
aktivitas dari setiap komponen.
Permasalahan transportasi yang sekarang selalu dihadapi kota-kota besar di
Indonesia adalah masalah kemacetan lalu lintas. Menurut Tamin (2000 : 493)
masalah lalu lintas/kemacetan menimbulkan kerugian yang sangat besar bagi
pemakai jalan terutama dalam hal pemborosan waktu, pemborosan bahan bakar,
pemborosan tenaga dan rendahnya tingkat kenyamanan berlalu-lintas serta
meningkatnya polusi baik suara maupun polusi udara.
Kegiatan transportasi tidak akan berjalan, bila tidak ada yang menyertainya,
karena energi merupakan faktor utama untuk menggerakkan mesin kendaraan.
Energi yang biasa dipakai untuk kendaraan bermotor, yaitu terdiri dari bensin dan
solar atau yang biasa disebut Bahan Bakar Minyak (BBM). BBM merupakan salah
satu sumber daya alam (SDA) yang tidak dapat diperbaharui. Artinya BBM tersebut
jumlahnya sangat terbatas yang tersedia di alam. Oleh karena itu jika BBM dipakai
terus menerus maka lama kelamaan akan habis jumlahnya (Gunawan, 1996).
Konsumsi BBM dari tahun ke tahun mengalami peningkatan, hal ini terjadi
akibat semakin meningkatnya pula kegiatan transportasi Dari data Dirjen
Perhubungan Darat disebutkan bahwa pada tahun 2004 konsumsi BBM terbesar di
Indonesia terjadi pada sektor Transportasi Darat yaitu mencapai 29,235 ribu kiloliter
atau 48 persen dari konsumsi BBM di Indonesia. Hal ini terjadi akibat meningkatnya
jumlah kendaraan pribadi, sebesar 17,21 persen per tahun nya. Jika fenomena
peningkatan konsumsi BBM ini terus berlangsung maka tidak mustahil akan terjadi
krisis energi di negara Indonesia. (Iskandar, 2002).
Kota Semarang sebagai kota yang sedang berkembang tidak lepas dari
masalah transportasi, masalah kemacetan dan masalah ketidaknyamanan berlalu-
lintas sebagaimana kota-kota besar lainnya. Hal ini merupakan akibat dari
perkembangan ekonomi masyarakat yang menyebabkan peningkatan mobilitas
penduduk untuk memenuhi kebutuhannya. Berdasarkan hasil penelitian Rencana
Induk Transportasi Kota Semarang 2002 diketahui bahwa jalan-jalan utama di Kota
Semarang memiliki nilai V/C antara 0,80 – 0,90. Ini menunjukkan bahwa tingkat
pelayanan jalan-jalan tersebut sangat rendah (overload).
Dalam studi ini mengambil jalan Brigjen Sudiarto (Majapahit) dengan
pertimbangan bahwa koridor jalan Brigjen Sudiarto memiliki karakteristik yang
berbeda dengan jalan lain. Jalan Majapahit berada di Kecamatan Pedurungan dan
Kecamatan Gayamsari yang merupakan daerah dengan guna lahan pemukiman
terbesar di Kota Semarang yang sebagian besar penduduknya setiap hari akan
melakukan perjalanan menuju pusat kota untuk bekerja. Berdasarkan hasil penelitian
Bitta Pigawati (2001), bahwa penggunaan lahan pemukiman Semarang tersebar di
berbagai pinggiran Kota Semarang yaitu di Kecamatan Pedurungan (11,28 %),
Kecamatan Gayamsari (10,75 %),Kecamatan Tembalang (10,20 %), Kecamatan
Banyumanik (9,96 %), Kecamatan Genuk (9,41 %), Kecamatan Gunungpati (5,29
%), Kecamatan Semarang Barat (9,14 %), dan Kecamatan Mijen (8,15 %).
Melihat bahwa guna lahan Kecamatan Gayamsari dan Pedurungan memiliki
lahan pemukiman terbesar, maka pergerakan penduduk yang terjadi di wilayah ini
sangat besar. Menurut Tamin (2000 : 15) bahwa pergerakan penduduk perkotaan
lebih dari 90 % berbasis rumah tangga, artinya mereka memulai perjalanan dari
tempat tinggal (rumah) dan mengakhiri perjalanan kembali ke rumah.
Peningkatan volume lalin di Jalan Brigjen Sudiarto tidak terlepas karena
pertumbuhan jumlah penduduk disekitar jalan tersebut. Hal ini menyebabkan
terjadinya kemacetan di sepanjang koridor Jalan Brigjen Sudiarto yang pada
akhirnya menimbulkan menurunnya kecepatan kendaraan yang sangat besar. Dengan
adanya kemacetan maka pengguna jalan harus mengurangi kecepatan kendaraannya
atau bahkan berhenti sesekali (tersendat-sendat) untuk menunggu tundaan kendaraan
yang terjadi. Hal ini tentunya akan menambah waktu normal perjalanan untuk
sampai ke tempat aktifitas. Dengan semakin lama waktu perjalanan akan
meningkatkan konsumsi BBM yang akan dikeluarkan untuk menempuh satu
perjalanan.
Melihat permasalahan di atas, maka studi ini mencoba meneliti tentang
hubungan kecepatan kendaraan yang terjadi di Jalan Brigjen Sudiarto dan
menghitung seberapa besar peningkatan bahan bakar minyak yang dikeluarkan
akibat penurunan kecepatan kendaraan. Dengan mengangkat isu kelangkaan energi
terutama BBM, diharapkan studi ini mampu sebagai masukan bahwa pemborosan
energi minyak sendiri banyak terjadi karena masalah transportasi (kemacetan) yang
seringkali terjadi di kota-kota besar.
1.2. Perumusan Masalah
Dari uraian yang tekah dipaparkan di atas, maka permasalahan yang akan
diteliti dalam studi ini adalah ”Apa penyebab menurunnya kecepatan yang terjadi di
Jalan Brigjen Sudiarto dan seberapa besar kerugian dari konsumsi bahan bakar
minyak (BBM) akibat dari penurunan kecepatan kendaraan yang terjadi di wilayah
tersebut ?”

1.3. Tujuan Penelitian


Tujuan dari penelitian ini nantinya akan menjawab pertanyaan dari
perumusan masalah di atas, dimana tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Mencari penyebab kemacetan di jalan Brigjen Sudiarto.
2. Menganalisis kinerja jalan Brigjen Sudiarto.
3. Menganalisa hubungan kecepatan kendaraan dengan konsumsi BBM.
Keluaran dari penelitian ini diharapkan menjadi masukan bagi arah
pengelolaan sistem transportasi terutama pada ruas Jalan Majapahit sehingga
kerugian energi (BBM) akibat kemacetan dapat diminimalkan.

1.4. Batasan Permasalahan


Batasan permasalahan dalam penyusunan penelitian ini terbagi 2 (dua) yaitu
batasan wilayah (spasial) dan batasan materi (substansial) : masing-masing batasan
masalah tersebut akan dijelaskan pada uraian berikut :

1.4.1. Batasan Masalah Wilayah (Spasial)


Batasan masalah wilayah dalam penelitian ini mengambil koridor Jalan
Brigjen Sudiarto Semarang yang merupakan jalan utama yang menghubungkan arus
lalin dari daerah pinggiran sebelah timur Kota Semarang.

1.4.2. Batasan Masalah Materi (Substansial)


Materi yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah mengenai :
1. Kinerja Jalan Majapahit (level of service) melalui perhitungan kapasitas jalan,
tingkat pelayanan jalan dan permasalahan transportasi di Jalan Majapahit.
2. Faktor-faktor penyebab kemacetan, kecepatan rata-rata saat arus bebas,
kecepatan rata-rata saat terjadi kemacetan, waktu tempuh normal dan saat terjadi
tundaan.
3. Peningkatan konsumsi BBM dan kemacetan yang terjadi dengan melakukan
perhitungan dalam penggunaan BBM yang akan dibandingkan dengan waktu
perjalanan saat dan tidak terjadi kemacetan untuk kendaraan ringan (golongan I),
kendaraan golongan II A dan kendaraan golongan II B dengan menggunakan 2
(dua), yaitu persamaan Pasific Consultant International (PCI) dan persamaan
perhitungan Biaya Operasional Kendaraan (BOK) untuk jalan Arteri. Untuk
golongan sepeda motor tidak dimasukkan dalam penelitian ini karena
berdasarkan ukuran kendaraan, sepeda motor memiliki ukuran lebih kecil
dibandingkan dengan mobil. Sehingga sepeda motor tidak terpengaruh terhadap
padatnya arus lalin karena mudah untuk melakukan manuver.

1.5. Sistematika Penulisan


Sistematika yang dipakai dalam penulisan ini adalah sebagai berikut :
BAB I : PENDAHULUAN
Dalam bab ini dibahas mengenai latar belakang, permasalahan, tujuan
penelitian, pembatasan masalah, dan sistematika penulisan.
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
Dalam bab ini berisi teori-teori yang digunakan dalam lingkup analisa data
dan perhitungan.
BAB III : METODOLOGI
Dalam bab ini dibahas tentang langkah-langkah yang dilakukan dalam
pembuatan laporan Tesis.
BAB IV : PENYAJIAN DATA
Berisikan data-data yang akan dipakai dalam pembuatan Tesis, baik data
Primer maupun Sekunder.
BAB V : KESIMPULAN dan SARAN
Pada bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran yang didapat dari bab
sebelumnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sistem Transportasi


Sistem transportasi menurut Tamin, meliputi sistem makro dan sistem mikro.
Sistem makro terdiri atas beberapa sistem mikro yang diuraikan sebagai berikut :
(Tamin, 2000 : 500) :
1. Sistem kebutuhan transportasi
Sistem ini merupakan sistem pola kegiatan tata guna lahan yang terdiri atas
sistem kegiatan sosial ekonomi, kebudayaan, dan sebagainya
2. Sistem prasarana transportasi
Sistem prasarana transportasi meliputi sistem jalan raya dan jalur kereta api,
terminal bus, stasiun kereta, bandara dan pelabuhan laut. Peranan sistem jaringan
transportasi sebagai prasarana perkotaan mempunyai dua tujuan :
a. sebagai alat untuk mengarahkan pembangunan perkotaan
b. sebagai prasarana bagi pergerakan manusia dan barang yang timbul akibat
adanya kegiatan kota tersebut.
3. Sistem rekayasa dan manajemen lalin
Interaksi antara sistem kebutuhan transportasi dan sistem prasarana transportasi
menghasilkan pergerakan manusia dan/atau barang dalam bentuk pergerakan
kendaraan dan atau orang (pejalan kaki). Dalam hal ini sistem rekayasa dan
manajemen lalin berperan dalam menciptakan sistem pergerakan yang aman,
cepat, nyaman, murah, handal dan sesuai dengan lingkungannya.
4. Sistem kelembagaan
Sistem kelembagaan ini terdiri atas individu, kelompok dan lembaga baik
pemerintah atau swasta yang saling mendukung dalam menciptakan kondisi
transportasi yang baik.
Hubungan antara sistem-sistem mikro yang membentuk sistem
transportasi makro tersebut ditunjukkan pada gambar 2.1.
Sistem transportasi mikro

Sistem kelembagaan

Kebutuhan Prasarana
transportas transportas

Rekayasa dan
manajemen lalin

Sumber : Tamin, 2000


Gambar 2.1
Sistem Transportasi Mikro

2.2. Jalan Dalam Sistem Transportasi Perkotaan


Menurut Undang-Undang No. 14 Tahun 1992 tentang Jalan, jalan merupakan
suatu sarana perhubungan darat dalam bentuk apapun yang meliputi segala bagian
jalan termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya diperuntukkan bagi lalin.
Bangunan pelengkap jalan misalnya jembatan lintas bawah (underpass), lintas atas
(over-pass) dan lain-lain. Perlengkapan jalan antara lain rambu-rambu, marka jalan,
halte dan lain-lain. Menurut Undang-Undang No. 14 Tahun 1992 tentang Jalan,
klasifikasi jalan dikelompokkan menjadi :
1. Jalan arteri, yaitu jalan yang melayani angkutan utama dengan ciri-ciri perjalanan
jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi dan jumlah jalan masuk dibatasi secara
efisien.
2. Jalan lokal, yaitu jalan yang melayani angkutan setempat dengan ciri-ciri
perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah dengan jumlah jalan masuk
dibatasi.
Untuk mengetahui gambaran lebih jelas tentang klasifikasi jalan menurut PP
No : 26 tahun 1985 tentang jalan dapat dilihat tabel II.1.
Tabel II.1
Jalan menurut Peraturan Pemerintah No : 26 tahun 1985
Sistem
Klasifikasi
jaringan Peranan jalan Kecepatan Lebar Akses Ket
jalan
jalan
Primer Arteri Menghubungkan kota > 50 km/ >9m Dibatasi dari Jalan tidak
primer jenjang kesatu yang jam lalin dan terputus
terletak berdampingan/ kegiatan walau
dengan kota jenjang lokal masuk
kedua kota
Kolektor- Menghubungkan kota > 40 km/ >7m Dibatasi dari Jalan tidak
Primer jenjang kedua dengan jam lalin dan terputus
kota jenjang kedua/ kegiatan walau
ketiga lokal masuk
kota
Lokal- Menghubungkan kota > 20 km/ >6m Minimal Jalan tidak
Primer jenjang kedua dengan jam kendaraan terputus
kota jenjang ketiga/ beroda 3 walau
dibawahnya masuk
desa
Sekunder Arteri Menghubungkan > 30 km/ >8m Dibatasi dari Lalin cepat
sekunder kawasan primer jam lalin dan tidak boleh
dengan kawasan kegiatan terganggu
sekunder, lokal oleh lalin
kesatu/kedua lambat
Kolektor Menghubungkan > 20 km/ >6m Dibatasi dari
sekunder kawasan sekunder jam lalin dan
dengan kawasan kegiatan
sekunder, kedua/ketiga lokal
Lokal Menghubungkan > 10 km/ >6m Minimal
sekunder kawasan sekunder jam kendaraan
kesatu dengan beroda 3
perumahan atau (tiga)
kawasan sekunder
kedua dengan kawasan
sekunder ketiga dan
seterusnya sampai
perumahan
Sumber : PP No. 26 Tahun 1985
2.3. Permasalahan Transportasi Perkotaan
Permasalahan suatu kota tidak jauh dari permasalahan jumlah penduduk yang
terus meningkat naik secara alami maupun karena perpindahan penduduk (migrasi).
Meningkatnya jumlah penduduk pada suatu kawasan perkotaan akan menyebabkan
timbulnya berbagai permasalahan, khususnya masalah transportasi (Tamin, 2000 :
491). Dari berbagai faktor penyebab permasalahan transportasi yang menjadi
penyebab utama adalah tingkat pertumbuhan prasarana yang tidak mampu
mencukupi permintaan kebutuhan transportasi. Ketidakseimbangan antara kebutuhan
transportasi dan penyediaan sistem transportasi menimbulkan permasalahan antara
lain (Mico, 1997 : 931) :
1. Rendahnya mobilitas dan aksesibilitas
Rendahnya mobilitas dan aksesibilitas ke suatu daerah karena banyaknya
kemacetan yang menyebabkan tundaan dan perlambatan kendaraan baik
angkutan pribadi maupun umum.
2. Menurunnya keamanan berlalin
Menurunnya keamanan berlalin karena banyaknya kendaraan yang berlalu lalang
dengan tujuan sampai ke tempat tujuan secepat mugkin, sehingga yang terjadi
banyak yang melakukan segala cara agar cepat sampai walaupun melanggar
peraturan lalin.
3. Kerusakan lingkungan
Turunnya kualitas lingkunan ini misalnya tingginya polusi udara dan
suara/kebisingan terutama pada daerah-daerah dengan intensitas lalin yang
tinggi.
4. Pemborosan energi
Masalah kelangkaan energi banyak menjadi problem bagi kota-kota dengan
semakin meningkatnya konsumsi bahan bakar.

2.4. Arus Kendaraan


Menurut Morlok (1978 : 185), variabel utama yang dapat digunakan untuk
menerangkan arus kendaraan pada suatu jalur gerak adalah volume dan kecepatan.

2.4.1. Volume
Volume adalah jumlah kendaraan yang melalui suatu titik pada suatu jalur
gerak per satuan waktu. Biasanya digunakan satuan kendaraan per waktu (Morlok,
1978 : 189).
Adapun jumlah gerakan yang dihitung meliputi macam moda lalin seperti
pejalan kaki, mobil, bus, mobil barang, dan lain-lain. Studi tentang volume pada
dasarnya bertujuan untuk menetapkan (F.D. Hobbs, 1995 : 56) :
1. Nilai kepentingan relatif suatu rute
2. Fluktuasi dalam arus
3. Distribusi lalin pada sebuah sistem jalan
4. Kecenderungan pemakai jalan
5. Survei skala dan pengecekan perhitungan lalin tersintesiskan
6. Perencanaan fasilitas transportasi
2.4.2. Gerak
Kecepatan digunakan untuk menerangkan gerakan dari banyak kendaraan
pada suatu jalur gerak (Morlok, 1978 : 193). Kecepatan kendaraan sangat ditentukan
oleh jarak tempuh kendaraan pada satuan waktu atau beberapa kali penelitian,
sedangkan untuk kecepatan rata-rata dihitung terhadap distribusi waktu kecepatan
atau kecepatan distribusi ruang. Menurut Poerwodarminto (1988:163),
mendefinisikan bahwa kecepatan adalah waktu yang digunakan untuk menempuh
jarak tertentu atau laju perjalanan yang biasanya dinyatakan dalam kilometer/jam
(km/jam). Kecepatan arus bebas dalam Manual Kapasitas Jalan Indonesia (1997 : V-
81), didefinisikan sebagai kecepatan rata-rata (km/jam) teoritis arus lalin pada
kecepatan = 0, yaitu dimana kecepatan (km/jam) kendaraan yang tidak dipengaruhi
oleh kendaraan lain (kecepatan dimana pengendara merasakan perjalanan yang
nyaman dalam kondisi geometrik, lingkungan dan pengaturan lalin yang ada pada
segmen jalan dimana tidak ada kendaraan lain yang mempengaruhi perjalanan.

2.5. Kapasitas Jalan


Kapasitas jalan adalah jumlah lalin kendaraan maksimum yang dapat
ditampung pada ruas jalan selama kondisi tertentu (desain geometri, lingkungan dan
komposisi lalin) yang dinyatakan dalam satuan massa penumpang (SMP/jam).
Faktor-faktor yang berpengaruh dalam penentuan kapasitas jalan (MKJI, 1997 : V-8)
adalah :
1. Kondisi geometri
Kondisi geometri merupakan kondisi dasar dari jaringan jalan (geometri
jalan). Kondisi geometri ini terdiri dari beberapa faktor penyesuaian dimensi
geometri jalan, yaitu tipe jalan, lebar efektif bahu jalan, lebar efektif median
jalan.
2. Kondisi lalin
Faktor ini meliputi karakteristik kendaraan yang lewat yaitu faktor arah
(perbandingan volume per arah dari jumlah dua arah pergerakan), gangguan
samping badan jalan, termasuk banyaknya, kendaraan yang berhenti disepanjang
jalan, jumlah pejalan kaki dan akses keluar masuk).
3. Kondisi lingkungan
Faktor kondisi lingkungan yang dimaksud adalah sistem kota yang
dinyatakan dalam jumlah penduduk kota. Meningkatnya jumlah penduduk akan
meningkatkan jumlah lalin kendaraan untuk melakukan aktifitasnya.

2.6. Tingkat Pelayanan Jalan


Tingkat pelayanan jalan adalah kemampuan jalan dalam menjalankan
fungsinya. Perhitungan tingkat pelayanan jalan ini dapat dihitung dengan
menggunakan perhitungan Level of Service (LOS). LOS merupakan suatu bentuk
ukuran kualitatif yang menggambarkan kondisi operasi lalin pada suatu ruas jalan.
Dengan kata lain tingkat pelayanan jalan adalah ukuran yang menyatakan kualitas
pelayanan yang disediakan oleh suatu jalan dalam kondisi tertentu.
Terdapat dua definisi tentang tingkat pelayanan suatu ruas jalan yaitu (Tamin,
2000 : 46) :
1. Tingkat pelayanan tergantung arus (flow dependent)
Hal ini berkaitan dengan kecepatan operasi/fasilitas jalan, yang
tergantung pada perbandingan antara arus terhadap kapasitas. Oleh karena itu,
tingkat pelayanan pada suatu jalan tergantung pada arus lalin.
2. Tingkat pelayanan tergantung fasilitas (facility dependent)
Hal ini sangat tergantung pada jenis fasilitas, bukan arusnya. Jalan bebas
hambatan mempunyai tingkat pelayanan yang tinggi. Sedangkan jalan yang
sempit mempunyai tingkat pelayanan yang rendah.
Tingkat pelayanan jalan dinilai dari hasil perhitungan/perbandingan
volume lalin dengan kapasitas jalan (V/C). Klasifikasi jalan berdasarkan tingkat
pelayanan jalan diindikasikan pada 6 interval. Dimana tingkatan tersebut
dilambangkan A, B, C, D, E dan F, dimana tingkat pelayanan jalan paling baik
dilambangkan dengan A dan berturut-turut sampai dengan kualitas yang paling
rendah hingga F.

Tabel II.2
Klasifikasi Jalan Menurut Tingkat Pelayanan Jalan

Tingkat
V/C Klasifikasi
pelayanan
Arus bebas volume rendah dan kecepatan tinggi,
A < 0,60 pengemudi dapat memilih kecepatan yang
dikehendaki.
Arus stabil kecepatan sedikit terbatas oleh lalin,
B 0,60 < V/C > 0,70 pengemudi masih dapat kebebasan dalam memilih
kecepatannya.
C 0,70 < V/C > 0,80 Arus stabil, kecepatan dikontrol lalin.
D 0,80 < V/C > 0,90 Arus sudah tidak stabil, kecepatan rendah.
Arus tidak stabil, kecepatan rendah dan berbeda-
E 0,90 < V/C > 1,00
beda, volume mendekati kepasitas.
Arus yang terhambat, kecepatan rendah, volume di
F > 1,00
atas kapasitas, sering terjadi kemacetan pada
waktu lama sehingga kecepatan dapat turun
menjadi nol.
Sumber : Morlok, 1978 : 223
2.7. Kemacetan
Menurut Hobbs (1995 : 107), kemacetan adalah waktu yang terbuang pada
perjalanan karena berkurangnya kecepatan dalam batas normal yang dinyatakan
dalam satuan menit. Kemacetan tersebut biasanya ditimbulkan oleh perlambatan
(berkurangnya kecepatan) karena terjadi peningkatn volume lalu-lintas. Kemacetan
yang terjadi ini banyak disebabkan oleh jumlah kendaraan yang terlalu ramai, lebar
jalan sempit yang tidak mampu menampung arus kendaraan, parkir mobil-mobil di
pinggir jalan yang menggunakan badan jalan memperbesar hambatan lalin.
Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi kemacetan dalam berlalu
lintas perkotaan, kemacetan terbagi menjadi dua (dua) jenis yaitu : (Hobbs, 1995 :
107)
1. Kemacetan karena kepadatan lalin tinggi
Penundaan ini ditimbulkan oleh keterlambatan/macetnya kendaraan pada
simpang jalan yang terlalu ramai kendaraan, lebar jalan yang kurang, parkir
mobil di jalan-jalan sempit, dan sebagainya.
2. Kemacetan karena pertemuan jalan
Tundaan yang disebabkan oleh adanya pertemuan jalan/lokasi
persimpangan. Semakin banyak pertemuan jalan akan semakin banyak pula
kendaraan yang mengakses jalan utama. Sehingga resikonya akan menimbulkan
kemacetan.
Menurut Pignataro (1973 : 107) tundaan adalah waktu yang terbuang akibat
adanya gangguan lalin yang berada diluar kemampuan pengemudi untuk
mengontrolnya.
2.8. Dampak Kemacetan
Permasalahan kemacetan lalin akan menimbulkan kerugian yang besar bagi
pengguna jalan baik waktu yang terbuang maupun kerugian BBM. Kemacetan lalin
(congestion) lalin akan berdampak juga pada aspek sosial ekonomi masyarakat,
khususnya pengguna jalan raya yang melakukan pergerakan ke suatu tempat.
Dampak terebut terjadi pada saat pertambahan lalin melebihi kapasitas jalan yang
selanjutnya akan menurunkan kecepatan kendaraan. Penurunan kecepatan tersebut
menunjukkan terjadinya penurunan tingkat pelayanan jalan (level of service),
sehingga waktu tempuh perjalanan untuk jarak tertentu semakin lama dan
pemborosan bahan bakar.
Penambahan waktu perjalanan akan menambah biaya perjalanan karena
adanya peningkatan konsumsi bahan bakar. Konsumsi BBM berbanding lurus
dengan jarak dan waktu tempuh kendaraan dalam beroperasi. Semakin jauh jarak dan
lama waktu tempuh maka pemakaian BBM juga mengalami peningkatan. Dengan
terjadinya kemacetan dan perlambatan kecepatan akan mempengaruhi pemakaian
BBM, sehingga dengan banyaknya waktu perjalanan yang hilang dalam satu
perjalanan akan mengakibatkan peningkatan konsumsi BBM yang dibutuhkan
kendaraan.

2.9. Kajian Berdasarkan Teori Pengaruh Kecepatan Kendaraan di Jalan


Perkotaan Terhadap Konsumsi BBM
Perhitungan konsumsi BBM akibat pengaruh dari kecepatan kendaraan
dilakukan dengan model perhitungan Pasific Consultant International (PCI) yang
telah dikembangkan oleh LAPI-ITB dengan bekerjasama dengan PT.Jasa Marga.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Tahapan Penelitian


Tahapan penelitian dimulai karena ada suatu permasalahan yang harus
dipecahkan. Dari permasalahan tersebut nantinya dicari suatu pedoman untuk
dijadikan acuan untuk memecahkan permasalahan tersebut, yakni studi pustaka.
Dimana pada studi pustaka ini, tahapan penelitian mencari sumber pedoman untuk
dijadikan acuan dalam memecahkan masalah. Studi pustaka banyak sekali
sumbernya yaitu bisa dari pengamatan langsung dilapangan atau mencari informasi
dari melalui media cetak atau media elektronik.
Setelah tahapan menggali informasi, tahapan berikutnya adalah tahapan
mencari tujuan dan manfaat dari penelitian yang akan dilakukan. Tahapan ini
mencari tujuan apa yang akan dicapai dalam penelitian ini dan apa manfaat
penelitian ini bagi penulis dan bagi pemerintah, sehingga nantinya penelitian ini akan
berguna untuk memberi masukan pada pemerintah dalam mengambil kebijakan.
Tahapan selanjutnya yaitu identifikasi permasalahan. Dalam tahapan ini peneliti
mencari apa saja yang menyebabkan adanya permasalahan transportasi. Tahapan ini
dilakukan dengan cara mencari data, baik itu berupa data primer atau data sekunder.
Tahapan selanjutnya yaitu analisa data. Dalam tahapan analisa data, peneliti
mengolah data yang sudah didapat baik data primer atau data sekunder menjadi
sebuah informasi baik dalam bentuk tabel atau grafik. Jika analisa data kurang
memberikan informasi yang dibutuhkan maka dapat dilakukan tahapan penelitian
pada tahapan sebelumnya, hingga analisa data dapat memberi informasi yang
dibutuhkan.
Informasi yang didapat dari tahapan analisa data nantinya akan dijadikan
pedoman untuk memecahkan permasalahan transportasi, dimana informasi ini akan
memberikan keterangan apa yang sebenarnya penyebab permasalahan transportasi,
sehingga nantinya didapat kesimpulan yang cukup untuk dijadikan acuan dalam
memberikan saran pada pemerintah terkait dalam memecahkan permasalahan
transportasi.
. Permasalahan

Studi Pustaka

Tujuan dan Manfaat

Identifikasi permasalahan :
- Survei pendahuluan
- Pengumpulan data

Data sekunder : Data primer :


- Peta Pulau Jawa - Ukuran geometri jalan
- Peta Jalan Kota Semarang - Kapasitas Jalan
- Data Jumlah penduduk Kota - Kecepatan Kendaraan
Semarang - Volume Kendaraan
- Data Jumlah kepemilikan - Tingkat Pelayanan jalan
kendaraan bermotor di Kota - Pengaruh Kecepatan Terhadap
S Konsumsi BBM

TIDAK
Analisis data

YA
Pembahasan

Hasil

Kesimpulan, Saran dan Rekomendasi


Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian
3.2 Pendekatan Studi
Pendekatan studi dalam penelitian ini menurut tahapan pelaksanaannya
dibedakan menjadi empat tahap yaitu tahap persiapan, tahap pengumpulan data,
tahap pengolahan data dan analisis.

3.2.1 Tahapan Pengumpulan Data


1. Kebutuhan Data
Untuk memudahkan dalam pengumpulan data, perlu diidentifikasi apa saja yang
dibutuhkan dalam penelitian ini, agar nantinya diketahui data-data yang erat
kaitannya dengan analisis ini.
2. Metode Pengumpulan Data
Dalam suatu proses penelitian, tahapan pengumpulan data merupakan tahapan
yang harus direncanakan untuk mendapatkan suatu hasil yang optimal sesuai
dengan maksud tujuan dan sasaran pada proses-proses selanjutnya.
Bentuk dari tahapan ini berupa :
a. Studi literatur
Studi literatur yang mendukung dan sangat dibutuhkan dalam penyusunan
studi ini, seperti teori sistem transportasi perkotaan dan penanggulangan
masalah transportasi, kajian mengenai tundaan lalin dan pengaruh terhadap
konsumsi BBM kendaraan, serta sumber-sumber yang bersifat ilmiah lainnya
(jurnal, majalah, makalah, seminar, dan lain-lain).
b. Survei sekunder
Pengumpulan data dilakukan melalui survei ke beberapa instansi yang terkait
dengan permasalahan studi. Adapun instansi-instansi pemerintah maupun
swasta yang diharapkan menjadi sumber daya adalah : Biro Pusat Statistik
(BPS) Kota Semarang, Dinas Perhubungan Kota Semarang, BAPPEDA Kota
Semarang.
c. Survei Primer
Survei ini dilakukan dengan pengamatan langsung di lapangan (observasi),
baik data yang menyangkut fisik untuk mencocokkan hasil survei sekunder
maupun untuk lebih menggali informasi lebih dalam dan nyata di lapangan
yang berkaitan dengan kecepatan kendaraan di Jalan Brigjen Sudiarto
Semarang dan pengaruhnya terhadap konsumsi BBM. Ada tiga survei primer
yang akan dilakukan yang nantinya data hasil survei tersebut berguna untuk
dijadikan acuan dalam analisis pengaruh kecepatan kendaraan terhadap
konsumsi BBM. Survei tersebut adalah:
1. Survei Keadaan Geometeri Jalan Brigjen Sudiarto.
Survei Keadaan geometri jalan Brigjen Sudiarto ini meliputi keadaan
geometri jalan tersebut yaitu, tipe jalan, lebar jalur jalan, pemisahan arah,
ada tidaknya median, ada tidaknya trotoar, panjang jalan. Hasil data
survei keadaan geometri jalan ini nantinya untuk dijadikan acuan dalam
analisis kapasitas jalan Brigjen Sudiarto
2. Survei Volume Lalu-Lintas
Waktu pengamatan dalam melakukan survei primer volume lalin
dilaksanakan pada jam puncak maupun non puncak, pengamatan pada
jam 06.00 – 09.00, 11.00 – 14.00 dan 16.00 – 18.00. Pengambilan waktu
pengamatan ini dengan memperhitungkan pergerakan pada karakteristik
pergerakan Jalan majapahit yang memiliki jam puncak pada pagi dan
sore hari dimana pergerakan menuju pusat kota dan meninggalkan pusat
kota (ke arah Pedurungan). Pemilihan hari adalah pada saat hari kerja
yaitu hari Rabu yang mewakili dan diasumsikan kondisi lalin sama setap
hari kerja dalam satu minggu dan hari Minggu sebagai perwakilan untuk
hari libur. Lokasi survei volume Jalan Majapahit terbagi menjadi 3
penggal yaitu Penggal I (pertigaan Banjir Kanal Timur – Pertigaan
Supriyadi), Penggal II (pertigaan Supriyadi – pertigaan Pedurungan),
Penggal III (pertigaan Pedurungan – pertigaan Penggaron) dan 6 titik
surveyor. Pembagian ketiga penggal ini berdasarkan kondisi eksisting
karakteristik jalan yang berbeda. Hasil survei nantinya akan dijadikan
acuan untuk menganalisis tingkat pelayanan jalan Brigjen Sudiarto
3. Survei Kecepatan Kendaraan
Survei kecepatan kendaraan dilakukan dengan 2 (dua) metode, yaitu
metode kendaran contoh (Floating Car Method) dan metode kendarann
bergerak (Following Car Method). Didalam analisia ini metode yang
digunakan yaitu metode kendaraan contoh (Floating Car Method).
Metode ini dilakukan dengan kendaran contoh yang dikendarai pada arus
lalu-lintas dengan mengikuti salah satu dari kondisi operasi sebagai
berikut:
a. Pengemudi berusaha membuat kendaraan contoh mengambang pada
arus lalu-lintas, dalam arti mengusahakan agar jumlah kendaraan yang
menyiap dan disiap kendaraan contoh adalah sama.
b. Pengemudi mengatur kecepatan kendaraan contoh sesuai dengan
perkiraan kecepatan arus lalu-lintas.
c. Kendaran contoh melaju sesuai dengan kecepatan batas, kecuali
terhambat oleh kondisi lalu-lintas.
Dengan metode ini nantinya akan diperoleh kecepatan perjalanan
(Journey Speed) total serta lokasi dan lamanya hambatan disepanjang
rute sesuai dengan masing-masing penggalnya.
Metode survei
Metode survei ini yang nantinya digunakan dalam survei primer ini
meliputi :
a. Observasi visual
Survei ini adalah pengamatan secara langsung di lapangan.
Pengamatan dilakukan secara langsung situasi dan kondisi nyata dari
lokasi studi, diantaranya dimensi jalan, kondisi tundaan yang terjadi.
b. Traffic counting
Teknik ini merupakan perhitungan kuantitatif secara langsung dengan
menghitung komposisi kendaraan dan volume kendaraan harian yang
melewati Jalan Majapahit dalam waktu tertentu.
c. Survei kecepatan dan waktu tempuh
Dalam penelitian ini menggunakan metode pendekatan :
Metode kendaran contoh (Floating Car Method)
Dengan metode ini akan diperoleh kecepatan perjalanan (Journey
Speed. Pengamat (surveyor) mencatat dengan stopwatch waktu yang
diperlukan untuk melintasi jalan tersebut baik saat terjadi kemacetan
ataupun tidak terjadi kemacetan. Jenis kendaraan yang dianalisa
adalah kendaraan ringan (golongan I).
3.2.2 Teknik Analisis Data
1. Teknik Analisis Kualitatif Deskriptif
Metode ini menjabarkan hasil dari penggunaan metode-metode yang
digunakan sehingga menjadi jelas maksudnya. Selain itu juga digunakan untuk
menerangkan data-data yang membutuhkan penjabaran dan penjelasan.
Penekanan analisis ini pada ketajaman dan kepekaan berpikir dan menganalisa
suatu masalah atau kecenderungan yang terjadi di lapangan.
2. Teknik Analisis Kuantitatif
Merupakan teknik yang digunakan untuk menganalisa informasi
kuantitatif (data yang dapat dikur, diuji dan diinformasikan dalam bentuk seperti
persamaan dan tabel).

3.3 Metode Analisis


Untuk mencapai tujuan dalam penelitian ini, akan dilakukan serangkaian
analisis dan terbagi menjadi 3 analisis yaitu :
1. Analisis Kinerja Jalan
a. Analisis kapasitas jalan
Analisis ini digunakan untuk mengetahui daya tampung yang mampu
dilayani oleh jalan tersebut. Kapasitas jalan ditentukan dengan menggunakan
rumus sebagai berikut : (MKJI, 1947 : V-18).

C = Co x FCw x FCsp x FCsf x FCcs

Dimana :
Co = Kapasitas dasar
FCw = Faktor penyesuaian lebar jalur jalan
FCsp = Faktor penyesuaian median
FCsf = Faktor penyesuaian hambatan samping
FCcs = Faktor penyesuaian ukuran kota
Untuk kapasitas dasar jalan dan nilai untuk setiap faktor-faktor penyesuaian
jalan disesuaikan dengan kondisi jalan yang bersangkutan.
b. Analisis tingkat pelayanan jalan
Analisis tingkat pelayanan ini dimaksudkan untuk mengetahui kinerja
Jalan Majapahit. Analisis ini menggunakan analisis kualitatif tentang
kebebasan dan kenyamanan pengguna jalan dan analisis kuantitatif tentang
kapasitas jalan, kecepatan rata-rata, volume lalin dan rasio antara volume
lalin (V) dan kapasitas jalan (C) untuk mengetahui tingkat pelayanan Jalan
Majapahit. Adapun tingkat pelayanan jalan (VCR) dapat dilakukan
perhitungan dengan persamaan sebagai berikut (MKJI, 1997) :

VCR = V/C

Dimana :
VCR = volume kapasitas ratio (nilai tingkat pelayanan)
V = volume lalin (SMP/jam)
C = kapasitas ruas jalan (SMP/jam)

2. Analisis Kecepatan Kendaraan


Analisis kecepatan kendaraan saat terjadi kemacetan dan kondisi normal
(arus bebas) menggunakan persamaan sebagai berikut : (MKJI, 1997 : IV-19)
ƒ Kecepatan kendaraan

V = L/TT

Dimana :
V = Kecepatan (km/jam)
L = Panjang jalan (km)
TT = Waktu tempuh (jam)
ƒ Kecepatan arus bebas
Kecepatan arus bebas ditentukan dengan menggunakan rumus sebagai
berikut : (MKJI, 1997 : V-18)

FV = (FVo + FVw) x FFVsf x FFVcs

Dimana :
FV = Kecepatan arus bebas kendaraan ringan (km/jam)
FVo = Kecepatan arus bebas dasar kendaraan ringan (km/jam)
FVw = Faktor penyesuaian lebar jalur lalin efektif (km/jam)
FFVsf = Faktor penyesuaian kondisi hambatan samping
FFVcs = Faktor penyesuaian ukuran kota
Untuk kecepatan arus bebas dasar jalan dan nilai untuk setiap faktor-faktor
penyesuaian jalan disesuaikan dengan kondisi jalan yang bersangkutan.

3. Analisis Pengaruh Kecepatan Kendaraan Terhadap Penggunaan BBM


Kendaraan
Analisis ini digunakan untuk mengetahui konsumsi BBM pada saat tidak
ada kemacetan dan saat kemacetan terjadi. Hal ini untuk mengetahui seberapa
besar pengaruh kecepatan terhadap penggunaan BBM untuk kendaraan.
Kecepatan dan waktu tempuh perjalanan menjadi indikator dalam penggunaan
BBM. Apabila terjadi kemacetan tentu akan lebih besar konsumsi BBM yang
digunakan kendaraan. Spesifik model perhitungan konsumsi BBM adalah
berdasarkan persamaan Pasific Consultant International (PCI) :
Persamaan Konsumsi BBM :
Golongan I : Y= 0,05693 S² - 6,42593 S + 269,18576
Golongan II : Y= 0,21692 S² - 24,1549 S + 954,78824
Golongan III : Y= 0,21557 S² - 24,1769 S + 947,80882
Dimana :
Y= Konsumsi BBM (liter/1000 Km/Kendaraan
S= Kecepatan kendaraan (Km/Jam)

Untuk mempermudah proses pencatatan dan proses perhitungan, maka kendaran


dibagi dalam 3 golongan yaitu :
Golongan I = sedan, jip, pick-up, bus kecil, truk dan bus sedang
Golongan II = Truk besar dan bus besar dengan 2 gardan
Golongan III = Truk besar dengan 3 gardan/lebih
Untuk penelitian ini data yang diambil adalah data untuk kendaraan golongan I,
yaitu: sedan, jeep, pick-up, kendaraan pribadi
BAB IV
ANALISIS KECEPATAN KENDARAAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP
PENINGKATAN KONSUMSI BAHAN BAKAR MINYAK (BBM)

4.1 Karakteristik Jalan dan Pola Pergerakan di Jalan Brigjen Sudiarto Kota Semarang
Jalan Brigjen Sudiarto Semarang termasuk dalam jalan arteri primer Kota Semarang dengan
panjang ruas jalan 7,8 kilometer dengan lebar jalan bervariasi 14 - 18 meter. Jalan tersebut terdiri dari
4 lajur dan terbagi 2 arah pergerakan serta dibatasi oleh median jalan, dengan lebar jalan yang berbeda
pada penggal-penggalnya. Untuk memudahkan memberikan gambaran kondisi jalan Brigjen Sudiarto,
maka akan dibedakan menjadi 3 (tiga) penggal jalan sesuai dengan kondisi dan lebar penggal jalan
masing-masing.
Jalan Brigjen Sudiarto merupakan salah satu jalan utama di Kota Semarang memiliki pola
bentuk spinal atau tulang daun. Jalan arteri primer seperti jalan Brigjen Sudiarto berfungsi sebagai
jalan utama dan sebagai cabang-cabangnya adalah jalan-jalan lingkungan yang memotong Jalan
Brigjen Sudiarto dari daerah pemukiman penduduk yang berada di sisi kanan-kiri koridor Jalan
Brigjen Sudiarto. Dari hasil survei didapat disepanjang koridor Jalan Brigjen Sudiarto ada 43 titik
perpotongan antara Jalan Brigjen Sudiarto dengan jalan-jalan lingkungan, seperti persimpangan jalan
Kelinci, Gajah, Gayamsari, Supriyadi dan masih banyak lagi. Dengan banyaknya persimpangan (titik
perpotongan) mengakibatkan sering terjadi kendaraan yang akan berbelok, yang dampaknya
menimbulkan antrian kendaraan dan menurunnya kecepatan kendaraan.
Jalan Brigjen Sudiarto merupakan koridor utama dan pusat pelayanan lalu lintas Kota
Semarang untuk arah Timur-Tenggara. Jalan Brigjen Sudiarto ini merupakan jalan utama penghubung
dalam mengalirkan arus lalu lintas dari pusat kota ke daerah pinggiran yang berada di sebelah Timur
Kota Semarang (Kecamatan Pedurungan dan Kecamatan Gayamsari) dan sebagai pintu keluar Kota
Semarang ke beberapa daerah lainnya seperti Mranggen, Purwodadi, Blora.
Panjang
Kondisi Geometri Jalan Majapahit

2,7 km
2,2 km
2,9 km

Sumber : Data Primer, 2009


Semarang
Tabel 4.1

Trotoar

2,5 m
2.5 m
2.5 m
Median

Ada
-
-
Lebar Bahu
Jalan

1,5 m
2m
-
50 % - 50 %
50 % - 50 %
50 % - 50 %
Pemisahan
Arah
Lebar Jalur Jalan

3,75 m /lajur
3,0 m /lajur

3,5 m /lajur
Tipe Jalan

4/2 UD
4/2 UD
6/2 D
Penggal Jalan

Penggal III
Penggal II
Penggal I
No

1.
2.
3.

4.2 Karakteristik Penggunaan Lahan Pada Ruas Jalan Brigjen Sudiarto


Peran transportasi sangat vital sebagai penunjang dari segala aktivitas manusia. Pentingnya
suatu transportasi dalam kehidupan masyarakat dapat dilihat dari padatnya arus lalu lintas dari dan ke
pusat-pusat aktivitas seperti : pasar, kantor, pabrik, sekolah, terutama pada jam-jam sibuk (Peak
Hour). Hal tersebut membuktikan bahwa betapa pentingnya sarana transportasi dalam mendukung
aktivitas. Perkembangan aktivitas penduduk perkotaan akan banyak mempengaruhi perubahan dan
perkembangan guna lahan, dengan kata lain semakin tinggi tingkat penggunaan sebidang tanah akan
menyebabkan semakin tinggi pula pergerakan arus lalu lintas yang dihasilkan (Tamin, 2000 : 42).
Kawasan Pedurungan dan Gayamsari merupakan kawasan pemukiman dengan kepadatan
penduduk yang tinggi. Dengan lokasi pemukiman yang berada di pinggir kota, maka pagi hari terjadi
pergerakan penduduk dari pinggir kota menuju pusat kota untuk bekerja dan sebaliknya pada sore hari
pergerakannya dari pusat kota ke pinggir kota. Pergerakan yang terjadi pada pagi hari dan sore hari,
memberikan kontribusi yang besar terhadap kemacetan lalu lintas.
Dari hasil pengamatan guna lahan yang berkembang disepanjang ruas jalan Majapahit, antara
lain :
a. Aktivitas perdagangan dan jasa, yaitu ditandai dengan adanya Pasar Gayamsari, pusat perbelanjaan
ADA Majapahit, ruko-ruko, pertokoan, rumah makan, apotik dan lain-lain disepanjang jalan ini.
b. Aktivitas perkantoran, yaitu : BRI, BNI, Bank Permata, Bank Mandiri, BLKI, kantor Notaris, dan
sebagainya.
c. Aktivitas pendidikan, hal ini ditandai dengan adanya perguruan tinggi PAT, SMU, dan lembaga-
lembaga pendidikan kursus.
d. Aktivitas sosial dan pelayanan umum, yaitu : Rumah Sakit Bhayangkara, Rumah Sakit Jiwa,
Kantor Kelurahan Gemah, Kantor Kecamatan Pedurungan.
e. Aktivitas pemukiman yang ada disekitar kawasan jalan Majapahit.

Tabel 4.2
Guna Lahan Sisi Jalan Brigjen Sudiarto

No Penggal Jalan Guna Lahan


Daerah niaga dengan aktivitas pada sisi
1. Banjirkanal Timur - Jl. Supriyadi
jalan sangat tinggi
Daerah niaga dengan aktivitas
2. Jl. Supriyadi - Pertigaan Pedurungan perdagangan tinggi, pemukiman
penduduk
Daerah industri, daerah niaga,
3. Pertigaan Pedurungan - Penggaron
pemukiman penduduk
Sumber : Data Primer, 2009

Aktivitas jalan Brigjen Sudiarto banyak didominasi dengan pusat perdagangan dan jasa,
tetapi hal ini tidak didukung dengan fasilitas parkir yang cukup, terutama disepanjang penggal dari
Pertigaan Banjirkanal Timur - Pertigaan Supriyadi yang kondisi jalannya tidak terdapat bahu jalan dan
pusat-pusat aktivitas disepanjang jalan ini sebagian besar tidak menyediakan lahan parkir bagi
pengunjung pusat aktivitas tersebut. Hal ini menyebabkan banyak kendaraan yang parkir di badan
jalan, yang akan mengganggu arus lalu lintas, dan mengakibatkan tingginya angka hambatan samping,
sehingga akan mengurangi kapasitas jalan tersebut. Sedangkan untuk penggal setelah Pertigaan Jalan
Supriyadi hingga Penggaron cenderung tidak mempengaruhi kapasitas karena memiliki bahu jalan
sekitar 1 - 2 meter yang sering digunakan untuk parkir kendaraan satu lapis di depan pusat aktivitas
yang ingin dituju dengan tidak mengurangi kapasitas jalan yang ada sehingga tidak mengganggu
kelancaran arus lalu lintas yang ada. Tabel di bawah ini menunjukkan kelas hambatan samping pada
masing-masing penggal.

Tabel 4.3
Kelas Hambatan Samping

No Penggal Lebar Bahu Efektif Kelas Hambatan Samping


1. Penggal I - H = (High / Tinggi )
2. Penggal II 2m M = (Middle / Sedang )
3. Penggal III 1,5 m M = (Middle / Sedang )
Sumber : Data Primer, 2009

4.3 Analisa Faktor Penyesuaian Kapasitas untuk Ukuran Kota


Jumlah penduduk Kota Semarang perlu dinalisa, karena kaitannya dengan analisa kapasitas
Jalan Majapahit. Dalam hal ini analisa jumlah penduduk kota Semarang berpengaruh pada faktor
penyesuaian kapasitas untuk ukuran kota (FCcs) (MKJI, 1997). Penduduk Kota Semarang setiap
tahunnya mengalami peningkatan sebesar 1,02 %. Peningkatan jumlah penduduk Kota Semarang akan
berpengaruh pada peningkatan kegiatan transportasi, karena semakin bertambah penduduk kota akan
semakin bertambah pula kebutuhan masyarakat akan transportasi.

Tabel 4.4
Jumlah Penduduk Kota Semarang

No Tahun Jumlah Penduduk (Jiwa)


1. 2002 1.350.005
2. 2003 1.378.261
3. 2004 1.399.133
4. 2005 1.419.478
5. 2006 1.434.025
Sumber : BPS, Kota Semarang Dalam Angka, 2006
4.4 Analisis Volume / Jumlah Kendaraan Jalan Majapahit
Berdasarkan hasil perhitungan jumlah kendaraan yang melintasi jalan Brigjen Sudiarto
(Traffic Counting), yang dilakukan terbagi dalam 3 (tiga) waktu, yaitu pagi, siang, sore, dan
dilaksanakan dalam 2 (dua) hari, yaitu hari Rabu dan hari Minggu, dapat dilihat seperti di tabel bawah
ini :
Tabel 4.5
Jumlah/Volume Maksimum Kendaraan Ruas Jalan Majapahit Pada Hari Rabu
Jumlah Kendaraan (smp/jam)
Menuju Kota (smp/jam) Meninggalkan Kota (smp/jam)
No Penggal
Pagi Siang Sore Pagi Siang Sore
06.00-09.00WIB 11.00-14.00WIB 15.00-18.00WIB 06.00-09.00WIB 11.00-14.00WIB 15.00-18.00WIB
1. Penggal I
Banjirkanal
Timur - 3332,2 1932,5 2232,8 1120,55 1332,05 2476,4
Jl.
Supriyadi
2. Penggal II
Jl.
Supriyadi - 2779,5 1441,1 1145,7 1364,5 1418,2 2486,4
Pertigaan
Pedurungan
3. Penggal III
Pertigaan
2710,95 1013,35 1257,8 1291,6 1383,75 2482,45
Pedurungan
- Penggaron
Sumber : Data Primer, 2009

Tabel 4.6
Jumlah/Volume Maksimum Kendaraan Ruas Jalan Majapahit Pada Hari Minggu
Jumlah Kendaraan (smp/jam)
Menuju Kota (smp/jam) Meninggalkan Kota (smp/jam)
No Penggal
Pagi Siang Sore Pagi Siang Sore
06.00-09.00WIB 11.00-14.00WIB 15.00-18.00WIB 06.00-09.00WIB 11.00-14.00WIB 15.00-18.00WIB
1. Penggal I
Banjirkanal
Timur - 1787,55 1824,65 1729,75 916,85 849,95 917,5
Jl.
Supriyadi
2. Penggal II
Jl.
Supriyadi - 1096,5 865,2 1474,85 974,05 1403,2 1280,1
Pertigaan
Pedurungan
3. Penggal III
Pertigaan
1016,15 706,45 880,4 1120,75 1274,25 1387,05
Pedurungan
- Penggaron
Sumber : Data Primer, 2009
4.5 Analisis Kinerja Jalan Brigjen Sudiarto
4.5.1 Analisis Kapasitas Jalan Brigjen Sudiarto
Analisis ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar kapasitas jalan Brigjen Sudiarto.
Dengan mengetahui kapasitas jalan kita dapat memperkirakan jumlah arus kendaraan kendaraan
maksimum yang dapat ditampung pada ruas jalan tertentu. Kapasitas jalan adalah arus maksimum
yang dapat dipertahankan per satuan jam yang melewati suatu titik di jalan dalam kondisi yang ada
atau dengan kata lain kapasitas jalan adalah jumlah lalu lintas kendaraan maksimum yang dapat
ditampung pada ruas jalan selama kondisi tertentu (desain geometri, lingkungan dan komposisi lalu
lintas) yang dinyatakan dalam satuan massa penumpang (smp/jam). Besar kecilnya suatu kapasitas
jalan banyak dipengaruhi beberapa faktor antara lain :
a. Kondisi geometri, meliputi faktor penyesuaian dimensi geometri jalan terhadap geometri standar
jalan kota, seperti : tipe jalan, bahu jalan, median dan alinyemen jalan.
b. Kondisi lalu lintas, meliputi karakteristik kendaraan yang lewat, yaitu : arah kendaraan, gangguan
samping, termasuk banyaknya kendaraan umum yang berhenti, pejalan kaki dan akses keluar
masuk di sepanjang jalan.
c. Kondisi lingkungan, yaitu ukuran kota yang dinyatakan dalam jumlah penduduk kotanya.
Dari pengamatan bahwa kondisi geometri Jalan Brigjen Sudiarto berbeda-beda, sehingga
dalam perhitungan kapasitas jalan dibagi menjadi 3 (tiga) penggal jalan berdasarkan lebar jalan dan
karakteristik jalan. Perhitungan kapasitas jalan dilakukan untuk setiap arah arus lalu lintas di Jalan
Brigjen Sudiarto, yaitu arah menuju pusat kota (Penggaron - Banjir Kanal Timur) dan menuju arah
pinggiran Kota Semarang (Banjir Kanal Timur - Penggaron) yang dibedakan pada 3 (tiga) penggal
tersebut. Berdasarkan faktor-faktor di atas ditentukan kapasitas Jalan Brigjen Sudiarto. Perhitungan
kapasitas ruas jalan yang dilakukan dengan menggunakan Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI,
1997, V-18) dengan menggunakan rumus tersebut sebagai berikut :

C = Co x FCw x FCsp x FCsf x FCcs

Dimana :
Co = Kapasitas dasar
FCw = Faktor penyesuaian lebar jalur jalan
FCsp = Faktor penyesuaian median
FCsf = Faktor penyesuaian hambatan samping
FCcs = Faktor penyesuaian ukuran kota
Untuk lebih memudahkan pemahaman mengenai perhitungan kapasitas dihitung per arah
arus lalu lintas menuju pusat kota dan menuju pinggiran yang dapat dilihat contoh perhitungan berikut
:
Penggal I (Banjir Kanal Timur - Supriyadi) berdasarkan pembagian jalan yang ada pada penggal ini
kondisi jalan 6/2D, dengan lebar jalan 19 m, perhitungan untuk per arah dari penggal I jalan Brigjen
Sudiarto ini adalah :
C = Co x FCw x FCsp x FCsf x FCcs
= 4950 x 0,92 x 0,81 x 1,00 x 1,00
= 3688,74 smp/jam
Untuk hasil perhitungan kapasitas penggal lain dapat dilihat pada Tabel 4-7
Tabel 4.7
Kapasitas Per Arah Arus Lalu Lintas Jalan Majapahit Semarang

Kapasitas Faktor Faktor Faktor Faktor


Kapasitas
Dasar/ Lebar Hambatan Pemisah Ukuran
Penggal Jalan Total
Arah Jalan Samping Arah Kota
(Smp/jam)
(Co) (FCw) (FCsf) (FSp) (Fcs)

Banjirkanal Timur -
Supriyadi (6/2D) 4950 0.92 0.81 1.00 1.00 3688,74

Jl.Supriyadi -
Pertigaan 3000 1.05 0.98 1.00 1.00 3087
Pedurungan (4/2UD)

Pertigaan
Pedurungan - 3000 1.00 1.00 1.00 1.00 3000
Penggaron (4/2UD)

Sumber : Hasil Analisis, 2009


Berdasarkan perhitungan yang dilakukan dengan memperhatikan faktor penyesuaian lebar
jalan, bahu jalan, ukuran kota, hambatan samping dan faktor penyesuaian pemisah didapatkan
kapasitas untuk ruas Jalan Brigjen Sudiarto yang terbagi menjadi 3 (tiga) penggal jalan. Kapasitas
terbesar adalah penggal I (Banjirkanal Timur - Jl. Supriyadi) dengan nilai 3688,74 smp/jam dari total
kapasitas dua arah dengan kondisi kapasitas jalan 6/2 D. Ini terjadi karena penggal I memiliki lebar
jalan terbesar 18 meter, Sedangkan kapasitas terkecil adalah penggal III (Jl. Supriyadi - Pertigaan
Pedurungan) dengan nilai 3000 smp/jam dengan kapasitas dua arah kondisi 4/2 UD, kondisi lebar
jalan hanya 14 meter.
Selain geometri jalan yang mempengaruhi kapasitas jalan, besar kecilnya nilai kapasitas
banyak dipengaruhi oleh penggunaan lahan disepanjang koridor jalan Majapahit. Semakin
beragamnya intensitas guna lahan di koridor Jalan Brigjen Sudiarto mempengaruhi banyaknya
hambatan samping dan bangkitan pergerakan yang ada di sepanjang koridor Jalan Brigjen Sudiarto.
Aktivitas guna lahan di ruas Jalan Brigjen Sudiarto Kota Semarang cenderung berorientasi pada
aktivitas perdagangan dan jasa serta permukiman disamping aktivitas lainnya seperti aktivitas
pendidikan. Kecenderungan tersebut dapat dilihat berdasarkan banyaknya bangunan dengan fungsi
perdagangan dan jasa di sisi jalan Brigjen Sudiarto. Pusat perdagangan dan jasa yang paling tinggi
aktivitasnya terdapat di Pasar Gayamsari yang berada tepat di pinggir jalan, juga turut berperan
sebagai penghasil pergerakan lalu lintas yang menyebabkan kemacetan lalu lintas terutama pada jam-
jam puncak.

4.5.2 Analisis Tingkat Pelayanan Jalan Brigjen Sudiarto


Analisis tingkat pelayanan jalan dilakukan untuk mengetahui sejauh mana kemampuan jalan
menjalankan fungsinya. Atas dasar itu, pendekatan tingkat pelayanan dipakai sebagai indikator tingkat
kinerja jalan. Perhitungan tingkat pelayanan jalan ini dapat dihitung dengan menggunakan
perhitungan level of service. Level of service (LOS) merupakan suatu ukuran kuantitatif yang
menggambarkan kondisi operasi lalu lintas pada suatu potongan jalan. Dengan kata lain tingkat
pelayanan jalan adalah ukuran yang menyatakan kualitas pelayanan yang disediakan oleh suatu jalan
dalam kondisi tertentu. Sedangkan volume adalah jumlah kendaraan yang melalui suatu titik pada
suatu jalur gerak per satuan waktu, biasanya digunakan satuan kendaraan per waktu (Morlok, 1978 :
189). Dalam menghitung volume jam dipilih pada hari kerja (Rabu) dan hari libur (Minggu) dengan
asumsi akan mampu memberikan gambaran mengenai kondisi lalu lintas baik saat jam puncak
maupun jam non-puncak.
Perhitungan tingkat pelayanan jalan dilakukan dengan membandingkan volume jam puncak
lalu lintas dengan kapasitas dasar. Tingkat pelayanan jalan dikatakan baik apabila nilai kapasitas jalan
lebih besar daripada volume lalu lintas pada jam puncak dan tingkat pelayanan jalan buruk jika
sebaliknya. Dalam studi tingkat pelayanan jalan akan menunjukkan hubungan yang sebanding dengan
penggunaan konsumsi bahan bakar minyak, semakin baik tingkat pelayanan jalan maka konsumsi
bahan bakar minyak yang digunakan juga akan lebih sedikit dan jika tingkat pelayanan jalan yang
buruk akan meningkatkan penggunaan konsumsi bahan bakar minyak.
Berikut ini nilai dari tingkat pelayanan jalan pada masing-masing penggal, seperti pada tabel
4.8 - tabel 4.11 di bawah ini :
Tabel 4.8
Tingkat Pelayanan Jalan Brigjen Sudiarto
Pada Jam Puncak Hari Rabu

Tingkat Pelayanan Jalan Majapahit

Menuju Kota Meninggalkan Kota

Pagi Siang Sore Pagi Siang Sore


V C V/C V C V/C V C V/C V C V/C V C V/C V C V/C

3332,2 3688,74 0,90 1932,5 3688,74 0,52 2232,8 3688,74 0,60 1120,55 3688,74 0,30 1332,05 3688,74 0,36 2476,4 3688,74 0,67

2779,5 3087 0,90 1441,1 3087 0,46 1145, 7 3087 0,37 1364,5 3087 0,44 1418,2 3087 0,45 2486,4 3087 0,80

2710,95 3000 0,90 1013,35 3000 0,33 1257,8 3000 0,41 1291,6 3000 0,43 13853,75 3000 0,46 2482,45 3000 0,82
Sumber : Hasil Analisis, 2009
Tabel 4.9
Tingkat Pelayanan Jalan Brigjen Sudiarto
Pada Jam Non Puncak Hari Rabu

Tingkat Pelayanan Jalan Majapahit

Menuju Kota Meninggalkan Kota No Penggal

Pagi Siang Sore Pagi Siang Sore

C V/C V C V/C V C V/C V C V/C V C V/C V C V/C


1. Penggal I
3688,74 0,61 1807,5 3688,74 0,49 1690,15 3688,74 0,45 678,15 3688,74 0,18 1158,45 3688,74 0,31 1034,6 3688,74 0,28
2. Penggal II
3087 0,43 800,25 3087 0,25 720,45 3087 0,23 914,7 3087 0,29 1369,2 3087 0,433 1478,35 3087 0,47
3. Penggal III
3000 0,43 628,25 3000 0,20 1008,8 3000 0,33 964,45 3000 0,32 1249,85 3000 0,41 1339,95 3000 0,44
Tabel 4.10
Tingkat Pelayanan Jalan Brigjen Sudiarto
Pada Jam Puncak Hari Minggu

Tingkat Pelayanan Jalan Majapahit


Menuju Kota Meninggalkan Kota
No Penggal
Pagi Siang Sore Pagi Siang Sore

C V/C V C V/C V C V/C V C V/C V C V/C V C V/C


V
3688,74 0,48 1824,65 3688,74 0,49 1729,75 3688,74 0,46 916,85 3688,74 0,24 849,95 3688,74 0,23 917,5 3688,74 0,24
1. Penggal I 2278,5
3087 0,35 865,2 3087 0,28 1474,85 3087 0,47 974,05 3087 0,31 1403,2 3087 0,45 1280,1 3087 0,41
2. Penggal II 1356,2
3000 0,33 706,45 3000 0,23 880,4 3000 0,29 1120,75 3000 0,37 1274,25 3000 0,42 1387,05 3000 0,46
3. Penggal III 1290,8
Sumber : Hasil Analisis, 2009
Tabel 4.11
Tingkat Pelayanan Jalan Brigjen Sudiarto
Pada Jam Non Puncak Hari Minggu

Tingkat Pelayanan Jalan Majapahit

Menuju Kota Meninggalkan Kota No Penggal

P Siang Sore Pagi Siang Sore


V
V/C V C V/C V C V/C V C V/C V C V/C V C V/C
1. Penggal I 1787,55
0,40 1625,55 3688,74 0,44 1502,5 3688,74 0,40 678,25 3688,74 0,18 829,9 3688,74 0,22 733,9 3688,74 0,19
2. Penggal II 1096,5
0,33 855,05 3087 0,27 845,4 3087 0,27 592,35 3087 0,19 1337,6 3087 0,43 1060,25 3087 0,34
3. Penggal III 1016,15
0,26 610,9 3000 0,26 784,1 3000 0,26 745,35 3000 0,24 1136,45 3000 0,37 1345,75 3000 0,44
3688,74

3087

3000
C

794,45
1509

1047
V

Penggal III
Penggal II
Penggal I
Penggal
No

1.

2.

3.
Dari hasil analisa tingkat pelayanan jalan, tingkat pelayanan jalan pada penggal I, penggal II,
penggal III pada Rabu pagi menuju kota sudah termasuk pada tingkat pelayanan kategori E, artinya
arus sudah tidak stabil, kecepatan rendah dan berbeda-beda, volume mendekati kapasitas (Morlok,
1978 : 223). Hal ini disebabkan pada Rabu pagi hari banyak orang melakukan aktifitas, baik berangkat
kerja maupun berangkat ke sekolah, sehingga meningkat pola kebutuhan akan transportasi. Kondisi ini
juga terjadi pada Rabu sore. Dari hasil analisa tingkat pelayanan jalan, pada Rabu sore hari
meninggalkan kota, tingkat pelayanan jalan termasuk pada kategori D. Artinya, arus sudah tidak
stabil, kecepatan rendah. Hal ini terjadi karena banyak orang yang melakukan aktifitas pulang dari
kerja.
Sedangkan para hari Rabu siang, hasil analisa tingkat pelayanan jalan baik menuju kota
ataupun meninggalkan kota masuk dalam kategori A dan B, artinya arus stabil, kecepatan sedikit
terbatas oleh lalu lintas, pengemudi masih dapat kebebasan dalam memilih kecepatan. Hal ini terjadi
karena volume lalu lintas tidak sepadat pada pagi hari atau sore hari, sehingga arus lalu-lintas masih
stabil.
Pada hari Minggu, baik pada pagi, siang, sore, arah menuju kota atau meninggalkan kota
rata-rata tingkat pelayanan jalan masih dalam kategori B. Hal ini terjadi karena volume lalu-lintas
tidak sepadat pada hari kerja (Senin-Jum’at), karena pada hari Minggu banyak orang yang libur dari
aktifitas, baik kerja atau sekolah.
Hubungan antara tingkat pelayanan dan tundaan (kemacetan) kendaraan sangat erat (linear).
Semakin rendah tingkat pelayanan suatu jalan menunjukkan bahwa tundaan yang terjadi juga besar.
Tundaan merupakan permasalahan transportasi yang sekarang selalu dihadapi kota-kota besar di
Indonesia. Tundaan pada umumnya terjadi pada kawasan yang mempunyai intensitas kegiatan yang
tinggi seperti kawasan perdagangan dan jasa. Semakin besar tundaan akan menimbulkan kerugian
yang sangat besar bagi pemakai jalan, terutama dalam hal pemborosan waktu (tundaan), pemborosan
bahan bakar (BBM), pemborosan tenaga dan rendahnya tingkat kenyamanan berlalu-lintas serta
meningkatnya polusi baik suara/tingkat kebisingan maupun polusi udara.
4.6 Permasalahan Transportasi yang Terjadi di Jalan Brigjen Sudiarto
Jumlah penduduk yang terus meningkat pada suatu kawasan perkotaan akan menyebabkan
timbulnya berbagai permasalahan, khususnya masalah transportasi (Tamin, 2000 : 491). Kota
Semarang yang terus berkembang dengan jumlah penduduk dan aktivitas yang terus meningkat tiap
waktunya, juga dihadapkan pada masalah transportasi yang sangat kompleks.
Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk dan makin beragamnya aktivitas penduduk,
kebutuhan akan sarana transportasi menjadi permasalahan yang harus benar-benar diperhatikan dalam
pengembangan kawasan perkotaan. Peningkatan jumlah penduduk yang tidak diikuti dengan
manajemen transportasi yang baik, masalah yang umum terjadi adalah masalah kemacetan. Jalan
Brigjen Sudiarto sebagai salah satu jalan utama di Kota Semarang direncanakan mampu menampung
semua pergerakan lalu lintas baik pergerakan lokal (lingkungan) maupun pergerakan regional. Tetapi
dengan terus meningkatnya perkembangan daerah pinggiran Kota Semarang yang berkembang
menjadi pusat permukiman dan peningkatan jumlah penduduk di Kecamatan Pedurungan dan
Gayamsari menyebabkan pergerakan di daerah ini sangat tinggi. Menurut Tamin (2000 : 15) bahwa
pergerakan penduduk perkotaan lebih dari 90% berbasis rumah tangga, arrinya mereka memulai
perjalanan dari tempat tinggal (rumah) dan mengakhiri perjalanannya kembali ke rumah. Pergerakan
penduduk yang cukup tinggi ini akan banyak mempengaruhi permasalahan transportasi perkotaan
secara umum (Tolley, 1995 : 183). Pergerakan yang terjadi disepanjang Jalan Brigjen Sudiarto juga
menimbulkan permasalahan transportasi antara lain :
1. Rendahnya mobilitas/pergerakan lalu lintas
Dengan melihat kondisi Jalan Brigjen Sudiarto dengan pola pergerakan yang sangat tinggi
dan kapasitas jalan yang tidak mampu menampung seluruh pergerakan maka kemacetan di Jalan
Brigjen Sudiarto tidak dapat dihindari. Kemacetan yang terjadi pada jam-jam puncak
mengakibatkan mobilitas penduduk sedikit terganggu (terhambat), tundaan kendaraan akan
menyebabkan pemborosan bagi pengguna jalan. Pemborosan ini tentunya sangatlah merugikan
bagi pengguna, tidak hanya menambah waktu perjalanan retapi juga mempengaruhi penggunaan
konsumsi bahan bakar minyak yang akan mengalami peningkatan.
2. Masalah perparkiran
Masalah perparkiran bagi pusat-pusat aktivitas akan membawa permasalahan tersendiri.
Tidak tersedianya lahan parkir yang cukup, akan menyebabkan para pengemudi terpaksa parkir di
tepi jalan. Kondisi koridor Jalan Brigjen Sudiarto yang menjadi kawasan perdagangan dan jasa
mengalami hal yang sama, terbatasnya lahan parkir menyebabkan pengemudi memakai badan
jalan untuk tempat parkir. Hal ini tentunya mempengaruhi pelayanan jalan, dengan penggunaan
parkir di sisi jalan akan mengurangi kapasitas jalan sehingga tidak mampu menampung arus
pergerakan kendaraan dan permasalahan kemacetan tidak dapat dihindari.
3. Masalah pedestrian dan keamanan pengguna jalan
Semakin padatnya suatu jalan dan semakin banyaknya aktivitas di sisi jalan akan mengurangi
tingkat keamanan bagi pengguna jalan. Kondisi Jalan Brigjen Sudiarto yang mempunyai banyak
sekali persimpangan menyebabkan rawan terjadi kecelakaan. Persimpangan Jalan Brigjen Sudiarto
sebagai jalan arteri yang berpotongan langsung dengan jalan lingkungan sangat berbahaya. Arus
kendaraan yang akan masuk ke Jalan Brigjen Sudiarto harus benar-benar berhati-hati jika tidak
mau terjadi kecelakaan. Dengan banyaknya persimpangan ini diperlukan pengelolaan lalu lintas
yang mampu mengatur persimpangan antara jalan lokal dengan Jalan Brigjen Sudiarto. Tidak
hanya bagi para pengendara kendaraan, bagi pejalan kaki di sepanjang Jalan Majapahit juga
mengalami ketidaknyamanan dan kurangnya keamanan saat berjalan. Ini bisa dibuktikan dengan
banyaknya penyalahgunaan trotoar menjadi tempat berjualan para pedagang, sehingga pejalan kaki
harus mengalah di badan jalan walaupun dengan resiko dapat terjadi kecelakaan dengan kendaraan
bermotor.
4. Masalah lingkungan
Dengan adanya berbagai aktivitas di sepanjang Jalan Brigjen Sudiarto tentunya juga akan
berdampak terhadap lingkungan sekitar. Intensitas pergerakan kendaraan yang cukup tinggi dan
tidak adanya sistem tata hijau yang berfungsi sebagai barier di Jalan Brigjen Sudiarto
menyebabkan terjadi polusi udara dan suara (kebisingan) yang sangat mengganggu pengguna
jalan.

4.7 Analisa Kecepatan Kendaraan Melewati Jalan Brigjen Sudiarto Berdasarkan Survei
Dari hasil survei sepanjang Jalan Brigjen Sudiarto, tundaan lalu-lintas yang terjadi di Jalan
Brigjen Sudiarto terdapat pada titik-titik tertentu yang menjadi titik kemacetan terutama pada jam
puncak. Lokasi yang sering terjadi tundaan lalu lintas (titik-titik tundaan) adalah di persimpangan
Plamongan - Pertigaan Terminal Penggaron, Pertigaan Pedurungan - Pertigaan Arteri Soekarno Hatta,
Pertigaan Supriyadi - depan Pasar Gayamsari dan Pertigaan Kelinci - Pertigaan Barito Banjir Kanal
Timur.
Kemacetan kendaraan yang terjadi disepanjang Jalan Brigjen Sudiarto tentunya sangat
merugikan bagi pengguna jalan. Pengguna jalan yang melalui Jalan Brigjen Sudiarto harus
mengurangi kecepatan dari batas normal atau bahkan berhenti sesekali (tersendat-sendat) untuk
menunggu kemacetan kendaraan yang terjadi. Hal ini tentu akan menambah waktu normal perjalanan
untuk sampai ke tempat aktivitas. Selain itu dengan adanya kemacetan, pengguna jalan mengalami
kerugian penggunaan konsumsi bahan bakar minyak (BBM). Dengan semakin lama waktu perjalanan
akan meningkatkan konsumsi bahan bakar minyak (BBM) yang akan dikeluarkan untuk menempuh
suatu perjalanan. Peningkatan konsumsi bahan bakar minyak (BBM) kendaraan yang disebabkan oleh
bertambahmya waktu perjalanan merupakan suatu pemborosan yang sangat merugikan. Dari hasil
survei yang dilakukan pada permasalahan kemacetan di Jalan Brigjen Sudiarto, indikator yang paling
kelihatan adalah adanya penurunan kecepatan.
Kecepatan kendaraan yang melewati suatu ruas jalan tergantung pada panjang lintasan dan
lama perjalanan. Semakin besar kemacetan yang ditemui maka dengan sendirinya waktu perjalanan
akan semakin panjang, yang mengakibatkan semakin rendahnya kecepatan pada ruas jalan tersebut.
Kecepatan didefinisikan sebagai perubahan jarak dibagi satuan waktu. Kelambatan (tundaan) adalah
waktu yang hilang akibat berkurangnya kecepatan dari batas normal dikarenakan hambatan yang
mengganggu arus lalu lintas.
Berikut ini analisa kecepatan kendaraan melewati Jalan Brigjen Sudiarto dengan analisa
Kecepatan Perjalanan (Journey Speed), dengan metode Kendaraan Contoh (Floating Car Method),
seperti pada tabel 4.12 dan tabel 4.13 di bawah ini :

Tabel 4.12
Analisa Kecepatan Perjalanan
Jalan Brigjen Sudiarto Pada Hari Rabu
Kecepatan Perjalanan (Km/Jam)
Menuju Kota Meninggalkan Kota
No. Penggal
Pagi Siang Sore Pagi Siang Sore
Max Min Max Min Max Min Max Min Max Min Max Min

1. Penggal I 42,45 24,67 48,12 30,19 49,34 36,68 34,71 25,05 31,66 16,96 31,56 15,55

2. Penggal II 50,77 30,7 45,78 37,36 55 39,4 56,57 27,22 41,25 25,22 42,13 14,72

3. Penggal III 51,68 20,88 57,36 38,67 51,18 36,89 53,27 38,96 53,54 46,19 51,43 40,78

Sumber : Hasil Analisis, 2009

Tabel 4.13
Analisa Kecepatan Perjalanan
Jalan Brigjen Sudiarto Pada Hari Minggu

Kecepatan Perjalanan (Km/Jam)


Menuju Kota Meninggalkan Kota
No. Penggal
Pagi Siang Sore Pagi Siang Sore
Max Min Max Min Max Min Max Min Max Min Max Min

1. Penggal I 57,51 39,67 46,29 32,95 57,18 38,12 33,06 25,51 31,35 26,34 41,54 28,67

2. Penggal II 53,15 41,25 54,62 37,54 57,81 40,62 52,8 34,43 54,25 24,83 49,5 30,7

3. Penggal III 60 38,38 51,18 35,39 54,95 36,5 57,68 46,4 53,54 49,71 54,95 48,33

Sumber : Hasil Analisis, 2009

Dari hasil analisa kecepatan di atas, terdapat dua perbedaan kecepatan yaitu, kecepatan
maksimal dan kecepatan minimal. Pada hari kerja (hari Rabu) perbedaan kecepatan sangat signifikan
terutama pada jam-jam sibuk (pagi dan sore) dimana pada jam-jam sibuk, volume kendaraan yang
melalui Jalan Brigjen Sudiarto mencapai volume puncak, akibatnya kapasitas Jalan Brigjen Sudiarto
mengalami penurunan yang berakibat adanya tundaan (kemacetan), sehingga kecepatan kendaraan
mencapai kecepatan minimal. Akan tetapi pada hari libur (Minggu) kecepatan kendaraan yang melalui
Jalan Brigjen Sudiarto relatif stabil, karena pada hari libur, volume kendaraan yang melalui Jalan
Brigjen Sudiarto relatif sama pada pagi, siang dan sore, sehingga kecil kemungkinan terjadinya
tundaan (kemacetan).

4.8 Analisis Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Tundaan Lalu Lintas di Jalan Brigjen
Sudiarto
Menurut Hobbs (1995 : 115), tundaan dianggap sebagai waktu yang terbuang (hilang) pada
perjalanan karena pergeseran-pergeseran lalu lintas dan kelengkapan kontrol lalu lintas yang biasanya
dinyatakan dalam satuan menit.
Tundaan yang terjadi disepanjang koridor Jalan Brigjen Sudiarto Semarang terjadi pada jam-
jam puncak saat pagi dan sore hari dimana pergerakan dari dan ke pusat kota meningkat. Dari analisis
yang telah diuraikan pada bab sebelumnya diketahui bahwa volume kendaraan yang melalui jalan ini
sangat besar dan banyaknya hambatan di Jalan Majapahit sehingga mengakibatkan tundaan waktu
tempuh kendaraan yang melewati jalan tersebut. Kecepatan menurun drastis dari kecepatan maximum
turun kecepatan minimum pada jam-jam puncak. Dari pengamatan visual di Jalan Majapahit, dapat
diketahui bahwa tundaan yang terjadi di koridor ini disebabkan oleh beberapa faktor penyebab yaitu
sebagai berikut :
a. Kondisi lalu-lintas yang bercampur (mixed use)
Kondisi Jalan Brigjen Sudiarto yang merupakan jalan arteri Primer yang mempunyai
intensitas pergerakan yang sangat tinggi, karena jalan ini merupakan jalan penghubung antara
daerah pinggiran dan pusat kota. Kondisi jalan dengan lebar hanya 14-19 meter dan banyak dilalui
oleh berbagai moda kendaraan (mixed traffic) antara lain kendaraan tak bermotor, sepeda motor,
kendaraan ringan, dan kendaraan berat. Volume arus lalu lintas yang melalui Jalan Brigjen
Sudiarto memiliki karakteristik jam puncak pada pagi dan sore hari, dimana pergerakan daerah
pinggiran Kota Semarang (Pedurungan, Gayamsari dan Mranggen) dimana arus ini sebagian besar
dari pergerakan penduduk permukiman yang bekerja di pusat Kota Semarang. Pergerakan lalu
lintas di Jalan Brigjen Sudiarto ini lebih banyak didominasi oleh kendaraan pribadi. Bercampurnya
arus menerus dan regional akan semakin menambah padatnya jalan Brigjen Sudiarto ini, serta
bercampurnya berbagai moda seperti sedan, jeep, bis, minibis, truk kecil, truk besar, pick, dengan
kendaraan tak bermotor. Bercampurnya semua moda pada satu jalur akan menambah besar volume
kendaraan yang melalui jalan ini. Dengan jumlah volume yang terus mengalami peningkatan
sedangkan kapasitas jalan yang tetap akan berpengaruh terhadap tingkat pelayanan jalan. Hasil
survey volume lalu lintas didapat bahwa pergerakan pada pagi hari mencapai 3332.2 smp/jam dan
pada sore hari 2486.4smp/jam. Hasil perbandingan antara volume dengan kapasitas mencapai nilai
berkisar 0,80-0,90. Tingkat pelayanan Jalan Brigjen Sudiarto menunjukkan bahwa arus sudah
mulai tidak stabil dan kecepatan kendaraan rendah.
b. Banyaknya kendaraan tak bermotor (sepeda)
Kendaraan tak bermotor ini banyak terlihat pada pagi dan sore hari. Pergerakan
kendaraan tak bermotor khususnya sepeda merupakan pergerakan penduduk pinggiran yang
sebagian besar bekerja sebagai buruh pabrik dan bangunan, khususnya penduduk Mranggen yang
bekerja di Kota Semarang yang melewati Jalan Brigjen Sudiarto yang menuju arah pusat kota pada
pagi hari untuk bekerja dan sore hari ketika pulang beraktivitas dari tempat kerja. Karakteristik
para penglaju dengan menggunakan kendaraan sepeda biasa melaju kendaraan dengan lambat,
bergerombol, pengendaranya mempunyai disiplin yang rendah dan mau menang sendiri. Hal ini
menyebabkan gangguan lalu lintas bagi kendaraan bermotor yang melintasi jalan tersebut. Jalan
Brigjen Sudiarto termasuk dalam jaringan jalan arteri primer, berdasarkan PP No 26 tahun 1985
dengan kecepatan yang direncanakan lebih dari 50 Km/jam yang diperuntukkan bagi pergerakan
regional dan menerus, tetapi dengan adanya moda yang memiliki kecepatan yang lebih lambat di
satu jalur akan terjadi tundaan bagi kendaraan yang berada di belakang yang harus memperlambat
kecepatan dan menunggu kendaraan lambat yang berada di depannya.
c. Perilaku pengguna jalan
Perilaku pengguna jalan merupakan faktor dominan terjadi berbagai permasalahan lalu
lintas dimana-mana. Disiplin pengguna lalu lintas di Jalan Brigjen Sudiarto, banyak
peraturan/rambu-rambu lalu lintas yang dilanggar. Perilaku pengguna jalan Brigjen Sudiarto
menjadi faktor yang akan banyak menimbulkan tundaan yang terjadi selain penyebab lainnya.
Perilaku pengguna.jalan tersebut antara lain :
1. Berpindah jalur (kendaraan yang berbelok sembarangan)
Perilaku kendaraan yang berbelok sembarangan seringkali mengganggu lalu lintas dan
menimbulkan tundaan. Hal ini paling banyak dilakukan oleh angkutan umum, pada waktu
menurunkan atau menaikkan penumpang serta mobil pribadi yang mendahului kendaraan di
depannya dengan tiba-tiba. Tidak adanya pembatas jalur yang jelas membuat pengendara
kendaraan dapat dengan bebas berpindah jalur. Selain tidak ada pembatas jalur disepanjang
Jalan Brigjen Sudiarto hanya beberapa bagian tertentu yang terdapat median selanjutnya tidak
ada. Pembatas median hanya terdapat di Banjir Kanal Timur hingga Supriyadi yang terdapat
median, selebihnya tidak ada. Hal ini membuat para sopir sering melakukan “turn U” dengan
seenaknya untuk berbalik arah dan mengganggu kelancaran lalu lintas dari arus yang
berlawanan.
2. Mengendarai kendaraan dengan bergerak zig zag
Perilaku kendaraan yang bergerak zig zag di Jalan Brigjen Sudiarto juga
menyebabkan tundaan kendaraan. Dengan bergerak zig zag tidak hanya menyebabkan
kesemrawutan lalu lintas tetapi juga sangat membahayakan pengendara. Dari pengamatan
disepanjang Jalan Brigjen Sudiarto diketahui bahwa moda angkutan yang paling sering
melakukan perilaku ini adalah angkutan umum dan sepeda motor.
3. Banyaknya kendaraan yang berhenti (terutama angkutan umum)
Koridor Jalan Brigjen Sudiarto merupakan jalur dengan rute angkutan umum yang
sangat padat. Dari hasil survey lapangan terdapat beberapa trayek angkutan umum yang
melalui Jalan Brigjen Sudiarto, antara lain Trayek Ngaliyan - Pedurungan, Trayek Mangkang -
Pedurungan, Trayek Terboyo - Penggaron, Trayek Pudangpayung - Penggaron, Trayek
Karangayu - Penggaron, Trayek Johar - Tlogosari. Dengan banyak trayek angkutan umum
yang melalui Jalan Brigjen Sudiarto, kondisi yang terjadi para sopir angkutan umum saling
berebut penumpang sehingga mendorong para sopir untuk melanggar peraturan lalu lintas,
dengan berhenti di seberang tempat untuk mendapatkan penumpang. Lokasi yang dominan
sering menjadi lokasi pemberhentian angkutan adalah pada sisi jalur yang memiliki guna lahan
yang tinggi aktivitasnya, terutama di depan Pusat perbelanjaan ADA Majapahit, Pasar
Gayamsari, dan Pertigaan Perumahan Plamongan Indah dan pertokoan-pertokoan dan di depan
gang-gang lokasi perumahan. Para sopir angkutan ini ngetem untuk menunggu penumpang
bahkan terkadang menggunakan badan jalan sehingga mengganggu kelancaran arus lalu lintas
yang melewati jalan tersebut.
Kendaraan berhenti merupakan masalah yang menyangkut disiplin pengemudi dan
penumpang. Walaupun telah ada larangan berhenti banyak pelanggaran yang dilakukan karena
kurangnya pengawasan terhadap pemakai jalan dan kesadaran pengemudi yang rendah.
4. Disiplin pejalan kaki rendah
Jalan Brigjen Sudiarto merupakan kawasan dengan aktivitas perdagangan dan jasa
yang cukup tinggi, hal ini mendorong tarikan yang sangat besar bagi kawasan ini. Padatnya
aktivitas disepanjang jalan banyak terlihat para pejalan kaki yang berjalan di badan jalan
karena trotoar yang telah disiapkan untuk para pejalan dipakai untuk para PKL berdagang. Hal
ini membuat kelancaran arus kendaraan terganggu karena jalur jalan tidak dapat efektif untuk
digunakan karena pengemudi akan cenderung untuk menghindarkan kendaraannya dari
gangguan yang ada, akibatnya kecepatan kendaraan terpaksa dikurangi atau bahkan berhenti
sesekali, tentu saja hal ini akan memperpanjang waktu tempuh kendaraan untuk sampai ke
tempat yang dituju. Kesadaran pejalan kaki dalam berlalu lintas juga masih rendah, banyak
pejalan kaki yang menyeberang sembarangan sehingga mengganggu kelancaran arus
kendaraan yang akibatnya tundaan kendaraan tidak dapat dihindari. Kesadaran pejalan kaki
yang rendah juga didukung dengan terbatasnya sarana penyeberangan yang ada di sepanjang
Jalan Brigjen Sudiarto tercatat hanya ada 2 (dua) jembatan penyeberangan, yang terletak di
depan pasar Gayamsari dan di depan ADA Swalayan.
d. Banyaknya akses ke jalan Brigjen Sudiarto
Jalan-jalan kecil (gang) yang berakses langsung ke Jalan Brigjen Sudiarto sangat banyak
yaitu terdapat sekitar 43 jalan lingkungan/gang. Gang-gang kecil ini menghubungkan Jalan
Brigjen Sudiarto dengan kawasan-kawasan permukiman yang berada di sepanjang Jalan Brigjen
Sudiarto. Pola jaringan jalan yang ada disepanjang Koridor Jalan Brigjen Sudiarto menunjukkan
bahwa pembangunan jalan-jalan yang menghubungkan daerah permukiman dan koridor Jalan
brigjen Sudiarto dengan langsung memotong setiap jalan lingkungan ke Jalan Brigjen Sudiarto.
Selain itu, klasifikasi fungsi jalan yang tidak jelas sehingga jalan-jalan lingkungan langsung dapat
memotong Jalan Brigjen Sudiarto yang sudah jelas berfungsi sebagai jalan arteri primer. Kondisi-
kondisi seperti ini mengakibatkan terlalu banyaknya persimpangan-persimpangan dengan jalan
primer dan jalan lingkungan di daerah ini.
Persimpangan-persimpangan ini akan menimbulkan permasalahan yang cukup
menganggu lalu lintas di Jalan Brigjen Sudiarto terutama pada jam-jam sibuk (pagi dan sore)
volume lalu lintas yang sangat padat dan kemacetan (tundaan) lalu lintas tidak dapat dihindari.
Salah satu penyebabnya adalah banyak kendaraan keluar/masuk kendaraan dari/ke jalan
lingkungan.
e. Parkir pada badan jalan
Aktivitas jalan Brigjen Sudiarto banyak didominasi dengan daerah pusat perdagangan dan
jasa, tetapi hal ini tidak didukung dengan fasilitas parkir yang cukup terutama terjadi disepanjang
penggal dan pertigaan Banjir Kanal Timur - Pertigaan Supriyadi yang kondisi jalannya tidak
terdapat bahu jalan dan pusat-pusat aktivitas di sepanjang jalan ini sebagian besar tidak
menyediakan lahan untuk parkir bagi pengunjung pusat aktivitas tersebut. Hal ini menyebabkan
banyak kendaraan yang parkir di badan jalan, yang akan mengganggu arus lalu lintas dan
mengurangi kapasitas jalan sehingga menimbulkan tundaan kendaraan. Sedangkan untuk penggal
setelah pertigaan jalan Supriyadi hingga Penggaron cenderung tidak begitu mempengaruhi
kapasitas karena memiliki bahu jalan sekitar 3-4 meter yang sering digunakan untuk parkir
kendaraan satu lapis di depan pusat akrivitas yang ingin dituju dengan tidak mengurangi kapasitas
jalan yang ada sehingga tidak mengganggu kelancaran arus lalu lintas yang ada.
f. Geometri jalan
Kondisi geometri jalan Brigjen Sudiarto yang menyempit dari 18 meter menjadi 14 meter
(ke arah Penggaron) menyebabkan tundaan terjadi karena kapasitas jalan yang berbeda tiap
penggalnya tidak mampu menampung arus kendaraan yang tinggi dari pergerakan regional dan
menerus.
g. Keberadaan pasar
Koridor Jalan Brigjen Sudiarto yang berkembang menjadi pusat perdagangan dan jasa.
Salah satu pusat perdagangan yang berada di Jalan Majapahit adalah Pasar Gayamsari. Keberadaan
Pasar Gayamsari di tepi Jalan Brigjen Sudiarto mengakibatkan hambatan samping (side friction)
lebih besar, karena pasar tersebut merupakan salah satu pusat pertemuan penduduk dengan tujuan
berbelanja, karena itu pasti pergerakan orang dan barang dari dan ke pasar sangat tinggi. Pasar
Gayamsari yang berada tepat di depan pintu masuk Jalan Tol berakibat semakin tingginya
pergerakan yang terjadi di depanpasar, selain banyak becak yang parkir di depan pasar
mengganggu arus lalu lintas yang menuju maupun yang meninggalkan Pasar Gayamsari.

4.9 Analisis Pengaruh Kecepatan Kendaraan Terhadap Penggunaan Bahan Bakar Minyak
Dengan Rumus Pacific Consultant International (PCI)
Dalam analisis ini kecepatan merupakan indikator terpenting dalam perhitungan. Hubungan
antara kecepatan dan penggunaan bahan bakar adalah semakin lambat kecepatan kendaraan semakin
lama waktu perjalanan yang terjadi dan semakin besar penggunaan bahan bakar dan sebaliknya
semakin cepat kendaraan semakin cepat waktu perjalanan dan semakin kecil penggunaan bahan bakar.
Perhitungan dalam analisis ini menggunakan sebuah model berdasarkan ketentuan Pasific Consultant
International (PCI) dalam perhitungan biaya operasi kendaraan (Tamin, 2000 : 97), dengan
persamaan sebagai berikut :
Persamaan konsumsi BBM:
Golongan I : Y= 0,05693 S² - 6,42593 S + 269,18576
Golongan II : Y= 0,21692 S² - 24,1549 S + 954,78824
Golongan III : Y= 0,21557 S² - 24,1769 S + 947,80882
Dalam analisa ini persamaan yang dipakai yaitu persamaan untuk golongan I, karena data
yang kami teliti yaitu kendaraan golongan I. Sehingga perhitungan konsumsi BBM dengan
menggunakan rumus Biaya Operasional Kendaraan di Jalan Arteri adalah sebagai berikut:
S = Kecepatan Perjalanan (Km/Jam)
Y = Konsumsi BBM (liter/1000 Km/kendaraan)
Dengan S = 42,445 Km/Jam, Maka nilai Y adalah :
Y= 0,05693 S² - 6,42593 S + 269,18576
Y= (0,05693 x 42,445²)-(6,42593 x 42,445)+269,18576
Y= 99,000 liter/1000 Km/kendaraan
2.7
Y= 99,000 x ( Km/1000)
1000
Y= 0,2673 liter/kendaraan
Selanjutnya analisa perhitungan konsumsi bahan bakar dengan rumus Biaya Operasional
Kendaraan di Jalan Arteri seperti pada tabel 4.14 dan table 4.15 di bawah ini :

Hasil analisa diatas merupakan hasil dari persamaan PCI , sehingga bila dibuat grafik akan
membentuk suatu fungsi persamaan kuadrat seperti pada grafik di bawah ini :

Gambar 4.1
Hubungan Tingkat Konsumsi BBM dan Kecepatan Kendaraan
5
4,5
Konsumsi BBM (Ltr/Kend)

4
3,5
3
2,5
2
1,5
1
0,5
0
0 20 40 60 80 100 120 140 160
Kecepatan Kendaraan (Km/Jam)

Sumber : Hasil Analisa, 2009

Dengan rumus titik puncak pada persamaan kuadrat fungsi konsumsi BBM yaitu :
b b − 4 ac
y=ax²+bx+c, dengan rumus titik puncak : (- ; ), maka didapat titik puncak pada
2a − 4a
persamaan konsumsi BBM : Y= 0,05693 S² - 6,42593 S + 269,18576, yaitu: ( 56,4371;0,6852).
Artinya pada titik tersebut persamaan konsumsi BBM yang semula berbanding terbalik dengan
kecepatan menjadi persamaan konsumsi BBM yang berbanding lurus dengan kecepatan. Artinya jika
semula kecepatannya rendah maka tingkat konsumsi BBM-nya tinggi akan tetapi jika sudah mencapai
pada titik balik yaitu pada kecepatan 56,4371 Km/jam dan konsumsi 0,6852 ltr/kend, maka fungsi
konsumsi BBM-nya naik seiring dengan naiknya kecepatan kendaraan. Akan tetapi persamaan
konsumsi BBM diatas tidak dapat langsung dipakai pada kondisi jalan Brigjen Sudiarto, karena
persamaan di atas belum tentu sesuai dengan kondisi lalu-lintas di jalan Brigjen Sudiarto, sehingga
persamaan di atas perlu untuk di kalibrasi sesuai dengan kondisi lalu-lintas di jalan Brigjen Sudiarto.

4.10 Kalibrasi Persamaan Konsumsi BBM Pacific Consultant International


Pengkalibrasian persamaan konsumsi BBM dari Pacific Consultant International (PCI),
perlu untuk dilakukan, karena kaitannya apakah persamaan PCI diatas bisa dipakai pada kondisi lalu-
lintas jalan Brigjen Sudiarto. Pengkalibrasian persamaan konsumsi BBM dilakukan dengan
menggunakan ‘Sistem Persamaan Linear Tiga Variabel’ dengan metode matriks. Dimana
persamaan baru hasil dari kalibrasi didapat dari tiga titik yang melalui persamaan kuadrat tersebut,
artinya tiga titik tersebut melalui persamaan parabola fungsi konsumsi BBM untuk masing-masing
penggalnya pada hari rabu dan minggu baik arah menuju kota dan arah meninggalkan kota.
Untuk cara pengkalibrasiaan persamaan PCI penggal I hari rabu arah menuju kota adalah
sebagai berikut:
Tiga titik yang dilalui adalah sebagai berikut:
Titik 1: (24,67;0,39), Persamaannya : 0,39 = 608,60a + 24,67b + c
Titik 2: (37,82;0,29), Persamaannya : 0,29 = 1430,35a + 37,82b + c
Titik 3: (62,15;0,24), Persamaannya : 0,24 = 3906,25a + 65,15b + c
Dalam Matriks:
608,60 24,67 1 a 0,39
1430,35 37.82 1 X b = 0,29
3906,25 65,15 1 c 0,24

608,60 24,67 1 ¹ 0,39 a


1430,35 37.82 1 X 0,29 = b
3906,25 65,15 1 0,24 c

37,82 1 1430,35 1 1430,35 37,82


Determinan = 608,60 65,15 1 - 24,6 3906,25 1 + 1 3906,25 65,15

Determinan = -12.277,42

-24,68 37,83 -13,15


Adj = C = 2.475,89 -3.297,64 821,74
-58.337,35 58.329,13 -12.269,21
a -24,68 37,83 -13,15 0,39
b = 1/(-12.277,42) x 2.475,89 -3.297,64 821,74 x 0,29
c -58.337,35 58.329,13 -12.269,21 0,24

a 0,00015
b = -0,01682
c 0,71519
Sehingga persamaan konsumsi BBM setelah dikalibrasi adalah :
Konsumsi BBM = 0,00015V²-0,01682V+0,71519
Dengan titik puncak (balik) = (57,02;0,235)
Gambar 4.2
Tingkat Konsumsi BBM Hari Rabu Menuju Kota
Penggal I Setelah Dikalibrasi

0,5
Konsumsi BBM

0,4
(ltr/Kend)

0,3
Series1
0,2
0,1
0
0 20 40 60
Kecepatan Kendaraan (Km/Jam)

Dengan ‘Sistem Persamaan Linear Tiga Variabel’ dengan metode matriks maka untuk
penggal I hari rabu arah meninggalkan kota dengan diketahui tiga (3) titik yang melalui persamaan
tersebut yaitu: (15,55;0,49), (31,66;0,33), dan (60;0,24) maka diperoleh persamaan konsumsi BBM
Konsumsi BBM = 0,00015V²-0,01711V+0,71927
Dengan titk puncak (balik) = (56,27;0,237)

Gambar 4.3
Tingkat Konsumsi BBM Hari Rabu Meninggalkan Kota
Penggal I setelah Dikalibrasi
0,6
Konsumsi BBM

0,5
0,4
(ltr/kend)

0,3 Series1
0,2
0,1
0
0 10 20 30 40
Kecepatan Kendaraan (Km/Jam)

Penggal II hari rabu arah menuju kota titik yang dilalui yaitu (30,69;0,27), (43,27;0,21) dan
(65;0,20), didapat persamaan konsumsi BBM-nya yaitu:
Konsumsi BBM = 0,00013V²-0,01406V+0,5831
Dengan titik puncak (balik) = (55,967;0,189)
Gambar 4.4
Tingkat Konsumsi BBM Hari Rabu Menuju Kota
Penggal II Setelah Dikalibrasi
Konsumsi BBM 0,3
(ltr/Kend) 0,25
0,2
0,15
Series1
0,1
0,05
0
0 10 20 30 40 50 60
Kecepatan Kendaraan (Km/Jam)

Penggal II hari rabu arah meninggalkan kota titik yang dilalui yaitu (14,72;0,41),
(42,12;0,21) dan (65;0,20), didapat persamaan konsumsi BBM-nya yaitu:
Konsumsi BBM = 0,00012V²-0,01388V+0,5891
Dengan titik puncak (balik) = (57,13;0,192)

Gambar 4.5
Tingkat Konsumsi BBM Hari Rabu Meninggalkan Kota
Penggal II Setelah Dikalibrasi
0,5
Konsumsi BBM

0,4
(Ltr/Kend)

0,3
0,2 Series1
0,1
0
0 10 20 30 40 50 60
Kecepatan Kendaraan (Km/Jam)

Penggal III hari rabu arah menuju kota titik yang dilalui yaitu (20,88;0,46), (48,33;0,26) dan
(65;0,26), didapat persamaan konsumsi BBM-nya yaitu:
Konsumsi BBM = 0,00017V²-0,01872V+0,7787
Dengan titik puncak (balik) = (56,66;0,248)
Gambar 4.6
Tingkat Konsumsi BBM Hari Rabu Menuju Kota
Penggal III Setelah Dikalibrasi
Konsumsi BBM 0,5
(Ltr/Kend) 0,4
0,3
0,2 Series1
0,1
0
0 20 40 60 80
Kecepatan Kendaraan (Km/Jam)

Penggal III hari rabu arah meninggalkan kota titik yang dilalui yaitu (40,78;0,29),
(53,53;0,25) dan (65;0,26), didapat persamaan konsumsi BBM-nya yaitu:
Konsumsi BBM = 0,00017V²-0,01875V+0,7792
Dengan titik puncak (balik) = (56,63;0,248)

Gambar 4.7
Tingkat Konsumsi BBM Hari Rabu Meninggalkan Kota
Penggal III Setelah Dikalibrasi
0,3
Konsumsi BBM

0,29
(Ltr/Kend)

0,28
Series1
0,27

0,26
0 10 20 30 40 50 60
Kecepatan Kendaraan (Km/Jam)

Penggal I hari minggu arah menuju kota titik yang dilalui yaitu (32,94;0,32), (48,35;0,24)
dan (60;0,24), didapat persamaan konsumsi BBM-nya yaitu:
Konsumsi BBM = 0,00018V²-0,01987V+0,7719
Dengan titik puncak (balik) = (54,17;0,213)
Gambar 4.8
Tingkat Konsumsi BBM Hari Minggu Menuju Kota
Penggal I Setelah Dikalibrasi
Konsumsi BBM 0,4
(ltr/Kend) 0,3
0,2
Series1
0,1
0
0 20 40 60 80
Kecepatan Kendaraan (Km/Jam)

Penggal I hari minggu arah meninggalkan kota titik yang dilalui yaitu (25,51;0,38),
(38,26;0,26) dan (65;0,25), didapat persamaan konsumsi BBM-nya yaitu:
Konsumsi BBM = 0,00023V²-0,02401V+0,8434
Dengan titik puncak (balik) = (52,44;0,213)

Gambar 4.9
Tingkat Konsumsi BBM Hari Minggu Meninggalkan Kota
Penggal I Setelah Dikalibrasi
0,4
Konsumsi BBM

0,3
(ltr/kend)

0,2
Series1
0,1
0
0 10 20 30 40 50
Kecepatan Kendaraan (Km/Jam)

Penggal II hari minggu arah menuju kota titik yang dilalui yaitu (40,40;0,22), (48,00;0,20)
dan (60;0,19), didapat persamaan konsumsi BBM-nya yaitu:
Konsumsi BBM = 0,000092V²-0,01074V+0,5042
Dengan titik puncak (balik) = (58,54;0,189)
Gambar 4.10
Tingkat Konsumsi BBM Hari Minggu Menuju Kota
Penggal II Setelah Dikalibrasi
Konsumsi BBM 0,25
(ltr/Kend) 0,2
0,15
0,1 Series1
0,05
0
0 20 40 60 80
Kecepatan Kendaraan (km/Jam)

Penggal II hari minggu arah meninggalkan kota titik yang dilalui yaitu (24,82;0,31),
(54,24;0,19) dan (60;0,19), didapat persamaan konsumsi BBM-nya yaitu:
Konsumsi BBM = 0,00012V²-0,01325V+0,567
Dengan titik puncak (balik) = (57,12;0,189)

Gambar 4.11
Tingkat Konsumsi BBM Hari Minggu Meninggalkan Kota
Penggal II Setelah Dikalibrasi
0,4
Konsumsi BBM

0,3
(ltr/kend)

0,2
Series1
0,1
0
0 10 20 30 40 50 60
Kecepatan Kendaraan (Km/Jam)

Penggal III hari minggu arah menuju kota titik yang dilalui yaitu (35,38;0,3), (47,67;0,26)
dan (54,94;0,26), didapat persamaan konsumsi BBM-nya yaitu:
Konsumsi BBM = 0,000096V²-0,0112V+0,5771
Dengan titik puncak (balik) = (58,46;0,298)
Gambar 4.12
Tingkat Konsumsi BBM Hari Minggu Menuju Kota
Penggal III Setelah Dikalibrasi
0,35
0,3
Konsumsi BBM

0,25
(ltr/kend)

0,2 Series1
0,15
0,1
0,05
0
0 20 40 60 80
Kecepatan Kendaraan (Km/Jam)

Penggal III hari minggu arah meninggalkan kota titik yang dilalui yaitu (46,40;0,27),
(49,71;0,27) dan (54,94;0,25), didapat persamaan konsumsi BBM-nya yaitu:
Konsumsi BBM = 0,00013V²-0,0155V+0,7097
Dengan titik puncak (balik) = (59,68;0,247)

Gambar 4.13
Tingkat Konsumsi BBM Hari Minggu Meninggalkan Kota
Penggal III Setelah Dikalibrasi
0,275
Konsumsi BBM

0,27
(ltr/kend)

0,265
0,26
0,255 Series1
0,25
0,245
0 20 40 60 80
Kecepatan Kendaraan (Km/Jam)

Persamaan konsumsi BBM yang telah dikalibrasi di atas menjadi acuan untuk perhitungan
konsumsi BBM yang baru, artinya persamaan konsumsi BBM yang baru ini sudah sesuai dengan
kondisi di jalan Brigjen Sudiarto, berikut ini tabel 4.16 dan tabel 4.17 adalah perhitungan konsumsi
BBM dengan menggunakan persamaan konsumsi BBM yang telah dikalibrasi.
Tabel 4.16
Analisis Konsumsi Bahan Bakar Minyak (BBM) Rumus PCI
Jalan Brigjen Sudiarto Pada Hari Rabu Setelah Dikalibrasi

Tingkat Konsumsi BBM (Liter/Kendaraan)


Menuju Kota Meninggalkan Kota
No. Penggal
Jam Analisis Kec (Km/Jam) Konsumsi BBM Jam Analisis Kec (Km/Jam) Konsumsi BBM

1. I 06.00-07.00 42,44541485 0,271500109 06.00-07.00 30,56603774 0,336427494


30,85714286 0,338997347 27,07520891 0,365973216
07.00-08.00 39,19354839 0,286374651 07.00-08.00 25,05154639 0,384775038
33,40206186 0,32072198 30,75949367 0,334897031
08.00-09.00 24,67005076 0,391531457 08.00-09.00 34,71428571 0,306070816
29,63414634 0,348471053 26,34146341 0,372648465
11.00-12.00 30,1863354 0,344138065 11.00-12.00 16,96335079 0,472190359
34,71428571 0,312057959 23,08788599 0,404193843
12.00-13.00 40,5 0,2800175 12.00-13.00 24,3 0,3920705
37,82101167 0,293604922 31,66123779 0,327911318
31,97368421 0,330740104 13.00-14.00 26,48501362 0,371329809
13.00-14.00 48,11881188 0,253144593 29,27710843 0,346911036
40,16528926 0,281597404 25,64643799 0,379120413
15.00-16.00 42,26086957 0,272259338 15.00-16.00 24,2394015 0,392666128
49,34010152 0,250456335 31,55844156 0,32869535
36,67924528 0,30005015 16.00-17.00 27,77142857 0,359788694
16.00-17.00 40,5 0,2800175 15,98684211 0,484072
17.00-18.00 38,7250996 0,288778826 17.00-18.00 18,80077369 0,450609126
40,33195021 0,280806529 15,552 0,489454986
II 06.00-07.00 40,20304569 0,227962212 06.00-07.00 56,57142857 0,187827755
33,99141631 0,255384816 36,49769585 0,242261798
40,40816327 0,22722778 07.00-08.00 27,21649485 0,300123563
07.00-08.00 30,69767442 0,273995836 33,70212766 0,257514477
49,19254658 0,206040658 08.00-09.00 29,66292135 0,28286532
08.00-09.00 50,76923077 0,204361538 36 0,24484
36,66666667 0,242344444 11.00-12.00 25,22292994 0,315249276
11.00-12.00 37,71428571 0,237744898 41,25 0,2206375
44,74576271 0,214258403 12.00-13.00 30,34482759 0,27831082
12.00-13.00 41,46596859 0,223613933 26,66666667 0,3042
37,35849057 0,239275009 13.00-14.00 31,05882353 0,273661592
42,12765957 0,221501268 35,83710407 0,245696759
13.00-14.00 45,78034682 0,211887544 15.00-16.00 42,12765957 0,217236849
37,35849057 0,239275009 35,83710407 0,245696759
15.00-16.00 55 0,20305 16.00-17.00 25,22292994 0,315249276
41,46596859 0,223613933 15,74552684 0,400202681
43,75690608 0,216784588 17.00-18.00 14,72118959 0,410675499
16.00-17.00 43,27868852 0,218097474 15,84 0,399249472
39,40298507 0,23093141
17.00-18.00 42,12765957 0,221501268
III 06.00-07.00 51,68316832 0,26528657 06.00-07.00 49,71428571 0,267293878
32,72727273 0,348128099 53,26530612 0,262878292
40 0,3019 07.00-08.00 51,17647059 0,264956471
07.00-08.00 35,38983051 0,32911719 50,19230769 0,266449749
27,32984293 0,394061794 08.00-09.00 53,26530612 0,262878292
08.00-09.00 20,88 0,461942048 51,42857143 0,264626939
28,68131868 0,381630781 11.00-12.00 51,42857143 0,264626939
11.00-12.00 56,73913043 0,263829395 47,88990826 0,271229583
57,36263736 0,264251697 12.00-13.00 51,94029851 0,264024487
47,239819 0,273742673 53,53846154 0,262716213
12.00-13.00 48,33333333 0,271038889 13.00-14.00 53,53846154 0,262716213
45,39130435 0,279237769 46,19469027 0,275900957
13.00-14.00 38,66666667 0,309028889 15.00-16.00 48,11059908 0,270693324
48,11059908 0,271556642 40,78125 0,297360322
15.00-16.00 36,89045936 0,319464619 16.00-17.00 44,05063291 0,283208537
44,42553191 0,282570783 51,42857143 0,264626939
51,17647059 0,265911765 17.00-18.00 50,19230769 0,266449749
16.00-17.00 44,42553191 0,282570783
39,1011236 0,306639604
17.00-18.00 37,55395683 0,315440873
Sumber : Hasil Analisa, 2009
Tabel 4.17
Analisis Konsumsi Bahan Bakar Minyak (BBM) Rumus PCI
Jalan Brigjen Sudiarto Pada Hari Minggu Setelah Dikalibrasi

Tingkat Konsumsi BBM (Liter/Kendaraan)


Menuju Kota Meninggalkan Kota
No. Penggal
Jam Analisis Kec (Km/Jam) Konsumsi BBM Jam Analisis Kec (Km/Jam) Konsumsi BBM

1. I 06.00-07.00 41,7167382 0,256239936 06.00-07.00 25,51181102 0,380627493


39,67346939 0,266905314 28,75739645 0,343212117
07.00-08.00 57,5147929 0,224512317 07.00-08.00 31,76470588 0,312868616
48,35820896 0,231955335 29,45454545 0,335807521
40,33195021 0,263304067 08.00-09.00 29,45454545 0,335807521
08.00-09.00 47,41463415 0,234437775 33,06122449 0,30107025
45,63380282 0,239996251 29,36555891 0,336740222
11.00-12.00 39,67346939 0,266905314 11.00-12.00 28,33819242 0,347772224
32,94915254 0,312616737 31,35483871 0,316759282
12.00-13.00 46,28571429 0,23782898 12.00-13.00 26,34146341 0,370602183
36 0,28986 27,22689076 0,360252176
41,7167382 0,256239936 28,50439883 0,345954557
13.00-14.00 40,5 0,26241 13.00-14.00 29,54407295 0,334872825
45 0,24225 26,34146341 0,370602183
15.00-16.00 38,11764706 0,276034256 15.00-16.00 30 0,33017
48,6 0,2313708 31,86885246 0,311892317
39,19354839 0,269628356 38,26771654 0,261478296
16.00-17.00 54,91525424 0,223557225 16.00-17.00 41,53846154 0,242983609
57,17647059 0,224250311 30,375 0,326373594
17.00-18.00 48,35820896 0,231955335 17.00-18.00 32,94915254 0,302059578
47,64705882 0,23379654 32,18543046 0,308955259
44,58715596 0,243795817 28,67256637 0,344128376
2. II 06.00-07.00 53,15436242 0,193287682 06.00-07.00 49,5 0,205155
51,42857143 0,195217755 51,76470588 0,20266782
07.00-08.00 41,25 0,21774875 07.00-08.00 51,76470588 0,20266782
46,86390533 0,202964414 34,43478261 0,253029641
44,49438202 0,20849734 08.00-09.00 52,8 0,2019408
08.00-09.00 41,68421053 0,216398332 51,42857143 0,202959184
52,45033113 0,194008869 42,81081081 0,219688619
50,12658228 0,197036537 11.00-12.00 24,82758621 0,312003567
11.00-12.00 45,78034682 0,205366369 28,08510638 0,289525124
37,53554502 0,230718623 12.00-13.00 43,04347826 0,219002836
53,15436242 0,193287682 31,18110236 0,270521731
12.00-13.00 45,78034682 0,205366369 54,24657534 0,201355789
40,40816327 0,220465735 13.00-14.00 35,2 0,2492848
13.00-14.00 54,62068966 0,192078409 40,20304569 0,228263831
53,51351351 0,192954909 15.00-16.00 49,5 0,205155
48 0,200678 30,69767442 0,27333748
15.00-16.00 51,42857143 0,195217755 16.00-17.00 32,32653061 0,264074019
54,62068966 0,192078409 34,73684211 0,251534626
51,09677419 0,195651636 30,9375 0,271933594
16.00-17.00 42,58064516 0,213720114 17.00-18.00 32,45901639 0,263348562
57,81021898 0,190814219 33,84615385 0,256005917
40,61538462 0,21978484 33,55932203 0,257486354
17.00-18.00 47,14285714 0,20238102
53,51351351 0,192954909
3. III 06.00-07.00 51,94029851 0,254436939 06.00-07.00 57,67955801 0,248207934
53,26530612 0,252979084 49,71428571 0,260464898
07.00-08.00 42,09677419 0,275821415 07.00-08.00 46,4 0,2704248
39,69581749 0,283859605 50,92682927 0,257534598
52,72727273 0,253530413 08.00-09.00 57,04918033 0,248576872
08.00-09.00 40 0,28278 52,2 0,2548692
38,38235294 0,288725329 54,09326425 0,251684965
60 0,25078 11.00-12.00 52,2 0,2548692
11.00-12.00 47,02702703 0,262785259 51,42857143 0,256433878
35,38983051 0,301048148 12.00-13.00 50,43478261 0,258677618
44,23728814 0,269588388 49,95215311 0,259859915
12.00-13.00 49,71428571 0,25764498 52,2 0,2548692
47,67123288 0,26142665 13.00-14.00 49,71428571 0,260464898
13.00-14.00 43,86554622 0,270607752 53,53846154 0,252521538
41,26482213 0,278481404 15.00-16.00 51,17647059 0,256978754
51,17647059 0,255430519 49,01408451 0,262331153
15.00-16.00 53,53846154 0,25272045 16.00-17.00 48,33333333 0,264267778
39,2481203 0,285480888 54,94736842 0,250553518
37,96363636 0,290346091 50,92682927 0,257534598
16.00-17.00 54,94736842 0,25161395 17.00-18.00 51,42857143 0,256433878
36,5034965 0,296261344 50,92682927 0,257534598
54,375 0,2520175
17.00-18.00 38,95522388 0,286562401
47,45454545 0,261874744
Sumber : Hasil Analisa, 2009

Untuk analisa perhitungan konsumsi BBM pada tabel di atas menunjukkan tingkat konsumsi
BBM sangat dipengaruhi oleh kecepatan kendaraan. Dengan kecepatan rendah tingkat konsumsi BBM
menjadi tinggi dibandingkan dengan kecepatan yang lebih tinggi. Akan tetapi kecepatan kendaraan
akan mencapai titik puncak (balik) dimana kecepatan kendaraan naik maka tingkat konsumsi BBM-
nya ikut naik karena kecepatan kendaraan mencapai sudah mencapai titik puncak (balik).
Dari hasil perhitungan konsumsi BBM dengan menggunakan persamaan konsumsi BBM
yang telah dikalibrasi didapat tingkat konsumsi BBM rata-rata berbanding terbalik dengan kecepatan
kendaraan, artinya konsumsi BBM-nya turun dengan naiknya kecepatan kendaraan, kecuali pada
penggal III hari rabu arah menuju kota pada jam 11.00-12.00 Wib tingkat konsumsi BBM-nya
berbanding lurus dengan kecepatannya, yaitu pada titik : (56,73;0,263) dan (57,362;0,264), karena
pada jam analisis tersebut tingkat kecepatan sudah melebihi titik puncak (balik) (56,665;0,248). Hal
ini juga terjadi pada hari minggu penggal I arah menuju kota, tingkat konsumsi BBM-nya sudah
berbanding lurus dengan tingkat kecepatan kendaraan, yaitu pada jam 07.00-08.00 Wib, yaitu pada
titik : (57,915;0,2245) dan pada jam 16.00-17.00 Wib pada titik : (54,915;0,223), (57,176;0,2242),
dimana penggal I hari minggu arah menuju kota mempunyai titik puncak (balik) (54,175;0,213),
sehingga kecepatan kendaraan yang sudah melebihi titik puncak (balik) pada masing-masing
penggalnya dapat dikatakan tingkat konsumsi BBM-nya boros karena sudah melebihi batas konsumsi
BBM dan batas kecepatan kendaraan.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Pada kesimpulan akan dijelaskan mengenai temuan studi dari hasil analisis yang dilakukan,
dan kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan penelitian yang dilakukan mengenai pengaruh
kecepatan terhadap konsumsi BBM. Adapun temuan studi dari hasil analisis yaitu:
1. Kinerja jalan Brigjen Sudiarto pada hari kerja pagi hari dan sore hari termasuk
buruk dengan nilai V/C berkisar 0,80-0,90. Pergerakan lalu lintas yang ada di sepanjang jalan
Brigjen Sudiarto didominasi oleh pergerakan komuter (pergerakan pinggiran-pusat kota) dan
pergerakan lokal dari pemukiman serta aktivitas perdagangan dan jasa yang berada di sekitar
jalan tersebut.
2. Kepadatan lalu-lintas yang terjadi di sepanjang jalan Brigjen Sudiarto menyebabkan menurunnya
kecepatan kendaraan, dari kecepatan bebas menjadi kecepatan terbatas. Dengan menurunnya
kecepatan akan menambah waktu perjalanan pengguna jalan dan berakibat meningkatnya
konsumsi BBM.
3. Kepadatan lalu-lintas yang terjadi di sepanjang jalan Brigjen Sudiarto disebabkan oleh kondisi
lalu lintas yang bercampur (mixed use), banyaknya kendaraan tak bermotor, perilaku pengguna
jalan yang tidak taat peraturan lalu lintas, banyaknya jalan lingkungan yang memotong jalan
Brigjen Sudiarto, geometri jalan yang berbeda dan adanya keberadaan pasar Gayamsari.
4. Tingkat konsumsi BBM sangat dipengaruhi oleh kecepatan kendaraan. Masing –masing penggal
jalan Brigjen sudiarto memiliki batasan (titik puncak/balik) yang berbeda-beda tergantung pada
karakteristik masing-masing penggal, dimana batasan (titik puncak/balik) didapat dari rumus PCI
yang telah dikalibrasi sesuai dengan karakteristik pada masing-masing penggalnya.
5. Titik puncak/balik pada masing-masing penggal menunjukkan batasan yang akan
memperlihatkan tingkat konsumsi BBM. Jika kecepatan kendaraan dibawah titik puncak maka
tingkat konsumsi BBM berbanding terbalik dengan dengan kecepatan kendaraan, artinya
konsumsi BBM naik apabila kecepatan kendaraan turun dan sebaliknya. Dan apabila kecepatan
kendaraan sudah diatas titik puncak/balik maka tingkat konsumsi BBM berbanding lurus dengan
kecepatan kendaraan, artinya tingkat konsumsi BBM naik apabila kecepatan kendaraan naik dan
sebaliknya.
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa perkembangan kota ke
pinggiran membawa dampak yang sangat merugikan terutama dalam pemborosan BBM.
Perkembangan kota ke wilayah pinggiran yang tidak diikuti dengan peningkatan prasarana
transportasi dan tingkat pelayanan angkutan umum yang baik dalam melayani pergerakan
komuter akan menyebabkan semakin tingginya pengguna kendaraan pribadi. Penggunaan
kendaraan pribadi yang terus meningkat akan menimbulkan kepadatan lalu lintas terutama pada
jalur utama yang menghubungkan pinggiran kota, yang akhirnya akan berdampak pada
kemacetan. Kemacetan yang terjadi tidak hanya menambah waktu perjalanan, tetapi juga
berdampak pada meningkatnya konsumsi BBM.

5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan yang dihasilkan dan temuan di lapangan, ada beberapa saran yang
dapat diberikan untuk menanggulangi permasalahan tundaan di sekitar jalan Brigjen Sudiarto
sehingga pemborosan konsumsi BBM dapat diminimalkan, yaitu:
1. Pengendalian dan pengawasan pengembangan kota ke daerah pinggiran harus diikuti dengan
peningkatan pelayanan angkutan umum yang baik dan sarana transportasi yang memadai
sehingga penggunaan kendaran pribadi tidak terus meningkat seiring dengan pertumbuhan
penduduk yang menyebabkan permasalahan transportasi (kemacetan) pada jalur utama pinggiran-
pusat kota dan pada akhirnya berdampak pada meningkatnya konsumsi BBM.
2. Membuat peraturan daerah bagi para pengembang kota agar mereka tidak hanya mengembangkan
suatu guna lahan pada lokasi tertentu tetapi perlu dikembangkan juga aspek-aspek terkait
misalnya peningkatan sarana dan prasarana transportasi dan pelayanan angkutan umum yang baik
sehingga tidak menimbulkan permasalahan baru.
3. Mengurangi ketergantungan daerah pinggiran ke pusat kota Semarang dengan peningkatan
berbagai fasilitas, sehingga pergerakan penduduk dari pinggiran kota dapat dikurangi
4. Memperbaiki geometri jalan Brigjen Sudiarto, misalnya: pelebaran jalan, dengan pelebaran jalan
ini nantinya kapasitas jalan Brigjen Sudiarto akan bertambah, sehingga volume kendaran yang
melintas akan tertampung.
5. Pengalihan rute kendaraan berat (golongan IIA dan IIB) yang melalui jalan Brigjen Sudiarto ke
jalan Arteri pedurungan pada pagi hari dan sore hari pada hari kerja, sehingga akan mengurangi
volume kendaearan yang melintas.
DAFTAR PUSTAKA

BUKU
Edward, Jhon, 1992, Transportation Planning Handbooks, Prentice Hall.

F.D. Hobbs, 1995, Perencanaan dan Teknik Lalin, Edisi Kedua, Yogyakarta :
Gajahmada University Press.

Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI), 1997, Direktorat Bina Jalan Kota,
Direktorat Jendral Bina Marga Departemen PU, Sweroad, Jakarta.

Miro, Fidel, 1997, Sistem Transportasi Kota, Bandung : Tarsito.

Morlok, Edward Klient, 1978, Pengantar Teknik dan Perencanaan Transportasi,


Terjemahan Yani Sianipar, Jakarta : Erlangga.

Pignataro, L.J, 1973, Traffic Engineering Theory and Practise, New Jersey, Prentice
Hall Inc.

Poerwodarminto, 1988, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : Departemen


Pendidikan dan Kebudayaan, Balai Pustaka.

Salim, Abbas MA, 1993, Manajemen Transportasi, Jakarta : Raja Grafindo.

Tamin, Ofyar Z, 2000, Perencanaan dan Pemodelan Transportasi, Bandung :


Penerbit ITB.

Tata Cara Standart Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota, 1997, Ditjen Bina
Marga, DPU.

Warpani, Suwarjoko, 1990, Merencanakan Sistem Pengangkutan, Bandung :


Penerbit ITB.

BUKU DATA

Semarang Dalam Angka Tahun 2003. Badan Pusat Statistik Kota Semarang.

Rencana Induk Transportasi Kota Semarang Tahun 2002. Pemerintah Kota


Semarang dan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah.
PERATURAN / UNDANG-UNDANG

UU No. 14 tahun 1992 Tentang Jalan, Departemen Pekerjaan Umum.

PP No. 26 tahun 1985 Tentang Jalan, Departemen Pekerjaan Umum.

Anda mungkin juga menyukai