Yudha Wijayanto PDF
Yudha Wijayanto PDF
TESIS
Disusun oleh :
Nama : Yudha Wijayanto
NIM : L4A005150
Kota Semarang sebagai kota yang sedang berkembang tidak lepas dari
masalah transportasi, masalah kemacetan dan masalah ketidaknyamanan berlalu-
lintas sebagaimana kota-kota besar lainnya. Hal ini merupakan akibat dari
perkembangan ekonomi masyarakat yang menyebabkan peningkatan mobilitas
penduduk untuk memenuhi kebutuhannya. Berdasarkan hasil penelitian Rencana
Induk Transportasi Kota Semarang 2002 diketahui bahwa jalan-jalan utama di Kota
Semarang memiliki nilai V/C antara 0,80 – 0,90. Ini menunjukkan bahwa tingkat
pelayanan jalan-jalan tersebut sangat rendah (overload).
Peningkatan volume lalin di Jalan Brigjen Sudiarto tidak terlepas karena
pertumbuhan jumlah penduduk disekitar jalan tersebut. Hal ini menyebabkan
terjadinya kemacetan di sepanjang koridor Jalan Brigjen Sudiarto yang pada
akhirnya menimbulkan menurunnya kecepatan kendaraan yang sangat besar yang
berpengaruh pada tingkat konsumsi BBM yang meningkat. Dalam studi ini pengaruh
kecepatan kendaraan terhadap tingkat konsumsi BBM memperlihatkan hubungan
yang sangat signifikan.
Perhitungan tingkat konsumsi BBM didapat dari rumus Pacific Consultant
International (PCI) yang telah dikalibrasi dengan analisa Sistem Persamaan Linear
Tiga Variabel dengan metode Matriks sesuai dengan masing-masing penggal jalan.
Dari rumus PCI didapat persamaan kuadrat baru yang mempunyai titik puncak/balik
pada masing-masing penggal. Titik puncak/balik pada masing-masing penggal
menunjukkan batasan yang akan memperlihatkan tingkat konsumsi BBM. Jika
kecepatan kendaraan dibawah titik puncak maka tingkat konsumsi BBM berbanding
terbalik dengan dengan kecepatan kendaraan, artinya konsumsi BBM naik apabila
kecepatan kendaraan turun dan sebaliknya. Dan apabila kecepatan kendaraan sudah
diatas titik puncak/balik maka tingkat konsumsi BBM berbanding lurus dengan
kecepatan kendaraan, artinya tingkat konsumsi BBM naik apabila kecepatan
kendaraan naik dan sebaliknya.
Dari hasil perhitungan konsumsi BBM dengan menggunakan persamaan
konsumsi BBM yang telah dikalibrasi didapat tingkat konsumsi BBM rata-rata
berbanding terbalik dengan kecepatan kendaraan, artinya konsumsi BBM-nya turun
dengan naiknya kecepatan kendaraan, kecuali pada penggal III hari rabu arah menuju
kota pada jam 11.00-12.00 Wib tingkat konsumsi BBM-nya berbanding lurus dengan
kecepatannya, yaitu pada titik : (56,73;0,263) dan (57,362;0,264), karena pada jam
analisis tersebut tingkat kecepatan sudah melebihi titik puncak/balik (56,665;0,248).
Hal ini juga terjadi pada hari minggu penggal I arah menuju kota, tingkat konsumsi
BBM-nya sudah berbanding lurus dengan tingkat kecepatan kendaraan, yaitu pada
jam 07.00-08.00 Wib, yaitu pada titik : (57,915;0,2245) dan pada jam 16.00-17.00
Wib pada titik : (54,915;0,223), (57,176;0,2242), dimana penggal I hari minggu arah
menuju kota mempunyai titik puncak/balik (54,175;0,213), sehingga kecepatan
kendaraan yang sudah melebihi titik puncak (balik) pada masing-masing penggalnya
dapat dikatakan tingkat konsumsi BBM-nya boros karena sudah melebihi batas
konsumsi BBM dan batas kecepatan kendaraan.
ABSTRAK
Sistem kelembagaan
Kebutuhan Prasarana
transportas transportas
Rekayasa dan
manajemen lalin
2.4.1. Volume
Volume adalah jumlah kendaraan yang melalui suatu titik pada suatu jalur
gerak per satuan waktu. Biasanya digunakan satuan kendaraan per waktu (Morlok,
1978 : 189).
Adapun jumlah gerakan yang dihitung meliputi macam moda lalin seperti
pejalan kaki, mobil, bus, mobil barang, dan lain-lain. Studi tentang volume pada
dasarnya bertujuan untuk menetapkan (F.D. Hobbs, 1995 : 56) :
1. Nilai kepentingan relatif suatu rute
2. Fluktuasi dalam arus
3. Distribusi lalin pada sebuah sistem jalan
4. Kecenderungan pemakai jalan
5. Survei skala dan pengecekan perhitungan lalin tersintesiskan
6. Perencanaan fasilitas transportasi
2.4.2. Gerak
Kecepatan digunakan untuk menerangkan gerakan dari banyak kendaraan
pada suatu jalur gerak (Morlok, 1978 : 193). Kecepatan kendaraan sangat ditentukan
oleh jarak tempuh kendaraan pada satuan waktu atau beberapa kali penelitian,
sedangkan untuk kecepatan rata-rata dihitung terhadap distribusi waktu kecepatan
atau kecepatan distribusi ruang. Menurut Poerwodarminto (1988:163),
mendefinisikan bahwa kecepatan adalah waktu yang digunakan untuk menempuh
jarak tertentu atau laju perjalanan yang biasanya dinyatakan dalam kilometer/jam
(km/jam). Kecepatan arus bebas dalam Manual Kapasitas Jalan Indonesia (1997 : V-
81), didefinisikan sebagai kecepatan rata-rata (km/jam) teoritis arus lalin pada
kecepatan = 0, yaitu dimana kecepatan (km/jam) kendaraan yang tidak dipengaruhi
oleh kendaraan lain (kecepatan dimana pengendara merasakan perjalanan yang
nyaman dalam kondisi geometrik, lingkungan dan pengaturan lalin yang ada pada
segmen jalan dimana tidak ada kendaraan lain yang mempengaruhi perjalanan.
Tabel II.2
Klasifikasi Jalan Menurut Tingkat Pelayanan Jalan
Tingkat
V/C Klasifikasi
pelayanan
Arus bebas volume rendah dan kecepatan tinggi,
A < 0,60 pengemudi dapat memilih kecepatan yang
dikehendaki.
Arus stabil kecepatan sedikit terbatas oleh lalin,
B 0,60 < V/C > 0,70 pengemudi masih dapat kebebasan dalam memilih
kecepatannya.
C 0,70 < V/C > 0,80 Arus stabil, kecepatan dikontrol lalin.
D 0,80 < V/C > 0,90 Arus sudah tidak stabil, kecepatan rendah.
Arus tidak stabil, kecepatan rendah dan berbeda-
E 0,90 < V/C > 1,00
beda, volume mendekati kepasitas.
Arus yang terhambat, kecepatan rendah, volume di
F > 1,00
atas kapasitas, sering terjadi kemacetan pada
waktu lama sehingga kecepatan dapat turun
menjadi nol.
Sumber : Morlok, 1978 : 223
2.7. Kemacetan
Menurut Hobbs (1995 : 107), kemacetan adalah waktu yang terbuang pada
perjalanan karena berkurangnya kecepatan dalam batas normal yang dinyatakan
dalam satuan menit. Kemacetan tersebut biasanya ditimbulkan oleh perlambatan
(berkurangnya kecepatan) karena terjadi peningkatn volume lalu-lintas. Kemacetan
yang terjadi ini banyak disebabkan oleh jumlah kendaraan yang terlalu ramai, lebar
jalan sempit yang tidak mampu menampung arus kendaraan, parkir mobil-mobil di
pinggir jalan yang menggunakan badan jalan memperbesar hambatan lalin.
Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi kemacetan dalam berlalu
lintas perkotaan, kemacetan terbagi menjadi dua (dua) jenis yaitu : (Hobbs, 1995 :
107)
1. Kemacetan karena kepadatan lalin tinggi
Penundaan ini ditimbulkan oleh keterlambatan/macetnya kendaraan pada
simpang jalan yang terlalu ramai kendaraan, lebar jalan yang kurang, parkir
mobil di jalan-jalan sempit, dan sebagainya.
2. Kemacetan karena pertemuan jalan
Tundaan yang disebabkan oleh adanya pertemuan jalan/lokasi
persimpangan. Semakin banyak pertemuan jalan akan semakin banyak pula
kendaraan yang mengakses jalan utama. Sehingga resikonya akan menimbulkan
kemacetan.
Menurut Pignataro (1973 : 107) tundaan adalah waktu yang terbuang akibat
adanya gangguan lalin yang berada diluar kemampuan pengemudi untuk
mengontrolnya.
2.8. Dampak Kemacetan
Permasalahan kemacetan lalin akan menimbulkan kerugian yang besar bagi
pengguna jalan baik waktu yang terbuang maupun kerugian BBM. Kemacetan lalin
(congestion) lalin akan berdampak juga pada aspek sosial ekonomi masyarakat,
khususnya pengguna jalan raya yang melakukan pergerakan ke suatu tempat.
Dampak terebut terjadi pada saat pertambahan lalin melebihi kapasitas jalan yang
selanjutnya akan menurunkan kecepatan kendaraan. Penurunan kecepatan tersebut
menunjukkan terjadinya penurunan tingkat pelayanan jalan (level of service),
sehingga waktu tempuh perjalanan untuk jarak tertentu semakin lama dan
pemborosan bahan bakar.
Penambahan waktu perjalanan akan menambah biaya perjalanan karena
adanya peningkatan konsumsi bahan bakar. Konsumsi BBM berbanding lurus
dengan jarak dan waktu tempuh kendaraan dalam beroperasi. Semakin jauh jarak dan
lama waktu tempuh maka pemakaian BBM juga mengalami peningkatan. Dengan
terjadinya kemacetan dan perlambatan kecepatan akan mempengaruhi pemakaian
BBM, sehingga dengan banyaknya waktu perjalanan yang hilang dalam satu
perjalanan akan mengakibatkan peningkatan konsumsi BBM yang dibutuhkan
kendaraan.
Studi Pustaka
Identifikasi permasalahan :
- Survei pendahuluan
- Pengumpulan data
TIDAK
Analisis data
YA
Pembahasan
Hasil
Dimana :
Co = Kapasitas dasar
FCw = Faktor penyesuaian lebar jalur jalan
FCsp = Faktor penyesuaian median
FCsf = Faktor penyesuaian hambatan samping
FCcs = Faktor penyesuaian ukuran kota
Untuk kapasitas dasar jalan dan nilai untuk setiap faktor-faktor penyesuaian
jalan disesuaikan dengan kondisi jalan yang bersangkutan.
b. Analisis tingkat pelayanan jalan
Analisis tingkat pelayanan ini dimaksudkan untuk mengetahui kinerja
Jalan Majapahit. Analisis ini menggunakan analisis kualitatif tentang
kebebasan dan kenyamanan pengguna jalan dan analisis kuantitatif tentang
kapasitas jalan, kecepatan rata-rata, volume lalin dan rasio antara volume
lalin (V) dan kapasitas jalan (C) untuk mengetahui tingkat pelayanan Jalan
Majapahit. Adapun tingkat pelayanan jalan (VCR) dapat dilakukan
perhitungan dengan persamaan sebagai berikut (MKJI, 1997) :
VCR = V/C
Dimana :
VCR = volume kapasitas ratio (nilai tingkat pelayanan)
V = volume lalin (SMP/jam)
C = kapasitas ruas jalan (SMP/jam)
V = L/TT
Dimana :
V = Kecepatan (km/jam)
L = Panjang jalan (km)
TT = Waktu tempuh (jam)
Kecepatan arus bebas
Kecepatan arus bebas ditentukan dengan menggunakan rumus sebagai
berikut : (MKJI, 1997 : V-18)
Dimana :
FV = Kecepatan arus bebas kendaraan ringan (km/jam)
FVo = Kecepatan arus bebas dasar kendaraan ringan (km/jam)
FVw = Faktor penyesuaian lebar jalur lalin efektif (km/jam)
FFVsf = Faktor penyesuaian kondisi hambatan samping
FFVcs = Faktor penyesuaian ukuran kota
Untuk kecepatan arus bebas dasar jalan dan nilai untuk setiap faktor-faktor
penyesuaian jalan disesuaikan dengan kondisi jalan yang bersangkutan.
4.1 Karakteristik Jalan dan Pola Pergerakan di Jalan Brigjen Sudiarto Kota Semarang
Jalan Brigjen Sudiarto Semarang termasuk dalam jalan arteri primer Kota Semarang dengan
panjang ruas jalan 7,8 kilometer dengan lebar jalan bervariasi 14 - 18 meter. Jalan tersebut terdiri dari
4 lajur dan terbagi 2 arah pergerakan serta dibatasi oleh median jalan, dengan lebar jalan yang berbeda
pada penggal-penggalnya. Untuk memudahkan memberikan gambaran kondisi jalan Brigjen Sudiarto,
maka akan dibedakan menjadi 3 (tiga) penggal jalan sesuai dengan kondisi dan lebar penggal jalan
masing-masing.
Jalan Brigjen Sudiarto merupakan salah satu jalan utama di Kota Semarang memiliki pola
bentuk spinal atau tulang daun. Jalan arteri primer seperti jalan Brigjen Sudiarto berfungsi sebagai
jalan utama dan sebagai cabang-cabangnya adalah jalan-jalan lingkungan yang memotong Jalan
Brigjen Sudiarto dari daerah pemukiman penduduk yang berada di sisi kanan-kiri koridor Jalan
Brigjen Sudiarto. Dari hasil survei didapat disepanjang koridor Jalan Brigjen Sudiarto ada 43 titik
perpotongan antara Jalan Brigjen Sudiarto dengan jalan-jalan lingkungan, seperti persimpangan jalan
Kelinci, Gajah, Gayamsari, Supriyadi dan masih banyak lagi. Dengan banyaknya persimpangan (titik
perpotongan) mengakibatkan sering terjadi kendaraan yang akan berbelok, yang dampaknya
menimbulkan antrian kendaraan dan menurunnya kecepatan kendaraan.
Jalan Brigjen Sudiarto merupakan koridor utama dan pusat pelayanan lalu lintas Kota
Semarang untuk arah Timur-Tenggara. Jalan Brigjen Sudiarto ini merupakan jalan utama penghubung
dalam mengalirkan arus lalu lintas dari pusat kota ke daerah pinggiran yang berada di sebelah Timur
Kota Semarang (Kecamatan Pedurungan dan Kecamatan Gayamsari) dan sebagai pintu keluar Kota
Semarang ke beberapa daerah lainnya seperti Mranggen, Purwodadi, Blora.
Panjang
Kondisi Geometri Jalan Majapahit
2,7 km
2,2 km
2,9 km
Trotoar
2,5 m
2.5 m
2.5 m
Median
Ada
-
-
Lebar Bahu
Jalan
1,5 m
2m
-
50 % - 50 %
50 % - 50 %
50 % - 50 %
Pemisahan
Arah
Lebar Jalur Jalan
3,75 m /lajur
3,0 m /lajur
3,5 m /lajur
Tipe Jalan
4/2 UD
4/2 UD
6/2 D
Penggal Jalan
Penggal III
Penggal II
Penggal I
No
1.
2.
3.
Tabel 4.2
Guna Lahan Sisi Jalan Brigjen Sudiarto
Aktivitas jalan Brigjen Sudiarto banyak didominasi dengan pusat perdagangan dan jasa,
tetapi hal ini tidak didukung dengan fasilitas parkir yang cukup, terutama disepanjang penggal dari
Pertigaan Banjirkanal Timur - Pertigaan Supriyadi yang kondisi jalannya tidak terdapat bahu jalan dan
pusat-pusat aktivitas disepanjang jalan ini sebagian besar tidak menyediakan lahan parkir bagi
pengunjung pusat aktivitas tersebut. Hal ini menyebabkan banyak kendaraan yang parkir di badan
jalan, yang akan mengganggu arus lalu lintas, dan mengakibatkan tingginya angka hambatan samping,
sehingga akan mengurangi kapasitas jalan tersebut. Sedangkan untuk penggal setelah Pertigaan Jalan
Supriyadi hingga Penggaron cenderung tidak mempengaruhi kapasitas karena memiliki bahu jalan
sekitar 1 - 2 meter yang sering digunakan untuk parkir kendaraan satu lapis di depan pusat aktivitas
yang ingin dituju dengan tidak mengurangi kapasitas jalan yang ada sehingga tidak mengganggu
kelancaran arus lalu lintas yang ada. Tabel di bawah ini menunjukkan kelas hambatan samping pada
masing-masing penggal.
Tabel 4.3
Kelas Hambatan Samping
Tabel 4.4
Jumlah Penduduk Kota Semarang
Tabel 4.6
Jumlah/Volume Maksimum Kendaraan Ruas Jalan Majapahit Pada Hari Minggu
Jumlah Kendaraan (smp/jam)
Menuju Kota (smp/jam) Meninggalkan Kota (smp/jam)
No Penggal
Pagi Siang Sore Pagi Siang Sore
06.00-09.00WIB 11.00-14.00WIB 15.00-18.00WIB 06.00-09.00WIB 11.00-14.00WIB 15.00-18.00WIB
1. Penggal I
Banjirkanal
Timur - 1787,55 1824,65 1729,75 916,85 849,95 917,5
Jl.
Supriyadi
2. Penggal II
Jl.
Supriyadi - 1096,5 865,2 1474,85 974,05 1403,2 1280,1
Pertigaan
Pedurungan
3. Penggal III
Pertigaan
1016,15 706,45 880,4 1120,75 1274,25 1387,05
Pedurungan
- Penggaron
Sumber : Data Primer, 2009
4.5 Analisis Kinerja Jalan Brigjen Sudiarto
4.5.1 Analisis Kapasitas Jalan Brigjen Sudiarto
Analisis ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar kapasitas jalan Brigjen Sudiarto.
Dengan mengetahui kapasitas jalan kita dapat memperkirakan jumlah arus kendaraan kendaraan
maksimum yang dapat ditampung pada ruas jalan tertentu. Kapasitas jalan adalah arus maksimum
yang dapat dipertahankan per satuan jam yang melewati suatu titik di jalan dalam kondisi yang ada
atau dengan kata lain kapasitas jalan adalah jumlah lalu lintas kendaraan maksimum yang dapat
ditampung pada ruas jalan selama kondisi tertentu (desain geometri, lingkungan dan komposisi lalu
lintas) yang dinyatakan dalam satuan massa penumpang (smp/jam). Besar kecilnya suatu kapasitas
jalan banyak dipengaruhi beberapa faktor antara lain :
a. Kondisi geometri, meliputi faktor penyesuaian dimensi geometri jalan terhadap geometri standar
jalan kota, seperti : tipe jalan, bahu jalan, median dan alinyemen jalan.
b. Kondisi lalu lintas, meliputi karakteristik kendaraan yang lewat, yaitu : arah kendaraan, gangguan
samping, termasuk banyaknya kendaraan umum yang berhenti, pejalan kaki dan akses keluar
masuk di sepanjang jalan.
c. Kondisi lingkungan, yaitu ukuran kota yang dinyatakan dalam jumlah penduduk kotanya.
Dari pengamatan bahwa kondisi geometri Jalan Brigjen Sudiarto berbeda-beda, sehingga
dalam perhitungan kapasitas jalan dibagi menjadi 3 (tiga) penggal jalan berdasarkan lebar jalan dan
karakteristik jalan. Perhitungan kapasitas jalan dilakukan untuk setiap arah arus lalu lintas di Jalan
Brigjen Sudiarto, yaitu arah menuju pusat kota (Penggaron - Banjir Kanal Timur) dan menuju arah
pinggiran Kota Semarang (Banjir Kanal Timur - Penggaron) yang dibedakan pada 3 (tiga) penggal
tersebut. Berdasarkan faktor-faktor di atas ditentukan kapasitas Jalan Brigjen Sudiarto. Perhitungan
kapasitas ruas jalan yang dilakukan dengan menggunakan Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI,
1997, V-18) dengan menggunakan rumus tersebut sebagai berikut :
Dimana :
Co = Kapasitas dasar
FCw = Faktor penyesuaian lebar jalur jalan
FCsp = Faktor penyesuaian median
FCsf = Faktor penyesuaian hambatan samping
FCcs = Faktor penyesuaian ukuran kota
Untuk lebih memudahkan pemahaman mengenai perhitungan kapasitas dihitung per arah
arus lalu lintas menuju pusat kota dan menuju pinggiran yang dapat dilihat contoh perhitungan berikut
:
Penggal I (Banjir Kanal Timur - Supriyadi) berdasarkan pembagian jalan yang ada pada penggal ini
kondisi jalan 6/2D, dengan lebar jalan 19 m, perhitungan untuk per arah dari penggal I jalan Brigjen
Sudiarto ini adalah :
C = Co x FCw x FCsp x FCsf x FCcs
= 4950 x 0,92 x 0,81 x 1,00 x 1,00
= 3688,74 smp/jam
Untuk hasil perhitungan kapasitas penggal lain dapat dilihat pada Tabel 4-7
Tabel 4.7
Kapasitas Per Arah Arus Lalu Lintas Jalan Majapahit Semarang
Banjirkanal Timur -
Supriyadi (6/2D) 4950 0.92 0.81 1.00 1.00 3688,74
Jl.Supriyadi -
Pertigaan 3000 1.05 0.98 1.00 1.00 3087
Pedurungan (4/2UD)
Pertigaan
Pedurungan - 3000 1.00 1.00 1.00 1.00 3000
Penggaron (4/2UD)
3332,2 3688,74 0,90 1932,5 3688,74 0,52 2232,8 3688,74 0,60 1120,55 3688,74 0,30 1332,05 3688,74 0,36 2476,4 3688,74 0,67
2779,5 3087 0,90 1441,1 3087 0,46 1145, 7 3087 0,37 1364,5 3087 0,44 1418,2 3087 0,45 2486,4 3087 0,80
2710,95 3000 0,90 1013,35 3000 0,33 1257,8 3000 0,41 1291,6 3000 0,43 13853,75 3000 0,46 2482,45 3000 0,82
Sumber : Hasil Analisis, 2009
Tabel 4.9
Tingkat Pelayanan Jalan Brigjen Sudiarto
Pada Jam Non Puncak Hari Rabu
3087
3000
C
794,45
1509
1047
V
Penggal III
Penggal II
Penggal I
Penggal
No
1.
2.
3.
Dari hasil analisa tingkat pelayanan jalan, tingkat pelayanan jalan pada penggal I, penggal II,
penggal III pada Rabu pagi menuju kota sudah termasuk pada tingkat pelayanan kategori E, artinya
arus sudah tidak stabil, kecepatan rendah dan berbeda-beda, volume mendekati kapasitas (Morlok,
1978 : 223). Hal ini disebabkan pada Rabu pagi hari banyak orang melakukan aktifitas, baik berangkat
kerja maupun berangkat ke sekolah, sehingga meningkat pola kebutuhan akan transportasi. Kondisi ini
juga terjadi pada Rabu sore. Dari hasil analisa tingkat pelayanan jalan, pada Rabu sore hari
meninggalkan kota, tingkat pelayanan jalan termasuk pada kategori D. Artinya, arus sudah tidak
stabil, kecepatan rendah. Hal ini terjadi karena banyak orang yang melakukan aktifitas pulang dari
kerja.
Sedangkan para hari Rabu siang, hasil analisa tingkat pelayanan jalan baik menuju kota
ataupun meninggalkan kota masuk dalam kategori A dan B, artinya arus stabil, kecepatan sedikit
terbatas oleh lalu lintas, pengemudi masih dapat kebebasan dalam memilih kecepatan. Hal ini terjadi
karena volume lalu lintas tidak sepadat pada pagi hari atau sore hari, sehingga arus lalu-lintas masih
stabil.
Pada hari Minggu, baik pada pagi, siang, sore, arah menuju kota atau meninggalkan kota
rata-rata tingkat pelayanan jalan masih dalam kategori B. Hal ini terjadi karena volume lalu-lintas
tidak sepadat pada hari kerja (Senin-Jum’at), karena pada hari Minggu banyak orang yang libur dari
aktifitas, baik kerja atau sekolah.
Hubungan antara tingkat pelayanan dan tundaan (kemacetan) kendaraan sangat erat (linear).
Semakin rendah tingkat pelayanan suatu jalan menunjukkan bahwa tundaan yang terjadi juga besar.
Tundaan merupakan permasalahan transportasi yang sekarang selalu dihadapi kota-kota besar di
Indonesia. Tundaan pada umumnya terjadi pada kawasan yang mempunyai intensitas kegiatan yang
tinggi seperti kawasan perdagangan dan jasa. Semakin besar tundaan akan menimbulkan kerugian
yang sangat besar bagi pemakai jalan, terutama dalam hal pemborosan waktu (tundaan), pemborosan
bahan bakar (BBM), pemborosan tenaga dan rendahnya tingkat kenyamanan berlalu-lintas serta
meningkatnya polusi baik suara/tingkat kebisingan maupun polusi udara.
4.6 Permasalahan Transportasi yang Terjadi di Jalan Brigjen Sudiarto
Jumlah penduduk yang terus meningkat pada suatu kawasan perkotaan akan menyebabkan
timbulnya berbagai permasalahan, khususnya masalah transportasi (Tamin, 2000 : 491). Kota
Semarang yang terus berkembang dengan jumlah penduduk dan aktivitas yang terus meningkat tiap
waktunya, juga dihadapkan pada masalah transportasi yang sangat kompleks.
Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk dan makin beragamnya aktivitas penduduk,
kebutuhan akan sarana transportasi menjadi permasalahan yang harus benar-benar diperhatikan dalam
pengembangan kawasan perkotaan. Peningkatan jumlah penduduk yang tidak diikuti dengan
manajemen transportasi yang baik, masalah yang umum terjadi adalah masalah kemacetan. Jalan
Brigjen Sudiarto sebagai salah satu jalan utama di Kota Semarang direncanakan mampu menampung
semua pergerakan lalu lintas baik pergerakan lokal (lingkungan) maupun pergerakan regional. Tetapi
dengan terus meningkatnya perkembangan daerah pinggiran Kota Semarang yang berkembang
menjadi pusat permukiman dan peningkatan jumlah penduduk di Kecamatan Pedurungan dan
Gayamsari menyebabkan pergerakan di daerah ini sangat tinggi. Menurut Tamin (2000 : 15) bahwa
pergerakan penduduk perkotaan lebih dari 90% berbasis rumah tangga, arrinya mereka memulai
perjalanan dari tempat tinggal (rumah) dan mengakhiri perjalanannya kembali ke rumah. Pergerakan
penduduk yang cukup tinggi ini akan banyak mempengaruhi permasalahan transportasi perkotaan
secara umum (Tolley, 1995 : 183). Pergerakan yang terjadi disepanjang Jalan Brigjen Sudiarto juga
menimbulkan permasalahan transportasi antara lain :
1. Rendahnya mobilitas/pergerakan lalu lintas
Dengan melihat kondisi Jalan Brigjen Sudiarto dengan pola pergerakan yang sangat tinggi
dan kapasitas jalan yang tidak mampu menampung seluruh pergerakan maka kemacetan di Jalan
Brigjen Sudiarto tidak dapat dihindari. Kemacetan yang terjadi pada jam-jam puncak
mengakibatkan mobilitas penduduk sedikit terganggu (terhambat), tundaan kendaraan akan
menyebabkan pemborosan bagi pengguna jalan. Pemborosan ini tentunya sangatlah merugikan
bagi pengguna, tidak hanya menambah waktu perjalanan retapi juga mempengaruhi penggunaan
konsumsi bahan bakar minyak yang akan mengalami peningkatan.
2. Masalah perparkiran
Masalah perparkiran bagi pusat-pusat aktivitas akan membawa permasalahan tersendiri.
Tidak tersedianya lahan parkir yang cukup, akan menyebabkan para pengemudi terpaksa parkir di
tepi jalan. Kondisi koridor Jalan Brigjen Sudiarto yang menjadi kawasan perdagangan dan jasa
mengalami hal yang sama, terbatasnya lahan parkir menyebabkan pengemudi memakai badan
jalan untuk tempat parkir. Hal ini tentunya mempengaruhi pelayanan jalan, dengan penggunaan
parkir di sisi jalan akan mengurangi kapasitas jalan sehingga tidak mampu menampung arus
pergerakan kendaraan dan permasalahan kemacetan tidak dapat dihindari.
3. Masalah pedestrian dan keamanan pengguna jalan
Semakin padatnya suatu jalan dan semakin banyaknya aktivitas di sisi jalan akan mengurangi
tingkat keamanan bagi pengguna jalan. Kondisi Jalan Brigjen Sudiarto yang mempunyai banyak
sekali persimpangan menyebabkan rawan terjadi kecelakaan. Persimpangan Jalan Brigjen Sudiarto
sebagai jalan arteri yang berpotongan langsung dengan jalan lingkungan sangat berbahaya. Arus
kendaraan yang akan masuk ke Jalan Brigjen Sudiarto harus benar-benar berhati-hati jika tidak
mau terjadi kecelakaan. Dengan banyaknya persimpangan ini diperlukan pengelolaan lalu lintas
yang mampu mengatur persimpangan antara jalan lokal dengan Jalan Brigjen Sudiarto. Tidak
hanya bagi para pengendara kendaraan, bagi pejalan kaki di sepanjang Jalan Majapahit juga
mengalami ketidaknyamanan dan kurangnya keamanan saat berjalan. Ini bisa dibuktikan dengan
banyaknya penyalahgunaan trotoar menjadi tempat berjualan para pedagang, sehingga pejalan kaki
harus mengalah di badan jalan walaupun dengan resiko dapat terjadi kecelakaan dengan kendaraan
bermotor.
4. Masalah lingkungan
Dengan adanya berbagai aktivitas di sepanjang Jalan Brigjen Sudiarto tentunya juga akan
berdampak terhadap lingkungan sekitar. Intensitas pergerakan kendaraan yang cukup tinggi dan
tidak adanya sistem tata hijau yang berfungsi sebagai barier di Jalan Brigjen Sudiarto
menyebabkan terjadi polusi udara dan suara (kebisingan) yang sangat mengganggu pengguna
jalan.
4.7 Analisa Kecepatan Kendaraan Melewati Jalan Brigjen Sudiarto Berdasarkan Survei
Dari hasil survei sepanjang Jalan Brigjen Sudiarto, tundaan lalu-lintas yang terjadi di Jalan
Brigjen Sudiarto terdapat pada titik-titik tertentu yang menjadi titik kemacetan terutama pada jam
puncak. Lokasi yang sering terjadi tundaan lalu lintas (titik-titik tundaan) adalah di persimpangan
Plamongan - Pertigaan Terminal Penggaron, Pertigaan Pedurungan - Pertigaan Arteri Soekarno Hatta,
Pertigaan Supriyadi - depan Pasar Gayamsari dan Pertigaan Kelinci - Pertigaan Barito Banjir Kanal
Timur.
Kemacetan kendaraan yang terjadi disepanjang Jalan Brigjen Sudiarto tentunya sangat
merugikan bagi pengguna jalan. Pengguna jalan yang melalui Jalan Brigjen Sudiarto harus
mengurangi kecepatan dari batas normal atau bahkan berhenti sesekali (tersendat-sendat) untuk
menunggu kemacetan kendaraan yang terjadi. Hal ini tentu akan menambah waktu normal perjalanan
untuk sampai ke tempat aktivitas. Selain itu dengan adanya kemacetan, pengguna jalan mengalami
kerugian penggunaan konsumsi bahan bakar minyak (BBM). Dengan semakin lama waktu perjalanan
akan meningkatkan konsumsi bahan bakar minyak (BBM) yang akan dikeluarkan untuk menempuh
suatu perjalanan. Peningkatan konsumsi bahan bakar minyak (BBM) kendaraan yang disebabkan oleh
bertambahmya waktu perjalanan merupakan suatu pemborosan yang sangat merugikan. Dari hasil
survei yang dilakukan pada permasalahan kemacetan di Jalan Brigjen Sudiarto, indikator yang paling
kelihatan adalah adanya penurunan kecepatan.
Kecepatan kendaraan yang melewati suatu ruas jalan tergantung pada panjang lintasan dan
lama perjalanan. Semakin besar kemacetan yang ditemui maka dengan sendirinya waktu perjalanan
akan semakin panjang, yang mengakibatkan semakin rendahnya kecepatan pada ruas jalan tersebut.
Kecepatan didefinisikan sebagai perubahan jarak dibagi satuan waktu. Kelambatan (tundaan) adalah
waktu yang hilang akibat berkurangnya kecepatan dari batas normal dikarenakan hambatan yang
mengganggu arus lalu lintas.
Berikut ini analisa kecepatan kendaraan melewati Jalan Brigjen Sudiarto dengan analisa
Kecepatan Perjalanan (Journey Speed), dengan metode Kendaraan Contoh (Floating Car Method),
seperti pada tabel 4.12 dan tabel 4.13 di bawah ini :
Tabel 4.12
Analisa Kecepatan Perjalanan
Jalan Brigjen Sudiarto Pada Hari Rabu
Kecepatan Perjalanan (Km/Jam)
Menuju Kota Meninggalkan Kota
No. Penggal
Pagi Siang Sore Pagi Siang Sore
Max Min Max Min Max Min Max Min Max Min Max Min
1. Penggal I 42,45 24,67 48,12 30,19 49,34 36,68 34,71 25,05 31,66 16,96 31,56 15,55
2. Penggal II 50,77 30,7 45,78 37,36 55 39,4 56,57 27,22 41,25 25,22 42,13 14,72
3. Penggal III 51,68 20,88 57,36 38,67 51,18 36,89 53,27 38,96 53,54 46,19 51,43 40,78
Tabel 4.13
Analisa Kecepatan Perjalanan
Jalan Brigjen Sudiarto Pada Hari Minggu
1. Penggal I 57,51 39,67 46,29 32,95 57,18 38,12 33,06 25,51 31,35 26,34 41,54 28,67
2. Penggal II 53,15 41,25 54,62 37,54 57,81 40,62 52,8 34,43 54,25 24,83 49,5 30,7
3. Penggal III 60 38,38 51,18 35,39 54,95 36,5 57,68 46,4 53,54 49,71 54,95 48,33
Dari hasil analisa kecepatan di atas, terdapat dua perbedaan kecepatan yaitu, kecepatan
maksimal dan kecepatan minimal. Pada hari kerja (hari Rabu) perbedaan kecepatan sangat signifikan
terutama pada jam-jam sibuk (pagi dan sore) dimana pada jam-jam sibuk, volume kendaraan yang
melalui Jalan Brigjen Sudiarto mencapai volume puncak, akibatnya kapasitas Jalan Brigjen Sudiarto
mengalami penurunan yang berakibat adanya tundaan (kemacetan), sehingga kecepatan kendaraan
mencapai kecepatan minimal. Akan tetapi pada hari libur (Minggu) kecepatan kendaraan yang melalui
Jalan Brigjen Sudiarto relatif stabil, karena pada hari libur, volume kendaraan yang melalui Jalan
Brigjen Sudiarto relatif sama pada pagi, siang dan sore, sehingga kecil kemungkinan terjadinya
tundaan (kemacetan).
4.8 Analisis Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Tundaan Lalu Lintas di Jalan Brigjen
Sudiarto
Menurut Hobbs (1995 : 115), tundaan dianggap sebagai waktu yang terbuang (hilang) pada
perjalanan karena pergeseran-pergeseran lalu lintas dan kelengkapan kontrol lalu lintas yang biasanya
dinyatakan dalam satuan menit.
Tundaan yang terjadi disepanjang koridor Jalan Brigjen Sudiarto Semarang terjadi pada jam-
jam puncak saat pagi dan sore hari dimana pergerakan dari dan ke pusat kota meningkat. Dari analisis
yang telah diuraikan pada bab sebelumnya diketahui bahwa volume kendaraan yang melalui jalan ini
sangat besar dan banyaknya hambatan di Jalan Majapahit sehingga mengakibatkan tundaan waktu
tempuh kendaraan yang melewati jalan tersebut. Kecepatan menurun drastis dari kecepatan maximum
turun kecepatan minimum pada jam-jam puncak. Dari pengamatan visual di Jalan Majapahit, dapat
diketahui bahwa tundaan yang terjadi di koridor ini disebabkan oleh beberapa faktor penyebab yaitu
sebagai berikut :
a. Kondisi lalu-lintas yang bercampur (mixed use)
Kondisi Jalan Brigjen Sudiarto yang merupakan jalan arteri Primer yang mempunyai
intensitas pergerakan yang sangat tinggi, karena jalan ini merupakan jalan penghubung antara
daerah pinggiran dan pusat kota. Kondisi jalan dengan lebar hanya 14-19 meter dan banyak dilalui
oleh berbagai moda kendaraan (mixed traffic) antara lain kendaraan tak bermotor, sepeda motor,
kendaraan ringan, dan kendaraan berat. Volume arus lalu lintas yang melalui Jalan Brigjen
Sudiarto memiliki karakteristik jam puncak pada pagi dan sore hari, dimana pergerakan daerah
pinggiran Kota Semarang (Pedurungan, Gayamsari dan Mranggen) dimana arus ini sebagian besar
dari pergerakan penduduk permukiman yang bekerja di pusat Kota Semarang. Pergerakan lalu
lintas di Jalan Brigjen Sudiarto ini lebih banyak didominasi oleh kendaraan pribadi. Bercampurnya
arus menerus dan regional akan semakin menambah padatnya jalan Brigjen Sudiarto ini, serta
bercampurnya berbagai moda seperti sedan, jeep, bis, minibis, truk kecil, truk besar, pick, dengan
kendaraan tak bermotor. Bercampurnya semua moda pada satu jalur akan menambah besar volume
kendaraan yang melalui jalan ini. Dengan jumlah volume yang terus mengalami peningkatan
sedangkan kapasitas jalan yang tetap akan berpengaruh terhadap tingkat pelayanan jalan. Hasil
survey volume lalu lintas didapat bahwa pergerakan pada pagi hari mencapai 3332.2 smp/jam dan
pada sore hari 2486.4smp/jam. Hasil perbandingan antara volume dengan kapasitas mencapai nilai
berkisar 0,80-0,90. Tingkat pelayanan Jalan Brigjen Sudiarto menunjukkan bahwa arus sudah
mulai tidak stabil dan kecepatan kendaraan rendah.
b. Banyaknya kendaraan tak bermotor (sepeda)
Kendaraan tak bermotor ini banyak terlihat pada pagi dan sore hari. Pergerakan
kendaraan tak bermotor khususnya sepeda merupakan pergerakan penduduk pinggiran yang
sebagian besar bekerja sebagai buruh pabrik dan bangunan, khususnya penduduk Mranggen yang
bekerja di Kota Semarang yang melewati Jalan Brigjen Sudiarto yang menuju arah pusat kota pada
pagi hari untuk bekerja dan sore hari ketika pulang beraktivitas dari tempat kerja. Karakteristik
para penglaju dengan menggunakan kendaraan sepeda biasa melaju kendaraan dengan lambat,
bergerombol, pengendaranya mempunyai disiplin yang rendah dan mau menang sendiri. Hal ini
menyebabkan gangguan lalu lintas bagi kendaraan bermotor yang melintasi jalan tersebut. Jalan
Brigjen Sudiarto termasuk dalam jaringan jalan arteri primer, berdasarkan PP No 26 tahun 1985
dengan kecepatan yang direncanakan lebih dari 50 Km/jam yang diperuntukkan bagi pergerakan
regional dan menerus, tetapi dengan adanya moda yang memiliki kecepatan yang lebih lambat di
satu jalur akan terjadi tundaan bagi kendaraan yang berada di belakang yang harus memperlambat
kecepatan dan menunggu kendaraan lambat yang berada di depannya.
c. Perilaku pengguna jalan
Perilaku pengguna jalan merupakan faktor dominan terjadi berbagai permasalahan lalu
lintas dimana-mana. Disiplin pengguna lalu lintas di Jalan Brigjen Sudiarto, banyak
peraturan/rambu-rambu lalu lintas yang dilanggar. Perilaku pengguna jalan Brigjen Sudiarto
menjadi faktor yang akan banyak menimbulkan tundaan yang terjadi selain penyebab lainnya.
Perilaku pengguna.jalan tersebut antara lain :
1. Berpindah jalur (kendaraan yang berbelok sembarangan)
Perilaku kendaraan yang berbelok sembarangan seringkali mengganggu lalu lintas dan
menimbulkan tundaan. Hal ini paling banyak dilakukan oleh angkutan umum, pada waktu
menurunkan atau menaikkan penumpang serta mobil pribadi yang mendahului kendaraan di
depannya dengan tiba-tiba. Tidak adanya pembatas jalur yang jelas membuat pengendara
kendaraan dapat dengan bebas berpindah jalur. Selain tidak ada pembatas jalur disepanjang
Jalan Brigjen Sudiarto hanya beberapa bagian tertentu yang terdapat median selanjutnya tidak
ada. Pembatas median hanya terdapat di Banjir Kanal Timur hingga Supriyadi yang terdapat
median, selebihnya tidak ada. Hal ini membuat para sopir sering melakukan “turn U” dengan
seenaknya untuk berbalik arah dan mengganggu kelancaran lalu lintas dari arus yang
berlawanan.
2. Mengendarai kendaraan dengan bergerak zig zag
Perilaku kendaraan yang bergerak zig zag di Jalan Brigjen Sudiarto juga
menyebabkan tundaan kendaraan. Dengan bergerak zig zag tidak hanya menyebabkan
kesemrawutan lalu lintas tetapi juga sangat membahayakan pengendara. Dari pengamatan
disepanjang Jalan Brigjen Sudiarto diketahui bahwa moda angkutan yang paling sering
melakukan perilaku ini adalah angkutan umum dan sepeda motor.
3. Banyaknya kendaraan yang berhenti (terutama angkutan umum)
Koridor Jalan Brigjen Sudiarto merupakan jalur dengan rute angkutan umum yang
sangat padat. Dari hasil survey lapangan terdapat beberapa trayek angkutan umum yang
melalui Jalan Brigjen Sudiarto, antara lain Trayek Ngaliyan - Pedurungan, Trayek Mangkang -
Pedurungan, Trayek Terboyo - Penggaron, Trayek Pudangpayung - Penggaron, Trayek
Karangayu - Penggaron, Trayek Johar - Tlogosari. Dengan banyak trayek angkutan umum
yang melalui Jalan Brigjen Sudiarto, kondisi yang terjadi para sopir angkutan umum saling
berebut penumpang sehingga mendorong para sopir untuk melanggar peraturan lalu lintas,
dengan berhenti di seberang tempat untuk mendapatkan penumpang. Lokasi yang dominan
sering menjadi lokasi pemberhentian angkutan adalah pada sisi jalur yang memiliki guna lahan
yang tinggi aktivitasnya, terutama di depan Pusat perbelanjaan ADA Majapahit, Pasar
Gayamsari, dan Pertigaan Perumahan Plamongan Indah dan pertokoan-pertokoan dan di depan
gang-gang lokasi perumahan. Para sopir angkutan ini ngetem untuk menunggu penumpang
bahkan terkadang menggunakan badan jalan sehingga mengganggu kelancaran arus lalu lintas
yang melewati jalan tersebut.
Kendaraan berhenti merupakan masalah yang menyangkut disiplin pengemudi dan
penumpang. Walaupun telah ada larangan berhenti banyak pelanggaran yang dilakukan karena
kurangnya pengawasan terhadap pemakai jalan dan kesadaran pengemudi yang rendah.
4. Disiplin pejalan kaki rendah
Jalan Brigjen Sudiarto merupakan kawasan dengan aktivitas perdagangan dan jasa
yang cukup tinggi, hal ini mendorong tarikan yang sangat besar bagi kawasan ini. Padatnya
aktivitas disepanjang jalan banyak terlihat para pejalan kaki yang berjalan di badan jalan
karena trotoar yang telah disiapkan untuk para pejalan dipakai untuk para PKL berdagang. Hal
ini membuat kelancaran arus kendaraan terganggu karena jalur jalan tidak dapat efektif untuk
digunakan karena pengemudi akan cenderung untuk menghindarkan kendaraannya dari
gangguan yang ada, akibatnya kecepatan kendaraan terpaksa dikurangi atau bahkan berhenti
sesekali, tentu saja hal ini akan memperpanjang waktu tempuh kendaraan untuk sampai ke
tempat yang dituju. Kesadaran pejalan kaki dalam berlalu lintas juga masih rendah, banyak
pejalan kaki yang menyeberang sembarangan sehingga mengganggu kelancaran arus
kendaraan yang akibatnya tundaan kendaraan tidak dapat dihindari. Kesadaran pejalan kaki
yang rendah juga didukung dengan terbatasnya sarana penyeberangan yang ada di sepanjang
Jalan Brigjen Sudiarto tercatat hanya ada 2 (dua) jembatan penyeberangan, yang terletak di
depan pasar Gayamsari dan di depan ADA Swalayan.
d. Banyaknya akses ke jalan Brigjen Sudiarto
Jalan-jalan kecil (gang) yang berakses langsung ke Jalan Brigjen Sudiarto sangat banyak
yaitu terdapat sekitar 43 jalan lingkungan/gang. Gang-gang kecil ini menghubungkan Jalan
Brigjen Sudiarto dengan kawasan-kawasan permukiman yang berada di sepanjang Jalan Brigjen
Sudiarto. Pola jaringan jalan yang ada disepanjang Koridor Jalan Brigjen Sudiarto menunjukkan
bahwa pembangunan jalan-jalan yang menghubungkan daerah permukiman dan koridor Jalan
brigjen Sudiarto dengan langsung memotong setiap jalan lingkungan ke Jalan Brigjen Sudiarto.
Selain itu, klasifikasi fungsi jalan yang tidak jelas sehingga jalan-jalan lingkungan langsung dapat
memotong Jalan Brigjen Sudiarto yang sudah jelas berfungsi sebagai jalan arteri primer. Kondisi-
kondisi seperti ini mengakibatkan terlalu banyaknya persimpangan-persimpangan dengan jalan
primer dan jalan lingkungan di daerah ini.
Persimpangan-persimpangan ini akan menimbulkan permasalahan yang cukup
menganggu lalu lintas di Jalan Brigjen Sudiarto terutama pada jam-jam sibuk (pagi dan sore)
volume lalu lintas yang sangat padat dan kemacetan (tundaan) lalu lintas tidak dapat dihindari.
Salah satu penyebabnya adalah banyak kendaraan keluar/masuk kendaraan dari/ke jalan
lingkungan.
e. Parkir pada badan jalan
Aktivitas jalan Brigjen Sudiarto banyak didominasi dengan daerah pusat perdagangan dan
jasa, tetapi hal ini tidak didukung dengan fasilitas parkir yang cukup terutama terjadi disepanjang
penggal dan pertigaan Banjir Kanal Timur - Pertigaan Supriyadi yang kondisi jalannya tidak
terdapat bahu jalan dan pusat-pusat aktivitas di sepanjang jalan ini sebagian besar tidak
menyediakan lahan untuk parkir bagi pengunjung pusat aktivitas tersebut. Hal ini menyebabkan
banyak kendaraan yang parkir di badan jalan, yang akan mengganggu arus lalu lintas dan
mengurangi kapasitas jalan sehingga menimbulkan tundaan kendaraan. Sedangkan untuk penggal
setelah pertigaan jalan Supriyadi hingga Penggaron cenderung tidak begitu mempengaruhi
kapasitas karena memiliki bahu jalan sekitar 3-4 meter yang sering digunakan untuk parkir
kendaraan satu lapis di depan pusat akrivitas yang ingin dituju dengan tidak mengurangi kapasitas
jalan yang ada sehingga tidak mengganggu kelancaran arus lalu lintas yang ada.
f. Geometri jalan
Kondisi geometri jalan Brigjen Sudiarto yang menyempit dari 18 meter menjadi 14 meter
(ke arah Penggaron) menyebabkan tundaan terjadi karena kapasitas jalan yang berbeda tiap
penggalnya tidak mampu menampung arus kendaraan yang tinggi dari pergerakan regional dan
menerus.
g. Keberadaan pasar
Koridor Jalan Brigjen Sudiarto yang berkembang menjadi pusat perdagangan dan jasa.
Salah satu pusat perdagangan yang berada di Jalan Majapahit adalah Pasar Gayamsari. Keberadaan
Pasar Gayamsari di tepi Jalan Brigjen Sudiarto mengakibatkan hambatan samping (side friction)
lebih besar, karena pasar tersebut merupakan salah satu pusat pertemuan penduduk dengan tujuan
berbelanja, karena itu pasti pergerakan orang dan barang dari dan ke pasar sangat tinggi. Pasar
Gayamsari yang berada tepat di depan pintu masuk Jalan Tol berakibat semakin tingginya
pergerakan yang terjadi di depanpasar, selain banyak becak yang parkir di depan pasar
mengganggu arus lalu lintas yang menuju maupun yang meninggalkan Pasar Gayamsari.
4.9 Analisis Pengaruh Kecepatan Kendaraan Terhadap Penggunaan Bahan Bakar Minyak
Dengan Rumus Pacific Consultant International (PCI)
Dalam analisis ini kecepatan merupakan indikator terpenting dalam perhitungan. Hubungan
antara kecepatan dan penggunaan bahan bakar adalah semakin lambat kecepatan kendaraan semakin
lama waktu perjalanan yang terjadi dan semakin besar penggunaan bahan bakar dan sebaliknya
semakin cepat kendaraan semakin cepat waktu perjalanan dan semakin kecil penggunaan bahan bakar.
Perhitungan dalam analisis ini menggunakan sebuah model berdasarkan ketentuan Pasific Consultant
International (PCI) dalam perhitungan biaya operasi kendaraan (Tamin, 2000 : 97), dengan
persamaan sebagai berikut :
Persamaan konsumsi BBM:
Golongan I : Y= 0,05693 S² - 6,42593 S + 269,18576
Golongan II : Y= 0,21692 S² - 24,1549 S + 954,78824
Golongan III : Y= 0,21557 S² - 24,1769 S + 947,80882
Dalam analisa ini persamaan yang dipakai yaitu persamaan untuk golongan I, karena data
yang kami teliti yaitu kendaraan golongan I. Sehingga perhitungan konsumsi BBM dengan
menggunakan rumus Biaya Operasional Kendaraan di Jalan Arteri adalah sebagai berikut:
S = Kecepatan Perjalanan (Km/Jam)
Y = Konsumsi BBM (liter/1000 Km/kendaraan)
Dengan S = 42,445 Km/Jam, Maka nilai Y adalah :
Y= 0,05693 S² - 6,42593 S + 269,18576
Y= (0,05693 x 42,445²)-(6,42593 x 42,445)+269,18576
Y= 99,000 liter/1000 Km/kendaraan
2.7
Y= 99,000 x ( Km/1000)
1000
Y= 0,2673 liter/kendaraan
Selanjutnya analisa perhitungan konsumsi bahan bakar dengan rumus Biaya Operasional
Kendaraan di Jalan Arteri seperti pada tabel 4.14 dan table 4.15 di bawah ini :
Hasil analisa diatas merupakan hasil dari persamaan PCI , sehingga bila dibuat grafik akan
membentuk suatu fungsi persamaan kuadrat seperti pada grafik di bawah ini :
Gambar 4.1
Hubungan Tingkat Konsumsi BBM dan Kecepatan Kendaraan
5
4,5
Konsumsi BBM (Ltr/Kend)
4
3,5
3
2,5
2
1,5
1
0,5
0
0 20 40 60 80 100 120 140 160
Kecepatan Kendaraan (Km/Jam)
Dengan rumus titik puncak pada persamaan kuadrat fungsi konsumsi BBM yaitu :
b b − 4 ac
y=ax²+bx+c, dengan rumus titik puncak : (- ; ), maka didapat titik puncak pada
2a − 4a
persamaan konsumsi BBM : Y= 0,05693 S² - 6,42593 S + 269,18576, yaitu: ( 56,4371;0,6852).
Artinya pada titik tersebut persamaan konsumsi BBM yang semula berbanding terbalik dengan
kecepatan menjadi persamaan konsumsi BBM yang berbanding lurus dengan kecepatan. Artinya jika
semula kecepatannya rendah maka tingkat konsumsi BBM-nya tinggi akan tetapi jika sudah mencapai
pada titik balik yaitu pada kecepatan 56,4371 Km/jam dan konsumsi 0,6852 ltr/kend, maka fungsi
konsumsi BBM-nya naik seiring dengan naiknya kecepatan kendaraan. Akan tetapi persamaan
konsumsi BBM diatas tidak dapat langsung dipakai pada kondisi jalan Brigjen Sudiarto, karena
persamaan di atas belum tentu sesuai dengan kondisi lalu-lintas di jalan Brigjen Sudiarto, sehingga
persamaan di atas perlu untuk di kalibrasi sesuai dengan kondisi lalu-lintas di jalan Brigjen Sudiarto.
Determinan = -12.277,42
a 0,00015
b = -0,01682
c 0,71519
Sehingga persamaan konsumsi BBM setelah dikalibrasi adalah :
Konsumsi BBM = 0,00015V²-0,01682V+0,71519
Dengan titik puncak (balik) = (57,02;0,235)
Gambar 4.2
Tingkat Konsumsi BBM Hari Rabu Menuju Kota
Penggal I Setelah Dikalibrasi
0,5
Konsumsi BBM
0,4
(ltr/Kend)
0,3
Series1
0,2
0,1
0
0 20 40 60
Kecepatan Kendaraan (Km/Jam)
Dengan ‘Sistem Persamaan Linear Tiga Variabel’ dengan metode matriks maka untuk
penggal I hari rabu arah meninggalkan kota dengan diketahui tiga (3) titik yang melalui persamaan
tersebut yaitu: (15,55;0,49), (31,66;0,33), dan (60;0,24) maka diperoleh persamaan konsumsi BBM
Konsumsi BBM = 0,00015V²-0,01711V+0,71927
Dengan titk puncak (balik) = (56,27;0,237)
Gambar 4.3
Tingkat Konsumsi BBM Hari Rabu Meninggalkan Kota
Penggal I setelah Dikalibrasi
0,6
Konsumsi BBM
0,5
0,4
(ltr/kend)
0,3 Series1
0,2
0,1
0
0 10 20 30 40
Kecepatan Kendaraan (Km/Jam)
Penggal II hari rabu arah menuju kota titik yang dilalui yaitu (30,69;0,27), (43,27;0,21) dan
(65;0,20), didapat persamaan konsumsi BBM-nya yaitu:
Konsumsi BBM = 0,00013V²-0,01406V+0,5831
Dengan titik puncak (balik) = (55,967;0,189)
Gambar 4.4
Tingkat Konsumsi BBM Hari Rabu Menuju Kota
Penggal II Setelah Dikalibrasi
Konsumsi BBM 0,3
(ltr/Kend) 0,25
0,2
0,15
Series1
0,1
0,05
0
0 10 20 30 40 50 60
Kecepatan Kendaraan (Km/Jam)
Penggal II hari rabu arah meninggalkan kota titik yang dilalui yaitu (14,72;0,41),
(42,12;0,21) dan (65;0,20), didapat persamaan konsumsi BBM-nya yaitu:
Konsumsi BBM = 0,00012V²-0,01388V+0,5891
Dengan titik puncak (balik) = (57,13;0,192)
Gambar 4.5
Tingkat Konsumsi BBM Hari Rabu Meninggalkan Kota
Penggal II Setelah Dikalibrasi
0,5
Konsumsi BBM
0,4
(Ltr/Kend)
0,3
0,2 Series1
0,1
0
0 10 20 30 40 50 60
Kecepatan Kendaraan (Km/Jam)
Penggal III hari rabu arah menuju kota titik yang dilalui yaitu (20,88;0,46), (48,33;0,26) dan
(65;0,26), didapat persamaan konsumsi BBM-nya yaitu:
Konsumsi BBM = 0,00017V²-0,01872V+0,7787
Dengan titik puncak (balik) = (56,66;0,248)
Gambar 4.6
Tingkat Konsumsi BBM Hari Rabu Menuju Kota
Penggal III Setelah Dikalibrasi
Konsumsi BBM 0,5
(Ltr/Kend) 0,4
0,3
0,2 Series1
0,1
0
0 20 40 60 80
Kecepatan Kendaraan (Km/Jam)
Penggal III hari rabu arah meninggalkan kota titik yang dilalui yaitu (40,78;0,29),
(53,53;0,25) dan (65;0,26), didapat persamaan konsumsi BBM-nya yaitu:
Konsumsi BBM = 0,00017V²-0,01875V+0,7792
Dengan titik puncak (balik) = (56,63;0,248)
Gambar 4.7
Tingkat Konsumsi BBM Hari Rabu Meninggalkan Kota
Penggal III Setelah Dikalibrasi
0,3
Konsumsi BBM
0,29
(Ltr/Kend)
0,28
Series1
0,27
0,26
0 10 20 30 40 50 60
Kecepatan Kendaraan (Km/Jam)
Penggal I hari minggu arah menuju kota titik yang dilalui yaitu (32,94;0,32), (48,35;0,24)
dan (60;0,24), didapat persamaan konsumsi BBM-nya yaitu:
Konsumsi BBM = 0,00018V²-0,01987V+0,7719
Dengan titik puncak (balik) = (54,17;0,213)
Gambar 4.8
Tingkat Konsumsi BBM Hari Minggu Menuju Kota
Penggal I Setelah Dikalibrasi
Konsumsi BBM 0,4
(ltr/Kend) 0,3
0,2
Series1
0,1
0
0 20 40 60 80
Kecepatan Kendaraan (Km/Jam)
Penggal I hari minggu arah meninggalkan kota titik yang dilalui yaitu (25,51;0,38),
(38,26;0,26) dan (65;0,25), didapat persamaan konsumsi BBM-nya yaitu:
Konsumsi BBM = 0,00023V²-0,02401V+0,8434
Dengan titik puncak (balik) = (52,44;0,213)
Gambar 4.9
Tingkat Konsumsi BBM Hari Minggu Meninggalkan Kota
Penggal I Setelah Dikalibrasi
0,4
Konsumsi BBM
0,3
(ltr/kend)
0,2
Series1
0,1
0
0 10 20 30 40 50
Kecepatan Kendaraan (Km/Jam)
Penggal II hari minggu arah menuju kota titik yang dilalui yaitu (40,40;0,22), (48,00;0,20)
dan (60;0,19), didapat persamaan konsumsi BBM-nya yaitu:
Konsumsi BBM = 0,000092V²-0,01074V+0,5042
Dengan titik puncak (balik) = (58,54;0,189)
Gambar 4.10
Tingkat Konsumsi BBM Hari Minggu Menuju Kota
Penggal II Setelah Dikalibrasi
Konsumsi BBM 0,25
(ltr/Kend) 0,2
0,15
0,1 Series1
0,05
0
0 20 40 60 80
Kecepatan Kendaraan (km/Jam)
Penggal II hari minggu arah meninggalkan kota titik yang dilalui yaitu (24,82;0,31),
(54,24;0,19) dan (60;0,19), didapat persamaan konsumsi BBM-nya yaitu:
Konsumsi BBM = 0,00012V²-0,01325V+0,567
Dengan titik puncak (balik) = (57,12;0,189)
Gambar 4.11
Tingkat Konsumsi BBM Hari Minggu Meninggalkan Kota
Penggal II Setelah Dikalibrasi
0,4
Konsumsi BBM
0,3
(ltr/kend)
0,2
Series1
0,1
0
0 10 20 30 40 50 60
Kecepatan Kendaraan (Km/Jam)
Penggal III hari minggu arah menuju kota titik yang dilalui yaitu (35,38;0,3), (47,67;0,26)
dan (54,94;0,26), didapat persamaan konsumsi BBM-nya yaitu:
Konsumsi BBM = 0,000096V²-0,0112V+0,5771
Dengan titik puncak (balik) = (58,46;0,298)
Gambar 4.12
Tingkat Konsumsi BBM Hari Minggu Menuju Kota
Penggal III Setelah Dikalibrasi
0,35
0,3
Konsumsi BBM
0,25
(ltr/kend)
0,2 Series1
0,15
0,1
0,05
0
0 20 40 60 80
Kecepatan Kendaraan (Km/Jam)
Penggal III hari minggu arah meninggalkan kota titik yang dilalui yaitu (46,40;0,27),
(49,71;0,27) dan (54,94;0,25), didapat persamaan konsumsi BBM-nya yaitu:
Konsumsi BBM = 0,00013V²-0,0155V+0,7097
Dengan titik puncak (balik) = (59,68;0,247)
Gambar 4.13
Tingkat Konsumsi BBM Hari Minggu Meninggalkan Kota
Penggal III Setelah Dikalibrasi
0,275
Konsumsi BBM
0,27
(ltr/kend)
0,265
0,26
0,255 Series1
0,25
0,245
0 20 40 60 80
Kecepatan Kendaraan (Km/Jam)
Persamaan konsumsi BBM yang telah dikalibrasi di atas menjadi acuan untuk perhitungan
konsumsi BBM yang baru, artinya persamaan konsumsi BBM yang baru ini sudah sesuai dengan
kondisi di jalan Brigjen Sudiarto, berikut ini tabel 4.16 dan tabel 4.17 adalah perhitungan konsumsi
BBM dengan menggunakan persamaan konsumsi BBM yang telah dikalibrasi.
Tabel 4.16
Analisis Konsumsi Bahan Bakar Minyak (BBM) Rumus PCI
Jalan Brigjen Sudiarto Pada Hari Rabu Setelah Dikalibrasi
Untuk analisa perhitungan konsumsi BBM pada tabel di atas menunjukkan tingkat konsumsi
BBM sangat dipengaruhi oleh kecepatan kendaraan. Dengan kecepatan rendah tingkat konsumsi BBM
menjadi tinggi dibandingkan dengan kecepatan yang lebih tinggi. Akan tetapi kecepatan kendaraan
akan mencapai titik puncak (balik) dimana kecepatan kendaraan naik maka tingkat konsumsi BBM-
nya ikut naik karena kecepatan kendaraan mencapai sudah mencapai titik puncak (balik).
Dari hasil perhitungan konsumsi BBM dengan menggunakan persamaan konsumsi BBM
yang telah dikalibrasi didapat tingkat konsumsi BBM rata-rata berbanding terbalik dengan kecepatan
kendaraan, artinya konsumsi BBM-nya turun dengan naiknya kecepatan kendaraan, kecuali pada
penggal III hari rabu arah menuju kota pada jam 11.00-12.00 Wib tingkat konsumsi BBM-nya
berbanding lurus dengan kecepatannya, yaitu pada titik : (56,73;0,263) dan (57,362;0,264), karena
pada jam analisis tersebut tingkat kecepatan sudah melebihi titik puncak (balik) (56,665;0,248). Hal
ini juga terjadi pada hari minggu penggal I arah menuju kota, tingkat konsumsi BBM-nya sudah
berbanding lurus dengan tingkat kecepatan kendaraan, yaitu pada jam 07.00-08.00 Wib, yaitu pada
titik : (57,915;0,2245) dan pada jam 16.00-17.00 Wib pada titik : (54,915;0,223), (57,176;0,2242),
dimana penggal I hari minggu arah menuju kota mempunyai titik puncak (balik) (54,175;0,213),
sehingga kecepatan kendaraan yang sudah melebihi titik puncak (balik) pada masing-masing
penggalnya dapat dikatakan tingkat konsumsi BBM-nya boros karena sudah melebihi batas konsumsi
BBM dan batas kecepatan kendaraan.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Pada kesimpulan akan dijelaskan mengenai temuan studi dari hasil analisis yang dilakukan,
dan kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan penelitian yang dilakukan mengenai pengaruh
kecepatan terhadap konsumsi BBM. Adapun temuan studi dari hasil analisis yaitu:
1. Kinerja jalan Brigjen Sudiarto pada hari kerja pagi hari dan sore hari termasuk
buruk dengan nilai V/C berkisar 0,80-0,90. Pergerakan lalu lintas yang ada di sepanjang jalan
Brigjen Sudiarto didominasi oleh pergerakan komuter (pergerakan pinggiran-pusat kota) dan
pergerakan lokal dari pemukiman serta aktivitas perdagangan dan jasa yang berada di sekitar
jalan tersebut.
2. Kepadatan lalu-lintas yang terjadi di sepanjang jalan Brigjen Sudiarto menyebabkan menurunnya
kecepatan kendaraan, dari kecepatan bebas menjadi kecepatan terbatas. Dengan menurunnya
kecepatan akan menambah waktu perjalanan pengguna jalan dan berakibat meningkatnya
konsumsi BBM.
3. Kepadatan lalu-lintas yang terjadi di sepanjang jalan Brigjen Sudiarto disebabkan oleh kondisi
lalu lintas yang bercampur (mixed use), banyaknya kendaraan tak bermotor, perilaku pengguna
jalan yang tidak taat peraturan lalu lintas, banyaknya jalan lingkungan yang memotong jalan
Brigjen Sudiarto, geometri jalan yang berbeda dan adanya keberadaan pasar Gayamsari.
4. Tingkat konsumsi BBM sangat dipengaruhi oleh kecepatan kendaraan. Masing –masing penggal
jalan Brigjen sudiarto memiliki batasan (titik puncak/balik) yang berbeda-beda tergantung pada
karakteristik masing-masing penggal, dimana batasan (titik puncak/balik) didapat dari rumus PCI
yang telah dikalibrasi sesuai dengan karakteristik pada masing-masing penggalnya.
5. Titik puncak/balik pada masing-masing penggal menunjukkan batasan yang akan
memperlihatkan tingkat konsumsi BBM. Jika kecepatan kendaraan dibawah titik puncak maka
tingkat konsumsi BBM berbanding terbalik dengan dengan kecepatan kendaraan, artinya
konsumsi BBM naik apabila kecepatan kendaraan turun dan sebaliknya. Dan apabila kecepatan
kendaraan sudah diatas titik puncak/balik maka tingkat konsumsi BBM berbanding lurus dengan
kecepatan kendaraan, artinya tingkat konsumsi BBM naik apabila kecepatan kendaraan naik dan
sebaliknya.
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa perkembangan kota ke
pinggiran membawa dampak yang sangat merugikan terutama dalam pemborosan BBM.
Perkembangan kota ke wilayah pinggiran yang tidak diikuti dengan peningkatan prasarana
transportasi dan tingkat pelayanan angkutan umum yang baik dalam melayani pergerakan
komuter akan menyebabkan semakin tingginya pengguna kendaraan pribadi. Penggunaan
kendaraan pribadi yang terus meningkat akan menimbulkan kepadatan lalu lintas terutama pada
jalur utama yang menghubungkan pinggiran kota, yang akhirnya akan berdampak pada
kemacetan. Kemacetan yang terjadi tidak hanya menambah waktu perjalanan, tetapi juga
berdampak pada meningkatnya konsumsi BBM.
5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan yang dihasilkan dan temuan di lapangan, ada beberapa saran yang
dapat diberikan untuk menanggulangi permasalahan tundaan di sekitar jalan Brigjen Sudiarto
sehingga pemborosan konsumsi BBM dapat diminimalkan, yaitu:
1. Pengendalian dan pengawasan pengembangan kota ke daerah pinggiran harus diikuti dengan
peningkatan pelayanan angkutan umum yang baik dan sarana transportasi yang memadai
sehingga penggunaan kendaran pribadi tidak terus meningkat seiring dengan pertumbuhan
penduduk yang menyebabkan permasalahan transportasi (kemacetan) pada jalur utama pinggiran-
pusat kota dan pada akhirnya berdampak pada meningkatnya konsumsi BBM.
2. Membuat peraturan daerah bagi para pengembang kota agar mereka tidak hanya mengembangkan
suatu guna lahan pada lokasi tertentu tetapi perlu dikembangkan juga aspek-aspek terkait
misalnya peningkatan sarana dan prasarana transportasi dan pelayanan angkutan umum yang baik
sehingga tidak menimbulkan permasalahan baru.
3. Mengurangi ketergantungan daerah pinggiran ke pusat kota Semarang dengan peningkatan
berbagai fasilitas, sehingga pergerakan penduduk dari pinggiran kota dapat dikurangi
4. Memperbaiki geometri jalan Brigjen Sudiarto, misalnya: pelebaran jalan, dengan pelebaran jalan
ini nantinya kapasitas jalan Brigjen Sudiarto akan bertambah, sehingga volume kendaran yang
melintas akan tertampung.
5. Pengalihan rute kendaraan berat (golongan IIA dan IIB) yang melalui jalan Brigjen Sudiarto ke
jalan Arteri pedurungan pada pagi hari dan sore hari pada hari kerja, sehingga akan mengurangi
volume kendaearan yang melintas.
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Edward, Jhon, 1992, Transportation Planning Handbooks, Prentice Hall.
F.D. Hobbs, 1995, Perencanaan dan Teknik Lalin, Edisi Kedua, Yogyakarta :
Gajahmada University Press.
Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI), 1997, Direktorat Bina Jalan Kota,
Direktorat Jendral Bina Marga Departemen PU, Sweroad, Jakarta.
Pignataro, L.J, 1973, Traffic Engineering Theory and Practise, New Jersey, Prentice
Hall Inc.
Tata Cara Standart Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota, 1997, Ditjen Bina
Marga, DPU.
BUKU DATA
Semarang Dalam Angka Tahun 2003. Badan Pusat Statistik Kota Semarang.