Anda di halaman 1dari 231

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM TEACHING

UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP


MATEMATIS SISWA SMP/MTs

SKRIPSI

Diajukan Oleh

DEVI DESRIATI
NIM. 140205074
Mahasiswa Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
Program Pendidikan Matematika

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR-RANIRY
BANDA ACEH
2019 M/1440 H
ABSTRAK

Nama : Devi Desriati


NIM : 140205074
Fakultas/Prodi : Tarbiyah dan Keguruan / Pendidikan Matematika
Judul : Penerapan Model Pembelajaran Quantum Teaching untuk
Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep
Matematis Siswa SMP/MTs
Tanggal Sidang : 16 Januari 2019
Tebal Skripsi : 231 Halaman
Pembimbing I : Dr. Zainal Abidin, M.Pd
Pembimbing II : Suhartati, S,Pd., M.Pd
Kata Kunci : Quantum Teaching, Kemampuan Pemahaman Konsep

Kemampuan pemahaman konsep dalam pembelajaran matematika merupakan


suatu hal yang penting, karena melalui pemahaman konsep siswa dapat
mengorganisasi dan mengaplikasikan pemahaman konsep yang telah diperolehnya.
Namun pada kenyataannya banyak siswa yang kesulitan dalam memahami konsep
matematika. Karena rendahnya kemampuan pemahaman konsep matematis siswa,
salah satu alternatif yang dapat digunakan adalah dengan menerapkan model
pembelajaran Quantum Teaching. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui
peningkatan kemampuan pemahaman konsep matematis siswa SMP/MTs setelah
diterapkan model pembelajaran Quantum Teaching dan mengetahui perbandingan
kemampuan pemahaman konsep matematis siswa yang belajar dengan model
pembelajaran Quantum Teaching dan kemampuan pemahaman konsep matematis
siswa yang belajar dengan pembelajaran konvensional. Hipotesis dalam penelitian
ini adalah penerapan model pembelajaran Quantum Teaching dapat meningkatkan
kemampuan pemahaman konsep matematis siswa SMP/MTs dan kemampuan
pemahaman konsep matematis siswa yang belajar dengan model pembelajaran
Quantum Teaching lebih baik daripada kemampuan pemahaman konsep matematis
siswa yang belajar dengan pembelajaran konvensional. Metode penelitian yang
digunakan adalah quasi eksperimen dengan desain control group pretest-posttest
desain. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa-siswa kelas VII MTsN 2 Pidie
tahun ajaran 2018/2019, sedangkan sampel diambil secara sampling random yaitu
siswa kelas VIIA yang terdiri dari 21 siswa dan VIIB yang terdiri dari 22 siswa.
Dengan hasil penelitian digunakanlah statistik uji-t dengan taraf signifikan =
0,05. Berdasarkan hasil pengolahan data dapat disimpulkan bahwa penerapan
model pembelajaran Quantum Teaching dapat meningkatkan kemampuan
pemahaman konsep matematis siswa SMP/MTs dan kemampuan pemahaman
konsep matematis siswa yang belajar dengan model pembelajaran Quantum
Teaching lebih baik daripada kemampuan pemahaman konsep matematis siswa
yang belajar dengan pembelajaran konvensional.

v
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang

telah memberikan rahmat serta karunianya, sehingga penulis telah dapat

menyelesaikan penulisan skripsi ini. Shalawat bermahkotakan salam penulis

sampaikan kepangkuan Nabi Besar Muhammad Saw yang telah menuntun umat

manusia dari alam kebodohan kealam yang penuh dengan ilmu pengetahuan.

Alhamdulillah dengan petunjuk dan hidayah-Nya, penulis telah selesai menyusun

skripsi yang sangat sederhana ini untuk memenuhi dan melengkapi syarat-syarat

guna mencapai gelar Sarjana pada jurusan pendidikan matematika Fakultas

Tarbiyah dan Keguruan UIN Ar-Raniry Banda Aceh, dengan judul “Penerapan

Model Pembelajaran Quantum Teaching untuk Meningkatkan Kemampuan

Pemahaman Konsep Matematis Siswa SMP/MTs”.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak terwujud tanpa bantuan dari

berbagai pihak, maka pada kesempatan ini izinkalah penulis menyampaikan ucapan

terimakasih yang setinggi-tingginya kepada:

1. Ayahanda dan ibunda terimakasih atas dorongan, doa serta pengorbanan yang

tidak ternilai kepada penulis sehingga dapat menyelesaiakan skripsi ini.

2. Bapak Dr. Zainal Abidin, M.Pd sebagai pembimbing pertama dan Ibu

Suhartati, S,Pd., M.Pd sebagai pembimbing kedua yang telah banyak

meluangkan waktu untuk membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi

ini.

vi
3. Bapak Dekan, ketua program studi Pendidikan Matematika, seluruh dosen,

serta semua staf program studi Pendidikan Matematika yang telah banyak

memberi motivasi dan arahan dalam penyusunan skripsi ini.

4. Bapak kepala sekolah MTsN 2 Pidie Bapak. Drs. Abdul Kadir, dewan guru

serta siswa yang telah ikut membantu suksesnya penelitian ini.

5. Semua teman-teman angkatan 2014 khususnya unit 03 yang telah

memberikan saran-saran serta bantuan moril yang sangat membantu dalam

penulisan skripsi ini.

Sesungguhnya, penulis tidak sanggup membalas semua kebaikan dan

dorongan semangat yang telah bapak, ibu, serta teman-teman berikan. Semoga

Allah SWT membalas segala kebaikan ini, Insya Allah.

Penulis sudah berusaha semaksimal mungkin dalam penyelesaian skripsi

ini, namun kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT bukan milik manusia, maka

jika terdapat kesalahan dan kekurangan penulis sangat mengharapkan kritik dan

saran dari pembaca guna untuk membangun dan perbaikan pada masa mendatang.

Banda Aceh, 3 Januari 2019


Penulis,

Devi Desriati

vii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL JUDUL


LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING
LEMBAR PENGESAHAN SIDANG
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN
ABSTRAK ...................................................................................................... v
KATA PENGANTAR.................................................................................... vi
DAFTAR ISI................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR...................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xiii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.............................................................. 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................... 9
C. Tujuan Penelitian ........................................................................ 9
D. Manfaat Penelitian ..................................................................... 9
E. Definisi Operasional.................................................................... 10

BAB II KAJIAN TEORI


A. Tujuan Pembelajaran Matematika di SMP/MTs......................... 13
B. Karakteristik Pembelajaran Matematika di SMP/MTs ............... 14
C. Pembelajaran Quantum Teaching ............................................... 15
D. Langkah-Langkah Pembelajaran Quantum Teaching................. 17
E. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Quantum
Teaching...................................................................................... 19
F. Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis............................. 20
G. Hubungan Model Pembelajaran Quantum Teaching dengan
Kemampuan Pemahaman Konsep .............................................. 23
H. Tinjauan Materi Perbandingan.................................................... 25
I. Penelitian yang Releva................................................................ 27
J. Kerangka pikir............................................................................. 28
K. Postulat dan Hipotesis ................................................................. 31

BAB III METODE PENELITIAN


A. Rancangan Penelitian ................................................................. 33
B. Populasi dan Sampel Penelitian .................................................. 34
C. Instrumen Pengumpulan Data ..................................................... 35
D. Teknik Pengumpulan Data.......................................................... 37
E. Teknik Analisis Data .................................................................. 38

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

viii
A. Hasil Penelitian ........................................................................... 48
1. Deskripsi Lokasi Penelitian.................................................... 48
2. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian........................................... 48
3. Analisis Hasil Penelitian ........................................................ 49
a. Analisis Data Tes Kemampuan Pemahaman Konsep
Matematis .......................................................................... 49
b. Analisis Perbandingan Kemampuan Pemahaman Konsep
Matematis Siswa Antara Kelas Eksperimen dan Kelas
Kontrol............................................................................... 84
B. Pembahasan................................................................................. 88
1. Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa ............. 88
2. Perbandingan Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis
Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol.......................... 89

BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ......................................................................................... 94
B. Saran .................................................................................................... 94
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 96
LAMPIRAN-LAMPIRAN ........................................................................... 99
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ...................................................................... 221

ix
DAFTAR TABEL

TABEL 3.1 : Control Group Pre Test Post Test Design ......................... 34
TABEL 3.2 : Pedoman Penskoran Kemampuan Pemahaman Konsep
Matematika Siswa ............................................................. 35
TABEL 3.3 : Kriteria Penentuan Tingkat Pemahaman Konsep.............. 39
TABEL 4.1 : Data Siswa MTsN 2 Pidie ................................................. 49
TABEL 4.2 : Jadwal Kegiatan Penelitian Kelas Eskperimen dan Kelas
Kontrol............................................................................... 49
TABEL 4.3 : Hasil Pretest Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis
Siswa Kelas Eskperimen dan Kontrol (Ordinal) ............... 50
TABEL 4.4 : Distribusi perolehan Skor Pretest Kemampuan Pemahaman
Konsep Matematis Oleh Siswa Kelas Eksperimen Pada
Masing-Masing Soal.......................................................... 51
TABEL 4.5 : Frekuensi Skor Siswa Pada Pretest Kemampuan
Pemahaman Konsep Matematis Kelas Eksperimen ........ 52
TABEL 4.6 : Nilai Proporsi .................................................................... 52
TABEL 4.7 : Nilai Proporsi Komulatif .................................................. 53
TABEL 4.8 : Nilai Proporsi Komulatif dan Densitas (F(Z)) .................. 55
TABEL 4.9 : Hasil Mengubah Skala Ordinal Menjadi Skala Interval
Menggunakan MSI Prosedur Manual................................ 57
TABEL 4.10 : Hasil Mengubah Skala Ordinal Menjadi Skala Interval
Menggunakan MSI Prosedur Excel................................... 57
TABEL 4.11 : Distribusi perolehan Skor Pretest Kemampuan Pemahaman
Konsep Matematis Oleh Siswa Kelas Kontrol Pada
Masing-Masing Soal.......................................................... 58
TABEL 4.12 : Hasil Mengubah Skala Ordinal Menjadi Skala Interval
Menggunakan MSI Prosedur Manual............................... 58
TABEL 4.13 : Hasil Mengubah Skala Ordinal Menjadi Skala Interval
Menggunakan MSI Prosedur Excel................................... 59
TABEL 4.14 : Hasil Pretest Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis
Siswa Kelas Eskperimen dan Kelas Kontrol (Interval)..... 59
TABEL 4.15 : Daftar Distribusi Frekuensi Nilai Pretest Kelas
Eksperimen ........................................................................ 61
TABEL 4.16 : Uji Normalitas Sebaran Pretest Kelas Eksperimen........... 62
TABEL 4.17 : Daftar Distribusi Frekuensi Nilai Prettest Kelas Kontrol . 64
TABEL 4.18 : Uji Normalitas Sebaran Prettest Kelas Kontrol................. 66
TABEL 4.19 : Hasil Posttest Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis
Siswa Kelas Eksperimen dan Kontrol (Ordinal) ............... 68
TABEL 4.20 : Distribusi perolehan Skor Posttest Kemampuan Pemahaman
Konsep Matematis Oleh Siswa Kelas Eksperimen Pada
Masing-Masing Soal ......................................................... 69
TABEL 4.21 : Hasil Mengubah Skala Ordinal Menjadi Skala Interval

x
Menggunakan MSI Prosedur Manual................................ 70
TABEL 4.22 : Hasil Mengubah Skala Ordinal Menjadi Skala Interval
Menggunakan MSI Prosedur Excel................................... 70
TABEL 4.23 : Distribusi perolehan Skor Posttest Kemampuan Pemahaman
Konsep Matematis Oleh Siswa Kelas Kontrol Pada
Masing-Masing Soal.......................................................... 71
TABEL 4.24 : Hasil Mengubah Skala Ordinal Menjadi Skala Interval
Menggunakan MSI Prosedur Manual................................ 72
TABEL 4.25 : Hasil Mengubah Skala Ordinal Menjadi Skala Interval
Menggunakan MSI Prosedur Excel.................................. 72
TABEL 4.26 : Hasil Posttest Kemampuan Pemahaman Konsep Siswa
Kelas Eksperimen dan Kontrol (Interval) ..............................73
TABEL 4.27 : Daftar Distribusi Frekuensi Nilai Posttest Kelas
Eksperimen ........................................................................ 74
TABEL 4.28 : Uji Normalitas Sebaran Posttest Kelas Eksperimen ......... 76
TABEL 4.29 : Daftar Distribusi Frekuensi Nilai Posttest Kelas Kontrol . 78
TABEL 4.30 : Uji Normalitas Sebaran Posttest Kelas Kontrol ................ 79
TABEL 4.31 : Beda Nilai Pretest Dan Posttest Kelas Eksperimen........... 82

xi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 : Hasil Observasi Awal Terhadap Indikator Pemahaman


Konsep .................................................................................... 5
Gambar 2.1 : Bagan Kerangka Pikir Terhadap Pemahaman Konsep ........... 30

xii
DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 : Data Ordinal Pretest-Posttest Kemampuan Pemahaman


Konsep matematis siswa Kelas Eksperimen dan Kelas
Kontrol ............................................................................ 99
LAMPIRAN 2 : Data Interval Pretest-Posttest Kemampuan Pemahaman
Konsep matematis siswa Kelas Eksperimen dan Kelas
Kontrol ............................................................................ 103
LAMPIRAN 3 : Surat Keputusan Dekan Tentang Pembimbing Skripsi
Mahasiswa Dari Dekan Fakultas Tarbiyah Dan Kegururan
UIN Ar-Raniry ................................................................ 107
LAMPIRAN 4 : Surat Mohon Izin Pengumpulan Data Dari Dekan Dari
Dekan Fakultas Tarbiyah Dan Kegururan UIN Ar-Raniry
......................................................................................... 108
LAMPIRAN 5 : Surat Pemberian Izin Penelitian dari MTsN Pidie 2 ....... 109
LAMPIRAN 6 : Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian dari MTsN
2 Pidie ............................................................................ 110
LAMPIRAN 7 : Lembar Validasi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP) Kelas Eksperimen................................................. 111
LAMPIRAN 8 : Lembar Validasi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP) Kelas Kontrol ....................................................... 115
LAMPIRAN 9 : Lembar Validasi LKPD .................................................. 119
LAMPIRAN 10 : Lembar Validasi Soal Pretest ......................................... 122
LAMPIRAN 11 : Lembar Validasi Soal Posttest ........................................ 124
LAMPIRAN 12 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas
Eksperimen...................................................................... 140
LAMPIRAN 13 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas
Kontrol ............................................................................ 152
LAMPIRAN 14 : Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) 1........................... 162
LAMPIRAN 15 : Kunci Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) 1................ 166
LAMPIRAN 16 : Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) 2........................... 170
LAMPIRAN 17 : Kunci Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) 2................ 174
LAMPIRAN 18 : Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) 3........................... 178
LAMPIRAN 19 : Kunci Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) 3................ 181
LAMPIRAN 20 : Hasil Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) ................... 184
LAMPIRAN 21 : Soal Pretest .................................................................... 199
LAMPIRAN 22 : Alternatif Kunci Jawaban Soal Pretest ........................... 200
LAMPIRAN 23 : Soal Posttest.................................................................... 203
LAMPIRAN 24 : Alternatif Kunci Jawaban Soal Posttest .......................... 205
LAMPIRAN 25 : Hasil Posttest................................................................... 208
LAMPIRAN 26 : Daftar F ........................................................................... 212
LAMPIRAN 27 : Daftar G........................................................................... 213
LAMPIRAN 28 : Daftar H........................................................................... 214
LAMPIRAN 29 : Daftar I ............................................................................ 215
LAMPIRAN 30 : Dokumentasi Penelitian .................................................. 219
LAMPIRAN 31 : Daftar Riwayat Hidup ........................................................221

xiii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Matematika merupakan ilmu dasar yang sudah menjadi alat untuk

mempelajari ilmu-ilmu yang lain.1 Matematika memliki peran penting dalam

berbagai aspek kehidupan. Banyak permasalahan dan kegiatan dalam hidup kita

yang harus diselesaikan dengan menggunakan ilmu matematika seperti

menghitung, mengukur dan lain-lain. Oleh karena itu penguasaan terhadap

matematika mutlak diperlukan dan konsep-konsep matematika harus dipahami

dengan betul dan benar.

Suatu konsep disusun berdasarkan konsep-konsep sebelumnya, dan akan

menjadi dasar bagi konsep-konsep selanjutnya, sehingga pemahaman yang salah

terhadap suatu konsep, akan berakibat pada kesalahan pemahaman terhadap

konsep-konsep selanjutnya. Hal ini karena konsep-konsep dalam matematika

merupakan suatu rangkaian sebab akibat.2 Pentingnya kemampuan pemahaman

konsep dalam matematika adalah karena matematika mempelajari konsep-konsep

yang saling terhubung dan saling berkesinambungan.

Menurut NCTM pengetahuan dan pemahaman siswa terhadap konsep

matematika dapat dilihat dari kemampuan siswa dalam:

1. Mendefinisikan konsep secara verbal dan tertulis


2. Mengidentifikasi membuat contoh dan bukan contoh

1
Antonius Cahya Prihandoko, Pemahaman dan Penyajian Konsep Matematika Secara
Benar dan Menarik, (Jakarta, 2006), hal 1

2
Antonius Cahya Prihandoko, Pemahaman . . ., hal 2

1
2

3. Menggunakan model, diagram, dan simbol-simbol untuk


mempresentasikan suatu konsep
4. Mengubah suatu bentuk presentasi kedalam bentuk lain
5. Mengenal berbagai makna dan interpretasi konsep
6. Mengidentifikasi sifat-sifat suatu konsep dan mengenal syarat yang
menentukan suatu konsep
7. Membandingkan dan membedakan konsep-konsep.3

Menurut Paul Eggen dan Don Kauchak pengetahuan siswa dan

pemahamannya tentang suatu konsep dapat diukur dengan empat cara, yaitu:

1. Mendefinisikan konsep
2. Mengidentifikasi konsep dengan karakteristik konsep
3. Menghubungkan konsep dengan konsep-konsep lain
4. Mengidentifikasi atau memberikan contoh dari konsep yang belum
pernah dijumpai sebelumnya.4

Pemahaman konsep merupakan suatu aspek yang sangat penting dalam

pembelajaran, karena dengan memahami konsep siswa dapat mengembangkan

kemampuannya dalam setiap materi pelajaran, terutama dalam memahami konsep

matematika.

Pemahaman konsep matematis penting untuk belajar matematika secara

bermakna, tentunya guru mengharapkan pemahaman yang dicapai siswa tidak

terbatas pada pemahaman yang bersifat dapat menghubungkan. Hal ini merupakan

bagian yang paling penting dalam pembelajaran matematika seperi yang dinyatakan

oleh Zulkardi bahwa mata pelajaran matematika menekankan pada konsep. Artinya

3
NCTM dalam Rifqi Hidayat dan Nurrohmah, “Analisis Peningkatan Kemampuan
Pemahaman Konsep Matematis Siswa Mts Lewat Penerapan Model Pembelajaran Problem Based
Learning Berbantuan Software Geogebra Berdasarkan Kemampuan Awal Matematika”. JPPM,
Vol. 9, No. 1, 2016, hal 14

4
Paul Eggen dan Don Kauchak dalam Agata Sri sumaryati dan Dwi Uswatun Hasanah,
“Upaya Meningkatkan Pemahaman Konsep Matematika Dengan Model Pembelajaran Inkuiri
Terbimbing Siswa Kelas VIII C SMP NEGERI 11 Yogyakarta”. Jurnal Derivat, Vol. 2, No. 2,
Desember 2015 (ISSN: 2407-3792), hal 58
3

dalam mempelajari matematika siswa harus memahami konsep matematika

terelebih dahulu agar dapat menyelesaikan soal-soal dan mampu mengaplikasikan

pembelajaran tersebut di dunia nyata dan mampu mengembangkan kemampuan lain

yang menjadi tujuan dari pembelajaran matematika. Pemahaman terhadap konsep-

konsep matematika merupakan dasar untuk belajar matematika secara bermakna. 5

Pemahaman dalam pembelajaran matematika merupaka suatu hal yang sangat

penting, karena melalui pemahaman konsep siswa dapat mengaplikasikan

pemahaman konsep yang telah diperolehnya. Kemudian dapat membawa siswa

pada pemahaman yang mendalam tentang konsep matematika yang telah

dipelajarinya.

Namun pada kenyataannya banyak siswa yang kesulitan dalam memahami

konsep matematika. Bahkan mereka kebanyakan tidak mampu mendefinisikan

kembali bahan pelajaran matematika dengan bahasa mereka sendiri serta

membedakan antara contoh dan bukan contoh dari sebuah konsep. Apalagi

memaknai dalam bentuk nyata.6 Faktor yang mempengaruhi pemahaman konsep

matematis siswa adalah proses pembelajaran yang dialami siswa itu sendiri. Selama

ini proses pembelajaran matematika hanya berfokus pada buku paket dan guru

hanya menjelaskan materi apa yang ada pada buku paket siswa. Akibatnya, siswa

ketika belajar matematika hanya menjadi penghafal rumus matematika tanpa

memahami makna dari rumus tersebut. Hal ini juga disebabkan kurangnya minat

5
Zulkardi dalam Angga Murizal, dkk, “Pemahaman Konsep Matematis dan Model
Pembelajaran Quantum Teaching”. Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. 1, No. 1, 2012, hal 20

6
Angga Murizal, dkk, “Pemahaman Konsep Matematis dan Model Pembelajaran Quantum
Teaching”. Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. 1, No. 1, 2012, hal 19
4

belajar siswa terhadap matematika, dimana matematika selalu dianggap pelajaran

yang membuat siswa sulit dan terbebani. Oleh karena itu, untuk mencapai

pemahaman konsep siswa dalam matematika perencanaan pembelajaran perlu

ditinjau kembali agar dapat menghasilkan pemahaman konsep yang tepat dan benar.

Dengan demikian, pembelajaran akan baik jika siswa diberikan kesempatan untuk

memperoleh pengalaman belajar sendiri.

Berdasarkan wawancara dengan salah satu guru di MTsN 2 PIDIE bahwa

tidak mencapai 50% dari keseluruhan siswa di sekolah tersebut dapat memahami

konsep matematika dengan baik dan benar. Hal ini juga didukung oleh hasil tes

soal kemampuan pemahaman konsep pada siswa MTsN 2 PIDIE kelas VIIC pada

tanggal 2 Agustus 2018. Berikut adalah soal matematika yang diujikan:

1. Apa yang kalian ketahui tentang perbandingan senilai dan perbandingan

berbalik nilai?

(Indikator pemahaman konsep: menyatakan ulang sebuah konsep)

2. Apakah contoh dibawah ini termasuk perbandingan senilai atau perbandingan

berbalik nilai, berikan jawaban dan jelaskan!

a. Kecepatan kenderaan terhadap waktu tempuh

b. Banyak uang terhadap jumlah barang yang dapat dibeli

c. Kapasitas bahan bakar kendaraan terhadap jarak jauh

(Indikator pemahaman konsep: memberikan contoh dan bukan contoh dari

suatu konsep)
5

3. Perbandingan uang Fadil dan Anto adalah 2 : 3. Sementara itu perbandingan

uang Anto dan Dimas adalah 4 : 5. Jika jumlah uang mereka adalah

Rp3.500.000 maka banyak uang Fadil adalah ?

(Indikator pemahaman konsep: menyajikan konsep dalam bentuk representasi

matematis dan mengaplikasikan konsep atau algoritma dalam pemecahan masalah)

Berikut uraian salah satu jawaban siswa dalam menyelesaikan soal

perbandingan di atas

Dari jawaban siswa di atas, terlihat bahwa tingkat kemampuan

pemahaman konsep siswa terhadap materi perbandingan masih sangat rendah.

karena siswa belum bisa menentukan dan menuliskan konsep-konsep yang


6

seharusnya digunakan dalam menyelesaikan permasalahan tersebut. seperti pada

soal no. 1, siswa kurang tepat dalam menjelaskan perbandingan senilai dan

perbandingan berbalik nilai. Pada soal no. 3, siswa belum bisa menyajikan konsep

dalam bentuk representasi matematis sehingga siswa tidak mampu menjawab soal

tersebut dengan tepat dan benar. Dari soal tes tersebut hanya 3 siswa yang dapat

menjawab soal dengan benar, 4 siswa menjawab seperti jawaban di atas, sedangkan

15 siswa lainnya tidak bisa menjawab soal tersebut.

Berdasarkan permasalahan di atas, untuk mencapai pemahaman konsep

siswa dalam matematika perlu di upayakan suatu pembelajaran yang dapat

membantu siswa untuk meningkatkan kemampuan pemahaman konsep matematis.

Model pembelajaran yang dibutuhkan adalah model pembelajaran yang membuat

siswa senang dari awal hingga akhir pembelajaran, dengan keadaan yang

menyenangkan maka tidak membuat siswa bosan selama pembelajaran sehingga

dapat mempermudah pemahaman siswa dalam memahami konsep. Kemudian

model pembelajaran yang dapat meningkatkan pemahaman konsep matematis

siswa adalah model pembelajaran yang dapat melibatkan siswa secara langsung

dalam proses pembelajaran sehingga dapat membangun pemahaman konsep siswa

terhadap materi yang dipelajari. Adapun model pembelajaran yang memenuhi

kriteria tersebut adalah model pembelajaran Quantum Teaching.

Model pembelajaran Quantum Teaching merupakan salah satu cara dalam

usaha mengembangkan kemampuan pemahaman konsep matematis siswa.

Quantum Teaching menekankan agar siswa mengetahui dan memahami bentuk

nyata dari pembelajaran yang berlangsung dengan bantuan aktivitas yang diberikan
7

guru. Hal tersebut membuat siswa tidak mengkhayal dalam membayangkan suatu

konsep materi yang dipelajari. Sehingga siswa mampu mengungkapkan konsep

matematikanya dengan bahasa yang benar dan mudah dipahami. Adanya hal

tersebut kemampuan pemahaman konsep matematis siswa dapat dikembangkan.

Quantum Teaching dapat mengubah cara belajar menjadi lebih efektif, dengan

segala nuansanya, serta menyertakan segala kaitan, interaksi dan perbedaan yang

memaksimalkan momen belajar. Quantum Teaching menunjukkan kepada kita cara

untuk menjadi guru yang lebih baik yang menguraikan cara-cara baru yang

memudahkan proses belajar lewat pemanduan unsur seni dan percapaian

pembelajaran yang terarah.

Semua model pembelajaran memiliki tahapan-tahapan pembelajarannya

tersendiri agar proses mengajar menjadi sistematis. Adapun tahapan-tahapan

model pembelajaran Quantum Teaching yang dikemukakan oleh De Porter yaitu:

1. Tumbuhkan (minat dan motivasi)


2. Alami (pengalaman belajar)
3. Namai (menunjukkan konsep)
4. Demonstrasikan (kesempatan berlatih)
5. Ulangi (menyimpulkan materi)
6. Rayakan (pengakuan/penghargaan)7

Pembelajaran matematika melalui Quantum Teaching dapat memberikan

kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan kemampuan pemahaman

konsep, karena siswa ditekankan mampu mengetahui dan memahami bentuk nyata

dari pembelajaran yang berlangsung dengan bantuan aktivitas yang diberikan guru.

7
Bobbi De Porter, dkk, Quantum Learning: Membiasakan Belajar Nyaman dan
Menyenangkan, (Bandung: Kaifa, 2012), hal 128-136
8

Hal ini sejalan dengan indikator dari pemahaman konsep, yaitu menyatakan ulang

sebuah konsep, memberikan contoh dan bukan contoh dari suatu konsep,

mengklasifikasi objek menurut sifat-sifat tertentu sesuai dengan konsepnya,

menyajikan konsep dalam bentuk representasi matematis, dan mengaplikasikan

konsep atau algoritma dalam pemecahan masalah. Selanjutnya tahapan Quantum

Teaching yang dapat mengembangkan pemahaman konsep yaitu Alami, Namai

dan Demonstrasikan. Dengan adanya tahap Alami, Namai dan Demonstrasikan

dalam proses pembelajaran dapat melatih siswa untuk memahami suatu konsep

dan membuka pikiran mereka tentang hal nyata yang mereka temui dalam

bermatematika.8

Penelitian-penelitian tentang model pembelajaran Quantum Teaching

telah menunjukkan efektifitas dan efesiennya dalam meningkatkan pemahaman

konsep siswa. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Seri Oktarina

dengan judul “Pengaruh Model Pembelajaran Quantum Teaching terhadap

Pemahaman Konsep Siswa di Kelas X SMA Ethika Palembang” menunjukkan

bahwa ada pengaruh model Quantum Teaching terhadap pemahaman konsep siswa

di kelas X SMA Ethika Palembang, dimana pengaruh tersebut dapat dilihat dari

hasil data tes pemahaman konsep matematika yang terdiri dari 5 soal essay, dengan

nilai rata-rata kelas eksperimen 61,23 dan nilai rata-rata kelas kontrol 50,59.

Dari latar belakang permasalahan di atas, maka peneliti mencoba

melakukan suatu penelitian dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran

8
Angga Murizal, dkk, “Pemahaman Konsep Matematis dan Model Pembelajaran Quantum
Teaching”. Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. , No. 1, 2012, hal 20
9

Quantum Teaching untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep

Matematis Siswa SMP/MTs”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah

1. Apakah penerapan model pembelajaran Quantum Teaching dapat

meningkatkan kemampuan pemahaman konsep matematis siswa SMP/MTs?

2. Apakah kemampuan pemahaman konsep matematis siswa yang belajar

dengan model pembelajaran Quantum Teaching lebih baik daripada

kemampuan pemahaman konsep matematis siswa yang belajar dengan

pembelajaran konvensional?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah

1. Untuk mengetahui peningkatan kemampuan pemahaman konsep matematis

siswa SMP/MTs setelah diterapkan model pembelajaran Quantum Teaching.

2. Untuk mengetahui perbandingan kemampuan pemahaman konsep matematis

siswa yang belajar dengan model pembelajaran Quantum Teaching dan

kemampuan pemahaman konsep matematis siswa yang belajar dengan

pembelajaran konvensional.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini tentunya dapat memberikan manfaat dan masukan bagi

beberapa pihak, yaitu:


10

1. Bagi Peneliti

Mampu memahami pelaksanaan pembelajaran matematika melalui model

pembelajaran Quantum Teaching, sehingga tidak sekedar mengetahui teorinya

saja.

2. Bagi Guru

Dapat digunakan sebagai salah satu alternatif dalam pemahaman konsep

matematis siswa dan dapat dijadikan pedoman dalam menerapkan model

pembelajaran Quantum Teaching pada kelas-kelas lainnya.

3. Bagi Siswa

Dapat membuat siswa termotivasi untuk berperan aktif dan lebih terampil

dalam belajar matematika dalam upaya meningkatkan pemahaman konsep.

E. Definisi Operasional

Untuk menghindari terjadi kesalahpahaman dalam memahami istilah-

istilah yang terdapat pada judul skripsi ini, maka penulis merasa perlu

menjelaskan beberapa istilah yang terdapat dalam skripsi ini.

1. Penerapan adalah pemasangan atau mempraktekkan sesuatu hal sesuai

dengan aturan.9 Penerapan dalam penelitian ini adalah menerapkan suatu

model pembelajaran Quantum Teaching untuk meningkatkan pemahaman

konsep matematis siswa SMP/MTs.

2. Model pembelajaran Quantum Teaching adalah pengubahan belajar yang

meriah dengan segala nuansanya, yang menyertakan segala kaitan, interaksi

9
Muhammad Ali, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Moder, (Jakarta: Pustaka Amani,
1989), hal 536.
11

dan perbedaan yang memaksimalkan momen belajar serta berfokus pada

hubungan dinamis dalam lingkungan kelas interaksi yang mendirikan dan

kerangka untuk belajar.10

3. Kemampuan Pemahaman Konsep. Pemahaman terhadap konsep-konsep

matematika merupakan dasar untuk belajar matematika secara bermakna.

Oleh karena itu, kemampuan pemahaman konsep matematis adalah salah satu

tujuan penting dalam pembelajaran matematika.11 Jadi, yang dimaksud

dengan pemahaman konsep dalam penelitian ini adalah adanya perubahan

pada diri siswa terhadap konsep-konsep yang akan dipelajari setelah

pembelajaran menggunakan model pembelajaran Quantum Teaching.

4. Model pembelajaran konvensional dapat didefinisikan sebagai model

pembelajaran di mana guru mentransformasikan informasi atau keterampilan

secara langsung kepada siswa, pembelajaran berorientasi pada tujuan dan

distrukturkan oleh guru.12

5. Materi Perbandingan. Materi yang penulis maksud berhubungan dengan

perbandingan senilai, perbandingan berbalik nilai dan perbandingan berbalik

nilai bertingkat. Perbandingan senilai berkaitan dengan perbandingan dua

buah besaran, nilai suatu barang akan naik atau turun sejalan dengan nilai

barang yang dibandingkan. Perbandingan berbalik nilai berkaitan dengan

10
Deporter dan Hernacki dalam Made Wena, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer,
(Jakarta: Bumi Aksara, 2009), hal 160

11
Zulkardi dalam Angga Murizal, dkk, “Pemahaman Konsep Matematis dan Model
Pembelajaran Quantum Teaching”. Jurnal Pendidikan Matematika FMIPA UNP, vol 1, No 1, 2012,
hal 19-20. Diakses 2012

12
Muhammad Afandi, dkk, Model dan Metode Pembelajaran Di Sekolah, (Semarang:
UNISSULA PRESS, 2013), hal 16-19
12

membandingkan dua buah keadaan, jika nilai suatu barang naik maka nilai

barang yang dibandingkan akan turun. Sedangkan perbandingan bertingkat

artinya perbandingan dengan tingkatan yang jumlahnya bisa lebih dari dua.
BAB II

LANDASAN TEORITIS

A. Tujuan Pembelajaran Matematika di SMP

Pendidikan matematika sangat berperan dalam kehidupan sehari-hari,

sehingga dalam pembelajaran matematika siswa harus diberikan kesempatan

berpikir secara bebas untuk menemukan fakta-fakta dan konsep-konsep yang

merupakan inti dari matematika. Di samping itu juga siswa harus dibiasakan

memecahkan masalah yang dihadapi dalam proses pembelajaran, sehingga bisa

membuat siswa lebih aktif selama proses pembelajaran dan dalam kehidupan

sehari-hari.

Tujuan pembelajaran matematika adalah untuk mempersiapkan siswa agar

dapat menggunakan matematika dan pola pikir matematika dalam kehidupan

sehari-hari dan dalam mempelajari ilmu pengetahuan lainnya. Selain itu

pembelajaran matematika bertujuan untuk membentuk sikap rasa ingin tahu, logis,

kritis, kreatif, cermat, disiplin dan percaya diri dalam pemecahan masalah,.

Hal ini sejalan dengan tujuan umum pembelajaran matematika seperti

yang tercantum dalam kurikulum matematika adalah sebagai berikut:

1. Memahami konsep matematika.


Memahami konsep matematika mencakup kompetensi dalam menjelaskan
keterkaitan antar konsep dan menggunakan konsep maupun algoritma,
secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah.
2. Menggunakan pola sebagai dugaan dalam penyelesaian masalah, dan
mampu membuat generalisasi berdasarkan fenomena dan data yang ada.
3. Menggunakan penalaran pada sifat, melakukan manipulasi matematika baik
dalam penyederhanaan, maupun menganalisa komponen yang ada dalam
pemecahan masalah dalam konteks matematika maupun di luar matematika
yang meliputi kemampuan memahami masalah, membangun model

13
14

matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh


termasuk dalam rangka memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari.
4. Mengkomunikasikan gagasan, penalaran serta mampu menyusun bukti
matematika dengan menggunakan kalimat lengkap, simbol, tabel, diagram,
atau media lain untuk menjelaskan keadaan atau masalah.
5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan.
Yang dimaksudkan di sini yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian dan
minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri
dalam pemecahan masalah
6. Memiliki sikap dan perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai dalam
matematika dan pembelajarannya, seperti konsisten, toleran, menghargai
pendapat orang lain, demokrasi, kreatif, menghargai kesemestaan (konteks
lingkungan), kerjasama, bersikap luwes dan terbuka.13

Berdasarkan kutipan di atas, jelaslah bahwa tujuan pembelajaran

matematika di Sekolah Menengah Pertama adalah untuk membentuk sikap

konsisten, menghargai pendapat orang lain, demokrasi, kreatif, kerjasama, luwes

dan terbuka serta menggunakan penalaran dalam memahami dan memecahkan

masalah. Jadi, jika siswa mampu memahami konsep matematika maka siswa

tersebut mampu menghadapi berbagai masalah kehidupan dengan lebih baik lagi

nantinya.

B. Karakteristik Pembelajaran Matematika di SMP

Matematika merupakan salah satu ilmu yang mendasari kehidupan

manusia. Matematika sangat dibutuhkan dalam berbagai aspek kehidupan manusia,

karena matematika selalu berkaitan dengan berbagai aspek kehidupan sehari-hari.

Matematika mempunyai ciri-ciri khusus atau karakteristik yang dapat

merangkumkan pengertian matematika secara umum. Diantaranya adalah memiliki

objek abstrak yang meliputi fakta, konsep, operasi, dan prinsip. Kemudian

13
Abdur Rahman As’ari, dkk, Buku Guru Matematika, (Jakarta: Kementerian Pendidikan
Kebudayaan, 2017), hal 9-11
15

mempunyai pola pikir deduktif baik penerapannya dalam matematika sendiri atau

bidang lain dan kehidupan sehari-hari.

Adapun karakteristik pembelajaran matematika yang dikemukakan oleh

Wardhani adalah sebagai berikut:

1. Memiliki objek kajian yang bersifat abstrak. Objek kajian matematika yang
dipelajari di sekolah adalah fakta, konsep, operasi (skill), dan prinsip.
2. Mengacu pada kesepakatan. Fakta merupakan kesepakatan atau
permufakatan atau konvensi. Kesepakatan itu menjadikan pembahasan
matematika mudah dikomunikasikan.
3. Mempunyai pola pikir deduktif. Pola pikir deduktif didasarkan pada urutan
kronologis dari pengertian pangkal, aksioma (postulat), definisi, sifat-sifat,
dalil-dalil (rumus-rumus) dan penerapannya dalam matematika sendiri atau
dalam bidang lain dan kehidupan sehari-hari.
4. Konsisten dalam sistemnya. Tiap sistem dapat saling berkaitan namun dapat
pula dipandang lepas (tidak berkaitan).
5. Memiliki simbol yang kosong dari arti, artinya suatu simbol atau model
matematika tidak ada artinya bila tidak dikaitkan dengan konteks tertentu.
6. Memperhatikan semesta pembicaraan. Ada-tidaknya dan benar-salahnya
penyelesaian permasalahan dalam matematika dikaitkan dengan semesta
pembicaraan.14

Dari pendapat di atas, penulis dapat simpulkan bahwa karakteristik

pembelajaran matematika ada enam yaitu: (1) Memiliki objek kajian yang bersifat

abstrak; (2) Mengacu pada kesepakatan; (3) Mempunyai pola pikir deduktif; (4)

Konsisten dalam sistemnya; (5) Memiliki simbol yang kosong dari arti dan (6)

Memperhatikan semesta pembicaraan.

C. Pembelajaran Quantum Teaching

Munculnya berbagai permasalahan dalam setiap proses pembelajaran telah

mendorong beberapa praktisi pendidikan untuk menciptakan beberapa strategi

14
Sri Wardhani, Implikasi Karakteristik Matematika dalam Pencapaian Tujuan Pelajaran
Matematika SMP/MTs/Sri Wardhani/PPPPTK Matematika, (Jakarta: 2010), hal 3-7
16

pembelajaran. Salah satu strategi pembelajaran tersebut adalah pembelajaran

Quantum Teaching. Dalam pembelajaran Quantum Teaching yang penting adalah

bagaimana menciptakan kondisi belajar agar siswa selalu butuh dan ingin terus

belajar.

Quantum Teaching terdiri dari Quantum dan Teaching. Secara

terminologi, quantum adalah interaksi-interaksi yang mengubah energi menjadi

cahaya.15 Sedangkan teaching berasal dari bahasa inggris, dari kata teach yang

berarti mengajar.

Quantum Teaching merupakan orkestrasi bermacam-macam interaksi

belajar yang ada di dalam dan di sekitar momen belajar. Interaksi-interaksi itu

mencakup unsur-unsur untuk belajar efektif yang mempengaruhi kesuksesan siswa

secara menyeluruh.16 Quantum Teaching merupakan proses pembelajaran untuk

meningkatkan proses belajar mengajar menjadi menyenangkan, sehingga siswa

tidak akan bosan selama proses pembelajaran.

Quantum Teaching mempunyai beberapa asas yang menguatkan

keberadaannya. Asas dari Quantum Teaching adalah “Bawalah Dunia Mereka

(Pembelajar) Ke Dunia Kita (Pengajar)”, dan “Antarkan Dunia Kita (Pengajar)

Ke Dunia Mereka (Pembelajar)”. Dalam arti apa yang ada dalam diri harus

mampu membawa siswa untuk memahami dan mencoba menerapkannya dalam

15
Bobbi De Porter, dkk, Quantum Learning: Membiasakan Belajar Nyaman dan
Menyenangkan, (Bandung: Kaifa, 2012), hal 16

16
Miftahul A’la, Qunatum Teaching, (Jogjakarta: DIVA Press, cetakan III, 2012), hal 22
17

kehidupan.17 Asas ini sangat penting bagi kita, karena langkah pertama kita dalam

proses pembelajaran adalah memasuki dunia siswa. Jika telah masuk dalam dunia

siswa maka akan lebih mudah untuk kita menerapkan berbagai metode

pembelajaran yang sesuai dengan keinginannya dan mampu membawa mereka

untuk tetap belajar.

Dalam mewujudkan kegiatan belajar mengajar yang menyenangkan,

model pembelajaran Quantum Teaching memiliki lima prinsip yaitu segalanya

berbicara, segalanya bertujuan, pengalaman sebelum pemberian nama, akui setiap

usaha, dan jika layak dipelajari maka layak pula dirayakan. 18 Prinsip-prinsip

Quantum Teaching tersebut merupakan kerangka rancangan model Quantum

Teaching yang dikenal dengan istilah TANDUR.

D. Langkah-Langkah Pembelajaran Quantum Teaching

Dalam pelaksanaannya Quantum Teaching melakukan langkah-langkah

pengajaran dengan enam langkah yaitu tumbuhkan, alami, namai, demonstrasi,

ulangi dan rayakan yang tercermin dalam istilah TANDUR, sebagai berikut:

1. Tumbuhkan

Tumbuhkan mengandung makna bahwa pada awal kegiatan

pembelajaran pengajar harus berusaha menumbuhkan/mengembangkan minat

siswa untuk belajar. Menumbuhkan suasana belajar yang sangat menyenangkan

dan menggembirakan dihati setiap siswa, dalam suasana relaks, tumbuhkan

17
Miftahul A’la, Qunatum . . . , hal 27

18
Made Wena, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009),
hal 160-162
18

interaksi dengan siswa. Jika sudah demikian, maka siswa akan merasakan enjoy

dan menikmati belajarnya.

2. Alami

Yakni proses pembelajaran akan menyenangkan jika siswa mengalami

secara langsung atau nyata materi yang dipelajari.

3. Namai

Dalam tahap memberi nama, harus disediakan kata kunci, konsep, model,

rumus, strategi: yang kemudian menjadi sebuah masukan bagi siswa. Setelah siswa

melalui pengalaman belajar pada kompetensi dasar tertentu, ajak mereka untuk

menulis di kertas, memberikan nama apa saja yang telah mereka peroleh, apakah

itu informasi, rumus, pemikiran, tempat dan sebagainya.

4. Demonstrasi

Menyediakan kesempatan bagi siswa untuk menunjukkan bahwa mereka

tahu. Setelah siswa mengalami belajar akan sesuatu, memberi kesempatan kepada

mereka untuk mendemonstrasikan kemampuannya karena siswa akan mampu

mengingat 90% jika siswa itu mendengar, melihat, dan melakukannya. Melalui

pengalaman belajar siswa akan mengerti dan mengetahui bahwa dia memiliki

kemampuan dan informasi yang cukup.

5. Ulangi

Pengulangan dapat memperkuat koneksi saraf dan menumbuhkan rasa

“Aku tahu bahwa aku tahu ini! Pengulangan sebaiknya dilakukan dengan

menggunakan konsep multi kecerdasan yang dimiliki oleh setiap siswa.


19

6. Rayakan

Yakni pengakuan untuk penyelesaian, partisipasi, dan perolehan

keterampilan dan ilmu pengetahuan. Perayaan adalah ekspresi dari kelompok

seseorang yang telah berhasil mengerjakan sesuatu tugas atau kewajiban dengan

baik.19

E. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Quantum Teaching

a. Kelebihan Model Pembelajaran Quantum Teaching

Adapun kelebihan model pembelajaran Quantum Teaching antara lain:

1. Membuat siswa merasa nyaman dan gembira dalam belajar, karena model

ini menuntut setiap siswa untuk selalu aktif dalm proses belajar.

2. Memberikan motivasi pada siswa untuk ambil bagian dalam kegiatan

belajar mengajar (KBM) yang berlangsung.

3. Dengan adanya kesempatan bagi siswa untuk menunjukkan

kemampuannya, akan memudahkan guru dalam mengontrol sejauh mana

pemahaman siswa dalam belajar.

b. Kekurangan Model Pembelajaran Quantum Teaching

Adapun kekurangan model pembelajaran Quantum Teaching antara lain:

1. Model Quantum Teaching menuntut profesionalisme yang tinggi dari

seorang guru.

2. Banyaknya media dan fasilitas yang digunakan sehingga nilai kurang

ekonomis.

19
Miftahul A’la, Quantum Teaching, (Jogjakarta: DIVA Pres, 2012), hal 34-40
20

3. Kesulitan yang dihadapi dalam menggunakan model Quantum Teaching

akan terjadi dalam situasi dan kondisi belajar kurang kondusif sehingga

menuntut penguasaan kelas yang baik. 20

F. Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis

Pemahaman berasal dari kata paham yang artinya “mengerti benar”. Dalam

pengetian yang lebih luas pemahaman dapat diartikan dengan mengerti benar

sehingga dapat mengkomunikasikan dan mengajarkan kepada orang lain.

pemahaman adalah tingkat kemampuan yang mengharapkan siswa mampu

memahami arti atau konsep, situasi serta fakta yang diketahuinya. Sedangkan

konsep merupakan sesuatu yang tergambar dalam pikiran, suatu pemikiran,

gagasan, atau suatu pengertian.

Pemahaman konsep merupakan kompetensi yang ditunjukkan siswa dalam

memahami konsep dan dalam melakukan prosedur (algoritma) secara luwes, akurat,

efesien, dan tepat. Oleh karena itu, pemahaman konsep dijadikan salah satu dari tiga

aspek penilaian dalam pembelajaran matematika. 21 Pemahaman konsep dapat

diartikan sebagai kemampuan siswa memahami, menerjemahkan dan

menyimpulkan suatu konsep berdasarkan pengetahuannya sendiri. Jadi,

20
Muhammad Isnaini, “Pengaruh Model Pembelajaran Quantum Teaching dengan
Langkah-Langkah Tandur Terhadap Keterampilan Proses Belajar Siswa Materi Sel Kelas XI di
SMA Muhammadiyah 1 Palembang”. Jurnal Bioilmi, Vol. 2, No. 1, Januari 2016, hal 19
21
Mona Zevika, dkk, “Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep Siswa Kelas VIII
SMP NEGERI 2 PADANG Panjang Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pait Share
Disertai Peta Pikiran”. Jurnal Pendidikan Matematika, Part2, Vol. 1, No. 1, 2012
21

pemahaman konsep yang baik turut mempengaruhi daya berpikir siswa terhadap

pemecahan masalah matematika.

Pemahaman konsep merupakan modal awal di dalam pembelajaran

matematika setelah pengetahuan, jika pemahaman siswa akan konsep matematika

masih dikategori yang rendah tentunya ini akan menjadi penghambat dalam

menyelesaikan permasalahan matematika pada tingkat selanjutnya seperti soal

matematika yang membutuhkan penalaran, pemecahan masalah hingga

mengaplikasikan dan mengkomunikasikan suatu konsep matematika di dalam

kehidupan sehari-hari. Dengan pemahaman konsep matematika yang baik, siswa

akan mudah mengingat, menggunakan, dan menyusun kembali suatu konsep yang

telah dipelajari serta dapat menyelesaikan berbagai variasi soal matematika.22

Siswa dikatakan memiliki kemampuan pemahaman konsep matematika jika

dia dapat merumuskan strategi penyelesaian, menerapkan perhitungan sederhana,

menggunakan simbol untuk mempresentasikan konsep, dan mengubah suatu bentuk

lain seperti pecahan dalam pembelajaran matematika. 23 Pemahaman konsep

matematika salah satu tujuan penting dalam pembelajaran. Karena pemahaman

konsep matematika yang baik sangat diperlukan bagi siswa agar siswa tidak

kesulitan dalam menyelesaikan masalah.

22
Ivan Sadag Regi, Analisis Kemampuan Pemahaman Konsep Segiempat Siswa Kelas VIII
SMP NEGERI 1 Lubuklinggau, 2017, Email: vnrgi05@gmail.com

23
Siti Mawaddah, Ratih Maryanti, “Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa
SMP dalam Pembelajaran Menggunakan Model Penemuan Terbimbing (Discovery Learning)”,
EDU-MAT Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. 4, No. 1, April 2016, hal 77
22

Kemampuan pemahaman konsep matematis merupakan salah satu indikator

pencapaian siswa memahami konsep-konsep matematika yang telah dipelajari

selama proses pembelajaran. Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan

bahwa pemahaman konsep matematis adalah kemampuan untuk mengerti ide

abstrak dan objek dasar yang dipelajari siswa serta mengaitkan notasi dan simbol

matematika yang relevan dengan ide-ide matematika, kemudian

mengkombinasikannya ke dalam rangkaian penalaran yang logis.

Menurut Hamzah dan Satria indikator pemahaman konsep adalah sebagai

berikut:

1. Menyatakan ulang sebuah konsep


2. Mengklasifikasikan objek-objek menurut sifat-sifat tertentu (sesuai
dengan konsepnya)
3. Memberi contoh dan bukan contoh dari konsep
4. Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi sistematis
5. Mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup suatu konsep
6. Menggunakan, memanfaatkan, dan memilih prosedur atau operasi
tertentu
7. Mengaplikasikan konsep atau algoritma ke pemecahan masalah24

Adapun indikator pemahaman konsep matematis menurut Sri Wardani

yaitu:

1. Menyatakan ulang sebuah konsep


2. Mengklasifikasikan objek-objek menurut sifat-sifat tertentu (sesuai
konsepnya)
3. Memberikan contoh dan non contoh dari konsep
4. Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi
5. Mengembangkan syarat perlu dan syarat cukup suatu konsep
6. Menggunakan, memanfaatkan dan memilih prosedur atau operasi
tertentu

24
Hamzah B. Uno dan Satria Koni, Assesment Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara,
2012), hal 216
23

7. Mengaplikasikan konsep atau algoritma pemecahan masalah25

Menurut Sri Wiji Lestari indikator pemahaman konsep adalah sebagai

berikut:

1. Menyatakan ulang konsep yang telah dipelajari


2. Mengklasifikasikan objek-objek berdasarkan dipenuhi tidaknya
persyaratan membentuk konsep tersebut
3. Memberikan contoh atau non-contoh dari konsep yang dipelajari
4. Menyajikan konsep dalam berbagai macam bentuk representasi
matematis
5. Mengaitkan berbagai konsep
6. Mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup suatu konsep 26

Berdasarkan indikator-indikator pemahaman konsep yang telah

dikemukakan oleh beberapa ahli diatas, yang menjadi indikator pemahaman

konsep matematis pada penelitian ini adalah:

A. Menyatakan ulang sebuah konsep

B. Memberikan contoh dan bukan contoh dari suatu konsep

C. Menyajikan konsep dalam bentuk representasi matematis

D. Mengaplikasikan konsep atau algoritma dalam pemecahan masalah

G. Hubungan Model Pembelajaran Quantum Teaching dengan Kemampuan


Pemahaman Konsep

Untuk mencapai pemahaman konsep siswa dalam matematika dapat

dilakukan dengan cara menerapkan model pembelajaran Quantum Teaching. Model

ini merupakan salah satu cara dalam usaha mengembangkan kemampuan

25
Sri Wardani, Paket Fasilitas Pemberdayaan KKG/MGMP Matematika, (Yogyakarta:
PPPPTK Matematika, 2008), hal 10

26
Sri Wiji Lestari, Penerapan Model Pembelajaran M-Apos dalam Meningkatkan
Pemahaman Konsep dan Motivasi Belajar Kalkulus II, (Jakarta: 2013), hal 35
24

pemahaman konsep matematis siswa. Quantum Teaching menekankan agar siswa

mengetahui dan memahami bentuk nyata dari pembelajaran yang berlangsung

dengan bantuan aktivitas yang diberikan guru.27

Penerapan model Quantum Teaching dalam pembelajaran

memungkinkan siswa untuk tahu manfaat dari materi yang dipelajari bagi

kehidupannya, aktif dalam kegiatan pembelajaran, menemukan sendiri konsep-

konsep yang dipelajari tanpa harus selalu tergantung pada guru, mampu

memecahkan masalah-masalah yang berkaitan dengan konsep yang dipelajari,

bekerja sama dengan siswa lain, dan berani untuk mengemukakan pendapat.

Dengan demikian, siswa menjadi lebih tertantang untuk belajar dan berusaha

menyelesaikan semua permasalahan yang ditemui.28 Dari penjelasan di atas,

jelaslah bahwa model Quantum Teaching menekankan agar siswa selalu aktif

selama kegiatan pembelajaran, dimana siswa dilibatkan secara langsung dalam

proses pembelajaran sehingga dapat membangun pemahaman konsep matematis

siswa.

Adanya tahap Alami, Namai dan Demonstrasikan pada tahapan Quantum

Teaching dalam proses pembelajaran dapat melatih siswa untuk memahami suatu

konsep dan membuka pikiran mereka tentang hal nyata yang mereka temui dalam

bermatematika.29 Hal tersebut membuat siswa tidak mengkhayal dalam

27
Angga Murizal, dkk, “Pemahaman Konsep Matematis dan Model Pembelajaran
Quantum Teaching”. Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. 1, No. 1, 2012, hal 20

28
Kawit Sugandika, dkk, Pengaruh Model Quantum Teaching Terhadap Pemahaman
Konsep IPA Siswa Kelas IV Di Gugus VII Kecamatan Buleleng,

29
Angga Murizal,dkk, “Pemahaman Konsep Matematis dan Model Pembelajaran Quantum
Teaching”. Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. 1, No. 1, 2012, hal 20
25

membayangkan suatu konsep materi yang dipelajari. Sehingga siswa mampu

mengungkapkan konsep matematikanya dengan bahasa yang benar dan mudah

dipahami, dengan adanya hal tersebut kemampuan pemahaman konsep matematis

siswa dapat dikembangkan.

H. Tinjauan Materi Perbandingan

Berdasarkan silabus kurikulum 2013 revisi 2017 materi perbandingan

merupakan salah satu pokok bahasan yang diajarkan pada kelas VII Semester Ganjil

yaitu setelah materi persamaan dan pertidaksamaan linear satu variabel. Adapun

kompetensi dasarnya sebagai berikut:

3.7 Menjelaskan rasio dua besaran (satuannya sama dan berbeda)

3.8 Membedakan perbandingan senilai dan berbalik nilai dengan menggunakan

tabel, data, grafik, dan persamaan

4.7 Menyelesaikan nasalah yang berkaitan dengan rasio dua besaran (satuannya

sama dan berbeda)

4.8 Menyelesaikan nasalah yang berkaitan dengan perbandingan senilai dan

berbalik nilai

Adapun alokasi waktu untuk kompetensi dasar 3.7, 3.8, 4.7 dan 4.8 adalah

10 JP. Namun, pada penelitian ini penulis hanya mengambil kompetensi dasar 3.7

menjelaskan rasio dua besaran (satuannya sama dan berbeda) dan 4.7

menyelesaikan nasalah yang berkaitan dengan rasio dua besaran (satuannya sama

dan berbeda).

Perbandingan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam

matematika, demikian juga dalam kehidupan sehari-hari kita pun tidak lepas dari
26

perbandingan. Perbandingan dalam kehidupan sehari-hari misalnya: untuk

menghitung banyak barang dengan jumlah harganya, untuk menghitung banyak

liter bensin dengan jarak yang ditempuh sebuah kendaraan dan lain sebagainya.

Adapun materi yang berhubungan dengan perbandingan pada penelitian

ini antara lain adalah sebagai berikut.

a. Perbandingan Senilai

Perbandingan senilai adalah perbandingan dua besaran bila salah satu

besaran nilainya semakin besar maka nilai besaran yang lain akan semakin besar

dan sebaliknya. Secara umum perbandingan senilai ditulis:

∶ = ∶ atau × = ×

Contoh:

Apabila harga 15 buah buku adalah Rp45.000, berapakah harga 10 buah buku?

b. Perbandingan Berbalik Nilai

Perbandingan berbalik nilai adalah perbandingan dua besaran bila salah

satu besaran nilainya semakin besar maka nilai besaran yang lain akan semakin

kecil dan sebaliknya. Perbandingan berbalik nilai berkaitan dengan berbanding

terbalik atau proporsi berbalik nilai. Secara umum perbandingan berbalik nilai

ditulis:

∶ = ∶ atau × = × .

Contoh:
27

Pak sapto membagikan buku kepada 40 anak dan masing-masing mendapat 5 buah

buku. Apabila buku itu dibagikan kepada 25 anak, berapa banyak buku yang

diterima masing-masing anak?30

c. Perbandingan Berbalik Nilai Bertingkat

Perbandingan bertingkat adalah membandingkan dua hal pasti akan

mendapatkan hasil yang satu lebih tinggi, lebih cepat atau lebih dari yang lain.

perbandingan bertingkat artinya perbandingan dengan tingkatan yang jumlahnya

bisa lebih dari dua.

Contoh:

Sebuah gedung direncanakan selesai dibangun selama 20 hari oleh 36 orang

pekerja. Setelah dikerjakan 12 hari, pekerjaan dihentikan selama 2 hari. Jika

kemampuan bekerja setiap orang sama dan agar pembangunan gedung selesai tepat

waktu, berapakah pekerja tambahan yang diperlukan?

I. Penelitian Relevan

Penelitian-penelitian yang relevan diperlukan untuk memudahkan

penulis dalam melakukan proses penelitian. Berikut penelitian yang relevan yang

pernah menggunakan model Quantum Teaching antara lain:

1. Seri Oktarina dalam penelitian yang berjudul “pengaruh model Quantum

Teaching terhadap pemahaman konsep matematika siswa di kelas X SMA

Ethika Palembang” di mana pengaruh tersebut dapat dilihat dari hasil data tes

30
Sukino, Wilson Simangunsong, Matematika Untuk SMP Kelas VII, (Jakarta: Erlangga,
2007), hal 170 - 192
28

pemahaman konsep matematikayang terdirri dari 5 soal essay, dengan nilai

rata-rata kelas eksperimen 61,32 dan nilai rata-rata kelas kontrol 50,59.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa pemahaman konsep matematis siswa pada

kelas eksperimen lebih tinggi dibanding kelas kontrol.

2. Erni Syofna dalam penelitian yang berjudul “penerapan model Quantum

Teaching terhadap pemahaman konsep matematis siswa kelas VIII SMP

Negeri 5 Lubuk Alung” diperoleh nilai rata-rata kelas eksperimen 47,46 dan

nilai rata-rata kelas kontrol 20. Berdasarkan nilai rata-rata yang diperoleh pada

tes kemampuan pemahaman konsep matematis maka dapat disimpulkan

bahwa kemampuan pemahaman konsep matematis siswa kelas eksperimen

lebih tinggi daripada kemampuan pemahaman konsep matematis siswa kelas

kontrol.

J. Kerangka pikir

Kerangka berpikir adalah argumentasi dalam merumuskan hipotesis yang

merupakan jawaban yang bersifat sementara terhadap masalah yang diajukan.31

Secara umum, kerangka berpikir berfungsi sebagai tempat peneliti memberikan

penjelasan tentang hal-hal yang berhubungan dengan variabel pokok, subvariabel

pokok, atau masalah yang ada dalam penelitian berdasarkan teori yang ada.32 Salah

satu komponen penentu efektifitas belajar adalah model pembelajaran, model

pembelajaran dianggap penting sebagai sesuatu yang bersifat menyalurkan pesan

31
Purwanto, Metodologi Penelitian Kuantitatif untuk Psikologi dan Pendidikan,
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), hal 140-143

32
Mahmud, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung : Pustaka Setia, 2011), hal 128
29

dan dapat merangsang pikiran, perasaan, kemauan siswa sehingga dapat mendorong

terjadinya proses belajar pada dirinya.

Model pembelajaran Quantum Teaching ini mendorong siswa untuk lebih

aktif selama proses pembelajaran. Menerapkan pembelajaran Quantum Teaching

sebagai alternatif yang dapat membantu guru merancang pembelajaran yang efektif

dan efisien pada materi Perbandingan. Pembelajaran yang efektif dan efisien

diharapkan akan membuat siswa merasa nyaman dan menyenangkan, sehingga

motivasi siswa untuk belajar matematika meningkat. Jika motivasi belajar

meningkat maka pemahaman konsep siswa dalam belajar matematika juga

meningkat. Berdasarkan uraian di atas maka kerangka pikir dapat digambarkan

bagan sebagai berikut:


30

c
Pembelajaran yang hanya berfokus pada buku paket dan guru hanya
menjelaskan materi apa yang ada pada buku paket akan membuat siswa
merasa bosan dan jenuh selama proses pembelajaran. Kemudian siswa hanya
akan menjadi penghafal rumus matematika tanpa memahami makna dari
rumus tersebut.

Pemahaman konsep siswa rendah

Pembelajaran yang nyaman dan menyenangkan akan membuat siswa tidak


bosan selama pembelajaran sehingga dapat mempermudah pemahaman siswa
dalam memahami konsep. Kemudian, pembelajaran yang melibatkan
langsung siswa akan membangun pemahaman konsep siswa terhadap materi
yang dipelajari. Adapun model pembelajaran yang memenuhi kriteria tersebut
adalah model pembelajaran Quantum Teaching.

Quantum Teaching banyak memiliki manfaat diantaranya membuat siswa


merasa nyaman dan gembira dalam belajar, sehingga membuat siswa selalu
aktif dalam proses belajar. Lebih melibatkan siswa, maka saat proses
pembelajaran perhatian siswa dapat dipusatkan kepada hal-hal yang
dianggap penting oleh guru, sehingga hal yang penting itu dapat diamati
secara teliti. Memberikan kesempatan bagi siswa untuk menunjukkan
kemampuannya, sehingga akan memudahkan guru dalam mengontrol sejauh
mana pemahaman siswa dalam belajar.

Dengan menerapkan model pembelajaran Quantum Teaching siswa dirancang


untuk aktif mengamati, menyesuaikan antara teori dengan kenyataan, dan
dapat mencoba melakukan sendiri. Perhatian siswa terpusatkan pada
pembelajaran yang penting.

Pemahaman konsep siswa meningkat


31

K. Postulat dan Hipotesis

Postulat penelitian merupakan hal yang sangat diperlukan dalam suatu

penelitian, karena merupakan titik tolak untuk menyusun landasan teori dalam

penelitian. “postulat atau anggapan dasar adalah isi pernyataan umum yang tidak

diragukan kebenarannya.”33 Adapun yang menjadi anggapan dasar dalam penelitian

ini adalah pembelajaran berdasarkan penerapan model pembelajaran Quantum

Teaching yang dapat diterapkan pada materi perbandingan.

Dalam penelitian juga diperlukan hipotesis supaya penelitian menjadi

lengkap, disini hipotesis berperan sebagai jawaban sementara yang perlu dibuktikan

kebenarannya dari permasalahan yang akan diteliti, sebagaimana yang

dikemukakan oleh S. Margono, bahwa:

“Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang

secara teoritis dianggap paling tinggi tingkat kebenarannya. Secara teknik hipotesis

adalah pernyataan mengenai keadaan populasi yang akan diuji kebenarannya

melalui data yang diperoleh dari sampel penelitian. Secara statistik hipotesis

merupakan pernyataan keadaan parameter yang akan diuji melalui statistik

sampel.”34 Maka dalam penelitian ini dapat dirumuskan hipotesis adalah:

1. Penerapan model pembelajaran Quantum Teaching dapat meningkatkan

kemampuan pemahaman konsep matematis siswa SMP/MTs.

33
E. Zainal Arifi, Dasar-Dasar Penulisan Karya Ilmiah, (Jakarta: PT. Grasindo, 2003), hal

53.
34
Margono S, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2007), hal. 67-

68.
32

2. Kemampuan pemahaman konsep matematis siswa yang belajar dengan model

pembelajaran Quantum Teaching lebih baik daripada kemampuan pemahaman

konsep matematis siswa yang belajar dengan pembelajaran konvensional.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Setiap penelitian rancangan yang baik agar hasilnya sesuai dengan yang

diinginkan dan valid. Untuk memudahkan penelitian maka layaknya ditetapkan

suatu model penelitian yang tepat karena sangat berpengaruh terhadap valid

tidaknya hasil penelitian. Jenis pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini

adalah pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif adalah suatu pendekatan yang

menghasilkan data berupa angka-angka dari hasil tes.35 Sedangkan metode

penelitiannya adalah eksperimen. Penelitian eksperimen merupakan penelitian yang

bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya akibat dari “sesuatu” yang dikenakan

pada subjek selidiki.36 Jenis penelitian eksperimen yang digunakan adalah jenis

Quasi Eksperimen (eksperimen semu).

Quasi Eksperimen adalah salah satu metode yang tepat untuk menyelidiki

suatu hubungan sebab-akibat dan menarik suatu kesimpulan hubungan sebab-

akibat.37 Adapun jenis desain penelitian ini adalah control group pretest-posttest

desain. Rancangan penelitian ini ada dua kelompok objek yaitu, kelompok

eksperimen dan kelompok kontrol. Kelompok eksperimen diajarkan dengan

menggunakan model Quantum Teaching, sedangkan kelompok kontrol diajarkan

tanpa menggunakan model Quantum Teaching. Secara bagan dapat digambarkan:

35
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2010), hal 59

36
Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian, ( Jakarta: Rineka Cipta, 2007), hal 207.

37
Sutrisno Hadi, Statistik Jilid II, (Jakarta: Bumi Aksara, 1997), hal 407

33
34

Tabel 3.1 Control Group Pre Test Post Test Design


Kelompok Pre Test Perlakuan Post Test
Eksperimen X
Kontrol −

Keterangan:

= Pre Test

= Post Test kelas eksperimen dan kelas kontrol

X = Pembelajaran melalui model Pembelajaran Quantum Teaching

− = Pembelajaran tanpa menggunakan model Quantum Teaching

B. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi adalah himpunan keseluruhan karakteristik dari objek yang

diteliti. Populasi juga merupakan keseluruhan atau totalitas objek psikologis yang

dibatasi oleh kriteria tertentu.38 Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa

kelas VII MTsN 2 PIDIE yang terdiri dari 5 kelas, yaitu kelas VIIA, VIIB, VIIC,

VIID, dan VIIE.

Sampel adalah bagian dari jumlah karakteristik yang dimiliki oleh populasi

tersebut. Sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul representatif

(mewakili). Sampel dalam penelitian adalah memilih dua kelas dari lima kelas

secara acak, karena sampel ini diambil dengan menggunakan teknik Simple

Random Sampling, karena pengambilan sampel dari populasi dilakukan secara acak

tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu. Cara demikian dilakukan

38
Mahmud, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung : Pustaka Setia, 2011), hal 154-120
35

bila anggota populasi dianggap homogen.39 Oleh karena itu sampel dalam

penelitian ini terambil kelas sebagai kelas ekperimen dan kelas sebagai

kelas kontrol.

C. Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen adalah alat yang digunakan untuk menyimpulkan data dan

informasi yang diinginkan peneliti.40 Instrumen yang digunakan dalam penelitian

ini adalah soal tes. Soal tes yang digunakan berbentuk essay yang dibuat

berdasarkan indikator kemampuan pemahaman konsep matematis. Soal terdiri dari

soal tes awal dan tes akhir. Soal tes awal digunakan sebelum pembelajaran

berlangsung sedangkan soal tes akhir digunakan setelah pembelajaran berlangsung.

Adapun kriteria penilaian kemampuan pemahaman konsep dapat dilihat

pada tabel berikut ini:

Tabel 3.2 Pedoman Penskoran Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika


Siswa
Indikator pemahaman Keterangan Skor
konsep
1. Menyatakan ulang Tidak ada jawaban atau tidak ada ide 0
sebuah konsep matematika yang muncul sesuai dengan soal
Ide matematika telah muncul dan dapat 1
menyatakan ulang konsep dengan benar
kurang dari 25%
Dapat menyatakan ulang konsep dengan benar 2
antara 26%− 50%
Dapat menyatakan ulang konsep dengan benar 3
antara 51%− 75%
Dapat menyatakan ulang konsep dengan benar 4
antara 76%− 100% atau jawabannya tepat

39
Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian, ( Jakarta: Rineka Cipta, 2013), hal 177

40
Toha, Anggoro, Metode Penelitian, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2008), hal 52
36

2. Memberikan contoh Tidak ada jawaban atau tidak ada ide 0


dan bukan contoh matematika yang muncul sesuai dengan soal
dari suatu konsep Ide matematika telah muncul dan dapat 1
menyebutkan konsep yang dimiliki oleh setiap
contoh yang diberikan dengan benar kurang
dari 25%
Dapat dmemberikan contoh dan bukan contoh 2
dengan benar antara 26%− 50%
Dapat memberikan contoh dan bukan contoh 3
dengan benar 51%− 75%
Dapat memberikan contoh dan bukan contoh 4
dengan benar antara 76%− 100% atau
jawabannya tepat
3. Menyajikan konsep Tidak ada jawaban atau tidak ada ide 0
dalam bentuk matematika yang muncul sesuai dengan soal
representasi Ide matematika telah muncul dan dapat 1
matematis menyajikan konsep dalam bentuk representasi
matematika dengan benar kurang dari 25%
Dapat menyajikan sebuah konsep dalam 2
bentuk representasi matematika dengan benar
antara 26%− 50%
Dapat menyajikan sebuah konsep dalam 3
bentuk representasi matematika dengan benar
antara 51%− 75%
Dapat menyajikan sebuah konsep dalam 4
bentuk representasi matematika dengan benar
antara 76%− 100% atau jawabannya tepat
4. Mengaplikasikan Tidak ada jawaban atau tidak ada ide 0
konsep atau matematika yang muncul sesuai dengan soal
algoritma dalam Ide matematika telah muncul dan dapat
pemecahan masalah mengaplikasikan konsep sesuai prosedur 1
dalam menyelesaikan soal pemecahan masalah
dengan benar kurang dari 25%
Dapat mengaplikasikan konsep sesuai
prosedur dalam menyelesaikan soal 2
pemecahan masalah dengan benar antara
26%− 50%
37

Dapat mengaplikasikan konsep sesuai


prosedur dalam menyelesaikan soal 3
pemecahan masalah dengan benar 51%− 75%
Dapat mengaplikasikan konsep sesuai
prosedur dalam menyelesaikan soal 4
pemecahan masalah dengan benar antara
76%− 100% atau jawabannya tepat 41
Sumber: Modivikasi dari Siti Mawaddah dan Ratih Maryanti

D. Teknik Pengumpalan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan untuk mendapatkan data dalam

penelitian ini adalah tes. Tes adalah rangkaian pernyataan atau alat lain yang

digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, inteligensi, kemampuan,

atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok.42 Pada penelitian ini

dilakukan dua tes yaitu:

1. Tes Awal

Tes awal merupakan tes yang diberikan kepada siswa sebelum diberikan

perlakuan, yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan awal yang dimiliki siswa

sebelum pembelajaran dengan menggunakan model Quantum Teaching. Tes ini

akan diberikan kepada seluruh siswa yang menjadi sampel penelitian ini. Soal yang

diberikan pada tes awal merupakan soal materi perbandingan yang sederhana dalam

bentuk essay yang berjumlah 4 butir soal.

2. Tes Akhir

41
Siti Mawaddah dan ratih Maryanti, “Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa
SMP dalam Pembelajaran Menggunakan Model Penemuan Terbimbing (Discovery Learning)”.
EDU-MAT Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. 4, No. 1, April 2016, hal 79-80

42
Mahmud, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung : Pustaka Setia, 2011), hal 185
38

Tes akhir merupakan tes yang diberikan kepada siswa setelah diberikan

perlakuan, yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan siswa setelah

pembelajaran dengan menggunakan model Quantum Teaching. Tes ini akan

diberikan kepada seluruh siswa yang menjadi sampel dari penelitian ini, soal yang

diberikan pada tes akhir merupakan soal materi perbandingan lanjut dalam bentuk

essay yang berjumlah 4 butir soal.

E. Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh pada penelitian ini kemudian dianalisis, berguna

untuk mengetahui perkembangan siswa. Tahap pengumpulan data merupakan tahap

yang paling penting dalam suatu penelitian. Karena pada tahap ini hasil penelitian

dapat dirumuskan setelah semua data terkumpul kemudian diolah dengan

menggunakan statistik yang sesuai. Data yang dianalisis yaitu:

1. Analisis Data Tes Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis

Data yang didapat dari hasil tes kemampuan pemahaman konsep

matematis siswa merupakan data ordinal, maka terlebih dahulu data tersebut

dikonversikan dalam bentuk data interval dengan menggunakan MSI (Method

Successive Interval) baik secara manual maupun dengan bantuan Microsoft Excel.

Adapun data yang diolah untuk penelitian ini adalah data hasil pre-test dan hasil

post-test yang didapat dari kedua kelas. Selanjutnya data tersebut diuji dengan

menggunakan uji-t pada taraf signifikan = 0,05. Adapun teknik analisis data

kemampuan pemahaman konsep yaitu dengan rumus:


Presentase skor rata-rata =
100%
39

Untuk keperluan mengkualifikasi kualitas pemahaman konsep siswa, siswa

dikelompokkan menjadi kategori sangat baik, baik, cukup, kurang, dan sangat

kurang dengan menggunakan skala lima menurut Suherman dan Kusumah yaitu

pada Tabel 3.3 berikut ini.

Tabel 3.3 Kriteria Penentuan Tingkat Pemahaman Konsep


Persentase skor total siswa Kategori kemampuan siswa
90% ≤ ≤ 100% A (sangat Baik)
75% ≤ ≤ 90% B (Baik)
55% ≤ ≤ 75% C (Cukup)
40% ≤ ≤ 55% D (Kurang)
0% ≤ ≤ 40% E (Sangat Kurang)43
Sumber: Adopsi dari Irwan, dkk

Adapun langkah dalam melakukan konversi MSI secara manual sebagai

berikut:

a) Menghitung frekuensi setiap skor

b) Menghitung proporsi

Proporsi dapat dihitung dengan membagi frekuensi setiap skala ordinal

dengan jumlah seluruh frekuensi skala ordinal.

c) Menghitung proporsi komulatif

Proporsi komulatif dihitung dengan cara menjumlah setiap proposi secara

berurutan.

d) Menghitung nilai Z

43
Irwan, dkk, “Pemahaman Konsep Matematika Pada Materi Turunan Melalui
Pembelajaran Teknik Probing”, Vol. 1, 2012. Diakses pada tanggal 15 februari 2016
40

Dengan mengasumsikan proporsi komulatif berdistribusi normal baku maka

nilai Z akan diperoleh dari tabel distribusi Z atau tabel distribusi normal

baku.

e) Menghitung nilai densitas fungsi Z

Nilai densitas F(z) dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

1 1
= (− )
√2 2

Keterangan:

z adalah nilai Z yang telah dihitung pada poin d

f) Menghitung Scale Value

Rumus yang digunakan untuk menghitung Scale Value yaitu sebagai

berikut:


=

Keterangan:
= Nilai densitas batas bawah
= Nilai densitas batas atas
= Area batas atas
= Area batas bawah

g) Menghitung penskala

Nilai hasil penskala dapat dihitung dengan cara sebagai berikut:

(1) SV tekecil (SV min)

Ubah nilai SV terkecil (nilai negatif terbesar) diubah menjadi sama

dengan 1.

(2) Transformasi nilai skala dengan rumus:

y = SV + | SV min |
41

keterangan:

SV adalah scale value44

Setelah data dikonversikan menjadi skala interval, selanjutnya data

tersebut diuji dengan menggunakan uji-t pada taraf signifikan = 0,05. Adapun

prosedur yang digunakan adalah sebagai berikut:

(a) Membuat daftar distribusi frekuensi

Untuk membuat daftar distribusi frekuensi dengan panjang kelas yang

sama, lakukan sebagai berikut:

1) Menentukan rentang (R) adalah data terbesar dikurangi data terkecil.

R = data terbesar – data terkecil

2) Menentukan banyak kelas interval dengan menggunakan aturan sturges

yaitu:

1 + 3, 3log n, dimana n menyatakan banyak data.

3) Menentukan panjang kelas interval (p)

P=

4) Memilih ujung bawah kelas interval pertama. Untuk ini bisa diambil

sama dengan data terkecil atau nilai data yang lebih kecil dari terkecil

tetapi selisihnya harus kurang dari panjang kelas yang telah ditetapkan.

Selanjutnya daftar diselesaikan dengan menggunakan harga-harga yang

telah dihitung.45

44
Rostina Sundayana, Statistik Penelitian Pendidikan, (Garot: STKIP Garut Press), hal
233-237
45
Sudjana, Metoda Statistika, (Bandung: Tarsito, 2005), hal 47-48
42

(b) Menentukan Nilai Rata-Rata ( ̅ )

Data yang telah disusun dalam daftar frekuensi, nilai rata-rata ( ̅ ) dihitung

dengan menggunakan rumus sebagai berikut:


̅=

Keterangan:
̅ = skor rata-rata siswa
= frekuensi kelas interval data
= nilai tengah46

(c) Varian ( )

Varian dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

∑ − (∑ )
=
− 1

Keterangan:
n = jumlah siswa
= nilai frekuensi rata-rata
= nilai tengah
= simpangan baku47

(d) Uji Normalitas

Untuk mengetahui normal tidaknya data, diuji menggunakan chi-kuadrat

dengan rumus sebagai berikut:

( − )
=

46
Sudjana, Metoda Statistika ..., hal 67
47
Sudjana, Metoda Statistika ..., hal 95
43

Keterangan:
= distribusi chi-kuadrat
= hasil pengamatan
= hasil yang diharapkan48

Data berdistribusi normal dengan dk = (k – 1). Kriteria pengujian adalah

tolak jika ≥ ( )( ) dengan = 0,05, terima jika ≤

( )( ).

Hipotesis dalam uji kenormalan data adalah sebagai berikut:

H :O = E ; sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal

: O ≠ E ; sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal

(e) Uji Homogenitas Varians

Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah sampel dari

penelitian ini mempunyai varians yang homogen atau tidak. Perumusan hipotesis

bentuk uji homogenitas adalah sebagai berikut:

F=

Keterangan:
= varian dari sampel pertama
= varian dari sampel kedua49

Jika ≤ maka terima , dengan = ( − 1) dan =

( − 1) pada = 0,05.

48
Sudjana, Metoda Statistika ..., hal 273
49
Sudjana, Metoda Statistika ..., hal 249
44

Hipotesis dalam pengujian homogenitas data adalah sebagai berikut:

H : = ; tidak terdapat perbedaan varians antara kelas ekperimen dan kelas

kontrol

H : ≠ ; terdapat perbedaan varians antara kelas ekperimen dan kelas

kontrol

(f) Pengujian Hipotesis I

Untuk menghitung peningkatan kemampuan pemahaman konsep

matematis siswa kelas eksperimen di gunakan uji-t berpasangan (palred sample t-

test) dengan rumus:


= dengan, =

1 (∑ )
= −
− 1

Keterangan:
= rata-rata selisih pre-test dan post-test kelas eksperimen
= selisih pre-test dan post-test kelas eksperimen
= jumlah sampel
= standar deviasi dari 50

Statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah uji-t dengan taraf

signifikan = 0,05. Adapun rumusan hipotesis yang akan diuji adalah sebagai

berikut:

50
Sudjana, Metoda Statistika ..., hal 242
45

Pengujian Hipotesis I

: = 0 ; Penerapan model pembelajaran Quantum Teaching tidak dapat

meningkatkan kemampuan pemahaman konsep matematis siswa

SMP/MTs.

: > 0 ; Penerapan model pembelajaran Quantum Teaching dapat

meningkatkan kemampuan pemahaman konsep matematis siswa

SMP/MTs.

Pegujian hipotesis yang dilakukan adalah uji-t pihak kanan dengan =

0,05 dan dk = n – 1. Adapun kriteria pengujian adalah tolak jika ≥ ( ) dan

diterima dalam hal lainnya.

2. Analisis Perbandingan Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa


Antara Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

a) Uji Kesamaan Dua rata-rata

Pegujian kesamaan rata-rata dilakukan untuk melihat kemampuan awal

siswa di kelas eksperimen dan kelas kontrol, dan diambil dari hasil tes awal kelas

eksperimen dan kelas kontrol. Adapun rumusan hipotesis yang akan diuji adalah

sebagai berikut:

: = ; Kemampuan awal kelas eksperimen tidak berbeda secara signifikan

dengan kemampuan awal kelas kontrol

: ≠ ; Kemampuan awal kelas eksperimen berbeda secara signifikan

dengan kemampuan awal kelas kontrol


46

Uji yang digunakan adalah uji-t dua pihak dengan taraf signifikan =

0,05 maka menurut sudjana kriteria pengujiannya adalah terima jika − ( )


<

< ( )
dalam hal lain ditolak. Derajat kebebasan untuk daftar

distribusi t ialah ( + − 2) dan peluang 1 − . 51

b) Pengujian Hipotesis II

Untuk melihat perbandingan kemampuan pemahaman konsep matematis

siswa yang belajar dengan model pembelajaran Quantum Teaching dan

kemampuan pemahaman konsep matematis siswa yang belajar dengan

pembelajaran konvensional diambil dari hasil tes akhir kelas eksperimen dan kelas

kontrol. Uji statistik yang digunakan adalah uji-t sampel independen dengan rumus

sebagai berikut:

̅ − ̅
=
1 1
+

Dengan s =

Keterangan:
̅ = Nilai rata-rata kelompok eksperimen
̅ = Nilai rata-rata kelompok kontrol
= Jumlah siswa kelompok eksperimen
= Jumlah siswa kelompok kontrol
= Simpangan baku gabungan
= Nilai yang dihitung
= Simpangan baku kelompok eksperimen

51
Sudjana, Metoda Statistika ..., hal 238-239
47

= Simpangan baku kelompok kontrol52

Adapun rumusan hipotesis dengan taraf signifikan = 0,05. Hipotesis

yang akan diuji adalah:

Pengujian Hipotesis II

Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

: = ; Kemampuan pemahaman konsep matematis siswa yang belajar

dengan model pembelajaran Quantum Teaching tidak lebih baik

daripada kemampuan pemahaman konsep matematis siswa yang

belajar dengan pembelajaran konvensional.

: > ; Kemampuan pemahaman konsep matematis siswa yang belajar

dengan model pembelajaran Quantum Teaching lebih baik

daripada kemampuan pemahaman konsep matematis siswa yang

belajar dengan pembelajaran konvensional.

Untuk uji yang digunakan adalah uji pihak kanan, menurut sudjana kriteria

pengujian yang berlaku adalah “Tolak jika > dalam hal lainnya

diterima”. Selanjutnya menentukan nilai t dari tabel dengan derajat kebebasan

dk = ( + − 2) dan peluang (1 – ) dengan taraf signifikan = 0,05.53

52
Sudjana, Metoda Statistika ...., hal 239
53
Sudjana, Metoda Statistika ...., hal 243
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini diadakan di MTsN 2 Pidie yang beralamat di jln.

Medan-Banda Aceh, Glumpang Minyeuk, kecamatan Glumpang Tiga, Kabupaten

Pidie.

Jumlah siswa/i MTsN 2 Pidie adalah 335 siswa, terdiri dari 146 laki-laki

dan 209 perempuan, untuk lebih jelasnya mengenai keadaan siswa dapat dilihat

pada tabel berikut ini:

Tabel 4.1 Data Siswa MTsN 2 Pidie


Jenis Kelamin
Kelas Jumlah
Laki-laki Perempuan
VII 47 66 113
VIII 51 59 110
IX 48 84 132
Total 146 209 335
Sumber: Dokumentasi Tata Usaha MTsN 2 Pidie

Adapun tenaga guru dan karyawan yang berada di MTsN 2 Pidie

seluruhnya berjumlah 38 orang. Adapun guru bidang studi matematika berjumlah

3 orang, lulusan Strata Satu (S1).

2. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini diadakan pada MTsN 2 Pidie, mulai tanggal Oktober 8 2018

sampai dengan 18 Oktober 2018. Peneliti telah mengumpulkan data kelas

eksperimen yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran Quantum

Teaching dan data kelas kontrol yang pembelajarannya menggunakan model

48
49

pembelajaran konvensional. Jumlah siswa yang terdapat pada kelas eksperimen

berjumlah 22 siswa dan jumlah siswa yang terdapat pada kelas kontrol berjumlah

23 siswa. Penelitian ini dilaksanakan pada Semester Ganjil Tahun Pelajaran

2018/2019. Jadwal penelitian dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4.2 Jadwal Kegiatan Penelitian Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
No Hari/Tanggal Waktu Kegiatan
1. Senin, 8 Oktober 2018 2 x 40 menit Pretest dan mengajar materi
perbandingan senilai kelas
Kontrol
2. Selasa, 9 Oktober 3 x 40 menit Pretest dan mengajar materi
2018 perbandingan senilai kelas
Eksperimen
3. Kamis, 11 Oktober 3 x 40 menit Mengajar materi perbandingan
2018 berbalik nilai kelas Kontrol
4. Kamis, 11 Oktober 2 x 40 menit Mengajar materi perbandingan
2018 berbalik nilai kelas Eksperimen
5. Senin, 15 Oktober 2 x 40 menit Mengajar materi perbandingan
2018 berbalik nilai bertingkat kelas
Kontrol
6. Selasa, 16 Oktober 3 x 40 menit Mengajar materi perbandingan
2018 berbalik nilai bertingkat kelas
Eksperimen
7. Kamis, 18 Oktober 3 x 40 menit Post test kelas Kontrol
2018
8. Kamis, 18 Oktober 2 x 40 menit Post test kelas Eksperimen
2018
Sumber: Jadwal Penelitian

3. Analisis Hasil Penelitian

Data yang akan dianalisis pada penelitian ini adalah data tes awal dan tes

akhir kemampuan pemahaman konsep matematis siswa pada materi perbandingan

di kelas eksperimen dan kelas kontrol.

a. Analisis Data Tes Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis

1) Analisis Data Pretest Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis


Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
50

Nilai pretest kemampuan pemahaman konsep matematis siswa kelas

eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada Tabel 4.3 berikut ini.

Tabel 4.3 Hasil Pretest Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa


Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol (Ordinal)
Data Kelas Eksperimen Data Kelas Kontrol
Kode Skor Kode Skor
No % %
Siswa Pretest Siswa Pretest
1 AIR 8 33 AZ 2 8
2 AS 15 63 AH 8 33
3 DA 12 50 AZZ 7 29
4 FK 6 25 DO 7 29
5 LA 8 33 EM 8 33
6 MS 6 25 FB 8 33
7 MIA 6 25 II 8 33
8 MUA 7 29 KA 8 33
9 MUH 8 33 MA 5 21
10 MUR 6 25 MAU 10 42
11 MUT 10 42 MI 9 38
12 NS 12 50 MF 8 33
13 NF 13 54 MS 5 21
14 NM 13 54 MH 5 21
15 RA 10 42 NA 5 21
16 RH 17 71 NIA 10 42
17 RO 6 25 NU 10 42
18 SD 21 88 RAN 8 33
19 SR 9 38 RNS 6 25
20 SM 12 50 SRL 6 25
21 SYR 9 38 SU 7 29
22 TKH 8 33
Sumber: Hasil Pengolahan Data
a) Konversi Data Ordinal Ke Interval Kemampuan Pemahaman Konsep
Matematis Dengan MSI (Method of Successive Interval )

Tabel 4.4 Distribusi perolehan Skor Pretest Kemampuan Pemahaman Konsep


Matematis Oleh Siswa Kelas Eksperimen Pada Masing-Masing Soal
Skor
Soal Aspek yang di ukur Jumlah
0 1 2 3 4
1 Memberikan contoh dan bukan 0 0 2 5 15 22
contoh dari suatu konsep
2 Menyatakan ulang sebuah 0 2 8 2 10 22
konsep
51

3 Menyajikan konsep dalam 2 14 1 4 1 22


bentuk representasi matematis
Mengaplikasikan konsep atau 21 0 1 0 0 22
algoritma dalam pemecahan
masalah
4 Menyajikan konsep dalam 2 16 2 0 2 22
bentuk representasi matematis
Mengaplikasikan konsep atau 18 0 0 0 4 22
algoritma dalam pemecahan
masalah
Frekuensi 43 32 14 11 32 132
Sumber: Distribusi Perolehan Skor Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis

Data ordinal di tabel 4.4 akan kita ubah menjadi data yang berskala interval

sehingga menghasilkan nilai interval. Berikut ini merupakan langkah-langkah

mengubah data ordinal menjadi data interval menggunakan perhitungan manual

untuk data kemampuan pemahaman konsep matematis siswa adalah sebagai

berikut:

(1) Menghitung Frekuensi

Tabel 4.5 Frekuensi Skor Siswa Pada Pretest Kemampuan Pemahaman


Konsep Matematis Kelas Eksperimen
Skala Skor Ordinal Frekuensi
0 43
1 32
2 14
3 11
4 32
Jumlah 132
Sumber: Frekuensi Skor Pretest Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis
Kelas Eksperimen

Tabel 4.5 di atas memiliki makna bahwa skala ordinal 0 mempunyai

frekuensi sebanyak 44, skala ordinal 1 mempunyai frekuensi sebanyak 32, skala

ordinal 2 mempunyai frekuensi sebanyak 14, skala ordinal 3 mempunyai frekuensi

sebanyak 11 dan skala ordinal 4 mempunyai frekuensi sebanyak 31.


52

(2) Menghitung Proporsi

Proporsi dihitung dengan membagi setiap frekuensi dengan jumlah seluruh

responden yaitu, ditunjukkan seperti pada tabel 4.6 di bawah ini:

Tabel 4.6 Nilai Proporsi


Skala Ordinal Frekuensi Proporsi
0 43 43
P = = 0,3258
132
1 32 32
P = = 0,2424
132
2 14 14
P = = 0,1061
132
3 11 11
P = = 0,0833
132
4 32 32
P = = 0,2424
132
Sumber: Hasil Perhitungan Proporsi

(3) Menghitung Proporsi Komulatif (PK)

Proporsi komulatif dihitung dengan menjumlahkan proporsi berurutan

untuk setiap nilai, seperti pada tabel 4.7 di bawah ini:

Tabel 4.7 Nilai Proporsi Komulatif


Skala Ordinal Proporsi Komulatif
0,3258 PK = 0,3258
0,2424 PK = 0,3258 + 0,2424 = 0,5682
0,1061 PK = 0,3258 + 0,2424 + 0,1061 = 0,6743
0,0833 PK = 0,3258 + 0,2424 + 0,1061 + 0,0833 = 0,7576
0,2424 PK = 0,3258 + 0,2424 + 0,1061 + 0,0833 + 0,2424 = 1
Sumber: Hasil Perhitungan Proporsi Komulatif

(4) Menghitung Nilai Z

Menghitung z diperoleh dari tabel distribusi normal baku. Dengan asumsi

bahwa proporsi komulatif berdistribusi normal baku.

PK = 0,3258 , sehingga nilai p yang akan dihitung ialah 0,3258 −

0,5 = 0,1742. Letakkan di kiri karena nilai PK = 0,3258 adalah lebih kecil dari

0.5. Selanjutnya lihat tabel z yang mempunyai luas 0,1742. Ternyata nilai tersebut
53

terletak diantara nilai z , = 0,1736 dan z , = 0,1772. Oleh karena itu, nilai z

untuk daerah dengan proporsi 0,3258 diperoleh dengan cara interpolasi sebagai

berikut:

- Jumlahkan kedua luas yang mendekati 0,1742

= 0,1736 + 0,1772

= 0,3508

- Kemudian cari pembagi sebagai berikut:


,
=
= ,
= 2,0138

Sehingga nilai dari interpolasi adalah:

, , ,
= ,
= ,
= 0,4519

Karena berada di sebelah kiri nol. maka bernilai negatif. Dengan

demikian = 0,3258 memiliki nilai = − 0,4519. Dilakukan perhitungan

yang sama untuk . . . Untuk = 0,5682 ditemukan nilai

= 0,1718, = 0,6743 ditemukan nilai = 0,4522 , =

0,7576 ditemukan nilai = 0,6981 sedangkan = 1,0000 nilai nya tidak

terdefinisi.

(5) Mengitung nilai densitas fungsi Z

Nilai densitas F(z) dihitung dengan menggunakan rumus sebagai beriku:

= (− )

Untuk = 0,4519 dengan = = 3,14

0,4519 = (− (0,4519) )
( )
54

= ( − 0,1021 )

= ,
0,9029

0,4311 = 0,3601

Jadi, nilai ( ) sebesar 0,3601.

Lakukan dengan cara yang sama untuk menghitung F( ), F( ), F( ),

dan F( ) ditemukan nilai F( ) sebesar 0,3930, F( ) sebesar 0,3601, F( )

sebesar 0,3126 dan F( ) = 0.

(6) Menghitung Scale Value

Untuk menghitung scale value digubakan rumus sebagai berikut:


=

Keterangan:
= Nilai densitas batas bawah
= Nilai densitas batas atas
= Area batas atas
= Area batas bawah

Untuk mencari nilai densitas, ditentukan batas bawah dikurangi batas atas

sedangkan untuk nilai area batas atas dikurangi dengan batas bawah. Untuk

nilai batas bawah untuk densitas pertama adalah 0 (lebih kesil dari

0,3634) dan untuk frekuensi komulatif juga 0 (di bawah nilai

0,3333).

Tabel 4.8 Nilai Proporsi Komulatif dan Densitas (F(z))


Proporsi Komulatif Densitas (F(z))
0,3258 0,3601
0,5682 0,3930
0,6743 0,3601
55

0,7576 0,3126
1 0
Sumber: Nilai Proporsi Komulatif dan Densitas (F(z))

Berdasarkan tabel 4.8 didapatkan Scale Value sebagai berikut:

, ,
= ,
= ,
= − 1,1053

, , ,
= , ,
= ,
= − 0,1357

, , ,
= , ,
= ,
= 0,3101

, , ,
= , ,
= ,
= 0,5702

, ,
= ,
= ,
= 1,2896

(7) Menghitung Penskalaan

Nilai hasil penskalaan dapat dihitung dengan cara sebagai berikut:

(a) SV tekecil (SV min)

Ubah nilai SV terkecil (nilai negatif terbesar) diubah menjadi sama dengan 1.

= − 1,1053

Nilai 1 diperoleh dari:

− 1,1053 + = 1
= 1 + 1,1053
= 2,1053
Jadi, SV min = 2,1053

(b) Transformasi nilai skala dengan rumus:

y = SV + | SV min |
56

= − 1,1053 + 2,1053 = 1

= − 0,1357 + 2,1053 = 1,9696

= 0,3101 + 2,1053 = 2,4154

= 0,5702 + 2,1053 = 2,6755

= 1,2896 + 2,1053 = 3,3949

Hasil akhir skala ordinal yang diubah mejadi skala interval dapat dilihat

pada tabel 4.9 sebagai berikut:

Tabel 4.9 Hasil Mengubah Skala Ordinal Menjadi Skala Interval


Menggunakan MSI Prosedur Manual
Skala Frek Prop Prop Nilai Z Densitas Scale Penskala
Ordinal Kum Value an
0 43 0,3258 0,3258 − 0,4519 0,3601 − 1,1053 1,0000
1 32 0,2424 0,5682 0,1718 0,3930 − 0,1357 1,9696
2 14 0,1061 0,6743 0,4522 0,3601 0,3101 2,4154
3 11 0,0833 0,7576 0,6981 0,3126 0,5702 2,6755
4 32 0,2424 1,0000 0 1,2896 3,3949
Sumber: Hasil Mengubah Data Ordinal Menjadi Data Interval Menggunakan
Method Successive Internal (MSI) Prosedur Manual, 2018

Selain prosedur perhitungan manual, mengubah data ordinal menjadi data

interval menggunakan MSI juga dapat diubah menggunakan prosedur dalam excel,

dapat dilihat pada tabel 4.10 sebagai berikut:

Tabel 4.10 Hasil Mengubah Skala Ordinal Menjadi Skala Interval


Menggunakan MSI Proseduer Excel
Succesive Detail
Col Category Freq Prop Cum Density Z Scale
1 0 43 0,3258 0,3258 0,3602 -0,4517 1
1 32 0,2424 0,5682 0,3931 0,1717 1,9704
2 14 0,1061 0,6742 0,3602 0,4517 2,4155
3 11 0,0833 0,7576 0,3126 0,6985 2,6780
4 32 0,2424 1 0 3,3953
Sumber: Hasil Mengubah Data Ordinal Menjadi Data Interval Menggunakan
Method Successive Internal (MSI) Prosedur Excel, 2018
57

Berdasarkan tabel 4.9 dan 4.10, langkah selanjutnya adalah mengganti

angka skor jawaban siswa sesuai dengan skor yang ada pada kolom scale, ini artinya

skor bernilai 0 diganti menjadi 1,0000, skor bernilai 1 menjadi 1,97, skor bernilai 2

menjadi 2,42, skor 3 menjadi 2,68 dan skor 4 menjadi 3,40 Sehingga, data ordinal

sudah menjadi data interval.

Tabel 4.11 Distribusi perolehan Skor Pretest Kemampuan Pemahaman


Konsep Matematis Oleh Siswa Kelas Kontrol Pada Masing-Masing
Soal
Skor
Soal Aspek yang di ukur Jumlah
0 1 2 3 4
1 Memberikan contoh dan bukan 0 0 6 5 10 21
contoh dari suatu konsep
2 Menyatakan ulang sebuah 1 5 14 1 0 21
konsep
3 Menyajikan konsep dalam 17 2 2 0 0 21
bentuk representasi matematis
Mengaplikasikan konsep atau 3 15 2 1 0 21
algoritma dalam pemecahan
masalah
4 Menyajikan konsep dalam 20 1 0 0 0 21
bentuk representasi matematis
Mengaplikasikan konsep atau 0 21 0 0 0 21
algoritma dalam pemecahan
masalah
Frekuensi 41 44 24 7 10 126
Sumber: Distribusi Perolehan Skor Pretest Kemampuan Pemahaman Konsep
Matematis

Selanjutnya, data ordinal pretest kemampuan pemahaman konsep

matematis di tabel 4.11 akan kita ubah menjadi data yang berskala interval sehingga

menghasilkan nilai interval. Dengan cara yang sama, data ordinal yang diubah

menjadi data interval dapat dilihat sebagai berikut:


58

Tabel 4.12 Hasil Mengubah Skala Ordinal Menjadi Skala Interval


Menggunakan MSI Prosedur Manual
Skala Frek Prop Prop Nilai Z Densitas Scale Penskala
Ordinal Kum f(z) Value an
0 41 0,3254 0,3254 − 0,4529 0,3600 − 1,1063 1,0000
1 44 0,3492 0,6747 0,4529 0,3600 0 2,1063
2 24 0,1905 0,8651 1,1041 0,2170 0,7521 2,8584
3 7 0,0555 0,9206 1,4072 0,1478 1,2360 3,3423
4 10 0,0794 1,0000 0 1,8665 3,9728
Sumber: Hasil Mengubah Data Ordinal Menjadi Data Interval Menggunakan
Method Successive Internal (MSI) Prosedur Manual, 2018
Selain prosedur perhitungan manual, mengubah data ordinal menjadi data

interval menggunakan MSI juga dapat diubah menggunakan prosedur dalam excel,

dapat dilihat pada tabel 4.13 sebagai berikut:

Tabel 4.13 Hasil Mengubah Skala Ordinal Menjadi Skala Interval


Menggunakan MSI Proseduer Excel
Succesive Detail
Col Category Freq Prop Cum Density Z Scale
1 0 41 0,3254 0,3254 0,3600 -0,4527 1
1 44 0,3492 0,6746 0,3600 0,4527 2,1066
2 24 0,1905 0,8651 0,2170 1,1034 2,8577
3 7 0,0555 0,9206 0,1478 1,4094 3,3533
4 10 0,0794 1 0 3,9686
Sumber: Hasil Mengubah Data Ordinal Menjadi Data Interval Menggunakan
Method Successive Internal (MSI) Prosedur Excel, 2018

Berdasarkan tabel 4.12 dan 4.13, langkah selanjutnya adalah mengganti

angka skor jawaban siswa sesuai dengan skor yang ada pada kolom scale, ini artinya

skor bernilai 0 diganti menjadi 1,0000, skor bernilai 1 menjadi 2,11, skor bernilai 2

menjadi 2,86, skor 3 menjadi 3,35 dan skor 4 menjadi 3,97. Sehingga, data ordinal

sudah menjadi data interval.

Tabel 4.14 Hasil Pretest Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa


Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol (Interval)
Data Kelas Eksperimen Data Kelas Kontrol
No Kode Siswa Skor Pretest Kode Siswa Skor Pretest
1 AIR 58 AZ 25
59

2 AS 69 AH 55
3 DA 66 AZZ 50
4 FK 48 DO 59
5 LA 43 EM 55
6 MS 57 FB 55
7 MIA 53 II 48
8 MUA 42 KA 60
9 MUH 58 MA 52
10 MUR 54 MAU 63
11 MUT 62 MI 57
12 NS 54 MF 38
13 NF 56 MS 61
14 NM 68 MH 52
15 RA 54 NA 55
16 RH 64 NIA 63
17 RO 53 NU 61
18 SD 81 RAN 50
19 SR 59 RNS 38
20 SM 53 SRL 55
21 SYR 54 SU 60
22 TKH 56
Sumber: Hasil Pengolahan Data

b) Pengolahan Pretest Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Kelas


Eksperimen dan Kelas Kontrol

(1) Pengolahan Pretest Kelas Eksperimen

(a) Mentabulasi data ke dalam tabel distribusi frekuensi, menentukan

nilai rata-rata ( ̅ ) dan simpangan baku (s)

Data yang diolah adalah skor total dari data kondisi awal (pretest)

kemampuan pemahaman konsep matematis kelas eksperimen. Berdasarkan skor

total, distribusi frekuensi untuk data pretest kemampuan pemahaman konsep

matematis sebagai berikut:

Rentang (R) = Nilai Tertinggi- Nilai Terendah = 81 – 42 = 39

Diketahui n = 22

Banyak kelas interval (K) = 1 + 3.3 log


60

= 1 + 3.3 log 22

= 1 + 3.3 1.3424

= 1 + 4.4299

= 5,4299

Banyak kelas interval (k) = 5,4299 (diambil 5)

Panjang kelas interval (P) = = = 7,8 (diambil 8)

Tabel 4.15 Daftar Distribusi Frekuensi Nilai Pretest Kelas Eksperimen


Frekuensi Nilai Tengah
Nilai
( ) ( )
42 – 49 3 45,5 2070,25 136,5 6210,75
50 – 57 10 53,5 2862,25 535 28622,5
58 – 65 5 61,5 3782,25 307,5 18911,25
66 – 73 3 69,5 4830,25 208,5 14490,75
74 – 81 1 77,5 6006,25 77,5 6006,25
Total 22 1265 74241,5
Sumber: Hasil Pengolahan Data

Dari tabel. diperoleh nilai rata-rata dan varians sebagai berikut:


̅= ∑
= = 57,5

Varians dan simpangan bakunya adalah:

∑ − (∑ )
=
( − 1)

22(74241,5) − 1265
=
22(22 − 1)

1633313 − 1600225
=
22(21)

33088
=
462

= 71,62
61

= 8,46

Variansnya adalah = 71,62 dan simpangan bakunya adalah = 8,46.

(b) Uji Normalitas

Uji normalitas data bertujuan untuk mengetahui apakah data dari kelas

dalam penelitian berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Uji

normalitas tersebut dilakukan dengan uji distribusi chi-kuadrat.

Adapun hipotesis dalam uji kenormalan data pretest kelas eksperimen

adalah sebagai berikut:

H :O = E ; sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal

: O ≠ E ; sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal

Berdasarkan perhitungan sebelumnya. untuk pretest kelas eksperimen

diperoleh ̅ = 57,5 dan = 8,46.

Tabel 4.16 Uji Normalitas Sebaran Pretest Kelas Eksperimen


Frekuensi Frekuensi
Batas Z Batas Luas Luas
Nilai Tes Diharapkan Pengamatan
Kelas Score Daerah Daerah
41,5 − 1,89 0,4706
42 – 49 0,1442 3,1724 3
49,5 − 0,94 0,3264
50 – 57 0,3264 7,1808 10
57,5 0 0,0000
58 – 65 0,3264 7,1808 5
65,5 0,94 0,3264
66 – 73 0,1442 3,1724 3
73,5 1,89 0,4706
74 – 81 0,0271 0,5962 1
81,5 2,84 0,4977
Sumber: Hasil Pengolahan Data

Keterangan:

Batas kelas = ℎ− 0,5 = 42 − 0,5 = 41,5


62

̅
Zscore =

, ,
=
,

− 16
= 8,46

= − 1,89

Batas luas daerah dapat dilihat pada tabel Zscore dalam lampiran

Luas daerah = 0,4706 − 0,3264 = 0,1442

= ℎ ×
= 0,1442 22
= 3,1724
Adapun nilai chi-kuadrat hitung adalah sebagai berikut:


=

3 − 3,1724 10 − 7,1808 5 − 7,1808 3 − 3,1724


= + + +
3,1724 7,1808 7,1808 3,1724

1 − 0,5962
+
0,5962

0,0297 7,9479 4,7559 0,0297 0,1630


= + + + +
3,1724 7,1808 7,1808 3,1724 0,5962

= 0,0094 + 1,1068 + 0,6623 + 0,0094 + 0,2734

= 2,0613

Dengan taraf signifikan 5% (α = 0.05) dengan = − 1= 5− 1= 4

maka 1−  − 1 = 9.49. Kriteria pengambilan keputusannya yaitu: “tolak

H0 jika ≥ (1 − ) − 1 . dengan  = 0.05. terima H0 jika ≤ (1 −

) − 1 ”. Oleh karena ≤ (1 − ) − 1 yaitu 2,0613 ≤ 9,49 maka


63

terima H0 dan dapat disimpulkan bahwa sampel berasal dari populasi yang

berdistribusi normal.

(2) Pengolahan Pretest Kelas Kontrol

(a) Mentabulasi data ke dalam tabel distribusi frekuensi, menentukan nilai

rata-rata ( ̅ ) dan simpangan baku (s)

Data yang diolah adalah skor total dari data kondisi awal (pretest)

kemampuan pemahaman konsep matematis kelas kontrol. Berdasarkan skor total,

distribusi frekuensi untuk data pretest kemampuan pemahaman konsep matematis

sebagai berikut:

Rentang (R) = Nilai Tertinggi- Nilai Terendah = 63 – 25 = 38

Diketahui n = 21

Banyak kelas interval (K) = 1 + 3.3 log

= 1 + 3.3 log 21

= 1 + 3.3 1.3222

= 1 + 4,3633

= 5,3633

Banyak kelas interval (k) = 5,4299 (diambil 5)

Panjang kelas interval (P) = = = 7,6 (diambil 8)

Tabel 4.17 Daftar Distribusi Frekuensi Nilai Pretest Kelas Kontrol


Frekuensi Nilai Tengah
Nilai
( ) ( )
25-32 1 28,5 812,25 28,5 812,25
33-40 2 36,5 1332,25 73 2664,5
41-48 1 44,5 1980,25 44,5 1980,25
49-56 9 52,5 2756,25 472,5 24806,25
57-64 8 60,5 3660,25 484 29282
Total 21 1102,5 59545,25
64

Sumber: Hasil Pengolahan Data

Dari tabel. diperoleh nilai rata-rata dan varians sebagai berikut:

∑ ,
̅= ∑
= = 52,5

Varians dan simpangan bakunya adalah:

∑ − (∑ )
=
( − 1)

21(59545,25) − 1102,5
=
21(21 − 1)

1250450,25 − 1215506,25
=
21(20)

34944
=
420

= 83,2

= 9,12

Variansnya adalah = 83,2 dan simpangan bakunya adalah = 9,12

(b) Uji Normalitas

Uji normalitas data bertujuan untuk mengetahui apakah data dari kelas

dalam penelitian berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Uji

normalitas tersebut dilakukan dengan uji distribusi chi-kuadrat.

Adapun hipotesis dalam uji kenormalan data pretest kelas eksperimen

adalah sebagai berikut:

H :O = E ; sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal

: O ≠ E ; sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal


65

Berdasarkan perhitungan sebelumnya. Untuk pretest kelas eksperimen

diperoleh ̅ = 52,5 dan = 9,12.

Tabel 4.18 Uji Normalitas Sebaran Pretest Kelas Kontrol


Frekuensi Frekuensi
Batas Z Batas Luas Luas
Nilai Tes Diharapkan Pengamatan
Kelas Score Daerah Daerah
24,5 -3,07 0,4989
25 - 32 0,0132 0,2772 1
32,5 -2,19 0,4857
33 – 40 0,0791 1,6611 2
40,5 -1,32 0,4066
41– 48 0,2366 4,9686 1
48,5 -0,44 0,17
49 – 56 0,34 7,14 9
56,5 0,44 0,17
57 – 64 -0,2366 -4,9686 8
64,5 1,32 0,4066
Sumber: Hasil Pengolahan Data

Keterangan:

Batas kelas = ℎ− 0,5 = 25 − 0,5 = 24,5

̅
Zscore =

, ,
=
,

− 28
= 9,12

= − 3,07

Batas luas daerah dapat dilihat pada tabel Zscore dalam lampiran

Luas daerah = 0,4989 − 0,4857 = 0,0132

= ℎ ×
= 0,0132 21
= 0,2772
Adapun nilai chi-kuadrat hitung adalah sebagai berikut:
66


=

1 − 0,2772 2 − 1,6611 1 − 4,9686 9 − 7,1400


= + + +
0,2772 1,6611 4,9686 7,1400

8 − 4,9686
+
4,9686

0,5224 0,1148 15,7498 3,4596 9,1894


= + + + +
0,2772 1,6611 4,9686 7,1400 4,9686

= 1,8845 + 0,0691 + 3,2097 + 0,4845 + 1,8495

= 7,4973

Dengan taraf signifikan 5% (α = 0.05) dengan = − 1= 5− 1= 4

maka 1−  − 1 = 9.49. Kriteria pengambilan keputusannya yaitu: “tolak

H0 jika ≥ (1 − ) − 1 . dengan  = 0.05. terima H0 jika ≤ (1 −

) − 1 ”. Oleh karena ≤ (1 − ) − 1 yaitu 7,4973 ≤ 9,49 maka

terima H0 dan dapat disimpulkan bahwa sampel berasal dari populasi yang

berdistribusi normal.

(c) Uji Homogenitas Varians Pretest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Uji homogenitas varians bertujuan untuk mengetahui apakah sampel dari

penelitian ini mempunyai variansi yang sama. sehingga generalisasi dari hasil

penelitian yang sama atau berbeda. Hipotesis yang akan diuji pada taraf signifikan

α = 0.05 yaitu:

H : = ; tidak terdapat perbedaan varians antara kelas ekperimen dan kelas

kontrol
67

H : ≠ ; terdapat perbedaan varians antara kelas ekperimen dan kelas

kontrol

Berdasarkan perhitungan sebelumnya didapat variansi untuk hasil pretest

kelas eksperimen, yaitu = 71,62 dengan sampel 22 siswa, sedangkan variansi

untuk hasil pretest kelas kontrol, yaitu = 83,2 dengan sampel 21 siswa.

Untuk menguji homogenitas sampel sebagai berikut :


Fhit=

,
Fhit = ,

Fhit= 1,16
Selanjutnya menghitung Ftabel

= − 1 = 22 − 1 = 21

= − 1 = 21 − 1 = 20

Dengan taraf signifikan 5% (α = 0.05) dengan = − 1 dan =

− 1 . Kriteria pengambilan keputusannya yaitu: “Jika ≤ maka

terima H0. tolak H0 jika jika ≥ . Ftabel= . =

0.05 21.20 = 2,09”. Oleh karena ≤ yaitu 1,16 ≤ 2,09 maka

terima H0 dan dapat disimpulkan tidak terdapat perbedaan varians antara kelas

eksperimen dan kelas kontrol.

2) Analisis Data Posttest Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis


Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Nilai posttest kemampuan pemahaman konsep matematis siswa kelas

eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada Tabel 4.19 berikut ini.
68

Tabel 4.19 Hasil Posttest Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa


Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol (Ordinal)
Data Kelas Eksperimen Data Kelas Kontrol
No Kode Skor Kode Skor
% %
Siswa Posttest Siswa Posttest
1 AIR 30 75 AZ 21 53
2 AS 27 68 AH 36 90
3 DA 36 90 AZZ 34 85
4 FK 10 25 DO 25 63
5 LA 15 38 EM 24 60
6 MS 26 65 FB 30 75
7 MIA 29 73 II 23 58
8 MUA 20 50 KA 16 40
9 MUH 27 68 MA 34 85
10 MUR 27 68 MAU 30 75
11 MUT 23 58 MI 32 80
12 NS 37 93 MF 32 80
13 NF 25 63 MS 19 48
14 NM 26 65 MH 31 78
15 RA 28 70 NA 14 35
16 RH 24 60 NIA 38 95
17 RO 23 58 NU 10 25
18 SD 36 90 RAN 24 60
19 SR 24 60 RNS 8 20
20 SM 37 93 SRL 12 30
21 SYR 26 65 SU 7 18
22 TKH 29 73
Sumber: Hasil Pngolahan Data
a) Konversi Data Ordinal Ke Interval Kemampuan Pemahaman Konsep
Matematis Dengan MSI (Method of Successive Interval )

Tabel 4.20 Distribusi perolehan Skor Posttest Kemampuan Pemahaman Konsep


Matematis Oleh Siswa Kelas Eksperimen Pada Masing-Masing Soal
Skor
Soal Aspek yang di ukur Jumlah
0 1 2 3 4
1 Memberikan contoh dan bukan 6 3 1 11 1 22
contoh dari suatu konsep
2 Menyajikan konsep dalam 0 0 1 3 18 22
bentuk representasi matematis
Menyatakan ulang sebuah 0 1 0 21 0 22
konsep
Mengaplikasikan konsep atau 0 1 4 5 12 22
algoritma dalam pemecahan
masalah
69

3 Menyajikan konsep dalam 0 1 1 6 14 22


bentuk representasi matematis
Menyatakan ulang sebuah 0 2 2 18 0 22
konsep
Mengaplikasikan konsep atau 0 1 0 4 17 22
algoritma dalam pemecahan
masalah
4 Menyajikan konsep dalam 1 5 7 5 4 22
bentuk representasi matematis
Menyatakan ulang sebuah 8 2 7 1 4 22
konsep
Mengaplikasikan konsep atau 10 7 1 2 2 22
algoritma dalam pemecahan
masalah
Frekuensi 25 23 24 76 72 220
Sumber: Distribusi perolehan Skor Posttest Kemampuan Pemahaman Konsep
Matematis

Selanjutnya, data ordinal posttest kemampuan pemahaman konsep

matematis tabel 4.21 akan kita ubah menjadi data yang berskala interval sehingga

menghasilkan nilai interval. Dengan cara yang sama, data ordinal yang diubah

menjadi data interval dapat dilihat sebagai berikut:

Tabel 4.21 Hasil Mengubah Skala Ordinal Menjadi Skala Interval


Menggunakan MSI Prosedur Manual
Skala Frek Prop Prop Nilai Z Densitas Scale Penskalaan
Ordinal Kum f(z) Value
0 25 0,1136 0,1136 − 1,2074 0,1925 − 2,3040 1,0000
1 23 0,1045 0,2182 − 0,7784 0,2947 − 1,5990 1,7159
2 24 0,1091 0,3273 − 0,4475 0,3609 − 1,1692 2,0863
3 76 0,3455 0,6727 0,4475 0,3609 − 0,4226 2,6937
4 72 0,3273 1,0000 0 0,8420 3,7965
Sumber: Hasil Mengubah Data Ordinal Menjadi Data Interval Menggunakan
Method Successive Internal (MSI) Prosedur Manual, 2018
Selain prosedur perhitungan manual, mengubah data ordinal menjadi data

interval menggunakan MSI juga dapat diubah menggunakan prosedur dalam excel,

dapat dilihat pada tabel 4.22 sebagai berikut:


70

Tabel 4.22 Hasil Mengubah Skala Ordinal Menjadi Skala Interval


Menggunakan MSI Proseduer Excel
Succesive Detail
Col Category Freq Prop Cum Density Z Scale
1 0 25 0,1136 0,1136 0,1925 -1,2074 1
1 23 0,1045 0,2182 0,2947 -0,7784 1,7159
2 24 0,1091 0,3273 0,36094 -0,4475 2,0863
3 76 0,3455 0,6727 0,36094 0,4475 2,6937
4 72 0,3273 1 0 3,7965
Sumber: Hasil Mengubah Data Ordinal Menjadi Data Interval Menggunakan
Method Successive Internal (MSI) Prosedur Excel, 2018
Berdasarkan tabel 4.21 dan 4.22, langkah selanjutnya adalah mengganti

angka skor jawaban siswa sesuai dengan skor yang ada pada kolom scale, ini artinya

skor bernilai 0 diganti menjadi 1,0000, skor bernilai 1 menjadi 1,72, skor bernilai 2

menjadi 2,09 , skor 3 menjadi 2,69 dan skor 4 menjadi 3,80 . Sehingga, data ordinal

sudah menjadi data interval.

Nilai Posttest kemampuan pemahaman konsep matematis siswa pada kelas

kontrol dapat dilihat pada tabel 4.23 di bawah ini:

Tabel 4.23 Distribusi perolehan Skor Posttest Kemampuan Pemahaman Konsep


Matematis Oleh Siswa Kelas Kontrol Pada Masing-Masing Soal
Skor
Soal Aspek yang di ukur Jumlah
0 1 2 3 4
1 Memberikan contoh dan bukan 1 9 5 5 1 21
contoh dari suatu konsep
2 Menyajikan konsep dalam 0 0 4 6 11 21
bentuk representasi matematis
Menyatakan ulang sebuah 1 1 3 13 3 21
konsep
Mengaplikasikan konsep atau 5 1 4 8 3 21
algoritma dalam pemecahan
masalah
3 Menyajikan konsep dalam 2 2 2 3 12 21
bentuk representasi matematis
Menyatakan ulang sebuah 5 0 1 11 4 21
konsep
71

Mengaplikasikan konsep atau 4 1 3 1 12 21


algoritma dalam pemecahan
masalah
4 Menyajikan konsep dalam 4 4 3 0 10 21
bentuk representasi matematis
Menyatakan ulang sebuah 11 0 1 6 3 21
konsep
Mengaplikasikan konsep atau 12 1 3 5 0 21
algoritma dalam pemecahan
masalah
Frekuensi 45 19 29 58 59 210
Sumber: Distribusi perolehan Skor Posttest Kemampuan Pemahaman Konsep
Matematis
Selanjutnya, data ordinal posttest kemampuan pemahaman konsep

matematis tabel 4.24 akan kita ubah menjadi data yang berskala interval sehingga

menghasilkan nilai interval. Dengan cara yang sama, data ordinal yang diubah

menjadi data interval dapat dilihat sebagai berikut:

Tabel 4.24 Hasil Mengubah Skala Ordinal Menjadi Skala Interval


Menggunakan MSI Prosedur Manual
Skala Frek Prop Prop Nilai Z Densita Scale Penskala
Ordinal Kum s f(z) Value an
0 45 0,2143 0,2143 − 0,7923 0,2914 − 1,3598 1, ,0000
1 19 0,0905 0,3048 − 0,5109 0,3501 − 0,6486 1,7112
2 29 0,1381 0,4429 − 0,1436 0,3948 − 0,3237 2,0361
3 58 0,2762 0,7191 0,5808 0,3370 0,2093 2,5691
4 59 0,2809 1,0000 0 1,1972 3,5570
Sumber: Hasil Mengubah Data Ordinal Menjadi Data Interval Menggunakan
Method Successive Internal (MSI) Prosedur Manual, 2018

Selain prosedur perhitungan manual, mengubah data ordinal menjadi data

interval menggunakan MSI juga dapat diubah menggunakan prosedur dalam excel,

dapat dilihat pada tabel 4.25 sebagai berikut:

Tabel 4.25 Hasil Mengubah Skala Ordinal Menjadi Skala Interval


Menggunakan MSI Proseduer Excel
Succesive Detail
Col Category Freq Prop Cum Density Z Scale
1 0 45 0,2143 0,2143 0,2916 -0,7916 1
72

1 19 0,0905 0,3048 0,35012 -0,5108 1,7139


2 29 0,1381 0,4429 0,3948 -0,1437 2,0373
3 58 0,2762 0,7191 0,3372 0,5800 2,5697
4 59 0,2809 1 0 3,5610
Sumber: Hasil Mengubah Data Ordinal Menjadi Data Interval Menggunakan
Method Successive Internal (MSI) Prosedur Excel, 2018
Berdasarkan tabel 4.24 dan 4.25, langkah selanjutnya adalah mengganti

angka skor jawaban siswa sesuai dengan skor yang ada pada kolom scale, ini artinya

skor bernilai 0 diganti menjadi 1,0000, skor bernilai 1 menjadi 1,71, skor bernilai 2

menjadi 2,04, skor 3 menjadi 2,57 dan skor 4 menjadi 3,56. Sehingga, data ordinal

sudah menjadi data interval.

Tabel 4.26 Hasil Posttest Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Kelas


Eksperimen dan Kelas Kontrol (Interval)
Data Kelas Eksperimen Data Kelas Kontrol
No
Kode Siswa Skor Posttest Kode Siswa Skor Posttest
1 AIR 77 AZ 62
2 AS 72 AH 89
3 DA 88 AZZ 85
4 FK 42 DO 69
5 LA 48 EM 67
6 MS 68 FB 71
7 MIA 81 II 54
8 MUA 58 KA 50
9 MUH 72 MA 71
10 MUR 72 MAU 69
11 MUT 71 MI 73
12 NS 91 MF 72
13 NF 63 MS 62
14 NM 71 MH 69
15 RA 74 NA 51
16 RH 67 NIA 94
17 RO 63 NU 46
18 SD 84 RAN 53
19 SR 65 RNS 42
20 SM 91 SRL 47
21 SYR 68 SU 36
22 TKH 74
Sumber: Hasil Pengolahan Data
73

b) Pengolahan Posttest Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Kelas


Eksperimen dan Kelas Kontrol

(1) Pengolahan Posttest Kelas Eksperimen

(a) Mentabulasi data ke dalam tabel distribusi frekuensi, menentukan nilai

rata-rata ( ̅ ) dan simpangan baku (s)

Data yang diolah adalah skor total dari data kondisi awal (pretest)

kemampuan pemahaman konsep matematis kelas eksperimen. Berdasarkan skor

total, distribusi frekuensi untuk data pretest kemampuan pemahaman konsep

matematis sebagai berikut:

Rentang (R) = Nilai Tertinggi- Nilai Terendah = 91 – 42 = 49

Banyak kelas interval (K) = 1 + 3.3 log

= 1 + 3.3 log 22

= 1 + 3.3 1.3424

= 1 + 4.4299

= 5.4299

Banyak kelas interval = 5.4299 (diambil 5)

Panjang kelas interval (P) = = = 9,8 (diambil 10 )

Tabel 4.27 Daftar Distribusi Frekuensi Nilai Posttest Kelas Eksperimen


Frekuensi Nilai Tengah
Nilai
( ) ( )
42 – 51 2 46,5 2162,25 93 4324,5
52 – 61 1 56,5 3192,25 56,5 3192,25
62 – 71 8 66,5 4422,25 532 35378
72 – 81 7 76,5 5852,25 535,5 40965,75
82 – 91 4 86,5 7482,25 346 29929
Total 22 332,5 23111,25 1563 113789,5
Sumber: Hasil Pengolahan Data
74

Dari tabel diperoleh nilai rata-rata dan varians sebagai berikut:


̅= ∑
= = 71,05

Varians dan simpangan bakunya adalah:

∑ − (∑ )
=
( − 1)

22(113789,5) − 1563
=
22(22 − 1)

2503369 − 2442969
=
22(21)

60400
=
462

= 130,74

= 11,43

Variansnya adalah = 130,74 dan simpangan bakunya adalah = 11,43

(b) Uji Normalitas

Uji normalitas data bertujuan untuk mengetahui apakah data dari kelas

dalam penelitian berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Uji

normalitas tersebut dilakukan dengan uji distribusi chi-kuadrat.

Adapun hipotesis dalam uji kenormalan data pretest kelas eksperimen

adalah sebagai berikut:

H :O = E ; sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal

: O ≠ E ; sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal


75

Berdasarkan perhitungan sebelumnya. untuk pretest kelas eksperimen

diperoleh ̅ = 76,05 dan = 14,63.

Tabel 4.28 Uji Normalitas Sebaran Posttest Kelas Eksperimen


Frekuensi Frekuensi
Batas Z Batas Luas Luas
Nilai Tes Diharapkan Pengamatan
Kelas Score Daerah Daerah
41,5 − 2,59 0,4952
42 - 51 0,0388 0,8536 2
51,5 − 1,71 0,4564
52 – 61 0,1569 3,4518 1
61,5 − 0,84 0,2995
62 – 71 0,2835 6,2370 8
71,5 − 0,04 0,0160
72– 81 0,3292 7,2424 7
81,5 0,91 0,3186
82 – 91 0,1447 3,1834 4
91,5 1,79 0,4633
Sumber: Hasil Pengolahan Data

Keterangan:

Batas kelas = ℎ− 0.5 = 42 − 0,5 = 41,5

̅
Zscore =

, 71,05
=
11,43

= − 2,59

Batas luas daerah dapat dilihat pada tabel Zscore dalam lampiran

Luas daerah = 0,4952 − 0,4564 = 0,0388

= ℎ ×
= 0,0388 × 22
= 0,8536
Adapun nilai chi-kuadrat hitung adalah sebagai berikut:
76


=

2 − 0,8536 1 − 3,4518 8 − 6,2370 7 − 7,2424


= + + +
0,8536 3,4518 6,2370 7,2424

4 − 3,1834
+
3,1834

1,3142 6,0113 3,1082 0,0588 0,6668


= + + + +
0,8536 3,4518 6,2370 7,2424 3,1834

= 1,5396 + 1,7415 + 0,4983 + 0,0081 + 0,2095

= 3,9970

Dengan taraf signifikan 5% (α = 0.05) dengan = − 1= 5− 1= 4

maka 1−  − 1 = 9.49. Kriteria pengambilan keputusannya yaitu: “tolak

H0 jika ≥ (1 − ) − 1 dengan  = 0.05, terima H0 jika ≤ (1 −

) − 1 ”. Oleh karena ≤ (1 − ) − 1 yaitu 3,9970 ≤ 9,49 maka

terima H0 dan dapat disimpulkan bahwa sampel berasal dari populasi yang

berdistribusi normal.

(2) Pengolahan Posttest Kelas Kontrol

(a) Mentabulasi data ke dalam tabel distribusi frekuensi, menentukan nilai

rata-rata ( ̅ ) dan simpangan baku (s)

Data yang diolah adalah skor total dari data kondisi awal (pretest)

kemampuan pemahaman konsep matematis kelas eksperimen. Berdasarkan skor

total, distribusi frekuensi untuk data pretest kemampuan pemahaman konsep

matematis sebagai berikut:

Rentang (R) = Nilai Tertinggi- Nilai Terendah = 94 – 36 = 58


77

Diketahui n = 21

Banyak kelas interval (K) = 1 + 3.3 log

= 1 + 3.3 log 21

= 1 + 3.3 1.3222

= 1 + 4,3633

= 5,3633

Banyak kelas interval (k) = 5,4299 (diambil 5)

Panjang kelas interval (P) = = = 11,6 (diambil 12)

Tabel 4.29 Daftar Distribusi Frekuensi Nilai Posttest Kelas Kontrol


Frekuensi Nilai Tengah
Nilai ( ) ( )
35 – 46 2 40,5 1640,25 81 3280,5
47 – 58 8 52,5 2756,25 420 22050
59 – 70 3 64,5 4160,25 193,5 12480,75
71 – 82 7 76,5 5852,25 535,5 40965,75
83 – 94 1 88,5 7832,25 88,5 7832,25
Total 21 322,5 22241,25 1318,5 86609,25
Sumber: Hasil Pengolahan Data

Dari tabel. diperoleh nilai rata-rata dan varians sebagai berikut:

∑ ,
̅= ∑
= = 62,79

Varians dan simpangan bakunya adalah:

∑ − (∑ )
=
( − 1)

21(94493,25) − 1378,5
=
21(21 − 1)

1818794,25 − 1738442,25
=
21(20)
78

80352
=
420

= 191,31

= 13,83

Variansnya adalah = 191,31 dan simpangan bakunya adalah = 13,83.

(b) Uji Normalitas

Uji normalitas data bertujuan untuk mengetahui apakah data dari kelas

dalam penelitian berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Uji

normalitas tersebut dilakukan dengan uji distribusi chi-kuadrat.

Adapun hipotesis dalam uji kenormalan data pretest kelas eksperimen

adalah sebagai berikut:

H :O = E ; sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal

: O ≠ E ; sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal

Berdasarkan perhitungan sebelumnya. untuk pretest kelas eksperimen

diperoleh ̅ = 62,79 dan = 13,83

Tabel 4.30 Uji Normalitas Sebaran Posttest Kelas Kontrol


Frekuensi Frekuensi
Batas Z Batas Luas Luas
Nilai Tes Diharapkan Pengamatan
Kelas Score Daerah Daerah
34,5 − 2,05 0,4798
35 – 46 0,1008 2,1168 2
46,5 − 1,17 0,3790
47 – 58 0,2573 5,4033 8
58,5 − 0,31 0,1217
59 – 70 0,3340 7,0410 3
70,5 0,56 0,2123
71 – 82 0,2113 4,4373 7
82,5 1,43 0,4236
83 – 94 0,0654 1,3734 1
94,5 2,29 0,4890
Sumber: Hasil Pengolahan Data
79

Keterangan:

Batas kelas = ℎ− 0.5 = 35 − 0,5 = 34,5

̅
Zscore =

, 62,79
=
13,83

= − 2,05

Batas luas daerah dapat dilihat pada tabel Zscore dalam lampiran

Luas daerah = 0,4798 − 0,3790 = 0,1008

= ℎ ×
= 0,1008 × 21
= 2,1168
Adapun nilai chi-kuadrat hitung adalah sebagai berikut:


=

2 − 2,1168 8 − 5,4033 3 − 7,0410 7 − 4,4373


= + + +
2,1168 5,4033 7,0410 4,4373

1 − 1,3734
+
1,3734

0,0136 6,7429 16,3297 6,5674 0,1394


= + + + +
2,1168 5,4033 7,0410 4,4373 1,3734

= 0,0064 + 1,2480 + 2,3192 + 1,4800 + 0,1015

= 5,1551

Dengan taraf signifikan 5% (α = 0.05) dengan = − 1= 5− 1= 4

maka 1−  − 1 = 9,49. Kriteria pengambilan keputusannya yaitu: “tolak

H0 jika ≥ (1 − ) − 1 dengan  = 0.05, terima H0 jika ≤ (1 −


80

) − 1 ”. Oleh karena ≤ (1 − ) − 1 yaitu 5,1551 ≤ 9,49 maka

terima H0 dan dapat disimpulkan bahwa sampel berasal dari populasi yang

berdistribusi normal.

(c) Uji Homogenitas Varians Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Uji homogenitas varians bertujuan untuk mengetahui apakah sampel dari

penelitian ini mempunyai variansi yang sama. sehingga generalisasi dari hasil

penelitian yang sama atau berbeda. Hipotesis yang akan diuji pada taraf signifikan

α = 0.05 yaitu:

H : = ; tidak terdapat perbedaan varians antara kelas ekperimen dan kelas

kontrol

H : ≠ ; terdapat perbedaan varians antara kelas ekperimen dan kelas

kontrol

Berdasarkan perhitungan sebelumnya didapat variansi untuk hasil posttest

kelas eksperimen, yaitu = 130,74 dengan sampel 22 siswa, sedangkan variansi

untuk hasil posttest kelas kontrol, yaitu = 191,31 dengan sampel 21 siswa.

Untuk menguji homogenitas sampel sebagai berikut :


Fhit=

,
Fhit = ,

Fhit= 1,46
Selanjutnya menghitung Ftabel

= − 1 = 22 − 1 = 21

= − 1 = 21 − 1 = 20
81

Dengan taraf signifikan 5% (α = 0.05) dengan = − 1 dan =

− 1 . Kriteria pengambilan keputusannya yaitu: “Jika ≤ maka

terima H0. Tolak H0 jika jika ≥ . Ftabel= . =

0.05 21.20 = 2,09”. Oleh karena ≤ yaitu 1,46 ≤ 2,09 maka

terima H0 dan dapat disimpulkan tidak terdapat perbedaan varians antara kelas

eksperimen dan kelas kontrol.

(d) Pengujian Hipotesis I

Tabel untuk mencari beda nilai Pretest dan Posttest kemampuan

pemahaman konsep matematis siswa adalah sebagai berikut:

Tabel 4.31 Beda Nilai Pretest dan Posttest Kelas Eksperimen


Skor Skor
No Kode Siswa B
Pretest Posttest
1 AIR 58 77 19 361
2 AS 69 72 3 9
3 DA 66 88 22 484
4 FK 48 42 -6 36
5 LA 43 48 5 25
6 MS 57 68 11 121
7 MIA 53 81 28 784
8 MUA 42 58 16 256
9 MUH 58 72 14 196
10 MUR 54 72 18 324
11 MUT 62 71 9 81
12 NS 54 91 37 1369
13 NF 56 63 7 49
14 NM 68 71 3 9
15 RA 54 74 20 400
16 RH 64 67 3 9
17 RO 53 63 10 100
18 SD 81 84 3 9
19 SR 59 65 6 36
20 SM 53 91 38 1444
21 SYR 54 68 14 196
22 TKH 56 74 18 324
Total 1262 1560 304 6622
Sumber: Hasil Pretest dan Posttest
82

Statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah uji-t dengan taraf

signifikan = 0,05. Adapun rumusan hipotesis yang akan diuji adalah sebagai

berikut:

Pengujian Hipotesis I

: = 0 ; Penerapan model pembelajaran Quantum Teaching tidak dapat

meningkatkan kemampuan pemahaman konsep matematis siswa

SMP/MTs.

: > 0 ; Penerapan model pembelajaran Quantum Teaching dapat

meningkatkan kemampuan pemahaman konsep matematis siswa

SMP/MTs.

Dari data di atas maka dapat di lakukan uji-t yaitu dengan cara sebagai berikut:

(1) Menentukan rata-rata


= = = 13,82

(2) Menentukan simpangan baku

(∑ )
= ∑ −

( )
= 6622 −

= 6622 −

= 6622 − 4200,73

= (2421,27)
83

,
=

= 115,30

= 10,74

Berdasarkan perhitungan di atas diperoleh = 13,82 dan =

10,74 maka dapat dihitung nilai t sebagai berikut:

=

,
= ,

,
= ,
,

,
=
,

= 6,03
Dengan kriteria pengujian taraf = 0,05 dengan = − 1 = 22 −

1 = 21 maka diperoleh sebagai berikut:

= ( ∝)

= ( . )

= ( . )

= 1,72

Jadi. diperoleh = 1,72

Berdasarkan kriteria pengambilan keputusannya yaitu “tolak jika ≥

( ) dan diterima dalam hal lainnya. Oleh karena > yaitu


84

6,03 > 1,72 maka terima dan dapat disimpulkan bahwa penerapan model

pembelajaran Quantum Teaching dapat meningkatkan kemampuan pemahaman

konsep matematis siswa SMP/MTs.

b. Analisis Perbandingan Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis


Siswa Antara Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

1) Uji Kesamaan Dua Rata-Rata

Pegujian kesamaan rata-rata dilakukan untuk melihat kemampuan awal

siswa di kelas eksperimen dan kelas kontrol, dan diambil dari hasil tes awal kelas

eksperimen dan kelas kontrol. Adapun rumusan hipotesis yang akan diuji adalah

sebagai berikut:

: = ; Kemampuan awal kelas eksperimen tidak berbeda secara signifikan

dengan kemampuan awal kelas kontrol

: ≠ ; Kemampuan awal kelas eksperimen berbeda secara signifikan

dengan kemampuan awal kelas kontrol

Uji yang digunakan adalah uji-t dua pihak dengan taraf signifikan =

0,05 maka menurut sudjana kriteria pengujiannya adalah terima jika − ( )


<

< ( )
dalam hal lain ditolak. Derajat kebebasan untuk daftar

distribusi t ialah ( + − 2) dan peluang 1− . Berdasarkan hasil

perhitungan sebelumnya diperoleh:

Kelas Eksperimen = 22 = 57,5 = 71,62 = 8,46

Kelas Kontrol = 21 = 52,5 = 83,2 = 9,12

Sebelum menguji kesamaan rata-rata kedua populasi, terlebih dahulu data-

data tersebut didistribusikan kedalam rumus varians gabungan sehingga diperoleh:


85

− 1 + ( − 1)
=
+ − 2
22 − 1 71,62 + 21 − 1 83,2
=
22 + 21 − 2
21 71,62 + 20 83,2
=
41
1575,64 + 1664
=
41
3239,64
=
41
= 79,02
= 8,89

Selanjutnya menentukan nilai t hitung dengan menggunakan rumus uji t yaitu:


=
1 1
+

57,5 − 52,5
=
1 1
8,89 22 + 21

5
=
8,89√0,09
5
=
8,89(0,3)
5
=
2,67
= 1,87

Jadi. diperoleh = 1,87

Beradasarkan langkah-langkah yang telah diselesaikan di atas. maka di

dapat = 1,87. Untuk membandingkan dengan maka perlu

dicari dahulu derajat kebebasan dengan menggunakan rumus:

dk = (n1 + n2 – 2) = (22 +21 – 2) = 41


86

Dengan taraf signifikan = 0.05 dan derajat kebebasan dk = 46. dari tabel

distribusi t diperoleh t(0.975)(41) = 2,02. sehingga − ( )


< < ( )
yaitu

− 2.02 < 1,87 < 2,02. maka sesuai dengan kriteria pengujian diterima. Dengan

demikian dapat disimpulkan bahwa kemampuan awal kelas eksperimen tidak

berbeda secara signifikan dengan kemampuan awal kelas kontrol.

2) Pengujian Hipotesis II

Untuk melihat perbandingan kemampuan pemahaman konsep matematis

siswa yang belajar dengan model pembelajaran Quantum Teaching dan

kemampuan pemahaman konsep matematis siswa yang belajar dengan

pembelajaran konvensional diambil dari hasil tes akhir kelas eksperimen dan kelas

kontrol. Uji statistik yang digunakan adalah uji-t sampel independen. Adapun

rumusan hipotesis dengan taraf signifikan = 0,05 hipotesis yang akan diuji

adalah:

Pengujian Hipotesis II

Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

: = ; Kemampuan pemahaman konsep matematis siswa yang belajar

dengan model pembelajaran Quantum Teaching tidak lebih baik

daripada kemampuan pemahaman konsep matematis siswa yang

belajar dengan pembelajaran konvensional.

: > ; Kemampuan pemahaman konsep matematis siswa yang belajar

dengan model pembelajaran Quantum Teaching lebih baik

daripada kemampuan pemahaman konsep matematis siswa yang

belajar dengan pembelajaran konvensional.


87

Uji yang digunakan adalah uji pihak kanan dengan taraf signifikan  =

0.05 dengan dk = + − 2 . Dengan kriteria pengujian adalah “Tolak jika

> dalam hal lainnya diterima”.

Berdasarkakan perhitungan sebelumnya, telah diperoleh:

Kelas Eksperimen = 22 = 71,05 = 130,74 = 11,43

Kelas Kontrol = 21 = 62,79 = 191,31 = 13,83

Sehingga diperoleh nilai simpangan baku gabungan sebagai berikut:

− 1 + ( − 1)
=
+ − 2
22 − 1 130,74 + 21 − 1 191,31
=
22 + 21 − 2
21 130,74 + 20 191,31
=
41
2745,54 + 3826,2
=
41
6571,74
=
41
= 160,29
= 12,66

Selanjutnya menentukan nilai t hitung dengan menggunakan rumus uji t yaitu:


=
1 1
+

71,05 − 62,79
=
1 1
12,66 22 + 21

8,26
=
12,66√0.09
8,26
=
12,66(0.3)
88

8,26
=
3,798
= 2,17

Jadi. diperoleh = 2,17

Dengan kriteria pengujian taraf = 0.05 dengan = ( + − 2)

yaitu = 22 + 21 − 2 = 41 maka diperoleh sebagai berikut:

= ( ∝)

= ( . )

= ( . )

= 1,68

Jadi. diperoleh = 1,68

Berdasarkan kriteria pengambilan keputusannya yaitu “tolak jika

> dalam hal lainnya diterima”. Oleh karena > yaitu

2,17 > 1,68 maka terima dapat disimpulkan bahwa kemampuan pemahaman

konsep matematis siswa yang belajar dengan model pembelajaran Quantum

Teaching lebih baik daripada kemampuan pemahaman konsep matematis siswa

yang belajar dengan pembelajaran konvensional.

B. Pembahasan

1. Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa

Pada penelitian ini, kemampuan pemahaman konsep matematis siswa

dilihat dari hasil pretest yang diberikan sebelum dilakukan pembelajaran dan

posttest yang diberikan pada akhir pertemuan. Tes yang diberikan berbentuk essay

yang berjumlah 4 soal dimana setiap soal mempunyai bobot skor yang berbeda,
89

dengan indikator kemampuan pemahaman konsep matematis yang berbeda pula.

Hasil pretes menunjukkan kondisi awal kemampuan pemahaman konsep matematis

siswa kelas eksperimen maupun kelas kontrol secara keseluruhan termaksuk dalam

kategori rendah. Namun setelah kedua kelas diberikan perlakuan sebagaimana yang

direncanakan, yaitu kelas eksperimen diajarkan dengan model pembelajaran

Quantum Teaching dan kelas kontrol diajarkan dengan pembelajaran konvensional,

barulah terlihat dengan jelas perubahan pada kemampuan pemahaman konsep

matematis siswa. Hal ini dapat dilihat pada skor kemampuan pemahaman konsep

matematis untuk kedua kelas tersebut.

Hasil pengujian hipotesis diperoleh nilai rata-rata posttest kemampuan

pemahaman konsep matematis siswa kelas eksperimen adalah ( ̅ = 71,05) dan

nilai rata-rata pretest adalah ( ̅ = 57,5), terlihat bahwa nilai rata-rata posttest lebih

baik dari nilai rata-rata pretest. Sesuai dengan hipotesis yang telah disebutkan pada

rancangan penelitian dan perolehan data yang telah dianalisis maka diperoleh niai t

yaitu = 6,37 dan = 1,72. Hasil ini berakibat > yaitu

6,03 > 1,72, sehingga dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran

Quantum Teaching dapat meningkatkan kemampuan pemahaman konsep

matematis siswa SMP/MTs.

2. Perbandingan Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa


Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Berdasarkan hasil posttest kelas eksperimen yang belajar dengan model

pembelajaran Quantum Teaching dan kelas kontrol yang belajar dengan

pembelajaran konvensional. Tampak bahwa kemampuan pemahaman konsep

matematis siswa yang belajar dengan model pembelajaran Quantum Teaching lebih
90

baik daripada kemampuan pemahaman konsep matematis siswa yang belajar

dengan pembelajaran konvensional. Hal ini dapat dilihat berdasarkan nilai rata-rata

kedua kelas yaitu nilai rata-rata posttest kelas eksperimen adalah ̅ = 71,05 dan

nilai rata-rata posttest kelas kontrol adalah ̅ = 62,79. Berdasarkan hasil tersebut

terlihat bahwa nilai rata-rata kelas eksperimen lebih baik daripada nilai rata-rata

kelas kontrol. Sesuai dengan hipotesis yang telah disebutkan pada rancangan

penelitian dan perolehan data yang telah dianalisis maka diperoleh niai t yaitu

= 2,17 dan = 1,68. Hasil ini berakibat > yaitu 2,17 >

1,68, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kemampuan pemahaman konsep

matematis siswa yang belajar dengan model pembelajaran Quantum Teaching lebih

baik daripada kemampuan pemahaman konsep matematis siswa yang belajar

dengan pembelajaran konvensional. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa

kemampuan pemahaman konsep matematis siswa kelas eksperimen lebih baik

dibandingkan dengan kelas kontrol.

Berdasarkan pembahasan di atas, maka diperoleh kesimpulan bahwa

penerapan model pembelajaran Quantum Teaching dapat meningkatkan

kemampuan pemahaman konsep matematis siswa SMP/MTs. Hal ini sejalan

dengan penelitian yang dilakukan oleh:

1. Seri Oktarina yang menyatakan bahwa model pembelajaran Quantum

Teaching telah terbukti dapat meningkatkan kemampuan pemahaman konsep

matematis siswa dalam penelitian yang berjudul “pengaruh model Quantum

Teaching terhadap pemahaman konsep matematika siswa di kelas X SMA

Ethika Palembang” di mana pengaruh tersebut dapat dilihat dari hasil data tes
91

pemahaman konsep matematikayang terdirri dari 5 soal essay, dengan nilai

rata-rata kelas eksperimen 61,32 dan nilai rata-rata kelas kontrol 50,59.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa pemahaman konsep matematis siswa pada

kelas eksperimen lebih tinggi dibanding kelas kontrol.

2. Erni Syofna yang berjudul “penerapan model Quantum Teaching terhadap

pemahaman konsep matematis siswa kelas VIII SMP Negeri 5 Lubuk Alung”

diperoleh nilai rata-rata kelas eksperimen 47,46 dan nilai rata-rata kelas kontrol

20. Berdasarkan nilai rata-rata yang diperoleh pada tes kemampuan

pemahaman konsep matematis maka dapat disimpulkan bahwa kemampuan

pemahaman konsep matematis siswa kelas eksperimen lebih tinggi daripada

kemampuan pemahaman konsep matematis siswa kelas kontrol. Hal ini

memberikan gambaran bahwa ada pengaruh dari penerapan model

pembelajaran Quantum Teaching terhadap kemampuan pemahaman konsep

matematis siswa.

Beberapa penelitian di atas terlihat bahwa nilai rata-rata yang diperoleh

dari hasil penelitian untuk kelas eksperimen 61,32, kelas kontrol 50,59, kemudian

nilai rata-rata kelas eksperimen 47,46 dan kelas kontrol 20. Sedangkan nilai rata-

rata yang diperoleh dari hasil penelitian penulis adalah kelas eksperimen 71,05 dan

kelas kontrol adalah 62,79. Terlihat bahwa nilai rata-rata yang diperoleh dari hasil

penelitian penulis dan beberapa penelitian di atas tidak jauh berbeda. Sehingga

dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Quantum Teaching dapat diterapkan

dalam pembelajaran.
92

Selain dapat meningkatkan pemahaman konsep, model pembelajaran

Quantum Teaching juga dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Sebagaimana

penelitian yang dilakukan oleh Ratih Septia Ningrum yang berjudul “pengaruh

penerapan model Quantum Teaching terhadap hasil belajar matematika siswa kelas

IV SD Negeri 06 Metro Barat” Pengaruhnya dapat dilihat dari perbedaan hasil

belajar antara kelas kontrol dan kelas eksperimen. Nilai rata-rata posttest kelas

eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata posttest kelas kontrol.

Sehingga, menunjukkan bahwa hasil belajar siswa yang diberi perlakuan dengan

menerapkan model Quantum Teaching menghasilkan hasil belajar yang lebih

optimal. Hasil pengujian hipotesis menggunakan rumus t-test pooled varians

diperoleh data = 2,50 > 2,00. Perbandingan tersebut menunjukan

bahwa Ha diterima. Artinya ada pengaruh secara signifikan penerapan model

Quantum Teaching terhadap hasil belajar matematika siswa kelas IV SD Negeri 06

Metro Barat.

Model pembelajaran Quantum Teaching dirancang untuk memudahkan

siswa dalam belajar, membuat siswa senang dari awal hingga akhir pembelajaran,

dengan keadaan yang menyenangkan tidak membuat siswa bosan dan terbebani

selama pembelajaran sehingga mengoptimalkan proses belajar siswa dalam

memahami konsep dari materi yang dipelajari.

Penerapan model pembelajaran Quantum Teaching dilakukan dengan

berpedoman pada kerangka pembelajarannya yang dikenal dengan sebutan

TANDUR yang merupakan singkatan dari Tumbuhkan (tumbuhkan minat siswa

untuk belajar), Alami (ciptakan atau datangkan pengalaman umum yang dapat
93

dimengerti semua siswa), Namai (tuntun siswa untuk dapat menemukan konsep

atau rumusan dari pengalaman belajar yang mereka lakukan), Demonstrasikan

(beri kesempatan siswa untuk menunjukkan bahwa mereka mengerti dan

paham akan materi yang telah dipelajarai), Ulangi (Tumbuhkan rasa “aku tahu

bahwa aku tahu ini” pada siswa dengan cara meminta siswa membuat

kesimpulan atau tes kecil di akhir pembelajaran), Rayakan (apresiasi usaha,

ketekunan dan kesuksesan siswa dalam proses pembelajaran).


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan mengenai pembelajaran

matematika dengan menerapkan model pembelajaran Quantum Teaching untuk

meningkatkan kemampuan pemahaman konsep siswa MTsN 2 Pidie di peroleh

kesimpulan:

1. Berdasarkan hasil pengolahan data dapat disimpulkan bahwa penerapan model

pembelajaran Quantum Teaching dapat meningkatkan kemampuan

pemahaman konsep matematis siswa SMP/MTs.

2. Berdasarkan hasil pengolahan data dapat disimpulkan bahwa kemampuan

pemahaman konsep matematis siswa yang belajar dengan model pembelajaran

Quantum Teaching lebih baik daripada kemampuan pemahaman konsep

matematis siswa yang belajar dengan pembelajaran konvensional.

B. Saran

Berdasarkan hasil dari penelitian ini, maka terdapat beberapa saran yang

dapat penulis berikan:

1. Mengingat model pembelajaran Quantum Teaching yang telah diterapkan

pada siswa VII MTsN 2 Pidie dapat meningkatkan kemampuan pemahaman

konsep matematis siswa, maka disarankan kepada guru matematika untuk

dapat menggunakan model pembelajaran Quantum Teaching sebagai

alternatif pembelajaran matematika.

94
95

2. Pembelajaran melalui model pembelajaran Quantum Teaching memerlukan

adanya pengawasan lebih dari guru pada saat belajar secara berkelompok agar

hasil yang diperoleh lebih optimal.

3. Diharapkan kepada guru agar lebih memahami terlebih dahulu model

pembelajaran yang akan digunakan sebelum diterapkan dalam proses

pembelajaran agar menghasilkan hasil yang optimal

4. Disarankan kepada pihak lain untuk melakukan penelitian yang sama pada

materi lain sebagai bahan perbandingan dengan hasil penelitian ini.


96

DAFTAR PUSTAKA

A’la , Miftahul. (2012). Qunatum Teaching. Jogjakarta: DIVA Press (cetakan III).

Afandi, Muhammad, dkk. (2013). Model dan Metode Pembelajaran Di Sekolah.


Semarang: UNISSULA PRESS.

Ahmadi, Rulan. (2016). Pengantar Pendidikan: Asas dan Filsafat Pendidikan.


Yogyakarta: AR-RUZZ MEDIA (cetakan II).

Ali, Muhammad. (1989). Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Moder. Jakarta:


Pustaka Amani.

Anggoro, Toha. (2008). Metode Penelitian. Jakarta: Universitas Terbuka.

Arifi, E. Zainal. (2003). Dasar-Dasar Penulisan Karya Ilmiah. Jakarta: PT.


Grasindo.

Arikunto, Suharsimi. (2007). Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

As’ari, Abdur Rahman, dkk. (2017). Buku Guru Matematika. Jakarta: Kementerian
Pendidikan Kebudayaan.

DePorter, Bobbi, dkk. (2012). Quantum Learning: Membiasakan Belajar Nyaman


dan Menyenangkan. Bandung: Kaifa.

Djadir, dkk. (2017). Sumber Belajar Penunjang PLPG 2017 Mata Pelajaran/Paket
Keahlian Matematika Bangun Datar. Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan.

Hadi, Sutrisno. (1997). Statistik Jilid II. Jakarta: Bumi Aksara.

Harijanto, Muhammad. (2007). “Implementasi Peran dan Fungsi Trilogi


Pendidikan Memasuki Era Globalisasi”. Jurnal Kependididkan Interaksi,
ISSN No. 1412-2952, No. 3.

Hidayat, Rifqi Nurrohmah. (2016). “Analisis Peningkatan Kemampuan


Pemahaman Konsep Matematis Siswa Mts Lewat Penerapan Model
Pembelajaran Problem Based Learning Berbantuan Software Geogebra
Berdasarkan Kemampuan Awal Matematika”. JPPM, Vol. 9, No. 1.

Isnaini, Muhammad. (2016). “Pengaruh Model Pembelajaran Quantum Teaching


Dengan Langkah-Langkah Tandur Terhadap Keterampilan Proses Belajar
Siswa Materi Sel Kelas XI Di SMA Muhammadiyah 1 Palembang”. Jurnal
Bioilmi, Vol. 2, No. 1.
97

Irwan, dkk. (2012). “Pemahaman Konsep Matematika Pada Materi Turunan


Melalui Pembelajaran Teknik Probing”. Vol. 1

Lestari, Sri Wiji. (2013). Penerapan Model Pembelajaran M-Apos Dalam


Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Motivasi Belajar Kalkulus II.
Jakarta.

Mahmud. (2011). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Pustaka Setia.

Mawaddah, Siti, ratih Maryanti. (2016). “Kemampuan Pemahaman Konsep


Matematis Siswa SMP Dalam Pembelajaran Menggunakan Model
Penemuan Terbimbing (Discovery Learning). EDU-MAT”. Jurnal
Pendidikan Matematika, Vol. 4, No. 1.

Murizal, Angga, dkk. (2012). “Pemahaman Konsep Matematis dan Model


Pembelajaran Quantum Teaching”. Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. 1,
No. 1.

Prihandoko, Antonius cahya. (2006). Pemahaman dan Penyajian Konsep


Matematika Secara Benar dan Menarik. Jakarta.

Purwanto. (2010). Metodologi Penelitian Kuantitatif Untuk Psikologi dan


Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Regi, Ivan Sadag. (2017). Analisis Kemampuan Pemahaman Konsep Segiempat


Siswa Kelas VIII SMP NEGERI 1 Lubuklinggau. Email:
vnrgi05@gmail.com

Riyanto, Yatim. (2009). Paradigma Baru Pembelajaran. Jakarta: Kencana.

S, Margono. (2007). Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Sundayana, Rostina. (2010). Statistik Penelitian Pendidikan. Garot: STKIP Garut


Press.

Sudjana. (1992). Metoda Statistika. Bandung: Tarsido.

Sugandika, Kawit, dkk. Pengaruh Model Quantum Teaching Terhadap


Pemahaman Konsep IPA Siswa Kelas IV Di Gugus VII Kecamatan
Buleleng.
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=105348&val=1342

Sugiyono. (2010). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Sukino, Wilson Simangunsong. (2007). Matematika Untuk SMP Kelas VII. Jakarta:
Erlangga.
98

Sumaryati, Agata Sri, Dwi Uswatun Hasanah. (2015). “Upaya Meningkatkan


Pemahaman Konsep Matematika Dengan Model Pembelajaran Inkuiri
Terbimbing Siswa Kelas VIII C SMP NEGERI 11 Yogyakarta”. Jurnal
Derivat, Vol. 2, No. 2, ISSN: 2407-3792.

Susantika, Amelia, dkk. (2015). Perbandingan Pemahaman Konsep Matematis


Antara Pembelajaran Kooperatif Tipe TSTS dengan TPS, Siswa Kelas
X SMK Negeri 2 Bandar Lampung.

Uno, Hamzah B dan Satria Koni. (2012). Assesment Pembelajaran. Jakarta: Bumi
Aksara.

Wardhani, Sri. (2010). Implikasi Karakteristik Matematika dalam Pencapaian


Tujuan Pelajaran Matematika SMP/MTs/Sri Wardhani/PPPPTK
Matematika. Jakarta.

Wena, Made. (2009). Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Jakarta: Bumi


Aksara.

Zevika, Mona, dkk. (2012). “Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep


Siswa Kelas VIII SMP NEGERI 2 PADANG Panjang Melalui
Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pait Share Disertai Peta Pikiran”.
Jurnal Pendidikan Matematika, Part2, Vol. 1, No. 1.
Lampiran 1 99

Data Ordinal Pretest Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa Kelas Eksperimen

Kode Skor Soal


No Kelompok Perlakuan Total %
Siswa Soal 1 Soal 2 Soal 3 Soal 4
1 AIR Eksperimen Pretest 4 2 1 1 8 33
2 AS Eksperimen Pretest 4 4 3 4 15 63
3 DA Eksperimen Pretest 4 4 3 1 12 50
4 FK Eksperimen Pretest 3 2 0 1 6 25
5 LA Eksperimen Pretest 4 2 1 1 8 33
6 MS Eksperimen Pretest 3 1 1 1 6 25
7 MIA Eksperimen Pretest 2 2 1 1 6 25
8 MUA Eksperimen Pretest 4 1 1 1 7 29
9 MUH Eksperimen Pretest 4 2 1 1 8 33
10 MUR Eksperimen Pretest 3 2 0 1 6 25
11 MUT Eksperimen Pretest 4 4 1 1 10 42
12 NS Eksperimen Pretest 4 4 3 1 12 50
13 NF Eksperimen Pretest 4 4 3 2 13 54
14 NM Eksperimen Pretest 3 4 2 4 13 54
15 RA Eksperimen Pretest 4 4 1 1 10 42
16 RH Eksperimen Pretest 4 4 1 8 17 71
17 RO Eksperimen Pretest 2 2 1 1 6 25
18 SD Eksperimen Pretest 4 4 5 8 21 88
19 SR Eksperimen Pretest 4 3 1 1 9 38
20 SM Eksperimen Pretest 4 4 3 1 12 50
21 SYR Eksperimen Pretest 4 3 1 1 9 38
22 TKH Eksperimen Pretest 3 2 1 2 8 33
100

Data Ordinal Posttest Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa Kelas Eksperimen

Kode Skor Soal


No Kelompok Perlakuan Total %
Siswa Soal 1 Soal 2 Soal 3 Soal 4
1 AIR Eksperimen Posttest 3 11 11 5 30 75
2 AS Eksperimen Posttest 0 11 11 5 27 68
3 DA Eksperimen Posttest 3 11 11 11 36 90
4 FK Eksperimen Posttest 0 7 3 0 10 25
5 LA Eksperimen Posttest 1 9 4 1 15 38
6 MS Eksperimen Posttest 0 9 11 6 26 65
7 MIA Eksperimen Posttest 0 11 11 7 29 73
8 MUA Eksperimen Posttest 0 9 10 1 20 50
9 MUH Eksperimen Posttest 0 11 11 5 27 68
10 MUR Eksperimen Posttest 1 11 11 4 27 68
11 MUT Eksperimen Posttest 3 11 11 1 23 58
12 NS Eksperimen Posttest 3 11 11 12 37 93
13 NF Eksperimen Posttest 3 9 9 4 25 63
14 NM Eksperimen Posttest 3 11 11 1 26 65
15 RA Eksperimen Posttest 3 11 11 3 28 70
16 RH Eksperimen Posttest 4 10 8 2 24 60
17 RO Eksperimen Posttest 3 9 8 3 23 58
18 SD Eksperimen Posttest 3 11 11 11 36 90
19 SR Eksperimen Posttest 2 8 10 4 24 60
20 SM Eksperimen Posttest 3 11 11 12 37 93
21 SYR Eksperimen Posttest 1 9 10 6 26 65
22 TKH Eksperimen Posttest 3 10 11 5 29 73
101

Data Ordinal Pretest Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa Kelas Kontrol

Kode Skor Soal


No Kelompok Perlakuan Total %
Siswa Soal 1 Soal 2 Soal 3 Soal 4
1 AZ Kontrol Pretest 2 0 0 0 2 8
2 AH Kontrol Pretest 4 2 1 1 8 33
3 AZZ Kontrol Pretest 3 2 1 1 7 29
4 DO Kontrol Pretest 4 1 1 1 7 29
5 EM Kontrol Pretest 4 2 1 1 8 33
6 FB Kontrol Pretest 4 2 1 1 8 33
7 II Kontrol Pretest 3 2 2 1 8 33
8 KA Kontrol Pretest 4 2 1 1 8 33
9 MA Kontrol Pretest 2 1 1 1 5 21
10 MAU Kontrol Pretest 3 2 4 1 10 42
11 MI Kontrol Pretest 4 3 1 1 9 38
12 MF Kontrol Pretest 4 2 1 1 8 33
13 MS Kontrol Pretest 2 1 1 1 5 21
14 MH Kontrol Pretest 2 1 1 1 5 21
15 NA Kontrol Pretest 2 2 0 1 5 21
16 NIA Kontrol Pretest 4 2 3 1 10 42
17 NU Kontrol Pretest 4 2 2 2 10 42
18 RAN Kontrol Pretest 4 2 1 1 8 33
19 RNS Kontrol Pretest 3 1 1 1 6 25
20 SRL Kontrol Pretest 2 2 1 1 6 25
21 SU Kontrol Pretest 3 2 1 1 7 29
102

Data Ordinal Posttest Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa Kelas Kontrol

Kode Skor Soal


No Kelompok Perlakuan Total %
Siswa Soal 1 Soal 2 Soal 3 Soal 4
1 AZ Kontrol Posttest 2 9 10 0 21 53
2 AH Kontrol Posttest 4 10 11 11 36 90
3 AZZ Kontrol Posttest 2 11 11 10 34 85
4 DO Kontrol Posttest 3 10 11 1 25 63
5 EM Kontrol Posttest 3 10 10 1 24 60
6 FB Kontrol Posttest 3 7 11 9 30 75
7 II Kontrol Posttest 1 4 9 9 23 58
8 KA Kontrol Posttest 1 9 6 0 16 40
9 MA Kontrol Posttest 1 10 12 11 34 85
10 MAU Kontrol Posttest 2 9 10 9 30 75
11 MI Kontrol Posttest 1 12 11 8 32 80
12 MF Kontrol Posttest 1 10 11 10 32 80
13 MS Kontrol Posttest 0 8 5 6 19 48
14 MH Kontrol Posttest 3 11 8 9 31 78
15 NA Kontrol Posttest 2 5 5 2 14 35
16 NIA Kontrol Posttest 3 12 12 11 38 95
17 NU Kontrol Posttest 1 8 1 0 10 25
18 RAN Kontrol Posttest 1 9 12 2 24 60
19 RNS Kontrol Posttest 1 3 3 1 8 20
20 SRL Kontrol Posttest 3 5 3 1 12 30
21 SU Kontrol Posttest 1 2 2 2 7 18
103
Lampiran 2

Data Interval Pretest Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa Kelas Eksperimen
Kode Skor Soal
No Kelompok Perlakuan Total %
Siswa Soal 1 Soal 2 Soal 3 Soal 4
1 AIR Eksperimen Pretest 3,4 2,42 2,97 2,97 12 58%
2 AS Eksperimen Pretest 3,4 3,4 3,68 3,68 14 69%
3 DA Eksperimen Pretest 3,4 3,4 3,68 2,97 13 66%
4 FK Eksperimen Pretest 2,42 2,42 2 2,97 10 48%
5 LA Eksperimen Pretest 2,42 2,42 2 2 9 43%
6 MS Eksperimen Pretest 2,68 2,97 2,97 2,97 12 57%
7 MIA Eksperimen Pretest 2,42 2,42 2,97 2,97 11 53%
8 MUA Eksperimen Pretest 2,68 1 2,97 2 9 42%
9 MUH Eksperimen Pretest 3,4 2,42 2,97 2,97 12 58%
10 MUR Eksperimen Pretest 2,68 2,42 2,97 2,97 11 54%
11 MUT Eksperimen Pretest 3,4 3,4 2,97 2,97 13 62%
12 NS Eksperimen Pretest 2,68 3,4 2 2,97 11 54%
13 NF Eksperimen Pretest 2,68 2,42 2,97 3,42 11 56%
14 NM Eksperimen Pretest 2,68 3,4 3,42 4,4 14 68%
15 RA Eksperimen Pretest 2,68 2,42 2,97 2,97 11 54%
16 RH Eksperimen Pretest 2,68 2,97 2,97 4,4 13 64%
17 RO Eksperimen Pretest 2,42 2,42 2,97 2,97 11 53%
18 SD Eksperimen Pretest 3,4 3,4 5,37 4,4 17 81%
19 SR Eksperimen Pretest 3,4 2,68 2,97 2,97 12 59%
20 SM Eksperimen Pretest 2,42 3,4 2 2,97 11 53%
21 SYR Eksperimen Pretest 2,42 2,68 2,97 2,97 11 54%
22 TKH Eksperimen Pretest 2,68 2,42 2,97 3,42 11 56%
104

Data Interval Posttest Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa Kelas Eksperimen

Kode Skor Soal


No Kelompok Perlakuan Total %
Siswa Soal 1 Soal 2 Soal 3 Soal 4
1 AIR Eksperimen Posttest 2,69 10,29 10,29 5,9 29 77%
2 AS Eksperimen Posttest 1 10,29 10,29 5,9 27 72%
3 DA Eksperimen Posttest 2,69 10,29 10,29 10,29 34 88%
4 FK Eksperimen Posttest 1 7,1 4,69 3 16 42%
5 LA Eksperimen Posttest 1,72 8,07 4,78 3,72 18 48%
6 MS Eksperimen Posttest 1 8,07 10,29 6,5 26 68%
7 MIA Eksperimen Posttest 1 10,29 10,29 9,07 31 81%
8 MUA Eksperimen Posttest 1 8,07 9,18 3,72 22 58%
9 MUH Eksperimen Posttest 1 10,29 10,29 5,9 27 72%
10 MUR Eksperimen Posttest 1,72 10,29 10,29 5,18 27 72%
11 MUT Eksperimen Posttest 2,69 10,29 10,29 3,72 27 71%
12 NS Eksperimen Posttest 2,69 10,29 10,29 11,4 35 91%
13 NF Eksperimen Posttest 2,69 8,07 8,07 5,18 24 63%
14 NM Eksperimen Posttest 2,69 10,29 10,29 3,72 27 71%
15 RA Eksperimen Posttest 2,69 10,29 10,29 4,69 28 74%
16 RH Eksperimen Posttest 3,8 9,18 8,21 4,09 25 67%
17 RO Eksperimen Posttest 2,69 8,07 8,21 4,81 24 63%
18 SD Eksperimen Posttest 2,69 10,29 10,29 8,58 32 84%
19 SR Eksperimen Posttest 2,09 8,21 9,18 5,18 25 65%
20 SM Eksperimen Posttest 2,69 10,29 10,29 11,4 35 91%
21 SYR Eksperimen Posttest 1,72 8,07 9,18 6,89 26 68%
22 TKH Eksperimen Posttest 2,69 9,18 10,29 5,9 28 74%
105

Data Interval Pretest Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa Kelas Kontrol

Kode Skor Soal


No Kelompok Perlakuan Total %
Siswa Soal 1 Soal 2 Soal 3 Soal 4
1 AZ Kontrol Pretest 2,86 1 1 1 6 25%
2 AH Kontrol Pretest 3,97 2,86 3,11 3,11 13 55%
3 AZZ Kontrol Pretest 2,86 2,11 3,86 3,11 12 50%
4 DO Kontrol Pretest 3,97 2,11 4,97 3,11 14 59%
5 EM Kontrol Pretest 3,97 2,86 3,11 3,11 13 55%
6 FB Kontrol Pretest 3,97 2,86 3,11 3,11 13 55%
7 II Kontrol Pretest 3,35 2,86 2 3,11 11 48%
8 KA Kontrol Pretest 3,97 3,35 3,86 3,11 14 60%
9 MA Kontrol Pretest 3,97 2,11 3,11 3,11 12 52%
10 MAU Kontrol Pretest 3,35 2,86 5,72 3,11 15 63%
11 MI Kontrol Pretest 3,97 3,35 3,11 3,11 14 57%
12 MF Kontrol Pretest 2,86 2,11 2 2 9 38%
13 MS Kontrol Pretest 3,35 3,35 3,86 3,86 14 61%
14 MH Kontrol Pretest 3,35 2,86 3,11 3,11 12 52%
15 NA Kontrol Pretest 3,35 2,86 3,86 3,11 13 55%
16 NIA Kontrol Pretest 3,97 2,86 4,97 3,11 15 63%
17 NU Kontrol Pretest 3,97 2,86 3,86 3,86 15 61%
18 RAN Kontrol Pretest 3,97 2,86 2 3,11 12 50%
19 RNS Kontrol Pretest 2,86 2,11 2 2 9 38%
20 SRL Kontrol Pretest 2,86 3,35 3,86 3,11 13 55%
21 SU Kontrol Pretest 3,97 3,35 3,11 3,86 14 60%
106

Data Interval Posttest Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa Kelas Kontrol
Kode Skor Soal
No Kelompok Perlakuan Total %
Siswa Soal 1 Soal 2 Soal 3 Soal 4
1 AZ Kontrol Posttest 2,04 8,17 8,7 3 22 62%
2 AH Kontrol Posttest 3,56 8,7 9,69 9,69 32 89%
3 AZZ Kontrol Posttest 2,04 9,69 9,69 8,7 30 85%
4 DO Kontrol Posttest 2,57 8,7 9,69 3,71 25 69%
5 EM Kontrol Posttest 2,57 8,7 8,7 3,71 24 67%
6 FB Kontrol Posttest 2,57 6,85 9,69 6,14 25 71%
7 II Kontrol Posttest 1,71 5,28 8,17 4,04 19 54%
8 KA Kontrol Posttest 1,71 8,17 5,08 3 18 50%
9 MA Kontrol Posttest 1,71 8,7 10,68 4,04 25 71%
10 MAU Kontrol Posttest 2,04 8,17 8,7 5,79 25 69%
11 MI Kontrol Posttest 1,71 10,68 9,69 4,04 26 73%
12 MF Kontrol Posttest 1,71 8,7 9,69 5,79 26 73%
13 MS Kontrol Posttest 1 7,84 8,17 5,08 22 62%
14 MH Kontrol Posttest 2,57 9,69 7,84 4,57 25 69%
15 NA Kontrol Posttest 2,04 5,79 5,79 4,42 18 51%
16 NIA Kontrol Posttest 2,57 10,68 9,69 8,7 32 89%
17 NU Kontrol Posttest 1,71 7,84 3,71 3 16 46%
18 RAN Kontrol Posttest 1,71 8,17 5,08 4,04 19 53%
19 RNS Kontrol Posttest 1,71 4,75 4,75 3,71 15 42%
20 SRL Kontrol Posttest 2,57 5,79 4,75 3,71 17 47%

21 SU Kontrol Posttest 1,71 4,04 4,04 3 13 36%


107
108
109
110
Lampiran 7 111
112
113
114
115
Lampiran 8
116
117
118
Lampiran 9 119
120
121
122
Lampiran 10
123
124
Lampiran 11
125
126
127
128
129
130
131
132
133
134
135
136
137
138
139
140
141
Lampiran 12

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)


KELAS EKSPERIMEN
Sekolah : MTsN 2 PIDIE
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas/Semester : VII /Ganjil
Materi Pokok : Perbandingan
Alokasi Waktu : 3 Pertemuan (6 x 40 menit)
Tahun Ajaran : 2017/2018

A. Kompetensi Inti
1. Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya.
2. Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (toleransi,
gotong royong), santun, percaya diri dalam berinteraksi secara efektif
dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan
keberadaannya.
3. Memahami dan menerapkan pengetahuan (faktual, konseptual, dan
prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan,
teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata.
4. Mengolah, menyaji dan menalar dalam ranah konkret (menggunakan,
mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak
(menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai
dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut
pandang/teori.
B. Kompetensi Dasar, Indikator
No. Kompetensi Dasar Indikator

1. 1.1 Menghargai dan 1.1.1 Berdoa sebelum memulai


menghayati ajaran agama pembelajaran.
yang dianutnya.
142

No. Kompetensi Dasar Indikator

2. 2.2 Memiliki rasa ingin tahu, 2.2.1 Menunjukkan sikap tanggung jawab
percaya diri, dan dalam menyelesaikan tugas atau
ketertarikan pada masalah yang diberikan guru.
matematika serta memiliki
rasa percaya pada daya dan
kegunaan matematika
yang berbentuk melalui
pengalaman belajar.
3. 3.7 Menjelaskan rasio dua 3.7.1 Menyebutkan contoh perbandingan
besaran (satuannya sama senilai
dan berbeda) 3.7.2 Menemukan konsep perbandingan
senilai
3.7.3 Menyebutkan contoh perbandingan
berbalik nilai
3.7.4 Menemukan konsep perbandingan
berbalik nilai
3.7.5 Menentukan perbandingan berbalik
nilai bertingkat

4 4.7 Menyelesaikan masalah 4.7.1 Menyelesaikan masalah yang


yang berkaitan dengan berkaitan dengan perbandingan
rasio dua besaran senilai
(satuannya sama dan 4.7.2 Menyelesaikan masalah yang
berbeda) berkaitan dengan perbandingan
berbalik nilai
4.7.3 Menyelesaikan masalah yang
berkaitan dengan perbandingan
berbalik nilai bertingkat
143

C. Tujuan Pembelajaran
Melalui kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran
Quantum Teaching dalam pembelajaran perbandingan (senilai dan berbalik nilai)
ini diharapkan siswa terlibat aktif dalam mengamati, menanya,
mengkomunikasikan antar konsep dan tertarik terhadap konsep yang dipelajarinya
serta percaya diri dalam menyelesaikan tugasnya, dengan siswa dapat:
Pertemuan 1
1. Menyebutkan contoh perbandingan senilai
2. Menemukan konsep perbandingan senilai
3. Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan perbandingan senilai
Pertemuan 2
1. Menyebutkan contoh perbandingan berbalik nilai
2. Menemukan konsep perbandingan berbalik nilai
3. Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan perbandingan berbalik nilai
Pertemuan 3
1. Menentukan perbandingan berbalik nilai bertingkat
2. Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan perbandingan berbalik nilai
bertingkat
D. Materi Pembelajaran
Perbandingan (terlampir)
E. Strategi Pembelajaran
1. Model : Quantum Teaching
2. Pendekatan : Saintifik
3. Metode : Diskusi, tanya jawab, demonstrasi dan pemberian tugas
F. Media, Alat, Bahan dan Sumber Pembelajaran
1. Media : Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD)
2. Sumber Belajar :
a. Matematika untuk SMP/MTs Kelas VII Semester 1 (Cetakan ke- 2, Edisi
Revisi 2014).
144

b. Matematika Untuk SMP Kelas VII (Sukino dan Wilson Simangunsong)


Penerbit: Erlangga, 2007.
G. Langkah-Langkah Pembelajaran
Pertemuan 1
Tahapan
Alokasi
Tahap Kegiatan guru dan siswa Quantum
waktu
Teaching
Pendahuluan  Pembelajaran diawali dengan salam dari 7 menit
guru dan dilanjutkan dengan do’a
 Memeriksa kehadiran siswa
Apersepsi
 Guru bertanya jawab dengan siswa
mengenai materi sebelumnya yaitu materi
persamaan dan pertidaksamaan linear satu
variabel
 Guru menyampaikan langkah-langkah
model pembelajaran Quantum Teaching
 Guru menyampaikan tujuan mempelajari
materi perbandingan senilai
Mengamati Tumbuhkan 8 menit
Motivasi
 Guru memberikan motivasi kepada siswa
dengan menjelaskan pentingnya membaca
buku teks, dan menjelaskan tentang
manfaat materi yang akan dipelajari dan
mengaitkannya dalam kehidupan sehari-
hari. Dengan memperlihatkan beberapa
gambar sederhana dan menanyakan
beberapa pertanyaan, contohnya :
145

2 kg strawberi 5 kg strawberi
Rp50.000 Rp125.000
Apakah contoh di atas merupakan
perbandingan senilai?
Kegiatan Mencoba Alami 25
Inti  Siswa dibagi dalam beberapa kelompok menit
yang terdiri dari 3-4 siswa
 Guru membagi LKPD 1 kepada masing-
masing kelompok
 Secara berkelompok siswa menyelesaikan
LKPD 1 untuk menemukan konsep
menghitung perbandingan senilai
Menalar
 Siswa berdiskusi membahas masalah yang
ada di LKPD 1
Menanya
 Siswa diberi kesempatan untuk bertanya
atau mempertanyakan dan menjawab
pertanyaan tentang hal-hal yang terkait
dengan ketentuan tugas kelompok yang
harus dilakukan
 Siswa merumuskan konsep yang baru Namai 5 menit
mereka temukan. Yaitu, konsep untuk
menghitung perbandingan senilai
146

Mengkomunikasikan Demonstrasi 15
 Beberapa kelompok mewakili perwakilan menit
untuk mempresentasikan hasil kerjanya
 Kelompok lain diberikan kesempatan
untuk menanggapi atau menanyakan hasil
kelompok tampil
 Guru menjelaskan bagaimana
menggunakan rumus perbandingan senilai
 Siswa diminta untuk mengerjakan soal quis Ulangi 10
tentang materi perbandingan senilai menit

 Guru memberikan hadiah atau pujian Rayakan 5 menit


berupa tepuk tangan/yel-yel kepada siswa
yang mengerjakan soal quis dengan cepat
dan benar
Penutup  Guru bersam-sama dengan siswa 5 menit
menyimpulkan materi yang telah mereka
pelajari
 Guru menyampaikan materi yang akan
dipelajari selanjutnya yaitu perbandingan
berbalik nilai
 Pembelajaran ditutup dan di akhiri salam
oleh guru

Pertemuan 2
Tahapan
Alokasi
Tahap Kegiatan guru dan siswa Quantum
waktu
Teaching
Pendahuluan  Pembelajaran diawali dengan salam dari 7 menit
guru dan dilanjutkan dengan do’a
147

 Memeriksa kehadiran siswa


Apersepsi
 Guru bertanya jawab dengan siswa
mengenai materi sebelumnya yaitu materi
perbandingan senilai
 Guru menyampaikan tujuan mempelajari
materi perbandingan berbalik nilai
Mengamati Tumbuhkan 8 menit
Motivasi
 Guru memberikan motivasi kepada siswa
dengan menjelaskan tentang manfaat
materi yang akan dipelajari dan
mengaitkannya dalam kehidupan sehari-
hari. Dengan memperlihatkan beberapa
gambar sederhana dan menanyakan
beberapa pertanyaan, contohnya :
Seorang ibu membagikan kue kepada 28 anak,
masing-masing anak mendapat 4 potong kue.
Jika kue itu dibagikan kepada 16 anak, berapa
banyak kue yang diterima masing-masing
anak?
Kegiatan Mencoba Alami 25
Inti  Siswa dibagi dalam beberapa kelompok menit
yang terdiri dari 3-4 siswa
 Guru membagi LKPD 2 kepada masing-
masing kelompok
 Secara berkelompok siswa menyelesaikan
LKPD 2 untuk menemukan konsep
menghitung perbandingan berbalik nilai
148

Menalar
 Siswa berdiskusi membahas masalah yang
ada di LKPD 2
Menanya
 Siswa diberi kesempatan untuk bertanya
atau mempertanyakan dan menjawab
pertanyaan tentang hal-hal yang terkait
dengan ketentuan tugas kelompok yang
harus dilakukan
 Siswa merumuskan konsep yang baru Namai 5 menit
mereka temukan. Yaitu, konsep untuk
menghitung perbandingan berbalik nilai

Mengkomunikasikan Demonstrasi 15
 Beberapa kelompok mewakili perwakilan menit
untuk mempresentasikan hasil kerjanya
 Kelompok lain diberikan kesempatan
untuk menanggapi atau menanyakan hasil
kelompok tampil
 Guru menjelaskan bagaimana
menggunakan rumus perbandingan
berbalik nilai

 Siswa diminta untuk mengerjakan soal quis Ulangi 10


tentang materi perbandingan berbalik nilai menit
 Guru memberikan hadiah atau pujian Rayakan 5 menit
berupa tepuk tangan/yel-yel kepada siswa
yang mengerjakan soal quis dengan cepat
dan benar
149

Penutup  Guru bersam-sama dengan siswa 5 menit


menyimpulkan materi yang telah mereka
pelajari
 Pembelajaran ditutup dan di akhiri salam
oleh guru

Pertemuan 3
Tahapan
Alokasi
Tahap Kegiatan guru dan siswa Quantum
waktu
Teaching
Pendahuluan  Pembelajaran diawali dengan salam dari 7 menit
guru dan dilanjutkan dengan do’a
 Memeriksa kehadiran siswa
Apersepsi
 Guru bertanya jawab dengan siswa
mengenai materi sebelumnya yaitu materi
perbandingan berbalik nilai
 Guru menyampaikan tujuan mempelajari
materi perbandingan berbalik nilai
bertingkat
Mengamati Tumbuhkan 8 menit
Motivasi
 Guru memberikan motivasi kepada siswa
dengan menjelaskan tentang manfaat
materi yang akan dipelajari dan
mengaitkannya dalam kehidupan sehari-
hari. Dengan memperlihatkan beberapa
gambar sederhana dan menanyakan
beberapa pertanyaan, contohnya :
150

1. Apa yang kalian ketahui tentang


perbandingan bertingkat?
2. Buatlah contoh perbandingan berbalik nilai
bertingkat yang berkaitan dengan
kehidupan sehari-hari ?
Kegiatan Mencoba Alami 25
Inti  Siswa dibagi dalam beberapa kelompok menit
yang terdiri dari 3-4 siswa
 Guru membagikan LKPD 3 kepada
masing-masing kelompok
 Secara berkelompok siswa menyelesaikan
LKPD 3 untuk menghitung perbandingan
berbalik nilai bertingkat
Menalar
 Siswa berdiskusi membahas masalah yang
ada di LKPD 3
Menanya
 Siswa diberi kesempatan untuk bertanya
atau mempertahankan dan menjawab
pertanyaan tentang hal-hal yang terkait
dengan ketentuan tugas kelompok yang
harus dilakukan
 Siswa merumuskan konsep yang mereka Namai 5 menit
pahami, yaitu konsep perbandingan
berbalik nilai bertingkat
151

Mengkomunikasikan Demonstrasi 15
 Beberapa kelompok mewakili perwakilan menit
untuk mempresentasikan hasil kerjanya
 Kelompok lain diberikan kesempatan
untuk menanggapi atau menanyakan hasil
kelompok tampil
 Guru menjelaskan bagaimana
menggunakan rumus perbandingan
berbalik nilai bertingkat
 Siswa diminta untuk mengerjakan soal quis Ulangi 10
tentang materi perbandingan berbalik nilai menit
bertingkat
 Guru memberikan hadiah atau pujian Rayakan 5 menit
berupa tepuk tangan/yel-yel kepada
kelompok yang mengerjakan soal quis
dengan tepat dan benar
Penutup  Guru bersam-sama dengan siswa 5 menit
menyimpulkan materi yang telah mereka
pelajari
 Pembelajaran ditutup dan di akhiri salam
oleh guru
152

H. Penilaian
1. Teknik penilaian : tes
2. Bentuk instrumen : tes tertulis/uraian (terlampir)

Mengetahui,
Guru Matematika Peneliti

Devi Desriati
NIP. NIM. 140205074
Lampiran 13 153

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)


(KELAS KONTROL)
Sekolah : MTsN 2 PIDIE
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas/Semester : VII /Ganjil
Materi Pokok : Perbandingan
Alokasi Waktu : 3 Pertemuan (6 x 40 menit)
Tahun Ajaran : 2017/2018

A. Kompetensi Inti
1. Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya.
2. Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (toleransi,
gotong royong), santun, percaya diri dalamberinteraksi secara efektif
dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan
keberadaannya.
3. Memahami dan menerapkan pengetahuan (faktual, konseptual, dan
prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan,
teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata.
4. Mengolah, menyaji dan menalar dalam ranah konkret (menggunakan,
mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak
(menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai
dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut
pandang/teori.
B. Kompetensi Dasar, Indikator
No. Kompetensi Dasar Indikator
1. 1.1 Menghargai dan menghayati 1.1.1 Berdoa sebelum memulai
ajaran agama yang dianutnya. pembelajaran.
154

No. Kompetensi Dasar Indikator


2. 2.3 Memiliki rasa ingin tahu, 2.3.1 Menunjukkan sikap tanggung
percaya diri, dan ketertarikan jawab dalam menyelesaikan
pada matematika serta tugas atau masalah yang
memiliki rasa percaya pada diberikan guru.
daya dan kegunaan
matematika yang berbentuk
melalui pengalaman belajar.

3. 3.7 Menjelaskan rasio dua besaran 3.7.1 Menyebutkan contoh


(satuannya sama dan berbeda) perbandingan senilai
3.7.2 Menemukan konsep
perbandingan senilai
3.7.3 Menyebutkan contoh
perbandingan berbalik nilai
3.7.4 Menemukan konsep
perbandingan berbalik nilai
3.7.5 Menentukan perbandingan
berbalik nilai bertingkat
4. 4.7.1 Menyelesaikan masalah 4.7.2 Menyelesaikan masalah yang
yang berkaitan dengan rasio berkaitan dengan perbandingan
dua besaran (satuannya senilai
sama dan berbeda) 4.7.3 Menyelesaikan masalah yang
berkaitan dengan perbandingan
berbalik nilai
4.7.4 Menyelesaikan masalah yang
berkaitan dengan perbandingan
berbalik nilai bertingkat
155

C. Tujuan Pembelajaran
Melalui kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran
langsung dalam pembelajaran perbandingan (senilai dan berbalik nilai) diharapkan
siswa terlibat aktif dalam mengamati, menanya, mengkomunikasikan antar konsep
dan tertarik terhadap konsep yang dipelajarinya serta percaya diri dalam
menyelesaikan tugasnya, dengan tujuan siswa dapat:
Pertemuan 1
1. Menyebutkan contoh perbandingan senilai
2. Menemukan konsep perbandingan senilai
3. Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan perbandingan senilai
Pertemuan 2
1. Menyebutkan contoh perbandingan berbalik nilai
2. Menemukan konsep perbandingan berbalik nilai
3. Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan perbandingan berbalik nilai
Pertemuan 3
1. Menentukan perbandingan berbalik nilai bertingkat
2. Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan perbandingan berbalik nilai
bertingkat
D. Materi Pembelajaran
Perbandingan (Terlampir)
E. Strategi Pembelajaran
1. Model : Pembelajaran Langsung.
2. Pendekatan : Saintifik
3. Metode : Diskusi, tanya jawab, dan pemberian tugas.
F. Media, Alat, Bahan dan Sumber Pembelajaran
1. Media : Buku paket
2. Sumber Pembelajaran :
a. Matematika untuk SMP/MTs Kelas VII Semester 1 (Cetakan ke- 2,
Edisi Revisi 2014).
156

b. Matematika Untuk SMP Kelas VII (Sukino dan Wilson Simangunsong)


Penerbit: Erlangga, 2007.
G. Langkah-Langkah Pembelajaran
Pertemuan 1
Alokasi
Tahap Deskripsi Kegiatan
Waktu

Pendahuluan  Pembelajaran diawali dengan salam dari guru 10 menit


dan dilanjutkan dengan do’a
 Memeriksa kehadiran siswa

Apersepsi

 Guru mengulang kembali pelajaran minggu lalu


 Guru menyampaikan tujuan mempelajari materi
perbandingan senilai

Mengamati

Motivasi

 Guru memberikan motivasi kepada siswa


dengan menjelaskan pentingnya membaca buku
teks, dan menjelaskan tentang manfaat materi
yang akan dipelajari dan mengaitkannya dalam
kehidupan sehari-hari. Dengan memperlihatkan
beberapa gambar sederhana dan menanyakan
beberapa pertanyaan, contohnya :

24 anak : 8 buku 16 anak : 12 buku


157

Apakah contoh di atas merupakan perbandingan


senilai

Kegiatan inti  Guru menjelaskan materi tentang perbandingan 65 menit


senilai
Menanya
 Siswa diberi kesempatan untuk bertanya
tentang materi yang belum dimengerti
Menalar
 Siswa diminta mengerjakan soal latihan
Mencoba
 Dengan bimbingan guru, siswa berusaha
menyelesaikan soal-soal yang diberikan guru
Mengkomunikasikan
 Beberapa siswa diminta maju kedepan untuk
menyelesaikan soal latihan di papan tulis
 Guru mengoreksi jawaban yang dituliskan oleh
siswa dan memberikan informasi yang tepat
jika jawaban dari siswa kurang tepat
Penutup  Guru bersam-sama dengan siswa 5 menit
menyimpulkan materi yang telah mereka
pelajari
 Siswa diberikan tugas (PR) untuk dikerjakan di
rumah sebagai pengulangan
 Guru menyampaikan materi yang akan
dipelajari selanjutnya, yaitu materi
perbandingan berbalik nilai
 Pembelajaran ditutup dan di akhiri salam oleh
guru.
158

Pertemuan 2
Alokasi
Tahap Deskripsi Kegiatan
Waktu

Pendahuluan  Pembelajaran diawali dengan salam dari guru 10 menit


dan dilanjutkan dengan do’a
 Memeriksa kehadiran siswa
Apersepsi
 Guru bertanya jawab dengan siswa untuk
mengetahui kemampuan awal yang dimiliki
siswa
 Guru menyampaikan tujuan mempelajari materi
perbandingan berbalik nilai
Mengamati
Motivasi
 Guru memberikan motivasi kepada siswa
dengan menjelaskan pentingnya membaca buku
teks, dan menjelaskan tentang manfaat materi
yang akan dipelajari dan mengaitkannya dalam
kehidupan sehari-hari. Dengan memperlihatkan
beberapa gambar sederhana dan menanyakan
beberapa pertanyaan, contohnya :

2 kg strawberi 5 kg strawberi
Rp50.000 Rp125.000
Apakah contoh di atas merupakan perbandingan
berbalik nilai?
159

Kegiatan inti  Guru menjelaskan materi tentang perbandingan 65 menit


berbalik nilai
Menanya
 Siswa diberi kesempatan untuk bertanya
tentang materi yang belum dimengerti

Menalar
 Siswa diminta mengerjakan soal latihan
Mencoba
 Dengan bimbingan guru, siswa berusaha
menyelesaikan soal-soal yang diberikan guru
Mengkomunikasikan
 Beberapa siswa diminta maju kedepan untuk
menyelesaikan soal latihan di papan tulis
 Guru mengoreksi jawaban yang dituliskan oleh
siswa dan memberikan informasi yang tepat
jika jawaban dari siswa kurang tepat
Penutup  Guru bersam-sama dengan siswa 5 menit
menyimpulkan materi yang telah mereka
pelajari
 Guru diberikan tugas (PR) untuk dikerjakan di
rumah sebagai pengulangan
 Guru menyampaikan materi yang akan
dipelajari selanjutnya, yaitu materi
perbandingan berbalik nilai bertingkat
 Pembelajaran ditutup dan di akhiri salam oleh
guru.
160

Pertemuan 3
Alokasi
Tahap Deskripsi Kegiatan
Waktu
Pendahuluan  Pembelajaran diawali dengan salam dari guru 10 menit
dan dilanjutkan dengan do’a
 Memeriksa kehadiran siswa
Apersepsi
 Guru bertanya jawab dengan siswa untuk
mengetahui kemampuan awal yang dimiliki
siswa
 Guru menyampaikan tujuan mempelajari materi
perbandingan bebalik nilai bertingkat
Mengamati
Motivasi
 Guru memberikan motivasi kepada siswa
dengan menjelaskan pentingnya membaca buku
teks, dan menjelaskan tentang manfaat materi
yang akan dipelajari dan mengaitkannya dalam
kehidupan sehari-hari. Dengan memperlihatkan
beberapa gambar sederhana dan menanyakan
beberapa pertanyaan, contohnya :
1. Apa yang kalian ketahui tentang perbandingan
bertingkat?
2. Buatlah contoh perbandingan berbalik nilai
bertingkat yang berkaitan dengan kehidupan
sehari-hari ?
Kegiatan inti  Guru menjelaskan materi tentang perbandingan 65 menit
bertingkat
161

Menanya
 Siswa diberi kesempatan untuk bertanya
tentang materi yang belum dimengerti
Menalar
 Guru memberikan beberapa soal mengenai
perbandingan berbalik nilai bertingkat untuk
mengetahui kemampuan awal siswa dalam
memahami materi perbandingan berbalik nilai
bertingkat
Mencoba
 Siswa berusaha menyelesaikan soal-soal yang
diberikan guru
Mengkomunikasikan
 Siswa diminta untuk mengumpulkan jawaban
dari soal-soal yang telah berikan
 Beberapa siswa diminta maju kedepan untuk
menyelesaikan soal di papan tulis
 Guru mengoreksi jawaban yang dituliskan oleh
siswa dan memberikan informasi yang tepat
jika jawaban dari siswa kurang tepat
Penutup  Siswa diberikan tugas (PR) untuk dikerjakan di 5 menit
rumah sebagai pengulangan
 Pembelajaran ditutup dan di akhiri salam oleh
guru.
162

H. Penilaian
a. Teknik penilaian : tes
b. Bentuk instrumen : tes tertulis/uraian (terlampir)

Mengetahui,
Guru Matematika Peneliti

Devi Desriati
NIP. NIM. 140205074
Lampiran 14 163

Lembar Kerja Peserta Didik

(LKPD) 1
Sekolah : MTsN 2 PIDIE
Kelas/Semester : VII/Ganjil
Mata Pelajaran : Matematika
Materi : Perbandingan Senilai

Tujuan Pembelajaran:

1. Siswa dapat menyebutkan contoh perbandingan senilai


2. Siswa dapat memahami konsep perbandingan senilai dengan tepat dan benar
3. Siswa dapat menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan perbandingan
senilai
Petunjuk !

1. Mulailah dengan membaca Basmallah!


2. Tulis nama kelompok dan anggota kelompok pada kolom di bawah ini!
3. Bacalah dengan teliti soal di bawah ini!
4. Diskusikan dan jawablah soal tersebut dengan mengikuti setiap langkah-
langkah penyelesainnya!

Kelompok :

Anggota :

1.
2.
3.
4.
164

 Menemukan Konsep

Perhatikan gambar
berikut ini! BERAPA BUTIR TELUR

(Gambar 1) (Gambar 2)
Banyak Ayam Telur
1 ...........
.............. ....?....

Perbandingan 1 dan 4 ekor ayam menjadi:




....... ........ = ......... .........

........ = .........

........ =

....?... = 12

Ayo, temukan rumus


matematikanya

Banyak Ayam (x) Telur (y)


Berbanding
lurus
165

Apa yang dapat


disimpulkan!

Semakin banyak ayam yang ada,


maka semakin ..................... telur
yang didapatkan. Hal ini termasuk
perbandingan ........................

Jadi, perbandingan senilai memiliki sifat


......................................................................................................................................
......................................................................................................................................

Seorang pedagang menjual jeruk dengan harga Rp15.000,00 perkilo.

Buatlah contoh masalah tentang perbandingan senilai dari banyak jeruk dan harganya!

...........................................................................................................................................

...........................................................................................................................................

...........................................................................................................................................

...........................................................................................................................................
166

soal
Penyelesaian:

Baju Harga
Ali membeli 12
baju dengan harga …........ 336.000

Rp336.000,00. Bila
........... …................
Budi akan membeli
18 baju yang sama Dik:
dengan baju yang
dibeli Ali, maka
Budi harus
Dit:
membayar
sebesar............

Jadi, jika Budi akan membeli 18 baju yang sama dengan

baju yang dibeli Ali, maka Budi harus membayar sebesar

Rp504.000,00.
Lampiran 15 167

Kunci Lembar Kerja Peserta Didik

(LKPD) 1
Sekolah : MTsN 2 PIDIE
Kelas/Semester : VII/Ganjil
Mata Pelajaran : Matematika
Materi : Perbandingan Senilai

Tujuan Pembelajaran:

1. Siswa dapat menyebutkan contoh perbandingan senilai


2. Siswa dapat memahami konsep perbandingan senilai dengan tepat dan benar
3. Siswa dapat menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan perbandingan
senilai
Petunjuk !

1. Mulailah dengan membaca Basmallah!


2. Tulis nama kelompok dan anggota kelompok pada kolom di bawah ini!
3. Bacalah dengan teliti soal di bawah ini!
4. Diskusikan dan jawablah soal tersebut dengan mengikuti setiap langkah-
langkah penyelesainnya!

Kelompok :

Anggota :

1.
2.
3.
4.
168

 Menemukan Konsep
Perhatikan gambar
berikut ini!

BERAPA BUTIR TELUR

(Gambar 1) (Gambar 2
Banyak Ayam Telur
1 3
4

Perbandingan 1 dan 4 ekor ayam menjadi:




1 =3 4

1 = 12

=

= 12

Ayo, temukan rumus


matematikanya

Banyak Ayam (x) Telur (y)


169


Berbanding
lurus

Apa yang dapat


disimpulkan!

Semakin banyak ayam yang ada,


maka semakin banyak telur yang
didapatkan. Hal ini termasuk
perbandingan senilai.

Jadi, perbandingan senilai memiliki sifat berbanding lurus. Artinya, nilai


suatu barang akan naik/turun sejalan dengan nilai barang yang
dibandingkan.

Seorang pedagang menjual jeruk dengan harga Rp15.000,00 perkilo.

Buatlah contoh masalah tentang perbandingan senilai dari banyak jeruk dan harganya!

Miftah membeli 2 kilo jeruk dengan harga Rp30.000,00. Jika Susi akan membeli 5

kilo jeruk yang sama dengan jeruk Miftah, maka Susi harus membayar sebesar

Rp75.000,00.
170

soal
Penyelesaian:

Baju Harga
Ali membeli 12
baju dengan harga 12 336.000
Rp336.000,00. Bila
Budi akan membeli 18 x

18 baju yang sama


Dik:
dengan baju yang
dibeli Ali, maka
12 ; 18 ; 336.000
Budi harus
membayar Dit:
sebesar............
?

336.000 18

12
6.048.000
504.000
12

Jadi, jika Budi akan membeli 18 baju yang sama

dengan baju yang dibeli Ali, maka Budi harus

membayar sebesar Rp504.000,00.


Lampiran 16 171

Lembar Kerja Peserta Didik

(LKPD) 2
Sekolah : MTsN 2 PIDIE
Kelas/Semester : VII/Ganjil
Mata Pelajaran : Matematika
Materi : Perbandingan Berbalik Nilai

Tujuan Pembelajaran:
1. Siswa dapat menyebutkan contoh perbandingan berbalik nilai
2. Siswa dapat memahami konsep perbandingan berbalik nilai dengan tepat
dan benar
3. Siswa dapat menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan perbandingan
berbalik nilai
Petunjuk !
1. Mulailah dengan membaca Basmallah!
2. Tulis nama kelompok dan anggota kelompok pada kolom di bawah ini!
3. Bacalah dengan teliti soal di bawah ini!
4. Diskusikan dan jawablah soal tersebut dengan mengikuti setiap langkah-
langkah penyelesainnya!

Kelompok :

Anggota :

1.

2.

3.

4.
172

 Menemukan Konsep

Perhatikan gambar
berikut ini!

Banyak Pekerja Waktu

.............. ...........

55 ....?....

Pertukaran
Tempat

?

....... ........ = ......... 110

........ = .........

........ =
………..

....?... = 9
173

Ayo, temukan rumus


matematikanya

Banyak Pekerja (x) Waktu (y)

Pertukaran
Tempat


Berbanding

Terbalik

Apa yang dapat


disimpulkan!

Semakin banyak pekerja, ternyata


semakin ..................... hari yang
dibutuhkan untuk menyelesaikan
proyek LRT. Hal ini termasuk
perbandingan ........................

Jadi, perbandingan berbalik nilai memiliki sifat


............................................................................................................................

............................................................................................................................

............................................................................................................................
174

Buatlah contoh perbandingan berbalik nilai dari waktu kerja dan banyak pekerja!

........................................................................................................................................................

........................................................................................................................................................

........................................................................................................................................................

........................................................................................................

Soal
Penyelesaian:
Pekerja Waktu (Hari)

6 ...........

Sebuah pekerjaan .............. ...........

dapat diselesaikan

dalam waktu 20
Dik:
hari oleh 6 orang.

Berapa lama

pekerjaan itu dapat Dit:

diselesaikan

apabila dikerjakan

oleh 10 orang?

Jadi, pekerjaan itu dapat selesai dalam 12 hari jika


dikerjakan 10 orang
Lampiran 17 175

Kunci Lembar Kerja Peserta Didik

(LKPD) 2
Sekolah : MTsN 2 PIDIE
Kelas/Semester : VII/Ganjil
Mata Pelajaran : Matematika
Materi : Perbandingan Berbalik Nilai

Tujuan Pembelajaran:
5. Siswa dapat menyebutkan contoh perbandingan berbalik nilai
6. Siswa dapat memahami konsep perbandingan berbalik nilai dengan tepat dan
benar
7. Siswa dapat menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan perbandingan
berbalik nilai
Petunjuk !
8. Mulailah dengan membaca Basmallah!
9. Tulis nama kelompok dan anggota kelompok pada kolom di bawah ini!
10. Bacalah dengan teliti soal di bawah ini!
11. Diskusikan dan jawablah soal tersebut dengan mengikuti setiap langkah-
langkah penyelesainnya!

Kelompok :

Anggota :

1.

2.

3.

4.
176

 Menemukan Konsep

Perhatikan gambar
berikut ini!

Banyak Pekerja Waktu

45 110

55 x

Pertukaran
Tempat



55 = 45 110

55 = 4950

=

= 9
177

Ayo, temukan rumus


matematikanya

Banyak Pekerja (x) Waktu (y)

Pertukaran
Tempat

Berbanding
Terbalik

Apa yang dapat


disimpulkan!

Semakin banyak pekerja, ternyata


semakin sedikit hari yang
dibutuhkan untuk menyelesaikan
proyek LRT. Hal ini termasuk
perbandingan berbalik nilai.

Jadi, perbandingan berbalik nilai adalah memiliki sifat berbanding terbalik.


Artinya, nilai suatu barang akan naik maka nilai barang yang dibandingkan akan
turun. Sebaliknya, juka bilai suatu barang turun, barang yang dibandingkan akan
naik.
178

Buatlah contoh perbandingan berbalik nilai dari waktu kerja dan banyak pekerja!

Sebuah rumah dapat diselesaikan dalam waktu 40 hari oleh 6 pekerja. Apabila

rumah tersebut harus selesai dalam waktu 30 hari, maka pekerja yang dibutuhkan

sebanyak 8 pekerja.

soal

Penyelesaian:

Pekerja Waktu (Hari)

Sebuah pekerjaan 6 20

dapat diselesaikan 10 x

dalam waktu 20 Dik:


hari oleh 6 orang. 6 ; 10 ; 20
Berapa lama
Dit:
pekerjaan itu dapat = ?

diselesaikan

apabila dikerjakan 20 6

10
oleh 10 orang?
120

10
12
Jadi, pekerjaan itu dapat selesai dalam 12 hari jika
dikerjakan 10 orang
179
Lampiran 18

Lembar Kerja Peserta Didik


(LKPD) 3
Sekolah : MTsN 2 PIDIE
Kelas/Semester : VII/Ganjil
Mata Pelajaran : Matematika
Materi : Perbandingan Berbalik Nilai Bertingkat

Tujuan Pembelajaran:

12. Siswa dapat menentukan perbandingan berbalik nilai bertingkat dengan


tepat dan benar
13. Siswa dapat menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan perbandingan
berbalik nilai bertingkat
Petunjuk !

14. Mulailah dengan membaca Basmallah!


15. Tulis nama kelompok dan anggota kelompok pada kolom di bawah ini!
16. Bacalah dengan teliti soal di bawah ini!
17. Diskusikan dan jawablah soal tersebut dengan mengikuti setiap langkah-
langkah penyelesainnya!

Kelompok :

Anggota :

1.

2.

3.

4.
180

Soal 1

Pembangunan sebuah jembatan


direncanakan selesai dalam waktu
40 hari dengan 21 orang pekerja.
Setelah dikerjakan selama 8 hari,
pekerjaan terpaksa dihentikan
selama 4 hari. Agar pembangunan
jembatan selesai tepat waktu,
berapakah tambahan pekerja yang
dibutuhkan?
181

Soal 2
Penyelesaian:

Pekerja Waktu
Suatu pekerjaan
............ 50
dapat diselesaikan
dalam waktu 50 14 ............
hari oleh 14
............ 28
pekerja.karena
Dik:
suatu hal, setelah
bekerja 10 hari
pekerjaan terhenti
selama 12 hari.
Agar pekerjaan
dapat diselesaikan Dit:
tepat pada
waktunya, maka
diperlukan
tambahan pekerja
sebanyak ............
orang.

Jadi, agar pekerjaan dapat diselesaikan tepat pada


waktunya, maka diperlukan tambahan pekerja
sebanyak 6 orang.
Lampiran 19 182
Lampiran 20

Kunci Lembar Kerja Peserta Didik


(LKPD) 3
Sekolah : MTsN 2 PIDIE
Kelas/Semester : VII/Ganjil
Mata Pelajaran : Matematika
Materi : Perbandingan Berbalik Nilai Bertingkat

Tujuan Pembelajaran:

18. Siswa dapat menentukan perbandingan berbalik nilai bertingkat dengan


tepat dan benar
19. Siswa dapat menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan perbandingan
berbalik nilai bertingkat
Petunjuk !

20. Mulailah dengan membaca Basmallah!


21. Tulis nama kelompok dan anggota kelompok pada kolom di bawah ini!
22. Bacalah dengan teliti soal di bawah ini!
23. Diskusikan dan jawablah soal tersebut dengan mengikuti setiap langkah-
langkah penyelesainnya!

Kelompok :

Anggota :

1.

2.

3.

4.

5.
183

Soal 1

Pembangunan sebuah jembatan


direncanakan selesai dalam waktu
40 hari dengan 21 orang pekerja.
Setelah dikerjakan selama 8 hari,
pekerjaan terpaksa dihentikan
selama 4 hari. Agar pembangunan
jembatan selesai tepat waktu,
berapakah tambahan pekerja yang
dibutuhkan?
184

Soal 2

Penyelesaian:

Pekerja Waktu
Suatu pekerjaan 14 50
dapat diselesaikan 14 40
dalam waktu 50
14 + n 28
hari oleh 14
Dik:
pekerja.karena
= 14
suatu hal, setelah
50 ; 40 ; 28
bekerja 10 hari
Dit:
pekerjaan terhenti
=?
selama 12 hari.
Agar pekerjaan
dapat diselesaikan
tepat pada
14 40
waktunya, maka 14
28
diperlukan 560
14
tambahan pekerja 28
sebanyak ............ 14 20
orang. 14 14 20 14
6
Jadi, agar pekerjaan dapat diselesaikan tepat pada
waktunya, maka diperlukan tambahan pekerja
sebanyak 6 orang.
185
Lampiran 20
186
187
188
189
190
191
192
193
194
195
Lampiran 21 196

PRE-TEST
Sekolah : MTsN 2 PIDIE
Kelas/Semester : VII/Ganjil
Mata Pelajaran : Matematika

Petunjuk !
1. Mulailah dengan membaca Basmalah
2. Tulislah nama dan no.induk pada lembaran jawaban
3. Bacalah dengan teliti soal dibawah ini!
4. Kerjakanlah terlebih dahulu soal yang menurut anda paling mudah
5. Jawablah soal dengan benar dan dilarang mencontek

Soal:

1. Tentukanlah pecahan yang senilai dengan pecahan-pecahan berikut ini!

a. ............. c. .............

b. ............. d. .............

2. Tentukanlah nilai dari variabel-variabel berikut ini!

a.

b.

3. Banyak siswa laki-laki SMP di suatu sekolah adalah 16 orang. Jika banyak

seluruh siswa dalam kelas tersebut adalah 40 orang, tentukanlah

perbandingan:

a. Banyak seluruh siswa dengan siswa laki-laki

b. Banyak siswa laki-laki dengan siswa perempuan

4. Apabila harga 3 buku adalah Rp45.000,00, berapakah harga 10 buku?


197
Lampiran 22

KUNCI JAWABAN PRE-TEST

No. Jawaban Nilai


Tentukanlah pecahan yang a. , , ,

senilai dengan pecahan-

pecahan berikut ini! b. , , ,


B
4
a. .......... c. ...........
c. , , ,
b. ........... d. ..........

d. , , ,

Tentukanlah nilai dari a.

variabel-variabel berikut ini! 2 2 8 1


4 8
a.
4 8
b.

2
A
4
b.

4 20 2
4 40
4 40

10
198

Banyak siswa laki-laki SMP Diketahui:


Banyak siswa laki-laki = 16 orang
di suatu sekolah adalah 16
Banyak seluruh siswa = 40 orang
orang. Jika banyak seluruh
Ditanya: tentukanlah
siswa dalam kelas tersebut perbandingan dari: C
4
a. Banyak seluruh siswa dengan siswa
adalah 40 orang, tentukanlah
laki-laki
perbandingan:
b. Banyak siswa laki-laki dengan
a. Banyak seluruh siswa perempuan
Jawab:
dengan siswa laki-laki
a. Banyak seluruh siswa dengan siswa
b. Banyak siswa laki-laki
laki-laki
dengan siswa perempuan seluruh siswa 40 5 D
= =
siswa laki − laki 16 2 4
Jadi, perbandingan banyak seluruh siswa
dengan siswa laku-laki adalah 5 : 2

b. Banyak siswa laki-laki dengan perempuan


 Siswa perempuan = 40 orang – 10 orang =
24 orang
siswa laki − laki 16 2
= = D
siswa perempuan 24 3
Jadi, perbandingan banyak siswa laki-laki
dengan siswa perempuan adalah 2 : 3
Apabila harga 3 buku adalah Diketahui:
harga 3 buku = Rp45.000,00
Rp45.000,00, berapakah 4
C
Ditanya: berapa harga 10 buku?
harga 10 buku?
Jawab:
Harga 3 buah buku = Rp45.000,00
.
Harga 1 buah buku = = D
4
Rp15.000,00
199

Jadi, harga 10 buah buku = 10 × Rp15.000,00


= Rp150.000,00

Keterangan: Indikator Pemahaman Konsep

E. Menyatakan ulang sebuah konsep

F. Memberikan contoh dan bukan contoh dari suatu konsep

G. Menyajikan konsep dalam bentuk representasi matematis

H. Mengaplikasikan konsep atau algoritma dalam pemecahan masalah


Lampiran 23 200

POST-TEST
Sekolah : MTsN 2 PIDIE
Kelas/Semester : VII/Ganjil
Mata Pelajaran : Matematika

Petunjuk !
6. Mulailah dengan membaca Basmalah
7. Tulislah nama dan no.induk pada lembaran jawaban
8. Bacalah dengan teliti soal dibawah ini!
9. Kerjakanlah terlebih dahulu soal yang menurut anda paling mudah
10. Jawablah soal dengan benar dan dilarang mencontek

Soal:

1. Di sebuah peternak ada 30 ekor ayam dan 2 karung jagung. Peternak ingin

menjual beberapa ayamnya dengan harga Rp50.000,00 per ekor.

a. Buatlah contoh perbandingan senilai dari masalah di atas

b. Buatlah contoh perbandingan berbalik nilai dari masalah di atas

2. Jika pak Agus mengendarai mobil yang dapat menghabiskan 60 liter bensin

untuk 480 km, berapakah jarak yang ditempuh jika mobil telah menghabiskan

45 liter bensin saat dalam perjalanan dengan kondisi yang sama?

3. Pak Sapto membagikan buku kepada 40 anak dan masing-masing mendapat 5

buah buku. Apabila buku itu dibagikan kepada 25 anak, berapa banyak buku

yang diterima masing-masing anak?


201

4. Untuk menyelesaikan suatu pekerjaan selama 72 hari diperlukan sebanyak 24

orang pekerja.setelah dikerjakan 30 hari, pekerjaan dihentikan selama 6 hari.

Jika kemampuan bekerja setiap orang sama dan agar pekerjaan tersebut selesai

sesuai jadwal semula, maka berapa diperlukan tambahan pekerja?


202
Lampiran 24

KUNCI JAWABAN POST-TEST

Soal Jawaban Nilai

Di sebuah peternak ada 30 ekor a. Contoh perbandingan senilai

ayam dan 2 karung jagung. Pak Ahmad membeli 3 ekor ayam dengan harga

Peternak ingin menjual Rp150.000,00. Apabila pak Irwan akan membeli 5 ekor

beberapa ayamnya dengan ayam yang sama dengan ayam yang dibeli pak Ahmad,

harga Rp50.000,00 per ekor. maka pak Irwan harus membayar sebesar

a. Buatlah contoh Rp250.000,00. (Indikator : B) 4

perbandingan senilai dari b. Contoh perbandingan berbalik nilai

masalah di atas Seorang peternak ayam mempunyai persediaan

b. Buatlah contoh makanan untuk 30 ekor ayam sebanyak 2 karung

perbandingan berbalik nilai jagung. Jika ia menjual 10 ekor ayam, maka persediaan

dari masalah di atas makanan yang harus ada adalah sebanyak 3 karung

jagung. (Indikator : B)

Jika pak Agus mengendarai


Liter Km
mobil yang dapat Banyak bensin yang 60 480
dibutuhkan C
menghabiskan 60 liter bensin 4
Jarak yang ditempuh 45
untuk 480 km, berapakah jarak
Dik:
yang ditempuh jika mobil telah
60 ; 45 ; 480
menghabiskan 45 liter bensin Dit:

saat dalam perjalanan dengan =? A 4

kondisi yang sama? 480 45 4


D
60
203

21600
= = 360
60
Jadi, untuk 45 liter bensin, mobil dapat menempuh 360
km.
Pak Sapto membagikan buku

kepada 40 anak dan masing- Murid Alat Tulis


(Buku )
masing mendapat 5 buah buku. 40 5
Apabila buku itu dibagikan 25 T C 4

kepada 25 anak, berapa banyak


Dik:
buku yang diterima masing- = 40 ; = 25 ; = 5
masing anak? Dit:
=?
×
= A 4
5 × 40
=
25
200 D
= = 8 4
25
Jadi, buku yang diterima masing-masing anak jika
dibagikan kepada 25 anak adalah 8 buah buku.
Untuk menyelesaikan suatu Penyelesaian:

pekerjaan selama 72 hari Pekerja Waktu


24 72
diperlukan sebanyak 24 orang 24 42 C 4

pekerja.setelah dikerjakan 30 24 + m 36
Dik:
hari, pekerjaan dihentikan = = 24
= 72 ; = 42 ; = 36
selama 6 hari. Jika kemampuan Dit:

bekerja setiap orang sama dan =?


agar pekerjaan tersebut selesai × 4
= A
204

sesuai jadwal semula, maka 24 + ×


=

berapa diperlukan tambahan


24 + =
pekerja? D
4
24 + = 28

24 − 24 + = 28 − 24

= 4

Jadi, agar pekerjaan tersebut selesai sesuai jadwal


semula maka diperlukan tambahan pekerja sebanyak 4
orang.

Keterangan: Indikator Pemahaman Konsep

I. Menyatakan ulang sebuah konsep


J. Memberikan contoh dan bukan contoh dari suatu konsep
K. Menyajikan konsep dalam bentuk representasi matematis
L. Mengaplikasikan konsep atau algoritma dalam pemecahan masalah
205
Lampiran 25
206
207
208
209
Lampiran 26
210
Lampiran 27
211
Lampiran 28
212
Lampiran 29
213
214
215
216

Lampiran 30

Dokumentasi Penelitian

Siswa berdiskusi dalam kelompok

Guru membimbing siswa dalam menyelesaikan soal


217

Siswa menyelesaikan soal dipapan tulis

Siswa mengerjakan soal tes


Lampiran 31 218

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

1. Nama Lengkap : Devi Desriati


2. Tempat/Tanggal Lahir : Blang Pueb / 17 Desember 1996
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. Agama : Islam
5. Kebangsaan/Suku : Indonesia
6. Status : Belum Kawin
7. Pekerjaan : Mahasiswi
8. Alamat : Jln. T. Nyak Ariekf, Lr. PBB, No. 3, Darussalam
9. Nama Orangtua
a. Ayah : Sulaiman
b. Ibu : Nurhayati
10. Pekerjaan Orangtua
a. Ayah : Jualan
b. Ibu : IRT
11. Alamat Orangtua : Desa Blang Pueb, Kec. Glp. Tiga, Kab. Pidie
12. Riwayat Pendidikan
a. SD / MI : MIN 1 Glp Minyeuk, Tahun Lulus 2008
b. SMP / MTs : MTsN Glp Minyeuk, Tahun Lulus 2011
c. SMA / MAN : MAS Jeumala Amal, Tahun Lulus 2014
d. Perguruan Tinggi : Prodi Pendidikan Matematika UIN Ar-Raniry,
Tahun Lulus 2019

Banda Aceh, 24 Desember 2018


Penulis,

Devi Desriati
NIM. 140205074

Anda mungkin juga menyukai