ABSTRACT
Smoking remains one of the leading problem that can't be resolved until
now. One of the important factor is the junior high school as education
institutions that produce the next generations that not only excellent in
achievment but also care about health of themselves and environment. Teachers
as role models in schools also had important role in students attitude and
behavior formation. This research aims to determined the smoking behavior
among teachers in junior high school in Pekanbaru. This research was a
descriptive study with cross-sectional approach. This study had been done on
September 2014 with 210 teachers from seven Junior High Schools in Pekanbaru
as respondents. Results showed that all respondents (100%) had good knowledge,
good attitude as much as 202 respondents (96.2%), and as many as 187 people
(89%) had good behavior.
akan kehilangan umur hidup (lost juga peduli terhadap kesehatan diri
life) sebesar 20 sampai 25 tahun.5 sendiri maupun lingkungannya.
Di Indonesia, analisis survei Sebagai langkah awal, di perlukan
penggunaan tembakau selain Riset partisipasi seluruh pihak yang ada di
Kesehatan Dasar (Riskesdas) juga sekolah menengah pertama antara
dilakukan oleh Global Adults lain guru, staff administrasi, siswa-
Tobacco Survey (GATS). siswi, pegawai kantin, pegawai
Berdasarkan Riskesdas tahun 2013 kebersihan dan lain-lain. Pemerintah
rerata perokok saat ini di Indonesia Indonesia telah mengeluarkan
adalah 29,3%. Proporsi perokok saat undang-undang yang menetapkan
ini terbanyak di Kepulauan Riau kawasan tanpa rokok salah satu nya
dengan perokok setiap hari 27,2%. di sekolah. Sekolah menengah
Berdasarkan hasil GATS 2011 dan pertama di Pekanbaru telah
Riskesdas 2013 proporsi perokok menerapkan kawasan tanpa rokok di
laki-laki 67,0% tahun 2011, menjadi lingkungan sekolah namun masih
64,9% tahun 2013. Demikian halnya banyak yang tidak mematuhi dan
perokok perempuan yang menurut melangggar kebijakan tersebut.
GATS adalah 2,7% tahun 2011 dan Pelanggar kebijakan itu bukan hanya
2,1%. Sedangkan untuk rerata jumlah dari siswa-siswi dan pegawai lainya
batang rokok yang dihisap penduduk tetapi juga dari pada guru.8
umur diatas 10 tahun di Riau
sebanyak 16,5% tahun 2013.6 Pada kenyataannya besarnya
peranan guru sebagai teladan bagi
Hampir 80% perokok mulai siswa-siswi di sekolah sangat
merokok ketika usianya belum berhubungan erat dengan perilaku
mencapai 19 tahun. Pada usia yang merokok siswa-siswi di lingkungan
rawan ini, remaja berhadapan dengan sekolah. Hal ini berkaitan dengan
gencarnya iklan dan citra yang dijual usia siswa-siswi sekolah menengah
oleh industri tembakau, sementara pertama yang cenderung masih labil,
kemampuan untuk menilai dan dalam masa pencarian jati diri dan
mengambil keputusan dengan benar mudah terpengaruh teman dan
belum dimiliki. Umumnya orang lingkungan. Karena penelitian
mulai merokok sejak muda dan tidak terhadap perilaku merokok guru di
tahu resiko mengenai bahaya adiktif Pekanbaru belum pernah dilakukan
rokok. Konsumen untuk membeli sama sekali, peneliti tertarik untuk
rokok tidak didasarkan pada melakukan penelitian dengan judul
informasi yang cukup tentang risiko “Gambaran Perilaku Merokok
produk yang dibeli, efek ketagihan Guru di Lingkungan Sekolah
dan dampak pembelian yang Menengah Pertama di
dibebankan pada orang lain.7 Pekanbaru”.
(50,5%). Sama hal nya dengan penciuman, perasa dan peraba. Teori
penelitian Dian, terdapat 39 orang ini di dukung oleh teori pengetahuan
(39%) pada usia dewasa muda diikuti menurut Mubarak yang menjelaskan
dengan 60 orang (60%) pada usia mengeai faktor-faktor yang
dewasa pertengahan dan 1 orang mempengaruhi pengetahuan antara
(1%) pada usia dewasa tua. lain pendidikan, pekerjaan, umur,
Berdasarkan ketetapan dari minat, pengalaman, kebudayaan
Departemen kesehatan, semakin tua lingkungan sekitar, dan
usia responden maka prevalensi informasi.23,24
merokoknya lebih rendah.22 Dari
hasil tersebut dapat di katakan bahwa Sikap merupakan
usia perokok dewasa tua sudah mulai kecenderungan individu untuk
menyadari bahaya merokok, dan memahami, merasakan, bereaksi, dan
mulai berhenti merokok. Hal ini di berperilaku terhadap suatu objek
perkuat dari penelitian Sirait, Anna yang merupakan hasil dari interaksi
Maria yang menyatakan bahwa komponen kognitif, afektif dan
kebanyakan para mantan perokok konaktif.24
adalah pada usia dewasa tua.21,23
4.2. Sikap responden
4.1. Pengetahuan responden
terhadap bahaya merokok Hasil pengukuran sikap
responden menunjukkan sebagian
Hasil pengukuran pengetahuan besar bersikap positif yaitu sebanyak
responden terhadap bahaya merokok 202 orang (96,2%) dan diikuti
menunjukkan seluruh responden dengan responden yang bersikap
(100%) memiliki pengetahuan yang negatif yaitu sebanyak 8 responden
baik. Dapat dilihat pada tabel 4.2. (3,8%). Dapat dilihat pada tabel 4.3.