Anda di halaman 1dari 12

GAMBARAN PERILAKU MEROKOK GURU

DI LINGKUNGAN SEKOLAH MENENGAH PERTAMA


DI PEKANBARU

Suci Maya Sari


Dedi Afandi
Zarfiardy Aksa Fauzi
Email: suciimayasari@gmail.com/085766279947

ABSTRACT
Smoking remains one of the leading problem that can't be resolved until
now. One of the important factor is the junior high school as education
institutions that produce the next generations that not only excellent in
achievment but also care about health of themselves and environment. Teachers
as role models in schools also had important role in students attitude and
behavior formation. This research aims to determined the smoking behavior
among teachers in junior high school in Pekanbaru. This research was a
descriptive study with cross-sectional approach. This study had been done on
September 2014 with 210 teachers from seven Junior High Schools in Pekanbaru
as respondents. Results showed that all respondents (100%) had good knowledge,
good attitude as much as 202 respondents (96.2%), and as many as 187 people
(89%) had good behavior.

Keywords : smoking , knowledge , attitudes and behavior

PENDAHULUAN jumlah perokok terbesar di dunia


Merokok merupakan salah satu setelah Cina dan India.2 Peningkatan
kebiasaan yang dapat ditemui hampir konsumsi rokok berdampak pada
disetiap kalangan masyarakat. makin tingginya beban penyakit
Merokok juga menjadi masalah yang akibat rokok dan bertambahnya
belum terselesaikan hingga saat ini. angka kematian akibat rokok. Rokok
Meskipun banyak orang yang membunuh 1 dari 10 orang dewasa di
mengetahui berbagai dampak buruk seluruh dunia, dengan angka
dari perilaku merokok, namun kematian dini mencapai 5,4 juta jiwa
jumlah perokok tidak mengalami per tahun. Tahun 2030 diperkirakan
penurunan melainkan terus angka kematian perokok di dunia
meningkat. Saat ini kelompok umur akan mencapai 10 juta jiwa, dan 70%
perokok pun bervariatif dan tidak diantaranya berasal dari negara
hanya didominasi oleh kaum pria berkembang. Saat ini 50% kematian
saja.1 akibat rokok berada di negara
Jumlah perokok di seluruh berkembang.3 Bila kecenderungan ini
dunia kini mencapai 1,2 milyar orang terus berlanjut, sekitar 650 juta orang
dan 800 juta diantaranya berada di akan terbunuh oleh rokok,4 yang
negara berkembang. Indonesia setengahnya berusia produktif dan
merupakan negara ketiga dengan

JOM FK Vol 2, No 1, Februari 2015 1


2

akan kehilangan umur hidup (lost juga peduli terhadap kesehatan diri
life) sebesar 20 sampai 25 tahun.5 sendiri maupun lingkungannya.
Di Indonesia, analisis survei Sebagai langkah awal, di perlukan
penggunaan tembakau selain Riset partisipasi seluruh pihak yang ada di
Kesehatan Dasar (Riskesdas) juga sekolah menengah pertama antara
dilakukan oleh Global Adults lain guru, staff administrasi, siswa-
Tobacco Survey (GATS). siswi, pegawai kantin, pegawai
Berdasarkan Riskesdas tahun 2013 kebersihan dan lain-lain. Pemerintah
rerata perokok saat ini di Indonesia Indonesia telah mengeluarkan
adalah 29,3%. Proporsi perokok saat undang-undang yang menetapkan
ini terbanyak di Kepulauan Riau kawasan tanpa rokok salah satu nya
dengan perokok setiap hari 27,2%. di sekolah. Sekolah menengah
Berdasarkan hasil GATS 2011 dan pertama di Pekanbaru telah
Riskesdas 2013 proporsi perokok menerapkan kawasan tanpa rokok di
laki-laki 67,0% tahun 2011, menjadi lingkungan sekolah namun masih
64,9% tahun 2013. Demikian halnya banyak yang tidak mematuhi dan
perokok perempuan yang menurut melangggar kebijakan tersebut.
GATS adalah 2,7% tahun 2011 dan Pelanggar kebijakan itu bukan hanya
2,1%. Sedangkan untuk rerata jumlah dari siswa-siswi dan pegawai lainya
batang rokok yang dihisap penduduk tetapi juga dari pada guru.8
umur diatas 10 tahun di Riau
sebanyak 16,5% tahun 2013.6 Pada kenyataannya besarnya
peranan guru sebagai teladan bagi
Hampir 80% perokok mulai siswa-siswi di sekolah sangat
merokok ketika usianya belum berhubungan erat dengan perilaku
mencapai 19 tahun. Pada usia yang merokok siswa-siswi di lingkungan
rawan ini, remaja berhadapan dengan sekolah. Hal ini berkaitan dengan
gencarnya iklan dan citra yang dijual usia siswa-siswi sekolah menengah
oleh industri tembakau, sementara pertama yang cenderung masih labil,
kemampuan untuk menilai dan dalam masa pencarian jati diri dan
mengambil keputusan dengan benar mudah terpengaruh teman dan
belum dimiliki. Umumnya orang lingkungan. Karena penelitian
mulai merokok sejak muda dan tidak terhadap perilaku merokok guru di
tahu resiko mengenai bahaya adiktif Pekanbaru belum pernah dilakukan
rokok. Konsumen untuk membeli sama sekali, peneliti tertarik untuk
rokok tidak didasarkan pada melakukan penelitian dengan judul
informasi yang cukup tentang risiko “Gambaran Perilaku Merokok
produk yang dibeli, efek ketagihan Guru di Lingkungan Sekolah
dan dampak pembelian yang Menengah Pertama di
dibebankan pada orang lain.7 Pekanbaru”.

Sekolah menengah pertama METODE PENELITIAN


(SMP) sebagai salah satu jenjang
pendidikan yang ada di Indonesia Jenis penelitian ini adalah
diharapkan dapat menghasilkan deskripif dengan pendekatan cross
generasi penerus bangsa yang tidak sectional.
hanya ungggul dalam prestasi tetapi

JOM FK Vol 2, No 1, Februari 2015


3

Pengambilan data dilaksanakan pertengahan (41-60 tahun) yaitu


di 7 (tujuh) sekolah menengah sebanyak 106 orang (50,5%). Subjek
pertama di Pekanbaru yang telah perempuan lebih banyak dari pada
ditunjuk oleh Dinas Pendidikan kota subjek laki-laki dimana subjek
Pekanbaru. Penelitian ini perempuan berjumlah 159 orang
dilaksanakan pada bulan September (75,7%) dan subjek laki-laki
2014. sebanyak 51 orang (24,3).
Responden yang merokok sebanyak
Berdasarkan Rapid Assasement 37 orang (17,6%) dimana responden
Procedure dari WHO, diperlukan 7 laki-laki yang merokok sebanyak 36
(tujuh) cluster atau populasi yang orang (97,3%) dan responden
mewakili satu wilayah dimana setiap perempuan yang merokok sebanyak
populasi dibutuhkan 30 sampel. 1 orang (2,7%) dan diikuti dengan
Berdasarkan ketetapan tersebut maka respoden yang tidak merokok
populasi penelitian ini adalah 7 sebanyak 173 orang (82,4%) dimana
(tujuh) sekolah menengah pertama di jumlah responden laki-laki yang
Pekanbaru yang telah ditunjuk oleh tidak merokok sebanyak 15 orang
Dinas Pendidikan kota Pekanbaru (8,7%) dan jumlah responden
dan setiap sekolah diambil 30 perempuan yang tidak merokok
sampel. Teknik pengambilan sampel sebanyak 158 orang (91,3%).
pada penelitian ini adalah purposive
sampling. Variabel pada penelitian Tabel 4.1. Distribusi karakteristik
ini terdiri dari umur, pengetahuan, responden (n = 210)
sikap, perilaku, ketersediaan rokok, Jumlah
tempat merokok, dan keterjangkauan
rokok. Karakteristi Frekuens Persentas
k i e
Teknik pengolahan data (n) (%)
menggunakan sistem komputerisasi
Umur
SPSS 17.0.
Dewasa 104 49,5
muda
Penelitian ini tekah lolos kaji
(18-40th)
etik dengan nomor surat keterangan
Dewasa 106 50,5
lolos kaji etik
pertengahan
82/UN19.1.28/UEPKK/2014 oleh
(41th-60th)
unit etika penelitian kedokteran dan
Jenis
kesehatan fakultas kedokteran
kelamin
Universitas Riau.
Laki-laki 51 24,3
Perempuan 159 75,7
HASIL DAN PEMBAHASAN
Merokok 37 17,6
Berdasarkan tabel 4.1 dapat Laki-laki 36 97,3
dilihat bahwa kelompok umur Perempuan 1 2,7
terbanyak adalah kelompok umur
dewasa muda (18-40 tahun) yaitu Tidak 173 82,4
sebanyak 104 orang (49,5%), diikuti merokok
dengan kelompok umur dewasa Laki-laki 15 8,7
JOM FK Vol 2, No 1, Februari 2015
4

Perempuan 158 91,3 Indonesia sedangkan yang menjadi


responden peneliti adalah guru
sekolah menengah pertama di
Telah dilakukan penelitian Pekanbaru.
dengan jumlah responden sebanyak
210 orang yang terdiri dari 51 orang Berdasarkan hasil penelitian
laki-laki dan 159 orang perempuan. didapatkan bahwa responden yang
Perbandingan responden laki-laki merokok sebanyak 37 orang (17,6%)
dan perempuan tidak sama karena dimana responden laki-laki yang
proses pengambilan sampel merokok sebanyak 36 orang (97,3%)
dilakukan secara purposive sampling dan responden perempuan yang
yaitu tempat dan populasi sampel di merokok sebanyak 1 orang (2,7%)
tunjuk oleh dinas pendidikan kota dan diikuti dengan respoden yang
Pekanbaru. Selain itu, jumlah tidak merokok sebanyak 173 orang
responden laki-laki dan perempuan (82,4%) dimana jumlah responden
yang terdapat di setiap populasi tidak laki-laki yang tidak merokok
sama, sehingga tidak di dapatkan sebanyak 15 orang (8,7%) dan
perbandingan yang sama antara jumlah responden perempuan yang
jumlah responden laki-laki dan tidak merokok sebanyak 158 orang
perempuan. Perbandingan jumlah (91,3%). Hasil tersebut sama dengan
responden perempuan yang lebih penelitian Dian nafiatun fajriah dari
banyak dari laki-laki akan Universitas Indonesia bahwa lebih
berpengaruh terhadap hasil yang di banyak responden yang tidak
dapatkan terutama pengetahuan, merokok di bandingkan dengan
sikap dan perilaku. Pada umumnya responden yang merokok, pada
perempuan lebih memiliki penelitian tersebut dian membedakan
pengetahuan, sikap dan perilaku jumlah responden laki-laki dan
yang lebih baik.19 perempuan yang merokok dan yang
tidak merokok yaitu sebanyak 3
Responden pada penelitian orang (21,4%) perempuan yang
ini berumur 20-54 tahun. Rentang merokok dan 11 orang (78,6%) laki-
umur ini termasuk kedalam dewasa laki yang merokok. Serta terdapat 34
muda (18-40 tahun) dan dewasa orang (39,5%) perempuan yang tidak
pertengahan (41-60 tahun) sesuai merokok dan 52 orang (60,5%) laki-
dengan pembagian umur menurut laki yang tidak merokok. Dari
Hulock.20 Penelitian ini sama dengan penelitian tersebut dapat disimpulkan
penelitian yang dilakukan oleh Dian bahwa terdapat 14 orang (14%)
nafiatun fajariah dari Universitas responden yang merokok dan diikuti
Indonesia dimana responden yang dengan 86 orang (86%) responden
banyak yaitu pada rentang usia yang tidak merokok.21
dewasa muda sebanyak 39 orang
(39%) dan dewasa pertengahan Berdasarkan hasil penelitian
sebanyak 60 orang (60%) serta tersebut di dapatkan bahwa
diikuti dengan 1 orang (1%) pada responden yang merokok banyak
rentang usia dewasa tua.21 Hal yang pada usia dewasa muda sebanyak
berbeda dari penelitan Dian adalah 104 orang (49,5%) dan dewasa
yang menjadi responden penelitian pertengahan sebanyak 106 orang
tersebut yaitu dosen dari Universitas
JOM FK Vol 2, No 1, Februari 2015
5

(50,5%). Sama hal nya dengan penciuman, perasa dan peraba. Teori
penelitian Dian, terdapat 39 orang ini di dukung oleh teori pengetahuan
(39%) pada usia dewasa muda diikuti menurut Mubarak yang menjelaskan
dengan 60 orang (60%) pada usia mengeai faktor-faktor yang
dewasa pertengahan dan 1 orang mempengaruhi pengetahuan antara
(1%) pada usia dewasa tua. lain pendidikan, pekerjaan, umur,
Berdasarkan ketetapan dari minat, pengalaman, kebudayaan
Departemen kesehatan, semakin tua lingkungan sekitar, dan
usia responden maka prevalensi informasi.23,24
merokoknya lebih rendah.22 Dari
hasil tersebut dapat di katakan bahwa Sikap merupakan
usia perokok dewasa tua sudah mulai kecenderungan individu untuk
menyadari bahaya merokok, dan memahami, merasakan, bereaksi, dan
mulai berhenti merokok. Hal ini di berperilaku terhadap suatu objek
perkuat dari penelitian Sirait, Anna yang merupakan hasil dari interaksi
Maria yang menyatakan bahwa komponen kognitif, afektif dan
kebanyakan para mantan perokok konaktif.24
adalah pada usia dewasa tua.21,23
4.2. Sikap responden
4.1. Pengetahuan responden
terhadap bahaya merokok Hasil pengukuran sikap
responden menunjukkan sebagian
Hasil pengukuran pengetahuan besar bersikap positif yaitu sebanyak
responden terhadap bahaya merokok 202 orang (96,2%) dan diikuti
menunjukkan seluruh responden dengan responden yang bersikap
(100%) memiliki pengetahuan yang negatif yaitu sebanyak 8 responden
baik. Dapat dilihat pada tabel 4.2. (3,8%). Dapat dilihat pada tabel 4.3.

Tabel 4.2. Distribusi frekuensi Tabel 4.3 Distribusi frekuensi


tingkat pengetahuan responden sikap responden
terhadap bahaya merokok
Jumlah
Jumlah Sikap
Pengetahuan N %
N %
Baik 100 100
Positif 202 96,2
Negatif 8 3,8
Hasil penelitian menunjukkan
bahwa dari 210 orang responden,
didapatkan tingkat pengetahuan yang Berdasarkan hasil penelitian
sangat baik terhadap bahaya yang telah dilakukan untuk melihat
merokok yaitu sebanyak 210 orang sikap responden didapatkan
(100%). Pengetahuan merupakan mayoritas responden yang bersikap
hasil dari penginderaan manusia, positif yaitu sebanyak 202 responden
atau hasil tahu seseoang terhadap (96,2%) dan hanya 8 responden
objek melalui indera yang (3,8%) yang memiliki sikap negatif.
dimilikinya, meliputi indera Hal ini berkaitan dengan posisi guru
penglihatan, pendengaran, sebagai teladan bagi siswa-siswi di
JOM FK Vol 2, No 1, Februari 2015
6

sekolah. Azwar menyimpulkan perilaku yang berbanding lurus


bahwa faktor-faktor yang dengan pengetahuan yang
mempengaruhi pembentukan sikap dimilikinya. Hal tersebut terlihat dari
adalah pengalaman pribadi, hasil penelitian yang telah dilakukan
kebudayaan, orang lain yang pada guru sekolah menengah
dianggap penting, media massa, pertama di Pekanbaru dimana
institusi atau lembaga pendidikan, seluruh responden (100%) memiliki
dan lembaga agama, serta faktor pengetahuan yang baik, namun
emosi dalam diri individu.25 Di masih terdapat responden yang
sekolah, guru dan siswa memiliki memiliki sikap dan perilaku yang
hubungan timbal balik, dengan buruk.
teladan yang baik diberikan oleh
guru secara tidak langsung akan di Perilaku manusia itu sendiri
ikuti oleh siswa-siswi tersebut. Oleh merupakan semua kegiatan atau
karena itu sangat penting sikap aktivitas manusia baik yang dapat
positif dimiliki oleh guru sebagai diamati langsung, maupun yang tidak
cerminan dan teladan bagi siswa- dapat diamati oleh pihak luar.25
siswi di sekolah. Menurut ahli psikologi perilaku
manusia dapat dikelompokkan
4.3. Perilaku responden menjadi dua; pertama, perilaku
tertutup (covert behavior) yang
Hasil pengukuran perilaku merupakan respon seseorang
responden sebagian besar baik yaitu terhadap stimulus dalam bentu
sebanyak 187 orang (89%) dan terselubung atau tertutup (covert).
diikuti dengan responde yang Respon atau reaksi terhadap stimulus
berprilaku buruk sebanyak 23 orang ini masih terbatas pada perhatian,
(11%). Dapat dilihat pada tabel 4.4. persepsi, pengetahuan/kesadaran, dan
sikap yang terjadi pada orang yang
Tabel 4.4 Distribusi frekuensi menerima stimulus tersebut dan
perilaku responden belum dapat diamati secara jelas oleh
orang lain. Kedua, perilaku terbuka
Jumlah (overt behavior) yang merupakan
Perilaku respon seseorang terhadap stimulus
N %
Baik 187 89 dalam bentuk tindakan nyata atau
terbuka. Respon terhadap stimulus
Buruk 23 11 tersebut sudah jelas dalam bentuk
tindakan atau praktek, yang dapat
Berdasarkan hasil penelitian dengan mudah dapat diamati atau
mengenai perilaku merokok dilihat oleh orang lain.26
responden didapatkan 187 orang
(89%) yang menunjukkan perilaku 4.4. Ketersediaan rokok di
baik dan 23 orang (11%) yang lingkungan sekolah menengah
memiliki perilaku yang buruk. pertama
Banyak masyarakat yang memiliki
pengetahuan yang baik mengenai Ketersediaan rokok pada
bahaya rokok, namun tidak banyak penelitian ini adalah tersedia atau
yang memiliki kesadaran, sikap dan tidak nya rokok di lingkugan sekolah

JOM FK Vol 2, No 1, Februari 2015


7

menengah pertama di Pekanbaru pada kuesioner yang di berikan yaitu


yang dilihat berdasarkan jawaban terdapat 49 orang (23,3%) yang
responden pada kuesioner yang telah mejawab ada dan 161 orang (76,7%)
di berikan. Berdasarkan hasil yang menjawab tidak ada tempat
kuesioner didapatkan 47 orang merokok. Dapat di lihat pada tabel
(22,4%) yang menjawab ada dan 163 4.6.
orang (77,6%) mejawab tidak ada.
Dapat di lihat pada tabel 4.5. Tabel 4.6 Distribusi tempat
merokok
Tabel 4.5 Distribusi frekuensi
ketersediaan rokok di lingkungan Tempat Jumlah
sekolah menengah pertama merokok N %
Ada 49 23,3
Ketersediaan Jumlah
rokok N % Tidak ada 161 76,7
Ada 47 22,4
Tempat merokok juga
Tidak ada 163 77,6 mencerminkan pola perilaku
merokok. Berdasarkan tempat-
Lingkugan sekolah termasuk tempat dimana seseorang menghisap
dalam kawasan tanpa rokok yang rokok, maka mu’tadin
telah di tetapkan oleh undang-undang mennggolongkan tipe perilaku
di Indonesia. Dengan demikian merokok menjadi :
lingkungan sekolah yang baik adalah
lingkungan sekolah yang bersih dan 1. Merokok di tempat-tempat
bebas asap rokok. Hal ini di dukung umum atau di ruang publik
dari lingkungan sekitar sekolah yang a. Kelompok homogen (sama-
tidak mengizikan atau tidak sama perokok), secara
menyediakan kantin, warung ataupun bergerombol menikmati
toko yang menjual rokok. kebiasaannya. Umumnya
Berdasarkan hasil penelitian mereka masih menghargai
mengenai ketersediaan rokok di orang lain, karena itu
sekitar lingkungan sekolah mereka menempatkan diri di
didapatkan sebanyak 47 orang smoking area.
(22,4%) yang menjawab ada dan 163 b. Kelompok heterogen
orang (77,6%) yang menjawab tidak (merokok di tengah orang
ada. Dari hasil survei peneliti sendiri, lain yang tidak merokok,
terdapat 3 sekolah yang di sekitar anak kecil, orang jompo,
lingkungan sekolahnya terdapat orang sakit,dll).
warung atau toko yang menjual 2. Merokok di tempat-tempat yang
rokok yang mudah di akses oleh guru bersifat pribadi
maupun siswi-siswi sekolah tersebut. a. Kantor atau kamar tidur
pribadi. Perokok memilih
4.5. Tempat merokok tempat-tempat seperti ini
yang sebagai tempat merokok
Hasil yang di dapat dari jawaban digolongkan kepada individu
responden mengenai tempat merokok yang kurang menjaga

JOM FK Vol 2, No 1, Februari 2015


8

kebersihan diri, penuh rasa kamar pribadi. Dari hasil tersebut


gelisah yang mencekam. dapat dilihat bahwasanya para
b. Toilet, perokok jenis ini dapat guru yang merokok masih
digolongkan sebagai orang mempunyai sikap toleransi
yang suka befantasi. terhadap perokok pasif.
Umumnya orang yang lebih
Berdasarkan hasil penelitian berpendidikan tinggi bisa lebih
di dapatkan sebanyak 49 orang bersikap toleransi dan
(23,3%) yang menjawab adanya menghargai orang lain. Hal ini di
tempat merokok di lingkungan dukung oleh penelitian mengenai
sekolah dan sebanyak 161 orang perilaku merokok di Indonesia
(76,7%) yang menjawab tidak oleh Anna Maria. Bahwa
ada. Sedangkan berdasarkan hasil semakin berpendidikan tinggi
penelitian yang di kemukakan persentase yang merokok di
oleh Mu’tadin mengenai tipe dalam rumah semakin menurun.
perilaku merokok yang Mereka tidak ingin asap rokok
dikategorikan berdasarkan tempat nya berdampak pada kesehatan
merokok, hasil penelitian anak-anak dan keluarganya,
menunjukkan bahwa sebagian sehingga mereka lebih memilih
besar responden yaitu sebanyak 6 merokok di smoking area.
orang (40%) merokok di tempat-
tempat umum. Responden 4.6. Keterjangkauan rokok
termasuk kedalam kelompok
homogen, dimana mereka banyak Keterjangkauan rokok adalah
merokok bersama orang yang biaya yang dihabiskan responden
merokok saja. Kemudian ada 4 untuk membeli rokok selama satu
orang (26,7%) yang merokok di bulan. Hasil jawaban dari responden
tempat-tempat umum di antara mengenai keterjangkauan responden
orang lain yang merokok, yang dalam membeli rokok terdapat 173
paling banyak responden orang (82,4%) yang tidak merokok,
merokok di kampus. Responden terdapat 2 orang (0,9%) dengan
tersebut masuk kedalam pengeluaran untuk rokok sebanyak
kelompok heterogen. Responden Rp.51.000,00 –
yang paling sedikit adalah yang Rp.100.000,00/bulan, 1 orang (0,5%)
merokok di kamar pribadi dan yang pengeluaran untuk rokok
toilet, ada 2 orang (13,3%), sebayak Rp.101.000,00-
responden tersebut di kategorikan Rp.200.000,00/bulan dan terdapat 34
yang kurang menjaga kebersihan orang (16,2%) responden dengan
diri, penuh gelisah, dan suka pengeluaran untuk rokok lebih dari
berfantasi.25 Rp.200.000,00/bulan. Dapat di lihat
pada tabel 4.7.
Sedikit berbeda dengan hasil
penelitian yang telah di lakukan Tabel 4.7. Distribusi
pada guru sekolah menengah keterjangkauan rokok
pertama di Pekanbaru yang lebih
banyak memilih merokok di Keterjangkauan Jumlah
smoking area dan di toilet atau rokok N %

JOM FK Vol 2, No 1, Februari 2015


9

Tidak merokok 173 82,4 membeli rokok sekitar


Rp.51.000,00-
Rp.51.000,00- 2 0,9 Rp.100.000.00/bulan, serta
Rp.100.000,00 terdapat 1 orang (0,5%) dengan
1 0,5 pengeluaran dibwah
Rp.101.000,00- Rp.50.000,00/bulan dan
Rp.200.000,00 34 16,2 sebanyak 173 orang (82,4%)
yang tidak merokok. Dari hasil
>Rp.200.000,00 penelitian tersebut didapatkan
mayoritas perokok memiliki
Konsumsi rokok seringkali keterjangkauan dalam membeli
menciptakan lingkaran setan rokok atau pengeluaran diatas
kemiskinan. Konsumsi rokok Rp.200.000,00/bulan. Pada tahun
dapat meningkatkan kemiskinan 2010 rata-rata pengeluaran rokok
karena sumber pendapatan rumah tangga-perokok di
keluarga yang terbatas akan Indonesia adalah
dibelanjakan untuk konsumsi Rp.134.375,00/bulan dan
rokok, dan mengurangi meningkat sekitar 42% dari tahun
pengeluaran untuk kebutuhan 2007. Kenaikan dari tahun ke
pokok, seperti makanan, biaya tahun di pengaruhi oleh harga
pendidikan anak, biaya rokok yang juga meningkat setiap
kesehatan, dan upaya tahunnya yang dipengaruhi oleh
meningkatkan gizi anak dan pajak cukai rokok dari
keluarga.27 pemerintah yang naik sekitar
15%. Hingga sekarang provinsi
Berdasarkan hasil penelitian yang rumah tangga-perokok
di dapatkan sebanyak 34 orang dengan pengeluaran untuk rokok
(16,2%) yang memiliki terbesar adalah kepulauan
keterjangkauan dalam membeli Bangka Belitung, Riau dan DKI
rokok lebih dari Jakarta dengan pengeluaran
Rp.200.000,00/bulan, diikuti rokok lebih dari
27
dengan 2 orang (0,9%) yang Rp.200.000,00/bulan.
memiliki keterjangkauan dalam

SIMPULAN DAN SARAN kategori baik yaitu sebanyak


Berdasarkan penelitian yang 210 orang (100%).
telah dilakukan pada guru terhadap 2. Sikap guru sekolah menengah
perilaku merokok di lingkungan pertama di Pekanbaru
sekolah menengah pertama di menunjukkan sebagian besar
Pekanbaru, dapat di ambil termasuk dalam kategori
kesimpulan sebagai berikut: bersikap positif yaitu
sebanyak 202 orang (96,2%)
1. Pada penelitian ini didapatkan dan sikap negatif sebanyak 8
pengetahuan guru sekolah orang (3,8%).
menengah pertama di 3. Perilaku guru di lingkungan
Pekanbaru terhadap bahaya sekolah menengah pertama di
merokok semuanya dalam Pekanbaru sebagian besar

JOM FK Vol 2, No 1, Februari 2015


10

termasuk dalam kategori baik a. Membuat sanksi yang


yaitu sebanyak 187 orang lebih tegas untuk guru
(89%) dan perilaku buruk yang merokok di
sebanyak 23 orang (11%). lingkungan sekolah.
4. Ketersediaan rokok di b. Mengadakan sosialisasi
lingkungan sekolah tentang rokok dan
menengah pertama di bahaya rokok secara
Pekanbaru didapatkan berkala agar timbul
sebagian besar mejawab tidak kesadaran dalam diri
ada yaitu sebanyak 163 orang masing-masing untuk
(77,6%) dan yang menjawab berhenti ataupun tidak
ada sebanyak 47 orang mencoba untuk merokok.
(22,4%). c. Tidak membenarkan
5. Tempat merokok di kantin atau pedagang
lingkungan sekolah yang berjualan di
menengah pertama di lingkungan sekolah
Pekanbaru sebagian besar menjual rokok, serta
menunjukkan tidak ada yaitu mengevaluasi dan
sebanyak 161 orang (76,7%) mengecek secara rutin
dan yang menjawab ada dan berkala. Selain itu
sebanyak 49 orang (23,3%). juga memberikan sanksi
6. Keterjangkauan rokok pada kepada pedagang yang
guru sekolah menengah menjual rokok
pertama di Pekanbaru dilingkungan sekolah.
menunjukkan sebagian besar 2. Bagi guru sekolah menengah
guru yang merokok memiliki pertama
pengeluaran di atas a. Memberi contoh yang
Rp.200.000,00/bulan yaitu baik bagi siswa-siswi
sebanyak 34 orang (16,2%), untuk tidak merokok di
pengeluaran antara lingkungan sekolah.
Rp.51.000,00- b. Ikut mensukseskan
Rp.100.000,00/bulan kawasan tanpa asap
sebanyak 2 orang (0,9%), rokok yang telah di
diikuti dengan pengeluara di tetapkan dalam undang-
bawah Rp.50.000,00/bulan undang.
sebanyak 1 orang (0,5%). 3. Bagi masyarakat
Dengan demikian jumlah a. Tidak menjual rokok di
guru yang tidak merokok sekitar lingkungan
yaitu sebanyak 173 orang sekolah.
(82,4%). 4. Bagi peneliti lain
a. Menggunakan hasil
Berdasarkan hasil penelitian penelitian ini sebagai
yang telah dilakukan, maka peneliti acuan untuk penelitian
memberikan saran sebagai berikut: selanjutnya terhadap
perilaku merokok di
1. Bagi sekolah menengah lingkungan sekolah.
pertama di Pekanbaru

JOM FK Vol 2, No 1, Februari 2015


11

UCAPAN TERIMA KASIH


Penulis mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada 6. Purba, YC. Hubungan
Fakultas Kedokteran Universitas Pengetahuan dan Sikap
Riau, Bagian paru RSUD Arifin Remaja Laki-laki Terhadap
Ahmad, Guru-guru SMP di Kebiasaan Merokok di SMU
Pekanbaru, serta dosen pembimbing Parulian 1 Medan. Skripsi
yang telah memberikan banyak FKM-USU. Medan ; 2009.
masukan kepada penulis untuk 7. Clarke, J.H., MacPherson,
kelancaran penelitian sehingga B.V., & Holmes, D.R.
penelitian ini dapat dilaksanakan dan Cigarette smoking and external
diselesaikan tepat waktu. locus of control among young
adolescents. Journal of Health
and Social Behavior ; 1982 p:
DAFTAR PUSTAKA 23, 253-259.
1. Astuti, K. Model kognitif sosial 8. Suyanto & Hisyam, D. Refleksi
perilaku merokok pada remaja. dan Reformasi Pendidikan di
Disertasi.Universitas Gadjah Indonesia Memasuki Milenium
Mada, Yogyakarta. 2010. III. Yogyakarta ; Adicita :
2. Baron, R.M., & Kenny, D.A. 2000.
The moderatormediator 9. Sarwono S. Prinsip dasar ilmu
variabel distinction in social perilaku. Jakarta. Rineka
psychological research: cipta;2005.
conceptual, strategic, and 10. Fitri, A.R. Modelling teman
statistical considerations. sebaya dan orangtua dengan
Journal of Personality and kebiasaan merokok remaja
Social Psychology ;1986 p: siswa SMK Muhammadiyah
51, 1173-1182. Pakem Sleman Yogyakarta.
3. Departemen Kesehatan Tesis; 2008.
Republik Indonesia. Hasil 11. Indri Kemala Nasution. 2007.
Riset Kesehatan Dasar Perilaku Merokok pada
Indonesia (Riskesdas). 2010. Remaja. www.usu.ac.id
4. Departemen Kesehatan (accessed July 2014).
Republik Indonesia. Hasil 12. Notoatmodjo S. Ilmu
Riset Kesehatan Dasar Kesehatan Masyarakat. Jakarta.
Indonesia (Riskesdas). 2013. Rineka cipta; 2005.
5. Prabandari, YS, dkk. Kawasan 13. Litbang. 2004. Kesadaran
Tanpa Rokok sebagai Aternatif Masyarakat, Pendidikan dan
Pengendalian Tembakau Studi Program Berhenti Merokok.
Efektivitas Penerapan (accessed July 2014).
Kebijakan Kampus Bebas www.litbang.depkes.go.id/toba
Rokok Terhadap Perilaku dan ccofree/media/TheTobaccoSou
Status Merokok Mahasiswa di rceBook.
Fakultas Kedokteran UGM. 14. Dardiri. Tipe-tipe Perokok.
Jurnal Manajemen Pelayanan (accessed Agustus 2014).
Kesehatan, www.ump.ac.id
Yogyakarta;2009.12(04): 218-
225.
JOM FK Vol 2, No 1, Februari 2015
12

15. Andi Mappiare. Kamus Istilah Administrasi Pria di Uiversitas


Konseling dan Terapi. Indonesia Tahun 2009. Skripsi
Jakarta;2006. pada Fakultas Kesehatan
16. Clarke, J.H., MacPherson, Masyarakat Universitas
B.V., & Holmes, D.R. Indonesia Depok.
Cigarette smoking and external 24. Notoatmodjo S. Ilmu
locus of control among young Kesehatan Masyarakat. Jakarta.
adolescents. Journal of Health Rineka cipta;2005. P:118-145
and Social Behavior ; 1982 25. Mu’tadin, Z. 2002. Remaja dan
p:23,253-259. Rokok. www.e-psikologi.
17. Indri Kemala Nasution. 2007. (accessed September 2014)
Perilaku Merokok pada 26. Arum. 2009. Perilaku Merokok
Remaja).(accessed July 2008). di Tinjau dari Tipe
www.usu.ac.id Kepribadian Inkovert dan
18. Dian Komalasari dan Avin Ekstrovert. Jakarta;2009.
Fadilla Helmi. 2000. Faktor- 27. Badan Peneliti Sosial. Survei
faktor Penyebab Perilaku Sosial Ekonomi Nasional
Merokok pada Remaja. Tahun 2004-2007. BPS.
(accessed July 2008). Jakarta;2007.
www.ugm.ac.id
19. Asiah Iklima. Gambaran
Perilaku Pasien TB Paru
Terhadap Upaya Pencegahan
Penyebaran Penyakit TB Paru
pada Pasien yang Berobat di
Poli Paru RSUD Arifin Ahmad
Pekanbaru. Fakultas
Kedokteran Universitas Riau.
Pekanbaru;2014.
20. Baver, T., Gohlmann, S.,
Sinning, M. 2006. Gender
Differences in Smoking
Behavior. Discussion Paper
No.2259 in The Institute for
The Study of Labor.
21. Fajriah, DN. 2008. Sikap dan
Perilaku Merokok Dosen di
Universitas Indonesia Depok
Tahun 2008. Skripsi pada
Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas
Indonesia Depok.
22. Departemen Kesehatan
Republik Indoesia.
Jakarta;2003.
23. Octaviani,R. 2009. Gambaran
Pengetahuan, Sikap dan
Perilaku Merokok pada Staf
JOM FK Vol 2, No 1, Februari 2015

Anda mungkin juga menyukai