Anda di halaman 1dari 16

TERAPI BERMAIN

“CLAY” ATAU “PLASTISIN” DI RUANG BEDAH HERBA


RSUD DR. SOETOMO SURABAYA

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK A.2E
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS
ANGKATAN B 14

1. RIZA KUSUMAWATI 131213143145


2. BRENI JAROT KUNCAHYO 131213143148
3. HANIK MARIA HIDAYATI 131213143153
4. NURMA LINDAWATI 131213143131
5. LA RAKHMAT WABULA 131213143159
6. FERMI AVISSA 131213143039
7. ENDANG SUSILOWATI 131213143149

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2013

BAB 1

TERAPI BERMAIN “CLAY” ATAU “PLASTISIN”

1
1.1 LATAR BELAKANG

Aktivitas bermain merupakan salah satu stimulasi bagi perkembangan

anak secara optimal. Dalam kondisi sakit atau anak dirawat di rumah sakit,

aktivitas bermain ini tetap dilaksanakan, namun harus disesuaikan dengan

kondisi anak. Pada saat dirawat di rumah sakit, anak akan mengalami berbagai

perasaan yang sangat tidak menyenangkan, seperti marah, takut, cemas, sedih,

dan nyeri. Perasaan tersebut merupakan dampak dari hospitalisasi yang dialami

anak karena menghadapi beberapa stressor yang ada dilingkungan rumah sakit.

Untuk itu, dengan melakukan permainan anak akan terlepas dari ketegangan

dan stress yang dialaminya karena dengan melakukan permainan anak akan

dapat mengalihkan rasa sakitnya pada permainannya (distraksi) dan relaksasi

melalui kesenangannya melakukan permainan. Tujuan bermain di rumah sakit

pada prinsipnya adalah agar dapat melanjutkan fase pertumbuhan dan

perkembangan secara optimal, mengembangkan kreatifitas anak, dan dapat

beradaptasi lebih efektif terhadap stress. Bermain sangat penting bagi mental,

emosional, dan kesejahteraan anak seperti kebutuhan perkembangan dan

kebutuhan bermain tidak juga terhenti pada saat anak sakit atau anak di rumah

sakit (Wong, 2009).

Berdasarkan sensus penduduk pada tahun 2003 didapatkan jumlah anak

usia toddler (1-3 tahun) di Indonesia adalah 13,50 juta anak. Anak-anak pada

usia toddler dapat memainkan sesuatu dengan tangannya serta senang bermain

dengan warna, oleh karena itu bermain dengan mengunakan clay atau plastisin

bias menjadi alernatif untuk mengembangkan kreatifias anak dan dapat

2
menurunkan tingkat kecemasan pada anak selama dirawat. Bermain clay dapat

menjadi salah satu media bagi perawat untuk mampu mengenali tingkat

perkembangan anak.

Dinamika secara psikologis menggambarkan bahwa selama anak bermain

dengan sesuatu yang dapat diputar, ditekan, ditarik, didorong, akan membantu

anak untuk menggunakan tangannya secara aktif sehingga merangsang motoric

halusnya. Oleh karena sangat pentingnya kegiatan bermain terhadap tumbuh

kembang anak dan untuk mengurangi kecemasan akibat hospitalisai, maka

akan dilaksanakan terapi bermain pada anak usia toddler dengan cara membuat

kreasi dari bahan clay atau plastisin (biasa disebut “lilin” atau “malam”).

1.2 TUJUAN

a. Tujuan Umum

Meminimalkan dampak hospitalisasi pada anak

b. Tujuan Khusus

1. Anak dapat lebih mengenali bentuk dan warna

2. Menurunkan tingkat kecemasan pada anak

3. Mengembangkan imajinasi pada anak

BAB 2

TINJAUAN TEORI

3
2.1 PENGERTIAN BERMAIN

Bermain merupakan suatu kegiatan yang dilakukan seseorang untuk

memperoleh kesenangan, tanpa mempertimbangkan hasil akhir. Ada orang

tua yang berpendapat bahwa anak yang terlalu banyak bermain akan

membuat anak menjadi malas bekerja dan bodoh. Anggapan ini kurang

bijaksana, karena beberapa ahli psikolog mengatakan bahwa permainan

sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan jiwa anak.

Bermain adalah kegiatan yang dilakukan berulang-ulang secara

sukarela untuk memperoleh kesenangan atau kepuasan, tanpa

mempertimbangkan hasil akhir (Suhendi, 2001). Bermain merupakan suatu

aktivitas dimana anak dapat melakukan atau mempraktekkan ketrampilan,

memberikan ekspresi terhadap pemikiran, menjadi kreatif, mempersiapkan

diri untuk berperan dan berperilaku dewasa (Aziz A, 2005). Jadi

kesimpulannya bermain adalah cara untuk memperoleh kesenangan agar

anak dapat kreatif dan mengekspresikan pikiran, tanpa mempertimbangkan

hasil akhir.

2.2 KATEGORI BERMAIN

1. Bermain Aktif: Anak banyak menggunakan energy inisiatif dari anak

sendiri.

Contoh: bermain sepak bola.

2. Bermain Pasif: Energi yang dikeluarkan sedikit, anak tidak perlu melakkan

aktivitas (hanya melihat)

Contoh: Memberikan support.

4
2.3 CIRI-CIRI BERMAIN

1. Selalu bermain dengan sesuatu atau benda


2. Selalu ada timbal balik interaksi
3. Selalu dinamis
4. Ada aturan tertentu
5. Menuntut ruangan tertentu

2.4 KLASIFIKASI BERMAIN MENURUT ISI

1. Social affective play


Anak belajar memberi respon terhadap respon yang diberikan oleh

lingkungan dalam bentuk permainan, misalnya orang tua berbicara

memanjakan anak tertawa senang, dengan bermain anak diharapkan

dapat bersosialisasi dengan lingkungan.


2. Sense of pleasure play
Anak memperoleh kesenangan dari satu obyek yang ada di

sekitarnya, dengan bermain anak dapat merangsang perabaan alat,

misalnya bermain air atau pasir.


3. Skill play
Memberikan kesempatan bagi anak untuk memperoleh ketrampilan

tertentu dan anak akan melakukan secara berulang-ulang misalnya

mengendarai sepeda.

4. Dramatika play role play


Anak berfantasi menjalankan peran tertentu misalnya menjadi ayah

atau ibu.

2.5 KLASIFIKASI BERMAIN MENURUT KARAKTERISTIK SOSIAL

1. Solitary play
Jenis permainan dimana anak bermain sendiri walaupun ada beberapa

orang lain yang bermain disekitarnya. Biasa dilakukan oleh anak

balita Toddler.
2. Paralel play
Permaianan sejenis dilakukan oleh suatu kelompok anak masing-

masing mempunyai mainan yang sama tetapi yang satu dengan yang

5
lainnya tidak ada interaksi dan tidak saling tergantung, biasanya

dilakukan oleh anak pre school.


Contoh : bermain balok
3. Asosiatif play
Permainan dimana anak bermain dalam keluarga dengan aktivitas

yang sama tetapi belum terorganisasi dengan baik, belum ada

pembagian tugas, anak bermain sesukanya.


4. Kooperatif play
Anak bermain bersama dengan sejenisnya permainan yang

terorganisasi dan terencana dan ada aturan tertentu. Biasanya

dilakukan oleh anak usia sekolah Adolesen.

2.6 FUNGSI BERMAIN

Anak dapat melangsungkan perkembangannya

1. Perkembangan Sensorik Motorik


Membantu perkembangan gerak dengan memainkan obyek tertentu,

misalnya meraih pensil.


2. Perkembangan Kognitif
Membantu mengenal benda sekitar (warna, bentuk kegunaan).
3. Kreatifitas
Mengembangkan kreatifitas menoba ide baru misalnya menyusun

balok.
4. Perkembangan Sosial
Diperoleh dengan belajar berinteraksi dengan orang lain dan

mempelajari belajar dalam kelompok.


5. Kesadaran Diri (Self Awareness)
Bermain belajar memahami kemampuan diri, kelemahan, dan tingkah

laku terhadap orang lain.


6. Perkembangan Moral
Interaksi dengan orang lain, bertingkah laku sesuai harapan teman,

menyesuaikan dengan aturan kelompok.


Contoh : dapat menerapkan kejujuran
7. Terapi

6
Bermain kesempatan pada anak untuk mengekspresikan perasaan

yang tidak enak, misalnya : marah, takut, benci.

8. Komunikasi
Bermain sebagai alat komunikasi terutama bagi anak yang belum

dapat mengatakan secara verbal, misalnya : melukis, menggambar,

bermain peran.

2.7 FAKTOR YANG MEMPENGARUHI AKTIVITAS BERMAIN

1. Tahap perkembangan, tiap tahap mempunyai potensi / keterbatasan


2. Status kesehatan, anak sakit  perkembangan psikomotor kognitif

terganggu
3. Jenis kelamin
4. Lingkungan  lokasi, negara, kultur
5. Alat permainan  senang dapat mengguanakan
6. Intelegensia dan status sosial ekonomi

2.8 TAHAP PERKEMBANGAN BERMAIN

1. Tahap eksplorasi
Merupakan tahapan menggali dengan melihat cara bermain
2. Tahap permainan
Setelah tahu cara bermain, anak mulai masuk dalam tahap permainan
3. Tahap bermain sungguhan
Anak sudah ikut dalam permainan
4. Tahap melamun
Merupakan tahapan terakhir anak membayangkan permainan

berikutnya.

2.9 TAHAP TUMBUH KEMBANG dan KARAKTERISTIK BERMAIN

ANAK USIA TOODLER (1-3 TAHUN)

1. Tahap Pertumbuhan
Perhitungan berat badan : Umur (tahun) x 2 – 8 : 2
Perhitungan panjang badan : Umur 1 tahun : 75 cm
: Umur 2 – 3 tahun = Umur (tahun) x 6 - 77
2. Tahap Perkembangan
a. Perkembangan Psikoseksual menurut Sigmeun Freud :

7
Fase anal (1 – 3 tahun) : daerah anal aktifitas, pengeluaran tinja

menjadi sumber kepuasan libido yang penting. Menunjukkan

keakuannya, sikap narsistik (cinta terhadap diri sendiri), dan egoistik.


Tugas utama anak : latihan kebersiahan, perkembangan bicara dan

bahasa meniru dan mengulang kata sederahana, hubungan interpersonal

anak sangat terbatas, bermain sendiri, belum bisa bermain dengan anak

lain.
b. Perkembangan Psikoseksual menurut Erikson :
Tahap ke 2 : Autonomi vs Shame and doubt
Perkembangan ketrampilan motorik dan bahasa dipelajari dari

lingkungan dan keuntungan yang ia peroleh untuk mandiri, jika orang

tua terlalu melindungi, menuntut harapan terlalu tinggi maka anak akan

merasa malu dan ragu-ragu.

c. Stimulasi dan perkembangan anak


1) Anak umur 12 – 18 bulan :
a) Perkembangan anak : berjalan sendiri tidak jatuh, mengambil

benda kecil dengan jari telunjuk, mengungkapkan keinginan

secara sedehana, minum sendiri dari gelas tidak tumpah.


b) Stimulasi dini : melatih anak naik turun tangga, bermain dengan

anak melempar dan menangkap bola besar kemudian kecil,

melatih anak menunjuk dan menyebut nama-nama bagian

tubuh, memberi kesempatan anak melepas pakaian sendiri.


2) Anak umur 18-24 bulan:
a) Perkembangan anak: berjalan mundur 5 langkah, mencoret-coret

dengan alat tulis, menunjukkan bagian tubuh dan menyebut

namanya, meniru melakukan pekerjaan rumah tangga.


b) Stimulasi dini: melatih anak berdiri dengan satu kaki, mengajari

anak menggambar bulatan, garis segi tiga dan gambar wajah,

8
melatih anak mengikuti perintah sederhana, melatih anak mau

ditinggalkan ibunya sementara waktu.

Anak usia toddler menunjukkan karakteristik yang khas, yaitu banyak

bergerak, tidak bias diam dan mulai mengembangkan otonomi dan

kemampuannya untuk mandiri. Oleh karena itu, dalam melakukan permainan,

anak lebih bebas, spontan, dan menunjukkan otonomi baik dalam memilih

mainan maupun dalam aktivitas bermiannya. Anak mempunyai rasa ingin tahu

yang besar. Oleh karena itu seringkali mainannya di bongkar-pasang, bahkan

dirusaknya. Untuk itu harus diperhatikan keamanan dan keselamatan anak

dengan cara tidak memberikan alat permainan yang tajam dan menimbulkan

perlukaan.

Jenis permainan yang tepat dipilih untuk anak usia toddler adalah

“sollitary play dan parallel play”. Pada anak usia 1 sampai 2 tahun lebih jelas

terlihat anak melakukan permainan sendiri dengan mainannya sendiri,

sedangkan pada usia lebih dari 2 tahun sampai 3 tahun, anak mulai dapat

melakukan permainan secara parallel karena sudah dapat berkomunikasi dalam

kelompoknya walaupun belum begitu jelas karena kemampuan berbahasa

belum begitu lancer. Jenis alat permainan yang tepat diberikan adalah boneka,

pasir, tanah liat dan lilin warna-warni yang dapat dibentuk benda macam-

macam.

2.10 BERMAIN DI RUMAH SAKIT


A. Tujuan
1. Melanjutkan tugas kembang selama perawatan
2. Mengembangkan kreativitas melalui pengalaman permainan yang

tepat
3. Beradaptasi lebih efektif terhadap stress karena sakit atau dirawat
B. Prinsip

9
1. Tidak banyak energi, singkat dan sederhana
2. Mempertimbangkan keamanan dan infeksi silang
3. Kelompok umur sama
4. Melibatkan keluarga/orangtua

C. Upaya Perawatan Dalam Pelaksanaan Bermain


1. Lakukan saat tindakan keperawatan
2. Sengaja mencari kesempatan khusus
D. Beberapa Hal Yang Perlu Diperhatikan
1. Alat bermain
2. Tempat bermain
E. Pelaksanaan Bermain di RS dipengaruhi Oleh
1. Faktor pendukung : Pengetahuan perawat, fasilitas kebijakan RS,

kerjasama Tim dan keluarga


2. Faktor penghambat : Tidak semua RS mempunyai fasilitas bermain
2.11 BERMAIN CLAY
a. Definisi

Clay dalam arti sesungguhnya adalah tanah liat, namun selain terbuat

dari tanah liat, clay juga ada yang terbuat dari bermacam-macam

bahan tetapi adonannya memiliki sifat seperti clay (liat/dapat

dibentuk). Bermain clay merupakan terapi permainan yang kreatif

untuk mengurangi stress dan kecemasan serta meningkatkan

komunikasi pada anak.

b. Manfaat
1) Memberikan kesempatan pada anak untuk bebas berekspresi dan

sangat terapeutik (sebagai permainan penyembuh/”therapeutic

play”).
2) Dengan bereksplorasi menggunakan clay atau plastisin, anak dapat

membentuk, mengembangkan imajinasi dan bereksplorasi dengan

ketrampilan motorik halus.


3) Bermaian clay atau plastisin juga aman untuk anak usia toddler,

karena menggunakan bahan tepung terigu sebagai dasar pembuatan

clay.

10
4) Anak dapat mengeskpresikan perasaannya atau memberikan pada

anak suatu cara untuk berkomunikasi, tanpa menggunakan kata.


5) Sebagai terapi kognitif, pada anak menghadapi kecemasan karena

proses hospitalisasi, karena pada keadaan cemas dan stress,

kognitifnya tidak akurat dan negative.


6) Bermain clay atau plastisin dapat memberikan peluang untuk

meningkatkan ekspresi emosinal anak, termasuk pelepasan yang

aman dari rasa marah dan benci.


7) Dapat digunakan sebagai terapi permainan kreatif yang merupakan

metode penyuluhan kesehatan untuk merubah perilaku anak selama

dirawat di rumah sakit.

SATUAN ACARA KEGIATAN


TERAPI BERMAIN CLAY/ PLASTISIN

Judul : Terapi bermain “clay”


Tanggal pelaksanaan : 26 Juli 2013
Waktu : 09.00 WIB
Tempat : Ruang Bedah Herba RSUD Dr. Soetomo
Surabaya
Peserta : 8 anak

SASARAN
1. Anak usia toddler (1-3 tahun)
2. Anak yang dirawat di Ruang Bedah Herba RSUD Dr. Soetomo Surabaya
3. Tidak mempunyai keterbatasan (fisik atau akibat terapi lain) yang dapat

menghalangi proses terapi bermain


4. Kooperatif dan mampu mengikuti proses kegiatan sampai selesai
5. Anak yang dapat memegang dan membentuk clay

MEDIA
1. Clay
2. Tissue
3. Cetakan clay

11
4. Lembar penilaian
5. Balon
SETTING TEMPAT

Keterangan :

: Fasilitator

: Peserta

: Observer

SRATEGI PELAKSAAN

No. Waktu Kegiatan Peserta


1. 5 menit Pembukaan :

1. Membuka kegiatan dengan  Menjawab salam


 Mendengarkan
mengucapkan salam.  Memperhatikan
2. Memperkenalkan diri  Memperhatikan
3. Menjelaskan tujuan dari terapi

bermain
4. Kontrak waktu anak dan orang

tua
5. Sambutan dari kepala ruangan
2. 15 menit Pelaksanaan :

1. Menjelaskan tata cara  Memperhatikan

pelaksanaan terapi bermain clay

kepada anak  Bertanya


2. Memberikan kesempatan kepada
 Antusias saat
anak untuk bertanya jika belum

12
jelas menerima
3. Membagikan bahan dasar clay
peralatan
dan lidi  Memulai untuk
4. Fasilitator mendampingi anak
membentuk clay
dan memberikan motivasi  Menjawab

kepada anak pertanyaan


5. Menanyakan kepada anak  Mendengarkan
 Memperhatikan
apakah telah selesai membentuk

sebuah benda
6. Memberitahu anak bahwa waktu

yang diberikan untuk

membentuk clay telah selesai


7. Memberikan pujian terhadap

anak yang mampu membuat clay

sampai selesai
3. 10 menit Evaluasi :

1. Memotivasi anak untuk  Menceritakan

menyebutkan warna buat

dengan menggunakan clay  Gembira


2. Mengumumkan nama anak yang
 Gembira
dapat membuat clay sesuai

dengan contoh
3. Membagikan reward kepada

seluruh peserta
4. 5 menit Terminasi:

1. Memberikan motivasi dan  Memperhatikan


 Gembira
pujian kepada seluruh anak  Mendengarkan

yang telah mengikuti program  Menjawab salam

terapi bermain

13
2. Mengucapkan terima kasih

kepada anak dan orang tua


3. Mengucapkan salam penutup

KRITERIA EVALUASI

1. Evalusi Struktur
a. Anak hadir di ruangan minimal 6 orang.
b. Penyelenggaraan terapi bermain dilakukan di ruang hematologi anak lantai

2.
c. Pengorganisasian penyelenggaraan terapi dilakukan sebelumnya
2. Evaluasi Proses
a. Anak antusias dalam kegiatan bermain clay
b. Anak mengikuti terapi bermain dari awal sampai akhir
c. Tidak terdapat anak yang rewel atau malas untuk bermain clay

3. Kriteria Hasil
a. Anak terlihat senang dan gembira
b. Kecemasan anak berkurang
c. Bentuk clay sesuai dengan contoh
d. Anak mampu menyebutkan warna yang dipakai

PENGORGANISASIAN

1. Pembimbing Pendidikan : Kristiawati, S.Kep., Ns., M.Kep.Sp.Kep.An


2. Leader : Riza Kusumawati
3. Fasilitator : La Rakhmat Wabula
Breni Jarot Kuncahyo
Hanik Maria Hidayati
Nurma Lindawati
4. Observer : Fermi Avissa
Endang Susilowati

TUGAS MASING-MASING

1. Leader : Memimpin jalannya program terapi


2. Fasilitator : Mendampingi dan mengarahkan saat anak terapi
3. Observer : Mencatat dan mengevaluasi pelaksanaan kegiatan

14
PERKIRAAN HAMBATAN :

1. Jadwal terapi bermain yang kurang sesuai (lebih lambat dari yang di

jadwalkan)
2. Anak rewel atau ingin keluar dari terapi bermain

ANTISIPASI HAMBATAN/MASALAH

1. Jadwal terapi bermain disesuaikan (tidak pada waktu terapi)


2. Melakukan kerjasama dengan orang tua untuk mendampingi anak

selama program terapi.

15
DAFTAR PUSTAKA

Erlita, dr. (2006). Pengaruh Permainan pada Perkembangan Anak.

Terdapat pada : http://info. balitacerdas.com. Diakses pada tanggal 21

Desember 2009

Foster and Humsberger, 1998, Family Centered Nursing Care of Children.

WB sauders Company, Philadelpia USA

Hurlock, E B.1991. Perkembangan Anak Jilid 1. Erlangga : Jakarta

L. Wong, Donna. 2003. Pedoman Klinik Keperawatan Pediatrik Edisi 4.

EGC : Jakarta www.Pediatrik.com Selasa 21 Desember 2009. Jam

15.25

Markum, dkk. 1990.Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak, EGC : Jakarta

Soetjiningsih, 1995,Tumbuh Kembang Anak, EGC : Jakarta

Whaley and Wong, 1991, Nursing Care Infanst and Children. Fourth

Edition. Mosby Year Book. Toronto Canada

16

Anda mungkin juga menyukai