Dosen pembimbing:
Titik Suhartini.S.kep.Ns,.M.kep
1.Lailatul Mufidah
2.Ulfia Anggraini
3.Imroatun Nafisah
4.Nur Aini Aisyah
5.Tri Agustin
6.Dicky Eko Prasetyo
PAJARAKAN-PROBOLINGGO
2017/2018
KATA PENGANTAR
i
DAFTAR ISI
Halaman Judul.............................................................................................................................i
Kata Penganta............................................................................................................................ii
Daftar Isi...................................................................................................................................iii
BAB I Pendahuluan....................................................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah....................................................................................................1
B. Perumusan Masalah...........................................................................................................1
C. Tujuan................................................................................................................................1
BAB II Pembahasan...................................................................................................................2
A. Pengertian..........................................................................................................................2
B. Dilema etik aborsi tinjauan etik.......................................................................................12
BAB II Penutup........................................................................................................................13
A. Kesimpulan......................................................................................................................13
B. Saran................................................................................................................................13
Daftar Pustaka..........................................................................................................................14
ii
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar belakang
Aborsi telah menjadi salah satu masalah etika. Aborsi secara umum dapat diartikan
sebagai penghentian kehamilan secara spontan. Aborsi adalah mengakhiri atau menghentikan
kehamilan yang tidak diinginkan, dan diartikan sebagai membunuh manusia yang tidak
bersalah.
Menurut hukum yang berlaku di indonesia, aborsi atau pengguguran janin yang
termasuk kejahatan, yang dikenal dengan istilah “abortus provocatus criminalis”.
B. Rumusan maslah
1. Pengertian aborsi dalam segi pandangan.
2. Dilema etik aborsi dalam segi tinjauan etik.
C.Tujuan umum
1. Agar mengetahui tentang aborsi.
2. Agar dapat mengantisipasi hal tersebut agar tidak melanggar etika keperawatan.
3. Untuk mengetahui dilema etik tentang aborsi.
1
BAB II PEMBAHASAN
A.Pengertian aborsi
Aborsi adalah penghentian kehamilan selam janin belum lahir, belum dapat mandiri
diluar rahim (Bertens, 2002). Selain pengertian tersebut juga terdapat definisi yang lebih
detil. Soekamto (dalam ekotama, 2001) mengemukakan beberapa istilah untuk menyebut
keluarnyabasit konsepsi atau pembuahan sebelum usia kehamilan 20 minggu dari rahim
tersebut. Istilah tersebut meliputi obertion criminalis, yaitu pengguguran kandungan yang
menrupakan tindak pelanggaran hukum. Yaitu pengguguran kandungan yang disengaja dan
alamiah dengan tujuan menjaga kesehatan sang ibu. Abortus provocatus dapat dibagi lagi
menjadi abortus provocatus medicinalis dan abortus provocatus climinalis. abortus
provocatus medicinalis adalah pengguguran kandungan yang dilakukan berdasarkan
pertimbangan medis, dan abortus provocatus climinalis adalah pengguguran secara disengaja,
yang merupakan tindak pelanggaran hukum (Ekotama, 2001). Istilah yang digunakan di
bidang hukum dan kedokteran adalah abortus provocatus.
Indonesia jelas tidak mendukung aborsi. Indikasi medis yang menjadi atu-satunya
alasan aborsi boleh dilakukan dinyatakan dalam undang-undang no.23/1992 tentang
kesehatan. Dalam penjelasan pasal 15, ayat (1) , butir (a) dikatakan, “indikasi medis adalah
suatu kondisi yang benar-benar mengharuskan diambil tindakan medi tertentu, sebab tanpa
tindakan medis tertentu itu, ibu hamil dan atau janinnya terancm bahaya maut.” Pasal 15 ini
secara ekplisit hanya mengakui bahaya maut si ibu sebagai alasan dilakukan aborsi,
perumusan, ibu atau janinnya tentu membingungkan, karena dengan aborsi janin itu pasti
mati (Bertens, 2001).
Denagn demikina, aborsi yang aman telah menjadi kebutuhan mendesak karena
pelanggrn aborsi di indonesia menyebabkan munculnya praktek-praktek aborsi yang tidak
aman (unfase abortion). Unfase abortion turut berperan dalam tingakat kematian ibu. Data
perkiraan WHO menyatakan,di indonesia terdapat 1,5 juta aborsi pertahun dan 2.500
diantaranya berakhir dengan kematian. Selain itu data SKRI (survei kesehatan rumah tangga)
tahun 1995 menyebutkan bahwa aborsi berkontribusi 11,1% terhadap angka kematian ibi
indonesia. Kematian ibu indonesia merupakan satu dari yang tertinggi di Asia, yaitu lebih
dari 300 per100.000 kelahiran hidup (zomrotin dan lestai, kesprepro.com,september 2003).
2
B.Pandangan Aborsi dari berbagai aspek
Dari segi medis, ada kalanya aborsi boleh dilakukan, yaitu aborsi spontan.
Namun memiliki resiko pada kehamilan berikutnya, bayi lahir dengan berat badan
rendah sampai kemungkinan terjadinya kemandulan akibat kerusakan yang luas pada
endometrium. Berbeda dengan aborsi provacatus yang merupakan tindakan amoral.
Karena sesungguhnya umat manusia itu adalah umat yang mulia dan memebunuh satu
nyawa berarti membunuh nyawa semua orang. Sebaliknya, menyelamatkan satu
nyawa berarti menyelamatkan nyawa semua orang.
Resiko ini tindakan aborsi provacatus tidak hanya mencakup resiko jangka
pendek melainkan juga resiko jangka panjang. Resiko jangka pendek yang tersering
adalah terjadinya perdarahan yang dapat mengancam jiwa. Resiko lain adalah syok
septik akibat tindakan aborsi yang tidak steril biasanya berakhir dengan kematian dan
kegagalan ginjal. Kegagalan ini dapat terjadi sebagai penyerta syok maupun yang
ditimbulkan karena penggunaan senyawa-senyawa racun yang dapat dipakai untuk
menimbulkan aborsi, seperti lisol, sabun, phisohex. Sedangkan resiko jangka panjang
yang akan dialami adalah kemungkinan terjadinya kehamilan ektopik (kehamilan
diluar tempat yang semestinya ) pada kehamilan berikutnya. Hal ini terjadi akibat
kerusakan pada lapisan dalam rahim (endoterm) setelah dilakukan dilatasi (pelebaran
secara paksa leher rahim dengan alat khusus ) dan kuretase (pengerokan
endometrium) pada tindakan aborsi. Kerusakan pada endometrium yang di akibatkan
dilatasi dan kuretasi juga meningkatkan resiko terjadinya placenta previa (letak
placenta tidak pada semestinya sehingga mengganggu proses persalinan ).
Menurut hukum islam (fiqih), hukum dasar aborsi adalah dilarang atau haram.
Namun hukum dasar tersebut dapat berubah apabila ada sebab-sebab yang dapat
dibenarkan secara secara syar’i. Dala islam sendiri ada beberapa pandangan mengenai
sampai usia kehamilan, setelah usia 120 hari sama sekali dilarang,kecuali untuk
menyelamatkan nyawa ibu. Nabi Muhammad SAW memeberitahuakan dalam proses
terciptanya manusia sel telur da sel sperma tersimpan selama 40 hari dalam rahim
sebagai nufhah (mani), selama 40 hari berikutnya sebagai alaqah (segmpal darah),
kemudian 40 hari berikutnya sebagai mudhaqah(segumpal darah), setelah itu proses
khalqan aakhar (pemberi nyawa terjadi).
3
saat perempuan masih menyusui bayi membeli susu pengganti ASI. Jika tidak
ada alasan-alasan tersebut makan hukum melakukan aborsi menjadi makruh.
Penganut madzab syafii terpecah tiga pendapat, sebagian sepeti Ibn al-Imad
dan al ghazali melarang aborsi karena termasuk kejahatan terhadap makhluka hidup.
Muhammad ibn Abi Said mengizinkan dalam batas 80 hari, alasannya karena janinnya
masih dalam bentuk nufhah dan alaqah. Dan yang lainnya lagi membolehkan aborsi
secara mutlak sebelum kehamilan berusia 120 hari. Sebagian besar pengikut mazhab
Maliki kecuali al Lakhim tidak memeperbolehkan bahkan mengharamkan membuang
produk kehamilan, walaupun sebelum 40 hari. Alasannya, bila air mani telah
tersimpan dalam rahimberarti sudah ada proses kehidupan.
Pacaran sudah menjadi aktivitas yang lumrah, bahkan sebagian orang tua
mlinder dan merasa malu jika anaknya tidak mempunyai pacar, karena menurut
pandangan mereka orang yang tidak pacaran, adalah orang yang tidak bisa bergaul
dan masa depannya suram, serta susah mencari jodoh. Tidak sedikit dari mereka yang
akhirnya melakukan hubungan seks di luar pernikahan dan hamil, kemudian berakhir
dengan pengguran kandungan dengan paksa.
Aborsi menurut bahasa Arab disebut dengan al-Ijhadh yang berasal dari kata
“ ajhadha - yajhidhu “ yang berarti wanita yang melahirkan anaknya secara paksa
dalam keadaan belum sempurna penciptaannya. Atau juga bisa berarti bayi yang lahir
karena dipaksa atau bayi yang lahir dengan sendirinya. Aborsi di dalam istilah fikih
juga sering disebut dengan “ isqhoth “ ( menggugurkan ) atau “ilqaa’ ( melempar )
atau “ tharhu “ ( membuang ) ( al Misbah al Munir , hlm : 72 )
4
Pandangan Islam Terhadap Nyawa, Janin dan Pembunuhan
Pertama: Manusia adalah ciptaan Allah yang mulia, tidak boleh dihinakan baik
dengan merubah ciptaan tersebut, maupun mengranginya dengan cara memotong
sebagiananggota tubuhnya, maupun dengan cara memperjual belikannya, maupun
dengan cara menghilangkannya sama sekali yaitu dengan membunuhnya, sebagaiman
firman Allah swt : .
Kedua: Membunuh satu nyawa sama artinya dengan membunuh semua orang.
Menyelamatkan satu nyawa sama artinya dengan menyelamatkan semua orang.
“Barang siapa yang membunuh seorang manusia, maka seakan-akan dia telah
membunuh manusia seluruhnya. Dan barang siapa yang memelihara keselamatan
nyawa seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara keselamatan nyawa
manusia semuanya.” (Qs. Al Maidah:32)
Ketiga: Dilarang membunuh anak ( termasuk di dalamnya janin yang masih dalam
kandungan ) , hanya karena takut miskin. Sebagaimana firman Allah swt :
“Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut melarat. Kamilah yang
memberi rezeki kepada mereka dan kepadamu juga. Sesungguhnya membunuh
mereka adalah dosa yang besar.” (Qs al Isra’ : 31)
Keempat : Setiap janin yang terbentuk adalah merupakan kehendak Allah swt,
sebagaimana firman Allah swt
ْحوناقبمر بفيِ افلحفرححاِبم حماِ نححشاِء إبحلىَ أححجدل ممحسعامىَ ثالم نافخبراجاكفم بطففعل
“Selanjutnya Kami dudukan janin itu dalam rahim menurut kehendak Kami selama
umur kandungan. Kemudian kami keluarkan kamu dari rahim ibumu sebagai
bayi.” (QS al Hajj : 5)
Kelima : Larangan membunuh jiwa tanpa hak, sebagaimana firman Allah swt :
“Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah melainkan dengan
alasan yang benar “ ( Qs al Isra’ : 33 )
5
Hukum Aborsi Dalam Islam.
Di dalam teks-teks al Qur’an dan Hadist tidak didapati secara khusus hukum
aborsi, tetapi yang ada adalah larangan untuk membunuh jiwa orang tanpa hak,
sebagaimana firman Allah swt :
“ Dan barang siapa yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja, maka
balasannya adalah neraka Jahanam, dan dia kekal di dalamnya,dan Allah murka
kepadanya dan melaknatnya serta menyediakan baginya adzab yang besar( Qs An
Nisa’ : 93 )
Begitu juga hadist yang diriwayatkan oleh Ibnu Mas’ud bahwasanya Rosulullah saw
bersabda :
Pembahasan tentang aborsi tinjauan dari aspek agama dapat dibagi menjadi dua
sebagai berikut:
Dalam hal ini, para ulama berselisih tentang hukumnya dan terbagi menjadi tiga
pendapat :
Pendapat Pertama :
Menggugurkan janin sebelum peniupan roh hukumnya boleh. Bahkan sebagian dari
ulama membolehkan menggugurkan janin tersebut dengan obat. ( Hasyiat Al
Qalyubi : 3/159 )
Pendapat ini dianut oleh para ulama dari madzhab Hanafi, Syafi’I, dan Hambali.
Tetapi kebolehan ini disyaratkan adanya ijin dari kedua orang tuanya,( Syareh Fathul
Qadir : 2/495 )
Mereka berdalil dengan hadist Ibnu Mas’ud di atas yang menunjukkan bahwa
sebelum empat bulan, roh belum ditiup ke janin dan penciptaan belum sempurna, serta
dianggap benda mati, sehingga boleh digugurkan.
Pendapat kedua :
Menggugurkan janin sebelum peniupan roh hukumnya makruh. Dan jika sampai pada
6
waktu peniupan ruh, maka hukumnya menjadi haram. Dalilnya bahwa waktu
peniupan ruh tidak diketahui secara pasti, maka tidak boleh menggugurkan janin jika
telah mendekati waktu peniupan ruh , demi untuk kehati-hatian . Pendapat ini dianut
oleh sebagian ulama madzhab Hanafi dan Imam Romli salah seorang ulama dari
madzhab Syafi’I . ( Hasyiyah Ibnu Abidin : 6/591, Nihayatul Muhtaj : 7/416 )
Pendapat ketiga :
Menggugurkan janin sebelum peniupan roh hukumnya haram. Dalilnya bahwa air
mani sudah tertanam dalam rahim dan telah bercampur dengan ovum wanita sehingga
siap menerima kehidupan, maka merusak wujud ini adalah tindakan kejahatan .
Pendapat ini dianut oleh Ahmad Dardir , Imam Ghozali dan Ibnu Jauzi ( Syareh Kabir
: 2/ 267, Ihya Ulumuddin : 2/53, Inshof : 1/386)
Adapun status janin yang gugur sebelum ditiup rohnya (empat bulan) , telah
dianggap benda mati, maka tidak perlu dimandikan, dikafani ataupun disholati.
Sehingga bisa dikatakan bahwa menggugurkan kandungan dalam fase ini tidak
dikatagorikan pembunuhan, tapi hanya dianggap merusak sesuatu yang bermanfaat.
Ketiga pendapat ulama di atas tentunya dalam batas-batas tertentu, yaitu jika
di dalamnya ada kemaslahatan, atau dalam istilah medis adalah salah satu bentuk
Abortus Profocatus Therapeuticum, yaitu jika bertujuan untuk kepentingan medis dan
terapi serta pengobatan. Dan bukan dalam katagori Abortus Profocatus
Criminalis, yaitu yang dilakukan karena alasan yang bukan medis dan melanggar
hukum yang berlaku, sebagaimana yang telah dijelaskan di atas.
Secara umum, para ulama telah sepakat bahwa menggugurkan janin setelah
peniupan roh hukumnya haram. Peniupan roh terjadi ketika janin sudah berumur
empat bulan dalam perut ibu, Ketentuan ini berdasarkan hadist Ibnu Mas’ud di atas.
Janin yang sudah ditiupkan roh dalam dirinya, secara otomatis pada saat itu, dia telah
menjadi seorang manusia, sehingga haram untuk dibunuh. Hukum ini berlaku jika
pengguguran tersebut dilakukan tanpa ada sebab yang darurat. Namun jika disana ada
sebab-sebab darurat, seperti jika sang janin nantinya akan membahayakan ibunya jika
lahir nanti, maka dalam hal ini, para ulama berbeda pendapat:
Pendapat Pertama :
Menyatakan bahwa menggugurkan janin setelah peniupan roh hukumnya tetap haram,
walaupun diperkirakan bahwa janin tersebut akan membahayakan keselamatan ibu
yang mengandungnya. Pendapat ini dianut oleh Mayoritas Ulama. Dalilnya adalah
firman Allah swt :
7
“ Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya),
melainkan dengan suatu (alasan) yang benar. “ ( Q.S. Al Israa’: 33 )
Kelompok ini juga mengatakan bahwa kematian ibu masih diragukan, sedang
keberadaan janin merupakan sesuatu yang pasti dan yakin, maka sesuai dengan kaidah
fiqhiyah : “ Bahwa sesuatu yang yakin tidak boleh dihilanngkan dengan sesuatu yang
masih ragu.”, yaitu tidak boleh membunuh janin yang sudah ditiup rohnya yang
merupakan sesuatu yang pasti , hanya karena kawatir dengan kematian ibunya yang
merupakan sesuatu yang masih diragukan. ( Hasyiyah Ibnu Abidin : 1/602 ).
Selain itu, mereka memberikan permitsalan bahwa jika sebuah perahu akan
tenggelam, sedangkan keselamatan semua perahu tersebut bisa terjadi jika sebagian
penumpangnya dilempar ke laut, maka hal itu juga tidak dibolehkan.
Pendapat Kedua :
Prediksi tentang keselamatan Ibu dan janin bisa dikembalikan kepada ilmu
kedokteran, walaupun hal itu tidak mutlak benarnya. Wallahu A’lam.
Dari keterangan di atas, bisa diambil kesimpulan bahwa para ulama sepakat
bahwa Abortus Profocatus Criminalis, yaitu aborsi kriminal yang menggugurkan
kandungan setelah ditiupkan roh ke dalam janin tanpa suatu alasan syar’I hukumnya
adalah haram dan termasuk katagori membunuh jiwa yang diharamkan Allah swt.
Adapun aborsi yang masih diperselisihkan oleh para ulama adalah Abortus
Profocatus Therapeuticum, yaitu aborsi yang bertujuan untuk penyelamatan jiwa,
khususnya janin yang belum ditiupkan roh di dalamnya.
Indonesia merupakan negara yang memiliki nilai dan norma yang sangat
tinggi. Masyarakat indonesia masih memegang tinggi nilai dan norma dalam
kehidupan. Sebenarnya salah satu penyebab tingginya aborsi di masyarakat kita
adalah kebiasaan dimasyarakat juga. Tekanan masyarakat terhadap kehamilan diluar
nikah juga menjadi salah satu pemicu orang nekat untuk aborsi. Masyarakat sendiri
tidak melihat kehamilan itu sebagai anugrah, tapi justru mencela dan mengejek
sebagai aib.seandainya masyarakat atau paling tidak orang tua bertindak bijak dengan
memberikan suport, maka bisa jadi si calon ibu tidak sampai berfikir pendek dan
nekat.
8
Adanya pengaruh globalisasi yang terjadi di indonesia, membuat remaja mulai
menjadikan kultur negara-negara maju sebagai acuan hidupnya. Terkadang remaja
tidak memfilter apa yang merka dapat, baik dan sekedar di tiru saja. Adanya anggapan
bahwa budaya barat adalah sesuatu yang hebat dan lebih modern. Sehingga para
remaja beranggapan bahwa, bili tidak menirukan budaya barat tersebut maka akan di
anggap ketinggalan jaman. Misalnya dampak dari adanya globalisasi adalah
terjadinya pergaulan bebas dan terkesan tanpa adanya kontrol. Pada awalnya
pergaulan bebas belum meluas, sehingga masih terlihat sebagai sesuatu yang tabuh.
Namun dengan berjalannya waktu, dan kurang adanya kontrol terhadap penetrasi
budaya barat tertentu. Freesex pun semakin luas. Sehingga freesex mulai dianggap
sebagai hal yang biasa ada sebagian orang , misalnya pada kota besar atau metro
politan. Freesex mulai menjamur, sehingga akibatnya seperti aborsi mulai banyak
terjadi .
Aborsi atau pembunuhan paksa yang dilakukan seorang wanita terhadap bayi
yang dikandungnya termasuk tindakan pidana sebenarnya aborsi di lakukan dengan
sengaja untuk menutup aib yang tidak di ketahui. Tindakan ini melanggar hukum
pidana yang berlakukan untuk melindungi atau mencegah perlakuan tidak terpuji
tersebut. Beberapa pasal yang mengatur aborsi antra lain:
3. Studi kasus
a.Contoh kasus
Kasus1
Ada seorang ibu hamil muda dengan usia kandungan 4 bulan. Tetapi
mempunyai penyakit jantung kronik yang dapat membahayakan ibu maupun janin yang
dikandungnya. Diapun datang untuk periksa pada seorang dokter. Dokter mengatakan
kalau janinnya tetap dipertahankan nyawa ibu akan terancam, janinnya pun sama. Sang
ibu pun sangat takut dan bersedih dengan masalah yang dialami.
Kasus2
Seorang remaja berumur 18 tahun SMA telah melakukan hubungan sex
pranikah, akibatnya remaja tersebut hamil. Ketika kandungannya mencapai 2 bulan dia
mengatakan kepada pasangannya dan meminta untuk bertanggung jawab sebelum
perutnya semakin besar. Akan tetapi pasangannya tidak mau tanggung jawab atas
perbuatannya dan memaksa untuk menggugurkan kandungannya. Remaja perempuan
itu merasa cemas dan bersedih. Bila tidak digugurkan dia juga akan mencoreng nama
baik keluarganya dan membuat malu orang tuanya jika masyarakat tau akan
kehamilannya. Akhirnya dia memilih jalan untuk menggugurkan kandungannya
disebuah klinik.
b. analisa kasus
1. Pada kasus pertama dilema etik yang terjadi adalah:
a. Menurut medis, jika janin tersebut tidak di gugurkan ibunya akan meninggal,
janinnyapun sama padahal dengan mengugurkan janin tersebut, nyawa ibunya
10
akan tertolong.
b. Menurut islam, setelah usia kandungan 120 hari aborsi sama sekali dilarang,
kecuali untuk menyelamatkan nyawa ibu.
Menurut hukum, dalam keadaan darurat sebagai upaya untuk menyelamatkan
jiwa ibu hamil dan janinnya dapat dilakukan tindakan medis.
a) Menurut medis aborsi memiliki resiko jangka pendek dan jangka panjang yang
sangat memebahayakan .
b) Menurut islam, hukum dasar aborsi adalah dilarang atau haram. Aborsi
diizinkan jika ada alasan yang dibenarkan hukum islam.
c) Menurut sosial budaya, aborsi yang dilakukan remaja itu adalah hal yang
biasa.
d) Menurut hukum, tindakan aborsi dapat dikenai tindak pidana karena
bertentangan dengan HAM dan KUHP
Pembahasan
Kasus1
Kasus pertama merupakan kasus aborsi therapeuticum. Dalam ondisi ini, secara
medis kehamilan boleh digugurkan yang dilakukan untuk menyembuhkan dan
menyelamatkan nyawa ibunya. Begitu juga menurut islam, menggugurkan kandungan
diperbolehkan jika ada alasan yang dibenarkan hukum islam. Seperti kondisi
kesehatan ibu buruk dan tidak bia lagi untuk mengandung sang bayi. Menurut
hukumpun memperbolehkan aborsi dalam keadaan darurat sebagai upaya
menyelamatkan jiwa ibu hamil atau janinnya dapat dilakukan tindakan medis tertentu
oleh tim ahli dan melalui persetujuan yang bersangkutan.
jadi, tindakan yang harus dilakukan tim medis dalam menghadapi kasus dilema etik
antara lain :
Kasus2
Kasus kedua merupakan kasus aborsi criminalis. Dalam kondisi ini, secara medis
aborsi tidak diperbolehkan jika tidak ada kepentingan medis dan juga memiliki resiko jangka
pendek serta jangka panjang yang sangat memebahayakan sang ibu. Begitu juga menurut
islam, hukum dasar aborsi adalah dilarang atau haram kecuali jika ada alasan yang dibenarka
huku islam. Menurut hukumpun, tindakan aborsi dapat dikenai tindak pidana karena
bertentangan dengan HAM dan KUHP. Bukan hanya pelaku aborsi saja, tetapi juga tim
11
medis yang membantu proses aborsinya juga dikenakan hukuman. Jadi,tindakan yang harus
dilakukan oleh tim medis dalam menghadapi kasus dilema etik ini antara lain:
Kesimpulan
Menurut medis, aborsi dibagi menjadi 2 yaitu aborsi spontan ( keguguran atau
miscarriage). Aborsi (keguguran atau digugurkan). Aborsi ini dibagi menjadi 2 yaitu : aborsi
therapeuticum dan aborsi criminalis.
a. Aborsi spontan tidak menentang dari aspek medis, agama, hukum dan sosial
budaya. Karena aborsi ini terjadi secara langsung tanpa ada kesenjangan dari
pelaku dan tindakan medis.
b. Aborsi di bedakan menjadi 2 :
Aborsi criminalis tidak diperbolehkandari semua aspek. Hal ini sudah jelas
kerena termasuk tindakan kriminal yang bertentangan dengan HAM,
agama, serta medis.
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA