Anda di halaman 1dari 28

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan infrastruktur di Indonesia mengalami perkembangan yang cukup

pesat. Hal ini menyebabkan peningkatan kebutuhan akan material konstruksi

seperti baja, kayu, semen dan agregat. Bangunan-bangunan yang didirikan pada

umumnya terbuat dari material beton. Salah satu material beton yaitu semen,

apabila penggunaan semen semakin banyak maka akan memberikan masalah

terhadap lingkungan.

Gambar 1.1 Penyumbang CO2 di Dunia dari Sumber Buatan Manusia

(https://static.skepticalscience.com/pics/emm13.jpg)

Salah satu penyumbang polutan pada pencemaran lingkungan adalah

produksi semen, seperti limbah gas dan limbah B3 (Bahan Berbahaya dan

Beracun). Dilihat dari gambar diatas, pada tahun 2000 semen menyumbang sekitar

1
2% karbondioksida (CO2), dan pada tahun 2016 produksi semen dunia

menghasilkan CO2 sebanyak 2,2 miliar ton atau sekitar 8% (BBC News, 2018).

Selain itu, penggunaan beton pada air laut seringkali mengalami masalah,

seperti korosi yang mengakibatkan umur beton sebagai penyangga konstruksi

bangunan tidak tahan lama. Sehingga dibutuhkan material yang dapat

menggantikan semen sebagai campuran beton yang tidak merusak lingkungan dan

tetap dapat meningkatkan mutu. Salah satu alternatif yaitu beton geopolimer, beton

geopolimer merupakan beton ramah lingkungan dan dapat meningkatkan mutu

yang tidak menggunaan semen sebagai material dalam campuran beton.

Material utama pembentuk beton geopolimer yaitu abu terbang (fly ash),

NaOH dan Na2siO3. Abu terbang merupakan material limbah buangan

pengoperasian Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) yang ramah lingkungan

dan penggunaannya dapat membantu mengurangi limbah yang menyokong

pencemaran.

Pada penelitian sebelumnya, mix design yang dipakai untuk membuat

campuran beton geopolimer adalah mix design trial and error (Afni, 2018) .

Sehingga pada penelitian ini, akan dilakukan percobaan perancangan campuran

beton geopolimer menggunakan Tata Cara Pemilihan Campuran untuk Beton

Normal, Beton Berat dan Beton Massa (SNI 7656:2012,2012).

2
1.2 Rumusan Masalah

Perancangan pada campuran beton geopolimer yang menggunakan abu terbang

sebagai pengganti semen masih menggunakan metode trial and error. Sehingga

untuk mendapatkan komposisi yang tepat, maka dilakukan percobaan perancangan

campuran beton geopolimer. Pada penelitian ini, untuk mendapatkan beton dengan

mutu normal digunakan mix design beton normal yang mengacu pada Tata Cara

Pemilihan Campuran Untuk Beton Normal, Beton Berat dan Beton Massa (SNI

7656:2012,2012).

1.3 Tujuan dan Manfaat

Tujuan dalam melakukan penelitian beton geopolimer, yaitu untuk mendapatkan

campuran beton geopolimer dengan komposisi rancangan yang sesuai untuk mutu

normal. Pada penelitian ini, menggunakan mix design beton normal yang mengacu

pada Tata Cara Pemilihan Campuran Untuk Beton Normal, Beton Berat dan Beton

Massa (SNI 7656:2012,2012). Manfaat yang hendak diperoleh dari penelitian ini

adalah untuk membantu dalam perancangan beton geopolimer dengan komposisi

rancangan yang sesuai.

1.4 Ruang Lingkup

Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah:

a) Menggunakan abu terbang tipe F yang lolos saringan No. 200;

b) Perancangan komposisi campuran dalam pembuatan beton geopolimer

menggunakan SNI beton normal yang mengacu pada Tata Cara Pemilihan

3
Campuran Untuk Beton Normal, Beton Berat dan Beton Massa (SNI

7656:2012,2012);

c) Larutan aktivator yang digunakan NaOH dan Na2SiO3 dengan perbandingan 1;1;

d) Kadar molaritas NaOH 8 M;

e) Kuat tekan rencana 30 MPa;

f) Abu terbang yang dipakai berasal dari PLTU Paiton, Jawa Timur;

g) Perawatan benda uji dilakukan dengan mengoven benda uji pada suhu 60°C-

70°C selama 24 ± 4 jam;

h) Ukuran benda uji adalah silinder 10 x 20 cm;

i) Pengujian nilai kuat tekan beton dilakukan pada umur 3, 7, 14 dan 28 hari;

1.5 Sistematika Penulisan

Sistematika merupakan suatu penjabaran secara deskriptif tentang hal-hal yang

akan ditulis, yang secara garis besar terdiri dari isi setiap bab pada proposal tugas

akhir ini. Sistematika penulisan proposal tugas akhir ini sebagai berikut :

a) Bab 1 Pendahuluan

Pada Bab pendahuluan dijelaskan mengenai hal-hal yang melatar belakangi

penelitian ini, perumusan masalah-masalah yang ada, dan juga terdapat tujuan

dan manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian. Selain itu, terdapat batasan

atau ruang lingkup dalam proses penelitian serta sistematika dalam penulisan

penelitian.

4
b) Bab 2 Tinjauan Pustaka

Bab ini merupakan tinjauan pustaka yang berisi uraian teori yang diambil dari

literaur tentang beton geopolimer dan pengaruh penggunaan abu terbang sebagai

pengganti semen terhadap nilai kuat tekan beton.

c) Bab 3 Metodologi Penelitian

Bab ini berisi tentang metode yang akan digunakan pada penelitian, data

penelitian, pendekatan penelitian dan kerangka penelitian.

5
6
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Beton

Beton merupakan suatu campuran/bahan komposit. Beton berisi kombinasi pasir

(agregat halus) dan kerikil (agregat kasar) yang dicampur menjadi satu dengan

semen dan air (pasta) yang membentuk sampai menjadi satu kesatuan yang

homogen, yang kemudian campuran tersebut akan mengeras seperti batuan.

Pengerasan beton terjadi karena peristiwa kimia antara air dan semen.

Beton segar yang baik ialah beton yang dapat diaduk, dapat diangkut, dapat

dituang, dapat dipadatkan, tidak ada kecenderungan untuk terjadi pemisahan kerikil

dari adukan maupun pemisahan air dan semen dari adukan.

Beton memiliki banyak kelebihan-kelebihan dibandingkan bahan

konstruksi lainnya, hal ini membuat beton menjadi salah satu bahan konstruksi yang

secara umum telah banyak digunakan untuk bangunan seperti gedung, jembatan

dan jalan. Kelebihan yang dimiliki beton yaitu :

a) Dalam keadaan segar, beton dapat dibentuk sesuai dengan kebutuhan konstruksi;

b) Beton mampu menahan gaya tekan yang tinggi dengan baik;

c) Kekuatannya tinggi dan dapat disesuaikan dengan struktur;

d) Beton tahan terhadap temperatur tinggi (api/kebakaran) dan air, sehingga biaya

pemeliharan cukup rendah;

e) Awet/ tahan lama;

f) Bahan-bahan campuran beton mudah didapa, sehingga harga beton lebih murah

dibandingkan baja;

7
Disamping kelebihannya, beton juga memili kekurangan yaitu :

a) Beton yang sudah dibentuk/ dibuat sulit untuk diubah, karena beton yang sudah

dibentuk akan mengeras seperti batu;

b) Beton memiliki daya tarik yang rendah, daya tarik beton kurang dari 10%

kekuatan gaya tekan;

c) Beton mempunyai berat jenis 2400 kg/cm2 sehingga beton menjadi berat;

d) Beton dapat menyerap air melalui pori-porinya sehingga bisa merusak beton

secara perlahan;

e) Beton bersifat getas (tidak daktil) sehingga menuntut ketelitian yang tinggi

dalam pelaksanaannya;

f) Beton yang sudah mengeras sebelum pengecoran tidak bisa didaur ulang/ harus

dibuang.

2.2 Beton Geopolimer

Beton geopolimer merupakan beton yang 100% menggunakan abu terbang dari

hasil pembakaran batu bara sebagai pengganti semen. Beton geopolimer

dikembangkan sebagai alternatif beton pengganti semen dikarenakan material yang

terdapat di dalam beton geopolimer ramah lingkungan. Proses pembuatan beton

geopolimer juga tidak banyak membuang energi, cukup dengan mengoven beton

60°C - 100°C selama 24±4 jam, bisa menghasilkan beton dengan mutu tinggi.

Beton geopolimer yang menggunakan abu terbang bersifat tidak mengikat,

sehingga digunakan aktifator sesuai dengan senyawa yang terkandung didalam abu

terbang. Aktifator yang digunakan adalah NaOH dan Na2SiO3 (Hardjito, 2005).

8
a. Kelebihan beton geopolimer sebagai berikut :

i) Tahan terhadap api;

ii) Tahan terhadap korosi;

iii) Memiliki sifat tahan terhadap reaksi alkali-silica;

iv) Nilai susut yang kecil;

v) Memiliki sifat ramah lingkungan, karena tidak menggunakan semen

yang dapat menambah polusi udara.

b. Kekurangan beton geopolimer sebagai berikut :

i) Perancangan pembuatan beton geopolimer belum pasti;

ii) Pembuatan beton geopolimer lebih rumit, karena menggunakan bahan

material yang lebih banyak dibandingkan beton semen;

iii) Beton geopolimer lebih cepat kering dibandingkan beton normal, hal

ini dikarenakan beton geopolimer memiliki workability yang rendah

dan tingkat kekentalan yang tinggi;

iv) Biaya beton geopolimer lebih mahal dibandingkan beton semen.

2.3 Material Pembentuk Beton Geopolimer

Material utama pembentuk beton geopolimer yaitu abu terbang dan larutan alkali

sebagai pasta, serta agregat kasar dan agregat halus. Berikut merupakan penjelasan

dari material yang digunakan pada beton geopolimer.

9
2.3.1 Abu terbang

Gambar 2.1 Abu Terbang Tipe F

Abu terbang merupakan material sisa pembakaran batu bara pada pembangkit

listrik yang berukuran lebih halus dibandingkan semen. Proses pembakaran pada

batu bara berpengaruh terhadap kualitas abu terbang. Pada tabel 2.1 merupakan

persyaratan mutupada abu terbang.

Tabel 2.1 Persayaratan Mutu Abu terbang

No. Senyawa Kadar (%)


1 Jumlah oksida SiO2 + Al2O3 + Fe2O3 minimum 30
2 SO3 maksimum 5
3 Hilang pijar maksimum 6
4 Kadar air maksimum 3
5 Total alkali dihitung sebagai Na2O maksimum 1,5
Sumber : SNI 06-6867-2002

10
2.3.2 Agregat Halus (Pasir)

Gambar 2.2 Agregat Halus (Pasir)

Agregat halus adalah pasir alam sebagai hasil desintegrasi alami batuan-batuan atau

pasir yang dihasilkan oleh alat-alat pemecah batu atau gabungan dari keduanya dan

mempunyai ukuran 5,0 mm, fungsi agregat halus dalam beton adalah sebagai

material pengisi. Adapun syarat-syarat dari agregat halus yang digunakan menurut

PBI (Peraturan Beton Indonesia) 1971, antara lain :

a) Tidak mengandung lumpur (butiran halus yang lolos ayakan 0,06 mm) lebih dari

5% (dihitung terhadap berat), apabila lebih dari 5% maka agregat halus yang

akan digunakan harus dicuci;

b) Tidak mengandung bahan-bahan organik (sisa-sisa hewan atau tumbuhan)

terlalu banyak. Untuk mengetahui kandungan bahan organik pada pasir dapat

menggunakan percobaan warna Abrams-Harder;

c) Pasir harus terdiri dari butir-butir yang tajam dan keras;

d) Pasir harus memiliki butiran yang bervariasi.

11
Tabel 2.2 Batasan Gradasi Untuk Agregat Halus

Persentase berat yang lolos pada tiap


Ukuran Saringan ASTM
saringan
9,5 mm 100
4,76 mm 95 – 100
2,36 mm 80 – 100
1,19 mm 50 – 85
0,595 mm 25 – 60
0,300 mm 10 – 30
0,150 mm 2 – 10
Sumber : ASTM C-33

2.3.3 Agregat Kasar (Kerikil/ Split)

Gambar 2.3 Agregat Kasar (Batu Pecah)

Agregat kasar (kerikil) merupakan hasil desintegrasi alami dari batuan atau berupa

batu pecah yang diperoleh dari industri pemecah batu dan mempunyai ukuran butir

antara 5 – 40 mm. Secara umum agregat kasar dapat terdiri dari kerikil alam, kerikil

alam yang dipecah, batu yang dipecah atau kombinasi dari material-material
12
tersebut. Adapun syarat-syarat dari agregat kasar yang digunakan menurut PBI

(Peraturan Beton Indonesia) 1971, sebagai berikut :

a) Agregat kasar tidak boleh berpori dan terdiri atas batuan keras. Agregat kasar

yang berbentuk pipih dapat digunakan asalkan jumlahnya tidak melebihi 20%

dari berat total agregat;

b) Agregat kasar tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1% (terhadap berat

kering) dan tidak boleh mengandung zat-zat yang dapat merusak beton;

c) Agregat kasar harus terdiri dari butir-butir yang beraneka ragam;

1
d) Besar butir agregat maksimum tidak boleh lebih besar dari jarak terkecil
5

1 3
bidang-bidang samping dari cetakan, tebal pelat atau dari jarak bersih
3 4

minimum diantara tulangan-tulangan;

e) Kekerasan dari butir-butir agregat kasar diperiksa dengan bejana penguji dari

Rudeloff dengan beban penguji 20 ton.

Tabel 2.3 Batas-Batas Gradasi Agregat Kasar

Pemisahan ukuran
Ukuran
Persen (%) berat
ayakan
yang lewat masing-masing
(mm)
ayakan
25 100
19 90 – 100
9,5 20 – 55
4,75 0 – 10
2,36 0–5
Sumber : SNI 7656-2012

13
2.3.4 NaOH

Natrium hidroksida (NaOH) atau biasa yang dikenal dengan soda api merupakan

sejenis basa logam kaustik yang memiliki kadungan alakali tinggi. NaOH yang

digunakan dalam pembentukan beton geopolimer berbentuk butiran yang kemudian

dilarutkan dengan air. NaOH sebagai bahan kimia yang bereaksi terhadap

kandungan senyawa yang terdapat didalam abu terbang yang berfungsi sebagai

pengikat.

Gambar 2.4 NaOH (Natrium Hidroksida)

2.3.5 Na2SiO3

Natrium Silikat (Na2SiO3) atau yang kerap dikenal dengan nama waterglass yang

berfungsi sebagai pengikat antara abu terbang dengan material pemebentuk beton

geopolimer lainnya. Na2SiO3 yang digunakan pada pemebntukan beton geopolimer

adalah natrium silikat berbentuk larutan.

14
Gambar 2.5 Na2SiO3 (Natrium Silikat)

2.4 Perancangan Campuran Beton Geopolimer

Perancangan beton geopolimer dimaksudkan untuk mendapatkan komposisi

optimum campuran dengan kuat tekan yang sudah direncanakan. Perancangan

beton geopolimer diawali dengan membuat mix design yang mengacu pada SNI

7656-2012. Dimana dilakukan modifikasi pada mix design tersebut, yaitu semen

diganti dengan abu terbang dan air diganti dengan larutan alkali (NaOH dan

Na2SiO3).

Pada penelitian ini, dalam perancangan campuran beton mengacu pada

SNI 7656-2012: Tata Cara Pemilihan Campuran Untuk Beton Normal, Beton Berat

dan Beton Massa. Langkah-langkah pembuatan mix design tersebut yaitu sebagai

berikut :

15
a) Menentukan nilai slump

Pada beton geopolimer yang tidak menggunakan campuran air, yang artinya

memiliki nilai workability yang rendah, maka slump yang digunakan 150-175

mm.

b) Menentukan kekuatan rata-rata yang disyaratakan

Agar campuran mencapai kuat tekan yang direncanakan, maka perlu dilakukan

peranangan campuran dengan proporsi sedemikian rupa sehingga hasil kuat

tekan yang direncanakan tercapai atau lebih tinggi dari pada campuran yang

direncanakan. Berdasarkan uji coba di laboratorium, untuk menentukan

proporsi campuran, menggunakan rumussebagai berikut :

fcr’ = (fc’ + 9,66) 0,9 ................................................................................. (2.1)

c) Menentukan ukuran agregat kasar

Untuk kuat tekan rata-rata < 62,1 MPa digunakan ukuran agregat maksimum

20~25 mm. Untuk kuat tekan rata-rata > 62,1 MPa digunakan ukuran agregat

maksimum 10~15 mm.

d) Perkiraan alkali pencampur dan kandungan udara

Untuk menentukan berat alkali, yang digunakan adalah nilai ukuran agregat

kasar dna nilai slump yang dipakai. Perkiraan kebutuhan alkali yang akan

digunakan dapat dilihat pada tabel 2.4.

16
Tabel 2.4. Perkiraan Kebutuhan Air Pencampur dan Kadar Udara Untuk Berbagai

Slump dan Ukuran Nominal Agregat Maksimum Batu Pecah

Air (kg/m3) untuk ukuran nominal agregat maksimum batu pecah


Slump 9,5 12,7 19 25 37,5 50 75 150
(mm) mm* mm* mm* mm* mm* mm†* mm†‡ mm†‡
Beton tanpa tambahan udara
25-50 207 199 190 179 166 154 130 113
75-100 228 216 205 193 181 169 145 124
150-175 243 228 216 202 190 178 160 -
> 175* - - - - - - - -
Beton dengan tambahan udara
25-50 181 175 168 160 150 142 122 107
75-100 202 193 184 175 165 157 133 199
150-175 216 205 197 184 174 166 154 -
> 175* - - - - - - - -
Sumber : SNI 7656 : 2012
e) Pemilihan rasio Alkali-abu terbang (A/FA)

Untuk menentukan rasio air beton tanpa tambahan bahan kimia seperti

superplasticizer digunakan nilai kuat tekan rencana, dapat dilihat pada tabel

2.5 dibawah ini.

Tabel 2.5 Hubungan Antara Rasio Air-Semen (w/c) atau Rasio Air-Bahan Bersifat

Semen {w/(c+p)} dan Kekuatan Beton

Kekuatan beton Rasio air-semen (berat)


umur 28 hari,
Beton tanpa tambahan udara Beton dengan tambahan udara
Mpa*
40 0,42 -
35 0,47 0,39
30 0,54 0,45
25 0,61 0,52
20 0,69 0,6
15 0,79 0,7
Sumber : SNI 7656 :2012

17
f) Perhitungan kadar semen

Untuk mendapatkan kadar semen yang digunakan adalah nilai berat alkali dan

nilai A/FA dan cara untuk menghitung kadar semen yaitu berat larutan alkali

dibagi dengan nilai A/FA. Dapat dilihat pada rumus 2.2

Alkali
.................................................................... (2.2)
Flyash

g) Perhitungan kadar agregat kasar

Untuk mendapatkan nilai kadar agregat kasar yang digunakan adalah nilai

modulus kehalusan dan nilai ukuran maksimum agregat kasar. Untuk

menghitung kadar agregat kasar yaitu besarnya fraksi volume agrega kasar

dikalikan dengan berat isi padat agregat kasar. Untuk mendapatkan nilai fraksi

agregat kasar dapat dilihat pada tabel 26 sebagai berikut :

Tabel 2.6 Volume Agregat Kasar per Satuan Volume Beton


Volume agregat kasar kering oven* per satuan
Ukuran nominal
volume beton untuk berbagai modulus kehalusan†
agregat
dari agregat halus
maksimum (mm)
2,4 2,6 2,8 3
9,5 0,5 0,48 0,46 0,44
12,5 0,59 0,57 0,55 0,53
19 0,66 0,64 0,62 0,6
25 0,71 0,69 0,67 0,65
37,5 0,7 0,73 0,71 0,69
50 0,78 0,76 0,74 0,72
75 0,82 0,8 0,78 0,76
150 0,87 0,85 0,83 0,81
Sumber : SNI 7656 : 2012

18
h) Perkiraan kadar agregat halus menggunakan volume

Untuk menghitung kadar agregat halus, nilai yang digunakan yaitu berat jenis

dari semua material dan berat volume yang sudah didapat. Pertama-tama

semua jumlah material dikurangi dengan 1 m3. Hasil yang didapat merupakan

volume agregat halus, kemudian volume agregat halus di kali dengan berat

jenis. Untuk lebih jelas, dapat dilihat pada rumus 2.3 dan 2.4 sebagai berikut :

Agregat halus : 1000 – jumlah berat volume material ................................ (2.3)

Volume agregat halus x Berat jenis ............................................................ (2.4)

2.5 Pembuatan dan Perawatan Beton Geopolimer

Pembuatan dan perawatan benda uji dilakkukan di laboratorium Teknik Sipil

UKRIDA. Sebelum melakukan pembuatan beton, terlebih dahulu siapkan alat-alat

dan bahan/ material yang akan dipakai. Peralatan dan bahan yang akan dipakai,

antara lain :

1. Peralatan

i) Molen;

ii) Aat uji slump;

iii) Mesin penggetar;

iv) Meteran;

v) Sekop semen;

vi) Ember dan lain-lain.

2. Bahan/ material

i) Abu terbang;

19
ii) Larutan alkali;

iii)Agregat kasar;

iv) Agregat halus.

Pembuatan beton geopolimer dimulai dengan mencampurkan larutan

alkali dalam satu wadah. Selanjutnya, abu terbang dimasukkan secara perlahan

kedalam campuran alkali sampai tercampur dengan rata. Setelah itu, masukkan

pasta kedalam molen dan diaduk, masukkan juga agregat halus terlebih dahulu

secara perlahan dan kemudian agregat kasar juga dimasukkan secara perlahan dan

diaduk sampai waktu yang sudah ditentukan. Kemudian dilakukan pengujian slump

dan selanjutnya, campuran beton geopolimer dimasukan kedalam cetakan sambil

digetarkan. Setelah selesai, beton geopolimer didiamkan sampai ± 4 jam. Setelah

cetakan dibuka, dilakukan perawatan terhadap beton geopolimer dengan cara di

oven selama 24 ± 4 jam.

2.6 Pengujian Beton Geopolimer

Pengujian beton geopolimer dilakukan di laboratorium Teknik Sipil UKRIDA

dengan menggunakan compression testing machine atau alat uji kuat tekan beton

pengujian kuat tekan dlakukan pada saat beton berumur 3,7,14 dan 28 hari dengan

mengacu pada SNI 1974:2011 yaitu Cara Uji Kuat Tekan Beton dengan Benda Uji

Silinder yang Dicetak.

Beban maksimum yang didapatkan dari pengujian digunakan untuk menghitung

kuat tekan beton dengan persamaan seperti dibawah ini :

P
F’c = .............................................................. (2.5)
A

Keterangan :
20
F’c = Kuat Tekan (Mpa)

P = Beban Maksimum (N)

A = Luas Bidang Tekan Rata-Rata (mm2)

21
2.7 Studi Literatur

Tabel 2.1 Studi Literatur

Nama Jurnal, Edisi


No Penulis Judul Penelitian Tujuan Penelitian Metodologi Penelitian Kesimpulan
dan Penerbit
Metode yang
digunakan yaitu
Untuk mengetahui
metode eksperimen
komposisi campuran
Sifat Mekanik dengan membuat
beton geopolimer yang
22 Beton benda uji binder Semakin tinggi
memiliki kuat tekan
Jurnal PONDASI, Januarti Eka Putri, Geopolimer geopolimer 20 x 40 molaritas yang
tinggi dan mengamati
volume 13 no 2 Triwulan dan Berbahan Dasar mm2 dan beton dipakai, kuat tekan
1 perilaku mekanik dan
Desember 2007 ISSN Oktavina Fly Ash Jawa geopolimer 100 x 200 beton geopolimer
fisik beton terhadap
0853-814X Damayanti Power Paiton mm2. Pengujian yang yang didapat semakin
molaritas dan
Sebagai Material dilakukan yaitu tinggi juga.
perbandingan kadar
Alternatif pengujian kuat tekan
aktifator yang
dan tarik, tes setting
digunakan
time, dan pengujian
porositas.

1
Nama Jurnal, Edisi
No Penulis Judul Penelitian Tujuan Penelitian Metodologi Penelitian Kesimpulan
dan Penerbit
Beton geopolimer
dapat digunakan
Perbandingan sebagai beton
Pemeriksaan abu
Sifat dan struktural. Tingkat
Untuk mengetahui terbang, perencanaan
Karakteristik penggunaan aktivator
perbandingan sifat mix design,
Vol 35 No 2 (2018): N. Retno Setiati Beton mempengaruhi
23 mekanik beton antara pencampuran beton,
2 Jurnal Jalan- dan Rulli Ranastra Geopolimer kekuatan beton
beton dengan 100% abu pembuatan benda uji,
Jembatan Irawan Terhadap Beton geopolimer, semakin
terbang dan tanpa abu perawatan dan
Semen Portland tinggi tingkat
terbang pengujian sifat
Untuk Kekuatan molaritas maka kuat
mekanik balok beton.
Struktur Balok tekan beton
geopolimer akan
semakin tinggi.

2
Nama Jurnal, Edisi
No Penulis Judul Penelitian Tujuan Penelitian Metodologi Penelitian Kesimpulan
dan Penerbit
Compressive
Strength of Fly
Metode yang
ash-based Kuat tekan yang
Untuk mengetahui efek digunakan yaitu
Herwani, Ivindra Geopolymer dicapai hanya 50-
MATEC Web of molaritas alkali sebagai metode eksperimen,
Pane, Iswandi Concrete with a 60% dari kuat tekan
3 Conferences 147, larutan aktivator pada dengan membuat
Imran dan Variable of rencana pada
01004 (2018) kuat tekan beton benda uji ukuran
Bambang Budiono Sodium molaritas NaOH 12
24 geopolimer 10x20 cm sebanyak 3
Hydroxide M.
buah tiap variasi
(NaOH) Solution
Molarity
Untuk mengidentifikasi Beton geopolimer
Asian Journal Of Modified Metode yang dipakai
rasio campuran beton memiliki kuat tekan
Civil Engineering R. Anuradha, V. Guidelines For yaitu metode trial and
geopolimer yang tinggi dengan
(Building and Sreevidya, R. Geopolymer error, dengan
4 berbeda-beda dan menggunakan suhu
Housing) Vol. 13, Venkatasubramani, Concrete Mix menggunakan 100%
menghasilkan 600C dan dioven
No. 3 (2012) Pages B.V. Rangan Design Using abu terbang tipe F
rancangan pencampuran selama 24-48 jam ,
353-364 Indian Standard untuk pengganti semen
beton geopolimer yang dan hasil kuat tekan

3
meningkatkan kekuatan dan mengganti 100% dengan
serta perancangan pasir dengan M-sand menggunakan M-
campuran ini sand hampir sama
dirumuskan untuk beton jika dibandingkan
geopolimer dengan dengan beton yang
standar India (IS 10262- di curing (perawatan
2009) beton)
Metode yang
Kekuatan lentur
digunakan yaitu
beton geopolimer
25 metode trial and error,
Untuk mengetahui dibawah perawatan
Flexural menggunakan 100%
perilaku lentur beton sinar matahari lebih
Behavior of abu terbang dan
R. Srinivasan, D. geopolimer bertulang besar 1,25 kali
Research Article Reinforced kombinasi larutan
5 Manoj, Prtofessor, saat di lakukan dibandingkan beton
Volume 7 Issue No.3 Geopolymer alkali dengan membuat
P.G Scholar perawatan konvensional dan
Concrete Under benda uji kubus
menggunakan cahaya daya dukung beban
Light Curing 15x15x15 cm dan
matahari balok beton
benda uji silinder
geopolimer 1,2 kali
15x30 cm serta balok
lebih besar
ukuran 120x15x20 cm.

4
26

Anda mungkin juga menyukai