Anda di halaman 1dari 11

BUPATI BULUNGAN

PROVINSI KALIMANTAN UTARA


KEPUTUSAN BUPATI BULUNGAN
NOMOR
TENTANG
PERUBAHAN ATAS KEPUTUSAN BUPATI BULUNGAN NOMOR
1260/HKXII/445/2010 TENTANG PEMBAGIAN REMUNERASI JASA
PELAYANAN BADAN LAYANAN UMUM DAERAH
PADA RUMAH SAKIT DAERAH dr.H.SOEMARNO SOSROATMODJO
KABUPATEN BULUNGAN TAHUN 2018

BUPATI BULUNGAN,

Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan dalam pasal 30


ayat (1) huruf b Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009
tentang Rumah Sakit yang menyebutkan Setiap Rumah
Sakit mempunyai hak menerima imbalan jasa pelayanan
serta menentukan remunerasi, insentif dan penghargaan
sesuai dengan ketentuan Pearturan Perundang-
undangan, maka dipandang perlu mengatur dan
menentukan pembagian remunerasi jasa pelayanan
Badan Layanan Umum Daerah pada Rumah Sakit Daerah
dr.H.Soemarno Sosroatmodjo Kabupaten Bulungan;
b. bahwa dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan
kesehatan di Rumah Sakit Daerah dr.H.Soemarno
Sosroatmodjo Kabupaten Bulungan, diperlukan tenaga
yang memenuhi syarat dan mampu melaksanakan
kebijakan serta prosedur pelayanan yang diperlukan
imbalan atas pelayanan yang telah dilaksanakan;
c. bahwa berdasarkan pertimbagan sebagaimana dimaksud
dalam huruf a dan huruf b, dipandang perlu
menentapkan Perubahan Atas Keputusan Bupati
Bulungan Nomor 1260/HK-XII/445/2010 Tentang
Pembagian Remunerasi Jasa Pelayanan Badan Layanan
Umum Daerah dr.H.Soemarno Sosroatmodjo Kabupaten
Bulungan Tahun 2018;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 1959 tentang
Penetapan Undang-Undang Darurat Nomor 3 Tahun 1953
tentang Pembentukan Daerah Tingkat II di Kalimantan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1953 Nomor
9) sebagai Undang-Undang (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1959 Nomor 72, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 1820);
2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-
Pokok Kepegawaian (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1974 Nomor 55, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 3041), sebagaimana
telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun
1
1999 tentang Perubahan Atas Undang-Uandang Nomor 8
Tahu 1974 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
1999 Nomor 169, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3890);
3. Undang- Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik
Kedokteran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2004 Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4431);
4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5587), sebagaimana
telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-
Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua
Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Indonesia Tahun
2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5679);
5. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5063);
6. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah
Sakit (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5072);
7. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2014
Tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5494);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang
Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 8,
Tambahan Lembaran Republik Indonesia Nomor 4502),
Sebagaimana telah dirubah dengan Peraturan Pemerintah
Nomor 74 Tahun 201 Tentang Perubahan Atas Peraturan
Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 Tentang Pengelolaan
Keuangan Badan Layanan Umum (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 171,Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5340);
10. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang
Standar Akuntansi Pemerintahan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 49, Tambahan
Lembaran Republik Indonesia Nomor 4503);
11. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang
Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan
Lembaran Republik Indonesia Nomor 4503);
12. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang
Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan
Minimal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2005 Nomor 150, Tambahan Lembaran Republik
Indonesia Nomor 4585);

2
13. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang
Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran
Republik Indonesia Nomor 4593);
14. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang
Laporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor
25, Tambahan Lembaran Re publik Indonesia Nomor
4614);
15. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006
tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah,
sebagaimana telah dirubah beberapa kali, terakhir
dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun
2011 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pengelolaan
Keuangan Daerah;
16. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 61 Tahun 2007
tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Keuangan Badan
Layanan Daerah;
17. Peraturan Daerah Kabupaten Bulungan Nomor 26 Tahun
2008 tentang Rincian Tugas, Fungsi dan Tata Kerja
Rumah Sakit Umum Daerah dr.H.Soemarno
Sosroatmodjo Kabupaten Bulungan (Berita Daerah
Kabupaten Bulungan Tahun 2008 Nomor 26);
18. Peraturan Daerah Kabupaten Bulungan Nomor 26 Tahun
2008 tentang Rincian Tugas, Fungsi dan Tata Kerja
Rumah Sakit Umum Daerah dr.H.Soemarno
Sosroatmodjo Kabupaten Bulungan (Berita Daerah
Kabupaten Bulungan Tahun 2008 Nomor 26);
19. Peraturan Daerah Kabupaten Bulungan Nomor 11 Tahun
2010 tentang Pola Tata Kelola Badan Layanan Umum
Daerah pada Rumah Sakit Daerah dr.H.Soemarno
Sosroatmodjo (Berita Daerah Kabupaten Bulungan Tahun
2010 Nomor 22);
20. Peraturan Daerah Kabupaten Bulungan Nomor 12 Tahun
2010 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Keuangan dan
Akuntansi Badan Layanan Daerah Rumah Sakit Umum
Daerah dr.H.Soemarno Sosroatmodjo Kabupaten
Bulungan (Berita Daerah Kabupaten Bulungan Tahun
2010 Nomor 23);
21. Peraturan Daerah Kabupaten Bulungan Nomor 13 Tahun
2010 tentang Jenjang Nilai Pengadaan Barang dan Jasa
pada Badan Layanan Umum Daerah Rumah Sakit Daerah
dr.H.Soemarno Sosroatmodjo Kabupaten Bulungan
(Berita Daerah Kabupaten Bulungan Tahun 2010 Nomor
24);
22. Peraturan Bupati Bulungan Nomor 18 Tahun 2012
tentang Tarif Pelayanan Kesehatan pada Bada Layanan
Umum Rumah Sakit Daerah dr.H.Soemarno
Sosroatmodjo;

3
Memperhatikan : 1. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
631/Menkes/SK/IV/2005 Tentang Pedoman Peraturan
Internal Staf Medis (Medical Staf Laws) di Rumah Sakit
Daerah;
2. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
772/Menkes/SK/VI/2005 Tentang Pedoman Internal
Rumah Sakit Daerah (Hospital By Laws);

MEMUTUSKAN :
Menetapkan :
KESATU : Tentang Perubahan Atas Keputusan Bupati Bulungan
Nomor 1260/HK-XII/445/2010 Tentang Pembagian
Remunerasi Jasa Pelayanan Badan Layanan Umum
Daerah pada Rumah Sakit Daerah dr.H.Soemarno
Sosroatmodjo Kabupaten Bulungan Tahun 2018,
sebagaimana tercantum dalam lampiran Keputusan ini;
KEDUA : Pencairan Pembagian Remunerasi Jasa Pelayanan Badan
Layanan Umum Daerah pada Rumah SAKIT Daerah
dr.H.Soemarno Sosroatmodjo sehubungan dengan
ketentuan sebagaimana dimaksud Diktum KESATU
dibebankan pada DPA BLUD Rumah Sakit;
KETIGA : Dalam Melaksanakan Pembagian Remunerasi
sebagaimana dimaksud Diktum KESATU harus
berpedoman pada ketentuan peraturan perundang-
undangan dan bertanggungjawab kepada Bupati
Bulungan;
KEEMPAT : Segala biaya yang dikeluarkan akibat ditetapkannya
Keputusan ini di bebankan pada Anggaran Pendapatan
dan Belanja DPA BLUD Rumah Sakit Kabupaten
Bulungan Tahun Anggaran 2018 dengan Kode Rekening
1.02.02.16.12.5.2.1.07.01
KELIMA : Keputusan Bupati ini mulai berlaku pada tanggal
ditetapkan.

Ditetapkan di Tanjung Selor


pada tanggal

BUPATI BULUNGAN,

SUDJATI

4
LAMPIRAN
PERUBAHAN ATAS KEPUTUSAN BUPATI
BULUNGAN
NOMOR :
TENTANG PEMBAGIAN REMUNERASI JASA
PELAYANAN BADAN LAYANAN UMUM
DAERAH PADA RUMAH SAKIT DAERAH
dr.H.SOEMARNO SOSROATMODJO

I. DISTRIBUSI INSENTIF :

1. Setiap penghasil jasa diwajibkan memberikan kontribusi


2. Distribusi insentif terdiri dari Insentif langsung dan insentif tidak
langsung
3. Insentif langsung diberikan kepada individu atau kelompok yang
menghasilkan jasa pelayanan sesuai tarif yang telah ditentukan dalam
sistem remunerasi dengan proporsi sebesar 60% dari total jasa
pelayanan.
4. Sisanya sebesar 40% didistribusikan dengan rincian sebagai berikut :
a. Pos Remunerasi sebesar 30 %
b. Insentif langsung Direksi 5%, dan proporsi Remunerasi Pimpinan
BLUD 25 % dari insentif Direksi, sisanya sebesar 75 % diberikan
kepada direksi (Kabag/kabid) secara merata.
c. Insentif langsung pejabat pada staf direksi sebesar 5% secara
kelompok dan dibagi secara merata.
5. Insentif langsung Pada Ruang Operasi diberikan kepada individu atau
kelompok yang menghasilkan jasa pelayanan sesuai tarif yang telah
ditentukan dalam sistem remunerasi dengan proporsi sebesar 80% dari
total jasa pelayanan. Sisanya sebesar 20 % dari Insentif langsung Ruang
Operasi di distribusikan dengan rincian sebagai berikut Pos Remunerasi
sebesar 13,5 %, Insentif Langsung Direksi 4 %, Insentif langsung pejabat
pada staf direksi sebesar 2,5 % secara kelompok.
6. Insentif tidak langsung diberikan kepada seluruh karyawan berdasarkan
indexing, yang sumbernya berasal dari Pos Remunerasi;

II. DISTRIBUSI INSENTIF LANGSUNG :


1. Proporsi Jasa pelayanan dalam komponen tarif rumah sakit
berdasarkan ketentuan sebagai berikut :
a. Proporsi jasa Pemeriksaan dokter dan perawat di Poliklinik
Proporsi Insentif dokter di Poliklinik adalah 80% dari proporsi insentif
langsung, 20 % adalah jasa pelayanan kelompok keperawatan
poliklinik.
b. Proporsi jasa Tindakan dokter dan perawat di Poliklinik
Proporsi Insentif dokter di Poliklinik adalah 80% dari proporsi insentif
langsung jasa tindakan dokter, 20 % adalah jasa pelayanan kelompok
keperawatan poliklinik.
c. Proporsi jasa Pelayanan rawat inap pada ruangan rawat inap
Proporsi Insentif dokter di Pelayanan rawat inap ruang perawatan
adalah 60% dari proporsi insentif langsung adalah jasa dokter, 40 %
adalah jasa pelayanan kelompok Perawat ruangan perawatan.
d. Proporsi jasa Visite dokter / Konsultasi dokter pada ruang perawatan
Proporsi Insentif Visite dokter/Konsultasi dokter pada ruang
perawatan adalah 80% dari proporsi insentif langsung, 20 % adalah
jasa pelayanan kelompok Perawat ruangan yang bersangkutan.

5
e. Proporsi jasa pemeriksaan diagnostik antara dokter dan perawat
Proporsi jasa dokter dalam pemeriksaan diagnostik adalah 80% dari
proporsi insentif langsung, 20 % adalah jasa keperawataan dan tenaga
setara.
f. Jasa operasi/Pembedahan
Proporsi Jasa dokter Bedah adalah 75 % dari proporsi insentif
langsung, dan jasa perawat adalah 25 % dari jasa tindakan
pembedahan yang tercantum dalam tarif RS
g. Jasa Anestesi pada operasi/Pembedahan
Proporsi Jasa dokter Anestesi adalah 72,5 % dari proporsi insentif
langsung, dan jasa perawat anestesi adalah 27,5 % dari jasa tindakan
pembedahan yang tercantum dalam tarif RS
h. Dokter spesialis pendamping operasi
Dokter Spesialis pendamping dalam operasi mendapat jasa yang
besarannya ditentukan dalam tarif rumah sakit, sesuai jasa
visite/konsultasi, kecuali ada tindakan.

2. Proporsi Pelayanan Penunjang Medik


a. Jasa Pelayanan pada Instansi Radiologi
Proporsi jasa pelayanan dokter radiologi adalah 60% dari proporsi
insentif langsung, 40 % adalah jasa pelayanan kelompok penata
radiologi.
b. Jasa Pelayanan pada Laboratorium Klinik
Proporsi jasa pelayanan dokter Laboratorium klinik adalah 40% dari
total jasa pelayanan yang tercantum dalam tarif RS, 60 % adalah jasa
pelayanan kelompok analis labratorium klinik
c. Jasa Pelayanan pada Instalasi Rehabilitasi Medik
Proporsi jasa pelayanan dokter rehabilitasi medik adalah 30% dari
total jasa pelayanan yang tercantum dalam tariff RS, 70% adalah jasa
fisioterapis dan karyawan lainnya pada kelompok tersebut.
d. Jasa Pelayanan Farmasi
Ditetapkan jasa Farmasi sebesar 40% (Empat Puluh Persen) dari 25 %
(Dua Puluh Lima Persen) profit penjualan obat pada BLUD RSD
dr.Soemarno Sosroatmodjo Tanjung Selor yang kemudian dibagi
kembali menjadi 60% (Enam Puluh Persen) kembali ke Instalasi
Farmasi, 30% masuk Pos remunerasi, 5 % masuk Direksi dan 5%
masuk Staf Direksi.
e. Jasa Pelayanan Gizi
Proporsi jasa pelayanan ahli gizi adalah ahli gizi adalah 70% dari total
jasa ahli konsultasi gizi, 30% adalah jasa pelayanan kelompok
karyawan gizi.
f. Jasa Pelayanan Forensik
Proporsi jasa Pelayanan dokter forensik adalah 80% dari total jasa
pelayanan yang tercantum dalam tarif RS, 20 % adalah jasa pelayanan
tenaga lain pada lingkungan forensik.

III. INSENTIF TIDAK LANGSUNG :


1. Dana dalam Pos Remunerasi merupakan kontribusi dari setiap
penghasil jasa yang berada pada Revenue Center Rumah Sakit, dari
komponen jasa dan keuntungan usaha lain dari rumah sakit
2. Distribusi berdasarkan scoring yang ditentukan dengan perhitungan
indexing yang ditetapkan dalam sistem remunerasi

6
3. Seluruh karyawan dapat menerima insentif tidak langsung sesuai
dengan besaran total score individu karyawan yang bersangkutan
dengan rumus INSENTIF = (Score individu = Total Score RS X Total
Dana Pos Remunerasi.
4. Insentif tidak langsung dikaitkan dengan system akuntabilitas kinerja
karyawan.

IV. DISTRIBUSI INSENTIF :


1. Falsafah dasar insentif adalah motivasi kerja berdasarkan fee for
performance.
2. Insentif langsung maupun tidak langsung dibayarkan pada bulan
berikutnya paling lambat pada setiap tanggal 10, setelah pelayanan
dalam bulan berjalan selesai.
3. Score individu dihitung oleh atasan yang bersangkutan dan
perhitungan total score individu yang menjadi score Rumah Sakit
ditetapkan oleh Kepala Bagian Tata Usaha Rumah Sakit.
4. Besaran tidak langsung bagi setiap karyawan bisa berbeda setiap
bulan yang bergantung kepada besar kecilnya Pos Remunerasi.
5. Yang berwenang membayarkan insentif adalah bagian keuangan
Rumah Sakit
6. Score individu bisa berubah setiap bulan bergantung kepada
perubahan Basic Index, perubahan pendidikan, perubahan posisi /
jabatan dan kinerja.
7. Insentif langsung hanya berlaku kepada karyawan yang menghasilkan
jasa medik.
8. Karyawan bukan penghasil jasa medik hanya mendapat insentif tidak
langsung.

V. INDEXING :
1. Indexing adalah cara atau perangkat untuk menentukan besaran
score individu karyawan sesuai dengan beban kerjanya.
2. Indexing berdasarkan :
a. Basic Index atau index dasar untuk penghargaan sebagai insentif
dasar bagi seluruh karyawan yang standartnya diadopsi dari gaji
pokok karyawan yang bersangkutan dengan ketentuan setiap Rp.
100.000; gaji pokok sama dengan 1 (satu) nilai index, karyawan
honor rumah sakit gaji pokoknya disetarakan dengan gaji terendah
PNS sesuai dengan pendidikannya.
b. Kualifikasi/capacity index adalah untuk memberikan
penghargaan nilai kualifikasi/ capacity berdasarkan pendidikan
karyawan atau ketrampilan yang bersertifikat dengan ketentuan
sebagai berikut :
 SD =1
 SMP/MTS =2
 SMA/SMU =3
 D1 =4
 D3 =5
 D4 =6
 S1 =7
 S2/ Dokter Umum/Dokter Gigi/Apoteker/NERS =8
 Dokter Spesialis =9
 S3 / SubSpesialis Konsulen = 10

7
Tingkat pendidikan atau ketrampilan yang tidak sesuai dengan posisi
kerja karyawan tidak diakui dalam sistem ini.
Misal : Seorang Sarjana keperawatan bekerja sebagai Kepala Tata
Usaha maka kesarjanaannya tidak berlaku.
Kursus / Pelatihan bersertifikat (minimal 16 jam) sesuai dengan posisi
kerja karyawan, diberi penghargaan dengan tambahan nilai 0,2 dan
hanya berlaku 3 (tiga ) tahun atau sesuai dengan masa berlaku
sertifikat.
c. Risk Index adalah nilai untuk resiko yang di terima karyawan
akibat pekerjaannya. Nilai resiko terbagi menjadi 4 grade yaitu :
 Resiko grade I dengan nilai index 1 adalah kemungkinan terjadi
resiko kerja yang bersifat fisik apabila karyawan yang
bersangkutan bekerja sesuai protap dan proker (SOP).
 Resiko grade II dengan nilai index 2 adalah kemungkinan
terjadi resiko kerja yang bersifat kimiawi apabila karyawan
yang bersangkutan bekerja sesuai protap dan proker (SOP).
 Resiko grade III dengan nilai index 4 adalah kemungkinan
terjadi resiko kerja yang bersifat radiasi apabila karyawan yang
bersangkutan bekerja sesuai protap dan proker (SOP).
 Resiko grade IV dengan nilai index 6 adalah kemungkinan
terjadi resiko kerja yang bersifat infeksius walaupun karyawan
yang bersangkutan bekerja sesuai protap dan proker (SOP).
Masing-masing bagian mempunyai pengelompokan / daftar dari
jenis pekerjaannya sesuai dengan gradenya.
d. Emergency index adalah penilaian terhadap emergency yang harus
di segerakan.
Terdiri dari 4 (Empat) grade yaitu grade I dengan nilai 1, grade II
dengan nilai index 2 dan grade III dengan nilai index 4 dan grade IV
dengan nilai index 6.
Misalnya : Seorang karyawan yang bekerja di suatu bagian yang
berkaitan langsung dengan pasien yang selama bulan berjalan di
panggil di luar jam dinas
- Lebih dari 8x : grade IV
- Minimal 8x : grade III
- Minimal 5x : grade II
- Minimal 2x : grade I
e. Position Index adalah untuk menilai beban jabatannya yang
disandang karyawan yang bersangkutan. Dengan ketentuan
kelompok jabatan sebagai berikut :
No Kelompok Jabatan Index
1 Tidak memiliki Jabatan 1
2 Kepala Ruangan, Kepala Sub Bagian, Kepala 2
Sub.Bagian,Ka.Sub.Bid, Koordinator, Ketua
panitia
3 Kepala Instalasi, Kepala Bidang, Kepala 4
Bagian, Kepala Departemen, Kepala SMF,
Ketua-ketua Sub Komite
4 Ketua Komite Medik, ketua Komite 6
Keperawatan, Ketua SPI
5 Direktur 8

8
f. Performance Index atau mengukur hasil / pencapaian kerja dari
karyawan.
Kinerja dikaitkan dengan system akuntabilitas kinerja (sistem
manajemen kinerja /PMS). Nilai index kinerja adalah dua kali
Emergency index.
Penilaian Kinerja berdasarkan :
Penilaian pejabat di rumah sakit adalah terhadap pencapaian target
/ standar yang telah ditentukan dalam rencana kerja individu.
g. Setelah di lakukan indexing maka dilakukan Rating yaitu :
1. Basic Index = Rate 1
2. Kualifikasi Index = Rate 2
3. Risk Index = Rate 3
4. Emergency Index = Rate 3
5. Position Index = Rate 3
6. Performance Index = Rate 4
h. Score adalah nilai individu yang merupakan pengkalian dari index
terhadap rating atau bobot (rating).
i. Total score individu adalah penjumlahan dari score basic,
kualifikasi/ capacity, Risk, Emergency, Position dan Performance
index.
j. Total score individu seluruh karyawan di jumlahkan menjadi total
score RS.

VI. FORMAT INDEXING


No Objek Index Rating Score
1. Basic Index 1
- Setiap gaji pokok PNS Rp. 100.000;
bernilai 1 index
- Tenaga Non PNS disesuaikan
dengan gaji Pokok
2. Kualifikasi / Capacity Index
a. SD 1
b. SMP 2
c. SMA/SMU/SMK 3
d. D1 4
e. D3 5 3
f. D4 6
g. S1 7
h. S2/ Dokter Umum/ Dokter 8
Gigi/ Apoteker
i. Dokter Spesialis 9
j. Dokter SubSpesialis Konsultan 10
3. Risk Index
a. Grade I 1
b. Grade II 2
3
c. Grade III 4
d. Grade IV 6

9
4. Emergency Index
a. Grade I 1
b. Grade II 2
3
c. Grade III 4
d. Grade IV 6

5. Position Index
a. Tidak Memiliki Jabatan 1
b. Kepala Ruangan, Kasubid, 2
3
Kasubag,Kepala Seksi, Ketua
Panitia
c. Kepala Instalasi,Kabag,Kabid 4
d. Ketua Komite Medik, Ketua SPI 6
e. Direktur 8
6 Performance Index
- Pejabat berdasarkan capaian 2x 4
indicator, standart dan target Emergency
dalam Business Plan atau SAP Index
- Tenaga teknis berdasarkan
penilaian kinerja sesuai Sistem
Manajemen Kerja

TOTAL SCORE INDIVIDU

BUPATI BULUNGAN,

SUDJATI

NO NAMA JABATAN PARAF


1. Ingkong Ala,SE, M.Si Wakil Bupati

2. Drs.Syafril Sekretaris Daerah

3. Ir.h.Achmad Ideham,M.Si Asisten Pemerintahan dan


Kesejahteraan Rakyat
4. Jotam Liling Sallata,SH,MM Kabag.Hukum

5. Dr.Suryatan,Sp.S.M.Sc Direktur

10
NO NAMA JABATAN PARAF
1. Ingkong Ala,SE, M.Si Wakil Bupati

2. Drs.Syafril Sekretaris Daerah

3. Ir.h.Achmad Ideham,M.Si Asisten Pemerintahan dan


Kesejahteraan Rakyat
4. Jotam Liling Sallata,SH,MM Kabag.Hukum

5. Dr.Suryatan,Sp.S.M.Sc Direktur

11

Anda mungkin juga menyukai