Anda di halaman 1dari 10

IDENTIFIKASI ZONA GENANGAN BANJIR KOTA MAKASSAR

BERBASIS SIG

A.Zubair1, M.P. Hatta1,Rudyanto2,

ABSTRACT
This study aims to identify the floodwaters zone in the city of Makassar. This research
analyzes using software-based Geographic Information System (GIS) with the Overlay,
Scoring and Weighting method. The results with 25% weighting to discharge, 25%
topography, 25% soil texture, and 25% soil thickness surface.
The results showed that 32.97% of the area of the city of Makassar is a critical area
of inundation zone. Potential inundation zones are critical in Makassar city center, which
includes the District of Ujung Tanah, Wajo, Bontoala, Makassar, Ujung Pandang,
Mamajang, Rappocini, Tamalate, Panakkukang, most of the District of Mangala and Tallo,
in Regional Warehousing of the District Biringkanayya and Tamalanrea. Potential
moderate inundation zone was in some parts of the District Tamalate, Tamalanrea, and
Biringkanayya. Potential low inundation zone is in some parts of the District Manggala.

Keywords: flood, inundation, GIS,

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi zona genangan banjir di wilayah Kota
Makassar. Analisis penelitian ini menggunakan perangkat lunak berbasis Sistem Informasi
Geografis (SIG) dengan metode Overlay, Scoring dan Pembobotan. Hasil penelitian dengan
pembobotan untuk debit 25%, topografi 25%, tekstur tanah 25% dan ketebalan permukaan
tanah 25%.
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa 32,97% dari luas wilayah kota Makassar
merupakan wilayah zona genangan kritis. Zona potensi genangan kritis berada di pusat Kota
Makassar, yang meliputi Kecamatan Ujung Tanah, Wajo, Bontoala, Makassar, Ujung Pandang,
Mamajang, Rappocini, Tamalate, Panakkukang, sebagian wilayah Kecamatan Manggala dan
Tallo, dan Daerah Pergudangan di Kecamatan Tamalanrea dan Biringkanayya. Zona potensi
genangan sedang berada di sebagian wilayah Kecamatan Tamalate, Tamalanrea, dan
Biringkanayya. Zona potensi genangan rendah berada di sebagian wilayah Kecamatan
Manggala.

Kata kunci : Banjir, genangan, SIG,

1. Dosen, Jurusan Teknik Sipil, Universitas Hasanuddin, Makassar 90245, INDONESIA


2 . Mahasiswa, Jurusan Teknik Sipil, Universitas Hasanuddin, Makassar 90245, INDONESIA
PENDAHULUAN banjir masih saja menjadi masalah serius.
Kota Makassar beberapa tahun Curah hujan yang relatif tinggi dalam
terakhir ini sering dilanda banjir, puncaknya satuan waktu tertentu yang lebih dikenal
pada tahun 2012 yang terjadi mencapai sebagai intensitas curah hujan, merupakan
seluruh wilayah kota. Banjir yang melanda salah faktor utama penyebab banjir.
Kota Makassar ini telah menghambat Intensitas curah hujan adalah ketinggian
aktifitas ekonomi dan sosial masyarakat dan curah hujan yang terjadi pada satu kurung
tidak jarang menjadi penyebab kerusakan waktu dimana air tersebut terkonsentrasi
infrastruktur seperti jalan dan jembatan. (Loebis,1992). Intensitas hujan yang tinggi
Banjir adalah peristiwa terbenamnya pada umumnya berlangsung dengan durasi
daratan (yang biasanya kering) karena yang pendek dan meliputi daerah yang
volume air yang meningkat. Banjir sangat tidak luas (Suwarjadi,1987).
merupakan gejala / fenomena yang Perubahan tata guna lahan seperti
mempunyai latar belakang yang kini sawah menjadi perumahan menyebabkan
semakin kompleks., merupakan bagian dari tidak adanya ruang terbuka sebagai resapan
siklus iklim (Abdul Hamid,2006). air. Air yang tidak mengalir dan meresap ke
Indonesia merupakan negara yang beriklim dalam tanah menjadi kecil akan
tropis yang basah (Humid Tropic) dengan menimbulkan genangan air. Genangan air
ciri mempunyai curah hujan tinggi pada menjadi salah satu faktor kerusakan
musim penghujan. Akibatnya di beberapa infrastruktur yang membutuhkan perhatian
tempat di musim penghujan terjadi bencana khusus untuk menanganinya..
banjir yang menimbulkan korban, bahkan
terjadinya genanganpun dapat KARAKTERISTIK WILAYAH
menimbulkan kerugian. Kerugian ini PENELITIAN
semakin besar apabila bencana banjir Kota Makassar ini berada pada
terjadi di daerah yang padat penduduknya ketinggian antara 0-25 m dari permu-kaan
(Isanugroho,2002). laut. Didasarkan pada relief permukaan
Banjir di Kota Makassar selain dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga)
dipengaruhi oleh tingginya curah hujan satuan morfologi yaitu pedataran,
yang relatif tinggi, kondisi topografi yang bergelombang dan perbukitan sebagai
berbentuk cekungan, debit aliran air berikut: Morfologi pedataran menempati
meningkat, perubahan tata guna lahan dan sebagian besar wilayah kota Makassar,
pasang surut air laut, juga dipengaruhi oleh tersebar hampir di seluruh kawasan, kecuali
kurang memadainya sistem drainase yang bagian tenggara, sebagian daerah utara dan
ada, meskipun pemerintah kota telah sebagian daerah barat. Satuan morfologi ini
memprogramkan serta membangun mempunyai kemiringan lereng kurang dari
infrastruktur drainase namun persoalan 15% dengan beda tinggi kurang dari 50
meter. Luas morfologi pedataran sekitar sosial ekonomi sebagai faktor yang
84,91% dari seluruh daerah. mempengaruhi perkembangan kota yang
mendorong pertumbuhan akan kebutuhan
lahan. Dan karena karakteristiknya yang
tetap dan terbatas, maka perubahan tata
guna lahan menjadi salah satu
konsekuensi logis dalam pertumbuhan
dan perkembangan kota.
Banjir dan Genangan
Banjir didefinisikan dengan
kenaikan drastis dari aliran sungai,
Gambar 1. Batas Administrasi Kota kolam, danau, dan lainnya, dimana
Makassar kelebihan aliran itu menggenangi keluar
Tata Guna Lahan dari tubuh air dan menyebabkan
Kawasan perkotaan adalah kawasan kerusakan dari segi sosial ekonomi dari
yang mempunyai kegiatan utama bukan sebuah populasi. (Smith et, al., 1998
pertanian dengan susunan fungsi kawasan dalam Marfai, 2003).
sebagai tempat pemukiman perkotaan, Banyak faktor menjadi penyebab
pemusatan dan distribusi jasa terjadinya banjir, namun secara umum
pemerintahan, pelayanan sosial dan penyebab terjadinya banjir disebabkan
kegiatan ekonomi. (Kodoatie,2003). Tata oleh sebab-sebab alami dan banjir yang
guna lahan adalah pengaturan diakibatkan oleh tindakan manusia.
penggunaan lahan. (Jayadinata, 1999). (Kodoatie R.J dan Sugiyanto,2002)
Sehingga lahan perlu diatur dan
direncanakan untuk penggunaannya. SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS
Kota memiliki komponen dan unsur, Sistem Informasi Geografis (SIG)
mulai yang nyata secara fisik seperti adalah sistem komputer yang digunakan
perumahan dan prasarana umum, hingga untuk memasukkan, menyimpan,
yang secara fisik tidak terlihat seperti memeriksa, mengintegrasikan,
politik dan hukum yang mengarahkan memanipulasi, menganalisis , dan
kegiatan kota. (Branch,1995) Tata guna menampilkan data-data yang berhubungan
lahan sangat dipengaruhi oleh tingkat dengan posisi-posisinya di permukaan bumi
kepentingan masyarakat dan (Rice 20 dalam Prahasta, E 2009).
pemerintahan yang disebut unsur Data-data yang digunakan dalam Sistem
determinan yang pada umumnya saling Informasi Geografis :
mempengaruhi terhadap unsur sosial, a. Data Spasial berbentuk raster
politik dan ekonomi. Data raster merupakan bentuk data
Pertumbuhan penduduk dan aktifitas digital yang paling sederhana, data raster
dari objek geografis merupakan titik berupa garis kontur atau titik-titik
berdimensi bujursangkar yang disimpan ketinggian.
dalam bentuk matriks of cell (pixel) yang c. Tumpang susun peta (Overlay)
teratur. Overlay adalah suatu proses
b. Data Spasial berbentuk vektor penggabungan antara dua atau lebih data
Data vektor memiliki ketelitian posisi grafis untuk memperoleh data grafis baru
suatu objek dalam format data vektor objek yang memiliki satuan pemetaan gabungan
geografis dikonversi melalui komunikasi dari beberapa data grafis tersebut.
bentuk-bentuk dasar suatu objek berupa Overlay dengan skoring dan
titik, garis, dan luasan / area. pembobotan merupakan teknik analisis
c. Data Atribut yang sering digunakan dalam sistem
Data attribut merupakan ”record” informasi geografis. Skoring adalah proses
atribut yang menguraikan data spasial baik pemberian bobot atau nilai terhadap
langsung maupun tidak langsung. Terkait poligon-poligon peta yang
tidak langsung yaitu berupa data fisik mempresentasikan fenomena tertentu dalam
seperti data kondisi meteorology yang suatu rangkaian analisis. Skoring dan
terdiri dari data curah hujan, suhu udara overlay sering digunakan secara
rata-rata, suhu udara maksimum, dan bersama-sama untuk menghasilkan
kelembaban. Sedangkan tidak langsung kesimpulan tertentu dalam proses analisis
yaitu seperti data atribut jumlah penduduk (Budiyanto 2009:117)
di suatu pemukiman. Data atribut dapt Dalam teknik skoring dan overlay ini
berupa numeric (angka) atau characters. biasanya digunakan peta-peta tematik
SIG digunakan untuk memanipulasi dalam proses analisisnya. Setiap peta
dan menganalisis data. tematik akan menjadi indikator dalam
a. Penyuntingan proses analisis. Setiap poligon dalam
Penyuntingan data dapat dilakukan masing-masing peta tematik diberi nilai
untuk updating area, misalnya peta yang menggambarkan tingkat kedekatan,
penggunaan lahan yang telah dibuat perlu keterkaitan, atau besarnya pengaruh lokasi
untuk diperbarui. Hal ini dapat dilakukan tersebut dalam kasus yang diteliti. Beberapa
tanpa harus membuat peta yang baru. peta tematik yang telah diberi nilai
b. Interpolasi spasial selanjutnya akan disatukan dengan proses
Interpolasi spasial merupakan salah overlay (Budiyanto 2009:118)
satu fasilitas SIG yang sulit dan tidak dapat Proses selanjutnya adalah
dilakukan secara manual. Contoh penjumlahan skor. Setiap skor yang dimiliki
penggunaan interpolasi spasial ini dapat oleh peta indikator akan masuk pada peta
dilihat pada pembuatan peta elevasi dan hasil overlay akhir. Seluruh skor ini akan
peta lereng secara cepat, mudah, dan akurat dijumlahkan dan disimpan pada field skor.
yaitu dengan memasukkan informasi (Budiyanto 2009:131)
Skoring = Kelas . Bobot ANALISIS DATA
Ʃkelas Analisis data untuk mengidentifikasi
zona kritis genangan banjir perkotaan
Dimana : menggunakan perangkat lunak berbasis
Kelas : Nilai dari beberapa indikator Sistem Informasi Geografis dengan Metode
tiap parameter Overlay, Scoring, dan Pembobotan.
Ʃkelas : Jumlah seluruh kelas Overlay dilakukan pada peta :
Bobot : Nilai bobot dari parameter 1. Debit banjir
Skoring : Skoring dari tiap prameter Untuk mendapatkan debit banjir
dilakukan overlay pada peta tata guna
lahan dengan atribut koefisien limpasan
lahan (C), curah hujan dan luas wilayah
yang telah dibagi dalam setiap grid,
dimana setiap grid memiliki luasan 0,01
km2.
2. Kemiringan lereng
Untuk peta kemiringan lereng
didapatkan dari peta topografi. Dengan
menggunakan persamaan kemiringan
Gambar 2. Komponen Sistem Informasi lahan akan didapat nilai kemiringan
Geografis lereng pada setiap luasan grid.
d. Kalkulasi Peta 3. Tekstur tanah
Kalkulasi peta merupakan Untuk peta tekstur tanah dilakukan
sekumpulan operasi untuk memanipulasi digitasi pada layer baru berdasarkan
data spasial, baik berupa peta tunggal jenis lapisan tanah.
maupun beberapa peta sekaligus. Operasi 4. Ketebalan permukaan tanah
ini dapat berupa penjumlahan, pengurangan Untuk mendapatkan peta ketebalan
ataupun perkalian antar peta, atau dapat permukaan tanah dilakukan digitasi
juga melalui pengkaitan dengan suatu basis seperti pada peta tekstur tanah.
data tertentu. Hasil utama dari proses ini
adalah informasi spasial baru berupa peta DISKUSI
turunan. Pemetaan zona genangan banjir
merupakan salah satu cara
merepresentasikan daerah yang rentan
terhadap genangan air akibat banjir agar
dalam hal ini perencanaan infrastruktur bisa
Gambar 3. Data Spasial Sistem Informasi mempertimbangkan metode perencanaan
Geografis yang lebih spesifik dan terarah. Ketepatan
zonasi tergantung presentase pemberian c. Pengolahan luas wilayah
bobot dan klasifikasi terhadapa parameter Pengolahan luas wilayah ini telah
kerentanan genangan banjir. dilakukan secara otomatis luas tiap
1 . Peta Debit Banjir grid wilayah kota dengan
Peta overlay diperoleh dari hasil menggunakan field calculator
overlay dari peta : yang pada pada aplikasi ARCGIS.
a. Peta intensitas hujan rencana Luas wilayah dugunakan dalam
b. Peta tata guna lahan perhitungan debit.
Dari peta citra dan peta tata guna Pengolahan debit yang dianalisa
lahan dapat digunakan menjadi dengan Metode Rasional diasumsi
acuan untuk digitasi peta tata guna bahwa curah hujan yang terjadi
lahan daerah penelitian. Kemudian mempunyai intensitas yang
dilakukan penginputan nilai seragam dan merata diseluruh
koefisien limpasan (C) daerah pengaliran dengan lamanya
berdasarkan metode rasional pada hujan 2 jam. Sehingga nilai debit
setiap grid dari penyeleksian lahan. (Q) diperoleh selanjutnya
diberikan pembobotan.
Tabel 1. Koefisien Runoff (C)

Penutupan Lahan Koef.Runoff C


Aspal 0.95
Pertokoan/Pergudangan 0.9
Pemukiman Padat 0.8
Pemukiman 0.7
Lahan Kosong 0.3
Sawah 0.1

Gambar 5. Debit Banjir Rencana Kota


K o e fi s ie n R u n o f f
P e n u tu p L a h a n
Makassar C
Asp al 0,95
P e r t o ko a n /P e r g u d a n g a n 0,90
P e m u ki m a n P a d a t
Tabel 2. Pembobotan Debit Rencana
0,80
P e m u ki m a n 0,70
L a h a n K o so n g 0,30
Sa w a h 0,20

Gambar 4. Tata guna Lahan Kota


Makassar
2 . Pengolahan Peta Kemiringan Lereng Tabel 4. Pembobotan Tekstur Tanah
Peta kemiringan lereng kota Makassar
diperoleh dari peta topografi dengan
interval 1 meter. Pete kemiringan lereng
dibuat berdasarkan grid dengan satuan
persen (%).

Gambar 7. Tekstur Tanah Kota Makassar


Gambar 6. Kemiringan lahan Kota
Makassar 4 . Pengolahan Peta Ketebalan Tanah
Ketebalan permukaan tanah
Tabel 3. Pembobotan Kemiringan Lereng (soulum) adalah keadaan penampang tanah
berdasarkan keadaan drainase tanah.

3 . Pengolahan Peta Tekstur Tanah


Tekstur tanah adalah salah satu
penentuan dalam mempercepat proses
masuknya air ke dalam tanah (infiltrasi).
Pada penelitian ini tekstur tanah merupakan
salah satu parameter dalam
Gambar 8. Ketebalan Tanah Kota
mengidentifikasikan zona genangan banjir. Makassar
Tabel 6. Zona Genangan Banjir Hasil
Tabel 5. Pembobotan Ketebalan Tanah Analisis SIG

Setelah dilakukan pembobotan maka


dilakukan penjumlahan total skor tiap
indikator yang disajikan sebagai berikut :

Total Skor = Debit + Kemiringan +


Ketebalan Tanah + Tekstur Tanah

Dari empat parameter diatas yaitu


Tabel 7. Persentase Luas Zona Kritis
debit banjir (Q), Kemiringan lahan
Genangan Banjir Hasil Analisis SIG
(Topografi), ketebalan tanah dan tekstur
tanah daerah penelitian dapat diidentifikasi
zona yang berpotensi tergenang dengan
klasifikasi hasil overlay diambil dari
penjumlahan total skor dari tiap parameter.
Hasil identifikasi zona kritis
genangan banjir dapat dilihat pada gambar
berikut :

Gambar 10. Persentase Luas Zona Kritis


Genangan Banjir Hasil Analisis SIG

Gambar 9. Hasil Identifikasi Zona


Genangan Banjir Kota Makassar dengan
Sistem Informasi Geografis
Kesimpulan struktur maupun nonstruktur, antara lain :
Berdasarkan hasil identifikasi Zona 1. Melakukan pengerukan saluran
kritis genangan berbasis Sistem Informasi drainase di seluruh wilayah Kota
Geografis, maka dapat disimpulkan sebagai Makassar terhadap sedimen dan
berikut : sampah, terutama saluran primer dan
 Zona dengan potensi genangan kritis sekunder dalam kota.
berada dipusat Kota Makassar, yang
2. Membuat kolam retensi dan
meliputi Kecamatan Ujung Tanah,
peresapan di zona dengan potensi
Wajo, Bontoala, Makassar, Ujung
genangan kritis.
Pandang, Mamajang, Rappocini,
Tamalate, Panakkukang, Mariso 3. Melakukan pembangunan dan
sebagian wilayah Kecamatan pemeliharan saluran drainase,
Manggala dan Tallo, dan Daerah terutama pada saluran yang belum
Pergudangan di Kecamatan tersambung.
Tamalanrea dan Biringkanayya. Zona
dengan potensi genangan sedang 4. Melakukan konservasi sumber daya
berada di sebagian wilayah air terutama di wilayah pemukiman
Kecamatan Tamalate, Tamalanrea, padat penduduk.
dan Biringkanayya. Zona dengan 5. Melakukan sosialisasi kepada
potensi genangan ringan berada di masyarakat tentang pentingnya tidak
sebagian wilayah Kecamatan membuang sampah pada saluran
Manggala. Zona dengan wilayah drainase dan sungai.
bebas genangan berada di sebagian
wilayah Kecamatan Tamalate, 6. Perlunya partisipasi masyarakat mendukung
Tamalanrea, dan Biringkanayya. pemeliharaan sistem jaringan drainase
melalui sosialisasi, pelatihan, pembentukan
 Dari hasil identifikasi zona kritis dan penguatan kelembagaan, sehingga
genangan banjir, 32,97 % wilayah sistem yang telah ada bias optimal dan
Kota Makassar masuk dalam zona berkelanjutan.
potensi genangan kritis.
DAFTAR PUSTAKA
Saran
Asdak Chay, 2010, Hidrologi dan
Dari identifikasi zona kritis genangan
Pengelolaan Daerah Aliran Sungai,
banjir yang terjadi di sebagian wilayah
Gajah Mada University Press,
Kota Makassar dimana lokasi genangan
Jogjakarta.
terjadi di pusat pertokoan, pemukiman
Eko Budiyanto, 2009, Sistem Informasi
padat penduduk, perkantoran dan kawasan
Geografis dengan ArcView GIS,
industri dan pergudangan, maka perlu
Penerbit Andi, Yogyakarta.
upaya-upaya penanggulangan baik dari segi
Haryono S., 1999, Drainase Perkotaan, PT. Geografi Universitas Gajah Mada,
Mediatama Saptakarya, Jakarta. Yogyakarta.
Kota Makassar dalam Angka, 2012, Badan Robert J.Kodoatie, 2003, Manajemen dan
Pusat Statistik Kota Makassar, Rekayasa Infrastruktur, Fakultas
Makassar Teknik Universitas Diponegoro,
Marfai, Muh.Aris, 2003, GIS Modelling of Semarang.
River and Tidal Flood Hazards, Robert J.Kodoatie. Sugiyanto, 2002, Banjir,
www.itc.nl/papers_2003/msc/ereg/ Penyebab dan Metode
marfai.pdf Pengendaliannya, Pustaka Pelajar,
Prahasta E, 2009, Konsep-konsep dasar Jogjakarta.
Sistem Informasi Geografis, Edisi Suripin, 2004, Sistem Drainase Perkotaan
Revisi, Informatika, Bandung. yang Berkelanjutan, Penerbit Andi,
Projo D.,1996, Pengelolaan Citra Digital, Yogyakarta.
Teori dan Aplikasinya dalam www.googleearth.com
Bidang Pengideraan Jauh,Fakultas www.googlemap.co

Anda mungkin juga menyukai