PENDAHULUAN
Dalam Hukum Islam diperintahkan untuk bekerja sekuat tenaga untuk mencari rizki
yang halal. Dalam menjalankan usahanya dilarang melakukan transaksi riba dan dianjurkan
untuk memanifestasikan sejumlah nilai-nilai akhlaqul karimah seperti tolong-menolong.
Prinsip At Ta'âwunadalah salah satu prinsip dalam Hukum Islam. Prinsip tolong-menolong
dalam ketakwaan merupakan salah satu faktor penegak agama karena dengan tolong
menolong akan menciptakan rasa saling memiliki di antara umat sehingga akan lebih
mengikat persaudaraan. Selain itu secara lahiriah manusia adalah mahluk sosial yang tidak
dapat hidup sendirian karena manusia butuh berinteraksi dengan sesamanya. Dengan tolong-
menolonglah seorang muslim dapat dikatakan sebagai seorang muslim. Tolong-menolong
yang dilakukan tidak hanya dalam lingkup yang kecil seperti antara dua orang tapi juga dalam
sebuah perkumpulan yang besar termasuk dalam bisnis yang di dalamnya ada transaksi
pembiayaan.
Salah satu bentuk aplikasi prinsip tolong menolong adalah dalam akad qardh,
yakni Qardhul Hasan. Akad Qardh merupakan salah satu perwujudan prinsip tolong
menolong dalam praktek bank syariah. Perjanjian gardh adalah perjanjian pinjaman.
Perjanjian qardh, pemberi pinjaman (kreditor) memberikan pinjaman kepada pihak lain
dengan ketentuan penerima pinjaman akan mengembalikan pinjaman tersebut pada waktu
yang telah diperjanjikan dengan jumlah yang sama ketika pinjaman itu diberikan. Qardh ul-
hasan merupakan perjanjian qardh untuk tujuan sosial. Adalah tidak mustahil bagi suatu bank
syariah yang terpanggil untuk memberikan pinjaman-pinjaman kepada mereka yang tergolong
lemah ekonominya untuk memberikan fasilitasgardh ul-hasan.
1
6. Apa saja rukun dan syarat akad-akad tersebut?
7. Apa saja jenis-jenis akad tersebut?
8. Akad-akad tersebut jika dikaitkan dengan sistem perbankan?
1.3 Tujuan
BAB II
2
PEMBAHASAN
2.1 AKAD SHARF
2.1.1 Pengertian Akad Sharf
Sahrf menurut bahasa adalah penambahan, penukaran dan penghindaran atau transaksi
jual beli. Sharf adalah transaksi jual beli suatu valuta dengan valuta asing yang lain. Transaksi
ini bisa dilakukan baik dengan mata uang yang sejenis maupun dengan mata uang yang tidak
sejenis.
2.1.2 Sumber Hukum Sharf
Ada beberapa sumber hukum sharf antara lain
1. Dari Abu Said Al-khurdi r.a, Rasulullah bersabda “ transaksi pertukaran emas dengan
emas harus sama takarannya, timbangan dan tangan ke tangan (tunai), kelebihannya
adalah riba. Perak dengan perak harus sama takarannya, timbangan dan tangan ke tangan
(tunai), kelebihannya adalah riba. Gandum dengan gandum harus sama takarannya,
timbangan dan tangan ke tangan (tunai), kelebihannya adalah riba. Tepung dengan tepung
harus sama takarannya, timbangan dan tangan ke tangan (tunai), kelebihannya adalah
riba.kurma dengan kurma harus sama takarannya, timbangan dan tangan ke tangan
(tunai), kelebihannya adalah riba. Garam dengan garam harus sama takarannya,
timbangan dan tangan ke tangan (tunai), kelebihannya adalah riba..” (HR.Muslim)
2. “Juallah emas dengan emas, perak dengan perak, gandum dengan gandum, syair dengan
syair, kurma dengan kurma, dan garam dengan garam (dengan syarat harus) sama dan
sejenis serta secara tunai, juka jenisnya berbeda jualah sekehendakmu dan dilakukan
secara tunai. (HR.Muslim)
3. “Rasulullah melarang menjual emas dan perak secara piutang (tidak tunai)” (HR.Muslim)
Menurut ajaran islam uang hanya berfungsi sebagai alat tukar dan bukan merupakan
komoditas, tanpa didayagunakan maka uang tidak akan dapat menghasilkan pendapatan atau
pemasukan dengan dirinya sendiri. Ada empat jenis transaksi pertukaran valuta asing
1. Transaksi SPOT, yaitu transaksi pembelian dan penjualan valuta asing untuk penyerahan
pada saat itu (over the counter) atau penyelesaiannya paling lambat dalam jangka waktu
dua hari. Hukumnya adalah boleh, karena dianggap tunai, sedangkan waktu dua hari
dianggap sebagai proses penyelesaian yang tidak bisa dihindari dan merupakan transaksi
internasional.
2. Transaksi Forward yaitu transaksi pembelian dan penjualan valas yang nilainya
ditetapkan pada saat sekarang dan diberlakukan untuk waktu yang akan datang, antara
2x24 jam sampai dengan satu tahun. Hukumnya adalah haram, karena harga yang
3
digunakan adalah harga yang diperjanjikan (muwa'adah) dan penyerahannya dilakukan di
kemudian hari, padahal harga pada waktu penyerahan tersebut belum tentu sama dengan
nilai yang disepakati, kecuali dilakukan dalam bentuk forward agreement untuk
kebutuhan yang tidak dapat dihindari (lil hajah).
3. Transaksi Swap yaitu suatu kontrak pembelian atau penjualan valas dengan harga spot
yang dikombinasikan dengan pembelian antara penjualan valas yang sama dengan harga
forward. Hukumnya haram, karena mengandung unsur maisir (spekulasi).
4. Transaksi Option yaitu kontrak untuk memperoleh hak dalam rangka membeli atau hak
untuk menjual yang tidak harus dilakukan atas sejumlah unit valuta asing pada harga dan
jangka waktu atau tanggal akhir tertentu. Hukumnya haram, karena mengandung unusru
maisir (spekulasi).
2.1.3 Rukun dan Ketentuan Syariah
1. Pelaku baik penjual maupun pembeli harus cakap dan sudah baligh
2. Objek akad dengan ketentuan
a. Nilai tukar atau kurs harus diketahui oleh kedua belah pihak.
b. Valuta asing harus dikuasai oleh penjual dan embeli sebelum keduabelah pihak
berpisah.
c. Apabila mata uang atau valuta asing tersebut dalam jenis yang sama maka harus
sama nilainya meskipun dalam bentuk yang berbeda.
d. Dalam akad sharf tidak diperboehkan ada khiyar bagi pembeli.
e. Dalam akad sharf tidak diperbolehkan adanya tenggang waktu dalam penyerahan
mata uang. Karena akad sharf akan dikatakan syah apabila penguasaan dilakukan
dengan tunai dalam waktu maksimal 2 x 24 jam.
3. Ijab Kabul / serah terima merupakan pernyataan dan ekspresi yang saling rela antara
kedua belah pihak yang bertransaksi.
2.1.4 Perlakuan Akuntansi Akad Sharf
Saat membeli valuati asing
Jurnal:
Kas (dolar) xxx
Kas(Rp) xxx
Saat dijurnal
Kas (dolar) xxx
Kerugian * xxx
Kas(Rp) xxx
Kelebihan ** xxx
4
* jika harga beli valas lebih besar daripada harga jual
** jika harga beli valas lebih kecil daripada harga jual
Untuk tujuan laporan keuangan di akhir periode asset moneter (piutang dan utang)
dalam satuan valuta asing akan dijabarkan dalam satuan rupiah dengan menggunakan nilai
kurs tengah bank Indonesia pada tanggal laporan keuangan. Jurnal penyesuaiannya adalah
sebagai berikut;
Jika nilai kurs tengah BI lebih kecil dari nilai kurs tanggal transaksi jurnal pencatatannya:
Kerugian xxx
Piutang xxx
Utang xxx
Keuntungan xxx
Jika nilai kurs tengah BI lebih besar dari nilai kurs tanggal transaksi jurnal pencatatannya:
Piutang (valas) xxx
Keuntungan xxx
Kerugian xxx
Utang (valas) xxx
5
b. Objek wadiah merupakan barang yang akan dititipkan setelah sebelumnya disebutkan
secara jelas keadaan barang yang bersangkutan.
c. Ijab Kabul atau serah terima merupakan pernyataan kerelaan antara kedua belah pihak.
2.2.4 Perlakuan Akuntansi Wadiah
1. Bagi Pemilik Barang
a. Pada saat menyerahkan barang (menerima tanda terima penitipan barang) dan membayar
biaya penitipan (menerima tanda terima pembayaran)
Jurnal:
Beban wadiah xxx
Kas xxx
Jika biaya penitipan belum dibayar:
Beban wadiah xxx
Utang xxx
b. Pada saat mengambil barang dan membayar kekurangan biaya penitipan
Utang xxx
Kas xxx
2. Bagi Pihak Penyimpan Barang
a. Pada saat menerima barang (mengeluarkan tanda terima barang) dan penerimaan
pendapatan penitipan (membuat tanda terima pembayaran)
Kas xxx
Pendapatan wadiah xxx
b. Jika penitipan belum dibayar
Piutang xxx
Pendapatan wadiah xxx
c. Pada saat menyerahkan barang dan menerima pembayaran kekurangan pendapatan
penitipan (mengeluarkan tanda penyerahan barang)
Kas xxx
Piutang xxx
6
dimana seseorang mengajukan calon atau menunjuk orang lain untuk mewakili dirinya dalam
membeli barang. Orang yang tunjuk (agen) diperboleh menerima komisi. Wakalah dengan
komisi disebut dengan wakalah bil ujrah. Namun agen juga diperbolehkan tidak menerima
komisi.
2.3.2 Sumber Hukum
“ maka suruhlah salah seorang diantara kalian pergi kekota dengan membawa uang perakmu”
(QS 18:19)
2.3.3 Rukun dan ketentuan syariah
1. Pelaku
a. Pihak yang memberi kuasa dengan syarat
1) Pemilik syah dari barang yang diwakilkan.
2) Orang mukalaf atau anak mummayiz dalam batasan-batasan tertentu.
b. Pihak yang diberi kuasa dengan syarat
1) Harus cakap
2) Dapat mengerjakan tugas yang diwakilkan kepadanya.
2. Objek yang dikuasakan
a. Diketahui dengan jelas oleh orang yang diwakili.
b. Tidak bertentangan dengan syariah islam.
c. Dapat diwakilkan menurut syariah islam.
d. Manfaat barang atau jasa harus dapat dinilai.
e. Kontrak dapat dilaksanakan.
3. Ijab Kabul / serah terima Ijab Kabul / serah terima merupakan pernyataan dan ekspresi
yang saling rela antara kedua belah pihak yang bertransaksi.
Akad wakilah akan berakhir apabila :
1. Salah satu pihak meninggal dunia atau hilang akal.
2. Pekerjaan yang diwakilkan sudah selesai.
3. Pemutusan oleh pihak yang diwakilkan
4. Wakil mengundurkan diri.
5. Orang yang diwakilkan tidak memiliki status kepemilikan atas suatu yang diwakilkan.
2.3.4 Perlakuan Akuntansi Al Wakalah
Bagi pihak yang mewakili/wakil/penerima kuasa
a. Pada saat menerima imbalan tunai (tidak berkaitan dengan jangka waktu)
Kas xxx
Pendapatan wakalah xxx
b. Pada saat membayar beban
Beban wakalah xxx
Kas xxx
c. Pada saat diterima pendapatan untuk jangka waktu dua tahun dimuka
Kas xxx
Pendapatan wakalah diterima dimuka xxx
d. Pada saat mengakui pendapatan wakalah akhir periode
Pendapatan wakalah diterima dimuka xxx
Pendapatan wakalah xxx
Bagi pihak yang meminta diwakilkan
7
Beban wakalah xxx
Kas xxx
8
Beban kafalah xxx
Kas xxx
2. Objek akad
b. Peminjam diwajibkan membayar pokok pinjaman pada waktu yang telah disepakati, tidak
boleh diperjanjikan akan ada penambahan atas pokok pinjamannya. Namun peminjam
dibolehkan memberikan sumbangan secara sukarela.
9
c. Apabila memang peminjam mengalami kesulitan keuangan maka waktu peminjaman dapat
diperpanjang atau menghapuskan sebagian atau seluruh kewajibannya. Namun jika
peminjam lalai maka dapat dikenakan denda.
d. Ijab Kabul/serah terima adalah pernyataan dan ekspresi saling rida/rela di antara pihak-
pihak pelaku akad yang dilakukan secara verbal,tertulis,melalui korespondensi atau
menggunakan cara-cara komunikasi modern.
2. Untuk penerimaan dana yang berasal dari denda dan pendapatan non halal,jurnal :
Kr.Utang xxx
10
Dr. Utang xxx
Kr.Kas xxx
12
5. Pihak kedua membebaskan pihak ketiga dari kewajibannya untuk membayar utang yang
dialihkan itu.
6. Pihak kedua wafat, sedangkan pihak ketiga merupakan ahli waris yang mewarisi harta
pihak kedua. Dalam hal ini tentu beban utang pihak ketiga tersebut diperhitungkan dalam
pembagian warisan.
2.6.5 Rukun dan Ketentuan Syariah
Rukun hiwalah ada 3 yaitu :
1. Pelaku yang terdiri atas :
a. Adanya utang,atau
b. Adanya piutang
1. Pelaku
b. Berhak penuh untuk melakukan tindakan hukum dalam urusan hartanya dan rela (rida)
dengan pengalihan utang piutang tersebut
c. Diketahui identitasnya
piutang
13
b. Harus jelas nilai,jumlah dan spesifikasinya
3. Ijab Kabul/serah terima adalah pernyataan dan ekspresi saling rida/rela di antara pihak-
pihak pelaku akad yang dilakukan secara verbal,tertulis,melalui korespondensi atau
menggunakan cara-cara komunikasi modern.
15
1. Pelaku yang terdiri atas pihak yang menggadaikan (rahin) dan pihak yang menerima gadai
(murtahin)
2. Objek akad berupa barang yang digadaikan (marhun) dan utang (marhun bih).
3. Syarat utang adalah wajib dikembaikan oleh debitur kepadakreditor,utang itu dapat dilunasi
dengan agunan tersebut, dan utang itu harus jelas (harus spesifik).
b. Utang (marhun bih), nilai utang harus jelas demikian juga tanggal jatuh temponya
3. Ijab Kabul/serah terima adalah pernyataan dan ekspresi saling rida/rela di antara pihak-
pihak pelaku akad yang dilakukan secara verbal,tertulis,melalui korespondensi atau
menggunakan cara-cara komunikasi modern.
16
Kr. Pendapatan xxx
3. Pada saat mengeluarkan biaya untuk biaya pemeliharaan dan penyimpanan,jurnal :
Dr. Beban xxx
Kr. Kas xxx
4. Pada saat pelunasaan uang pinjaman, barang gadai dikembalikan dengan membuat tanda
serah terima barang,jurnal :
Dr. Kas xxx
Kr. Piutang xxx
5. Jika pada saat jatuh tempo, utang tidak dapat dilunasi dan kemudian barang gadai dijual
oleh pihak yang menggadaikan.penjualan barang gadai, jika nilainya sama dengan
piutang, jurnal :
Dr. Kas xxx
Kr. Piutang xxx
Jika kurang, maka piutangnya masih tersisa sejumlah selisih antara nilai penjualan dengan
saldo piutang.
B. Bagi Pihak yang Menggadaikan
Pada saat menyerahkan aset tidak dijurnal, tetapi menerima tanda terima atas penyerahan aset
serta membuat penjelasan atas catatan akutansi atas barang yang digadaikan.
1. Pada saat menerima uang pinjaman,jurnal :
4. Jika pada saat jatuh tempo, utang tidak dapat dilunasi sehingga barang gadai dijual pada
saat penjualan barang gadai, jurnal :
17
Dr. Kas xxx
Dr. Akumulasi penyusutan (apabila aset tetap) xxx
Dr. Kerugian (apabila rugi) xxx
Kr. Keuntungan (apabila untung) xxx
Kr. Aset xxx
1. Pihak yang membuat sayembara: cakap hukum, baligh dan dapat juga dilakukan oleh orang
lain.
c. Hadiah yang diberikan harus sesuatu yang bernilai (harta) dan jumlahnya harus jelas
19
Mengingat transaksi ini merupakan implementasi dari gabungan akad, maka rukun dan
ketentuan syariahnya akan merujuk pada rukun dan ketentuan syariah dari akad kafalah,
ijarah dan qardh hasan.
Fatwa Dewan Syari'ah Nasional Majelis Ulama Indonesia no: 42/DSN-MUI/V/2004
tentang Syariah Charge Card.
Menimbang :
a. Bahwa untuk memberikan kemudahan, keamanan, dan kenyamanan bagi nasabah dalam
melakukan transaksi dan penarikan tunai diperlukan charge card
b. Bahwa fasilitas charge card yang ada dewasa ini masih belum sesuai dengan prinsip-prinsip
syariah.
c. Bahwa agar fasilitas tersebut dilaksanakan sesuai dengan Syari'ah, Dewan Syari'ah Nasional
memandang perlu menetapkan fatwa mengenai hal tersebut untuk dijadikan pedoman.
Mengingat :
a. Pada dasarnya, semua bentuk muamalah boleh dilakukan kecuali ada dalil yang
mengharamkannya.
20
b. Kesulitan dapat menarik kemudahan.
d. Sesuatu yang berlaku berdasarkan adat kebiasaan sama dengan sesuatu yang berlaku
berdasarkan syara' (selama tidak bertentangan dengan syari'at).
KETENTUAN AKAD
b. Untuk transaksi pengambilan uang tunai digunakan akad al-Qardh wal Ijarah.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan.
Menurut terminologi hukum Islam akad adalah pertalian antara penyerahan (ijab) dan
penerimaan (qobul) yang dibenarkan oleh syariah yang menimbulkan akibat hukum terhadap
objeknya. Aplikasi dalam Perbankan Akad qard biasanya diterapkan sebagai produk
perlengkapan kepada nasabah yang telah terbukti loyalitas dan bonafiditasnya, yang
21
membutuhkan dana talangan segera untuk masa yang relatif pendek. Nasabah tersebut akan
mengembalikan secepatnya sejumlah uang yang dipinjamnya itu. Hiwalah adalah
memindahkan utang dari tanggungan seseorang kepada tanggungan orang lain.
Praktek hiwalah tidak hanya dilakukan oleh masyarakat pada umumnya namun praktek
ini juga diterapkan oleh Bank Syariah sebagai salah satu bentuk pelayanan jasa dengan
ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan dalam Fatwa DSN No. 12/DSN-MUI/IV/2000.
DAFTAR PUSTAKA
Sumber Internet:
http://hukum-islam.com/2014/06/konsep-dan-dalil-qardhul-hasan-pinjaman-lunak/
https://sharianomics.wordpress.com/2010/11/17/definisi-jualah/
http://www.ekonomisyariah.org/konsultasi-detail/detail-konsultasi/1/40
22
https://viewislam.wordpress.com/2009/04/15/konsep-akad-hiwalah-dalam-fiqh-muamalah/
23