Anda di halaman 1dari 7

Jurnal

Kardiologi Indonesia
J Kardiol Indones. 2011;32:192-8
ISSN 0126/3773 Review Article

Mechanisms of Atrial Fibrillation in Hyperthyoid


Wenny Fitrina Dewi, Yoga Yuniadi

Atrial fibrillation (AF) is the most common cardiac arrhythmia other than
sinus tachycardia encountered in hyperthyroidism and representing an
independent risk factor for cardiovascular event. Atrial fibrillation occurs
in 10-15% of patient with hyperthyroidism, where as prevalence increase
with advancing age. The heart is a major target organ for thyroid hormone
action. Thyroid hormones exert their cardiovascular effects either directly
at cardiomiosit through nuclear receptors (gen transcription) and extra
nuclear (cellular) which is influence inotropic, chronotropic and dromotropic
effect and indirectly by influencing sympatoadrenergic system and altering
peripheral hemodynamic. Hyperthyroidism is associated with an increased
Department of Cardiology and supraventricular ectopic activity. Hyperthyroidism increases the rate of
Vascular Medicine, Faculty of Medi- systolic depolarization and diastolic repolarization, decreases the duration
cine, University of Indonesia, and of the action potential and refraction period of the atrial myocardium, as
National Cardiovascular Center well as atrioventricular nodal therefore facilitated the occurrence of atrial
Harapan Kita, Jakarta fibrillation.

(J Kardiol Indones. 2011;32:192-8)

Keywords: mechanisms, atrial fibrillation, hyperthyroid

192 Jurnal Kardiologi Indonesia • Vol. 32, No. 3 • Juli - September 2011

Jurnal
Kardiologi Indonesia
Tinjauan Pustaka J Kardiol Indones. 2011;32:192-8
ISSN 0126/3773

Mekanisme Atrial Fibrilasi pada Hipertiroid


Wenny Fitrina Dewi, Yoga Yuniadi

Atrial fibrilasi (AF) adalah gangguan irama jantung tersering selain sinus takikardi yang terjadi pada keadaan hipertiroid dan
merupakan faktor risiko independen terhadap kejadian kardiovaskular. Atrial fibrilasi terjadi pada 10-15% pasien hipertiroid,
dimanaprevalensi meningkat sesuai dengan pertambahan usia. Jantung merupakan target organ utama kerja hormon tiroid.
Perubahan kadar triiodotironin mempengaruhi kerja jantung melalui efek langsung pada kardiomiosit baik di tingkat inti
sel ( transkripsi gen) atau diluar inti sel (seluler) yang mempengaruhi efek inotropik, kronotropik serta dromotropik jantung
dan efek tidak langsung yang mempengaruhi sistem simpatoadrenergik dan hemodinamik. Hipertiroid berhubungan dengan
peningkatan aktivitas supraventrikular ektopik.Kondisi hipertiroid juga menyebabkan peningkatan kecepatan depolarisasi
sistolik dan repolarisasi diastolik, penurunan durasi potensial aksi dan periode refrakter dari miokardium atrial, begitu pula
periode refraksi atrioventrikular nodus yang memfasilitasi timbulnya atrial fibrilasi.

(J Kardiol Indones. 2011;32:192-8)

Kata kunci: mekanisme, atrial fibrilasi, hipertiroid

Atrial fibrilasi (AF) adalah gangguan irama jantung 21% pasien dengan penyakit Grave mengalami AF
tersering selain sinus takikardi yang terjadi pada dengan perbedaan yang bermakna antara yang berusia
keadaan hipertiroid dan merupakan faktor risiko diatas 40 thn dengan dibawah 40 thn. Kadar TSH yang
independen terhadap kejadian kardiovaskular.1,2 Atrial rendah merupakan faktor risiko independen terhadap
fibrilasi terjadi pada 10-15% pasien hipertiroid dan timbulnya AF. 1
mungkin merupakan masalah utama yang timbul Hubungan yang erat antara kelenjar tiroid dan
pada keadaan tersebut.1 PrevalensiAF meningkat sesuai jantung telah diketahui dengan jelas dalam kaitannya
dengan pertambahan usia. Pada penelitian Agner dkk, dengan hipertiroid. Pengaruh peningkatan sekresi
pasien usia 60 tahun dengan hipertiroid sebanyak 25% hormon tiroid pada fungsi jantung telah diketahui
mengalami AF dibandingkan 5% pada pasien berusia sejak lebih dari 200 tahun yang lalu. Pada tahun
kurang dari 60 tahun. Iwasaki dkk melaporkan bahwa 1785, dokter dari Inggris, C. Parry menyatakan untuk
pertamakali adanya hubungan antara pembengkakan
area tiroid dengan gagal jantung. Saat itu digambarkan
8 kasus, semua wanita, dengan pembesaran kelenjar
tiroid, denyut jantung yang cepat dan palpitasi dimana
Alamat Korespondensi:
Dr. dr. Yoga Yuniadi, SpJP. Departemen Kardiologi dan Kedoteran
4 kasus didapatkan pembesaran jantung.
Vaskular FKUI, dan Pusat Jantung Nasional Harapan Kita, Jakarta. Data lain, dokter dari Irlandia, R. Graves,
Email: yogayun@yahoo.com melaporkan adanya 4 kasus palpitasi pada wanita

Jurnal Kardiologi Indonesia • Vol. 32, No. 3 • Juli - September 2011 193
Jurnal Kardiologi Indonesia

dengan tirotoksikosis. Pada dekade terakhir, banyak Di dalam sel miosit jantung, T3 akan masuk
dilakukan obeservasi klinik yang berhubungan dengan kedalam inti sel dan terikat dengan reseptor inti,
efek hormon yang berlebihan pada kardiovaskular kemudian kompleks ini akan berikatan lagi dengan
seperti aritmia, perubahan kontraktilitas jantung dan thyroid hormone reseptor elemen pada gen target.
vasodilatasi perifer.3 Kombinasi ini akan meningkatkan transkripsi dari
beberapa protein struktural dan regulator pada
Efek Seluler Hormon Tiroid pada Jantung jantung(tabel1).4,6
Reticulum sarcoplasma calcium-activated ATP-ase
Kelenjar tiroid menghasilkan tiroksin (T 4) dan (SERCA) berperan pada kecepatan pengambilan
triiodotiroksin (T 3) yang distimulasi oleh Tiroid kembali kalsium ke dalam lumen Retikulum
Stimulating Hormon(TSH) yang berasal dari hipo­ Endoplasma (RE) saat diastolik, yang merupakan
talamus. Terdapat mekanisme umpan balik negatif, penentu utama kecepatan relaksasi miokardium
yaitu apabila kadarT3 dan T4 dalam darah rendah, setelah kontraksi, sedang transport aktif kalsium ke
produksi TSH meningkat sebaliknya bila kadar dalam lumen SERCA diatur oleh fosfolamban. 4,6
hormon tersebut tinggi, produksi TSH menurun.2 Produksi dari protein SERCA dan fosfolamban diatur
Bentuk terbanyak hormon tiroid dalam darah adalah oleh kerja T3 melalui perubahan pada transkripsi gen.
T4 dengan perbandingan 20 :1. Tiroksin akan diubah Tingkat ekspresi fosfolamban mempengaruhi kerja
ke dalam bentuk aktif T3( 3-4 kali lebih kuat daripada SERCA; makin tinggi ekspresinya makin rendah
T4) dengan proses deiodinasi di hati, ginjal dan otot aktivitas SERCA.
rangka.2,4 dan hanya T3 yang diketahui masuk ke dalam Triiodotiroksin cenderung meningkatkan
miosit jantung.2 Jantung merupakan target organ kecepatan relaksasi diastolikakibat efek pompa
utama kerja hormon tiroid dan kondisi hipotiroid kalsium-ATP-ase dari reticulum sarkoplasma (SERCA)
atau hipertiroid akan menimbulkan perubahan yang yang lebih efisien, Hal ini disebabkan T3 menginduksi
bermakna pada fungsi jantung. peningkatan kadar coding mRNA untuk protein
Perubahan kadar hormon tiroid, dalam hal ini kalsium ATP-ase retikulum sarkoplasma, yang akan
T3, mempengaruhi kerja jantung melalui beberapa meningkatkan jumlah unit pompa kalsium ATP-ase
jalan1,3,5 yaitu (1) efek langsung pada kardiomiosit pada retikulum sarkoplasma. 3 Jadi semakin besar
yaitu pada inti sel mempengaruhi ekspresi gen penurunan konsentrasi kalsium sitoplasma pada akhir
jantung dengan meningkatkan atau menekan proses diastolik akan meningkatkan aliran ion kalsium saat
transkripsi dan coding dari protein spesifik pada sistolik, yang akan meningkatkan kemampuan aktivasi
miosit; dan diluar inti sel (extra nuclear) dengan unit tropo-miosin. Berdasarkan hal ini, diketahui
mempengaruhi transport asam amino, glukosa dan bahwa hormon tiroid meningkatkan ekspresi SERCA
kalsium melalui membran sel; (2) efek tidak langsung dan menurunkan ekspresi fosfolamban yang akan
dengan mempengaruhi sensitivitas dari sistem mempercepat relaksasi miokardium.Pada penelitian
simpatoadrenergik dan mengganggu hemodinamik hewan, tikus transgenik dengan fosfolamban yang
di perifer akibat peningkatan pengisian jantung dan sangat rendah di dapatkan kontraktilitas jantung yang
modifikasi dari kontraksi jantung. meningkat. Hal ini menjelaskan peran fosfolamban

Tabel 1. Regulasi Kode Gen Protein Jantung oleh Hormon Tiroid


Regulasi Positif Regulasi Negatif
α-Myosin heavy chain β- Myosin heavy chain
Sarcoplasmic reticulum Ca2+-ATPase Phospholamban
β2 Adrenergik reseptors Adenylyl cyclase
Guanine nucleotida-regulatory protein Triiodothyronine nuclear receptors α1
NA+/K+-ATPase Na+ Ca+2 exchanger
Voltage gated potassium channels
(Kv 1.5, Kv 4.2, Kv 4.3)
Dikutip dari kepustakaan no 4 dan 6.

194 Jurnal Kardiologi Indonesia • Vol. 32, No. 3 • Juli - September 2011
Dewi dkk: Mekanisme Atrial Fibrilasi pada Hipertiroid

dalam perubahan kontraktilitas dan menerangkan Hormon tiroid mempengaruhi keadaan diluar
mengapa terjadi peningkatan fungsi diastolik pada inti sel. Efek ekstra nuclear mempengaruhi terutama
pasien dengan hipertiroid.4 transport asam amino, gula dan kalsium melalui
Pada hipertiroid didapatkan peningkatan membran sel. Triiodotiroksin mengganggu kerja
denyut jantung, tekanan nadi yang melebar dan sejumlah kanal ion dalam membran sel secara langsung
peningkatan curah jantung yang menyerupai keadaan (termasuk Na, K dan Ca) yang akan mempengaruhi
aktivitas adrenergic yang meningkat walaupun kadar inotropik dan kronotropik jantung.5,6 Hormon tiroid
katekolamin dalam darah normal bahkan turun.4,6 mempengaruhi pembentukan impuls listrik (efek
Yang menarik, kenyataan bahwa proses kerja hormon kronotropik) dan konduksi (efek dromotropik).
tiroid sebagian diperantarai oleh aktivasi dari jalur Triiodotiroksin meningkatkan depolarisasi sistolik dan
kinase intrasel yang juga termasuk dalam transduksi kecepatan repolarisasi diastolik serta menurunkan lama
sinyal dari stimulus adrenergik dapat membantu potensial aksi dan periode refraksi dari miokardium
menjelaskan fungsi analogi antara efek kardiovaskular atrium begitu juga dengan periode refrakter di AV-
dari hormon tiroid dengan yang diperantarai sistem node.3
adrenergik. Jadi, walaupun sebagian besar manifestasi Pada penelitian in vitro, T3 menurunkan durasi
kardiovaskular berhubungan dengan hipertiroid dan fase repolarisasi potensial aksi membran sel dan
hipotiroid menyerupai keadaan akibat peningkatan meningkatkan kecepatan repolarisasi diastolik dan pada
dan penurunan aktivitas adrenergik, sensitivitas sistem akhirnya kecepatan kontraksi. Mekanisme bagaimana
kardiovaskular terhadap stimulasi adrenergik tidak T3 menginduksi perubahan elektrofisiologi sebagian
terganggu. Stimulasi terhadap reseptor-adrenergik berhubungan dengan efek pada densitas pompa natrium
menyebabkan peningkatan second messenger, c-AMP dan peningkatan permeabilitas natrium dan kalium.
yang akan mengakselerasi depolarisasi diastolik dan Efek pada denyut jantung diperantarai peningkatan
meningkatkan denyut jantung.4 aliran ion di pacu jantung pada SA node yang berkaitan
Beberapa transporter ion membran plasma seperti dengan T3. Saluran kalsium tipe L -1, yang berperan
Na+/K+-ATPase, Na+/Ca exchanger dan beberapa pada fungsi pacu jantung meningkat oleh T3.
voltaged-gated potassium channel (Kv.1.5,Kv4.2,Kv4.3)
juga diatur oleh hormon tiroid baik di tingkat Efek Hormon Tiroid terhadap Kelistrikan
transkripsi ataupun post transkripsi yang akan Jantung
mengatur respon elektrokimia dan mekanik otot
miokardium.6 Aktivitas pacu jantung spontan meningkat pada
inkubasi kardiomiosit vena pulmonalis dengan hormon
tiroid, demikian pula pada sel nodus sinoatrial. Juga
terjadi peningkatan delayed after depolarization(DAD)
dan early after depolarisation(EAD) baik pada sel yang
kontraktil ataupun tidak. Dan diduga hormontiroid
menginduksi terjadinya paroksismal AF melalui
peningkatan aktivitas pacu jantung spontan atau
automatisasi pada vena pulmonalis.3
Beberapa gejala dan tanda dari pasien hipertiroid
menunjukkan kelainan sistem saraf otonom. Gangguan
pada persarafan vagal dan simpatik dapat mem­
pengaruhi terbentuknya aritmia. Meskipun diduga
terdapat aktivitas adrenergik yang tinggi dan vagal
yang rendah pada tirotoksikosis namun konsentrasi
katekolamin darah memperlihatkan hasil yang normal
bahkan rendah. Untuk menjelaskan hal yang bertolak
belakang ini, terdapat dugaan bahwa hormon tiroid
dan katekolamin memberikan efek yang sama karena
kesamaan dari strukturnya. Peningkatan sensitivitas
Gambar 1. Kerja triiodotiroksin pada miosit jantung6 jaringan terhadap katekolamin akibat peningkatan

Jurnal Kardiologi Indonesia • Vol. 32, No. 3 • Juli - September 2011 195
Jurnal Kardiologi Indonesia

adrenoreseptor dan penurunan aktivitas parasimpatik tiroid pada aliran ion dalam miosit atrial berperan
juga merupakan kemungkinan.2 dalam terbentuknya AF. Mekanisme yang diduga
Variabilitas denyut jantung juga merupakan alat terjadi diantaranya adalah perubahan karakteristik
noninvasif yang berguna dalam mendeteksi aktivitas elektrofisiologi pada miosit atrial yang ditandai
otonom pada nodus sinoatrial. Satu penelitian dengan pemendekan masa potensial aksi,1 akselerasi
mendapatkan pasien dengan tirotoksikosis setelah dari repolarisasi atrial,8 penurunan masa refrakter dari
pemberian antitiroid, aktivitas parasimpatis kembali atrial,9 peningkatan aktivitas ektopik supraventrikel9
normal. Sebaliknya penelitian lain menemukan bahwa peningkatan otomatisasi dan trigger activity pada miosit
aktivitas vagal tidak terganggu pada pasien dengan vena pulmonalis.10
hipertiroid.1
Mekanisme AF pada hipertiroid
Mekanisme Atrial Fibrilasi
Beberapa penelitian memperlihatkan hormon tiroid
Mekanisme terjadinya AF dipengaruhi berbagai faktor. akan memperpendek masa potensial aksi baik pada
Diantaranya bahwa AF dipicu oleh aktivitas listrik sel miosit di atrium ataupun ventrikel.11 Hipertiroid
spontan yang berasal dari vena pulmonalis (90%), berhubungan dengan peningkatan aktivitas supra­
vena cava superior (4%), vena cava inferior dan sinus ventrikular ektopik pada pasien dengan jantung
koronarius, dan dipertahankan oleh substrat tertentu. yang normal.2,9 Wustmann dkk, menilai aktivitas
Diketahui pula bahwa dilatasi atrium, adanya jaringan depolarisasi supraventrikel abnormal sebagai nilai
fibrosis, jaringan parut dan remodeling listrik di dasar dan difollow up setelah kadar TSH kembali
miokardium berperan pula sebagai substrat untuk normal. Depolarisasi supraventrikel premature yang
terjadinya AF. Dalam beberapa situasi, mekanisme abnormal, jumlah episode supraventrikel takikardi
picu, stimulasi simpatis dan vagal juga berperan pada menurun secara secara bermakna setelah normalisasi
inisiasi dan menetapnya AF.7 nilai TSH.9
Menurut konsep lama, AF terjadi akibat gelombang Denyut jantung dipengaruhi oleh T 3 yang
re-entrant multipel yang bergerak secara acak melalui meningkatkan depolarisasi sistolik dan repolarisasi
atrium. Re-entrant diawali dengan penurunan periode diastolik, menurunkan durasi potensial aksi dan
refrakter atrial, konduksi yang lambat dan peningkatan periode refrakter dari miokardium atrial, begitu pula
massa jaringan jantung. Saat ini didapatkan bahwa periode refraksi atrioventrikular nodus. Triiodotiroksin
takiaritmia atrial termasuk AF, mengubah susunan menginduksi perubahan elektrofisiologi sebagian
kelistrikan atrium yang akan mengawali sirkuit akibat efek densitas pompa natrium dan peningkatan
reentrant multiple AF.1,3 permeabilitas Na-K.2,12 Ekspresi saluran ion kalsium
Remodeling listrik ini meliputi berbagai perubahan tipe L yang berperan penting pada fungsi pacu jantung
diantaranya ekspresi gen saluran ion sarkolemma, juga meningkat.2
ukuran dan isi sel, dan perubahan koneksin yang Pada studi in vitro ditemukan bahwa T3 menurun­
merangkai aliran listrik sel. Perubahan ion yang kan durasi fase repolarisasi potensial aksi membran
paling penting adalah penurunan aliran Ca2+ tipe dan meningkatkan kecepatan repolarisasi diastolik
L. Akibat dari modifikasi tersebut terjadi penurunan dan kecepatan kontraksi. 2 Mekanisme re-entrant
periode refrakter atrial dan kemungkinan bersama sudah dinyatakan sebagai salah satu mekanisme
dengan konduksi atrial pada jalur heterogen spasial utama timbulnya AF.13 Gelombang sirkuit multipel
(derajat variasi perubahan pada lokasi yang berbeda, yang timbul diatrium dapat mengganggu irama
peningkatan heterogenitas kelistrikan dan fibrilasi) sinus normal dan menimbulkan irama fibrilasi. 13
yang menyiapkan substrat untuk sirkuit re-entrant yang Berdasarkan konsep panjang gelombang, AF akan
multipel dan memfasilitasikembali inisiasi AF.3 terjadi bila periode refraktori efektif memendek dan
konduksi berjalan lambat.2
Hipertiroid berhubungan dengan pemendekan
Hipertiroid durasi potensial aksi, dimana hal ini menentukan
periode refrakter sehingga berperan pada kemungkinan
Hipertiroid adalah kondisi klinik yang berhubungan timbulnya re-entrant. Telah dilaporkan bahwa struktur
dengan peningkatan insiden AF dan efek hormon yang berperan pada elektrofisiologi repolarisasi tidaklah

196 Jurnal Kardiologi Indonesia • Vol. 32, No. 3 • Juli - September 2011
Dewi dkk: Mekanisme Atrial Fibrilasi pada Hipertiroid

sama antara kedua atrium. Li dkk menemukan bahwa SA. Hal ini menyebabkan peningkatan automatisasi
densitas rectifier current (IKr) yang lebih tinggi pada dan berperan pada terbentuknya aritmia pada vena
atrium kiri miosit berperan pada periode refrakter pulmonalis dalam kondisi hipertiroid. Penelitian
efektif dan durasi potensial aksi yang lebih pendek sebelumnya pada manusia juga memperlihatkan bahwa
pada atrium kiri canine.7,14 Dari beberapa penelitian aktivitas tersebut mendasari aktivitas aritmogenik pada
didapatkan perubahan ekspresi mRNA berbagai vena pulmonalis.10
saluran ion baik di atrium maupun di ventrikel Hormon tiroid menginduksi terjadinya after­
pada kondisi hipertiroid.2 Didapatkan peningkatan depolarisasi yang terlambat DAD pada sel miosit
dari aliran ultrarapid delayed rectifier potassium pada yang kontraktil ataupun tidak, begitu pula insiden
hipertiroid dibandingkan miosit dengan eutiroid, EAD. Aliran ion kedalam yang transien diduga
dimana aliran keluar kalium transien tidak berubah. berperan penting pada terjadinya DAD. Pada
Aliran kalsium tipe L juga menurun. Triiodotiroksin penelitian oleh Chen dkk, baik kardiomiosit vena
meningkatkan aliran kalsium keluar dan menurunkan pulmonalis yang kontraktil atau tidak memiliki
aliran ke dalam yang menimbulkan pemendekan aliran transien ion kalsium dan kalium kedalam sel
durasi potensial aksi.15 yang lebih tinggi setelah diinkubasi dengan hormon
Terdapat perbedaan respon ekspresi gen saluran tiroid, yang mendasari tingginya insiden DAD.10 Dari
kalium voltage gated terhadap T 3 pada atrium penemuan tersebut di duga bahwa hormon tiroid
dan ventrikel jantung tikus dewasa.15 Pemendekan dapat menginduksi terjadinya paroksismal AF melalui
durasi potensial aksi pada atrium hipertiroid yang peningkatan aktivitas picu pada vena pulmonalis.
menggambarkan periode refrakter efektif yang Hormontiroid hanya memiliki sedikit efek picu pada
memendek dapat memfasilitasi terjadinya re-entrant. sel atrium yang menunjukkan bahwa sel ini memiliki
Berbeda dengan perbedaan durasi potensial aksi yang respons yang berbeda.2,10
normal terjadi untuk sinkronisasi kontraksi atriumdan
ventrikel (akibat secara fisiologis irama sinus berasal Perbedaan seluler yang potensial antara
dari atrium kanan), beda durasi potensial aksi yang atrium dan ventrikel
berkurang akan menimbulkan penjalaran aktivitas
ektopik yang berasal dari atrium kiri ke seluruh atrium. Perbedaan prevalensi aritmia yang timbul pada
Jadi mungkin saja terbatasnya durasi potensial aksi atrium dan ventrikel mungkin diakibatkan perbedaan
akan memfasilitasi terbentuknya aktivitas ireguler pada sensitivitas jaringan tersebut terhadap hormon
kondisi hipertiroid dan memberikan substrat untuk tiroid. Golf dkk menemukan adrenoreceptor binding
terjadinya aritmia atrium seperti atrial fibrilasi.2 capacity pada atrium kanan 2 kali lebih banyak
Beberapa penelitian menyebutkan bahwa vena daripada ventrikel kiri. Penemuan ini sesuaidengan
pulmonalis merupakan sumber denyut ektopik penting penelitian lain pada hewan yang menemukan turn
yang menginisiasi terjadinya paroksismal AF atau focus over noradrenalin lebih tinggi pada atrium daripada
takikardi ektopik.10 Penelitian menggunakan kardio­ ventrikel kiri.Jaringan jantung diketahui mengandung
miosit vena pulmonalis kelinci memperlihatkan bahwa adrenoreseptor α1 dan α2. Stiles dkk menemukan
hormon tiroid memperpendekdurasi potensial aksi sekitar 26% reseptor α2 berada di atrium kanan
yang menurunkan interval refrakter dan memfasilitasi sedang ventrikel kiri hanya 12%. Efek hormon tiroid
terrbentuknya sirkuit reentrant.10 Penelitian sebelum­ pada reseptor ini akan mempengaruhi pembentukan
nya memperlihatkan bahwa eksitasi re-entrant dan penjalaran impuls serta aritmogenesis. Ekspresi
merupakan mekanisme yang mendasari mekanisme saluran Kalium voltage gated (terutama Kv1.5) 30%
terjadinya irama frekuensi tinggi yang ireguler lebih tinggi di atrium dibanding dengan ventrikel.16
pada jaringan vena pulmonalis yang intak. 10 Jadi
kemungkinan fasilitasi terjadinya sirkuit re-entrant
akan meningkatkan aktivitas aritmogenik pada vena Kesimpulan
pulmonalis dan berperan pada tingginya insiden
takiaritmia atrial pada hipertiroid. Jantung merupakan target utama kerja hormon tiroid
Inkubasi vena pulmonalis dengan hormon tiroid dan perubahan fungsi yang terjadi terutama diinduksi
meningkatkan aktivitas spontan dari kardiomiosit oleh triiodotiroroksin (T3) melalui efek langsung
vena pulmonalis sama dengan efeknya pada nodus atupun tidak langsung pada sel jantung. Efek langsung

Jurnal Kardiologi Indonesia • Vol. 32, No. 3 • Juli - September 2011 197
Jurnal Kardiologi Indonesia

melalui mekanisme nuclear, yang berhubungan dengan In :Handbook of Cardiac Electrophysiology. Informa UK Ltd.
transkripsi gen jantung yang responsive terhadap T3 2007; 3-12.
danekstra nuclear yang berhubungan dengan transport 8. Bosch R, Nattel S. Cellular electrophysiology of atrial fibrillation.
glukosa, asam amino aliran ion pada membrane sel 2002;54: 259-269.
yang dibutuhkan untuk kontraksi. 9. Wustmann K, Kucera JP, Zanchi A, Burow A, Stuber T,
Triiodotiroroksin yang tinggi pada hipertiroid Chappuis B, Diem P, Delacretaz E: Activation of Electrical
akan mempercepat relaksasi diatolik, sehingga terjadi Triggers of Atrial Fibrillation in Hyperthyroidism. J Clin
pemendekan lama potensial aksi yang berperan pada Endocrinol Metab 2008, 93:2104-2108
terjadinya AF. Atrial fibrilasi akan timbul bila periode 10. Chen YC, Chen SA, Chen YJ, Chang MS, Chan P, Lin CI:
refrakter efektif memendek dan konduksi melambat. Effects of thyroid hormone on the arrhythmogenic activity
Namun bagaimana gen ini secara spesifik terlibat dalam of pulmonary vein cardiomyocytes. J Am Coll Cardiol 2002,
predisposisi miokard terhadap aritmogenesis masih 39:366-372.
belum diketahui secara pasti. Hal ini butuh penelitian 11. Sun Zq, Ojamas K,Coetze WA. Effect of Thyroid hormone on
lebih lanjut. action potential and repolarization in rat ventricular myocytes.
Am J Physiol 2000;27:302-7
12. Kim D, Smith TW. Effect of thyroid hormone on sodium
Daftar pustaka pump sites, sodium content, and contractile response to cardiac
glycosides in cultured chick ventricular cells. J Clin Invest
1. Jayaprasad N, Francis J. Atrial Fibrillation and Hyperthyroidism. 1984,74:1481-1488.
Indian Pacing and Electrophysiology Jour:2005;305-11 13. Nattel S: New ideas about atrial fibrillation 50 years .Nature
2. Dabrowa AB, Mikhailidis DP, Rysz J, Banach M. The 2002, 415:219-226.
mechanisms of atrial fibrillation in hyperthyroidism : Thyroid 14. Li D, Zhang L, Kneller J, Nattel S: Potential ionic mechanism for
Research; 2009/1756-6614-2-4 repolarization differences between canine right and left atrium.
3. Kahaly GJ, Dillmann WH. Thyroid hormone action in the Circ Res 2001, 88:1168-1175.
heart. Endocrine Review :2005;704-728 15. Hu Y, Jones SV, Dillmann WH: Effects of hyperthyroidism on
4. Klein I, Danzi S. Thyroid disease and the heart. Circ delayed rectifier potassium currents in left and right murine
2007;116:1725-35 atrium. Am J Physiol Heart Circ Physiol 2005, 289:1448-1455.
5. Fazio S, Palmieri EA, Lombardi G, Biondi B. Effects of Thyroid 16. Panagolis C, Halapas C, Halapas A, Chariatis E, Driva P,
Hormone on the Cardiovascular System Matsakas E. Hyperthyroidism and the heart. Hellenic J Cardiol
6. Klein I, Ojamaa K. Thyroid hormone and the cardiovascular 2008;49:169-175
system. N Eng J Med 2001;344 : 501-507. 17. Khairy P, Nattel S. New insight into the mechanism and
7. Kanj M, Saliba W. Basic arrhythmia physiology and mechanism. management of atrial fibrillation.CMAJ 2002;167: 1012-30

198 Jurnal Kardiologi Indonesia • Vol. 32, No. 3 • Juli - September 2011

Anda mungkin juga menyukai