Anda di halaman 1dari 16

Hubungan Paritas dengan Kejadian Hiperemesis Gravidarum padaIbu

Hamil Trimester Satu di Puskesmas Dinoyo


1. Manfaat
a. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk mengembangkan
dan menambah pengetahun yang telah ada tentang hubungan paritas
dengan kejadian Hiperemesis Gravidarum serta dapat dijadikan sebagai
dasar untuk penelitian selanjutnya.
b. Manfaat Praktis
1) Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dalam
ilmu dan pengetahuan serta sebagai media untuk menerapkan ilmu
yang telah didapatkan selama perkuliahan khususnya dalam bidang
Ante Natal Care(ANC).
2) Bagi Masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai pengetahuan
dan dapat menambah wawasan ibu hamil mengenai
ketidaknyamanan yang terjadi pada kehamilan khususnya
Hiperemesis Gravidarum.
3) Bagi Lahan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai bahan
tambahan informasi untuk peningkatan pengetahuan atau referensi
bacaan, serta bahan penyuluhan kelas hamil di wilayah kerja lahan
penelitian.
4) Bagi Institusi
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai bahan kajian
dan referensi bagi mahasiswa Kebidanan Poltekkes Kemenkes
Malang dalam kegiatan belajar mengajar khususnya mata kuliah
Asuhan Kebidanan Kehamilan atau Ante Natal Care (ANC).
2. Konsep Teori

Definisi

Emesis gravidarum adalah gejala yang wajar atau sering terdapat


pada kehamilan trimester pertama.Mual biasanya terjadi pada pagi hari,
tetapi ada yang timbul setiap saat dan malam hari.Gejala-gajala ini
biasanya terjadi 6 minggu setelah hari pertama haid terahir dan
berlangsung kurang lebih 10 minggu (Manuaba, 2010). Hiperemesis
gravidarum adalah keluhan mual dan muntah hebat lebih dari 10 kali
sehari dalam masa kehamilan yang dapat menyebabkan kekurangan cairan,
penurunan berat badan, atau gangguan elektrolit, sehingga menganggu
aktivitas sehari-hari dan membahayakan janin dalam kandungan. Mual dan
muntah berlebihan yang terjadi pada wanita hamil sehingga menyebabkan
terjadinya ketidakseimbangan kadar elektrolit, penurunan berat badan
(lebih dari 5% berat badan awal), dehidrasi, ketosis, dan kekurangan
nutrisi. Hal tersebut mulai terjadi pada minggu keempat sampai kesepuluh
kehamilan dan selanjutnya akan membaik pada usia kehamilan 20 minggu,
namun pada beberapa kasus dapat terus berlanjut sampai pada kehamilan
tahap berikutnya (Runiari, 2010).
Sebagian besar emesis gravidarum (mual muntah) saat hamil dapat
diatasi karena merupakan fisiologis pada trimestester 1. Akan
tetapi,sebagian kecil wanita hamil tidak dapat mengatasi mual muntah
yang berekelanjutan sehingga mengganggu kehidupan sehari-hari
(Manuaba.2010). Sehingga hiperemesis gravidarum adalah emesis
gravidarum yang berlebihan sehingga menimbulkan gejala klinis serta
menggangu kehidupan sehari-hari (Manuaba.2010).

Etiologi

Mual dan muntah disebabkan oleh kombinasi hormon estrogen


dan progesteron, walaupun belum diketahui secara pasti dan hormon
human chorionic gonadotropin juga berperan dalam menimbulkan mual
dan muntah, menurunnya tekanan sfingter esofageal bagian bawah,
meningkatnya tekanan interagastik, menurunnya kompetensi sfinger pilori
dan kegagalan mengeluarkan asam lambung. Konstipasi tersebut
disebakan oleh efek hormon progesteron yang menyebabkan relaksasi otot
polos dan peningkatan waktu transit dari lambung dan usus dapat
meningkat absorbsi cairan. Kelainan gastrointestinal tersebut bisa timbul
pada saat kehamilan atau oleh kelainan yang sebelumnya sudah ada dan
akan bertambah berat sewaktu hamil. Memahami adanya keluhan dan
kondisi tersebut sangat bermanfaat untuk dapat memberikan perawatan
yang sebaik-baiknya.Perubahan-perubahan fisiologik atau patologik
umumnya tidak berbahaya dan dapat ditangani dengan mudah melalui
penjelasan pada pasien serta pemberian obat-obatan yang relatif
ringan.(Prawirohardjo.2010). Penyebab dari kejadian hiperemesis
gravidarum belum dikeahui dengan pasti penyebabnya.tidak ada bukti
bahwa penyakit ini disebabkan oleh faktor toksik; juga tidak ditemukan
kelainan biokimia. Perubahan anatomik pada otak, jantung, hati, dan
susunan saraf, disebabkan oleh kekurangan vitamin serta zat inasisi.

Patofisiologi

Ada yang menyatakan bahwa, perasaan mual adalah akibat dari


meningkatnya kadar estrogen, oleh karena keluhan ini terjadi pada
trimester pertama. Pengaruh fisiologik hormon estrogen ini tidak jelas,
mungkin berasal dari sitem saraf atau berkurangnya pengosongan
lambung.Penyesuaian terjadi pada kebanyakan wanita hamil, meskipun
demikian mual mntah dapat berlangsung berbulan-bulan
(Prawiroharjo.2010).
Hiperemesis gravidarum yang merupakan komplikasi mual dan
muntah pada hamil muda, bila terjadi terus menerus dapat menyebabkan
dehidrasi dan tidak imbangnya eletrolit dan alkalosis hipoklemik.Belum
jelas mengapa gejala-gejala hanya terjadi pada sebagian kecil wanita
(Prawiroharjo.2010).
Kekurangan intake dan kehilangan cairan karena muntah
menyebabkan dehidrasi, sehingga cairan ekstraseluler dan plasma
berkurang.Natrium dan klorida dalam darah maupun dalam urine turun,
selain itu dehidrasi menyebabkan hemokonsentrasi sehingga menyebabkan
aliran darah ke jaringan berkurang.Kekurangan kalium sebagai akibat dari
muntah dan bertambahnya ekskresi lewat ginjal berakibat frekuensi
muntah bertambah banyak, sehingga dapat merusak hati. (Runiari.2010)
Pencernaan serta absorpsi karbohidrat dan nutrisi lain yang tidak
adekuat mengakibatkan tubuh membakar lemak untuk mempertahankan
panas dan energi tubuh. Jika tidak ada karbohidrat maka lemak digunakan
untuk menghasilkan energi, akibatnya beberapa hasil pembakaran dari
metabolisme lemak terdapat dalam darah dan urin (terdapat atau kelebihan
keton dalam urin) (Runiari.2010).

Faktor Risiko

beberapa faktor yang terdikemukakan dalam Prawiroharjo (2010) sebagai


berikut;
a. Sering terjadi pada primigravida, mola hidatidosa, dan kehamilan
ganda
1) Sering terjadi pada primigravida dikarenakan faktor adaptasi dan
hormonal yang menyebbkan primigravida beresiko terhadap
hiperemesis gravidarum. Karena sebagian kecil primigravida
belum beradapyasi terhadap hormon estrogen dan gonadotropin
korionik.
2) Sering terjadi pada mola hidatidosa karena pada mola hidatidosa
jumlah hormon HCG yang dikeluarkan terlalu tinggi sehingga
menyebabkan hiperemesis gravidarum (Manuaba.2010).
3) Pada kehamilan ganda dugaan pada keadaan tersebut hormon
korionik gonadropin dibentuk berlebihan.
b. Riwayat memiliki hiperemesis grvidarum pada kehamilan sebelum.
Riwayat keturunan juga memperngaruhi terjadi Hiperemesis
gravidarum (Grooter, I.J.2015)
c. Masuknya vili korialis dalam sirkulasi maternal dan perubahan
metabolik akibat hamil serta resistensi yang menurun dari pihak ibu
d. Alergi sebagai salah satu respon jaringan ibu terhadap anak
e. Faktor psikologik memegng peranan penting pada penyakit ini, rumah
tangga yang terganggu, kehilangan pekerjaan, takut terhadap
kehamilan dan persalinan, takut akan tanggung jawab sebagai ibu,
dapat menyebabkan konflik mental yang dapat memperberat mual dan
muntah sebagai ekspresi tidak sadar terhadap keengganan menjadi
hamil atau sebagi pelarian kesukaran hidup. Tidak jarang jika
memberikan suasana baru dapat mengurangi frekuensi muntah.

Klasifikasi

Secara klinis, hiperemesis gravidarum dibedakan atas 3 tingkatan, yaitu:


a. Tingkat I
Muntah yang terus-menerus, timbul intoleransi terhadap makanan
dan minuman, berat badan menurun, nyeri didaerah epigastrium, berat
badan menurun, kulit dehidrasi tonusnya lemah, Nadi meningkat
sampai 100 kali per menit dan tekanan darah menurun. Mata cekung
dan lidah kering (Manuaba.2010)
b. Tingkat II
Gejala lebih berat, penderita tampak lebih lemah,berat badan
makin menurun, mata ikterik, gejala kemokonsentrasi makin tampak;
urin berkurang, badan aseton dalam urin meningkat. Terjadinya
gangguan buang air besar, mulai tampak ganggguan kesadaran
menjadi apatis, nafas bebrbau aseton.Haus hebat, nadi cepat dan lebih
dari 100-140 kali per menit, tekanan darah sistolik kurang dari 80
mmHg (Manuaba.2010)
c. Tingkat III
Walaupun kondisi tingkat III sangat jarang, yang mulai terjadi
adalah gangguan kesadaran (delirium-koma), muntah berkurang atau
berhenti tetapi dapat terjadi gangguan faal hati terjadi dengan
manifestasi ikterus , nadi meningkat tekanan darah turun, suhu naik,
gangguan kesadaran dalam bentuk somnolen sampai koma,
komplikasi sistem saraf pusat (enselopati Wernicke ); nigtagmus-
perubahan arah bola mata, diplopia- gambar tampak ganda, perubahan
mental (Manuaba.2010).

Tanda dan Gejala

Gejala klinis biasanya tidak spesifik dan sangat penting untuk


membedakan dengan penyebab mual dan muntah lainnya.Termasuk
didalamnya ulserasi peptic, hepatitis, pankreatitis, penyakit tiroid,
obstruksi gastrointestinal dan adrenocortical insufficiency.gejala yang
dimulai pada kehamilan diatas 10 minggu adalah tipe dari mual dan
muntah dalam kehamilan dan setelah menyingkirkan penyakit-penyakit
diatas (Manuaba.2010).
Gejala mual dan muntah dalam kehamilan hanya memiliki sedikit
gejala pendukung selain pasien merasa lelah. Pirexia, sakit perut, sakit
kepala atau tanda neurologi lainnya biasanya mengarah ke penyebab lain,
meskipun dalam kasus yang jarang mengarah pada mual muntah yang
lama (Manuaba.2010)
Gejala lain yang sering dijumpai adalah nausea, muntah,
penurunan berat badan, hipersalivasi, tanda-tanda dehidrasi termasuk
hipotensi postural dan takikardi (Manuaba.2010).

Penatalaksanaan

Pengobatan yang baik pada emesis gravidarum dapat mencegah


hiperemesis gravidarum.Dalam keadaan muntah berlebihan dan dehidrasi
ringan ibu yang mengalami emesis gravidarum sebaiknya dirawat
sehingga dapat mencegah hiperemesis gravidarum.Menurut Manuaba
(2010) adalah sebagai berikut ;
a. Hiperemesis GravidarumTingkat I
1) KIE kepada ibu tentang menghindari makanan berlemak,
berminyak, asam dan makanan lain pemicu mual muntah
2) Nasihat dietmakanan diberikan dalam bentuk kering, pemberian
cairan disesuaikan dengan keadaan ibu, yaitu 7-10 gelas per hari,
makanan mudah dicerna, tidak merangsang saluran pencernaan dan
diberikan sering dalam porsi kecil, bila makan pagi dan siang sulit
diterima, pemberian dioptimalkan pada makan malam dan selingan
malam, makanan secara berangsur ditingkatkan dalam porsi dan
nilai gizi sesuai dengan keadaan dan kebutuhan gizi, dianjurkan
makan dengan porsi kecil, tetapi lebih sering.Menganjurkan ibu
untuk banyak minum air putih atau jus agar tidak dehidrasi serta
meghindari minuman yang mengandung kafein dan karbonat
seperti kopi dan minuman yang bersoda
3) Beri nasihat ibu banyak istirahat dan mengeurangi aktivitas
4) Nasihat kontrol antenatal (pemeriksaan hamil lebih sering, segera
datang bila terjadi keadaan abnormal).
b.Hiperemesis Gravidarum tingkat II
1) Tugas Mandiri
a) KIE pada ibu dan keluarga jika kondisi ibu diperlukan
perawatan lebih lanjut untuk perawatan di rumah sakit
b) Pantau keadaaan umum dan tanda vital ibu
c) Pantau output dan input cairan
d) Persiapkan rujukan dan rujuk bagi ibu
2) Tugas Kolaborasi
a) Isolasi dan pengobatan psikologis
Dengan melakukan isolasi diruangan sudah dapat meringankan
wanita hamil karena perubahan suasana dari lingkungan rumah
tangga.Petugas dapat meberikan komunikasi dan edukasi
tentang masalah berkaitan dengan kehamilan.
b) Pemberian cairan pengganti
Dalam keadaan darurat diberikan cairan pengganti sehingga
keadaan dehidrasi dapat diatasi. Cairan pengganti yang
diberikan adalah glukosa 5-10% denga keuntungan dapat
menganti cairan yang hilang dan berfungsi sebagai sumber
energi, sehingga terjadi perubahan metabolisme dari lemak
menjadi protein menjadi pemecahan glukosa. Dalam cairan
dapat ditambahkan vitamin C, B kompleks atau klium yang
diperlukan untuk kelancaran metabolisme.
Selama pemberian cairan harus mendapat perhatian tentnag
keseimbangan cairan yang masuk dan keluar melalui kateter,
nadi, tekanan darah, suhu, dan pernafasn.Lancarnya
pengeluaran urin memberikan petunjuk bahwa keadaan wanita
hamil berangsur-angsur membaik.
c) Pemberian obat
Dalam memberikan obat untuk hiperemesis
gravidarumsebaiknya berkonsultasi dengan dokter, sehingga
dapat dipilih obat yang tidak bersifat teratogenik (dapat
menyebabkan kelainan kongenital pada bayi). Komponen
susunan obat yang diberikan adalah;
(1) Sedatif ringan (fenobarbital [luminal] 30 mg, Valium)
(2) Antialergi (Antihistamin, Dramamin, Avomin)
(3) Obat anti mual dan muntah (Mediamer B6, Emetrole,
stimetil, Avopreg)
(4) Vitamin (terutama vitamin B kompleks, Vitamin C)
c. Hiperemesis Gravidarum Tingkat III
1) Tugas Mandiri
a) Memantau TTV ibu
b) Memantau output dan input cairan
2) Tugas Kolaborasi
a) Pemberian cairan pengganti
Dalam keadaan darurat diberikan cairan pengganti sehingga
keadaan dehidrasi dapat diatasi. Cairan pengganti yang
diberikan adalah glukosa 5-10% denga keuntungan dapat
menganti cairan yang hilang dan berfungsi sebagai sumber
energi, sehingga terjadi perubahan metabolisme dari lemak
menjadi protein menjadi pemecahan glukosa. Dalam cairan
dapat ditambahkan vitamin C, B kompleks atau klium yang
diperlukan untuk kelancaran metabolisme.
b) Pemberian Obat per IV dengan pendelagasian dari dokter
c) Pertimbangan Menghentikan kehamilan
Pada beberapa kasus pengobatan hiperemesis gravidarum
tidak berhasil malah terjadi kemunduran dan keadaan makin
menurun sehingga diperlukan pertimbangan untuk melakukan
gugur kandungan. Keadaan yang memerlukan pertimbangan
gugur kandungan diantaranya;
(1) Gangguan kejiwaan (delirium, apatis, somnolen sampai
koma, terjadi gangguan jiwa enselopati wernicke)
(2) Gangguan pengelihatan (perdarahan retina, kemunduran
pengelihatan)
(3) Ganggual faal (hati dalam bentuk ikterus, ginjal dalam
bentuk anuria, antung dan pembulu darah terjad nadi
meningkat, tekanan darah menurun)

Dengan memrhatikan keadaan tersebut, gugur kandung daat


dipertimbangkan pada hiperemesis gravidarum

Komplikasi
a. Maternal
Dampak yang ditimbulkan, ibu akan kekurangan nutrisi dan cairan
sehingga keadaan fisik ibu menjadi lemah dan lelah dapat pula
mengakibatkan gangguan asam basa, pneumonia aspirasi, robekan
mukosa pada hubungan gastroesofagi yang menyebabkan peredaran
ruptur esofagus, kerusakan hepar, dan kerusakan ginjal (Ai
Yeyeh,dkk.2010).
b. Fetal
1). Kemungkinan bayi mangalami BBLR, IUGR, prematur hingga
terjadi abortus (Ai Yeyeh,dkk.2010).
2). Pada kasus-kasus ekstrem, embrio dan janin dapat mati akibat
perubahan metabolik yang menetap (irreversible) (Ai
Yeyeh,dkk.2010).

Prognosis

Sebagian besar emesis gravidarum dapat diatasi dengan berobat


jalan hingga sedikit merlukan pengobatan di rumah sakit.Pengobatan
penderita hiperemesis gravidarum yang dirawat dirumah sakit, hampir
seluruhnya dapat dipulangkan dengan memuaskan, sehingga kehamilan
bisa diteruskan, namun demikian pada tingkatan berat, penyakit ini dapat
mengancam jiwa.Bidan desa atau polindesnya bisa merawat wanita dengan
hiperemesis gravidarum, namun dalam perawatnnya perlu dilakukan
konsultasi dengan dokter.

Sumber:

Ai yeyeh,dkk.2010. Asuhan Kebidanan IV (Patologi Kebidanan) .Jakarta : CV


Trans Infomedia
Grooter, I.J.2015.Barriers and Challenges in Hyperemesis Gravidarum
Research.Amerika : Libertas Academica. Vol 2, No. 8: 33-34
Manuaba, I.B.G. 2010.Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan KB. Jakarta :
EGC
Prawiroharjo,S. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Bina Pustaka Sarwono

Runiari, 2010.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Hiperemesis Gravidarum.


Jakarta: Salemba Medika
3. Kriteria/Subjek Penelitian
a) Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah ibu hamil dengan Hiperemesis
Gravidarum pada trimester satu dengan paritas yang berbeda-beda.
b) Kriteria Eksklusi
Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah:
1) Ibu hamil dengan kehamilan fisiologis
2) Ibu hamil dengan trimester dua atau trimester tiga
3) Ibu hamil dengan ketidaknyamanan selain mual muntah
4) Ibu hamil dengan paritas yang sama

4. Alat Pengumpulan Data


Alat pengumpulan data primer pada penelitian ini menggunakan metode
wawancara mendalam (in deep interview).Sedangkan pengumpulan data sekunder
berasal dari dokumen seperti kohort ibu, buku register, dan buku KIA.

5. Etika Penelitian
a. Informed Consent
Informed Consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan
responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan.Informed
consent tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan
memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden. Tujuan
informed consent adalah agar subjek mengerti maksud dan tujuan
penelitian, mengetahui dampaknya.
b. Tanpa Nama (Anonim)
Masalah etika kebidanan merupakan masalah yang memberikan jaminan
dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak memberikan atau
mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya
menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang
akan disajikan
c. Kerahasiaan (Confidentiality)
Masalah etika dengan memberikan jaminan kerahasiaan hasil penelitian,
baik informasi maupun masalah-masalah lainnya. Semua informasi yang
telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok
data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset.
ISNA

Latar belakang

Kehamilan merupakan urutan kejadian yang normal terdiri

atas pembuahan, implantasi, pertumbuhan embrio, pertumbuhan

janin dan berakhir pada kehamilan bayi. Ketika spermatozoa

bertemu dengan ovum maka dimulailah awal kehamilan, setiap

kehamilan selalu diawali dengan konsepsi yaitu pembuahan ovum

oleh spermatozoa dan nidasi dari hasil konsepsi tesebut (Yongki,

2012)

Mual dan muntah yang ringan umum dan normal terjadi

diawal kehamilan, bila terjadi berlebihan maka dapat

menimbulkan efek patologis seperti hyperemesis gravidarum

(Runiari, 2010). Mual muntah sering kali diabaikan karena

dianggap sebuah konsekuensi normal di awal kehamilan tanpa

mengakui dampak hebat yang ditimbulkannya pada wanita dan

keluarga mereka (Tiran, 2009:1).

Hiperemesis Gravidarum didefinisikan sebagai kejadian

mual dan muntah yang mengakibatkan penurunan berat badan lebih

dari 5%, asupan cairan dan nutrisi abnormal, ketidakseimbangan

elektrolit, dehidrasi, ketonuria serta memiliki konsekuensi yang

merugikan janin. Mual dan muntah merupakan gangguan yang

paling sering ditemui pada kehamilan tremister I, yaitu pada

minggu 1 sampai minggu ke 12 selama masa kehamilan. Hampir


10% klien hyperemesis gravidarum ditemukan gejala menetap

selama kehamilan (Runiari, 2010).

Menurut WHO pada tahun 2015 sebanyak 303.000

perempuan meninggal selama dan setelah kehamilan dan

persalinan. Sekitar 830 wanita meninggal akibat komplikasi

kehmilan atau melahirkan terkait diseluruh dunia setiap hari,

sebanyak 99% kematian ibu akibat masalah persalinan atau

kelahiran terjadi di Negara-negara berkembang. Rasio kematian ibu

per 100.000 kelahiran bayi hidup jika dibandingkan dengan rasio

kematian ibu di 12 negara maju dan 51 negara persemakmuran

(WHO, 2015).

Sekitar 60-80 % primigravida dan 40-60% multigravida

mengalami mual dan muntah, namun gejala ini menjadi lebih berat

hanya pada 1 dari 1.000 kehamilan (Mansjoer, 2009).

Berdasarkan masalah diatas, peneliti tertarik untuk

mengetahui lebih lanjut mengenai hubungan paritas dengan

kejadian hiperemesis gravidarum pada ibu hamil trimester I

khususnya di wilayah kerja Puskesmas Dinoyo Kota Malang.

Hipotesis

Hi ada hubungan antara paritas dengan kejadian

hiperemesis gravidarum pada ibu hamil, maka hipotesis ini dapat

diperjelas menjadi “Semakin sedikit paritas semakin tinggi angka

kejadian hiperemesis”
Ho tidak ada hubungan antara paritas dengan kejadian

hiperemesis gravidarum pada ibu hamil

Desain penelitian

Desain penelitian ini menggunakan analitik korelasional

dengan pendekatan

Variabel

Variabel independen: paritas

Variabel dependen: hiperemesis grvidarum

Metode pengumpulan data

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan metode

pengumpulan data berupa wawancara (interview) yaitu dengan

melakukan tanya jawab langsung antara pewawancara dengan

responden dan dokumentasi yaitu kegiatan mencari data atau

variabel dari sumber.

Daftar pustaka

Tiran, Denise. (2009). Mual dan Muntah Kehamilan. Jakarta: EGC.

Sulistyaningsih.2011. Metodologi Penelitian Kebidanan, Kuantitatif & Kualitatif.


Edisi Pertama, Yogyakarta : Graha Ilmu niari, Nengah. 2010. Asuhan
Keperawatan pada Klien dengan Hiperemesis
Gravidarum.Jakarta: Salemba Medika

Yongki dan Judha, Mohamad dan Rodiyah dan Sudarti.2012. Asuhan

Pertumbuhan Kehamilan, Persalinan, Neonates, Bayi dan Balita. Yogyakarta:

Nuha Medika
Runiari, Nengah. 2010. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Hyperemesis

Gravidarum: Penerapan Konsep dan Teori Keperawatan. Jakarta: Salemba

Medika

Mansjoer, arif., 2009. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 2. Edisi ke 3. Jakarta :


FK
UI press.pp78-88.

WHO, 2015. Reduction of maternal


mortality. A Joint WHO/ UNFPA/
UNICEF/ world bank statement,
Geneva.

Anda mungkin juga menyukai