00 Karet PDF
00 Karet PDF
AGRIBISNIS KARET
SAMBUTAN
MENTERI PERTANIAN
ii iii
TIM PENYUSUN RINGKASAN EKSEKUTIF
Penanggung jawab : Dr. Achmad Suryana
Kepala Badan Litbang Pertanian Karet merupakan salah satu komoditi perkebunan penting, baik
sebagai sumber pendapatan, kesempatan kerja dan devisa, pendorong
Ketua : Dr. Ir. Didiek Hadjar Goenadi, M.Sc., APU pertumbuhan ekonomi sentra-sentra baru di wilayah sekitar
Direktur Eksekutif LRPI perkebunan karet maupun pelestarian lingkungan dan sumberdaya
hayati. Namun sebagai negara dengan luas areal terbesar dan produksi
Anggota : Dr. Ir. Muhammad Supriadi kedua terbesar dunia, Indonesia masih menghadapi beberapa kendala,
Dr. Ir. Gede Wibawa yaitu rendahnya produktivitas, terutama karet rakyat yang merupakan
Ir. Prayogo U. Hadi, MEc. mayoritas (91%) areal karet nasional dan ragam produk olahan yang
masih terbatas, yang didominasi oleh karet remah (crumb rubber).
Rendahnya produktivitas kebun karet rakyat disebabkan oleh
banyaknya areal tua, rusak dan tidak produktif, penggunaan bibit
bukan klon unggul serta kondisi kebun yang menyerupai hutan. Oleh
karena itu perlu upaya percepatan peremajaan karet rakyat dan
pengembangan industri hilir.
Kondisi agribisnis karet saat ini menunjukkan bahwa karet
dikelola oleh rakyat, perkebunan negara dan perkebunan swasta.
Pertumbuhan karet rakyat masih positif walaupun lambat yaitu
1,58%/tahun, sedangkan areal perkebunan negara dan swasta sama-
sama menurun 0,15%/th. Oleh karena itu, tumpuan pengembangan
karet akan lebih banyak pada perkebunan rakyat. Namun luas areal
Badan Litbang Pertanian kebun rakyat yang tua, rusak dan tidak produktif mencapai sekitar 400
Jl. Ragunan No. 29 Pasarminggu ribu hektar yang memerlukan peremajaan. Persoalannya adalah bahwa
Jakarta Selatan 12540 belum ada sumber dana yang tersedia untuk peremajaan. Di tingkat
Telp. : (021) 7806202 hilir, jumlah pabrik pengolahan karet sudah cukup, namun selama lima
Faks. : (021) 7800644 tahun mendatang diperkirakan akan diperlukan investasi baru dalam
Em@il : kabadan@litbang.deptan.go.id industri pengolahan, baik untuk menghasilkan crumb rubber maupun
produk-produk karet lainnya karena produksi bahan baku karet akan
Lembaga Riset Perkebunan Indonesia meningkat. Kayu karet sebenarnya mempunyai potensi untuk
Jl. Salak No.1A, Bogor, 16151 dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan furniture tetapi belum
Jawa Barat optimal, sehingga diperlukan upaya pemanfaatan lebih lanjut.
Telp. : (0251) 333382 Agribisnis karet alam di masa datang akan mempunyai prospek
Faks. : (0251) 315985 yang makin cerah karena adanya kesadaran akan kelestarian
Em@il : ipardboo@indo.net.id lingkungan dan sumberdaya alam, kecenderungan penggunaan green
iv v
tyres, meningkatnya industri polimer pengguna karet serta makin operasional yang dikembangkan adalah : (a) Peningkatan kualitas
langka sumber-sumber minyak bumi dan makin mahalnya harga bokar berdasarkan SNI; (b) Peningkatan efisiensi pemasaran untuk
minyak bumi sebagai bahan pembuatan karet sintetis. Pada tahun meningkatkan marjin harga petani; (c) Penyediaan kredit usaha mikro,
2002, jumlah konsumsi karet dunia lebih tinggi dari produksi. Indonesia kecil dan menengah untuk peremajaan, pengolahan dan pemasaran
akan mempunyai peluang untuk menjadi produsen terbesar dunia bersama; (d) Pengembangan infrastruktur; (e) Peningkatan nilai
karena negara pesaing utama seperti Thailand dan Malaysia makin tambah melalui pengembangan industri hilir; dan (f) Peningkatan
kekurangan lahan dan makin sulit mendapatkan tenaga kerja yang pendapatan petani melalui perbaikan sistem pemasaran dan lain-lain.
murah sehingga keunggulan komparatif dan kompetitif Indonesia akan Kebutuhan investasi untuk peremajaan selama 2005-2009 untuk
makin baik. Kayu karet juga akan mempunyai prospek yang baik seluas 336.000 ha adalah sekitar Rp 2,41 trilyun, sedangkan selama
sebagai sumber kayu menggantikan sumber kayu asal hutan. Arah 2005-2025 untuk seluas 1,2 juta ha adalah Rp 8,62 trilyun. Kebutuhan
pengembangan karet ke depan lebih diwarnai oleh kandungan IPTEK dana untuk investasi pada pabrik karet remah dengan kapasitas 70
dan kapital yang makin tinggi agar lebih kompetitif. ton/hari adalah Rp 25,6 milyar, namun belum perlu segera
Tujuan pengembangan karet ke depan adalah mempercepat penambahan pabrik baru. Untuk kayu karet, diperlukan dana sekitar
peremajaan karet rakyat dengan menggunakan klon unggul, Rp 2,12 milyar untuk menghasilkan treated sawn timber dengan
mengembangkan industri hilir untuk meningkatkan nilai tambah, dan kapasitas 20m3/hari.
meningkatkan pendapatan petani. Sasaran jangka panjang (2025) Kebijakan yang diperlukan untuk percepatan investasi adalah :
adalah: (a) Produksi karet mencapai 3,5-4 juta ton yang 25% di (a) Penciptaan iklim investasi yang makin kondusif seperti pemberian
antaranya untuk industri dalam negeri; (b) Produktivitas meningkat kemudahan dalam proses perijinan, pembebasan pajak (tax holiday)
menjadi 1.200-1.500 kg/ha/th dan hasil kayu minimal 300 selama tanaman atau pabrik belum berproduksi, pemberian
m3/ha/siklus; (c) Penggunaan klon unggul (85%); (d) Pendapatan rangsangan kepada pengusaha untuk menghasilkan end product
petani menjadi US$ 2.000/KK/th dengan tingkat harga 80% dari harga bernilai tambah tinggi yang non-ban, yang prospek pasarnya di dalam
FOB; dan (e) Berkembangnya industri hilir berbasis karet. Sasaran negeri cerah, adanya kepastian hukum dan keamanan baik untuk
jangka menengah (2005-2009) adalah: (a) Produksi karet mencapai usaha maupun lahan bagi perkebunan, dan penghapusan berbagai
2,3 juta ton yang 10% di antaranya untuk industri dalam negeri; (b) pungutan dan beban yang memberatkan iklim usaha; (b)
Produktivitas meningkat menjadi 800 kg/ha/th dan hasil kayu minimal Pengembangan sarana dan prasarana berupa jalan, jembatan,
300 m3/ha/siklus; (c) Penggunaan klon unggul (55%); (d) Pendapatan pelabuhan, alat transportasi, komunikasi, dan sumber energi (tenaga
petani menjadi US$ 1.500/KK/th dengan tingkat harga 75% dari harga listrik); (c) Penyediaan dana dengan menghidupkan kembali pungutan
FOB; dan (e) Berkembangnya industri hilir berbasis karet di sentra- dari hasil produksi/ekspor karet (semacam CESS) yang sangat
sentra produksi karet. diperlukan untuk membiayai pengembangan industri hilir, peremajaan,
Kebijakan operasional di tingkat on farm yang diperlukan bagi promosi dan peningkatan kapasitas SDM karet; (d) Pengembangan
pengembangan agribisnis karet adalah : (a) Penggunaan klon unggul sistem kemitraan antara petani dan perusahaan, misalnya dengan pola
dengan produktivitas tinggi (3.000 kg/ha/th); (b) Percepatan pere- ”PIR Plus”, dimana petani tetap memiliki kebun beserta pohon
majaan karet tua seluas 400 ribu ha sampai dengan 2009 dan 1,2 juta karetnya, dan ikut sebagai pemegang saham perusahaan yang
ha sampai dengan 2025; (c) Diversifikasi usahatani karet dengan menjadi mitranya.
tanaman pangan sebagai tanaman sela dan ternak; dan
(d) Peningkatan efisiensi usahatani. Di tingkat off farm kebijakan
vi vii
DAFTAR ISI
Halaman
Sambutan Menteri Pertanian ............................................. i
Kata Pengantar............................................................... iii
Tim Penyusun ................................................................ iv
Ringkasan Eksekutif......................................................... v
Daftar Isi .................................................................... viii
I. PENDAHULUAN........................................................ 1
II. KONDISI AGRIBISNIS KARET SAAT INI ......................... 3
A. Agribisnis Primer dan Hulu ................................... 3
B. Agribisnis Hilir ................................................... 6
C. Perdagangan dan Harga ...................................... 9
D. Infrastruktur, Kelembagaan dan Kebijakan Pemerintah 12
III. POTENSI, PROSPEK, DAN ARAH PENGEMBANGAN ........... 14
A. Prospek Agribisnis Karet ...................................... 14
B. Potensi Pengembangan Agribisnis Karet ................... 18
C. Arah Pengembangan .......................................... 21
IV. TUJUAN DAN SASARAN ............................................. 22
A. Tujuan ............................................................. 22
B. Sasaran ........................................................... 22
V. KEBIJAKAN, STRATEGI DAN PROGRAM ......................... 24
A. Kebijakan Pengembangan Agribisnis berbasis Karet .... 24
B. Strategi............................................................ 27
C. Program ........................................................... 28
VI. KEBUTUHAN INVESTASI .............................................. 33
VII. DUKUNGAN KEBIJAKAN .............................................. 35
LAMPIRAN .................................................................. 37
viii