47 175 1 PB PDF
47 175 1 PB PDF
ABSTRAK
Nilai keterampilan RJP pada mahasiswa Si Keperawatan di Yogyakarta secara umum masih dibawah dari
standar yang diharapkan, hal ini mengakibatkan kepercayaan diri mereka rendah ketika harus melakukan
tindakan RJP baik di rumah sakit maupun di luar rumah sakit. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa
perbedaan nilai kompresi dada dan ventilasi pada pelatihan RJP dengan 3 metode umpan balik yang
berbeda.Penelitian Experimental, randomized pretest-posttest design, dengan membandingkan hasil nilai
kompresi dan ventilasi dari tiga kelompok yang mendapatkan intervensi. Sampel diambil secara random,
dibagi dalam tiga kelompok. Kelompok 1 adalah kelompok mahasiswa yang mengikuti pelatihan RJP yang
mendapatkan demonstrasi skill dengan umpan balik instruktur. Kelompok 2 dengan umpan balik
audiovisual.Kelompok ke 3 dengan kombinasi keduanya.Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua nilai
baik kompresi dada maupun volume ventilasi tidak ada perbedaan yang signifikan. Rerata kedalaman
kompresi dada dengan α 0,097, Rerata kecepatan dengan α0,064, Untuk komponen ventilasi (rerata
volume ventilasi) dengan capaian nilai α 0,106.Kesimpulan penelitian ini adalah tidak terdapat perbedaan
nilai kompresi dan ventilasi RJP pada ketiga metode pembelajaran. Yang berarti ketiga metode sama-sama
bisa dipakai sebagai metode pembelajaran keterampilan RJP khususnya pada pendidikan S1 Keperawatan
di Yogyakarta.
Kata Kunci : Kompresi dada, Ventilasi, Resusitasi Jantung Paru, Umpan balik.
Abstract
The value of CPR skills on Undergraduet Nursing students in Yogyakarta are generally still below the
standards expected, this resulted in low self-esteem when they have to perform CPR both in hospital and
out of hospital. This study aimed to analyze the differences in the value of chest compression and ventilation
in CPR training with three different feedback method. Experimental research, randomized pretest-posttest
design, by comparing the results of the compression and ventilation of the three groups who received the
intervention. Samples were taken randomly divided into three groups. Group 1 is the group of students who
received CPR training demonstration of skill with the instructor feedback. Group 2 with audiovisual
feedback.To group 3 with a combination. The results showed that all value both chest compressions and
ventilation volumes no significant difference. The mean chest compression depth with α 0.097, the average
speed of the α 0.064, For ventilation (mean volume ventilation) with the achievements of the value of α
0.106. It is concluded that there are no differences in the value of the compression and ventilation CPR at all
three methods. Which means that all three methods together can be used as a method of learning CPR skills
especially in education Undergradute Nursing Program in Yogyakarta.
Keywords: chest compression, ventilation, Cardiac Pulmonary Resuscitation, Feedback.
Jurnal Ilmu Keperawatan, Vol: 3, No. 2, November 2015; Korespondensi : Sutono. Program
Studi Ilmu Keperawatan FK UGM Yogyakarta. Jl. Farmako No. 5 Sekip Utara Yogyakarta, Kode
Pos 55281. .Email : sutono_ugm@ugm.ac.id Telp. (0274) 545674 Fax (0274) 631204
www.jik.ub.ac.id
183
PENDAHULUAN mengikuti pembelajaran tersebut. Dalam
kompetensi dasar pada pendidikan S1
Mahasiswa merupakan bagian dari masyarakat
Keperawatan, mahasiswa harus mampu
dimana turut bertanggung jawab terhadap
melakukan tindakan resusitasi atau bantuan
terhadap permasalahan ini, sehingga Resusitasi
hidup dasar (AIPNI, 2010). Kemampuan
Jantung Paru (RJP) merupakan keterampilan
melakukan RJP juga merupakan kompetensi
yang harus dikuasai oleh mahasiswa. RJP yang
dasar yang harus dimiliki oleh seorang perawat.
berkualitas dapat mengoptimalkan return of
Keterampilan ini juga mendukung kompetensi
spontaneus circulation, tetapi banyak
perawat ahli yaitu melaksanakan prosedur
mahasiswa kedokteran tidak percaya diri dalam
bantuan hidup dasar pada situasi gawat darurat
melakukan prosedur ini (Behrend, 2011).
maupun bencana (PPNI, 2012). Studi
Oermann et al(2011), dalam penelitiannya
pendahuluan yang dilakukan pada bulan Maret
tentang kualitas tindakan RJP pada perawat,
2015 terhadap dokumentasidokumen evaluasi
mendapatkan hasil bahwa kualitas RJP yang
skills khususnya nilai keterampilan RJP selama 5
dilakukan oleh perawat masih buruk walaupun
tahun terakhir (2009 – 2014) di PSIK FK UGM,
mereka sudah mengikuti pelatihan. Hal ini
didapatkan data bahwa 70% mahasiswa
disebabkan karena knowledge dan skills dalam
mendapatkan nilai keterampilan Resusitasi
melakukan RJP, tanpa dilakukan praktek dan
Jantung Paru (RJP) di bawah rata-rata kualitas
pengingatan kembali, maka akan cenderung
RJP yang diharapkan. Pengelola Skill Lab juga
hilang seiring dengan waktu. Hal ini didukung
menegaskan bahwa para dosen pengampu
dengan hasil penelitiannya Husebo et al, (2012)
telah melakukan persamaan persepsi dan
yang mendapatkan data bahwa performa
menggunakan metode demonstrasi skills sesuai
perawat dalam melakukan RJPmasih buruk.
acuan panduan skills lab, namun angka
Perkins et al (2008), mengatakan bahwa
remediasi yang terjadi masih tinggi.Data
knowledge dan skills sangat diperlukan dalam
tentang kepemilikan manikin RJP di masing-
melakukan tindakan RJP, tetapi dalam konteks
masing institusi pendidikan S1 keperawatan di
mahasiswa yang kurang terpapar dalam
Yogyakarta jenis dan merknya juga bervariasi.
peristiwa - peristiwa yang membutuhkan
Dari wawancara dengan pengelola skillslab dan
tindakan tersebut, sering tidak mempunyai
observasi di 7 institusi pendidikan S1 di
kompetensi dalam BLS.Oleh karena itu, penting
Yogyakarta pada bulan Februari – Maret 2015,
untuk memberikan pembelajaran dan
didapatkan data bahwa hanya ada 3 institusi
menemukan metode mengajar yang
pendidikan yang selalu melakukan kaliberasi
mendukung knowledge dan skills tentang RJP
ulang manikin RJP setiap 1 tahun, 2 institusi
pada mereka.
pendidikan didapatkan kondisi manikin yang
Keterampilan RJP merupakan pembelajaran sudah tidak layak fungsi dan tetap dipakai
scientific dan mahasiwa keperawatan wajib untuk praktik mahasiwa, dan 2 institusi
bisa melakukannya, sehingga dibutuhkan menyatakan bahwa mereka tidak pernah
pelatihan (training) dan metode pengajaran melakukan kaliberasi manikin RJP.Hasil
yang baik. Metode dan media pembelajaran wawancara mengenai keberanian untuk
mempunyai andil yang cukup besar dalam melakukan RJP pada 43 mahasiswa profesi PSIK
proses pembelajaran karena dapat FK UGM diperoleh data bahwa hanya 2
menumbuhkan minat mahasiswa untuk mahasiswa yang berani melakukan RJP di dalam
www.jik.ub.ac.id
185
kompresi dada per menit, (c) volume ventilasi, masing-masing kelompok berupa lembar
dan (d) durasi. Setiap responden selesai rekaman skill reporter yang dikumpulkan oleh
melakukan praktik keterampilan RJP, aktifitas instruktur, selanjutnya direkap dalam tabel
mereka direkam dengan printout resume observasi. Data mentah yang telah didapat
capaian hasil kompresi dan ventilasi mereka. selanjutnya dianalisa dikategorikan dalam data
Pengambilan data dilakukan pada mahasiswa S deskriptif yang disajikan dalam tabel distribusi
1 Keperawatan tahap Profesi di Yogyakarta, frekuensi. Sedangkan data multivariat
serta bersedia menjadi responden penelitian dilakukan pengujian antara dua variabel
dengan mengisi informed consent. Responden numeric tersebut dengan menggunakan
yang memenuhi syarat sampel penelitian Wilcoxon. Analisis data kuantitatif
sebanyak 37 responden. Pemberian materi RJP menggunakan metode analisis statistik dengan
untuk penyamaan persepsi dan pengenalan bantuan program SPSS 20. Untuk mengetahui
teori RJP, dan dilanjutkan dengan demonstrasi perbedaan nilai intervensi ketiga kelompok,
RJP dan sesi pemutaran video RJP. Semuanya dianalisis dengan menggunakan analisis uji
dilaksanakan oleh peneliti, pada tanggal 18 alternatif dengan Kruskal Wallis.
September 2015 dan dibantu instruktur yang
terlibat dalam penelitian yang telah HASIL
mempunyai sertifikat nasional untuk Data Karakteristik Partisipan
memberikan pelatihan RJP. Sebelum dilakukan
Tabel 1 : Data partisipan berdasarkan usia
intervensi, responden dibagi dalam 3 kelompok
sebanding, kelompok1 dengan intervensi
demonstrasi dengan umpan balik instruktur,
kelompok 2 dengan demonstrasi menggunakan
umpan balik audiovisual, kelompok ke 3
Sumber : data primer yang diolah
menggunakan umpan balik kombinasi
instruktur- audiovisual . Selanjutnya seluruh Tabel 2 : Data partisipan berdasarkan jenis
anggota kelompok dilakukan pretest. Kemudian kelamin
instruktur memberikan intervensi dengan
melakukan demonstrasi pada ketiga kelompok
tersebut sambil memberikan penjelasan
langkah-langkah dan teknik RJP yang benar.
Responden diminta untuk redemonstrasi
ketrampilan RJP sesuai intervensi masing- Sumber : Data Primer yang diolah
masing kelompok, setiap responden diberi
kesempatan demonstrasi skill RJP 3 kali. Setelah Karakteristik data reponden berdasarkan usia
semua mencoba mempraktekkan, responden menunjukkan usia minimal – maksimal 20 - 26
diminta kembali untuk mempraktekkan tahun, dengan mean 22,78. Berdasarkan jenis
keterampilan RJP yang hasilnya diobservasi kelamin sebagian besar partisipan (67,57%)
dengan check list ketrampilan RJP dan direkam berjenis kelamin perempuan.
dengan skillreporter(posttest).Hasil yang Deskripsi nilai kompresi dada dan ventilasi RJP
didapatkan dari penilaian pretest dan posttest pada mahasiswa S1 Keperawatan tahap profesi
dalam melakukanketerampilan RJP untuk diambil dari data skill reporter yang telah
www.jik.ub.ac.id
187
kompresi dan rerata kecepatan kompresi
menunjukkan adanya perbedaan yang
signifikan pre dan postest. Sedangkan pada nilai
volume ventilasi dan durasi,hasil penelitian ini
sebagaimana pada tabel 4 diatas, menunjukkan
tidak ada perbedaan signifikan sebelum dan
sesudah perlakuan.Metode umpan balik umpan
balik audio visual, baik kompresi dada maupun Sumber : Data primer diolah, 2015
volume ventilasi menghasilkan nilai yang tidak
Berdasarkan hasil pada table 5 selisih nilai
berbeda secara signifikan.Pada metode
pretest – postest diatas menunjukkan bahwa
kombinasi yang selama ini dipakai sebagai
semua nilai baik kompresi dada maupun
model pelatihan yang umum, juga didapatkan
volume ventilasi tidak ada perbedaan yang
data bahwa hanya nilai kompresi dada baik
signifikan. Rerata kedalaman kompresi dada
kedalaman kompresi maupun kecepatan
dengan signifikansi 0,097, Rerata kecepatan
kompresi dada yang ada perbedaan signifikan,
dengan signifikansi 0,064, Untuk komponen
sedangkan nilai volume ventilasi dan durasi
ventilasi (rerata volume ventilasi) dengan nilai
didapatkan hasil tidak signifikan. Kesimpulan
signifikansi 0,106, Sedangkan durasi (lama
sementara yang dapat diambil dari data
waktu) yang dipakai untuk RJP selama 5 siklus
tersebut adalah metode umpan balik instruktur
dengan angka signifikansi sebesar 0,965.
signifikan di kompresi dada, metode umpan
Dengan demikian dari tabel diatas dapat
balik audio visual tidak ada beda yang signifikan
disimpulkan bahwa semua nilai kompresi dada
dan metode kombinasi hanya nilai kompresi
dan volume ventilasi pada RJP dengan umpan
dada yang signifikan. Data perbedaan pre –
balik umpan balik instruktur, umpan balik audio
postest pada ventilasi dan durasi RJP pada
visual dan kombinasi keduanya tidak terdapat
ketiga metode semuanya tidak signifikan.
perbedaan yang signifikan.
Perbedaan Nilai Kompresi dan Ventilasi
PEMBAHASAN
antara ketiga kelompok intervensi
Perbedaan Nilai Kompresi dan Ventilasi RJP
Untuk mengetahui perbedaan nilai dari ketiga
sebelum dan setelah mendapatkan pelatihan.
kelompok yaitu umpan balik instruktur, umpan
balik audiovisual, dan umpan balik kombinasi Rerata Kedalaman Kompresi Dada
keduanya, dipakai Uji Kruskal Wallis, dengan Berdasarkan hasil analisis menunjukkan tidak
membandingkan delta pretest – postest dengan menunjukkan perbedaan yang signifikan
nilai standar kualitas kedalaman kompresi dada tentang nilai kompresi dada Resusitasi Jantung
dan kecepatan kompresi dada pada item Paru (RJP) mahasiswa S1 Keperawatan tahap
kompresi dada, serta nilai standar kualitas pada profesi sebelum dan setelah mendapatkan
volume ventilasi masing-masing kelompok pelatihan baik yang menggunakan umpan balik
intervensi. Berikut adalah hasil uji kruskal instruktur, umpan balik audio-visual maupun
Wallis pada ketiga kelompok. kombinasi keduanya. Data dari komponen
Tabel 5: Selisih Nilai Pretest – Postest kompresi dada yang terdapat perbedaan yang
Kompresi dada danVentilasi pada ketiga signifikan ada pada umpan balik instruktur dan
kelompok intervensi kombinasi. Sedangkan pada umpan balik
www.jik.ub.ac.id
189
dada, harus dilakukan penggantian pelaku kecepatan kompresi dada sedikitnya 100 kali
kompresi setiap 2 menit RJP. per menit. AHA mengikuti rekomendasi CoSTR,
dan ERC menetapkan batas atas yaitu 100-120
Rerata Kecepatan Kompresi Kada kali per menit. Penelitian Idris, et al (2012) dan
Hasil rerata nilai pada kecepatan kompresi Handley (2013), mendapatkan hasil bahwa
dada, menarik untuk dicermati. Pada umpan Return Of Spontaneous Circulation (ROSC) dari
balik instruktur ada perubahan dari 145,58 kompresi dada akan meningkat jika dilakukan
x/mnt menjadi 125,58 x mnt, pada umpan balik pada kecepatan sekitar 125 kali per menit,
audiovisual dari 133,26 x/mnt menjadi 127 tetapi akan menurun jika kecepatannya lebih
x/mnt dan pada kombinasi 144,54 x.mnt dari 125 kali per menit (Idris, et al., 2012;
menjadi 132,91 x/mnt. Perbedaan dari pretest Handley, 2013). Menurut Vadeboncoeur et al.
ke postest yang signifikan hanya pada umpan (2014), kecepatan kompresi dada 113.9 ± 18.1
balik instruktur dan kombinasi, Bila dilihat dari kali per menit dapat meningkatan harapan
nilai, baik umpan balik instruktur, umpan balik hidup dan perbaikan fungsi tubuh pasien yang
audiovisual dan kombinasi sama-sama masih mengalami henti jantung di luar rumah sakit.
terlalu cepat dari standar kualitas yang Menurut Chenet al. (2015), terdapat hubungan
diharapkan (100 – 120 x/mnt). Peneliti positif antara kedalaman dan ketepatan
mendapatkan fakta bahwa kemampuan penempatan tangan terhadap waktu kejadian
melakukan kompresi dada pada partisipan laki- kelelahan penolong dalam melakukan kompresi
laki sebagian besar bisa mencapai standar dada, dan adanya hubungan negatif antara
kualitas pada item kecepatan dan kedalaman rata-rata kedalaman dan kecepatan kompresi
kompresi dada. Fakta yang lain pada partisipan dada (dalam penelitian ini rata-ratanya 130 kali
perempuan, rerata nilai untuk kecepatan per menit) dibandingkan dengan waktu
kompresi sebagian besar terlalu cepat melebihi kejadian kelelahan.
standar kualitas kecepatan kompresi yang
Hasil nilai pada kecepatan kompresi diatas
artinya sebagian besar pada partisipan ini
memang masih belum bisa mencapai standar
rerata nilai kompresi dibawah nilai standar
kualitas kecepatan kompresi 100 – 120 x /
kualitas. Peneliti berpendapat bahwa ada
menit.Ketiga metode masih didapatkan nilai
hubungan antara kecepatan kompresi dada
diatas 120 x menit. Dilihat dari kecepatan
dengan kedalaman kompresi dada.Semakin
kompresi diatas standar kualitas (lebih dari 120
cepat kompresi dada dilakukan maka
x/mnt) ini, dan dilihat dari durasi waktu yang
kedalaman kompresi semakin berkurang. Hal
digunakan yang rerata mencapai waktu tempuh
ini sesuai dengan penelitian dari Handley et.al
5 siklus selama sekitar 2 menit, maka ada cukup
(2013) yang menyatakan bahwa sisi negatif dari
banyak waktu yang terbuang (pause). Padahal
peningkatan kecepatan kompresi dada yaitu
rekomendasi dari Andrew et al (2010), pause
kedalaman kompresi akan menurun dan tingkat
dilakukan tidak lebih dari 10 detik selama
kelelahan penolong akan meningkat.
periode pause saat pemberian ventilasi, saat
Menurut International Consensus on cek nadi, atau saat tindakan defibrilasi. Penulis
Cardiopulmonary Resuscitation and Emergency berpendapat bahwa untuk meningkatkan
Cardiovascular Care Science with Treatment kualitas nilai memang diperlukan peningkatan
Recommendations / CoSTR (2010), patokan baik secara kualitas teknik melakukan kompresi
www.jik.ub.ac.id
191
terhadap nadi karotis pasien dengan jeda ke vascular (IV line) serta pemindahan pasien
/pause tidak lebih dari 10 detik. Hasil penelitian ke ambulan. Kelelahan pada penolong
mendapatkan data bahwa untuk ketiga menyebabkan kompresi yang dilakukan akan
metode, baik pretest maupun postest, tidak berubah atau tidak dilakukan sesuai dengan
didapatkan perbedaan yang signifikan dengan aturan. Hal ini lah yang menyebabkan
nilai mendekati standar kualitas yaitu 120 detik terjadinya interupsi saat melakukan CPR.
(2menit). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa rerata
Rekomendasi dari AHA (2010) tentang “High durasi yang dilakukan mendekati standar
Quality CPR”, salah satu komponennya adalah kualitas yang diharapkan yaitu 2 menit, tetapi
“minimize interruption”. Rekomendasi ini bila dilihat dari rerata kecepatan kompresi yang
bertujuan untuk optimalisasi kompresi dada masih diatas 120 kali permenit, itu
karena interupsi yang panjang akan menunjukkan kepada kita bahwa masih ada
menurunkan kemungkinan ROSC. Steven et al. waktu interupsi yang dilakukan oleh partisipan
(2013), dalam refiew literaturnya berpendapat yang melebihi ketentuan. Untuk mengatasi hal
bahwa saat CPR dilakukan dengan kualitas ini memang diperlukan pembiasaan atau
rendah, terdapat interupsi, atau terlambat pengulangan-pengulangan yang dilakukan
dilakukan CPR maka dapat menimbulkan No secara kontinu sehingga akhirnya menjadi pola
Flow Time (NFT). NFT merupakan keadaan kinerja.
dimana Cardiac Output (CO) tidak tercapai, hal
Perbedaan Nilai antara Metode Umpan Balik
ini berhubungan dengan the return of
Umpan balik Instruktur, Umpan balik Audio
spontaneous circulation (ROSC) yang
visual dan Kombinasi keduanya.
selanjutnya berkaitan dengan coronary
perfusion pressure (CPP). Ketika CPR yang Hasil analisis uji Kruskal Wallis menunjukkan
dilakukan kurang berkualitas atau terdapat bahwa secara umum tidak terdapat perbedaan
interupsi saat melakukan CPR maka CPP hanya yang signifikan terhadap keterampilan
akan mencapai <15 mmHg dan akan terus Resusitasi Jantung Paru (RJP) mahasiswa S1
menurun. Dampak selanjutnya adalah ROSC Keperawatan tahap profesi setelah
tidak tercapai maksimal, selain itu juga perfusi mendapatkan pelatihan dengan umpan balik
ke otak juga menurun.Interupsi saat CPR instruktur, dengan umpan balik audio visual,
berkaitan juga dengan human behavior. dan dengan kombinasi keduanya. Tetapi bila
Pelaksanaan tugas dalam team yang kurang dilihat dari nilai masing-masing item khususnya
baik dapat menimbulkan interupsi saat CPR untuk kompresi dada, seperti yang telah
contohnya jika penolong telalu berfokus pada diuraikan diatas, terdapat perbaikan nilai dari
pelaksanaan tugas sekunder seperti memasang pretest ke postest, sedangkan untuk komponen
defibrillator maka proses kompresi akan ventilasi, memang tidak banyak perbedaan nilai
terhambat.. Beberapa hal lainnya yang dari pretest ke postest. Peneliti berpendapat
menyebabkan interupsi meliputi kelelahan bahwa hasil ini bisa dipengaruhi oleh sedikitnya
penolong atau pergantian penolong, jumlah sampel penelitian sehingga secara
melakukan ventilasi, melakukan airway statistik tidak tampak perbedaan yang
maintenance, penggunaan alat bantu CPR, signifikan.
Pengecekan nadi, penghentian karena pre dan Hasil penelitian ini tidak beda dengan
post penggunaan defibrillator, Melalukan akses penelitian Sutton, et.al (2011) yang
www.jik.ub.ac.id
193
teori dari Dale (1969), bahwa semakin banyak sebagaimana teori dari Dale (1969), bahwa
panca indera seseorang dioptimalkan untuk semakin banyak media dan metode yang
menerima informasi dari luar maka, semakin dipakan dalam proses pembelajaran maka
luas persepsi orang tersebut terhadap internalisasi obyek belajar akan semakin tinggi
informasi yang diterima yang akan yang akan menghasilkan retensi objek yang
menghasilkan pergeseran persepsi dari abstrak dipelajari baik secara kualitas maupun kuantitas
menjadi semakin konkrit. Peneliti berpendapat dari objek pembelajaran. Faktor afektif berupa
bahwa kedua metode pelatihan dengan kecemasan, grogi saat demonstrasi, kurang
menggunakan umpan balik instruktur dan percaya diri, malu juga mempengaruhi hasil
umpan balik audiovisual masih tetap bisa keterampilan (George & Doto, 2001), pada
dipakai sebagai metode pembelajaran keterampilan RJP. Dalam hal ini faktor campur
ketramumpan balik instrukturlan RJP tangan instruktur sangat diperlukan untuk
khususnya di institusi pendidikan S1 mengatasinya. Metode yang menggunakan
Keperawatan serta lembaga-lembaga pelatihan kombinasi, dengan panduan yang lebih lengkap
RJP. sehingga meningkatkan kepercayaan diri saat
demonstrasi, hal inilah yang ikut berpengaruh
George & Doto. (2001), mengatakan bahwa ada
terhadap hasil dimana metode kombinasi
5 faktor yang mempengaruhi hasil dari
meskipun secara statistik tidak berbeda, tetapi
pelatihan psikomotor yaitu : (a) kemampuan
dari rerata nilai,hasilnya sedikit lebih baik dari
peserta didik, (b) demonstrasi tidak adekuat,
metode umpan balik instruktur dan yang hanya
(3) umpan balik tidak tepat (4) faktor afektif, (5)
umpan balik audio visual saja.
persepsi peserta. Kemampuan peserta didik
dalam penelitian ini sangat beragam karena Dalam pelatihan RJP, sebagaimana pendapat
responden berasal dari 7 institusi pendidikan dari George & Doto. (2001) peran instruktur
yang berbeda. Hal ini terkait dengan masih sangat dominan karena keberadaan
kemampuan kognitif dari masing-masing manikin hanya sebagai sarana untuk
responden yang akan mendasari pola berfikir demonstrasi skill. Dapat dikatakan bahwa baik
mereka dalam menganalisa dan buruknya kemampuan peserta akan sangat
menginternalisasi umpan balik yang diberikan. dipengaruhi oleh kemampuan instruktur.
Sedangkan untuk demonstrasi yang dilakukan Instruktur harus menguasai baik sekuensi /tata
oleh instruktur di ketiga metode juga bisa urutan serta kualitas teknik RJP. Oleh karena
berpengaruh terhadap serapan skill dari itu, standarisasi instruktur merupakan syarat
responden. Pada penelitian ini, memang tidak mutlak untuk menghindari mispersepsi peserta
didapatkan perbedaan yang signifikan antar pelatihan, serta kualitas output pelatihan.
ketiga metode, tetapi bila dilihat dari Fenomena yang ada saat ini adalah banyaknya
perubahan rerata nilai kompresi dada dari lembaga-lembaga pelatihan termasuk institusi
pretest ke postest, maka metode kombinasi pendidikan yang belum memperhatikan
menunjukkan perubahan yang lebih baik dari kualitas dari instruktur ini, sehingga yang terjadi
kedua metode yang lain. Ini menunjukkan adalah penurunan kualitas pelatihan itu sendiri.
bahwa umpan balik instruktur dengan didukung Mahasiswa S1 Keperawatan khususnya di
dengan umpan balik baik visual maupun audio Yogyakarta, sebenarnya telah dibekali konsep
akan melengkapi serapan skill partisipan tentang resusitasi jantung paru di kelas selama
sehingga mencapai hasil yang lebih optimal mereka dalam tahap akademik. Resusitasi
www.jik.ub.ac.id
195
Trial. JAMA Pediatr. 2015;169(2):137- Kirkbright S, Finn J, Jacobs I, Sprivulis P,
144. doi:10.1001/jamapediatrics..2616 Thompson P. (2013) The relationship
between quality of cardiopulmonary
Dale, E. (1969). Audio-visual Methods in
resuscitation performed by healthcare
Teaching. New York: Dryden Press.
professionalsand patient survival
Day, T., Iles, N., & Griffiths, P. (2009). Effect of following cardiac arrest: a systematic
performance feedback on tracheal review of randomisedand non-
suctioning knowledge and skills: randomised trials. PROSPERO:
Randomized controlled trial. Journal of International Prospective Register
Advanced Nursing, 65(7), 1423–1431. ofSystematic Reviews;.
Dine CJ, Gersh RE, Leary M, Riegel BJ, Bellini CRD42012003064.25
LM, Abella BS. (2008) Improving car- Krasteva V, Jekova I, and Didon J.An audiovisual
diopulmonary resuscitation quality and feedback device for compression depth,
resuscitation training by rate and complete chest recoil can
combiningaudiovisual feedback and improve the CPR performance of lay
debriefing. Crit Care Med;36:2817–22. persons during self-training on a
George, J. H., & Doto, F. X. (2001). A simple manikin. Physiol. Meas. 32 (2011) 687–
five-step method for teaching clinical 699
skills. Family Medicine, 33(8), 577–578. Kruglikova, I., Grantcharov, T. P., Drewes, A. M.,
Handley, AJ., Handley, SA., Inproving CPR & Funch-Jensen, P. (2010). The impact
performance using an audible ffedback of constructive feedback on training in
system suitablefor incorporation into an gastrointestinal endoscopy using high-
automated external defibrillator. fidelity virtual-reality simulation: A
Resuscitation. 2003; 57:57-62. randomised controlled trial. Gut, 59(2),
181–185.
Husebo, S.E., Friberg F., Soreide E., Rystedt H.,
2012. Instructional Problems in McLennan, S. (2012). CPR policies and the
Briefings: How to Prepare Nursing patient’s best interests. Resuscitation,
Students for Simulation-Based 83(2), 168–170.
Cardiopulmonary Resuscitation Training. doi:10.1016/j.resuscitation.2011.10.007
Clinical Simulation in Nursing, 8(7), Meaney, P. a., Bobrow, B. J., Mancini, M. E.,
pp.e307–e318. Available at: Christenson, J., De Caen, A. R., Bhanji, F.,
http://linkinghub.elsevier.com/retrieve/ Leary, M. (2013). Cardiopulmonary
pii/ S1876139910002008 [Accessed resuscitation quality: Improving cardiac
February 20, 2015]. resuscitation outcomes both inside and
Kem K.B., Stickney R.E., Gallison L., Smith, R.E., outside the hospital: A consensus
2010. Metronome improves statement from the American heart
compression and ventilation rates association. Circulation, 128, 417–435.
during CPR on a manikin in a doi:10.1161/ CIR. 0b013e31829d8654
randomized trial, Resuscitation, Volume Oermann, M.H., Kardong-Edgren, S., Odom-
81, issue 2 : 206-210. Maryon, T., 2010.HeartCode™ BLS with
Steven S. Souchtchenko, John P. Benner, Allen Wachira, B. W., & Tyler, M. D. 2014.
J.L., Brady, J.W.,(2013), A Review of Characterization of in-hospital cardiac
Chest Compression Interruptions During arrest in adult patients at a tertiary
Out-of-Hospital Cardiac Arrest and hospital in Kenya. African Journal of
Strategies for the Future,The Journal of Emergency Medicine, 1–5.
Emergency Medicine. September 2013, doi:10.1016/j.afjem.2014.10.006
Volume 45, Issue 3, Pages 458–466
Yeung J, Perkins G. A (2011).randomised
Sutton RM, Niles D, Meaney PA,. Aplenc R., controlled trial of prompt and feedback
Frech B., Abella B.S., Lengeti EL., Berg devicesand its impact on quality of chest
R.A., Helfaer M.A., Nadkarni V. (2011) compressions in Immediate Life Support
“Booster” training: evaluation of (ILS)training. Resuscitation;82:S11.
www.jik.ub.ac.id
197