Hukum Perdata
Hukum Perdata
Hak kebendaan yang bersifat jaminan akan dibahas secara garis besar karena secara
rincinya akan dibahas dalam hukum jaminan tersendiri.
Segala kebendaan si berutang, baik yang bergerak maupun yang tak bergerak baik yang sudah
ada maupun yang baru aka nada di kemudian hari menjadi tanggungan untuk segala perikatan
perseorangan.
Berdasarkan pasal 1131 tersebut KUHPerdata hanya mengatur dua macam jaminan, yaitu
jaminan terhadap benda bergerak yang disebut gadai dan jaminan benda tidak bergerak yang
disebut hipotik.
Suatu hak yang diperoleh seorang berpiutang atas suatu barang bergerak, yang diserahkan
kepadanya oleh seorang yang berutang atau oleh seorang lain atas namanya, dan yang
memberikan kekuasaan kepada si berpiutang itu untuk mengambil pelunasan dari barang
tersebut secara didahulukan daripada orang-orang berpiutang lainnya, dengan
kekecualian biaya untuk melelang barang tersebut dan biaya yang telah dikeluarkan
untuk menyelamatkannya setelah barang itu digadaikan, biaya-biaya mana harus
didahulukan. Dari pengertian gadai tersebut dapat disimpulkan bahwa gadai mempunyai
cirri-ciri antara lain;
Unsur inbezitstelling ini dinyatakan dalam Pasal 1152 ayat (2) KUHPerdata yang menyebutkan:
Tak sah adalah hak gadai atas segala benda yang dibiarkan tetap dalam kekuasaan ini si berutang
atau si pemberi gadai, ataupun yang kembali atas kemauan si berpiutang.
1. Pemegang gadai berhak menjual benda yang digadaikan atas kekuasaannya sendir
(eigenmachtige verkoop) apabila pemberigadai wanprestasi (Pasal 1155 ayat 1).
2. Pemegang gadai berhak mendapatkan pengembalian ongkos-ongkos untuk
menyelamatkan barang gadaiannya.
3. Pemegang gadai mempunyai hak retensi.
1. Pemegang gadai bertanggung jawab atas hilangnya benda yang digadaikan karena
kelalaiannya (Pasal 1157 ayat(1)).
2. Pemegang gadai tidak boleh memakai barang yang digadaikannya untuk kepentingan
sendiri.
Hapusnya gadai:
3. Hipotik
Pada dasarnya ada persamaan ada persamaan cirri-ciri gadai dan hipotik, tapi ada juga
perbedaannya yaitu:
1. Gadai jaminan terhadap benda bergerak hipotik jaminan benda tak bergerak.
2. Pada gadai ada unsur inbezitstelling pada hipotik tidak ada.
3. Perjanjian gadai dapat secara bebas, boleh lisan, boleh tertulis. Perjanjian hipotik
terikat oleh bentuk tertentu yaitu harus dibuat dengan akte otentik.
4. Perjanjian biasanya hanya satu kali, perjanjian hipotik boleh lebih dari satu kali.
5. Menjual atas kekuasaan sendiri benda gadai diatur dalam undang-undang, dalam
hipotik menjual benda yang dihipotikkan harus dijanjikan terlebih dahulu.
Asas-asas Hipotik
1. Asas publiciteit
Asas ini menyebutkan bawha hipotik harus didaftarkan supaya diketahui umum.
2. Asas specialiteit
Hipotik harus dirinci secara jelas misalnya tanah: luas, letak, batas-batasnya harus jelas
disebutkan.
Isi facultatief ini memuat janji-janji antara pemberi hipotik dan pemegang hipotik.
1. Janji untuk menjual benda atas kekuasaannya sendiri apabila hutang pokoknya tidak
dilunasi (Pasal 1178 ayat 2).
2. Janji tentang sewa
Pemberi hipotik dibatasi dalam kekuasaannya untuk menyewakan benda yang dibebani
tanpa iji pemegang hipotik mengenai cara maupun waktunya (Pasal 1185 ayat 1).
Apabila ada peristiwa yang tidak diduga-duga sebelumya misalnya: kebakaran, banjir
antara pemberi dan pemegang hipotik membuat perjanjian tentang asuransi yang
diberitahukan kepada perusahaan asuransi, supaya perusahaan asuransi terikat dengan
janji tersebut.
Janji ini diberikan kepada semua pemegang hipotik dengan syarat diadakan dalam
penjualan secara sukarela yang dikehendaki oleh pemilik bendanya. Janji untuk tidak
dibersihkan hanya dapat dilakukan oleh pemegang hipotik pertama (Pasl 1210 ayat 2).
Hapusnya Hipotik
Hipotik terhadap benda tak bergerak, khususnya terhadap tanah sudah dihapus dan diganti
dengan hak tanggungan berdasarkan undang-undang No.4 tahun 1996 tentang hak tanggungan.
Fidusia
Pada mulanya lembaga jaminan Fidusia ini untuk menutupi kesulitan lembaga jamian gadai,
karena dalam gadai benda yang digadaikan itu berpindah kekuasaannya kepada pemegang gadai.
Apabila seseorang hanya mempunyai satu-satunya barang untuk menopang hidupnya dijadikan
jaminan gadai, maka orang tersebut akan jatuh miskin. Oleh karena itu kita mengadopsi bentuk
jaminan baru dimana benda bergerak yang dijadikan objek jaminan tidak diserahkan
kekuasaannya kepada si berpiutang yaitu bentuk “fiduciare eigendomsoverdracht” (penyerahan
hak milik atas dasar kepercayaan) berdasarkan Arrest Hoge Read 1929. Dalam perjalanannya
Fidusia semakin dibutuhkan untuk meningkatkan dunia usaha yang memerlukan dana harus
diimbangi dengan adnaya ketentuan hukum yang jelas dan lengkap yang mengatur mengenai
lembaga jaminan. Selain itu kita masih mempergunakan yurisprudensi (Bagian menimbang UU
No. 42/1999), maka dibentuklah undang-undang No. 42 tahun 1999 tentang jaminan Fidusia.
Pengertian
Jaminan Fidusia adalah jaminan atas benda bergerak baik yang berwujud maupun tidak berwujud
dan benda tidak bergerak khususnya bangunan yang tidak dapat dibebani hak tanggungan
menurut UU No.4/1996 (Pasal 1 sub 2)
Pembebanan benda dengan jaminan Fidusia harus dibuat dengan akta notaries dalam bahasa
Indonesia dan merupakan akta jaminan Fidusia (Pasal 5 ayat 1).
Benda yang dibebani dengan jaminan Fidusia wajib didaftarakan (Pasal 11 ayat 1).
Advertisements
Report this ad
Report this ad
Related