Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Perawatan paliatif adalah pelayanan aktif dan menyeluruh yang dilakukan


oleh satu tim dari berbagai disiplin ilmu. Tim paliatif terdiri atas tim terintegrsai,
antara lain dokter, perawat, psikolog, ahli fisioterapi, pekerja sosial medis, ahli
gizi, rohaniawan dan relawan.

Peran perawat paliatif dalam membantu kematian yang bermartabat secara


praktis, sebagai berikut :

1. Dengarkan dengan seksama semua keluhan penderita

2. Bantu penderita untuk menyembuhkan penyakitnya atau setidaknya untuk


mengetahui nyerinya yang banyak terjadi pada stadium akhir. Ringankan
pula semua ketidaknyaanan penderita di akhir hayat

3. Hendanya petugas responsif atas rasa cemas serta sedih dari penderita dan
berusaha untuk meringankannya

4. Tunjkkan kepekaan kita serta coa paham keterbatsan dan kekurangan fisik
yang menyertai penderita sakit berat

5. Usahakan penderita seagai manusia utuh dan perlakukan sesuai prinsip


tersebut. Jangan perlakukan ia sebagai anak anak, apalagi sebagai
penghuni tempat tidur yang menghabiskan dana

B. TUJUAN KHUSUS
1. Untuk mengetahui peran perawat dalam mengatasi nyeri pada pasien
paliatif

C. TUJUAN UMUM
1. Untuk mengetahui Definisi Nyeri ?
2. Untuk mengetahui Penyebab Rasa Nyeri ?
3. Untuk mengetahui Klasifikasi Nyeri ?
4. Untuk mengetahui Upaya Mengatasi Nyeri ?
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Definisi

Perawatan paliatif adalah pelayanan aktif dan menyeluruh yang dilakukan


oleh satu tim dari berbagai disiplin ilmu. Tim paliatif terdiri atas tim terintegrsai,
antara lain dokter, perawat, psikolog, ahli fisioterapi, pekerja sosial medis, ahli
gizi, rohaniawan dan relawan.

Peran perawat paliatif dalam membantu kematian yang bermartabat secara


praktis, sebagai berikut :

6. Dengarkan dengan seksama semua keluhan penderita

7. Bantu penderita untuk menyembuhkan penyakitnya atau setidaknya untuk


mengetahui nyerinya yang banyak terjadi pada stadium akhir. Ringankan
pula semua ketidaknyaanan penderita di akhir hayat

8. Hendanya petugas responsif atas rasa cemas serta sedih dari penderita dan
berusaha untuk meringankannya

9. Tunjkkan kepekaan kita serta coa paham keterbatsan dan kekurangan fisik
yang menyertai penderita sakit berat

10. Usahakan penderita seagai manusia utuh dan perlakukan sesuai prinsip
tersebut. Jangan perlakukan ia sebagai anak anak, apalagi sebagai
penghuni tempat tidur yang menghabiskan dana

Nyeri merupakan sensasi yang rumit, unik, universal, dan bersifat individual.
Dikatakan bersifat individual karena respon individu terhadap sensai myeri
beragam dan tidak bisa disamakan satu dengan yang lainnya. Hal tersebut
menjadi dasar bagi perawat dalm mengatasi nyeri pada klin.

Nyeri diartikan berbeda beda antar individu bergantung pada persepsinya.


Walaupun demikian, ada satu kesaman mengenai persepsi nyeri. Seara sederhana,
nyeri dapat diartikan suatu sensasi yang tidak menyenangkan baik secara sensori
maupun emosional yang berhubungan dengan adanya suatu kerusakan jaringan
atau faktor lain, sehingga individu merasa tersiksa, menderita yang akhirnya akan
mengganggu aktifitas sehari hari, psikis, dan lain lain.

2. Penyebab Rasa Nyeri

Penyebab nyeri dapat diklasifikasikan ke dalam dua golongan yaitu penyebab


yang berhubungan dengan fisik dan berhubungan dengan psikis. Seara fisik
misalnya, penyebanyeri adalah trauma (baik trauma mekanis, termis, kimiawi,
maupun elektrik), neoplasma, peradangan gangguan sirkulasi darah, dan lain lan.
Secara psikis, penyebab nyeri dapat terjadi oleh karena adanya trauma psikologis.

Trauma mekanik menimbulkan nyeri karena ujung ujung saraf bebas


mengalami kerusakan akibat benturan, gesekan, ataupun luka. Trauma termis
menimbulkan nyeri karena ujung saraf resepor mendapat rangsangan akibat panas,
dingin. Trauma kimiawi terjadi karenatersentuh zat asam atau basa yag kuat.
Trauma elektrik dapat menimbulkan nyeri karena pengaruh aliran listrik yang
kuat mengenai reseptor rasa nyeri.

Neoplasma menyebabkan nyeri karena terjadinya tekanan atau kerusakan


jaringan yang mengandung reseptor nyeri dan juga karena tarikan, jepitan, atau
metastase. Nyeri pada peradangan terjadi karena kerusakan ujung ujung saraf
reseptor akibat adanya peradangan atau terjepit oleh pembengkakan.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa nyeri yan disebabkan oleh faktor
fisik berkaitan dengan terganggunya serabut saraf reseptor nyeri. Serabut saraf ini
terletak dan tersebar pada lapisan kuli dan pada jaringan jaringan tertentu yang
terletak lebih dalam.

Nyeri yang disebabkan oleh psikologis merupakn nyeri yang dirasakan bukan
karena penyebab organik, melainkan akbat trauma psikologis dan pengaruhnya
terhadap fisik. Kasus ini dapat dijumpai pada kasus yan termasuk kategori
psikosomatik. Nyeri karena faktor ini disebut pula psychigenic pain.

3. Klasifikasi Nyeri

Nyeri dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa golongan berdasarkan tempat,


sifat, berat ringannya nyeri, dan waktu lamanya serangan.

a. Nyeri berdasarkan tempatnya :

1) Pheriperal pain, yaitu nyeri yang terasa pada permukaan tubuh,


misalnya kulit, mukosa.

2) Deep pin, yaitu nyeri yng terasa pada permukaan tubuh yang leih dalam
atau pada organ organ tuuh visceral.

3) Referad pain, yaitu nyeri dalam yang disebabkan karena penyakit


organ/struktur tubuh yang ditransmisikan ke bagian tubuh di darah berbeda,
bukan daerah asal nyeri.

4) Central pain, yaitu nyeri yang terjadi karena perangsangan pada sistem
saraf pusat, spinal cord, batang otak, talamus dan lain lain
b. Nyeri berdasarkan sifatnya :

1) Incidental pain, yaitu nyeri yang timbul sewaktu waktu lalu menghilang.

2) Steady pain, yaitu nyeri yang timbul dan menetap serta dirasakan dalm
waktu yang lama.

3) Paroximal pain, yaitu nyeri yang dirasakn berorientasi tinggi dan kuat
sekali. Nyeri tersebut biasanya menetap kurang lebih 10 -15 menit, lalu
menhilang kemudian timul lagi.

c. Nyeri berdasarkan berat ringannya :

1) Nyeri ringan, yaitu nyeri dengan intensitas rendah.

2) Nyeri sedang, yaitu nyeri yang menimbulkan reaksi.

3) Nyeri berat, yaitu nyeri dengan intensitas yang tinggi.

d. Nyeri berdasarkan waktu lamanya serangan (Tabel 8-1)

1) Nyeri akut, yaitu nyeri yang dirasakan dalam waktu yang singkat dari
berakhir kurang dari 6 bulan, sumber dan daerah nyeri diketahui dengan jelas.
Rasa nyeri mungkin sebagai akiat dari luka, seperti luka operasi, ataupun
pada suatu penyakit arteriosclerosis pada arteri koroner.

2) Nyeri kronis, yaitu nyeri yang dirasakan lebih dari 6 bulan. Nyeri kronis
ini polanya bergam dan berlangsung berbulan bulan bahkan bertahun tahun.
Ragam pola tersebut ada nyeri timbul dengan periode yng diselingi interal
bebas dari nyeri lalu timbul kembali lagi nyeri, dan begitu seterusnya. Ada
pula pola nyeri kronis yang konstan, artinya rasa nyeri tersebut terus menerus
terasa makin lama makin meningkat intensitasnya walaupun telah diberikan
pengobatan. Misalnya, pada nyeri karena neoplasma.

Tabel 8-1 perbedaan nyeri akut dan kronis

Nyeri akut : Nyeri kronis :

 Waktu : kurang dari enam bulan  Waktu : lebih dari 6 bulan


 Daerah nyeri terlokalisasi  Daerah nyeri menyebar

 Nyeri terasa tajam seperti ditusuk,  Nyeri terasa tumpul seperti ngilu,
disayat, dicubit dan lain lain linu, dan lain lain

 Respon sistem saraf simpatis :  Respon sistem saraf parasimpatis :


takikardia, peningkatan respirasi, penurunan tekanan darah,
peningkatan tekanan darah, pucat, bradikardia, kulit kering, panas, dan
lembap, berkeringat, dan dilatasi pupil konstriksi
pupil.
 Penampilan klien tampak depresi dan
 Penampilan klien tampak cemas, menarik diri
gelisah, dan terjadi ketegangan otot

D. Upaya Mengatasi Nyeri

Metode dan teknik yang dapat dilakukan dalam upaya untuk mengatasi nyeri antra
lain sebagai berikut :

a. Distraksi

Distraksi adalah mengalihkan perhatian klien dari nyeri. Teknik distraksi yang
dapat dilakukan diantaranya adalah :

1) Bernafas lembut dan dan berirama secara teratur

2) Menyanyi berirama dan menghitung ketukannya

3) Mendengarkan musik

4) Mendorong untuk menghayal (guided imagery) yaitu melakukan


bimbingan yang baik kepada klien untuk mengkhayal. Tekniknya sebagai
berikut :

a) Atur posisi yang nyaman klien

b) Dengan suara yang lembut, mintakan klien untuk memikirkan hal hal
yang menyenangkan atau pengalaman yang membantu penggunaan
semua indera

c) Mintakan klien untuk tetap berfokus pada bayangan yang


menyenangkan sambil merelaksaskan tubuhnya

d) Bila klien tampak relaks, perawat tidak perlu bicar lagi

e) Jika klien menunjukkan tanda tanda agitasi, gelisah atau tidak


nyaman, perawat harus menghentikan latihan dan memulainya lagi
ketika klien siap
5) Massage (pijatan). ada bebera[a teknik massage yang dapat dilakukan
untuk distraksi :

a) Remasan, usap otot bahu yang dikerjakan secara bersama sama

b) Selang seling tangan. Memijat punggug dengan tekanan pendek,


cepat, dan bergantian tangan

c) Petriasi, menekan punggung secara horizontal. Pindah tangan dengan


arah berlawanan menggunakan gerakan meremas

d) Tekanana menyikat, secara halus tekan punggung dengan ujung


ujung jari untuk mengakhiri pijatan

b. Teknik relaksasi

Teknik ini didasarkan pada keyakinan bahwa tubuh berespons pada ansietas
yang meransang pikiran karena nyeri atau kondisi penyakinya. Teknik relaksasi
dapat menurunkan ketegangan fisiologis. Teknik ini dapat dilakukan dengan
kepala ditopang dalm posisi berbaring atau duduk d kursi. Hal utam yang
dibutuhkan dalam pelaksanan relaksasi adalah klien dengan posisi nyaman, klien
dengan fikiran yang bersifat istirahat, dan lingkungan yang tenang.

Teknik relaksasi banyak jenisnya, salah satunya adalah relaksasi autogenik.


Relaksasi ini mudah dilakukan dan tidak beresko. Prinsipnya klien harus mampu
berkonsentrasi sambil membaca mantra/dia dzikir dalam hati seiring dengan
ekspirasi paru paru.

Anda mungkin juga menyukai