OLEH:
KELOMPOK IV
TINGKAT 3A
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami penjatkan kepada Tuhan Yanga Maha Esa, karena
atas rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang
berjudul “Tugas Manajemen MAKP Metode TIM”. Penulisan makalah ini
merupakan salah satu tugas yang diberikan dalam mata kuliah Manajemen
Keperawatan di Institut Teknologi dan Kesehatan Bali
Dalam Penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan baik
pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami
miliki. Untuk itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi
penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan
makalah ini, khususnya kepada Dosen kami yang telah memberikan tugas dan
petunjuk kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini.
Tim
DAFTAR ISI
1. Definisi ........................................................................................ 4
2. Konsep Teori tentang Metode TIM ............................................. 4
3. Kelebihan dan Kekurangan Metode TIM ..................................... 4
4. Struktur Organisasi ....................................................................... 5
5. Pencapaian Indikator Kualitas Pelayanan Metode .......................... 8
A. Kesimpulan ...................................................................................... 38
B. Saran ................................................................................................ 38
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut John R. Schemerhorn, Jr (1996:4) manajemen adalah proses
kerja sama antara dua orang atau lebih untuk mencapai tujuan-tujuan yang
sudah ditetapkan melalui kegiatan-kegiatan orang lain. Manajemen mencakup
kegiatan koordinasi dan supervisi terhadap staf, sarana dan prasarana dalam
mencapai tujuan. Manajemen keperawatan merupakan proses bekerja melalui
anggota staf untuk memberikan asuhan keperawatan secara profesional. Proses
manajemen keperawatan sejalan dengan keperawatan sebagai salah satu metode
pelaksanaan asuhan keperawatan secara profesional, sehingga diharapkan
keduanya saling menopang.
Profesi keperawatan dituntut memberikan pelayanan keperawatan dalam
bentuk asuhan keperawatan melalui proses keperawatan yang komprehensif
meliputi, bio, psiko, sosial dan spiritual. Pemberian pelayanan keperawatan
tersebut memerlukan suatu metode pemberian asuhan keperawatan yang tepat
untuk memberikan pelayanan yang optimal sehingga dapat memberikan arah
dalam pemberian asuhan keperawatan, serta peningkatan ketrampilan dan
motivasi kerja keperawatan dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan
keperawatan yang sesuai standar.
Asuhan keperawatan profesional menuntut perawat untuk dapat
melaksanakan perencanaan, pengorganisasian, pengawasan dan
pengevaluasian, sarana dan prasarana yang tersedia untuk dapat memberikan
asuhan keperawatan yang efektif dan efisien bagi individu, keluarga dan
masyarakat (Susanto,N.D). Asuhan keperawatan harus diberikan kepada klien
secara sistemik dan terorganisasi sehingga dibutuhkan suatu manajemen yang
baik dalam pemberian asuhan keperawatan.Asuhan keperawatan merupakan
titik sentral dalam pelayanan keperawatan, oleh karena itu manajemen asuhan
keperawatan yang benar akan meningkatkan mutu pelayanan asuhan
keperawatan. Tujuan asuhan keperawatan adalah untuk memandirikan pasien
sehingga dapat berfungsi secara optimal. Untuk mencapai kondisi tersebut
diperlukan manajemen asuhan keperawatan yang profesional, dan salah satu
faktor yang menentukan dalam manajemen tersebut adalah bagaimana asuhan
keperawatan diberikan oleh perawat melalui berbagai pendekatan model asuhan
keperawatan yang diberikan. Penetapan dan keberhasilan model pemberian
asuhan keperawatan yang digunakan di suatu rumah sakit sangat dipengaruhi
oleh banyak faktor, diantaranya adalah bagaimana pemahaman perawat tentang
model-model asuhan keperawatan tersebut.
Model Asuhan Keperawatan Profesional adalah suatu sistem yang
memungkinkan perawat profesional mengatur pemberian asuhan keperawatan
termasuk lingkungan untuk menopang pemberian asuhan tersebut.Sistem
MAKP adalah suatu kerangka kerja yang mendefinisikan empat unsur, yakni
standar, proses keperawatan, pendidikan keperawatan, dan sistem MAKP.
Defenisi tersebut berdasarkan prinsip-prinsip nilai yang diyakini, dan akan
menentukan kualitas produksi/jasa layanan keperawatan. Jika perawat tidak
memiliki nilai-nilai tersebut sebagai sesuatu pengambilan keputusan yang
independen, maka tujuan pelayanan kesehatan/keperawatan dalam memenuhi
kepuasan klien tidak akan dapat terwujud. MAKP terdiri dari empat jenis yaitu
metode fungsional, tim, primer dan kasus (Nursalam,2014).
Metode tim merupakan suatu metode pemberian asuhan keperawatan
dimana seorang perawat profesional memimpin sekelompok tenaga
keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan kelompok klien melalui
upaya kooperatif dan kolaboratif. Model tim didasarkan pada keyakinan bahwa
setiap anggota kelompok mempunyai kontribusi dalam merencanakan dan
memberikan asuhan keperawatan sehingga timbul motivasi dan rasa tanggung
jawab perawat yang tinggi sehingga diharapkan mutu asuhan keperawatan
meningkat.
Untuk itu, penulis tertarik untuk membahas salah satu model asuhan
keparawatan yaitu Model Asuhan Keperawatan Profesional Metode Tim.
2
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari latar belakang diatas, kami dapat memaparkan yaitu
bagaimana Penerapan Metode Tim dalam peningkatan mutu pelayanan
keperawatan.
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui peran model asuhan keperawatan profesional metode tim
dalam meningkatkan kualitas pelayanan asuhan keperawatan
2. Untuk memahami model asuhan keperawatan profesional metode tim dalam
peningkatan ketrampilan dan motivasi kerja keperawatan
3. Untuk mengaplikasikan peran model asuhan keperawatan profesional
metode tim dalam mengatur pemberian asuhan keperawatan
4. Untuk menganalisa sejauh mana kecukupan tenaga kerja dan kelebihan dan
kekurangan dalam penerapan metode tim di rumah sakit
D. Manfaat
1. Agar mengetahui peran model asuhan keperawatan profesional metode tim
dalam meningkatkan kualitas pelayanan asuhan keperawatan.
2. Agar memahami model asuhan keperawatan profesional metode tim dalam
peningkatan keterampilan dan motivasi kerja keperawatan.
3. Agar mengaplikasikan peran model asuhan keperawatan profesional
metode tim dalam mengatur pemberian asuhan keperawatan.
4. Agar menganalisa sejauh mana kecukupan tenaga kerja dan kelebihan dan
kekurangan dalam penerapan metode tim di rumah sakit.
3
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Tinjauan teori
1. Definisi
Metode Tim merupakan metode yang terdiri atas anggota yang
berbeda-beda dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap
kelompok pasien. Perawat ruangan di bagi menjadi 2-3 tim atau grup
yang terdiri atas tenaga professional, teknikal, dan pembantu dalam satu
kelompok kecil yang saling membantu.
Metode ini biasa digunakan pada pelayanan keperawatan di unit
rawat inap, unit rawat jalan, dan unit gawat darurat.Metode pemberian
asuhan keperawatan dimana seorang perawat professional memimpin
sekelompok tenaga keperawatan dengan berdasarkan konsep kooperatif
dan kolaboratif (Douglas , 1992).
4
3. Memungkinkan komunikasi antar tim, sehingga konflik
mudah diatasi dam memberi kepuasan kepada anggota tim.
Kekurangan
4. Struktur Organisasi
Kepala Ruangan
Ketua Tim I (S1) Ketua Tim II (S1) Ketua Tim III (S1)
1) Membuat perencanaan.
2) Membuat penugasan, supervise, dan evaluasi.
3) Mengenal atau mengetahui kondisi pasien dan dapat menilai tingkat
kebutuhan pasien.
4) Mengembangkan kemampuan anggota.
5) Menyelenggarakan konferensi.
c. Tanggung Jawab Kepala Ruangan :
1) Perencanaan :
a) Menunjuk ketua tim yang akan bertugas diruangan masing-
masing.
b) Mengikuti serah terima pasien pada sif sebelumnya.
c) Mengidentifikasi tingkat ketergantungan pasien : gawat,
transisi dan persiapan pulang bersama ketua tim.
d) Mengidentifikasi jumlah perawat yang di butuhkan berdasarkan
aktivitas dan kebutuhan pasien bersama ketua tim, mengatur
penugasan atau penjadwalan.
e) Merencanakan strategi pelaksaan keperwatan.
f) Mengikuti visite dokter untuk mengetahui kondisi,
patofisiologi tindakan medis yang dilakukan, program
pengobatan dan mendiskusikan dengan dokter tentang tindakan
yang aka dilakukan terhadap pasien.
g) Mengatur dan mengendalikan asuhan keperawatan, termasuk
kegiatan membimbing pelaksana asuhan keperawatan,
membimbing penerapan proses keperawatan dan menilai
asuhan keperawatan, mengadakan diskusi untuk pemecahan
masalah, serta memberikan informasi kepada pasien atau
keluarga yang baru masuk.
6
h) Membantu mengembangkan niat pendidikan dan latihan diri.
i) Membantu membimbing peserta didik keperawatan.
j) Menjaga terwujud visi dan misi keperawatan dan rumah sakit.
2) Pengorganisasian :
a) Merumuskan metode penugasan yang digunakan.
b) Merumuskan tujuan metode penugasan,
c) Membuat rincian tugas ketua tim dan anggota tim secara jelas.
d) Membuat rentang kendali, kepala ruangan membawahi 2 ketua
tim, dan ketua tim, dan ketua tim membawahi 2-3 perawat.
e) Mengatur dan mengendalikan tenaga keperawatan: membuat
proses dinas, mengatur tenaga yang ada setiap hari, dll.
f) Mengatur dan mengendalikan logistic ruangan.
g) Mengatur dan mengendalikan situasi tempat praktik.
h) Mendelegasikan tugas, saat kepala ruangan tidak berada di
tempat kepada ketua tim
i) Memberikan wewenang kepala tata usaha untuk mengurus
administrasi pasien.
j) Mengatur penugasan jadwal pos dan pakarnya.
k) Identifikasi masalah dan tata cara penanganannya.
3) Pengarahan :
a) Memberi pengarahan tentang penugasan kepada ketua tim.
b) Memberikan pujian kepada anggota tim yang melaksanakan
tugas dengan baik.
c) Memberi motivasi dalam peningkatan pengetahuan,
keterampilan dan sikap.
d) Menginformasikan hal-hal yang dianggap penting dan
behubungan dengan asuhan keperawatan pada pasien.
e) Melibatkan bawahan sejak awal hingga akhir kegiatan.
7
f) Membimbing bawahan yang mengalami kesulitan dalam
melaksnakan tugasnya.
g) Meningkatkan kolaborasi dengan anggota tim lain.
4) Pengawasan :
a) Melalui komunikasi : mengawasi dan berkomunikasi langsung
dengan ketua tim maupun pelaksana mengenai asuhan
keperawatan yang diberikan kepada pasien.
b) Melalui supervisi :
- Pengawasan langsung dilakukan dengan cara inspeksi,
mengamati sendiri atau melalui laporan langsung secara
lisan dan memperbaiki mengawasi kelemahan – kelemahan
yang ada saat itu juga.
- Pengawasan tidak langsung yaitu mengecek daftar hadir
ketua tim, membaca dan memeriksa rencana keperawatan
serta catatan yang dibuat selama dan sesudah proses
keperawatn dilaksanakan (didokumentasikan), mendengar
laporan ketua tim tentang pelaksanaan tugas.
- Evaluasi.
- Mengevaluasi upaya pelaksana dan membandingkan
dengan rencana keperawtan yang telah disusun bersama
ketua tim.
- Audit keperawatan.
8
tempat tidur rumah sakit. Nilai parameter BOR yang ideal adalah
antara 60-85% (Depkes RI, 2005).
9
d. BTO (Bed Turn Over = Angka perputaran tempat tidur)
Menurut Depkes RI (2005) adalah frekuensi pemakaian
tempat tidur pada satu periode, berapa kali tempat tidur dipakai
dalam satu satuan waktu tertentu. Idealnya dalam satu tahun, satu
tempat tidur rata-rata dipakai 40-50 kali.
BTO = Jumlah pasien dirawat (hidup + mati)
(jumlah tempat tidur)
10
B. Pencapaian Indikator dalam Metode
3575
= 100%
30 182
3575
= = 65,5%
5460
= 3575
579
= 6,2 hari = 6 hari
3. Perhitungan TOI ( Turn of Interval )
Rumus:
(jumlah TT x hari)−hari perawatan rumah sakit
TOI = jumlah pasien keluar (hidup+mati)
=
30 182 3575
579
5460 3575
=
579
= 1885
11
579
= 3,2hari = 3 hari
579
=
30
= 19 kali, dalam 6 bulan (idealnya 40-50 kali dalam satu tahun)
33
= x 100 %
579
= 5,7 %
38
= x 100 %
579
= 6,6 %
1. Teori
a. Douglas
12
Douglas ( 1984 ) menyampaikan standar waktu pelayanan pasien
rawat inap sebagai berikut :
1) Perawatan minimal memerlukan waktu : 1-2 jam/ 24 jam
2) Perawatan intermediet memerlukan waktu : 3-4 jam/ 24 jam
3) Perawatan maksimal / total memerlukan waktu : 5-6 jam/ 24
jam
Penerapan system klasifikasi pasien dengan tiga katagori tersebut
adalah sebagai berikut.
1) Katagori I : perawatan mandiri
a) Dapat melakukan kebersihan diri sendiri, seperti mandi dang
anti pakaian
b) Makan dan minum dilakukan sendiri
c) Pengawasan dalam ambulasi atau gerakan
d) Observasi tanda vital setiap sif
e) Pengobatan minimal, status psikologi stabil
f) Persiapan prosedur pengobatan
2) Katagori II : Perawatan intermediate
a) Dibantu dalam kebersihan diri, makan dan minum, ambulasi.
b) Observasi tanda vital setiap 4jam.
c) Pengobatan lebih dari 1kali.
d) Pakai kateter foley.
e) Pasang infus intake-output dicatat.
f) Pengobatan perlu diprosedur.
3) Katagori III : Perawatan local
a) Dibantu segala sesuatunya, posisi diatur.
b) Observasi tanda vital setiap 2jam
c) Pemakaian selang NG
d) Therapy intravena
e) Pemakaian suction
f) Kondisi gelisah / disorientasi / tidak sadar.
Catatan :
a. Dilakukan 1 hari sekali pada waktu yang sama dan sebaiknya
dilakukan oleh perawat yang sama selama 22hari :
b. Setiap pasien minimal memenuhi 3 kriteria berdasarkan klasifikasi
pasien;
c. Bila hanya memenuhi 1 kriteria maka pasien dikelompokan pada
klasifikasi diatasnya.
13
Rumus Douglas
b. Metode Gillies
AxBxC = F =H
(C-D)xE G
Keterangan :
A. = Rata-rata jumlah perawat/ pasien/ hari
B. = Rata - rata jumlah pasien / hari (BOR x Jumlah tempat tidur)
C. = Jumlah hari/ tahun
D. = Jumlah hari libur masing-masing perawat
E. = Jumlah jam kerja masing-masing perawat
F. = Jumlah jam perawat yang diberikan perawat per tahun
G. = Jumlah jam kerja efektif per tahun
H. = Jumlah perawat yang dibutuhkan untuk unit tersebut
2) Jumlah tenaga yang bekerja setiap hari :
Rata-rata jam perawatan/ hari x rata-rata jumlah jam perawatan/ hari
Jumlah jam kerja efektif/ hari
3). Asumsi jumlah cuti hamil 5% ( usia subur) dari tenaga yang
dibutuhkan maka jumlah jam kerja yang hilang karena cuti hamil =
5% x jumlah hari cuti hamil x jumlah jam kerja / hari
Tambahan tenaga :
5% x jumlah tenaga x jumlah jam kerja cuti hamil
Jumlah jam kerja efektif/tahun
Catatan :
14
a) Jumlah hari takkerja/ tahun
Hari minggu ( 52 hari) + cuti tahunan ( 12 hari ) + hari besar ( 12
hari ) + cuti sakit/ izin (10hari) = 86 hari.
b) Jumlah hari kerja efektif/ tahun
Jumlah hari dalam 1tahun - jumlah hari takkerja = 365 - 86 = 279
hari.
c) Jumlah hari efektif/ minggu = 279 : 7 = 40 minggu
Jumlah jam kerja perminggu= 40 jam
d) Cuti hamil = 12 x 6 = 72 hari.
e) Jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan di satu unit harus
ditambah 20% (untuk antisipasi kekurangan / cadangan ).
f) Jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan persif, yaitu dengan
ketentuan. Proporsi dinas pagi 47%, sore 36% dan malam 17%.
g) Kombinasi jumlah tenaga menurut Abdellah dan Levinne adalah
55% tenga profsional dan 45% tenaga non professional.
15
menit/pasien / hari dan penelitian dirumah sakit John Hopkins
dibituhkan 60 menit/ pasien ( Gillies 1996 ).
3) Pendidikan kesehatan yang diberikan kepada pasien meliputi :
aktivitas, pengobatan serta tindak lanjut pengobatan. Menurut
Mayer dalam Gillies 1996, waktu yang dibutuhkan untuk
pendidikan kesehatan ialah 15 menit/pasien/ hari.
c. Depkes RI
16
5 Pasien kebidanan 1 2,5 2,5
Jumlah 23 93,0
Loss Day =
Jumlah hari minggu 1 tahun + Cuti + Hari besar x jumlah perawat tersedia
17
2) Asuhan keperawatan sedang, dengan kriteria :
d) Terpasang infus
d) Gelisah/ disorientasi
Loss day =
18
Jumlah hari minggu dalam 1tahun + cuti + hari besar + Jumlah
perawat yang
Rumus :
d. Kriticel care
Rata-rata jumlah pasien/hari = 10
Jam kerja/hari
e. Rawat jalan
7 jam/hari
2. Kasus
Rumah Sakit X, adalah rumah sakit tipe C dengan 200 TT. Mau menghitung
tenaga keperawatan diruang bedah dengan kapasitas 40TT dengan BOR
rata-rata 75%. Dalam seminggu rata-rata 5 pasien dengan tingkat
ketergantungan minimal, 14 pasien dengan ketergantungan parsial, 11
pasien dengan ketergantungan total.
3. Hitungan
a. Perhitungan tenaga menurut Douglas:
Total : 9 + 6 + 4 = 19 orang
21
Jadi total tenaga perawat yang dibutuhkan adalah 19 orang
= 6 orang
Stuktural :
Ketua Tim = 2 orang
Penanggung Jawab Siang/Malam = 2 orang
Kepala Ruangan = 1 orang
Wakil kepala ruangan = 1 orang
Jumlah Struktural = 6 orang
Total jumah perawat = jumlah perawat + jumlah lepas +
struktural
= 19 + 6 + 6
= 31 orang
c) Penyuluhan kesehatan
30 x 0,25 = 7,5 jam
30 x 5,18
7 jam = 22 orang
Struktural :
23
D. Kombinasi :
= ( 30 x 4 )
= 17 orang
= 52 + 12 15 x 17 orang
(365-79)
= 79 x 17
286
= 4,7 (5 orang)
24
3) Non Nursing Job :
= ( 17 + 5 ) x 25%
= 22 x 25 %
= 5,5 ( 5 orang ).
Struktural :
Kepala Ruangan = 1 orang
Wakil kepala ruangan = 1 orang
Ketua TIM = 2 orang
Penanggung jawab Sore/Malam = 2 orang
25
E. Role Play
Kepala ruangan
Mayanti Anggarista
26
KETERANGAN
27
“Kepala ruangan bersama kedua kelompok perawat yang bertugas
pada pagi hari dan sore hari berkumpul bersama di nurse station. Operan
pasien dilakukan di Ruang Bedah Rumah Sakit Sejahtera pada hari Senin, 2
Juni 2019 pukul 13.30 siang, operan diberikan oleh perawat pagi kepada
perawat sore.”
Kepala ruangan bersama kedua tim perawat yang bertugas pada pagi hari
dan sore hari berkumpul bersama di nurse station, kemudian kepala ruangan
membuka kegiatan timbang terima pasien.
28
Perawat Pagi I/PP Pasien Ny. Lely dengan RM 00126 berumur 23 tahun,
(Mirah): masuk IGD dengan penurunan kesadaran, korban tabrak
lari, dipindahkan ke ruangan jam 1 dini hari untuk
observasi lebih lanjut. Pasien didiagnose medis CKR + Fr.
Basis Cranii + SAH, terdapat lesi pada temporal dengan
luas lesi 4 cm, laporan dari dinas malam sempat terjadinya
perdarahan pada telinga, keadaan umum pasien saat ini
compos mentis E3V4M6 GCS: 13, pemeriksaan TTV yang
terakhir dilakukan pada pukul 10.00 wita, dengan TD
:140/80 mmHg N:120x/menit, S:370C, RR:22x/menit,
terpasang nasal kanul 4lpm. Lalu masalah keperawatan
yang ditemukan adalah risiko ketidakefektifan perfusi
jaringan otak, hambatan mobilitas fisik, risiko perdarahan
Perawat Sore I : Apakah pasien selama pagi tadi sempat tidur terus dan sulit
(Lina) dibangunkan?
Perawat Sore III : Apakah pasien sempat mengeluh nyeri kepala, atau
muntah?
(Mas Yuni)
29
Perawat Pagi III : Untuk saat ini, pasien dan keluarga tidak ada melaporkan
30
yang lalu. Terdapat pembengkakan pada ekstremitas
bawah. Keluarga pasien juga mengatakan pasien
mengalami penurunan napsu makan sejak 2 hari lalu. Hasil
vital sign TTV: TD: 170/mmHg, Nadi: 90X/menit, RR:
25x/menit, Suhu: 37C. Pasien terpasang nasal kanul 5 lpm.
Pasien didiagnosa medis dengan CHF Grade II. Tiga
masalah keperawatan utama yang diangkat risiko
penurunan perfusi jaringan jantung, intoleransi aktivitas,
kelebihan volume cairan.
Perawat Pagi II :
(Kristina) Implementasi yang sudah dilakukan pagi ini antara lain:
- Memonitor TTV
- Monitor adanya dyspnea, fatique, takipneu, dan
ortopneu
- Monitor balance cairan
- Monitor status pernapasan
- Monitor adanya sianosis perifer
- Monitor status kardiovaskuler
31
Untuk perawat dinas sore bisa meneruskan intervensi yang
sudah dilakukan. Apakah ada pertanyaan terkaitt pasien?
Perawat Sore II : Untuk sekarang tidak ada. Nanti sambil berproses saja
Selanjutnya perawat sore yang menerima operan dari perawat pagi langsung
melakukan validasi ke pasien kelolaan timnya.
Pasien 1 :
32
Katim II : Selamat Sore bu, saya perawat Laksmi dan teman-teman
(masing perawat jaga sore memperkenalkan diri), saya yang
(Laksmi)
akan merawat ibu dari pukul 14.00 – 20.00, bagaimana
perasaan ibu hari ini? Apakah ibu ada keluhan?
Pasien : Dada kiri saya sakit. Nyeri sedikit. Kalau mau batuk, baru
(Karina) terasa nyerinya
Keluarga Pasien : Ibu mulai batuk juga sus. Saya tidak tahu dari kapan. Saya
baru menggantikan saudara ipar saya buat jagain ibu.
(Jelin)
Batuknya berdahak? Dahaknya banyak bu?
Perawat Sore II :
(Mas Yuni)
Tidak terlalu banyak. Hanya saja ibu mengeluh bertambah
Keluarga (Jelin):
nyerinya kalau batuk
Perawat Sore I :
Baik kalau begitu. Coba ibu minum air hangat. Supaya
(Lina)
dahaknya terurai, agar mudah dikeluarkan. Nanti saya akan
datang ke sini lagi untuk mengajarkan batuk efektif.
Keluarga (Jelin):
Tidak dapat obat batuk sus?
Perawat Pagi I
Saya laporkan ke dokter dulu ya bu. Karena kondisi ibu
(Lina) masih dalam observasi, harus kami pantau juga. Setelah itu,
baru dokter putuskan masalah obat batuknya untuk ibu. Nanti
jam 14.00 Ibu Karina akan melakukan pemeriksaan foto
thoraks untuk melihat keadaan jantungnya.
33
Pasien 2 :
Perawat Sore I Pusing dan sakit kepalanya sejak kapan bu? Sakitnya
(Lina): seperti apa? Ditusuk – tusuk?
Pasien (Lely): Tadi pas dibangunin untuk minum air, mulai pusing dan
sakit kepala saya. Tidak ditusuk – tusuk. Sakit saja.
Keluarga : Adik saya tidak tenang dari tadi sus. Gelisah kalau dia
(Maylin) tidur. Ini tidak apa-apa ya? Tadi, saya diminta perawat
paginya untuk sering-sering bangunin adik saya, kalau
dia tidur.
34
tadi pagi sudah diberikan. Yang disuntik langsung ke
infus ibu yang terpasang ditangan. Nanti obat sorenya
akan dapat. Tetapi tetap saya laporkan ke dokter, terkait
observasi.
Pasien/keluarga
Baik sus, terima kasih
(Lely dan Maylin):
(Anggota timbang terima meninggalkan kamar pasien dan menuju nurse station)
Di ruang perawat
KARU : Baik jika tidak ada yang dibahas lagi, saya tutup timbang
terima hari ini. Om Santih, Santih, Santih Om.
(Maya)
35
KATIM II : Baik, kalau begitu saya permisi dulu bu.
(Laksmi)
36
BAB III
PEMBAHASAN
37
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
1. Bagi tenaga kesehatan di harapkan dapat mengembangkan wawasan
mengenai metode MAKP khususnya pada metode tim serta dapat
menerapkan metode MAKP di ruangan.
38
DAFTAR PUSTAKA
39