Anda di halaman 1dari 42

MANAJEMEN KEPERAWATAN

MAKP METODE TIM

OLEH:
KELOMPOK IV
TINGKAT 3A

Jeline Come Rihi (16C11681)


Kari Adi Yasa Ketut (16C11682)
Karina Dewi Ni Putu (16C11683)
Krismayanti Sri Handayani Ni Luh (16C11684)
Kristina Dewi Ni Putu (16C11685)
Laksmi Pradnyani Ida Ayu (16C11686)
Lelyana Intan P Ni Komang (16C11687)
Lina Pertiwi Ni Made (16C11688)
Maria Stefani Asuat (16C11689)
Mas Yuni Laksmi GA (16C11690)
Mayanti Anggarista Ni Komang (16C11691)
Maylin Adnyana Dewi Ni Putu (16C11692)
Mirah Ari Krisnayanti Ni Putu (16C11693)

PROGRAM STUDI ILMU KEPEERAWATAN

INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN BALI

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami penjatkan kepada Tuhan Yanga Maha Esa, karena
atas rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang
berjudul “Tugas Manajemen MAKP Metode TIM”. Penulisan makalah ini
merupakan salah satu tugas yang diberikan dalam mata kuliah Manajemen
Keperawatan di Institut Teknologi dan Kesehatan Bali

Dalam Penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan baik
pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami
miliki. Untuk itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi
penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan
makalah ini, khususnya kepada Dosen kami yang telah memberikan tugas dan
petunjuk kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini.

Denpasar, 28 Mei 2019

Tim
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ........................................................................................... i

Daftar Isi ................................................................................................. ii

BAB I Pendahuluan .................................................................................. 1

A. Latar Belakang ........................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ........................................................................... 2
C. Tujuan ......................................................................................... 2
D. Manfaat ......................................................................................... 3

BAB II Tinjauan Teori ............................................................................... 4

1. Definisi ........................................................................................ 4
2. Konsep Teori tentang Metode TIM ............................................. 4
3. Kelebihan dan Kekurangan Metode TIM ..................................... 4
4. Struktur Organisasi ....................................................................... 5
5. Pencapaian Indikator Kualitas Pelayanan Metode .......................... 8

BAB III Pembahasan ................................................................................ 37

BAB IV Penutup ....................................................................................... 48

A. Kesimpulan ...................................................................................... 38
B. Saran ................................................................................................ 38

Daftar Pustaka .............................................................................................. 39

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurut John R. Schemerhorn, Jr (1996:4) manajemen adalah proses
kerja sama antara dua orang atau lebih untuk mencapai tujuan-tujuan yang
sudah ditetapkan melalui kegiatan-kegiatan orang lain. Manajemen mencakup
kegiatan koordinasi dan supervisi terhadap staf, sarana dan prasarana dalam
mencapai tujuan. Manajemen keperawatan merupakan proses bekerja melalui
anggota staf untuk memberikan asuhan keperawatan secara profesional. Proses
manajemen keperawatan sejalan dengan keperawatan sebagai salah satu metode
pelaksanaan asuhan keperawatan secara profesional, sehingga diharapkan
keduanya saling menopang.
Profesi keperawatan dituntut memberikan pelayanan keperawatan dalam
bentuk asuhan keperawatan melalui proses keperawatan yang komprehensif
meliputi, bio, psiko, sosial dan spiritual. Pemberian pelayanan keperawatan
tersebut memerlukan suatu metode pemberian asuhan keperawatan yang tepat
untuk memberikan pelayanan yang optimal sehingga dapat memberikan arah
dalam pemberian asuhan keperawatan, serta peningkatan ketrampilan dan
motivasi kerja keperawatan dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan
keperawatan yang sesuai standar.
Asuhan keperawatan profesional menuntut perawat untuk dapat
melaksanakan perencanaan, pengorganisasian, pengawasan dan
pengevaluasian, sarana dan prasarana yang tersedia untuk dapat memberikan
asuhan keperawatan yang efektif dan efisien bagi individu, keluarga dan
masyarakat (Susanto,N.D). Asuhan keperawatan harus diberikan kepada klien
secara sistemik dan terorganisasi sehingga dibutuhkan suatu manajemen yang
baik dalam pemberian asuhan keperawatan.Asuhan keperawatan merupakan
titik sentral dalam pelayanan keperawatan, oleh karena itu manajemen asuhan
keperawatan yang benar akan meningkatkan mutu pelayanan asuhan
keperawatan. Tujuan asuhan keperawatan adalah untuk memandirikan pasien
sehingga dapat berfungsi secara optimal. Untuk mencapai kondisi tersebut
diperlukan manajemen asuhan keperawatan yang profesional, dan salah satu
faktor yang menentukan dalam manajemen tersebut adalah bagaimana asuhan
keperawatan diberikan oleh perawat melalui berbagai pendekatan model asuhan
keperawatan yang diberikan. Penetapan dan keberhasilan model pemberian
asuhan keperawatan yang digunakan di suatu rumah sakit sangat dipengaruhi
oleh banyak faktor, diantaranya adalah bagaimana pemahaman perawat tentang
model-model asuhan keperawatan tersebut.
Model Asuhan Keperawatan Profesional adalah suatu sistem yang
memungkinkan perawat profesional mengatur pemberian asuhan keperawatan
termasuk lingkungan untuk menopang pemberian asuhan tersebut.Sistem
MAKP adalah suatu kerangka kerja yang mendefinisikan empat unsur, yakni
standar, proses keperawatan, pendidikan keperawatan, dan sistem MAKP.
Defenisi tersebut berdasarkan prinsip-prinsip nilai yang diyakini, dan akan
menentukan kualitas produksi/jasa layanan keperawatan. Jika perawat tidak
memiliki nilai-nilai tersebut sebagai sesuatu pengambilan keputusan yang
independen, maka tujuan pelayanan kesehatan/keperawatan dalam memenuhi
kepuasan klien tidak akan dapat terwujud. MAKP terdiri dari empat jenis yaitu
metode fungsional, tim, primer dan kasus (Nursalam,2014).
Metode tim merupakan suatu metode pemberian asuhan keperawatan
dimana seorang perawat profesional memimpin sekelompok tenaga
keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan kelompok klien melalui
upaya kooperatif dan kolaboratif. Model tim didasarkan pada keyakinan bahwa
setiap anggota kelompok mempunyai kontribusi dalam merencanakan dan
memberikan asuhan keperawatan sehingga timbul motivasi dan rasa tanggung
jawab perawat yang tinggi sehingga diharapkan mutu asuhan keperawatan
meningkat.
Untuk itu, penulis tertarik untuk membahas salah satu model asuhan
keparawatan yaitu Model Asuhan Keperawatan Profesional Metode Tim.
2
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari latar belakang diatas, kami dapat memaparkan yaitu
bagaimana Penerapan Metode Tim dalam peningkatan mutu pelayanan
keperawatan.

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui peran model asuhan keperawatan profesional metode tim
dalam meningkatkan kualitas pelayanan asuhan keperawatan
2. Untuk memahami model asuhan keperawatan profesional metode tim dalam
peningkatan ketrampilan dan motivasi kerja keperawatan
3. Untuk mengaplikasikan peran model asuhan keperawatan profesional
metode tim dalam mengatur pemberian asuhan keperawatan
4. Untuk menganalisa sejauh mana kecukupan tenaga kerja dan kelebihan dan
kekurangan dalam penerapan metode tim di rumah sakit

D. Manfaat
1. Agar mengetahui peran model asuhan keperawatan profesional metode tim
dalam meningkatkan kualitas pelayanan asuhan keperawatan.
2. Agar memahami model asuhan keperawatan profesional metode tim dalam
peningkatan keterampilan dan motivasi kerja keperawatan.
3. Agar mengaplikasikan peran model asuhan keperawatan profesional
metode tim dalam mengatur pemberian asuhan keperawatan.
4. Agar menganalisa sejauh mana kecukupan tenaga kerja dan kelebihan dan
kekurangan dalam penerapan metode tim di rumah sakit.

3
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Tinjauan teori
1. Definisi
Metode Tim merupakan metode yang terdiri atas anggota yang
berbeda-beda dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap
kelompok pasien. Perawat ruangan di bagi menjadi 2-3 tim atau grup
yang terdiri atas tenaga professional, teknikal, dan pembantu dalam satu
kelompok kecil yang saling membantu.
Metode ini biasa digunakan pada pelayanan keperawatan di unit
rawat inap, unit rawat jalan, dan unit gawat darurat.Metode pemberian
asuhan keperawatan dimana seorang perawat professional memimpin
sekelompok tenaga keperawatan dengan berdasarkan konsep kooperatif
dan kolaboratif (Douglas , 1992).

2. Konsep Teori Tentang Metode Tim


a. Ketua tim sebagai perawat professional harus mampu menggunakan
berbagai teknik kepemimpinan.
b. Pentingnya komunikasi yang efektif agar kontinuitas rencana
keperawatan terjamin.
c. Anggota tim harus menghargai kepemimpinan ketua tim.
d. Peran kepala ruang penting dalam model tim, model tim akan
berhasil bila didukung oleh kepala ruang.

3. Kelebihan dan Kekurangan Metode Tim


Kelebihannya :
1. Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh.
2. Mendukung pelaksanaan proses keperawatan.

4
3. Memungkinkan komunikasi antar tim, sehingga konflik
mudah diatasi dam memberi kepuasan kepada anggota tim.

Kekurangan

1. Komunikasi antara anggota tim terbentuk terutama


dalam bentuk konferensi tim, yang biasanya
membutuhkan waktu, yang sulit untuk dilaksanakan
pada waktu-waktu sibuk.
2. Perawat yang belum terampil dan belum berpengalaman
cenderung untuk bergantung atau berlindungkepada
perawat yang mampu.
3. Jika pembagian tugas tidak jelas, maka tanggung jawab
dalam tim kabur.

4. Struktur Organisasi

Kepala Ruangan

Ketua Tim I (S1) Ketua Tim II (S1) Ketua Tim III (S1)

Perawat Tim I(S1) Perawat Tim II (S1) Perawat Tim III(S1)

Perawat Tim I(D3) Perawat Tim II(D3) Perawat Tim III(D3)

Perawat Tim I(D3) Perawat Tim II(D3) Perawat Tim III(D3)

Perawat Tim I(D3) Perawat Tim II(D3) Perawat Tim III(D3)

Pasien Pasien Pasien

a. Tanggung jawab anggota tim :


1) Memberikan asuhan keperawatan pada pasien dibawah tanggung
jawabnya.
5
2) Kerja sama dengan anggota tim dan antar tim.
3) Memberikan laporan.

b. Tanggung jawab ketua tim :

1) Membuat perencanaan.
2) Membuat penugasan, supervise, dan evaluasi.
3) Mengenal atau mengetahui kondisi pasien dan dapat menilai tingkat
kebutuhan pasien.
4) Mengembangkan kemampuan anggota.
5) Menyelenggarakan konferensi.
c. Tanggung Jawab Kepala Ruangan :
1) Perencanaan :
a) Menunjuk ketua tim yang akan bertugas diruangan masing-
masing.
b) Mengikuti serah terima pasien pada sif sebelumnya.
c) Mengidentifikasi tingkat ketergantungan pasien : gawat,
transisi dan persiapan pulang bersama ketua tim.
d) Mengidentifikasi jumlah perawat yang di butuhkan berdasarkan
aktivitas dan kebutuhan pasien bersama ketua tim, mengatur
penugasan atau penjadwalan.
e) Merencanakan strategi pelaksaan keperwatan.
f) Mengikuti visite dokter untuk mengetahui kondisi,
patofisiologi tindakan medis yang dilakukan, program
pengobatan dan mendiskusikan dengan dokter tentang tindakan
yang aka dilakukan terhadap pasien.
g) Mengatur dan mengendalikan asuhan keperawatan, termasuk
kegiatan membimbing pelaksana asuhan keperawatan,
membimbing penerapan proses keperawatan dan menilai
asuhan keperawatan, mengadakan diskusi untuk pemecahan
masalah, serta memberikan informasi kepada pasien atau
keluarga yang baru masuk.
6
h) Membantu mengembangkan niat pendidikan dan latihan diri.
i) Membantu membimbing peserta didik keperawatan.
j) Menjaga terwujud visi dan misi keperawatan dan rumah sakit.

2) Pengorganisasian :
a) Merumuskan metode penugasan yang digunakan.
b) Merumuskan tujuan metode penugasan,
c) Membuat rincian tugas ketua tim dan anggota tim secara jelas.
d) Membuat rentang kendali, kepala ruangan membawahi 2 ketua
tim, dan ketua tim, dan ketua tim membawahi 2-3 perawat.
e) Mengatur dan mengendalikan tenaga keperawatan: membuat
proses dinas, mengatur tenaga yang ada setiap hari, dll.
f) Mengatur dan mengendalikan logistic ruangan.
g) Mengatur dan mengendalikan situasi tempat praktik.
h) Mendelegasikan tugas, saat kepala ruangan tidak berada di
tempat kepada ketua tim
i) Memberikan wewenang kepala tata usaha untuk mengurus
administrasi pasien.
j) Mengatur penugasan jadwal pos dan pakarnya.
k) Identifikasi masalah dan tata cara penanganannya.

3) Pengarahan :
a) Memberi pengarahan tentang penugasan kepada ketua tim.
b) Memberikan pujian kepada anggota tim yang melaksanakan
tugas dengan baik.
c) Memberi motivasi dalam peningkatan pengetahuan,
keterampilan dan sikap.
d) Menginformasikan hal-hal yang dianggap penting dan
behubungan dengan asuhan keperawatan pada pasien.
e) Melibatkan bawahan sejak awal hingga akhir kegiatan.

7
f) Membimbing bawahan yang mengalami kesulitan dalam
melaksnakan tugasnya.
g) Meningkatkan kolaborasi dengan anggota tim lain.

4) Pengawasan :
a) Melalui komunikasi : mengawasi dan berkomunikasi langsung
dengan ketua tim maupun pelaksana mengenai asuhan
keperawatan yang diberikan kepada pasien.
b) Melalui supervisi :
- Pengawasan langsung dilakukan dengan cara inspeksi,
mengamati sendiri atau melalui laporan langsung secara
lisan dan memperbaiki mengawasi kelemahan – kelemahan
yang ada saat itu juga.
- Pengawasan tidak langsung yaitu mengecek daftar hadir
ketua tim, membaca dan memeriksa rencana keperawatan
serta catatan yang dibuat selama dan sesudah proses
keperawatn dilaksanakan (didokumentasikan), mendengar
laporan ketua tim tentang pelaksanaan tugas.
- Evaluasi.
- Mengevaluasi upaya pelaksana dan membandingkan
dengan rencana keperawtan yang telah disusun bersama
ketua tim.
- Audit keperawatan.

5. Pencapaian Indicator Kualitas Pelayanan Metode

a. Perhitungan BOR (Bed Occupancy Ratio = Angka penggunaan


tempat tidur)
Menurut depkes RI (2005), BOR adalah presentase
pemakaian tempat tidur pada satuan waktu tertentu. Indikator ini
memberikan gambaran tinggi rendahnya tingkat pemanfaatan

8
tempat tidur rumah sakit. Nilai parameter BOR yang ideal adalah
antara 60-85% (Depkes RI, 2005).

BOR = (jumlah hari perawatan di rumah sakit) × 100%


(jumlah tempat tidur × jumlah hari dalam satu periode)

b. ALOS (Average Length of Stay = Rata-rata lamanya pasien


dirawat)
Menurut Depkes RI (2005) adalah rata-rata lama rawat seorang
pasien. Indikator ini disamping memberikan gambaran tingkat
efisiensi, juga dapat memberikan gambaran mutu pelayanan, apabila
diterapkan pada diagnosis tertentu dapat dijadikan hal yang perlu
pengamatan yang lebih lanjut. Secara umum nilai ALOS yang ideal
antara 6-9 hari (Depkes,2005).

ALOS = (jumlah lama dirawat)


(jumlah pasien keluar (hidup + mati))

c. TOI (Turn Over Interval = Tenggang perputaran)

TOI menurut Depkes RI (2005) adalah rata-rata hari dimana


tempat tidur tidak ditempati dari telah diisi ke saat terisi berikutnya.
Indikator ini memberikan gambaran tingkat efisiensi penggunaan
tempat tidur. Idealnya tempat tidur kosong tidak terisi pada kisaran
1-3 hari.

TOI = (Jumlah tempat tidur × Periode) − Hari


Perawatan)
(jmlh pasien keluar (hidup + mati))

9
d. BTO (Bed Turn Over = Angka perputaran tempat tidur)
Menurut Depkes RI (2005) adalah frekuensi pemakaian
tempat tidur pada satu periode, berapa kali tempat tidur dipakai
dalam satu satuan waktu tertentu. Idealnya dalam satu tahun, satu
tempat tidur rata-rata dipakai 40-50 kali.
BTO = Jumlah pasien dirawat (hidup + mati)
(jumlah tempat tidur)

e. NDR (Net Death Rate)


NDR menurut Depkes RI (2005) adalah angka kematian 48
jam setelah dirawat untuk tiap-tiap 1000 penderita keluar. Indikator
ini memberikan gambaran mutu pelayanan di rumah sakit. Nilai
ideal NDR yaitu < 2,5%.

NDR = Jumlah pasien mati > 48 jam × 100%


(jumlah pasien keluar (hidup + mati))

f. GDR (Gross Death Rate)


GDR menurut Depkes RI (2005) adalah angka kematian
umum untuk setiap 1000 penderita keluar. Nilai ideal GDR yaitu <
3%.

GDR = Jumlah pasien mati seluruhnya × 100%


(jumlah pasien keluar (hidup + mati)

10
B. Pencapaian Indikator dalam Metode

Ilustrasi kasus disebuah RS selama 6 bulan


Kasus :
Di Ruang Sahadewa memiliki Kapasitas tempat tidur 30 TT, Jumlah
hari perawatan selama 6 bulan di rumah sakit = 3575, Jumlah pasien keluar
(pasien hidup + mati) = 579 pasien, Periode 6 bulan dari Januari - Juni 2019
(182 hari), Jumlah pasien mati > 48 jam = 33 pasien, Jumlah pasien mati
seluruhnya = 38 pasien
1. Perhitungan BOR ( Bed Occupancy Rate )
Rumus :
jumlah hari perawatan rumah sakit
BOR = jumlah TT x jumlah hari dalam satu tahun waktu x 100%

3575
=  100%
30  182
3575
= = 65,5%
5460

2. Perhitungan ALOS ( Average length of Stay )


Rumus :
jumlah lama dirawat
ALOS = jumlah pasien keluar (hidup+mati)

= 3575
579
= 6,2 hari = 6 hari
3. Perhitungan TOI ( Turn of Interval )
Rumus:
(jumlah TT x hari)−hari perawatan rumah sakit
TOI = jumlah pasien keluar (hidup+mati)

=
30  182  3575
579
5460  3575
=
579
= 1885
11
579
= 3,2hari = 3 hari

4. Perhitungan BTO ( Bed Turn Over )


Rumus
jumlah pasien keluar (hidup+mati)
BTO = jumlah tempat tidur

579
=
30
= 19 kali, dalam 6 bulan (idealnya 40-50 kali dalam satu tahun)

5. Perhitungan NDR ( Net Death Rate )


Rumus :
jumlah pasien mati > 48 𝑗𝑎𝑚 𝑑𝑖𝑟𝑎𝑤𝑎𝑡
NDR = x 100 %
jumlah pasien keluar (hidup+mati)

33
= x 100 %
579
= 5,7 %

6. Perhitungan GDR ( Gross Death Rate )


Rumus :
jumlah pasien mati seluruhnya
GDR = jumlah pasien keluar (hidup+mati) x 100%

38
= x 100 %
579
= 6,6 %

C. Pehitungan Beban Kerja dan Kebutuhn Tenaga Keperawatan

1. Teori
a. Douglas

12
Douglas ( 1984 ) menyampaikan standar waktu pelayanan pasien
rawat inap sebagai berikut :
1) Perawatan minimal memerlukan waktu : 1-2 jam/ 24 jam
2) Perawatan intermediet memerlukan waktu : 3-4 jam/ 24 jam
3) Perawatan maksimal / total memerlukan waktu : 5-6 jam/ 24
jam
Penerapan system klasifikasi pasien dengan tiga katagori tersebut
adalah sebagai berikut.
1) Katagori I : perawatan mandiri
a) Dapat melakukan kebersihan diri sendiri, seperti mandi dang
anti pakaian
b) Makan dan minum dilakukan sendiri
c) Pengawasan dalam ambulasi atau gerakan
d) Observasi tanda vital setiap sif
e) Pengobatan minimal, status psikologi stabil
f) Persiapan prosedur pengobatan
2) Katagori II : Perawatan intermediate
a) Dibantu dalam kebersihan diri, makan dan minum, ambulasi.
b) Observasi tanda vital setiap 4jam.
c) Pengobatan lebih dari 1kali.
d) Pakai kateter foley.
e) Pasang infus intake-output dicatat.
f) Pengobatan perlu diprosedur.
3) Katagori III : Perawatan local
a) Dibantu segala sesuatunya, posisi diatur.
b) Observasi tanda vital setiap 2jam
c) Pemakaian selang NG
d) Therapy intravena
e) Pemakaian suction
f) Kondisi gelisah / disorientasi / tidak sadar.

Catatan :
a. Dilakukan 1 hari sekali pada waktu yang sama dan sebaiknya
dilakukan oleh perawat yang sama selama 22hari :
b. Setiap pasien minimal memenuhi 3 kriteria berdasarkan klasifikasi
pasien;
c. Bila hanya memenuhi 1 kriteria maka pasien dikelompokan pada
klasifikasi diatasnya.

13
Rumus Douglas

Minimal Parsial Total

Pagi 0,17 0,27 0,36

Sore 0,14 0,15 0,30

Malam 0,07 0,10 0,20

b. Metode Gillies

1) Rumus kebutuhan tenaga keperawtan disatu unit perawatan adalah :

AxBxC = F =H
(C-D)xE G

Keterangan :
A. = Rata-rata jumlah perawat/ pasien/ hari
B. = Rata - rata jumlah pasien / hari (BOR x Jumlah tempat tidur)
C. = Jumlah hari/ tahun
D. = Jumlah hari libur masing-masing perawat
E. = Jumlah jam kerja masing-masing perawat
F. = Jumlah jam perawat yang diberikan perawat per tahun
G. = Jumlah jam kerja efektif per tahun
H. = Jumlah perawat yang dibutuhkan untuk unit tersebut
2) Jumlah tenaga yang bekerja setiap hari :
Rata-rata jam perawatan/ hari x rata-rata jumlah jam perawatan/ hari
Jumlah jam kerja efektif/ hari

3). Asumsi jumlah cuti hamil 5% ( usia subur) dari tenaga yang
dibutuhkan maka jumlah jam kerja yang hilang karena cuti hamil =
5% x jumlah hari cuti hamil x jumlah jam kerja / hari
Tambahan tenaga :
5% x jumlah tenaga x jumlah jam kerja cuti hamil
Jumlah jam kerja efektif/tahun

Catatan :

14
a) Jumlah hari takkerja/ tahun
Hari minggu ( 52 hari) + cuti tahunan ( 12 hari ) + hari besar ( 12
hari ) + cuti sakit/ izin (10hari) = 86 hari.
b) Jumlah hari kerja efektif/ tahun
Jumlah hari dalam 1tahun - jumlah hari takkerja = 365 - 86 = 279
hari.
c) Jumlah hari efektif/ minggu = 279 : 7 = 40 minggu
Jumlah jam kerja perminggu= 40 jam
d) Cuti hamil = 12 x 6 = 72 hari.
e) Jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan di satu unit harus
ditambah 20% (untuk antisipasi kekurangan / cadangan ).
f) Jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan persif, yaitu dengan
ketentuan. Proporsi dinas pagi 47%, sore 36% dan malam 17%.
g) Kombinasi jumlah tenaga menurut Abdellah dan Levinne adalah
55% tenga profsional dan 45% tenaga non professional.

Prinsip penghitungan rumus Gillies :


Dalam memberikan pelayanan keperawatan ada 3 jenis bentuk
pelayanan yaitu sebagai berikut :
1) Perawatan langsung, adalah perawatan yang berhubungan dengan
pemenuhan kebutuhan pasien baik fisik, psikologis, social dan
spiritual. Berdasarkan tingkat ketergantungan pasien pada perawatn
dapat diklasifikasikan dalam 4 kelompok yaitu : self care, partial
care, total care, dan intensive care. Rata-rata kebutuhan perawatan
langsung setiap pasien adalah 4jam per hari. Adapun waktu
perawatan berdasarkan tingkat ketergantungan pasien adalah :
a) Self care dibutuhkan ½ x 4 jam : 2jam
b) Partial care dibutuhkan ¾ x 4jam : 3jam
c) Total care dibutuhkan 1-1 ½ x 4jam : 4-6 jam
d) Intensive care dibutuhkan 2x 4 jam : 8jam
2) Perawatan tak langsung, meliputi kegiatan-kegiatan membuat
rencana perawatan, memasang/ menyiapkan alat, konsultasi dengan
anggota tim, menulis dan membaca catatan kesehatan, melaporkan
kondisi pasien. Dari hasil penelitian RS Graha Detroit = 38 menit/
pasien/ hari, sedangkan menurut Wolfed an Young = 60

15
menit/pasien / hari dan penelitian dirumah sakit John Hopkins
dibituhkan 60 menit/ pasien ( Gillies 1996 ).
3) Pendidikan kesehatan yang diberikan kepada pasien meliputi :
aktivitas, pengobatan serta tindak lanjut pengobatan. Menurut
Mayer dalam Gillies 1996, waktu yang dibutuhkan untuk
pendidikan kesehatan ialah 15 menit/pasien/ hari.

c. Depkes RI

Berdasarkan pengelompokan unit kerja di rumah sakit ( Depkes, 2011


)

Kebutuhan tenaga keperawatan ( perawat dan bidan ) harus


memperhatikan unit kerja yang ada di rumah sakit. Secara garis besar
terdapat pengelompokan unit kerja di rumah sakit sebagai berikut.
1) Rawat inap
Berdasarkan klasifikasi pasien cara penghitungannya berdasarkan
:
a) Tingkat ketergantungan pasien berdasarkan jenis kasus ;
b) Jumlah perawatan yang di perlukan/hari/pasien:
c) Jam perawatan yang diperlukan/ruang/hari:
d) Jam kerja efektif tiap perawat atau bidan 7 jamper hari;
Jumlah tenaga keperawtan yang di perlukan adalah :
Rata-rata
Rata-rata jam Jumlah
No Jenis/Katagori
pasien/hari perawatan/ perawatan/hari
pasien/ hari
1 Pasien penyakit 10 3,5 35
dalam
2 Pasien bedah 8 4 32
3 Pasien gawat 1 10 10
4 Pasien anak 3 4,5 13,5

16
5 Pasien kebidanan 1 2,5 2,5
Jumlah 23 93,0

Jumlah jam perawat


Jam kerja efektif per sif
Untuk perhitungan jumlag tenaga tersebut perlu ditambah ( faktor
koreksi dengan hari libur/cuti/hari besar (Loss Day)

Loss Day =

Jumlah hari minggu 1 tahun + Cuti + Hari besar x jumlah perawat tersedia

Jumlah hari kerja efektif

Jumlah tenaga keperawatan yang mengerjakan tugas-tugas


nonkeperawatan (non-nursing jobs ), seperti : membuat perincian pasien
pulang, kebersihan ruangan kesersihan alat-alat makan pasien dal lain-lain,
diperkirakan 25% dari jam pelayanan keperawatan.

(Jumlah tenaga keperawatan + loss day ) x 25%

Jumlah tenaga : tenaga yang tersedia + faktor koreksi

Tingkat ketergantungan pasien :

Pasien dikalasifikasikan dalam beberapa kategori yang didasarkan pada


kebutuhan terhadap asuhan keperawatan/kebidanan.

1) Asuhan keperawatan minimal (minimal care), dengan kriteria :

a) Kebersihan diri, mandi, ganti pakaian dilakukan sendiri

b) Makan dan minum dilakukan sendiri

c) Ambulasi dengan pengawasan

d) Observasi tanda - tanda vital

e) Pengobatan minimal, status psikologis stabil.

17
2) Asuhan keperawatan sedang, dengan kriteria :

a) Kebersihan diri dibantu, makan minum dibantu

b) Observasi tanda-tanda vital setiap 4 jam

c) Ambulasi dibantu, pengobatan lebih dari sekali.

3) Asuhan keperawatan agak berat, dengan kriteria hasil :

a) Sebagian aktivitas dibantu

b) Observasi tanda-tanda vital setiap 2-4jam

c) Terpasang kateter foleey, intake dan out put dicatat

d) Terpasang infus

e) Pengobatan lebih dari sekali

f) Persiapan pengobatan memerlukan prosedur

4) Asuhan keperwatan maksimal, dengan kriteria :

a) Segala aktivitas dibantu oleh perawat

b) Posisi pasien diatur dan observasi tanda-tanda vital setiap


2jam

c) Makan memerlukan NGT dan menggunakan suction

d) Gelisah/ disorientasi

Jumlah perawat yang dibutuhkan adalah :

Jumlah jam perawatan diruang hari

Jam efektif perawat

Untuk perhitungan jumlah tenaga tersebut perlu ditambah (faktor


koreksi) dengan :

Hari libur/ cuti / hari besar (loss day)

Loss day =

18
Jumlah hari minggu dalam 1tahun + cuti + hari besar + Jumlah
perawat yang

Jumlah hari kerja efektif diperlukan

Jumlah tenaga keperawatan yang mengerjakan tugas-tugas


nonkeperawatan (non-nursing jobs) seperti contohnya: membuat
perincian pasien pulang, kebersihan ruangan, kebersihan alat-alat
makan pasien, dan lain-lain diperkirakan 25% dari jam pelayanan
keperawatan. (jumlah tenaga keperawatan + loss day) x 25%

a. Jumlah tenaga untuk kamar operasi

1). Dasar perhitungan tenaga dikamar operasi :

a) Jumlah dan jenis operasi

b) Jumlah kamar operasi

c) Pemakaian kamar operasi (diprediksi 6 jam perhari)


pada hari kerja

d) Tugas perawat dikamar operasi : instumentator, perawat


sirkulasi (2 orang/tim)

e) Tingkat ketergantungan pasien :

- Operasi besar: 5 jam/operasi

- Operasi sedang : 2 jam/operasi

- Operasi kecil : 1 jam/operasi

Rumus :

(Jumlah jam perawatan/hari jumlah operasi) x jumlah perawat


dalam tim

Jam kerja efektif/hari

b. Jumlah tenaga diruang penerimaan

1) Ketergantungan pasien diruang penerimaan : 15 menit


19
2) Ketergantungan di RR : 1 jam

Jumlah jam perawatan x rata-rata jumlah pasien/hari

Jam kerja efektif/hari

Perhitungan diatas dengan kondisi : alat tenun dan set operasi


dipersiapkan oleh CSSD

c. Jumlah tenaga di instansi gawat darurat

Dasar perhitungan di gawat darurat adalah :

1. Rata-rata jumlah pasien per hari

2. Jumlh jam perawat perhari

3. Jam efektif perhari

Rata-rata jumlah pasien x jumlah jam perawatan/ hari

Jam kerja efektif/hari

Ditambah loss day 86/279 x jumlah kebutuhan

d. Kriticel care
Rata-rata jumlah pasien/hari = 10

Jumlah jam perawatan/hari = 12

Rata-rata jumlah pasien/hari x jumlah jam perawatan/hari

Jam kerja/hari

Ditambah loss day 86/279 x jumlah kebutuhan

e. Rawat jalan

Jumlah pasien/hari =100 orang

Jumlah jam perawatan/hari = 15 menit

Rata-rata jumlah pasien/hari x jumlah jam perawatan/hari

Jam efektif/hari (7 jam ) x 60 menit

Ditambah koreksi 15%


20
f. Kamar bersalin

Waktu pertolongan kala I-IV = 4 jam/ pasien

Jam kerja efektif = 7 jam/hari

Rata-rata jumlah pasien setiap hari = 10 orang

Jumlah setiap hari rata-rata x 4 jam

7 jam/hari

Ditambah loss day

2. Kasus
Rumah Sakit X, adalah rumah sakit tipe C dengan 200 TT. Mau menghitung
tenaga keperawatan diruang bedah dengan kapasitas 40TT dengan BOR
rata-rata 75%. Dalam seminggu rata-rata 5 pasien dengan tingkat
ketergantungan minimal, 14 pasien dengan ketergantungan parsial, 11
pasien dengan ketergantungan total.

3. Hitungan
a. Perhitungan tenaga menurut Douglas:

Tingkat Jumlah Jumlah Kebutuhan Tenaga Kerja


Ketergantungan Pasien

Pagi Sore Malam

Minimal 5 5x0,17= 0,85 5x0,14= 0,7 5x0,07= 0,35

Parsial 14 14x0,27= 3,75 14x0,15= 2,1 14x0,10= 1,4

Total 11 11x0,36= 3,96 11x0,30= 3,3 11x0,20= 2,2

Jumlah 30 8,56 (9 orang) 6,1 (6 orang) 3,96 (4 orang)

Total : 9 + 6 + 4 = 19 orang

21
Jadi total tenaga perawat yang dibutuhkan adalah 19 orang

Jumlah tenaga lepas dinas perhari :


86𝑥19
= 5,85
279

= 6 orang

Stuktural :
Ketua Tim = 2 orang
Penanggung Jawab Siang/Malam = 2 orang
Kepala Ruangan = 1 orang
Wakil kepala ruangan = 1 orang
Jumlah Struktural = 6 orang
Total jumah perawat = jumlah perawat + jumlah lepas +
struktural
= 19 + 6 + 6
= 31 orang

a. Perhitungan tenaga menurut Gillies :

1) Jumlah perawatan yang dibutuhkan pasien per hari


a) Perawatan Langsung

Mandiri 5 x 2 jam = 10 jam


Parsial 14 x 3 jam = 42 jam
Total 11 x 6 jam = 66 jam
Jumlah = 118 jam

b) Perawatan tidak langsung


30 x 1 jam = 30 jam

c) Penyuluhan kesehatan
30 x 0,25 = 7,5 jam

Total jam secara keseluruhan


22
118 jam+ 30 jam+ 7,5 jam = 155,5 jam.

Total perawatan yang dibutuhkan pasien per hari adalah


155,5 =5,18 jam
30

2) Kebutuhan tenaga keperawatan pada ruang tersebut :

5,18 x 30 x 365 56,721


(365-86)x7 = 1953 = 29 orang

Cadangan 20% x 30 = 6 orang

Jadi jumlah tenaga kerja = 29 orang + 6 orang = 31 orang.

3) Jumlah kebutuhan tenaga keperawatan per hari

30 x 5,18

7 jam = 22 orang

Struktural :

Ketua Tim = 2 orang


Penanggung Jawab Siang/Malam = 2 orang
Kepala Ruangan = 1 orang
Wakil kepala ruangan = 1 orang

Jumlah Struktural = 6 orang

Total kebutuhan hari itu = kebutuhan perawat + struktural = 22 +


6 = 28 orang

4) Jumlah tenaga per sif :

Pagi 47% x 28 = 13,16 (14 orang)

Sore 36% x 28 = 10,08 (10 orang )

Malam 17% x 28 = 4,76 ( 5 orang )

Total 14+10+5 = 29 orang

23
D. Kombinasi :

a) 55% x 31 = 17,1 ( 17 orang)


b) 45% x 31 = 13,95 (14 orang)

a. Perhitungan tenaga menurut Depkes RI 2005

1) Jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan :

No Jenis/katagori Rata-rata Rata-rata jam Jumlah


pasien/hari perawatan/pasien/hari perawatan/hari

1Pasien Bedah 30 4 120

Jumlah jam perawatan

Jam kerja efektif per sif

= ( 30 x 4 )

= 17 orang

2) Loss Day / Tambahan Perawat :

Jumlah hari minggu 1tahun + Cuti + Hari besar × Jumlah perawat


tersedia

Jumlah hari kerja efektif

= 52 + 12 15 x 17 orang

(365-79)

= 79 x 17

286

= 4,7 (5 orang)

24
3) Non Nursing Job :

( Jumlah tenaga keperawatan + Loss day ) × 25 %

= ( 17 + 5 ) x 25%

= 22 x 25 %

= 5,5 ( 5 orang ).

Jumah perawat = 17 + 5 + 5 = 27 orang

Struktural :
Kepala Ruangan = 1 orang
Wakil kepala ruangan = 1 orang
Ketua TIM = 2 orang
Penanggung jawab Sore/Malam = 2 orang

Total jumah perawat = 27 + 6 = 33 orang

25
E. Role Play

Role Play Bermain Peran MAKP Metode Tim

Kepala ruangan
Mayanti Anggarista

Ketua tim I Ketua tim II


Kari Adi Yasa Laksmi Pradnyani

Anggota Tim I (S1) Anggota Tim II (S1)


Mirah Ari Lina Pertiwi

Anggota Tim I (D3) Anggota Tim II (D3)


Kristina Krismayanti

Anggota Tim I (D3) Anggota Tim II (D3)


Maria Stefani Mas Yuni Laksmi

Pasien/klien Keluarga Pasien Pasien/klien Keluarga Pasien


Lelyana Intan Maylin Karina Jaline

26
KETERANGAN

Kepala Ruangan : Mayanti Anggarista

Ketua Tim I : Adi Yasa

Ketua Tim II : Laksmi Pradnyani

Anggota Tim I(1) : Mirah Ari

Anggota Tim I (2) : Kristina Dewi

Anggota Tim I (3) : Maria Stefani

Anggota Tim II (1) : Lina Pertiwi

Anggota Tim II (2) : Krismayanti

Anggota Tim II (3) : Mas Yuni Laksmi

Pasien tim I : Lelyana Intan

Keluarga Pasien Tim I : Maylin Adnyani

Pasien tim II : Karina

Keluarga Pasien Tim II : Jaline

27
“Kepala ruangan bersama kedua kelompok perawat yang bertugas
pada pagi hari dan sore hari berkumpul bersama di nurse station. Operan
pasien dilakukan di Ruang Bedah Rumah Sakit Sejahtera pada hari Senin, 2
Juni 2019 pukul 13.30 siang, operan diberikan oleh perawat pagi kepada
perawat sore.”

Kepala ruangan bersama kedua tim perawat yang bertugas pada pagi hari
dan sore hari berkumpul bersama di nurse station, kemudian kepala ruangan
membuka kegiatan timbang terima pasien.

KARU : Om Swastyastu, Selamat siang teman-teman perawat.


(Maya) Sebelum kita melakukan proses timbang terima, marilah
kita mengucapkan puji syukur kepada TYME atas berkat
dan rahmat beliau kita dapat berkumpul bersama disini
pada ( Senin, 2 Juni 2019) Pada sore ini, kita akan
melakukan proses timbang terima yang rutin dilakukan saat
pergantian shift. Bagi perawat yang bertugas pagi hari
silahkan menjelaskan kondisi pasien saat ini kepada
perawat yang bertugas pada sore ini

KATIM I : Saya selaku Katim I, mengucapkan terimakasih atas


(Adi Yasa) kesempatan yang diberikan. Saat ini kami mengelola 12
orang pasien dengan 6 pasien BPJS dan 6 pasien umum,
terdapat 3 pasien pulang, dan 2 pasien baru masuk tadi
malam. Untuk 2 pasien baru perlu dilakukan observasi.
Pasien pertama atas nama Ny. Lely dengan diagnose medis
CKR + Fr. Basis Cranii + SAH. Pasien kedua lansia atas
nama Ny. Karina dengan diagnose medis CHF. Untuk
selanjutnya perawat PP saya akan menjelaskan mengenai
dua pasien ini.

28
Perawat Pagi I/PP Pasien Ny. Lely dengan RM 00126 berumur 23 tahun,
(Mirah): masuk IGD dengan penurunan kesadaran, korban tabrak
lari, dipindahkan ke ruangan jam 1 dini hari untuk
observasi lebih lanjut. Pasien didiagnose medis CKR + Fr.
Basis Cranii + SAH, terdapat lesi pada temporal dengan
luas lesi 4 cm, laporan dari dinas malam sempat terjadinya
perdarahan pada telinga, keadaan umum pasien saat ini
compos mentis E3V4M6 GCS: 13, pemeriksaan TTV yang
terakhir dilakukan pada pukul 10.00 wita, dengan TD
:140/80 mmHg N:120x/menit, S:370C, RR:22x/menit,
terpasang nasal kanul 4lpm. Lalu masalah keperawatan
yang ditemukan adalah risiko ketidakefektifan perfusi
jaringan otak, hambatan mobilitas fisik, risiko perdarahan

KARU : Baik, lalu bagaimana dengan pemeriksaan penunjangnya?


(Maya)

Perawat Pagi II : Untuk pemeriksaan penunjang yang sudah dilakukan CT


(Kristina) Scan dan AGD

Perawat Sore I : Apakah pasien selama pagi tadi sempat tidur terus dan sulit
(Lina) dibangunkan?

Laporan dari perawat dinas malam pasien sempat gelisah


Perawat Pagi II :
saat sadar, selama beberapa jam lalu tidur sampai pagi dan
(Kristina) sulit dibangunkan. Tetapi selama pagi tadi hingga sekarang
GCS pasien membaik. Dokter Rai juga sudah visite, cukup
diobservasi saja dulu dan lanjutkan obat.

Perawat Sore III : Apakah pasien sempat mengeluh nyeri kepala, atau
muntah?
(Mas Yuni)

29
Perawat Pagi III : Untuk saat ini, pasien dan keluarga tidak ada melaporkan

(Maria) bahwa pasien mengeluh hal tersebut.

Intervensi apa saja yang sudah dilakukan kepada pasien?

Karu (Maya) : Berdasarkan masalah keperawatan utama, yang kami


angkat adalah risiko perfusi jaringan serebral. Intervensi
Perawat Pagi III :
yang sudah dilakukan:
(Maria)
1. Observasi GCS
2. Monitor MAP
3. Monitor status respirasi
4. Monitor intake dan output
5. Pemberian oksigenasi
6. Monitor vital sign
7. Memberikan obat sesuai order dokter yang diberikan
berupa rheologic agent (mannitol)

Untuk perawat jaga sore, bisa melanjutkan intervensi yang


sudah dilakukan tadi. Pasien juga berisiko jatuh, karena
sempat gelisah beberapa kali. Sudah dipasang gelang
kuning.
Apakah ada yang ingin ditanyakan terkait pasien?

Perawat Sore I : Tidak ada untuk saat ini.


(Lina)

KARU : Baik kalau begitu, sekarang kita lanjut ke pasien berikutnya


(Maya) silahkan untuk Tim I.

Perawat Pagi I : Ny. Karina dengan RM 00258 berumur 67 tahun, pasien


(Maylin) mengeluh sesak sejak dua hari lalu, sesak saat bertambah
saat melakukan aktivitas. Pasien juga mengeluh susah tidur
karena sesak. Pasien punya riwayat hipertensi sejak 7 tahun

30
yang lalu. Terdapat pembengkakan pada ekstremitas
bawah. Keluarga pasien juga mengatakan pasien
mengalami penurunan napsu makan sejak 2 hari lalu. Hasil
vital sign TTV: TD: 170/mmHg, Nadi: 90X/menit, RR:
25x/menit, Suhu: 37C. Pasien terpasang nasal kanul 5 lpm.
Pasien didiagnosa medis dengan CHF Grade II. Tiga
masalah keperawatan utama yang diangkat risiko
penurunan perfusi jaringan jantung, intoleransi aktivitas,
kelebihan volume cairan.

Perawat Sore II : Bagaimana dengan pemeriksaan penunjang yang sudah


dilakukan?

Perawat Pagi II : Pemeriksaan EKG dan elektrolit darah sudah dilakukan.


(Krismayanti) Untuk nanti jam 14.00 ada janji pemeriksaan foto thoraks.
Mohon perawat dinas sore untuk mengantar pasien untuk
foto thoraks untuk ordernya sudah disiapkan.

Perawat Sore III :


Untuk intervensi yang sudah dilakukan apa saja?
(Mas Yuni)

Perawat Pagi II :
(Kristina) Implementasi yang sudah dilakukan pagi ini antara lain:

- Memonitor TTV
- Monitor adanya dyspnea, fatique, takipneu, dan
ortopneu
- Monitor balance cairan
- Monitor status pernapasan
- Monitor adanya sianosis perifer
- Monitor status kardiovaskuler

31
Untuk perawat dinas sore bisa meneruskan intervensi yang
sudah dilakukan. Apakah ada pertanyaan terkaitt pasien?

Perawat Sore II : Untuk sekarang tidak ada. Nanti sambil berproses saja

KARU : Terimakasih untuk masing – masing tim yang telah


(Maya) menyampaikan laporan kondisi pasien. Apakah katim dari
masing – masing tim perawat ingin menyampaikan
tambahan laporan dari timnya?

Kedua Katim : Tidak bu.

KARU : Baik, jika tidak ada tambahan, mari kita langsung ke


(Maya) ruangan pasien.

Saat berada di ruangan pasien:

KARU : Selamat siang ibu-ibu dan bapak-bapak. Bagaimana


(Maya) kondisi bapak hari ini? Seperti biasa kami disini akan
melakukan kegiatan operan setiap pergantian shift.
Tujuannya untuk mengkomunikasikan kondisi bapak saat
ini dan menyampaikan informasi yang penting antar
petugas shift jaga sore. Baik pada sore hari ini ada perawat
Lina, Krisma, dan Mas Yuni yang akan menggantikan
perawat yang bertugas pagi ini untuk melanjutkan asuhan
keperawatan.

Selanjutnya perawat sore yang menerima operan dari perawat pagi langsung
melakukan validasi ke pasien kelolaan timnya.

Pasien 1 :

32
Katim II : Selamat Sore bu, saya perawat Laksmi dan teman-teman
(masing perawat jaga sore memperkenalkan diri), saya yang
(Laksmi)
akan merawat ibu dari pukul 14.00 – 20.00, bagaimana
perasaan ibu hari ini? Apakah ibu ada keluhan?

Pasien : Dada kiri saya sakit. Nyeri sedikit. Kalau mau batuk, baru
(Karina) terasa nyerinya

Keluarga Pasien : Ibu mulai batuk juga sus. Saya tidak tahu dari kapan. Saya
baru menggantikan saudara ipar saya buat jagain ibu.
(Jelin)
Batuknya berdahak? Dahaknya banyak bu?
Perawat Sore II :

(Mas Yuni)
Tidak terlalu banyak. Hanya saja ibu mengeluh bertambah
Keluarga (Jelin):
nyerinya kalau batuk

Perawat Sore I :
Baik kalau begitu. Coba ibu minum air hangat. Supaya
(Lina)
dahaknya terurai, agar mudah dikeluarkan. Nanti saya akan
datang ke sini lagi untuk mengajarkan batuk efektif.

Keluarga (Jelin):
Tidak dapat obat batuk sus?

Perawat Pagi I
Saya laporkan ke dokter dulu ya bu. Karena kondisi ibu
(Lina) masih dalam observasi, harus kami pantau juga. Setelah itu,
baru dokter putuskan masalah obat batuknya untuk ibu. Nanti
jam 14.00 Ibu Karina akan melakukan pemeriksaan foto
thoraks untuk melihat keadaan jantungnya.

Baik sus. Terima kasih banyak.


Keluarga (Jelin) :

33
Pasien 2 :

Katim II : Selamat Sore bu, saya perawat Laksmi dan teman-teman


(Laksmi) (masing perawat jaga sore memperkenalkan diri), saya
yang akan merawat ibu dari pukul 14.00 – 20.00,
bagaimana perasaan ibu hari ini? Apakah ibu ada
keluhan?

Pasien : Saya sedikit pusing. Sering sakit kepala.


(Lely)

Perawat Sore I Pusing dan sakit kepalanya sejak kapan bu? Sakitnya
(Lina): seperti apa? Ditusuk – tusuk?

Pasien (Lely): Tadi pas dibangunin untuk minum air, mulai pusing dan
sakit kepala saya. Tidak ditusuk – tusuk. Sakit saja.

Keluarga : Adik saya tidak tenang dari tadi sus. Gelisah kalau dia
(Maylin) tidur. Ini tidak apa-apa ya? Tadi, saya diminta perawat
paginya untuk sering-sering bangunin adik saya, kalau
dia tidur.

Perawat Sore II Iya bu. Fungsinya kita membangunkan untuk melihat


: (Mas Yuni) kesadaran adik ibu. Mengalami penurunan atau tidak.
Ditakutkan cedera kepala ringannya berubah menjadi
cedera kepala sedang. Kami akan mengobservasi kondisi
adik ibu. Tolong palang di tempat tidur ini jangan
diturunkan ya bu, untuk menjaga pasien agar tidak jatuh,
mohon juga pasien selalu ditemani. Untuk keluhan ibu
mengenai nyeri dan pusing, obatnya sudah ada bu, dan

34
tadi pagi sudah diberikan. Yang disuntik langsung ke
infus ibu yang terpasang ditangan. Nanti obat sorenya
akan dapat. Tetapi tetap saya laporkan ke dokter, terkait
observasi.
Pasien/keluarga
Baik sus, terima kasih
(Lely dan Maylin):

Demikian perawat yang bertugas sore menanyakan keluhan - keluhan


semua pasien yang berada di ruang Bedah Rumah Sakit Sejahtera untuk
memvalidasi data yang diperoleh oleh perawat pada masing-masing tim (tim sore).

KARU : Sebelum saya akhiri kegiatan timbang terima sore ini


(Maya) mungkin ada tambahan atau koreksi yang perlu
didiskusikan kembali dari perawat? Untuk pasien dan
keluarga ada yang ingin ditanyakan? Jika tidak saya
ucapkan terimakasih pada semua pihak yang telah
mengikuti timbang terima ini.

(Anggota timbang terima meninggalkan kamar pasien dan menuju nurse station)

Di ruang perawat

KARU : Kita tadi sudah melakukan kegiatan timbang terima, saya


(Maya) berharap dengan adanya kegiatan ini proses pendelegasian
tugas antar shift, bisa jelas dan terstruktur. Mungkin dari
beberapa pasien tadi ada yang masih harus di diskusikan
lagi?

Semua perawat : Tidak bu

KARU : Baik jika tidak ada yang dibahas lagi, saya tutup timbang
terima hari ini. Om Santih, Santih, Santih Om.
(Maya)

35
KATIM II : Baik, kalau begitu saya permisi dulu bu.

(Laksmi)

36
BAB III

PEMBAHASAN

Model Tim berdasarkan pada kelompok filosofi keperawatan. Enam – tujuh


perawat profesional dan perawat associate bekerja sebagai suatu tim, disupervisi
oleh tim. Metode ini menggunakan tim yang terdiri dari anggota yang berbeda-beda
dalam memberikan Asuhan Keperawatan terhadap sekelompok pasien, perawat
ruangan dibagi menjadi 2-3 tim/grup yang terdiri dari tenaga profesional, teknikal
dan pembantu dalam satu grup kecil yang saling membantu (Nursalam 2002).
Metode tim merupakan suatu metode pemberian asuhan keperawatan
dimana seorang perawat profesional memimpin sekelompok tenaga keperawatan
dalam pemberian asuhan keperawatan kelompok klien melalui upaya kooperatif
dan kolaboratif ( Douglas, 1984 ). Metode Tim memiliki kelebihan dan kekurangan.
Kelebihannya adalah memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh,
dan komunikasi antar tim yang baik sehingga konflik dapat mudah diatasi, namun
tidak bisa dipungkiri bahwa bentuk komunikasi seperti konferensi tim sulit
dilakukan karena ketersediaan waktu dari masing – masing anggota tim. Ditambah,
perawat yang tidak terampil atau perawat baru akan cenderung berlindung pada
perawat yang mampu, sehingga tidak ada pengembangan skill. Selain itu juga, jika
pembagian tugas dari ketua tim tidak jelas dan tepat, maka tanggung jawab dalam
tim akan kabur dan mempengaruhi pada kualitas asuhan keperawatan pada pasien.

37
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Model Tim berdasarkan pada kelompok filosofi keperawatan. Enam


– tujuh perawat profesional dan perawat associate bekerja sebagai suatu tim,
disupervisi oleh tim. Metode ini menggunakan tim yang terdiri dari anggota
yang berbeda-beda dalam memberikan Asuhan Keperawatan terhadap
sekelompok pasien, perawat ruangan dibagi menjadi 2-3 tim/grup yang
terdiri dari tenaga profesional, teknikal dan pembantu dalam satu grup kecil
yang saling membantu (Nursalam 2002).

B. Saran
1. Bagi tenaga kesehatan di harapkan dapat mengembangkan wawasan
mengenai metode MAKP khususnya pada metode tim serta dapat
menerapkan metode MAKP di ruangan.

2. Bagi rumah sakit di harapkan dapat memberikan tambahan informasi


bagi perawat mengenai metode MAKP

38
DAFTAR PUSTAKA

Nursalam.2014. Manajemen Keperawatan. Jakarta : Salemba medika

Susanto, Tantut. (N.D). Analisis Situasi Penerapan Manajemen Pelayanan


Keperawatan Kesehatan Komunitas: Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja
(Adolescent Friendly) Pada Pemenuhan Kebutuhan Kesehatan
Reproduksiaggregate Remaja Di Kelurahan Tugu Kecamatan Cimanggis Kota
Depok. Diperoleh tanggal 20 April 2015, dari http://pustaka.unpad.ac.id/wp-
content/uploads/2013/12/Pustaka_Unpad_FAKTOR-FAKTOR_-YANG_-
MEMPENGARUHI_-PERENCANAAN.pdf.pdf.

39

Anda mungkin juga menyukai