Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
TOPIK :
PERKEMBANAN DEMOKRASI TERHADAP TUGAS POKOK POLRI
JUDUL :
OPTIMALISASI DETEKSI DINI INTELKAM POLRES X
GUNA MENCEGAH AKSI UNJUK RASA YANG ANARKIS DALAM PILKADA 2013
DALAM RANGKA TERWUJUDNYA KAMTIBMAS YANG KONDUSIF
I. PENDAHULUAN
1. Latar belakang.
Demokrasi yang baik dan sehat adalah suatu sistem demokrasi yang dijalankan dengan
tetap merujuk aturan atau koridor hukum yang berlaku. bukannya jalan sendiri-sendiri
alasannya, ini demokrasi, semua orang punya hak yang sama dan bebas melakukan apa saja,
akhirnya apa yang terjadi-bisa kita nilai langsung hasilnya. kerusuhan pilkada, arogansi
aparatur negara, korupsi, kolusi, abused of power, anarkhisme massa dan lain sebagainya,
semuanya berdalih demokrasi.
Maka disinilah terjadi bias demokrasi. tidak seperti apa yang didambakan, apa yang
diidamkan, dan apa yang dikehendaki semangat reformasi pada tahun 1998 ketika digulirkan
dulu.
Pada sisi yang lain pemahaman masyarakat terhadap demokrasi pasca reformasi telah
membias bahkan cenderung salah tafsir. Demokrasi yang seharusnya bermakna adalah
kekuasaan ditangan rakyat yang dengan menjunjung tinggi norma-norma hukum, sosial
budaya dan agama, malah bergeser kepada kebebasan yang tidak bisa tersentuh oleh hukum
mapun norma-norma lain yang diakui oleh masyarakat. Demokrasi yang seharusnya penuh
dengan kebebasan, toleransi, menghormati perbedaan, persamaan hak, persaudaraan, terbuka
dan tidak memaksakan kehendak, malah sekarang masyarakat pada faktanya mewujudkan
demokrasi menjadi kebebasan yang tidak terbatas, perbedaan menjadi sumber konflik,
keterbukaan menjadi sumber hujat menghujuat dan toleransi menjadi pemaksaaan kehendak.
Dengan kondisi demikian, pada tahun 2013 pemerintah daerah akan menyelenggarakan
pesta demokrasi politik yaitu pemilihan Kepada Daerah dan Wakil Daerah.
2
Pesta politik yang akan berlangsung pada tahun ini, banyak langkah-langkah yang
dilakukan oleh para pendukung calon Kepala daerah dan Wakil Kepala Daerah melalui
kendaraan partai politik sudah dimulai dari sekarang, “Mapping” (pemetaan) kekuatan yang
tidak hanya dilakukan terhadap sasaran politik formal saja seperti partai-partai politik, tokoh-
tokoh politik, LSM-Satgas yang dibentuk khusus oleh partai politik untuk mendukung partai-
partai politik tertentu, akan tetapi terhadap perkembangan politik informalpun seperti Ormas,
LSM non politik, komunitas masyarakat, tokoh-tokoh agama, budaya, adat dan lain-lain yang
mempunyai kekuatan massa telah menjadi incaran dari para pelaku politik formal.
Pesta demokrasi politik yang berarti semua kekuatan politik baik itu formal maupun
informal akan di pergunakan oleh masing-masing partai politik guna mencapai tujuan yang
telah diagendakan.
Banyak potensi-potensi yang ada dimasyarakat yang akan berdampak dari agenda pesta
politik Pilkada 2013 yang dilakukan oleh para politikus-politikus dari lembaga eksekutif,
legislatif maupun oleh para tim suksesi parta politik terhadap potensi masyarakat yang
menjadi objek dari perkembangan politik informal tersebut seperti Ormas-ormas, LSM,
Komunitas masyarakat, dan lembaga-lembaga informal lainnya. Pada umumnya potensi-
potensi masyarakat tersebut akan menjadi sasaran dari perkembangan politik informal. Oleh
karena itu, Polri harus dapat mensikapi perkembangan issu tersebut sehingga mulai dari
melakukan pemberdayaan melalui kerjasama pendekatan, koordinasi pembinaan dan lain-lain
dengan potensi masyarakat yang ada dalam rangka untuk mendukung tugas-tugas kepolisian
dalam rangka pengamanan Pilkada 2013.
2. Permasalahan.
Berdasarkan latar belakang pemikiran di atas, maka permasalahan yang akan dibahas
pada penulisan ini adalah optimalisasi pemberdayaan komunitas buruh guna mencegah aksi
unjuk rasa yang anarkis dalam rangka terselenggaranya Pilkada 2013
3. Pokok-pokok persoalan.
Merujuk pada permasalahan diatas, maka pokok-pokok persoalan yang akan dibahas
dalam tulisan ini adalah sebagai berikut :
a. Bagaimana kondisi SDM Sat Intelkam dalam pemberdayaan komunitas buruh?
b. Bagaimana sistem dan metode pemberdayaan komunitas buruh buruh?
4. Ruang Lingkup
Representasi penulisan naskah ini tentang optimalisasi pemberdayaan komunitas buruh
guna mencegah aksi unjuk rasa yang anarkis dalam rangka terselenggaranya Pilkada 2013,
3
ditinjau dari aspek sumber daya manusia dan sistem metode yang diterapkan khususnya pada
fungsi Sat Intelkam, selanjutnya secara proporsional difokuskan pada kesatuan Polres X.
II. PEMBAHASAN.
5. FAKTA-FAKTA.
Kegiatan dan aktifitas buruh di Wilayah Kab. X secara umum dapat berdampak
terhadap situasi Kamtibmas disebabkan permasalahan kesejahteraan para buruh maupun
permasalahan upah tahunan (UMK), dampak sosial yang terjadi dibidang Kamtibmas yaitu
pada tahun 2011 sebanyak 50 kasus unjuk rasa dan tahun 2012 sebanyak 40 kasus unjuk rasa,
dengan agenda dan permasalahan menyangkut masalah buruh, tenaga kerja, kebijakan bidang
ekonomi, politik dan lain-lain.
Jumlah buruh yang bekerja dalam bidang industri maupun perdagangan serta
pembangunan, maka jumlah buruh diwilayah hukum Polres X kurang lebih 98.512 orang
yang bergabung dalam 15 kelompok dan bernaung dalam satu koalisi yaitu koalisi Persatuan
Buruh.
Sumber daya manusia dan sistem dan metode dalam pemberdayaan buruh di Polres X
dengan indikator-indikator yang dimiliki antara lain sebagai berikut :
a. Sumber daya manusia
1) Kuantitas, jumlah personel Sat Intelkam secara rill 57 orang, sementara DSP 70
orang, jadi kekurangan personil sebanyak 13 orang termasuk 1 Pa, 10 Ba dan 3
orang PNS.
2) Kualitas.
a) Penunjukan LO secara melekat pada kelompok buruh yang ada di
Kabupaten X yang ada sebanyak 15 kelompok, setiap kelompok telah
ditunjuk satu anggota sebagai LO dari personel Sat intelkam.
b) Personel yang ditunjuk menjadi LO untuk komunitas buruh semuanya
berasal dari golongan Bintara yang ada di Polres X khususnya pada Sat
Intelkam.
b. Sistem dan metode pemberdayaan komunitas buruh
1) Pendekatan reaktif, jika ada moment atu even tertentu seperti Mayday, Pemilu
Kada dan Pemilu baru anggota / LO tersebut aktif, hal ini disebabkan karena
banyak tugas-tugas lain dan kurangnya controling yang dilakukan khususnya pada
saat kondisi aman
4
6. ANALISA.
Satuan Intelkam memiliki tugas pokok untuk melakukan deteksi terhadap segala
perubahan kehidupan sosial dalam masyarakat serta perkembangan di bidang Ipoleksosbud
untuk dapat menandai kemungkinan adanya aspek kriminogen, selanjutnya melakukan
identifikasi hakekat ancaman terhadap Kamtibmas1 . Tentunya untuk dapat melakukan
deteksi, Sat Intelkam harus memiliki bahan keterangan yang akurat untuk dapat melakukan
deteksi dini terhadap setiap gejala awal yang muncul dalam masyarakat. Bahan keterangan
tersebut salah satunya diperoleh dari jaringan intelijen yang dibentuk oleh anggota Sat
Intelkam. Namun demikian, tidak semua jaringan intelijen yang telah dibentuk dapat
memberikan kontribusi yang positif bagi Polri. Hal ini terjadi karena Polri belum dapat
menjalin kemitraan yang baik dan juga belum dapat memberdayakan jaringan intelijen dengan
baik. Dari sudut pandang fungsi Intelkam pengamanan dilakukan dalam bentuk kegiatan
pemberdayaan melalui giat monitoring, pembinaan, koordinasi, kerjasama dengan sasaran
individu, kelompok, organisasi, objek vital dan perusahaan vital. Sedangkan penggalangan
adalah kegiatan intelijen yang terdiri dari proses intelijen terhadap satu sasaran yang intinya
untuk merubah sasaran tersebut agar mau mengikuti keinginan sesuai dengan user melalui
suatu proses yang dilakukan secara terencana, dengan anggaran tertentu, waktu tertentu dan
personil tertentu.
Berdasarkan fakta-fakta tersebut diatas optimalisasi pemberdayaan komunitas buruh
guna mencegah unjuk rasa anarkis dalam rangka terselenggaranya Pilkada 2013, dapat
menganalisa sebagai berikut:
a. Sumber daya manusia
1) Kuantitas, jumlah personel Sat Intelkam secara rill 57 orang, sementara DSP 70
orang, jadi baru terpenuhi 81,42 %, dengan kekurangan tersebut sedikit banyak
1
Y. Wahyu Saronto, Jasir Karwita, Intelijen, Teori, Aplikasi dan Modernisasi, 2001
5
2) Kualitas
a) Kelompok yang mewadahi komunitas buruh di Polres X semuanya ada 15
kelompok, dimana setiap satu kelompok beranggotakan kurang lebih 2000
s/d 2500 buruh, dengan keterbatasan personel secara kuantitas dari Sat
Intelkam maka penunjukan LO untuk membina setiap perwakilan dari
kelompok buruh tersebut hanya baru mampu satu personel untuk setiap
kelompok. LO yang seharusnya melekat pada setiap kelompok tersebut
karena keterbatasan juga dalam pelaksanaanya tidak bisa melekat secara
optimal, sehingga perlu dukungan kekuatan pesonel untuk mengoptimalkan
peran LO dalam setiap kelompok buruh tersebut.
b) 15 Personel yang ditunjuk menjadi LO untuk komunitas buruh dari
golongan Bintara dan tidak ada dari golongan perwira. Perbedaan pangkat
dalam organisasi kepolisian menunjukan adanya perbedaan skill,
pengalaman dan wawasan sehingga kualitas LO yang melekat pada setiap
kelompok buruh tidak bisa optimal, ditambah lagi dengan beban pekerjaan
lain yang tidak hanya memfokuskan pada pemberdayaan komunitas buruh.
3) Komunikasi rutin.
Hal terpenting dalam komunikasi adalah tidak terbatas oleh waktu, jarak dan
tempat. Dalam melakukan komunikasi jangan hanya terpaku pada salah satu aspek
tersebut, akan tetapi ketiga aspek tersebut harus dapat terwujud didalam satu
kegiatan, sehingga esensi dari komunikasi yang berupa informasi-informasi
penting yang berhubungan dengan tugas kepolisian dapat tergali.
4) Terobosan kreatif yaitu menjadi konsultan dalam pemecahan masalah.
Pemberian prioritas bagi komunitas buruh khususnya dalam hal penerbitan
SKCK dan perijinan akan berdampak pada penilaian diskriminasi dari komponen
masyarakat lain, apalagi dalam penerbitan tersebut mengabaikan prosedur yang
sudah ada. Dalam rangka untuk menimbulkan kesan yang positif dan untuk
menimbulkan hubungan emosional antara masyarakat dan polri, maka polri
didalam mengemban tugasnya harus mampu bertindak adil tanpa diskriminasi
dengan berperan menjadi konselor dalam pemecahan masalah yang dihadapi oleh
masyarakat. Begitu juga halnya dengan komunitas buruh yang ada di polres x,
untuk menimbulkan ikatan emosional diantara komunitas buruh dan LO maka LO
harus mampu menjadi konsultan bagi komunitas tersebut dalam pemecahan
masalah.
2
Drs. Sumadi, MSi, makalah tentang perkembangan politik dan demokrasi di Indonesia.
7
3
Kantor Deputi SDM Kapolri, Buku Reformasi Berkelanjutan Institusi Polisi Republik Indonesia Bidang Sumber Daya Manusia
8
belum ada maka cukup dengan membuat jaringan intelijen baru dengan
sasaran profesi individu buruh. Hal ini akan sangat bermanfaat untuk
memonitor perkembangan situasi aktual yang terjadi dikalangan buruh baik
yang bersifat politik, ekonomi, sosial dan budaya.
2) Kualitas
Bagi personel Polres X yang ditunjuk sebagai LO dalam rangka untuk
mengamankan komunitas buruh harus memiliki kompetensi dengan cara
meningkatkan kualitas mereka, diantaranya:
a) Skill merupakan kemampuan seseorang untuk melakukan suatu aktifitas atau
pekerjaan yang berhubungan dengan individu Polri.
b) Knowledge, LO harus mempunyai pengetahuan khususnya terhadap
perkembangan issu-issu sosial, permasalahan-permasalahan sosial yang
sedang terjadi, sehingga akan selalu menjadi topik pembahasan didalam
komunitas tersebut sehingga komunitas buruh terbuka akan wawasan dan
pengetahuannya.
c) Meningkatkan keterampilan, keterampilan petugas LO dapat ditingkatkan
melalui pelatihan-pelatihan dan dikjur yang berhubungan dengan tugas-
tugas tehnis taktis kepolisian seperti dikjur negosiator, dikjur intel/ dikjur/
pelatihan Binmas dan lain sebagainya.
setiap pertemuan tersebut dan setiap pertemuan jangan sekedar hadir akan
tetapi harus ada warna yang bisa dirasakan oleh komunitas buruh tersebut.
Oleh sebab itu sebelum LO menghadiri acara pertemuan rutin tersebut
terlebih dahulu melapor kepada kapolres dan kasat intel untuk memohon
arahan atau petunjuk sehingga misi-misi dari Polres bisa disampaikan begitu
juga issu-issu penting yang perlu dikomunikasikan dalam forum terbuka
dalam acara tersebut tidak salah.
b) Pertemuaan insidentil, yaitu dalam pertemuan ini maka yang menjadi
fasilisator harus dari pihak Polres x dengan bentuk acara olah raga bersama
dan kalau perlu kegiatan bakti sosial bersama dalam rangka memperingati
hari-hari besar nasional dan juga HUT Polri dengan bentuk pengobatan
gratis, sunatan massal dan lain-lain.
4) Terobosan kreatif yaitu menjadi konsultan dalam pemecahan masalah.
a) Diharapkan LO dapat berperan sebagai konselor yang baik dalam mencari
pemecahan masalah didalam lingkungan komunitas buruh
b) Mampu menjadi konsultan bagi komunitas tersebut dalam pemecahan
masalah dengan komunitas buruh yang ada di Polres x, untuk menimbulkan
ikatan emosional diantara komunitas buruh dan LO maka LO.
c) Dalam rangka untuk menimbulkan kesan yang positif dan untuk
menimbulkan hubungan emosional antara masyarakat dan Polri, maka Polri
didalam mengemban tugasnya harus mampu bertindak adil tanpa
diskriminasi dengan berperan menjadi konselor dalam pemecahan masalah
yang dihadapi oleh masyarakat.
III. PENUTUP
8. Kesimpulan.
a. Sumber daya manusia yang dimiliki untuk memberdayakan potensi buruh saat ini masih
dirasakan kurang optimal karena .keterbatasan personel secara kuantitas dari Sat
Intelkam, LO yang seharusnya melekat pada setiap kelompok karena keterbatasan
pelaksanaanya tidak bisa berjalan optimal, ditambah lagi dengan beban pekerjaan lain
sehinga tidak fokus pada pemberdayaan komunitas buruh, oleh sebab itu upaya yang
dilakukan harus disikapi secara proaktif antara lain Memanfaatkan personel polres dari
Bag/Sat/Sie diluar fungsi intel, memanfaatkan jaringan intelijen yang telah terbina dan
11
9. Rekomendasi.
Agar menunjuk personel Polres X untuk mengikuti pendidikan dan kejuruan yang
berhubungan dengan tugas-tugas tehnis taktis kepolisian seperti dikjur negosiator, dikjur intel,
dikjur pelatihan Binmas dan lain sebagainya, personel tersebut nantinya dijadikan sebagai LO
yang memiliki kualifikasi dan kompetensi, rencana tersebut agar dikoordinasikan dengan
pihak Biro SDM Polda Y.
12
DAFTAR PUSTAKA
1. Undang-Undang No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia, Sinar Grafika
Jakarta 2002.
2. Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2010 tentang Susunan
Organisasi dan Tata Kerja pada Tingkat Kepolisian Resort dan Kepolisian Sektor;
3. Ceramah / kuliah perkembangan politik dan demokrasi, kepada peserta didik Sespimmen Polri
Dikreg Ke-53 T.A. 2013, Lembang, Juli 2013.