Anda di halaman 1dari 12

JURNAL REKAYASA DAN MANAJEMEN SISTEM INDUSTRI VOL. 3 NO.

3
TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA

ANALISIS KINERJA PROSES INTI SUPPLY CHAIN PERUSAHAAN


BERDASARKAN PENDEKATAN LEAN SIX SIGMA SUPPLY CHAIN
MANAGEMENT
(Studi Kasus di PT Semen Indonesia (Persero) Tbk)

ANALYSIS PERFORMANCE OF CORE PROCESSES OF COMPANY’S SUPPLY


CHAIN BASED ON LEAN SIX SIGMA SUPPLY CHAIN MANAGEMENT
APPROACH
(Case Study in PT Semen Indonesia (Persero) Tbk)

Safitri Ambarsari1), Nasir Widha Setyanto2), Rahmi Yuniarti3)


Jurusan Teknik Industri, Universitas Brawijaya
Jl. Mayjen Haryono 167, Malang 65145, Indonesia
E-mail: ambarsari28@gmail.com1), nazzyr_lin@ub.ac.id2), rahmi_yuniarti@ub.ac.id3)

Abstrak

PT Semen Indonesia (Persero) Tbk merupakan salah satu perusahaan besar di Indonesia yang memproduksi
semen. Penerapan konsep supply chain di PT Semen Indonesia (Persero) Tbk diperlukan untuk pemenuhan
kebutuhan pelanggan akhir. Permasalahannya adalah perusahaan belum pernah melakukan pengukuran
kinerja proses inti supply chain dalam perusahaan yang memiliki keterkaitan mulai dari aliran bahan baku
dari supplier sampai ke tangan konsumen akhir. Tujuan penelitian adalah mengintegrasikan konsep lean six
sigma supply chain management untuk merancang dan mengukur model pengukuran kinerja dan mengetahui
penyebab terjadinya kegagalan kinerja perusahaan untuk selanjutnya diberikan rekomendasi perbaikan
menurut konsep lean. Penelitian ini menghasilkan 31 KPI yang diperoleh dengan menggunakan perspektif
SCOR pada rantai pasok semen di PT Semen Indonesia (Persero) Tbk. Hasil pengelompokan KPI dalam
perspektif SCOR yaitu 4 KPI untuk perspektif plan, 8 KPI untuk perspektif source, 9 KPI untuk perspektif
make, 6 KPI untuk perspektif deliver dan 4 KPI untuk perspektif return. Hasil dari pengukuran kinerja
keseluruhan diperoleh 10 KPI belum mencapai kinerja yang diharapkan perusahaan.

Kata kunci: Pengukuran Kinerja, Supply Chain, Lean Six Sigma, Waste

1. Pendahuluan melalui peningkatan terus-menerus (continuous


Persaingan di dunia industri semakin improvement), yang mengalirkan produk
meningkat seiring dengan munculnya melalui menarik (pull) produk dari pelanggan
perusahaan-perusahaan baru dalam dunia akhir, untuk mengejar keunggulan dalam proses
bisnis. Suatu sistem produksi yang efektif dan supply chain.
efisien merupakan suatu keharusan yang harus PT Semen Indonesia (Persero) Tbk
dimiliki oleh para pelaku bisnis, kompetisi selama ini telah menerapkan konsep Supply
tersebut menuntut perusahaan untuk Chain Management (SCM) untuk mengatur
menghasilkan produk dengan kualitas yang aliran barang mulai dari supplier hingga ke
baik, pengadaan bahan baku yang tepat, konsumen akhir. Hal ini tentunya dilakukan
penggunaan sumber daya yang ada secara agar produksi semen dapat berjalan sesuai
optimal, meningkatkan efisiensi dan pengiriman dengan target yang telah ditetapkan perusahaan.
yang tepat waktu untuk itu dibutuhkan proses Selama berjalannya produksi semen tersebut
Supply Chain Management (SCM) yang baik. dari hulu ke hilir, Perusahaan belum pernah
Isu rantai pasok yang saat ini mulai melakukan pengukuran kinerja proses inti
berkembang dan mulai diakui sebagai hal supply chain dalam perusahaan yang memiliki
penting untuk diterapkan oleh perusahaan yaitu keterkaitan mulai dari aliran bahan baku dari
Lean Six Sigma Supply Chain Management. supplier sampai ke tangan konsumen akhir.
Menurut Gaspersz (2013:853) Lean Six Sigma Metode yang akan digunakan untuk
Supply Chain Management adalah pendekatan mengidentifikasi indikator-indikator kinerja
sistematik untuk mengidentifikasi dan adalah model Supply Chain Operation
menghilangkan waste atau pemborosan References (SCOR) yang akan dilihat
(aktivitas-aktivitas tidak bernilai tambah) serta berdasarkan proses inti pada PT Semen
variasi-variasi sepanjang proses supply chain Indonesia (Persero) Tbk.

546
JURNAL REKAYASA DAN MANAJEMEN SISTEM INDUSTRI VOL. 3 NO. 3
TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA
Model SCOR mempunyai lima dimensi, Tbk dianalisis berdasarkan model Supply Chain
yaitu plan, source, make, deliver dan return. Operations Reference (SCOR). Penerapan
SCOR juga memiliki lima performance model SCOR pada supply chain diharapkan
objective supply chain, yaitu reliability, dapat mengidentifikasi indikator-indikator
responsiveness, flexibility, cost dan asset. kinerja supply chain. Hasil pengukuran kinerja
Dilihat dari perspektif plan yakni data model SCOR ini akan menunjukkan titik
perbandingan kebutuhan dan realisasi bahan terlemah kinerja proses inti supply chain PT
baku batu kapur dan tanah liat pada United Semen Indonesia (Persero) Tbk pada konsep
Tractor Semen Gresik (UTSG) tahun 2013 manajemen rantai pasok. Titik terlemah ini
masih terdapat selisih pemenuhan kebutuhan akan dijadikan target perbaikan dengan
cukup besar, artinya metode peramalan yang menggunakan metode dan konsep Lean Six
dilakukan oleh karyawan masih belum tepat Sigma. Dimana metode ini memiliki langkah
dengan hasil realisasi pemenuhan kebutuhan perbaikan yang terstruktur dan efisien. Dengan
bahan baku yang sebenarnya. Selain itu, dilihat konsep Lean, aktivitas-aktivitas non-value
dari perspektif supply chain lain yakni added akan dapat teridentifikasi, serta
perspektif make, terdapat unnecessary activity pemborosan (waste) yang terjadi akan dapat
didalam sistem produksi semen yaitu defect diminimalisasi bahkan dieliminasi (Gaspersz,
atau penyimpangan mutu produk semen dari 2007:5). Sedangkan konsep Six Sigma
standar yang telah ditetapkan PT Semen digunakan untuk meminimasi variasi produk
Indonesia (Persero) Tbk. Pada produksi semen dan meningkatkan kapabilitas proses sepanjang
tipe OPC maupun semen tipe PPC terjadi value stream yang ada serta mengusahakan zero
penyimpangan terhadap standar mutu yang defect (Gaspersz, 2007:91).
telah ditetapkan sehingga hasil yang dicapai
perusahaan belum maksimal. Level sigma 2. Metode Penelitian
untuk semen OPC adalah 5,53σ dan untuk Pada penelitian ini, tahap penelitian
semen PPC adalah 3,14σ berarti masih perlu dibagi menjadi tiga tahap, yaitu tahap
dilakukan peningkatan kualitas produk semen pendahuluan, tahap pengumpulan dan
sehingga dapat mencapai target 6σ. Dengan pengolahan data, tahap analisa dan kesimpulan.
mengurangi unnecessary activity maka lead
time produksi akan lebih pendek sehingga 2.1 Tahap Pendahuluan
pemenuhan kebutuhan konsumen dapat lebih Pada tahap pendahuluan meliputi:
cepat. Hasil wawancara pada pegawai bagian a. Mengidentifikasi masalah dan studi
produksi di proses clinker juga menunjukan pustaka sesuai dengan topik yang diambil
bahwa masih sering terjadi reprocessing ketika b. Merumuskan masalah
kualitas semen masih belum memenuhi c. Menentukan tujuan peneliatan
spesifikasi standar semen yang berlaku. Hal ini d. Menentukan manfaat penelitian
disebabkan oleh kesalahan operator pada saat
pemasukan formula saat proses produksi. Pada 2.2 Tahap Pengumpulan dan Pengolahan
perspektif return, data yang didapatkan dari Data
seksi packer PT Semen Indonesia (Persero) Tbk Setelah melakukan pengamatan dan
didapatkan jumlah pengembalian semen ke pengambilan data-data pada perusahaan antara
supplier kemasan semen pada tahun 2013 lain data supplierbahan baku, data permintaan
masih tinggi tiap bulannya. Hasil wawancara bahan baku, data produksi tiap bulan, data
dengan Seksi Packer menyebutkan tingginya jumlah defect, dan data aliran proses produksi,
tingkat pengembalian ini dikarenakan banyak langkah selanjutnya yang dilakukan adalah
cacat yang terjadi ada kemasan semen yang mengolah data-data tersebut untuk kemudian
dikirim dari supplier. diselesaikan dengan metode SCOR dan Lean
Permasalahan-permasalahan terkait six sigma dengan urutan sebagai berikut:
kinerja supply chain cukup mempengaruhi a. Define
kinerja perusahaan, maka diperlukan suatu Adapun langkah-langkah yang dilakukan pada
analisa kinerja perusahaan yang dapat proses define antara lain:
mengukur dan menilai dari kinerja proses inti 1) Menggambarkan aliran proses produksi serta
supply chain pada PT Semen Indonesia informasi dan aliran fisik.
(Persero) Tbk. Pengukuran kinerja pada rantai
pasok proses inti PT Semen Indonesia (Persero)

547
JURNAL REKAYASA DAN MANAJEMEN SISTEM INDUSTRI VOL. 3 NO. 3
TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2) Menentukan dan memvalidasi Key supply chain PT Semen Indonesia (Persero)
Performance Indicator (KPI) yang digunakan Tbk mulai dari datangnya bahan baku, proses
dalam pengukuran kinerja supply chain. manufacturing hingga pendistribusian ke
4) Membuat dan memberikan pembobotan distributor. Identifikasi supply chain juga
terhadap KPI oleh pihak perusahaan dengan dilakukan pada tiga aliran supply chain yaitu
metode AHP. aliran fisik, aliran informasi dan aliran
b. Measure keuangan. Setelah itu dilakukan klasifikasi
Langkah-langkah yang dilakukan pada proses aktivitas supply chain mengarah pada lima
measure antara lain: perspektif supply chain yaitu plan, source,
1) Melakukan perhitungan nilai kinerja aktual make, deliver dan return yang akan digunakan
KPI dan membandingkan dengan target untuk mengidentifikasi KPI yang ada pada
perusahaan. masing-masing perspektif supply chain.
2) Mengidentifikasi waste yang terjadi pada
KPI. 3.1.2 Identifikasi Proses Produksi
c. Analyze Identifikasi ini bertujuan untuk
Langkah-langkah Analyze yang dilakukan mengetahui dan menghitung persentase
antara lain: aktivitas-aktivitas yang termasuk kategori value
1) Analisis waste yang terjadi di KPI yang tidak added (VA), neccessary but non value added
mencapai target. (NNVA), dan non value added (NVA). Dari
2) Mengetahui penyebab terjadinya waste yang identifikasi proses produksi pada perusahaan
kritis dengan menggunakan diagram fishbone didapatkan persentase aktivitas yang termasuk
dan diagram pareto. value added (VA) sebesar 48%,aktivitas
d. Improve neccessary but non value added (NNVA)
Merupakan tahap pemberian rekomendasi sebesar 51%, dan aktivitas non value added
perbaikan terhadap masalah-masalah yang telah (NVA) sebesar 7%. Sehingga dapat diketahui
diteliti. bahwa sebagian besar aktivitas pada perusahaan
memberikan nilai tambah, namun pada aktivitas
pada perusahaan masih teridentifikasi adanya
2.3 Tahap Penarikan Kesimpulan dan Saran
waste yang ditunjukkan adanya aktivitas
Setelah diperoleh pemecahan masalah,
aktivitas non value added.
maka langkah selanjutnya adalah menarik
a. Aliran Informasi Proses Produksi
kesimpulan. Kesimpulan yang ditarik nantinya
Pada prinsipnya produksi semen ini adalah
dapat menjawab tujuan penelitian yang
untuk melayani permintaan customer. Informasi
dilakukan. Selain itu juga dapat memberikan
permintaan produk semen yang datang
saran untuk perusahaan dan penelitian
kemudian diproses oleh perusahaan dan
selanjutnya.
akhirnya produk semen yang dihasilkan akan
dikirim ke customer sesuai dengan permintaan.
3. Hasil dan Pembahasan
Untuk lebih jelas aliran informasi pemenuhan
Pada bagian ini akan menjelaskan
kebutuhan konsumen pada PT Semen Indonesia
mengenai hasil dan pembahasan dari
(Persero) Tbk akan diuraikan sbb:
pengolahan data yang telah dilakukan.
1) Aliran informasi dimulai dengan adanya
3. 1 Define permintaan semen dari
Tahap ini berisi tentang gambaran supply konsumen/distributor melalui departemen
chain perusahaan, penggambaran aliran pemasaran.
informasi dan aliran fisik existing pada proses 2) Kemudian departemen pemasaran meminta
produksi di dalam perusahaan, pengukuran kepada seksi packer untuk mengeluarkan
kinerja supply chain perusahaan dengan model semen dari silo semen sesuai dengan
SCOR, penentuan KPI dan pembobotan pada jumlah permintaan konsumen.
KPI. 3) Jika semen yang ada di silo semen tidak
dapat memenuhi permintaan maka seksi
3.1.1 Identifikasi Supply chain PT Semen packer meminta kepada seksi finish mill
Indonesia (Persero) Tbk unuk memproduksi atau melakukan proses
Setelah mengetahui kondisi perusahaan penggilingan sesuai dengan jumlah yang
tahap selanjutnya adalah melakukan identifikasi dibutuhkan.

548
JURNAL REKAYASA DAN MANAJEMEN SISTEM INDUSTRI VOL. 3 NO. 3
TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA

4) Seksi finish mill tidak dapat melakukan 2) Bahan baku yang datang diterima oleh
proses penggilingan jika bahan baku yaitu seksi penerimaan dan gudang, bahan baku
clinker, trass dan gypsum yang terdapat tersebut ditimbang kemudian diletakkan di
disilo bahan baku tidak mencukupi. gudang bahan baku.
5) Seksi pengolahan bahan dan pembakaran 3) Dilakukan inspeksi untuk setiap bahan
melakukan permintaan bahan baku kepada baku yang datang oleh seksi jaminan mutu,
seksi penerimaan dan gudang untuk untuk memastikan mutu bahan baku yang
melakukan pengisian bahan baku ke apron diterima
feeder kemudian seksi pengolahan bahan 4) Inspeksi yang dilakukan terhadap terak
dan pembakaran akan mengalirkan bahan yang dibeli/diperoleh dari luar diambil
baku dari apron feeder tersebut langsung contohnya setiap 1 shift sekali oleh sample
ke silo bahan baku. carrier (± 500gr) di salah satu truk yang
6) Jika seksi penerimaan dan gudang dapat melakukan dumping di lapangan atau di
memenuhi kebutuhan bahan baku maka apron.
permintaan konsumen dapat dipenuhi 5) Inspeksi bahan baku juga dilakukan oleh
dengan segera, tetapi jika bahan baku yang seksi pengendalian proses, tetapi inspeksi
terdapat digudang tidak mencukupi ini hanya dilakukan jika terjadi proses
kebutuhan, maka seksi penerimaan dan penggilingan, sedangkan seksi jaminan
gudang akan melaporkan ke seksi mutu hanya melakukan inspeksi untuk
pengadaan barang untuk melakukan setiap bahan baku yang datang dan tidak
pemesanan bahan baku yang dibutuhkan. melakukan inspeksi secara rutin.
7) Seksi pengadaan barang akan melakukan 6) Kemudian seksi finish mill akan
proses penawaran ke supplier/vendor melakukan proses penggilingan bahan
setelah mendapat persetujuan dari Kabag. baku sesuai dengan proporsi yang telah
Pembelian, setelah mendapat jawaban ditetapkan yaitu ±95% clinker dan ±5%
persetujuan dari supplier, seksi pengadaan gypsum untuk tipe semen OPC, sedangkan
melakukan evaluasi penawaran, jika proporsi untuk tipe semen PPC adalah
evaluasi di rasa sulit maka seksi pengadaan ±85% clinker, 5% gypsum dan 10% trass.
akan menyerahkan secara langsung ke- 7) Kemudian dilakukan inspeksi terhadap
user, kebutuhan user tersebut akan produk semen yang dihasilkan oleh seksi
dievaluasi secara teknik oleh seksi finish mill oleh seksi pengendalian proses
perencanaan teknik. dan seksi jaminan mutu.
8) Selain aliran informasi di atas, PT Semen 8) Dari hasil inspeksi tersebut dapat diketahui
Indonesia (Persero) Tbk khususnya apakah kualitas semen yang dihasilkan
departemen pemasaran dan seksi packer memenuhi standar atau tidak.
menetapkan kebutuhan bahan baku semen 9) Produk finish mill yang tidak memenuhi
ke dalam bentuk Rencana Kerja Anggaran persyaratan mutu yang ditetapkan pada
Perusahaan (RKAP) dalam satu tahun yang rencana mutu diinformasikan ke unit
terbagi ke dalam kebutuhan bahan baku penggilingan oleh kartu pengendalian
setiap bulan. proses atau analis mix.
b. Aliran Fisik Proses Produksi 10) Semen yang dihasilkan oleh seksi finish
Untuk memenuhi permintaan yang akan mill kemudian dimasukkan ke dalam silo
datang dari konsumen sebagaimana dijelaskan semen, semen yang dimasukkan ke dalam
pada aliran informasi, perusahaan harus silo semen dicatat tingkat kualitasnya
menyiapkan bahan baku yang akan digunakan sebagai informasi dalam melakukan
untuk diolah menjadi produk yang sesuai pencampuran antar semen yang
dengan keinginan konsumen. Aliran penyediaan kualitasnya bagus dan yang kurang bagus
bahan baku sampai proses pengolahan bahan sebelum dilakukan packing oleh seksi
baku menjadi produk yang siap dipasarkan ke packer agar semen yang diberikan kepada
konsumen pada PT Semen Indonesia (Persero) konsumen benar-benar memenuhi standar.
Tbk dapat dijelaskan sebagai berikut: 11) Proporsi pencampuran semen antara
1) Aliran material dimulai dengan adanya produk yang sesuai dan yang tidak seusai
kebutuhan bahan baku antara lain, clinker, dengan standar kualitas ditentukan oleh
trass, dan gypsum. seksi jaminan mutu sesuai dengan hasil
pengujian yang telah dilakukan.

549
JURNAL REKAYASA DAN MANAJEMEN SISTEM INDUSTRI VOL. 3 NO. 3
TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA
12) Kemudian seksi packer melakukan Pada proses pembobotan ini data
packing semen sesuai dengan permintaan dikumpulkandalam bentuk kuesioner yang
konsumen yang diterima. diberikan pada pihak manajemen perusahaan
13) Setelah proses packing selesai produk yang paling mengetahui tentang kondisi
semen PT Semen Indonesia (Persero) Tbk perusahaan kepala seksi pengadaan dan
siap dikirim kepada konsumen. pembelian barang.
Aliran informasi dan material proses produksi Hasil pembobotan untuk masing-
dapat dilihat pada Gambar 1. masing level dapat dilihat pada Tabel 1. Pada
output hasil pembobotan menggunakan
3.1.3 Identifikasi KPI Software Expert Choice 11didapatkan nilai
Berdasarkan model kerangka Supply Inconsistency Ratio≤ 0,1. Hal tersebut
Chain Operation Reference (SCOR), supply menunjukkan bahwa pembobotan tiap KPI yang
chain dapat dibagi menjadi lima perspektif. dilakukan tersebut sudah konsisten.
Masing-masing perspektif tersebut dapat dibagi
menjadi lima dimensi yaitu reliability, Tabel 1 Pembobotan pada Masing-Masing Level
Bobot Bobot
responsiveness, agility, cost, dan assets. KPI
Perspektif Dimensi
Bobot KPI Bobot Total

Dengan melihat kondisi PT Semen Indonesia P1 02 0,0108098 0,0108098

(Persero) Tbk dari kelima perspektif dan P1 03 0,875 0,011928 0,011928


0,71
dimensi tersebut dapat digunakan untuk P1 05 0,0393873 0,0393873
melakukan identifikasi KPI. P3 02 0,125 0,008875 0,008875
Pada awalnya KPI yang didapatkan
S1 01 0,0396228 0,0396228
adalah sebanyak 47 KPI yang dapat dilihat di
S1 02 0,0115127 0,0115127
Lampiran 1. Pada tahap selanjutnya akan 0,487
dilakukan validasi untuk melihat apakah semua S1 03 0,034538 0,034538

indikator kerja tersebut valid dan dapat diukur S1 04 0,0101695 0,0101695


0,197
sesuai kondisi perusahaan saat ini. S2 01 0,020488 0,020488
0,208
S2 02 0,020488 0,020488
3.1.4 Validasi KPI S3 01 0,208 0,040976 0,040976
Validasi KPI dilakukan untuk
S5 02 0,096 0,018876 0,018876
memastikan apakah KPI yang telah
M1 01 0,03260669 0,032606696
teridentifikasi sudah sesuai dan dapat
diterapkan di perusahaan. Pada proses ini juga M1 02 0,05933349 0,059333496

memastikan bahwa bobot hasil pengolahan M1 03 0,08365488 0,083654884


0,613
adalah benar dan sesuai dengan kondisi M1 04 0,04543556 0,04543556
perusahaan. Validasi dilakukan dengan cara M1 05 0,436 0,02726133 0,027261336
pengisian kuesioner yang berisi tentang KPI M1 08 0,01897602 0,018976028
yang akan diukur yang dapat dilihat pada
M2 01 0,089 0,038804 0,038804
Lampiran 1. Dari proses ini dari 47 KPI awal
telah diperoleh KPI yang valid sejumlah 31 KPI M3 01 0,089 0,038804 0,038804

yang terdiri dari 4 KPI dari perspektif plan, 8 M4 01 0,208 0,090688 0,090688

dari perspektif source, 9 dari perspektif make, 6 D1 01 0,0174345 0,0174345


0,118
KPI dari perspektif deliver dan 4 KPI dari D1 02 0,0058115 0,0058115
perspektif return. D2 01 0,040779 0,040779
0,197 0,276
D2 02 0,013593 0,013593
3.1.5 Pembobotan KPI
D4 01 0,487 0,095939 0,095939
Setelah didapatkan KPI yang valid
maka langkah selanjutnya adalah melakukan D5 02 0,118 0,023246 0,023246

pembobotan KPI. Adapun pembobotan KPI R1 02 0,003575 0,003575

bertujuan untuk menentukan tingkat R1 03 0,25 0,010725 0,010725


0,1
kepentingan relative terhadap keseluruhan KPI R1 04 0,010725 0,010725
yang ada. Konsep yang digunakan untuk R2 02 0,75 0,075 0,075
pembobotan KPI ini adalah dengan metode
Analytichal Hierarchy Process (AHP) yang
proses pengolahannya dibantu dengan Software
Expert Choice 11.

550
JURNAL REKAYASA DAN MANAJEMEN SISTEM INDUSTRI VOL. 3 NO. 3
TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA
Gudang Bahan
Distrans Pemasaran Packer Produksi Pengadaan Supplier
Baku

Permintaan Semen No Bahan No No


Order Stok ada? Purchase order Order diproses
produk ada? baku ada?

Yes Yes Yes

Penggilingan Material
Penerimaan Penyimpanan Penyimpanan Material diterima
semen dikirim

Produksi
Pengemasan QC
Semen
Kondisi
Berita acara
bagus?

Lolos QC? No

Yes

Komplain Perbaikan

Pengembalian
diterima

Keterangan :

Aliran Barang
Aliran Informasi
Aliran Uang

Gambar 1. Konfigurasi Aktivitas Supply Chain PT Semen Indonesia (Persero) Tbk

3.2 Measure 3.3.1 Identifikasi Waste pada KPI


Measure merupakan tahap kedua dari Identifikasi waste dilakukan hanya pada
siklus DMAIC yang berkaitan dengan kinerja yang tidak mencapai target perusahaan.
pengukuran. Pada tahap ini dilakukan beberapa Identifikasi ini bertujuan untuk mengetahui
pengukuran sepanjang supply chain, waste penyebab indikator tersebut tidak
pengukuran yang dilakukan antara lain tercapai. KPI yang memiliki kinerja jauh dari
menghitung nilai aktual KPI dan mengetahui target perusahaan ditunjukkan pada Tabel
pencapaian nilai KPI. Berdasarkan identifikasi yang dilakukan,
berikut merupakan analisa lebih lanjut waste
3.2.1 Perhitungan Nilai Kinerja Aktual KPI yang terjadi pada KPI proses yang ada di PT
Setelah dilakukan pembobotan untuk Semen Indonesia (Persero) Tbk.
masing-masing KPI kemudian masing-masing 1. Defect
KPI tersebut dilakukan perhitungan nilai Defect merupakan bentuk ketidak-
aktualnya. Selain itu juga diberikan nilai target sempurnaan atau ketidaksesuaian produk
realistis PT Semen Indonesia (Persero) Tbk dengan standar yang telah ditetapkan. Waste
terhadap kinerja masing-masing indikator yang ditemukan pada PT Semen Indonesia
kinerja tersebut serta target minimum terhadap (Persero) Tbk ditemukan pada bahan baku yaitu
kinerja masing-masing indikator kinerja kualitas bahan baku yang tidak sesuai
tersebut. Adapun perhitungan nilai kerja aktual spesifikasi yang telah ditetapkan oleh
dari masing-masing KPI adalah sebagai berikut: perusahaan, ada juga defect yang ditemukan
pada pada bagian pakcing dimana kantong
3.3 Analyze kemasan semen banyak yang cacat, dan
Pada tahap analyze yang dilakukan analisa ditemukan pula defect mengenai berat massa
penyebab waste apa saja yang terjadi sehingga semen yang telah siap kirim tidak sesuai di
mengakibatkan KPI tidak memenuhi target pasaran. Banyaknya cacat dapat menimbulkan
perusahaan. Analisis dilakukan berdasarkan 9 kerugian bagi perusahaan. Ada beberapa
waste yang terdapat pada lean manufacturing langkah yang dapat dilakukan untuk
sehingga faktor-faktor yang menjadi penyebab memperlihatkan faktor utama yang berpengaruh
KPI tidak memenuhi target perusahaan akan pada defect tersebut, yaitu dengan membuat
lebih mudah untuk diketahui akar penyebab diagram fishbone. Diagram fishbone dapat
masalah secara rinci dan signifikan. dilihat pada Gambar 2.

551
JURNAL REKAYASA DAN MANAJEMEN SISTEM INDUSTRI VOL. 3 NO. 3
TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MANUSIA MESIN LINGKUNGAN

Kurangnya perawatan
Kurang Software mesin
berpengalaman
Ketidaktelitian
karyawan
Kurangnya keahlian/ Kurang koordinasi
skill Timbangan digital tidak antar karyawan
akurat
Penanganan produk
tidak sesuai
Kecacatan
Produk

Instruksi kerja kurang


terperinci Bahan baku semen terlalu
panas
Kompisisi bahan baku yang
tidak sesuai

Bahan baku dengan kadar air


Metode permerikasaan yang
yang tidak sesuai
kurang tepat

METODE MATERIAL

Gambar 2. Diagram Fishbone untuk Kecacatan Produk

Selain defect karena faktor kemasan yang penyebab waste yang paling utama yaitu bahan
rusak dan berat massa semen pada saat baku terlambat. Dapat disimpulkan bahwa
pengantongan, defect kualitas yang keterlambatan bahan baku adalah critical waste
mengakibatkan semen tidak lolos uji kualitas yang terjadi pada waste waiting.
juga dapat menjadi salah satu faktor 3. Not Utiliting Employee Knowledge, Skill
pemborosan. Hal ini terjadi karena kualitas and Abilities
bahan baku yang jelek dan terjadinya kesalahan Tenaga kerja merupakan faktor utama
penginputan formula oleh pegawai. dalam menjalankan proses produksi untuk
Besarnya cacat terhadap standar mutu menghasilkan produk yang berkualitas.
semen OPC berkisar antara 0,321%-0,641%. Karyawan memerlukan pengetahuan,
Dari rekap data cacat semen tipe OPC selama 1 keterampilan dan kemampuan untuk
tahun pada tahun 2013, didapatkan DPMO rata- menjalankan aktivitas dengan baik dan lebih
rata sebesar 1015,5 dengan level sigma 5,53 tanggap terhadap penyebab masalah, sehingga
Untuk itu perlu diadakan perbaikan kualitas perusahaan menentukan kriteria pendidikan
semen OPC yang diproduksi oleh PT Semen untuk pegawai yang ingin bekerja di PT Semen
Indonesia (Persero) Tbk, sedangkan untuk Indonesia (Persero) Tbk. Dengan melihat
semen tipe PPC besarnya cacat terhadap standar kriteria pendidikan, karyawan dianggap mampu
mutu berkisar antara 1,093%-35,52%. Dari untuk menjalankan aktivitas dengan baik sesuai
rekap data cacat semen tipe PPC selama 1 tahun dengan bidangnya.
pada tahun 2013, didapatkan DPMO rata-rata Faktor lain selain kriteria latar belakang
sebesar 54699,583 dengan level sigma 3,143 pendidikan adalah kurangnya pelatihan yang
Untuk itu perlu diadakan perbaikan kualitas diberikan kepada para karyawan. Kurangnya
pada semen PPC. pelatihan yang diberikan mengakibatkan
2. Waiting karyawan memberikan kinerja yang tidak baik
Waste waiting merupakan waste yang dan juga membuat para karyawan tidak bisa
umumnya dikaitkan dengan proses menunggu meningkatkan skill. Ketidakmampuan
kedatangan material, informasi, maupun karyawan melakukan peramalan penentuan
peralatan yang tidak memberikan nilai tambah. jumlah produksi yang tidak tepat adalah salah
Biasanya ditandai ketika pekerja idle maupun satu akibat dari kurangnya pelatihan yang
mesin yang menganggur. Waiting pada PT diberikan oleh perusahaan.
Semen Indonesia (Persero) Tbk ini dikarenakan 4. Inappropriate Processing
beberapa faktor yaitu waiting saat menunggu Pengukuran waste dengan
bahan baku dari supplier, waiting karena mengidentifikasi inapporiate processing selama
perbaikan mesin yang rusak dan waiting karena pengamatan dalam proses produksi yang terjadi
pengiriman kembali kemasan semen. di PT Semen Indonesia (Persero) Tbk
Untuk mengetahui jenis waste waiting yang sepanjang tahun 2013. Dari pengamatan
paling berpengaruh maka ditunjukkan pada didapatkan dua jenis aktivitas yang termasuk
perhitungan pada diagram pareto pada Gambar dalam inappropriate processing yaitu pengujian
3 Dari diagram pareto, dapat dilihat bahwa

552
JURNAL REKAYASA DAN MANAJEMEN SISTEM INDUSTRI VOL. 3 NO. 3
TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA
kualitas semen dan rework produk yang tidak b. Mesin
sesuai standar kualitasnya. Pemeriksaan dan perawatan mesin secara
berkala adalah solusi untuk membuat mesin
Tabel 2 Jumlah Waste Inapproriate Processing dalam keadaan maksimal dan dapat menunjang
Tahun 2013 proses produksi secara optimal. Hal ini dapat
Pengujian Rework mencegah produk cacat yang diakibatkan oleh
Bulan Kualitas Semen Produk
(Jam) (Jam) faktor mesin dengan memberikan pelumas
Januari 89 1 secara berkala, merawat kebersihan mesin, me-
Februari 23 2 repair software error ketika terjadi indikasi
Maret 34 1 timbulnya cacat pada produk.
April 39 1 c. Material (Bahan baku)
Mei 45 2
Bahan baku dalam proses produksi yang
Juni 60 2
Juli 32 1 berkualitas baik akan berperan besar dalam
Agustus 20 1 mencegah produk cacat. Bahan baku dengan
September 23 1 suhu tinggi yang diterima dari seksi finish mill
Oktober 44 1 disesabkan oleh tidak maksimalnya mesin
November 33 1 pendingin yang terdapat pada belt conveyor
Desember 29 1
berupa water spray sehingga sensor berat pada
mesin packer terganggu. Pemasangan kipas
Dapat diketahui dari data di atas waste adalah cara mudah untuk mengurangi suhu
inappropriate processing yang paling panas pada bahan baku selain menggunakan
berpengaruh secara signifikan adalah pengujian water spray.
kualitas semen. Sehingga dapat disimpulkan d. Metode
bahwa pengujian kualitas semen dianggap Untuk mencegah produk cacat dibutuhkan
sebagai critical waste yang menyebabkan metode yang tepat. Dalam kasus ini
kegagalan pada waste inappropriate penggunaan metode yang tepat adalah
processing. pengawasan terhadap SOP yang dimiliki oleh
setiap bagian yang ada dilantai produksi.
3.4 Improvement Supervisor produksi harus memberikan
Tahap improve ini dilakukan untuk
keterangan mengenai Surat Perintah Kerja
menentukan tindakan perbaikan dalam rangka
(SPK) kepada karyawan sebelum karyawan
mengurangi waste. Dalam tahap ini akan
melakukan kegiatan produksi sehingga
diberikan rekomendasi perbaikan sesuai critical
miscommunication pada proses produksi dapat
waste yang terjadi. Berdasarkan identifikasi
diminimalisir.
waste yang signifikan untuk diamati yaitu waste
e. Lingkungan
defect, waiting, not utilizing knowledges, skill
Peningkatan kondisi lingkungan kerja yang
and abilities dan inappropriate processing.
baik pada PT Semen Indonesia (Persero) Tbk
1. Defect
dapat dilakukan dengan menjaga kebersihan
Berdasarkan critical waste pada waste
secara rutin. Menjaga kebersihan secara rutin
defect, didapatkan perbaikan yang didasarkan
dapat dilakukan dengan menerapkan jadwal
pada metode yang biasanya dikenal dengan
kebersihan pada seksi packer tiap harinya.
Man, Material, Machine, Methode dan Money
2. Waiting
(5M). Metode ini ditujukan untuk mencegah
Berdasarkan critical waste pada waste
tingkat kecacatan produk, sehingga diharapkan
waiting, waste yang paling signifikan untuk
dapat menaikkan nilai sigma terhadap produk
dianalisis penyebabnya lebih lanjut adalah
cacat. Berikut ini adalah rekomendasi perbaikan
keterlambatan bahan baku. Untuk mengatasi
untuk waste defect:
keterlambatan pengiriman bahan baku dari
a. Manusia (Tenaga kerja)
supplier, perencanaan pembelian yang
Faktor terbesar dalam kontribusi
dilakukan oleh bagian pembelian harus
penyumbang kecacatan produk adalah faktor
menetapkan safety stock dan menggunakan
manusia. Untuk meminimalisir dominasi
safety lead time dengan perencanaan release
kecacatan dari faktor manusia dibutuhkan
order lebih awal dari yang dinyatakan dalam
penanganan khusus berupa training/pelatihan
rencana kebutuhan selain itu rekomendasi yang
untuk meningkatkan skill karyawan dalam
lain adalah perlu mempertimbangkan beberapa
menangani proses produksi.
factor dalam pemilihan supplier.

553
JURNAL REKAYASA DAN MANAJEMEN SISTEM INDUSTRI VOL. 3 NO. 3
TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA
3. Not Utilizing Knowledges, Skill and dengan pendekatan Lean Six Sigma pada
Abilities aktivitas yang berada pada KPI, yaitu:
Berdasarkan critical waste pada waste not a. P103 Persentase kesesuaian jumlah
utilizing knowledges, skill and abilities maka hasil produksi dengan jumlah produk
waste yang paling signifikan untuk dianalisis yang telah direncanakan. Pada KPI ini
penyebabnya adalah latar belakang pendidikan teridentifikasi adanya waste not
yang belum sesuai dengan kriteria dengan utilizing employees.
kebutuhan perusahan dan kurangnya pelatihan b. S101 Persentase jumlah bahan baku
yang diberikan pada karyawan. Rekomendasi yang dapat dipenuhi oleh supplier.
perbaikannya adalah memberikan pelatihan Teridentifikasi adanya waste waiting.
pada pegawai bidang produksi. Perusahaan c. S102 Persentase jumlah bahan baku
hendaknya memberikan pelatihan pada operator yang tidak sesuai dengan spesifikasi
tentang efektifitas dan efisiensi pada proses yang ditentukan. Pada KPI ini
produksi dan cara penggunaan mesin secara teridentifikasi adanya waste defect.
tepat. d. S104 Persentase jumlah bahan baku
4. Inappropriate Processing yang dikenakan pemotongan harga
Berdasarkan critical waste pada pada supplier karena mutu yang tidak
inapproriate processing maka waste yang sesuai standar. Pada KPI ini
paling signifikan untuk dianalisis penyebabnya teridentifikasi adanya waste defect dan
adalah pengujian kualitas semen. Rekomendasi waste inapprociate processing.
yang diberikan untuk permasalahan ini adalah e. M102 Persentase kesesuaian jumlah
Melakukan kontrol terhadap supplier mengenai semen yang dihasilkan dengan jumlah
kualitas bahan baku maupun tentang jadwal permintaan distributor. Pada KPI ini
pengiriman bahan baku, sehingga dapat teridentifikasi waste waiting, waste
mengurangi beberapa aktivitas yang sebenarnya inapprociate processing dan not
tidak perlu terjadi dan sangat bermanfaat dalam utilizing employees.
kelancaran aliran material. f. M103 Persentase jumlah produk yang
Melakukan penilaian / monitoring kinerja lolos uji kualitas teridentifikasi adanya
supplier sebagai bahan evaluasi mereka atau waste defect.
sebagai bahan pertimbangan perlu tidaknya g. M105 Persentase kesesuaian massa
mencari supplier alternatif jika supplier utama semen dengan yang ada di pasaran.
masih memberikan kualitas yang buruk. Pada KPI ini teridentifikasi waste defect
dan waste inappropriate processing,
3.5 Kesimpulan h. D202 Persentase keterlambatan
Dari hasil pengolahan data dan analisis pengiriman produk ke distributor yang
data yang telah dilakuakan, terdapat beberapa teridentifikasi waste waiting.
kesimpulan yang dapat diambil sebagai berikut: i. R102 Persentase reject kemasan semen
1. Key performance indicator (KPI) yang teridentifikasi adanya waste defect.
teridentifikasi untuk menilai kinerja proses j. R104 Jumlah komplain dari bagian
inti perusahaan berdasarkan metode SCOR packing ke supplier kemasan semen.
yang didapat dari hasil validasi diperoleh Teridentifikasi waste inapprociate
KPI yang valid sejumlah 31 KPI yang processing dan waste waiting.
terdiri dari 4 KPI dari perspektif plan, 8 4. Rekomendasi perbaikan yang diberikan
KPI dari perpektif source, 9 KPI dari pada perusahaan untuk mengurangi
perspektif make, 6 KPI dari perspektif terjadinya waste yang ada pada aktivitas
deliver, dan 4 KPI dari perspektif return. yang tidak memenuhi target perusahaan,
2. Hasil dari pengukuran kinerja keseluruhan yaitu:
diperoleh 10 KPI belum mencapai a. Pada defect kemasan rusak dan berat
performa yang diharapkan meskipun massa semen yang tidak sesuai
hasilnya mendekati target yang ditetapkan perbaikan yang diusulkan adalah
sehingga harus mendapatkn prioritas melihat dari faktor manusia (tenaga
tindakan perbaikan. kerja) yaitu untuk meningkatkan
3. Waste yang menjadi penyebab terjadinya pelatihan yang diberikan kepada
kinerja perusahaan tidak mencapai target karyawan, faktor material (bahan baku)
yaitu dengan pemasangan kipas pada

554
JURNAL REKAYASA DAN MANAJEMEN SISTEM INDUSTRI VOL. 3 NO. 3
TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA
belt conveyor untuk mengurangi suhu peramalan penjadwalan produksi
semen, faktor metode yaitu dengan dilakukan pembahasan tentang
memberikan Surat Perintah Kerja macam-macam metode peramalan
(SPK) sebelum melakukan kegiatan yang sesuai dengan sistem produksi
produksi agar tidak terjadi perusahaan dan pola permintaan
misscommunication, faktor mesin yaitu perusahaan.
dengan melakukan perawatan terhadap e. Pada inapproriate processing perbaikan
mesin secara berkala, merawat yang diusulkan adalah perusahaan
kebersihan mesin dan faktor lingkungan dapat memberikan list kontrol kualitas
yaitu untuk menjaga kebersihan pada saat inspeksi produk jadi agar
lingkungan kerja secara rutin dan lebih terkontrolnya inspeksi.
meningkatkan koordinasi antar
karyawan. Daftar Pustaka
b. Pada defect kualitas semen perbaikan
yang diusulkan adalah bagaian finish Gaspersz, Vincent. (2007), Organization
mill harus melakukan penggilingan Excelent Model Strategik Menuju World Class
yang sesuai dengan standar yang telah Quality Company. Jakarta. PT. Gramedia
ditetapkan dan menggunakan bahan Pustaka Utama
baku yang sesuai dengan spesifikasi.
c. Pada waiting bahan baku terlambat Gaspersz, Vincent. (2013), All-in-one 150 Key
perbaikan yang diusulkan adalah Performance Indicators and Balance Sorecard,
karyawan biro procurement harus Malcolm Baldrige, Lean Six Sigma Supply
melaksanakan perencanaan pembelian Chain Management. Bogor. Tri-Al-Bros
yang lebih awal agar tidak terjadi waste Publishing
waiting.
d. Pada not utilizing employees Pujawan, I, Nyoman. (2005), Supply Chain
knowledge, skill and abilities Management. Surabaya. Guna Widya
perbaikan yang diusulkan dari bidang
produksi adalah Perusahaan hendaknya Pujawan, I, Nyoman and Geraldin, Laudine H.
memberikan pelatihan pada operator (2009), House of Risk: A Model For Proactive
tentang efektifitas dan efisiensi pada Supply Chain Risk Management. Vol. 15, No. 6
proses produksi dan cara penggunaan
mesin secara tepat dan menempatkan Supply Chain Council. (2008), Supply Chain
karyawan sesuai dengan latarbelakang Operations Reference (SCOR)
pendidikan yang tepat. Perbaikan yang
diusulkan dari biro procurement Vanany, Iwan. (2009), Performance
adalah training tentang cara peramalan Measurement: Model dan Aplikasi. Surabaya:
penjadwalan produksi. Pada training ITS Press.

555
JURNAL REKAYASA DAN MANAJEMEN SISTEM INDUSTRI VOL. 3 NO. 3
TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA
Lampiran 1. Kuesioner Validasi KPI

KUESIONER VALIDASI KPI


Tujuan: Kuesioner ini bertujuan untuk mengidentifikasi apakah masing-masing key
performance indicator cukup efektif dan tepat sasaran untuk dijadikan indikator kinerja dalam
pengukuran kinerja proses inti perusahaan dan secara signifikan cukup dapat mewakili pencapaian
visi, misi, sasaran, strategi, dan kebutuhan sumber daya manusia perusahaan.

Petunjuk pengisian: Berilah tanda check (√) pada kolom jawaban yang sesuai.
Isilah pada kolom jawaban yang sesuai, berdasarkan pertanyaan berikut:
Apakah masing-masing key performance indicator sudah relevan untuk dijadikan tujuan indikator
kinerja masing-masing perspektif?
Contoh pengisian:
Pada perspektif plan dengan dimensi reliability yang memiliki KPI persentase kesesuaian
perencanaan bahan baku dengan jumlah bahan baku yang diterima dan dapat diukur kinerjanya
maka KPI ini dinyatakan valid. Tanda check (√) dibelikan pada kolom (YA)
Validasi
No. KODE KPI
Ya Tidak
P PLAN
P1 RELIABILITY
1. P1 01 Persentase penyimpangan permintaan produk aktual dengan permintaan hasil peramalan
2. P1 02 Persentase kesesuaian perencanaan bahan baku dengan jumlah bahan baku yang diterima
3. P1 03 Persentase kesesuaian jumlah hasil produksi dengan jumlah produk yang telah direncanakan
4. P1 04 Persentase stok produk di gudang dari hasil produk sebelumnya (safety stock)
5. P1 05 Persentase kesesuaian penjualan semen dengan pemasaran produk
P3 AGILITY
6. P3 01 Kesesuaian waktu yang dibutuhkan untuk membuat perubahan atau perencanaan ulang jadwal produksi
S SOURCE
S1 RELIABILITY
7. S1 01 Persentase jumlah bahan baku yang dapat dipenuhi oleh supplier
8. S1 02 Persentase jumlah bahan baku yang tidak sesuai dengan spesifikasi yang ditentukan
9. S1 03 Persentase jumlah produk yang didistribusikan ke distributor tiap bulannya.
10. S1 04 Persentase jumlah bahan baku yang dikembalikan pada supplier
S2 RESPONSIVENESS
11. S2 01 Waktu yang dibutuhkan untuk pembuatan surat pembelian (Purchase Order)
12. S2 02 Waktu tunggu untuk melakukan pemesanan bahan baku pada supplier
S3 AGILITY
13. S3 01 Kesesuaian waktu yang dibutuhkan untuk pengiriman bahan baku tambahan dari supplier karena perubahan
jumlah kebutuhan bahan baku
S5 ASSET
14. S5 01 Jumlah hari dari datangnya bahan baku sampai bahan baku dipakai untuk produksi
15. S5 02 Persentase jumlah uang yang belum dibayarkan oleh perusahaan kepada supplier
16. S5 03 Nilai persediaan bahan baku yang ada di gudang.
17. S5 04 Nilai gudang yang dimiliki perusahaan
18. S5 05 Nilai bangunan yang dimiliki perusahaan
M1 RELIABILITY
19. M1 01 Persentase kesesuaian jumlah bahan baku dengan jumlah kemasan semen yang diproduksi
20. M1 02 Persentase kesesuaian jumlah semen yang dihasilkan dengan jumlah permintaan distributor
21. M1 03 Persentase jumlah produk yang lolos uji kualitas
22. M1 04 Persentase frekuensi kerusakan mesin produksi selama proses produksi
23. M1 05 Persentase kesesuaian massa semen dengan yang ada di pasaran
24. M1 06 Persentase produk reject hasil produksi
25. M1 07 Efektifitas jumlah tenaga kerja pada lantai produksi
26. M1 08 Efektifitas waktu pengecekan mesin yang rusak
M2 RESPONSIVENESS
27. M2 02 Persentase keterlambatan produksi sehingga menghambat aktivitas pengiriman produk
M3 AGILITY
28. M3 01 Kesesuaian waktu produksi untuk memenuhi target produksi tiap bulan
29. M3 02 Persentase kemampuan maksimum peningkatan kuantitas produk yang dapat dipenuhi perusahaan dalam satu
bulan
30. M3 03 Persentase kemampuan adaptasi perusahaan dalam pengurangan kuantitas pemesanan tanpa kerugian
M4 COST
31. M4 01 Kesesuaian biaya yang dikeluarkan dengan biaya yang tersedia untuk melakukan produksi
D DELIVER
D1 RELIABILITY
32. D1 01 Persentase pemenuhan pesanan distributor rata-rata perbulan
33. D1 02 Keakuratan dokumen pengiriman
34. D1 03 Efektifitas jumlah karyawan di bagian distribusi
D2 RESPONSIVENESS
35. D2 01 Waktu produk diambil dari bagian produksi hingga terjual
36. D2 02 Persentase keterlambatan pengiriman produk ke distributor

556
JURNAL REKAYASA DAN MANAJEMEN SISTEM INDUSTRI VOL. 3 NO. 3
TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA

Validasi
No. KODE KPI
Ya Tidak
D DELIVER
D3 AGILITY
37. D3 01 Kesesuaian waktu yang dibutuhkan untuk melakukan pengiriman ulang karena produk cacat.
D4 COST
38. D4 01 Lamanya waktu untuk pembayaran dari distributor kepada perusahaan
D5 ASSET
39. D5 01 Jumlah uang yang belum dibayarkan kepada perusahaan oleh distributor
40. D5 02 Nilai persediaan produk jadi yang belum terjual
R RETURN
R1 RELIABILITY
41. R1 01 Persentase produk cacat yang dikembalikan oleh distributor
42. R1 02 Persentase reject kantong semen
43. R1 03 Jumlah komplain dari konsumen
44. R1 04 Jumlah komplain dari bagian packing ke supplier kantong semen
R2 RESPONSIVENESS
45. R2 01 Persentase keterlambatan pengembalian produk cacat dari bagian packaging ke bagian distribusi
46. R2 02 Batas waktu komplain ke pihak perusahaan
R5 COST
47. R5 01 Kesesuaian biaya yang dikeluarkan untuk pengiriman ulang produk cacat

557

Anda mungkin juga menyukai