Pengangguran Dan Tingkat Alaminya
Pengangguran Dan Tingkat Alaminya
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 9
AHMAD MUFRIH LUBIS (02) 2-05
JOSE ANDRE SARAGIH (16) 2-05
LENNY OCTAVIA (20) 2-05
1
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI...................................................................................................................................................2
KATA PENGANTAR........................................................................................................................................3
BAB I............................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN............................................................................................................................................4
BAB II...........................................................................................................................................................5
ISI.................................................................................................................................................................5
Pengangguran..............................................................................................................................................5
A. MENGIDENTIFIKASIKAN PENGANGGURAN.............................................................................................5
B. PENCARIAN KERJA DAN PERATURAN UPAH MINIMUM...........................................................................9
C. SERIKAT PEKERJA DAN TAWAR MENAWAR KOLEKTIF.............................................................................12
BAB III........................................................................................................................................................15
SIMPULAN.................................................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................................................17
2
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada saya, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah pengangguran dan tingkat alamiahnya ini. Tidak lupa juga kami ucapkan
terima kasih kepada Bapak Nasrullah selaku Dosen Pengantar Ilmu Ekonomi yang
memberikan kami arahan serta ilmu dalam mengerjakan makalah ini.
Tujuan pembuatan makalah ini adalah bentuk dari Ilmu Pengantar Ekonomi
dalam Ekonomi Makro yang membahas mengenai mengidentifikasikan pengangguran,
pencarian kerja, peraturan upah minimum, serikat pekerja dan tawar menawar kolektif,
dan teori upah efisiensi.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik agar kami dapat
memperbaiki makalah ini dan menghasilkan makalah yang lebih baik lagi kedepannya.
3
BAB I
PENDAHULUAN
Pengangguran atau kehilangan pekerjaan merupakan masalah ekonomi yang
sering dihadapi oleh siapapun dan dapat terjadi dimanapun. Pengangguran merupakan
masalah yang krusial sebab apabila seseorang kehilangan pekerjaannya maka dia juga
kehilangan pencapaiannya yang berarti kehilangan penghasilan hingga kehilangan
harga diri, itulah sebabnya pengangguran merupakan hal yang penting untuk dikaji.
Dalam suatu negara, faktor penentu standar hidup dalam suatu negara juga
diukur dari banyaknya pengangguran yang ada di negara tersebut. Meskipun tingkat
suatu pengangguran dalam negara tidak dapat dihindarkan karena jutaan pekerja harus
bersaing untuk dapat bekerja dalam ribuan perusahaan. Namun, negara yang berupaya
agar para pekerja yang banyak tersebut tidak menganggur akan memiliki tingkat PDB
yang lebih tinggi dari negara yang membiarkan para pekerjanya untuk menganggur.
Pengangguran terbagi menjadi masalah jangka panjang dan jangka pendek.
Pengangguran jangka panjang tidak disebabkan oleh satu masalah lalu dapat
diselesaikan oleh satu solusi, namun pengangguran tersebut berasal dari banyaknya
masalah-masalah yang terkait. Pengangguran alamiah tidak berarti bahwa
pengangguran tersebut tidak berubah dan tidak berpengaruh oleh kebijakan ekonomi
tetapi pengangguran alamiah berarti pengangguran ini tidak dapat hilang dengan
sendirinya, bahkan dalam jangka waktu yang lama sekalipun. Di makalah ini akan
dibahas mengenai empat faktor tingkat pengangguran alamiah dalam perekonomian,
yaitu lapangan kerja, undang-undang upah minimum, serikat pekerja, dan upah efisien.
Tidak mudah bagi pemerintah untuk menurunkantingkat pengagguran efisien begitu
juga untuk menghapuskan beban yang ditanggung oleh para pengangguran.
4
BAB II
ISI
Pengangguran
Pengangguran atau tunakarya adalah istilah untuk orang yang tidak bekerja
sama sekali, sedang mencari kerja, bekerja kurang dari dua hari selama seminggu,
atau seseorang yang sedang berusaha mendapatkan pekerjaan yang
layak.Pengangguran umumnya disebabkan karena jumlah angkatan kerja tidak
sebanding dengan jumlah lapangan pekerjaan yang mampu menyerapnya.
Pengangguran seringkali menjadi masalah dalam perekonomian karena dengan
adanya pengangguran, produktivitas dan pendapatan masyarakat akan berkurang
sehingga dapat menyebabkan timbulnya kemiskinan dan masalah-masalah
sosial lainnya.
Tingkat pengangguran dapat dihitung dengan membandingkan jumlah
pengangguran dengan jumlah angkatan kerja yang dinyatakan dalam persen.
Ketiadaan pendapatan menyebabkan penganggur harus mengurangi
pengeluaran konsumsinya yang menyebabkan menurunnya tingkat kemakmuran dan
kesejahteraan. Pengangguran yang berkepanjangan juga dapat menimbulkan
efek psikologis yang buruk terhadap penganggur dan keluarganya. Tingkat
pengangguran yang terlalu tinggi juga dapat menyebabkan kekacauan politik,
keamanan dan sosial sehingga mengganggu proses pembangunan.
A. MENGIDENTIFIKASIKAN PENGANGGURAN
1. Bagaimana Tingkat Pengangguran Diukur?
Mengukur jumlah pengangguran adalah tugas badan statistik Negara yang
menghimpun data pengangguran dan aspek-aspek pasar tenaga kerja lain, seperti jenis
pekerjaan, jam kerja rata-rata, dan durasi pengangguran. Data ini diperoleh melalui
survei rutin terhadap rumah tangga. Di Indonesia sendiri survei ini dilakukan setiap 2
kali dalam satu tahun, pada bulan Februari dan Agustus. Berdasarkan jawaban
terhadap survei tersebut, badan statistik Negara biasanya mengelompokan orang
dewasa (di Indonesia, seseorang dikatakan dewasa ketika telah mencapai usia 15
tahun) pada setiap rumah tangga yang di survei dalam salah satu kategori berikut: 1)
bekerja, 2) pengangguran dan 3) tidak termasuk angkatan kerja.
Seseorang dikategorikan bekerja jika ia menghabiskan beberapa hari pada
minggu sebelumnya untuk mengerjakan pekerjaan yang dibayar kemudian. Seseorang
dianggap pengangguran jika ia berhenti bekerja sementara atau sedang mencari
pekerjaan. Seseorang yang tidak termasuk dalam dua kategori diatas, misalnya
mahasiswa full time, ibu rumah tangga, atau pensiunan tidak termasuk angkatan kerja.
5
Badan statistik Negara mendefinisikan angkatan kerja (labor force) sebagai
jumlah orang yang bekerja dan tidak bekerja.
Angkatan kerja = Jumlah orang yang bekerja + Jumlah orang yang tidak bekerja
Tingkat pengangguran (unemployment rate) adalah persentase angkatan kerja yang
tidak bekerja.
Tingkat Pengangguran = Jumlah orang yang tidak bekerja/Angkatan kerja X 100
Survei serupa terhadap rumah tangga juga digunakan untuk memperoleh data
pertisipasi angkatan kerja. Tingkat partisipasi angkatan kerja (labor force participation
rate) mengukur persentase jumlah populasi penduduk dewasa yang termasuk kedalam
angkatan kerja.
Tingkat partisipasi angkatan kerja = Angkatan kerja/Populasi penduduk dewasa X 100
6
barang-barang dan jasa-jasa yang diproduksikan di dalam negara tersebut dalam satu
tahun tertentu. Sedangkan Produk Nasional Bruto nilai barang dan jasa yang dihitung
dalam pendapatan nasional hanyalah barang dan jasa yang diproduksikan oleh faktor-
faktor produksi yang dimiliki oleh warga negara dari negara yang pendapatan
nasionalnya dihitung.
Ketiadaan pendapatan menyebabkan penganggur harus mengurangi pengeluaran
konsumsinya yang menyebabkan menurunnya tingkat kemakmuran dan kesejahteraan.
Pengangguran yang berkepanjangan juga dapat menimbulkan efek psikologis yang
buruk terhadap penganggur dan keluarganya. Tingkat pengangguran yang terlalu tinggi
juga dapat menyebabkan kekacauan politik keamanan dan sosial sehingga
mengganggu pertumbuhan dan pembangunan ekonomi.
7
1. Pengangguran friksional (frictional unemployment) adalah pengangguran yang
disebabkan adanya kesulitan mempertemukan antara pihak yang membutuhkan
tenaga kerja dengan pihak yang memiliki tenaga kerja (angkatan kerja).
2. Pengangguran struktural (Structural unemployment) adalah pengangguran yang
disebabkan oleh penganggur yang mencari lapangan pekerjaan tidak mampu
memenuhi persyaratan yang ditentukan pembuka lapangan kerja.
3. Pengangguran teknologi (Technology unemployment) adalah pengangguran
yang disebabkan perkembangan/pergantian teknologi. Perubahan ini dapat
menyebabkan pekerja harus diganti untuk bisa menggunakan teknologi yang
diterapkan.
4. Pengangguran kiknikal adalah pengangguran yang disebabkan kemunduran
ekonomi yang menyebabkan perusahaan tidak mampu menampung semua
pekerja yang ada. Contoh penyebabnya, karena adanya perusahaan lain sejenis
yang beroperasi atau daya beli produk oleh masyarakat menurun.
5. Pengangguran musiman adalah pengangguran akibat siklus ekonomi yang
berfluktuasi karena pergantian musim. Umumnya pada bidang pertanian dan
perikanan. Contohnya adalah para petani dan nelayan.
6. Pengangguran setengah menganggur adalah pengangguran di saat pekerja
yang hanya bekerja di bawah jam normal (sekitar 7-8 jam per hari).
7. Pengangguran keahlian adalah pengangguran yang disebabkan karena tidak
adanya lapangan kerja yang sesuai dengan bidang keahlian. Pengangguran
jenis ini disebut juga pengangguran tidak kentara dikarenakan mempunyai
aktivitas berdasarkan keahliannya tetapi tidak menerima uang. Contohnya
adalah anak sekolah (siswa) atau mahasiswa. Mereka adalah ahli pencari ilmu,
tetapi mereka tidak menghasilkan uang dan justru harus mengeluarkan uang
atau biaya, misalnya harus membeli paket buku LKS atau membayar biaya
kursus yang diselenggarakan oleh sekolahnya sendiri. Contoh lainnya adalah
(misalnya) seorang pelatih pencak silat yang tidak meminta gaji dari
organisasinya. Pengangguran tidak kentara ini, juga bisa disebut sebagai
pengangguran terselubung.
8. Pengangguran total adalah pengangguran yang benar-benar tidak mendapat
pekerjaan, karena tidak adanya lapangan kerja atau tidak adanya peluang untuk
menciptakan lapangan kerja.
8
B. PENCARIAN KERJA DAN PERATURAN UPAH MINIMUM
Pengertian Pencarian Kerja
Pencarian kerja (job search) adalah proses yang mempertemukan pekerja dengan
pekerjaan yang sesuai dengannya. Apabila semua pekerja dan semua jenis
pekerjaan sama, sehingga semua pekerja cocok dengan semua jenis pekerjaan,
maka pencarian kerja tidak akan menjadi masalah.
Pekerja-pekerja yang diberhentikan akan secepatnya menemukan pekerjaan baru
yang sesuai dengannya. Tetapi, pada kenyataannya, para pekerja mempunyai
selera yang berbeda-beda, pekerjaan-pekerjaan yang ada sangat berbeda satu
sama lain, dan informasi mengenai calon pekerja dan lowongan pekerjaan tersebar
dengan lambat diantara berbagai perusahaan serta rumah tangga dalam
perekonomian.
9
memotong lapangan pekerjaan. Pada saat yang sama, penurunan harga bensin
merangsang penjualan mobil, sehingga produsen-produsen mobil di Michigan
menaikkan produksi dan menambah pekerja. Perubahan komposisi permintaan
antar industri atau wilayah dinamakan dengan pergeseran sektoral (sectoral
shift). Karena pekerja memerlukan waktu untuk menemukan pekerjaan di sektor-
sektor yang baru, maka pergeseran sektoral menyebabkan pengangguran temporer.
Pengangguran friksional tidak dapat dielakkan karena perekonomian selalu
berubah. Seabad yang lalu, empat industri di Amerika Serikat yang paling banyak
menyerap pekerja adalah kapas, wol, pakaian laki-laki dan kayu. Dewasa ini, empat
industri terbesar dalam hal penyerapan tenaga kerja adalah mobil, pesawat,
komunikasi, dan komponen elektronik. Saat transisi ini terjadi, lowongan pekerjaan
tercipta pada sejumlah perusahaan, dan PHK terjadi pada perusahaan-perusahaan
lain. Hasil akhir dari proses ini adalah peningkatan produktivitas dan standar hidup.
Tetapi sepanjang transisi, pekerja-pekerja yang berada dalam industri yang
mengalami penurunan harus mencari pekerjaan baru dalam industri-industri yang
sedang tumbuh.
Data yang ada menunjukkan bahwa sedikitnya 10% dari pekerjaan manufaktur di
Amerika Serikat tutup setiap tahunnya. Selain itu, lebih dari 3% pekerja telah keluar
dari pekerjaannya selama bulan-bulan tertentu, yang kadangkala disebabkan karena
mereka menyadari bahwa pekerjaan yang ada tidak sesuai dengan selera dan
keahlian mereka. Banyak dari mereka, terutama yang masih muda mendapatkan
pekerjaan baru dengan upah yang lebih tinggi. Perputaran angkatan kerja ini
merupakan hal yang normal dalam perekonomian pasar yang dinamis dan berjalan
baik, tetapi akan menimbulkan sejumlah pengangguran friksional.
10
angkatan kerja terus bekerja dan megurangi ketidakadilan sehubungan
perekonomian pasar yang senantiasa berubah. Para pengkritik program ini
mempertanyakan apakah pemerintah harus terlibat dalam proses pencarian kerja.
Mereka berpendapat bahwa lebih baik membiarkan pasar tenaga kerja
mempertemukan para pekerja dengan pekerjaannya. Pada kenyataannya,
kebanyakan pencari kerja di AS berlangsung tanpa campur tangan pemerintah. Iklan
surat kabar, situs-situs lowongan kerja di internet, kantor-kantor penempatan tenaga
kerja bagi mahasiswa yang baru lulus, pemburu kerja, dan iklan dari mulut ke mulut
membantu penyebaran informasi lowongan pekerjaan dan calon tenaga kerja.
Demikian pula, kebanyakan pendidikan pekerja dilakukan secara mandiri, baik
melalui sekolah-sekolah maupun melalui pelatihan kerja. Para pengkritik ini
berpendapat bahwa pemerintah tidak lebih baik bahkan lebih buruk dalam
menyebarkan informasi yang tepat kepada calon pekerja dan memutuskan pelatihan
tenaga kerja apa yang paling baik. Mereka berpendapat bahwa keputusankeputusan
ini lebih baik diambil oleh pencari kerja dan perusahaanperusahaan yang
bersangkutan.
3.Tunjangan pengangguran
Salah satu program pemerintah yang meningkatkan jumlah pengangguran
friksional meskipun tidak disengaja adalah tunjangan pengangguran.program ini
bertujuan untuk memberikan kompensasi parsial bagi pekerja akibat kehilangan
pekerjaan.
Meskipun mengurangi derita akibat pengangguran,tunjangan pengangguran juga
meningkatkan jumlah pengangguran.penyebabnya dapat dijelaskan oleh satu dari
sepuluh prinsip ekonomi yaitu orang memberikan reaksi terhadap insentif.karena
tunjangan pengangguran tidak lagi diberikan jika pekerja memperoleh pekerjaan
baru,pengangguran dapat saja tidak bekerja begitu keras untuk mencari pekerjaan
dn besar kemungkinan menolak tawaran kerja yang tidak menarik.selain itu,karena
tunjangan pengangguran membuat masa menganggur lebih mudah dilewati,para
ekerja kemungkinan kecil mencari jaminan keamanan kerja pada saat
menegosiasikan kontrak kerja dengan perusahaan mereka.
11
keseimbangan.Lebih lanjut,terjadinya surplus tenaga kerja karena jumlah pekerja
yang ingin bekerja lebih banyak daripada jumlah pekerjaan,sebagian pekerja pun
tidak memiliki pekerjaan.
Berdasarkan kurva di atas dijelaskan bahwa di pasar tenaga kerja, WE adalah upah
pada titik keseimbangan penawaran dan permintaan. Pada upah keseimbangan ini,
jumlah penawaran dan permintaan tenaga kerja adalah LE. Sebaliknya, jika upah
tersebut dipaksa agar tetap berada di atas titik keseimbangannya, mungkin karena
adanya peraturan upah minimum, maka jumlah penawaran tenaga kerja meningkat
menjadi LS, dan jumlah permintaan tenaga kerja menurun menjadi LD. Surplus
tenaga kerja yang dihasilkan , LS – LD,adalah pengangguran. Meskipun ditampilkan
untuk memperlihatkan pengaruh dari upah minimum,pada kurva diatas juga
menggambarkan poin yang mana bersifat lebih umum: jika upah dipertahankan di
atas titik keseimbangan karena segala alasan, maka hasilnya adalah pengangguran
12
disepakatinya syarat-syarat kerja antara serikat pekerja dengan perusahaan disebut
dengan tawar-menawar kolektif.
Kegiatan berunding yang dilakukan oleh serikat pekerja dengan perusahaan akan
membahas mengenai hal-hal seperti upah, tunjangan, dan lainnya. Apabila
perusahaan menolak atau tidak mencapai kesepakatan dengan permintaan serikat
pekerja maka serikat pekerja akan melakukan aksi pemogokan. Ketika aksi
pemogokan terjadi hal tersebut akan merugikan perusahaan karena adanya
pemogokan mengurangi produksi, penjualan, dan keuntungan sehingga perusahaan
yang menghadapi ancaman seperti ini akan menyetujui untuk membayar upah yang
lebih tinggi darupada jika tidak ada ancaman.
Apabila serikat pekerja meningkat upah di atas titik keseimbangan, serikat
pekerja akan menambah jumlah penawaran tenaga kerja dan mengurangi jumlah
permintaan tenaga kerja sehingga terjadi pengangguran. Para pekerja yang tetap
bekerja akan mendapatkan keuntungan sedangkan pekerja yang kehilangan
pekerjaannya akan merasa dirugikan. Terkadang, serikat pekerja menimbulkan
konflik antara pihak dalam yang tergabung di serikat pekerja dengan pihak luar yang
tidak tergabung di serikat pekerja. Pihak luar biasanya akan melakukan dua hal,
yang pertama adalah tetap menganggur dan menunggu kesempatan untuk dapat
tergabung dalam serikat pekerja sedangkan yang kedua adalah memilih untuk
bekerja di perusahaan yang tidak terdapat serikat pekerja. Itulah mengapa apabila
serikat pekerja membuat kenaikan upah diatas titik keseimbangan maka akan
membuat kenaikan upah di satu agian perekonomian dan penawaran tenaga kerja
naik di bagian lain perekonomian. Sehingga dapat diambil kesimpulan pekerja yang
tergabung ke dalam serikat pekerja akan mengalami keuntungan dari tawar-meawar
kolektif sedangkan pekerja yang tidak tergabung dengan serikat pekerja akan
menanggung sebagian dari biayanya.
13
Para pendukung serikat pekerja berpendapat bahwa serikat pekerja dibutuhkan
untuk mengimbangi kekuasaan-kekuasaan perusahaan di pasar tenaga kerja. Tanpa
adanya serikat pekerja perusahaan dapat menggunakan kekuasaannya untuk
memberikan upah dan menawarkan kondiri pekerjaan yang lebih buruk daripada jika
perusahaan tersebut harus bersaing dengan perusahaan lain untuk pekerja yang
sama. Itulah sebabnya serikat pekerja dapat menyeimbangkan keseimbangan pasar
dan melindungi para pekerja dari kesewenangan pemilik perusahaan. Selain itu,
para pendukung serikat pekerja juga berpendapat bahwa adanya serikat pekerja
dapat membantu perusahaan meespons kepentingan pekerja secara efisien seperti
pembahasan terkait atribut kerja, jadwal kerja, promosi kerja, dan seterusnya.
Serikat pekerja dapat memungkinkan perusahaan untuk menyediakan susunan
atribut yang tepat bahkan apabila serikat pekerja berdampak buruk karena
mendorong upah di atas titik keseimbangan dan menyebabkan pengangguran maka
serikat pekerja berguna untuk membantu perusahaan agar memiliki pekerja yang
bahagia dan produktif.
14
BAB III
SIMPULAN
Seseorang dianggap sebagai pengangguran apabila dia tidak memiliki pekerjaan
atau sedang dalam proses mencari. Badan Pusat Statistik adalah badan yang bertugas
dalam mencatat tingkat pengangguran yang ada di Indonesia. Pada saat menjalankan
tugasnya Badan Pusat Statistik melakukan survei dengan membagi menjadi 3 kriteria,
yaitu bekerja, pengangguran, dan tidak termasuk angkatan kerja. Setelah
mengelompokkan menjadi tiga kategori Badan Pusat Statistik kemudian akan
menghitung berbagai statistik kemudian dirangkum dakam kondisi angkatan kerja.
Pada kenyataannya sulit untuk menentukan apakah seseorang tidak bekerja
atau tidak termasuk angkatan kerja karena banyaknya pergerakan keluar masuk yang
terjadi dalam angkatan kerja. Lazimnya pengangguran dibagi menjadi dua, yaitu kondisi
jangka pendek dan kondisi jangka panjang. Untuk kondisi jangka pendek pengangguran
biasanya memerlukan beberapa waktu untuk menemukan pekerjaan yang cocok dan
dianggap bukan masalah yang serius sedangkan kondisi jangka panjang dari
pengangguran adalah masalah yang dianggap serius. Hal-hal yang menyebabkan
pengangguran selalu ada adalah pengangguran friksional atau pengangguran yang
terjadi akibat proses pencocokan pekerja dengan pekerjaan dan pengangguran
struktural yaitu pengangguran yang terjadi karena penawaran pekerja lebih tinggi
daripada permintaan pekerja.
Pencarian pekerjaan adalah proses menemukan pekerjaan yang cocok dengan
pekerja. Meskipun perekonomian selalu berubah-ubah namun banyak cara untuk tetap
dapat mencari pekerjaan salah satunya adalah internet. Selain itu, pemerintah juga
berupaya untuk membantu pekerja dengan cara memberitahukan informasi lowongan
tenaga kerja melalui badan penempatan kerja yang dijalanan oleh pemerintah dan
melalui program-program pelatihan umum. Selain itu pemerintah juga memiliki program
yaitu tunjangan pengangguran namun program ini secara tidak sengaja justru
menaikkan tingkat pengangguran friksional karena terdapat kemungkinan
pengangguran yang mendapatkan tunjangan pengangguran justru akan menolak
pekerjaan yang tidak sesuai dengan keinginannya atau justru tidak ingin bekerja,
padahal tujuan dari tunjangan ini adalah untuk mengurangi ketidakpastian pendapatan
yang dihadapi oleh para pekerja saat sedang menganggur. Namun, disii lain pekerja
juga menjadi selektif dalam menentukan pilihannya untuk bekerja yang disesuaikan
dengan minat dan bakat dari pekerja itu sendiri.
Upah minimum memiliki pengaruh yang penting terhadap kelompok tertentu
dengan tingkat pengangguran yang tinggi karena saat upah minimum berada di atas
titik keseimbangan penawaran dan permintaan maka akan menimbulkan penawaran
yang naik dan permintaan atas pekerja yang turun.
15
Serikat pekerja merupakan sebuah asosiasi pekerja yang bertujuan untuk
melakukan tawar-menawar kolektif dengan pemberi kerja.
Upah efisiensi memiliki pandangan bahwa perusahaan-perusahaan akan
memiliki potensi untuk dapat beroperasi secara lebih efisien apabila upah yang
diberikan kepada para pekerjanya berada di atas titik keseimbangan. Upah efisiensi ini
kemudian memiliki empat jenis teori yaitu kesehatan pekerja yang berkaitan dengan gizi
dari pekerja tersebut, perputaran pekerja yang berkaitan dengan absensi suatu pekerja,
usaha pekerja yang berkaitan dengan usaha dari para pekerja, dan kualitas pekerja
yaitu pekerja yang mendapatkan upah tinggi sesuai atau setara dengan kualitasnya
yang juga tinggi.
16
DAFTAR PUSTAKA
Mankiw, N. Gregory. 2014. Principles of Economics.Volume 2. Edisi Asia.
Diterjemahkan oleh: Biro Bahasa Alkemis. Jakarta:Salemba Empat.
17