Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM

MIKROBIOLOGI III

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI Salmonella thypi PADA SAMPEL DARAH


MANUSIA

Di susun oleh :

Fitri Astuti

411114081

2B

ANALIS KESEHATAN D III

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN JENDERAL ACHMAD YANI

Jalan Terusan Jenderal Sudirman Cimahi 40533

2016
I. Hari/tanggal : selasa- jum’at 12-15 april 2016
II. Tujuan Praktikum
1. Memahami gambaran koloni Salmonella thypi pada media MC, SS dan
media selektif lainnya.
2. Memahami cara identifikasi serta isolasi Salmonella thypi dari sampel feses
manusia.
III. Dasar Teori

Isolasi bakteri adalah suatu cara untuk membiakan suatu jenis mikroba
tertentu yang di peroleh dari suatu sampel ke dalam suatu medi spesifik,
sehingga selanjutnya dapat di identifikasi sifat biakan, morfologi, dan sifat
mikroba lainnya. Kemudian bakteri dipindahkan dari satu tempat ke tempat
lainnyasecara aseptis agar tidak terkotaminasi oleh bakteri lainnya ehingga di
dapatkan biakan yang murni. Identifikasi dan determinasi suatu biakan murni
bakteri yang diperoleh dari hasil isolasi dapat dilakukan dengan cara pengamatan
sifat morfologi koloni, morfologi sel bakteri, pengujian sifat-sifat fisiologi dan
biokimianya. Pertumbuhan bakteri di alam dipengaruhi oleh beberapa faktor luar
seperti susbtrat, pertumbuhan pH, temperatur, dan bahan kimia. Bakteri yang
nampak dapat memiliki morfologi yang sama, namun keperluan nutrisi dan
persyaratan ekologinya berbeda. ( Irianto ,2007).
Karakteristik mikroorganisme dilakukan dengan beberapa metode seperti
pengamatan mikroskopik koloni, pewarnaan mikroba untuk mengetahui
penampakan mikroskopik sel maupun membedakan golongan-golongan
mikroorganisme, serta karakteristik uji-uji biokimia yang mencerminkan
aktivitas metabolisme enzimatik mikroorganisme ( Lay, 1994 ).
Demam tifoid menular melalui makanan dan minuman yang telah tercemar
oleh Salmonella typhi atau orang yang telah menjadi carrier, yaitu orang yang
telah mengalami infeksi tetapi bakteri tersebut masih terdapat di dalam
tubuhnya. Pada orang yang merupakan carrier, biasanya tidak terdapat gejala
spesifik, sehingga penularan demam tifoid terutama disebabkan oleh penderita
ini. Antibiotik merupakan faktor penting dalam pengobatan demam tifoid.
Beberapa antibiotik lini pertama yang telah ditemukan untuk mengobati demam
tifoid adalah kloramfenikol, ampicillin, dan kotrimoxazole. Semakin seringnya

1
penggunaan antibiotik tersebut menyebabkan resistensi dikarenakan adanya
mutasi pada bakteri Salmonella typhi sehingga bisa bertahan terhadap antibiotik
tersebut. Resistensi terhadap tiga agen lini pertama yang telah disebutkan disebut
multi-drug resistance Salmonella typhi (MDR-ST). Resistensi ini telah menjadi
masalah penting di Asia Tenggara dan India selama bertahun-tahun. Untuk
mengatasi masalah resistensi ini, dikembangkan penelitian untuk menemukan
obat yang lebih efektif, dan hasilnya ditemukan florokuinolon yang efektif untuk
mengatasi MDR-ST. Florokuinolon saat ini digunakan sebagai obat lini pertama
untuk pengobatan demam tifoid, namun pada perkembangannya terdapat
laporan yang menyatakan bahwa sensitivitas bakteri Salmonella typhi terhadap
florokuinolon mulai menurun (Chau et al 2007).
klasifikasi
Kerajaan: Bakteria
Filum: Proteobakteria
Kelas: GammaProteobakteria
Ordo: Enterobakteriales
Famili: Enterobakteriakceae
Genus: Salmonella
Spesies : S. enterica

Salmonella sp. adalah bakteri batang lurus, gram negatif, tidak berspora,
bergerak dengan flagel peritrik, berukuran 2-4 μm x 0.5- 0,8 μm. Salmonella sp.
tumbuh cepat dalam media yang sederhana (Jawet’z, dkk, 2005), hampir tidak
pernah memfermentasi laktosa dan sukrosa, membentuk asam dan kadang gas dari
glukosa dan manosa, biasanya memporoduksi hidrogen sulfide atau H2S, pada
biakan agar koloninya besar bergaris tengah 2-8milimeter, bulat agak cembung,
jernih, smooth, pada media BAP tidak menyebabkan hemolisis, pada media Mac
Concey koloni Salmonella sp. Tidak memfermentasi laktosa (NLF),
konsistensinya smooth (WHO, 2003) Salmonella sp. tahan hidup dalam air yang
dibekukan dalam waktu yang lama, bakteri ini resisten terhadap bahan kimia
tertentu(misalnya hijau brillian, sodium tetrathionat, sodium deoxycholate) yang

2
menghambat pertumbuhan bakteri enterik lain, tetapi senyawa tersebut berguna
untuk ditambahkan pada media isolasi Salmonella sp. Pada sampel feses.
Klasifikasi kuman Salmonella sp. sangat kompleks, biasanya
diklasifikasikan menurut dasar reaksi biokimia, serotipe yang diidentifikasi
menurut struktur antigen O, H dan Vi yang spesifik (Jawet’z, dkk,2005 ;
Bennasar, A., et al, 2000), menurut reaksi biokimianya, Salmonella sp. dapat
diklasifikasikan menjadi tiga spesies yaitu S. typhi, S. enteritidis, S. cholerasuis,
disebut bagan kauffman-white (Irianto,2006). Berdasarkan serotipenya di
klasifikasikan menjadi empat serotipe yaitu S. paratyphi A (Serotipe group A), S.
paratyphi B (Serotipe group B), S. paratyphi C (Serotipe group ), dan S. typhi dari
Serotipe group D (Jawet’z, 2005).

Patogenesis
S. typhi, S. paratyphi A, B dan C merupakan penyebab infeksi utama pada
manusia, bakteri ini selalu masuk melalui jalan oral, biasanya dengan cara
mengkontaminasi makanan dan minuman. Diantara faktorfaktor yang dapat
mempengaruhi ketahanan tubuh terhadap infeksi Salmonella sp adalah keasaman
lambung, flora normal dalam usus dan ketahanan usus lokal (Jawet’z, 2005). Pola
penyebaran penyakit ini adalah melalui saluran cerna (mulut, esofagus, lambung,
usus 12 jari, usus halus, usus besar). S typhi, paratyphi A, B, dan C masuk ke
tubuh manusia bersama bahan makanan atau minuman yang tercemar
(Fathiariani,2009)
Saat kuman masuk ke saluran pencernaan manusia, sebagian kuman mati
oleh asam lambung dan sebagian kuman masuk ke usus halus. Dari usus halus
kuman beraksisehingga bisa ” menjebol” usus halus. Setelah berhasil melampaui
usus halus, kuman masuk ke kelenjar getah bening, ke pembuluh darah, dan ke
seluruh tubuh (terutama pada organ hati, empedu, dan lain-lain). Sehingga feses
dan urin penderita bisa mengandung kuman S. typhi, S. paratyphi A, B dan C
yang siap menginfeksi manusia lain melalui makanan atau minuman yang
tercemari. Pada penderita yang tergolong carrier kuman Salmonella bisa ada terus
menerus di feses dan urin sampai bertahun-tahun (Widianto, 2009).

3
Setelah memasuki dinding usus halus, S. typhi, S. paratyphi A, B dan C
mulai melakukan penyerangan melalui system limfa ke limfa yang menyebabkan
pembengkakan pada urat dan setelah satu periode perkembangbiakan bakteri
tersebut kemudian menyerang aliran darah. Aliran darah yang membawa bakteri
juga akan menyerang liver, kantong empedu, limfa, ginjal, dan sumsum tulang
dimana bakteri ini kemudian berkembangbiak dan menyebabkan infeksi organ-
organ ini. Melalui organ-organ yang telah terinfeksi inilah mereka terus
menyerang aliran darah yang menyebabkan bacteremia sekunder. Bakteremia
sekunder ini bertanggung jawab sebagai penyebab terjadinya demam dan penyakit
klinis (Wardani, 2008).
Contoh penyakitnya ialah demam tiphoid Demam tifoid merupakan
masalah kesehatan utama di negara berkembang, tidak hanya karena insiden dan
angka kematiannya yang tinggi, tetapi juga karena waktu yang diperlukan agar
penderita " fully recover " dap atberbulan-bulan Demam tipoid juga merupakan
penyakit masyarakat dengan standar hidup dan kebersihan rendah, cenderung
meningkat dan terjadi secara endemis. Biasanya angka kejadian tinggi pada
daerah tropik.Sumber penularan penyakit demam tifoid adalah penderita yang
aktif, penderita dalam fase konvalesen, dan kronik karier. Demam Tifoid atau
typhus abdominalis, typhoid fever atau enterik fever adalah penyakit sistemik
yang akut yang mempunyai karakteritik demam, sakit kepala dan ketidakenakan
abdomen berlangsung lebih kurang 3 minggu yang juga disertai gejala-gejala
perut pembesaran limpa dan erupsi kulit. Demam tifoid (termasuk para-tifoid)
dsebabkan oleh kuman Salmonella typhi, S paratyphi A, B dan C (Purwanto,
2009)
IV. ALAT DAN BAHAN
No Alat dan bahan Fungsi
1. Cawan petri Sebagai wadah penyimpanan dan
pembuatan kultur media.
2. Tabung reaksi Wadah untuk mereaksikan dua atau lebih
larutan/ bahan kimia. Wadah
pengembangan mikroba, misalnya dalam
pengujian jumlah bakteri.

4
3. Ose Untuk memindahkan atau mengambil
koloni suatu mikrobia ke media yang akan
digunakan kembali.
4. Bunsen Untuk memanaskan medium,
mensterilkan jarum inokulasi dan alat-alat
yang terbuat dari platina dan nikrom seperti
jarum platina dan ose
5. Rak tabung Tempat penyimpanan tabung reaksi agar
posisi tabung tetap tegak.
6 Mikroskop Alat bantu mengamati benda /
mikroorganisme yang sangat kecil /tidak
dapat dilihat dengan mata.
7 Oil imersi Olesan pada mikroskop
8 Autoklaf Untuk mensterilkan alat dan bahan.
9. Inkubator Tempat menyimpan hasil penanaman
mikroba.
10. Tabung durham sebagai indikator Jika tabung durham
terdapat gelembung menandakan adanya
gas
11. Media Mac conkey Media selektif pertumbuhan
mikroorganisme dan identifikasi
mikroorganisme
12. Media Gula – gula melihat bakteri dapat memfermentasi asam
dan menghasilkan gas
13. Media MR Untuk mengetahui kemampuan bakteri
menghasilkan dan mempertahankan hasil
akhir asam stabil dari fermentasikan
glukosa
14. Media VP Untuk menentukan bakteri mampu
menghasilkan asetil metil karbinol dari
fermentasi glukosa

5
15. Media SIM mengetahui pembentukan H2S,
indol(mengetahui bakteri mempunyai
enzim triftofanase) dan motility
16. Media TSIA melihat bakteri yang bisa
memfermentasikan laktosa, sukrosa dan
glukosa, serta yang menghasilkan gas dan
H2S
17. Media SC melihat bakteri yang mampu
mempergunakan citrate sebagai sumber
karbonnya
18. Media urease menghidrolisis urea dan membentuk
ammonia
19. Darah Bahan pemeriksaan
20. Kristal violet Mewarnai bakteri
21. Lugol / iodin Sebagai pemantek
22. Safranin Sebagai pewarna tanding
23. Alcohol 96 % Untuk meghilangkan zat warna
24. Tabung bactec Media enrichment
25. yodin Untuk membunuh bakteri yang tidak
terbunuh oleh alkohol
26. Spuit Untuk menganbil darah
27. tourniquet pembendung
28. Alcohol 70% desinfektan

V. Langkah Kerja
a) Sterilisasi alat dan bahan
Seluruh alat yang digunakan harus di autoklaf agar steril dan tidak
terontaminasi. Dilakukan dengan cara bungkus seluruh alat yang akan
dipakai dengan kertas. Masukkan alat-alat yang akan di sterilkan ke dalam
autoclave pada suhu 121°C waktu 15 menit . kemudian tutup rapat Pada
saat sumber panas yang di jalankan. Air dalam autoklaf lama kelamaan
akan mendidih. Uap air yang terbentuk mendesak udara yang mengisi

6
autoklaf. Pada saat tercapai tekanan dan suhu yang sesuai, maka proses
sterilisasi di mulai dan timer mulai menghitung waktu mundur. Proses
sterilisasi selesai, tunggu sampai tekanan 0oC (menuju ke angka 0) baru
autoclave bisa di buka. Kemudian alat bisa digunakan.
b) pengambilan sampel darah
siapkan alat dan bahan yang akan digunakan,ikatkan tourniquet 3
jari di atas lipatan siku atas tentukan vena yang akan diambil
darahnya bersihkan dengan alcohol 70% tunggu samapi
keringoleskan iodin tusuk vena yang telah di tentukan ambil 10-20
ml untuk dewasa 5-10 ml pada anak-anak masukan kedalam tabung
bactec yang berisi BHIB sebagai media penyubur bakteri
c) Isolasi dan idenfikasi
Isolasi untuk membiakanatau memisahkan suatu jenis mikroba tertentu
yang di peroleh dari suatu sampel ke dalam suatu medi spesifik, sehingga
selanjutnya dapat di identifikasi sifat biakan, morfologi, dan sifat mikroba
lainnya. Kemudian bakteri dipindahkan dari satu tempat ke tempat
lainnyasecara aseptis agar tidak terkotaminasi oleh bakteri lainnya ehingga
di dapatkan biakan yang murni.
Pada hari pertama dilakukan pengambilan darah ikatkan tourniquet
3 jari di atas lipatan siku atas tentukan vena yang akan diambil darahnya
bersihkan dengan alcohol 70% tunggu samapi kering oleskan iodin tusuk
vena yang telah di tentukan. Jika darah sudah masuk ketabung lepas
tourniquet. ambil 10-20 ml untuk dewasa 5-10 ml pada anak-anak
masukan kedalam tabung bactec yang berisi BHIB sebagai media
penyubur bakteri
Pada kari kedua penanaman pada media MC dan SS dengan metod
streak secara aseptis, agar tidak terkontaminasi dengan bakteri lain dan
mendapat koloni yang terpisah. Kemudian inkubasi suhu 37°C selama
24 jam.
Pada hari ketiga amati koloni, ambil koloni yang terpisah (bakteri
tersangka) kemudian lakukanlah identifikasi metode mikroskopis dengan
pewarnaan Gram dengan mengambil 1 ose NaCl fisiologi steril dan taruh

7
di atas obyek glass,ambil koloni tersangka tempatkan koloni dengan
mencampurkannya. Kemudian fiksasi lakukan pewarnaan gram. Biarkan
kering, lalu amati di bawah mikroskop dengan perbesaran lensa objektif
100x.amati bentuk, susunan, dan sifat. Dan lakukan penanaman pada
media uji biokimia.
Pada hari keempat identifikasi hasil uji biokimia uji biokimia pada gula-
gula (Glukosa, laktosa, manitol, dan sukrosa), MR, VP,SIM , TSIA, SC,
dan Urease dengan menggunakan satu koloni inkubasi 24 jam suhu 37°C
Lalu inkubasi selama 24 jam.

VI. Hasil

Hasil pengaamatan pada sampel: feses

1. Hari pertama:
a. Penanaman pada media selektif : Mac conkey dan SS dengan metode
streak

2. Hari kedua:
a. Pewarnaan Gram 1
Bentuk : basil
Sifat : Gram negatif
Susunan : tunggal
Perbesaran : 100 x
Tersangka : Salmonella thypi

b. Ciri koloni
No Ciri koloni Media : Mac Media : SS
conkey
1. Bentuk Bulat Bulat
2. Ukuran 0.5 – 1 mm 1 – 2 mm
3. Warna jernih jernih
4. Elevasi Cembung Cembung

8
5. Pinggiran Tidak Rata Rata
6. Ciri khas Non laktosa Ada H2S
fermenten
Bakteri tersangka Salmonella thypi

c. Uji biokimia: Glukosa, Laktosa, Manitol, Sukrosa, MR, VP, SIM,


TSIA, SC, Urease.

3. Hari ketiga
a. Pengamatan hasil uji biokimia :
No Nama uji Pengamatan Hasil (+/-)
1. Gula - gula cair
Laktosa Fermentasi :Tidak -/g(-)
Terjadi perubahan warna
dari ungu menjadi
kuning, dan Gas : tidak
ada gas (-)
Glukosa Fermentasi :tidak Terjadi -/g(-)
perubahan warna dari
ungu menjadi kuning,
Gas : tidak ada gas (+)
Manitol Fermentasi ;Terjadi +/g(-)
perubahan warna dari
ungu menjadi kuning,
Gas : tidak ada gas +-)
Sukrosa Fermentasi :tidak Terjadi -/g(-)
perubahan warna dari
ungu menjadi kuning,
Gas : tidak ada gas (-)
2. MR Terjadi perubahan (+)
warna dari kuning
menjadi merah, setelah di

9
tambahkan reagen meril
red (MR)
3. VP Tidak Terbentuk cincin (-)
merah kecoklatan setelah
di tambah reagen Alfa –
naftol da KOH 40%
4. SIM S: terbentuk warna S = (+)
hitam I = (-)
I: tidak terbentuk M =( +)
cincin merah
M: ada pergerakan
bakteri di permukaan
5. TSIA Lereng = merah Lereng:merah
Dasar = kuning Dasar :kuning
H2S = terbentuk H2S: (+)
warna hitam
GAS = tidak
terbentuk gas Gas: (-)

6. SC Tidak Berubah warna (-)


dari hijau menjadi biru
7. Urease Tidak Berubah warna (-)
dari kuning menjadi pink

10
VII. Pembahasan

Pada hasil pengamatan identifikasi gram negatif batang pada sampel feses
manusia didapatkan bakteri Salmonella thypi. Pada pengamatan koloni bakteri
pada medium Mac Conkey dengan metode streak plate didapatkan koloni yang
berbentuk bulat, ukuran 0,5 – 1.5 mm, warna koloni jernih dengan elevasi
cembung dan pinggiran koloni yang tidak rata serta memiliki ciri khas non
laktosa fermenten. Pada SS koloni yang berbentuk bulat, ukuran 1 – 2 mm,
warna koloni jernih dengan elevasi cembung dan pinggiran koloni yang rata
serta memiliki ciri khasnya ada H2S.
Pada uji mikroskopis dengan pewarnaan Gram, bakteri berbentuk basil,
sifat Gram negatif, susunan tunggal dengan perbesaran lensa objektif 100x.
Pada pengamatan uji medium cair gula-gula glukosa, laktosa, sukrosa tidak
terjadi perubahan warnaungu ke kuning yang menunjukan bakteri tidak dapat
memfermantasi karbohidrat dan menghasilkan asam dan tidak terbentuk gas
karena pada tabung durham tidak terdapat gelembung gas. sehingga
menunjukkan hasil negatif. pada manitol terjadi perubahan warna dari ungu
ke kuning tetapi tidak terbentuk gas sehingga menunjukkan hasil positif
fermentasi dan negatif gas. Jika terjadi perubahan warna menunjukan bahwa
bakteri dapat memfermentasi karbohidrat da menghasilkan asam. Jika terdapat
gelembung pada tabung durham menghasilkan gas
Pada medium MR terjadi perubahan warna dari kuning ke merah setelah
ditambahkan reagem methyl red (MR). Hal ini menunjukan adanya fermentasi
asam campuran. Media MR bertujuan untuk mengetahui kemampuan dari
beberapa bakteri yang memproduksi asam sebagai hasil fermentasi dari
glukosa dalam media ini, yang dapat ditunjukkan dengan penambahan
indicator metal red.
Pada medium VP tidak terbentuk cincin kecoklatan setelah ditambahkan -
naftol dan KOH 40% hal ini menunjukan bakteri tidak dapat
memfermentasikan 2,3-butanadiol. Bakteri tertentu dapat memproduksi acetyl
methyl carbinol dari fermentasi glukosa yang data diketahui dengan
penambahan larutan voges proskauer.

11
Pada pengamatan uji SIM bakteri ini menghasilkan gas Hidrogen Sulfit
(H2S) karena terbentuk warna hitam. indol negatif tidak terbentuk cincin
berwarna merah pada permukaan, seteah ditambahkan reagen kovas hal ini
menunjukan bakteri tidak mempunyai enzim tryptopan sebagai sumber
carbon,. Hasil uji mortility terjadi pergerakan bakteri ke permukaan karena
pada bekas tusukan terdapat adanya bakteri.
pada TSIA didapatkan hasil lereng merah, dasar kuning, H2S positif
terbentuk warna hitam. Dan tidak menghasilkan gas media tidak terangkat atau
retak.TSIA untuk mengetahui bahwa bakteri tersebut mampu
memfermentasikan 3 macam gula yaitu laktosa, glukosa dan sukrosa. Media
TSIA terdiri dari 0,1% glukosa, 1 % sukrosa, 1 % laktosa. Ferri sulfat untuk
mendeteksi produksi H₂S, protein dan indicator phenol red.
Pada SC tidak terjadi perubahan warna medium dari hijau menjadi biru
yang menandakan bahwa bakteri tersebut menggunakan sitrat sebagai satu-
satunya sumber karbonnya
Pada Urease menunjukan hasil negatif karena tidak terjadi perubahan
warna dari kuning menjadi pink. Bakteri tertentu menghidrolisis urea dan
membentuk ammonia dengan terbentuknya warna merah karena adanya
indicator phenol red, Salmonella thypi pada media urea memberikan hasil
negatif karena Salmonella thypi tidak menghidrolisis urea dan membentuk
ammonia.
Persentase = total sama /keseluruhan x 100%
= 18/19 x 100% = 94% (Salmonela thypi)

VIII. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengamatan pada sampel darah di dapatkan hasil bakteri


Salmonella thypi didapatkan persentase 94% lebih dari 80 % memenuhi syarat
(80 – 100%)

12
IX. DAFTAR PUSTAKA

Irianto, K, 2007, Mikrobiologi. Jilid 1. Bandung: CV. Yrama Widya


Iis HerawatiM.kes,P,N.(2016). ModuL Penuntun Praktikum Mikrobiologi III.
Cimahi : Prodi Analis Kesehatan

Lay, Bibiana W. 1994. Analisis Mikroba di Laboratorium.Jakarta: PT. Raja


Grafindo Persada.
Departemen Kesehatan RI. 1989.Bakteriologi Klinik . Bakti Husada: Jakarta.

Dzen SM. 1994. Dasar-dasar Mikrobiologi. Laboratorium Mikrobiologi


FakultasKedokteran Universitas Brawijaya: Malang.

Herawati I, Novilla A. 2012. Modul Penuntun Praktikum Mikrobiologi I.


STIKES Jenderal Achmad Yani: Cimahi.
Lanin, I ( 2006) Escherichia coli. http: wekipedia.org/2008/02/03.
Pelczar, M. J. dan Chan, E. C. S. 1988. Dasar-dasar Mikrobiologi. UI Press.
Jakarta.
Pelczar, M. 1986. Dasar-Dasar Mikrobiologi I. Erlangga : Jakarta.
12.30 WIB

Brooks GF, Butel JS, Morse SA, et al. 2001. Medical microbiology Edisi 20.
Jakarta : EGC
Herawati I, Novila A. 2010. Modul Penentuan Praktikum Mikrobiologi I. Prodi
D (III) Analis kesehatan STIKes A. Yani. Cimahi.
Lay, B.W. dan Sugyo Hastowo.1992. Mikrobiologi. Jakarta: Rajawali press.
Microbiology and Microbial Disease. London (GB): Blackwell Science.
Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, et al. 2007. Buku ajar ilmu penyakit
dalam. Jilid I. Edisi IV. Jakarta : FKUI
Ryan KJ, Ray CG (editors) (2004). Sherris Medical Microbiology (edisi ke-4th
ed.). McGraw Hill.

13
14

Anda mungkin juga menyukai