Crs CTG Padang2
Crs CTG Padang2
KARDIOTOKOGRAFI
Oleh :
Riri Mulyanisa (1740312014)
Sufhi Hamdan (1740312287 )
Pembimbing :
dr.H Defrin, Sp.OG-K
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat dan kurnia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan bed site teaching ini yang
Bed site teaching ini ditulis dengan tujuan agar dapat menambah wawasan dan
pengetahuan penulis dan pembaca mengenai pemeriksaan kardiotokografi, selain itu juga
untuk memenuhi salah satu syarat dalam menjalani kepaniteraan klinik di Bagian Obstetri
dan Ginekologi RSUP dr. M.Djamil Padang Fakultas Kedokteran Universitas Andalas.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
dr. H. Defrin, Sp.OG-K yang telah meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan, saran
Dengan demikian, penulis berharap agar bed site teaching ini dapat bermanfaat dalam
kehamilan.
Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN
Kardiotokografi (KTG) adalah suatu alat elektronik yang digunakan untuk memonitor
hubungan antara denyut jantung janin dan kontraksi uterus. Biasanya digunakan pada
KTG secara luas digunakan dalam kehamilan untuk memperkirakan kondisi denyut
jantung janin, sebagian besar digunakan pada kehamilan dengan risiko tinggi. Pada KTG
terdapat tiga bagian besar kondisi yang dipantau yaitu denyut jantung janin (DJJ), kontraksi
rahim dan gerak janin, serta korelasi diantara ketiga parameter tersebut.3,4
Pemeriksaan ini merupakan salah satu upaya unutk menurunkan angka kematian
perinatal yang disebabkan oleh penyulit-penyulit hipoksia janin dalam rahim antara lain
dengan melakukan pemantauan kesejahteraan janin. Pada dasarnya pemantauan ini bertujuan
untuk mendeteksi adanya gangguan yang berkaitan dengan hipoksia janin, seberapa jauh
gangguan tersebut, dan akhirnya menentukan tindak lanjut dari hasil pemantauan tersebut.1,2
Cara pemantauan ini bisa dilakukan secara langsung yakni dengan alat pemantau yang
dimasukkan ke dalam rongga rahim atau secara tidak langsung yakni dengan alat yang
dipasang pada dinding perut ibu. Pada saat ini cara eksternal yang lebih popular karena bisa
Penulisan bed side teaching ini bertujuan untuk memahami serta menambah
Batasan penulisan bed side teaching ini membahas mengenai definisi, indikasi, dan
metode kardiotokografi.
1.4 Metode Penulisan
Penulisan bed side teaching ini menggunakan metode penulisan tinjauan kepustakaan
TINJAUAN PUSTAKA
Frekuensi denyut jantung janin rata-rata sekitar 140 denyut per menit dengan variasi
normal 20 dpm diatas atau di bawah nilai rata-rata. Jadi nilai normal DJJ antara 120-160
Sistem saraf parasimpatis terutama terdiri dari serabut nervus vagus yangberasal dari
batang otak. Sistem saraf ini akan mengatur nodus SA, nodus VA, dan neuron yang
terletak di antara atrium dan ventrikel jantung. Stimulasi nervus vagus, misalnya
Baroreseptor
Reseptor ini letaknya pada arkus aorta dan sinus karotid. Bila tekanandarah meningkat,
baroreseptor akan merangsang nervus vagus dan nervus glossofaringeus pada batang
otak. Akibatnya akan terjadi penekanan aktivitas jantung berupa penurunan frekuensi
Kemoreseptor terdiri dari dua bagian, yaitu bagian perifer yang terletak didaerah
karotid dan korpus aortik; dan bagian sentral yang terletak dibatang otak. Reseptor ini
akan terjadi refleks darireseptor sentral berupa takikardia dan peningkatan tekanan
darah. Hal ini akan memperlancar aliran darah, meningkatkan kadar oksigen, dan
Aktivitas otak meningkat sesuai dengan bertambahnya variabilitas DJJ dan gerakan
janin. Pada keadaan janin tidur, aktivitas otak menurun, danvariabilitas DJJ pun akan
berkurang.
Akselerasi DJJ dimulai bila ada sinyal aferen yang berasal dari salah satu dari tiga
sumber, yaitu (1) proprioseptor dan ujung serabut saraf pada jaringan sendi; (2)
serabut saraf nyeri yang terutama banyak terdapat di jaringankulit; dan (3)
baroreseptor di aorta ascendens dan arteri karotis, danstretch reseptors di atrium kanan.
akselerasi DJJ.
2.2 Definisi
Kardiotokografi (KTG) adalah suatu alat elektronik yang digunakan untuk memonitor
hubungan antara denyut jantung janin dan kontraksi uterus. Biasanya digunakan pada
KTG secara luas digunakan dalam kehamilan untuk memperkirakan kondisi denyut
jantung janin, sebagian besar digunakan pada kehamilan dengan risiko tinggi. Pada KTG
terdapat tiga bagian besar kondisi yang dipantau yaitu denyut jantung janin (DJJ), kontraksi
rahim dan gerak janin, serta korelasi diantara ketiga parameter tersebut.3,4
sensor bertekanan (pressure sensor) yang dipasangkan pada abdomen wanita, dengan
posisi duduk setengah berbaring (bukan terlentang lurus karena dapat menghasilkan
temuan yang keliru). Alat yang dipasang berupa 2 transuder, 1 transuder digunakan
untuk memantau DJJ menggunakan ultrasound, dan 1 transuder lagi untuk menilai
kontraksi rahim.
Pada saat ini cara eksternal lebih populer karena bisa dilakukan selama
antenatal ataupun intranatal, praktis, aman, dengan nilai prediktif positif yang kurang
Metode Internal (Invasif/ langsung), pencatatan langsung dengan cara lain bisa
ataupun internal hanya mungkin setelah ketuban pecah dan serviks agak dilatasi.
Perekaman yang segera dan terus menerus terhadap frekwensi denyut jantung
merupakan petunjuk paling awal dari insufisiensi uteroplasenter atau kompresi tali
pusat. Jika kontraksi spontan tidak terjadi pada 30 menit, dapat dirangsang dengan
merangsang puting susu. Variasi denyut jantung yang berkaitan dengan kontraksi
dicatat. Jika janin letargik, maka dapat dirangsang untuk bergerak dengan melakukan
Pada kehamilan normal, pemeriksaan KTG pada umumnya bisa diabaikan. Pada
persalinan normal, pemeriksaan ini dilakukan pada kala I, dengan pencatatan secara
intermiten selama 20 menit dengan interval setiap setengah jam. Bila grafiknya abnormal
atau adanya resiko yang baru terlihat, perlu dilakukan pencatatan terus menerus.
Indikasi pemeriksaan KTG sebelum dan selama persalinan menurut Berg, yaitu:
No Indikasi Waktu
1 Post maturitas >7 hari Setiap hari
2 Insufisiensi placenta Beberapa kali/hari
3 Hipertonus, imaturitas janin Setiap 4 hari
4 Kontraksi terlampau dini Beberapa kali/hari
5 Berisiko persalinan prematur Setiap 2 hari
6 Diabetes Setiap 1-2 hari
7 Kehamilan ganda Setiap 4 hari
8 Inkompatibilitas Rh Setiap hari s/d setiapminggu
9 Plasenta letak rendah Beberapakali /hari
10 Plasenta previa Setiap 4 hari
11 Perdarahan trimester ke dua Setiap 4 hari
12 Setelah mengalami trauma / kecelakaan Diulang setiap hari/setiap 4 hari
No Indikasi Waktu
1 Usia ibu dibawah 18 tahun, diatas 40 Setiap 2 hari
2 tahun Setiap 2-4 hari
3 Riwayan kehamilan dengan komplikasi Setiap 2-4 hari
4 Oligohidramnion, polihidramnion Setiap hari
Gerakan janin terasa berkurang
2.5 Teknik Pemeriksaan
dan kemungkinan hasil yang akan didapat. Persetujuan tindak medik ini dilakukan
4. Ibu tidur terlentang, bila ada tanda-tanda insufisiensi utero-plasenter atau gawat janin,
maksimum DJJ.
6. Hitung DJJ selama satu menit; bila ada his, dihitung sebelum dan segera setelah
kontraksi berakhir.
7. Pasang transduser untuk tokometri di daerah fundus uteri dan DJJ di daerah punktum
maksimum.
8. Setelah transduser terpasang baik, beri tahu ibu bila janin terasa bergerak, pencet bel
yang telah disediakan dan hitung berapa gerakan bayi yang dirasakan oleh ibu selama
perekaman KTG.
10. Lama perekaman adalah 30 menit (tergantung keadaan janin dan hasil yang ingin
dicapai).
12. Lakukan dokumentasi data pada komputer (data untuk rumah sakit).
13. Matikan komputer dan mesin KTG. Bersihkan dan rapikan kembali alat pada
tempatnya.
14. Beritahu pada pasien bahwa pemeriksaan telah selesai.
15. Berikan hasil rekaman KTG kepada dokter penanggung jawab atau paramedik untuk
Gambaran DJJ dalam pemeriksaan KTG dapat digolongkan ke dalam 2 bagian besar,
yaitu:4,5,6,7,8
a. Denyut jantung janin dasar (baseline fetal heart rate). Yang termasuk di sini adalah
frekuensi dasar dan variabilitas denyut jantung janin saat uterus dalam keadaan
istirahat (relaksasi).
b. Perubahan periodik (reactivity), adalah perubahan DJJ yang terjadi akibat kontraksi
Frekuensi dasar DJJ adalah frekuensi rata-rata DJJ yang terlihat selama periode 10
menit, tanpa disertai periode variabilitas DJJ yang berlebihan (lebih dari 25 dpm), tidak
terdapat perubahan periodik atau episodik DJJ, dan tidak terdapat perubahan frekuensi dasar
yang lebih dari 25 denyut per menit(dpm). Dalam keadaan normal, frekuensi dasar DJJ
berkisar antara 120 – 160 dpm. Frekuensi dasar DJJ yang lebih dari 160 dpm disebut
takikardia, bila kurang dari 120 dpm disebut bradikardia. Ada juga yang memakai batasan
Takikardia dapat terjadi pada keadaan hipoksia ringan janin, akan tetapi gambaran
tersebut biasanya tidak berdiri sendiri. Bila takikardia disertai dengan variabilitas DJJ yang
normal, biasanya janin masih dalam keadaan baik. Takikardia dapat juga terjadi oleh sebab
Anemia janin.
Ibu gelisah.
Ibu hipertiroid
Bradikardia dapat terjadi sebagai respons awal keadaan hipoksia akut. Pada hipoksia
ringan frekuensi DJJ berkisar antara 100-120 dpm danvariabilitas DJJ masih normal. Hal ini
menunjukkan bahwa janin masih mampu mengadakan kompensasi terhadap stres hipoksia.
Bila hipoksia semakin berat janin akan mengalami dekompensasi terhadap stres tersebut.Pada
keadaan ini akan terjadi bradikardia yang kurang dari 100 dpm, disertai dengan berkurang
bahwa janin mengalami hipoksia. Bradikardia dapat juga disebabkan oleh keadaan lain yang
Kehamilan posterm
Hipotermia
Bradiaritmia janin.
Variabilitas DJJ adalah gambaran osilasi ireguler yang terlihat pada rekaman DJJ.
Fisiologi terjadinya variabilitas DJJ diduga akibat adanya keseimbangan interaksi sistem
bahwa variabilitas DJJ terjadi akibat stimulus di daerah korteks serebri yang merangsang
pusat pengatur denyut jantung di batang otak dengan perantaraan nervus vagus.8,9,10
Variabilitas denyut jantung janin yang normal menunjukkan sistem persarafan janin
mulai dari korteks - batang otak - n. vagus dan sistem konduksi jantung semua dalam keadaan
baik. Keadaan hipoksia otak (asidosis/ asiksia janin) akan menyebabkan gangguan
rekaman kardiotokografi akan tampak adanya perubahan variabilitas yang makin lama makin
rendah sampai menghilang (bila janin tidak mampu lagi mempertahankan mekanisme
hemodinamik diatas).8,9
Variabilitas DJJ dapat dibedakan atas 2 bagian, yaitu:5,7,8
Variabilitas ini merupakan perbedaan interval antara denyut yang terlihat pada
gambaran KTG yang juga menunjukkan variasi dari frekuensi antara denyut pada DJJ.
Rata-rata variabilitas jangka pendek DJJ yang normal antara 2-3 dpm. Arti klinis dari
variabilitas jangka pendek masih belum banyak diketahui, akan tetapi biasanya tampak
Variabilitas ini merupakan gambaran osilasi yang lebih kasar dan lebih jelas
tampak pada rekaman KTG dibanding dengan variabilitas jangka pendek. Rata-rata
mempunyai siklus 3-6 kali permenit. Penilaian variabilitas DJJ yang paling mudah
adalah dengan mengukur besarnya amplitudo dari variabilitas jangka panjang (long term
dikategorikan menjadi:
Pada hipoksia serebral, variabilitas DJJ akan menghilang apabila janin tidak
oksigenasi serebral. Dapat disimpulkan bahwa variabilitas DJJ yang normal menunjukkan
sistem persarafan janin mulai dari korteks serebri – batang otak – nervus vagus – dan
sistem konduksi jantung dalam keadaan baik. Variabilitas DJJ akan menghilang pada janin
berkurang:9,10
Blokade vagal
variabilitas jangka panjang tampak dominan sehingga tampak gambaran sinusoidal. Hal ini
Anemia kronik
Fetal eritroblastosis
Rh-sensitized
a. Akselerasi (accelerations)
Akselerasi adalah peningkatan DJJ sebesar 15 dpm atau lebih, berlangsung selama 15
detik atau lebih, yang terjadi akibat gerakan atau stimulasi janin. Akselerasi yang berlangsung
merupakan dasar dari pemeriksaan non-stress test (NST). Janin yang tidak menunjukkan
tanda akselerasi DJJ bukan berarti dalam keadaan bahaya, namun merupakan indikasi untuk
pemeriksaan lebih lanjut, seperti contraction stress test (CST) atau penilaian profil biofisik
janin.9,10
menunjukkan adanya kompresi parsial pada tali pusat. Gambaran akselerasi yang menghilang
dapat menjadi pertanda adanyahipoksia janin, apalagi bila disertai dengan tanda-tanda
lainnya, seperti variabilitas djj yang berkurang, takikardia, atau bradikardia. Penting untuk
Deselerasi dini adalah penurunan DJJ sesaat yang terjadi bersamaan dengan
timbulnya kontraksi. Gambaran penurunan DJJ pada deselerasi dini menyerupai bayangan
cermin dari kontraksi, yaitu timbul dan berakhirnya deselerasi sesuai dengan saat timbul dan
berakhirnya kontraksi. Nadir (bagian terendah) deselerasi terjadi pada saat puncak
kontraksi.6,10
Penurunan DJJ pada deselerasi dini biasanya tidak mencapai 100 dpm. Deselerasi dini
tidak mempunyai arti patologis jika tidak disertai kelainan pada gambaran DJJ lainnya.8,9
Gambar 2.9. Patofisiologi deselerasi dini
(seolahkontraksi uterus)
kontraksi uterus yang periodik dan normal. Deselerasi saat ini disebabkan oleh penekanan
kepala janin oleh jalan lahir yang mengakibatkan hipoksia dan merangsang reflex vagal.9,10
Deselerasi lambat merupakan penurunan DJJ yang terjadi beberapa saat setelah
kontraksi dimulai. Nadir deselerasi terjadi lebih lambat dari puncak kontraksi dan deselerasi
Deselerasi lambat yang terjadi berulang seringkali dijumpai pada keadaan insufisiensi
plasenta dan hipoksia janin. Bila deselerasi lambat disertai variabilitas yang berkurang atau
kelainan DJJ lainnya, keadaan tersebut menunjukkan suatu tanda gawat janin (fetal distress),
Timbul berulang pada setiap kontraksi dan beratnya sesuai dengan intensitas kontraksi
uterus
Frekuensi dasar denyut jantung janin biasanya normal atau takikardi ringan, akan
Gambaran deselerasi lambat yang “halus” (penurunan DJJ sangat sedikit) mungkin
sulit dideteksi pada KTG, akan tetapi tetap mempunyai arti patologis (abnormal). Penurunan
aliran darah pada sirkulasi ibu akan menyebabkan janin mengalami hipoksia. Apabila janin
masih mempunyai cadangan O2 yang mencukupi dan masih mampu mengadakan kompensasi
keadaan tersebut, maka tidak tampak adanya gangguan pada gambaran KTG selama tidak ada
stress yang lain. Bila terjadi kontraksi uterus, maka aliran darah ke plasenta akan semakin
berkurang dan akan memperberat keadaan hipoksia janin. Keadaan terakhir ini akan
menyebabkan rangsangan pada kemoreseptor dan n.vagus dan terjadilah deselerasi lambat
tersebut.
Jarak waktu antara timbulnya kontraksi dan terjadinya deselerasi sesuai dengan waktu
yang diperlukan untuk rangsangan kemoreseptor dan n.vagus. pada fase awal, dimana tingkat
hipoksia belum sampai menyebabkan hipoksia otak dan tubuh masih mampu mengadakan
kompensasi untuk mempertahankan sirkulasi otak, variabilitas DJJ biasanya normal. Akan
tetapi bila keadaan hipoksia semakin berat dan berlangsung lebih lama maka jaringan otak
akan mengalami hipoksia. Sebagai akibatnya adalah variabilitas DJJ yang menurun dan
Penanganan apabila ditemukan deselerasi lambat adalah memberikan infus, ibu tidur
deselerasi dengan kontraksi juga bervariasi. Deselerasi variabel terjadi akibat kontraksi uterus,
terutama pada partus kala II dan penyebab paling sering adalah kompresi tali pusat pada
kehamilan atau kala I. Kompresi ini bisa oleh karena lilitan tali pusat, tali pusat menumbung,
atau oligohidramnion. Selama variabilitas DJJ masih baik, biasanya janin tidak mengalami
Penanganan yang dianjurkan pada keadaan ini adalah perubahan posisi ibu, reposisi
tali pusat bila ditemukan adanya tali pusat terkemuka atau menumbung, pemberian oksigen
bentuknya
Saat dimulai dan berakhirnya deselerasi terjadi dengan cepat dan penurunan frekuensi
Berbeda dengan deselerasi dini dan deselerasi lambat, gambaran deselerasi variabel
berbentuk runcing oleh karena timbul dan menghilangnya deselerasi berlangsung cepat.
Deselerasi variabel ringan, apabila penurunan DJJ tidak mencapai 80 dpm dan
Deselerasi variabel sedang (moderat), apabila penurunan DJJ mencapai 60-80 dpm
Deselerasi variabel berat, apabila DJJ menurun sampai di bawah 60 dpm dan lamanya
untuk menyatakan penurunan DJJ lebih dari 30 dpm dan lamanya lebih dari 2,5 menit.
Deselerasi variabel merupakan jenis deselerasi yang paling sering dijumpai, yaitu pada
sekitar 50% - 80% partus kala II; dan kebanyakan tidak berbahaya bagi janin. Tanda-tanda
deselerasi variabel yang tidak berbahaya bagi janin adalah sebagai berikut:9,10
Tanda-tanda deselerasi variabel yang berbahaya bagi janin adalah sebagai berikut:8,10
lamanya deselerasi. Deselerasi variabel yang terjadi hanyasekali tidak berarti abnormal, oleh
karena mungkin terjadi akibat pemeriksaan dalam (PD), atau akibat perubahan posisi.9,10
Hasil rekaman CTG yang normal pada umumnya memberikan gambaran sebagai
berikut:
Terdapat akselerasi
Tidak terdapat deselerasi atau kalaupun ada hanya suatu deselerasi dini.
a. Non Stress test (NST) dilakukan untuk menilai gambaran DJJ dalam hubungannya
dengan gerakan atau aktivitas janin. Penilaian NST frekuensi dasar (baseline),
Interpretasi NST:
Reaktif, terdapat paling sedikit 2 kali gerakan janin dalam waktu 20 menit
pemeriksaan yang disertai dengan adanya akselerasi paling sedikit 10-15 dpm.
frekuensi dasar DJJ diluar gerakan janin antara 120-160 dpm. Variabilitas DJJ 6-
25 dpm.
Nonreaktif, tidak terdapat gerakan janin selama 20 menit pemeriksaan atau tidak
Meragukan, terdapat gerakan janin tetapi kurang dari 2 kali selama 20 menit
pemeriksaan atau terdapat akselerasi yang kurang dari 10 dpm, variabilitas DJJ
dalam waktu 24 jam atau dilanjutkan dengan pemeriksaan Contraction Stress test
(CST).
dibawah frekuensi dasar atau DJJ mencapai 90 dpm, yang lamanya 60 detik atau
lebih. Pada keadaan ini dilakukan terminasi kehamilan bila janin sudah viabel atau
b. Contraction Stress test (CST) bertujuan untuk menilai gambaran DJJ dalam
kesejahteraan janin saat proses persalinan terjadi (inpartu). Penilaian CST: frekuensi
dasar DJJ, variabilitas, dan perubahan periodik DJJ terkait kontraksi uterus.
Interpretasi CST:
Negatif, frekuensi DJJ normal, variabilitas DJJ normal, tidak didapatkan adanya
Positif, terdapat deselerasi lambat yang berulang pada sedikitnya 50% dari jumlah
kontaksi, terdapat deselerasi variabel, frekuensi dasar DJJ abnormal. Bila hasil
Tidak memuaskan. Hasil rekaman tidak representatif, misalnya karena ibu gemuk,
gelisah atau gerakan janin berlebihan, tidak terjadi kontraksi uterus yang adekuat.
Hiperstimulasi, kontraksi uterus lebih dari 5 kali dalam 10 menit, lamanya lebih
KARDIOTOKOGRAFI
1. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny.TM
Usia : 30 tahun
No. RM : 01 01 05 50
Keluhan Utama
Seorang pasien wanita berusia 30 tahun datang ke IGD RSUP Dr. M.Djamil Padang
dengan keluhan keluar darah yang banyak dari kemaluan sjak 4 jam sebelum masuk
rumah sakit.
Keluar darah yang banyak dari kemaluan sejak 4 jam sebelum masuk rumah sakit,
darah berwarna merah segar, jumlah darah yang keluar dari kemaluan sampai
ANC : Kontrol teratur ke bidan, tidak pernah didapatkan tekanan darah tinggi, kontrol
ke SpOG 1x.
RHT : Mual (-), muntah (-), perdarahan (+).
Riwayat menstruasi : Menarche umur 13 tahun, siklus haid teratur 1x1 bulan, lamanya
Kehamilan kedua, 2007, perempuan, lahir cukup bulan, berat lahir 3300 gram,
Kehamilan ketiga 2009, laki-laki, lahir cukup bulan, berat lahir 3600 gram,
Kehamilan keempat, 2013, laki-laki, lahir cukup bulan, berat lahir 3800 gram,
Kehamilan kelima, 2015, laki-laki, lahir cukup bulan, berat lahir 4100 gram,
Tidak pernah menderita penyakit jantung, paru, hati, ginjal, DM, hipertensi, dan
Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit keturunan, menular, dan
kejiwaan
Riwayat kebiasaan: merokok (-), minum alkohol (-), penyalahgunaan obat (-)
Riwayat Perkawinan: menikah 1x
Riwayat kontrasepsi: -
3. PEMERIKSAAN FISIK
Kesadaran : Komposmentis
Nadi : 84 x/menit
Pernafasan : 18 x/menit
Suhu : 37C
TB : 150 cm
BB : 55 kg
BMI : 24 kg/m2
Jantung
Perkusi, atas (RIC II), kanan (LSD), kiri (1 jari medial LMCS RIC IV)
Paru
Perkusi, sonor
Tremor (-)
Kekuatan motorik 555 555
555 555
Refleks fisiologis
++ ++
++ ++
Refleks patologis
- -
- -
Status Obstetrikus
Abdomen :
Palpasi
4. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan Laboratorium
b. USG
AFI = 7,80 cm
Gravid preterm 29-30 minggu, janin hidup tunggal intrauterin, presentasi kepala.
c. Karditokografi (CTG)
5. DIAGNOSIS
G6P4A1H4 Gravid preterm 28-29 minggu + Plasenta previa totalis + anemia sedang
6. PENATALAKSANAAN