Anda di halaman 1dari 4

Ainayya Rahma

3211417014
International Journal of Mining Science and Technology

Elsevier. 2017

Groundwater Impact of open cut coal mine and an assessment methodology: A Case Stusy in NSW

(Dampak air tanah disebabkan penambangan terbuka dan metodologi peniliaian: Studi kasus di
Selandia Baru)

Zhao Liang, Ting Ren, Wang Ningbo

Permasalahan:
Adanya tambang terbuka batubara di Selandia Baru yang mempengaruhi kualitas airtanah disekitarnya.
Sehingga perlu dilakukan penilaian kualitas airtanah untuk mengetahui sejauh mana dampak pencemaran
yang ada dan membuat permodelan airtanah yang cocok untuk daerah sekitar tambang. Aliran airtanah
yang masuk melalui daerah tambang dipengaruhi oleh sistem airtanah, karakteristisk geohidrologi daeri
massa batuan dan ukuran tambang. Dalam satu periode penambangan, yang menghabiskan waktu sekitar
20-50 tahun, akan mempengaruhi akuifer air tanah dangkal dari segi hilangnya akuifer, pencampuran
bahan kimia di dalam air, dan salinitas akibat limbah batuan tambang. Pengukuran ini dilakukan untuk
mengetehaui karakteristik air tanah yang ada, memeprediksi aliran masuk ke daerah tambang,
memprediksi ketinggian muka air tanah (water table), Mengetahui akibat yang ditimbulkan pada sumber
air tanah, dan merekomendasikan mitigasi dan manajemen air tanah.

Metode Pemecahan Masalah Dan Data yang Digunakan


Dilakukan prediksi aliran air tanah pada tambang permukaan dengan beberapa pendekatan yaitu,
pendekatan analisis yang bertujuan untuk melakukan estimasi aliran air tanah berdasarkan teori
drawdown, dan pendekatan Numerik untuk menghitung kuantitas aliran air.

Langkah selanjutnya adalah melakukan review data pada penelitin sebelumnya untuk mengetahui
gambaran air tanah, seperti data laboratorium dan data lapangan.

Kemudian memodelkan aliran air tanah yang ideal berdasarkan data-data berikut:

1. Data Lokasi :daerah yang akan dimodelkan


2. Data akuifer : menggunakan parameter hidrolika hasil kombinasi dari data penelitian
terdahulu dengan data terbaru di laapangan
3. Data recharge : rata-rata curah hujan tahunan yang tercatat di stasiun lokal yang telah
diinterpolasi dan dibuat peta distribusi curah hujan
4. Patahan : merupakan data angka identifikasi struktur patahan yang dapat mempengaruhi
aliran air tanah.

Data-data tersebut dimodelkan dengan software Modflow-Surfact.

Setelah itu dilakukan kalibrasi data dengn penyesuaian parameter akuifer agar hasil pemodelan sesuai
dengan hasil observasi.
Terakhir dilakukan verifikasi untuk memastikan kebenaran data dan hasil pemodelan. Pemodelan ini
dilakukan untuk mengetahui masalah yang terjadi dan mencari solusi terbaik dari model masalah yang
telah dibuat.

Dampak penambangan terhadap air tanah

1. Rembesan air tanah menuju daerah tambang


Rembesan ini keluar karena terpotongnya akuifer akibat penggalian tambang. Rembesan yang
mengalir ke daerah tambang akan berkontak dengan barang-barang tambang yang
mempengaruhi kualitas air.
2. Mengubah ketinggian air air tanah (water table)
Karena rembesan yang terjadi terus-menerus, ketinggian muka air tanah akan terus berkurang
sampai dengan 30 tahun proyek. Setidaknya tinggi air tanah berkurang rata-rata 3 meter selama
tambang masih beroperasi. Apabila tambang telah selesai beroperasi dan dilakukan penutupan
galian kembali, pengurangan ini bisa berhenti dan dapat menampung recharge dari air hujan.
3. Merubah aliran permukaan
Aliran air yang masuk dari sungai-sungai di sekitarnya diketahui mengalami penurunan selama
proyek pertambangan berjalan.
4. Mengubah kualitas air
Kualitas air tanah maupun air rembesan yang berdekatan dengan proyek diketahui mengalami
peningkatan kadar garam hingga 10 kali lebih besar.
5. Pengisian kembali galian tambang
Dengan pengisian kembali galian tambang pasca tambang, diketahui dapat membantu
menangkap air untuk meresap ke dalam tanah dan mengisi kembali akuifer sehingga terdapat
recharge air tanah.

Mitigasi dan Manajemen

Sebagai tindakan untuk mengelola ai tanah di sekitar tambang, maka dilakukan pengurutan lubang galian
tambang dan segera melakukan pengurukan kembali dari lokasi galian terakhir. Adapun beberapa
manajemen pengelolaannnya sebagai berikut.

1. Pemantauan jaringan dan permukaan air tanah


Monitoring ini dilakukan untuk memantau kondisi water table yang ada di dalam tanah. Hasil
pemantauan dapat digunakan sebagai dasar pengambilan kebijakan jalannya proyek
pertambangan dan evaluasi proyek.
2. Monitoring kualitas air tanah
Setiap 3 bulan sekali, dilakukan pemantauan kualitas air tanah dengan uji laboratorium untuk
mengukur PH, TDS, DHL, dan kandungan ion. Pemantauan dilakukan seumur hidup proyek.
3. Monitoring Rembesan air tanah
Akan dilakukan pemompaan terhadap rembesan yang keluar, dimasukkan kembali ke dalam
tanah melalui titik-titik bor tertentu. Hal ini dilakukan untuk memantau penampuran air tanah
alluvial dangkal yang merembes dengan air tanah tanah dari formasi asli daerah Basin Gunnedah,
Selandia Baru sebagai bagian dari pemantauan kualitas air tanah.
4. Manjemen air tanah
Mengeluarkan peringatan-peringatan pada lokasi-lokasi tertentu sesuai dengan kualitas air
tanah yang terkandung di dalamnya.
5. Lisensi air
Mengajukan lisensi untuk memberi tanda bahwa telah dilakukan manajemen air tanah pada area
tambang yang dengan resiko-resiko yang telah diminimalisasi.

Kesimpulan

Penambangan besar yang merubah lanskap pasti memiliki dampak lingkungan salah satunya terhadap air
tanah di sekitarnya, pengaruh ini dapat menyebabkan kerugian operasional, ekonomi, dan keselamatan.
Oleh karena itulah perlu dilakukan penilaian dan pemantauan air tanah untuk mengatur dampak
pertambangan agara seminimal mungkin terjadi. Berdasarkan penilitian yang dilakukan terdapat
beberapa solusi mitigasi yang direkomendasikan yang sudah sesuai dengan regulasi di Selandia Baru.
Analisis Geografi

A. Objek Material
- Atmosfer : Curahan hujan mempengaruhi recharge air tanah yang ada di sekitar area
tambang.
- Litosfer : Formasi batuan Permian adalah formasi batuan di sekitar tambang yang paa
lapisan atasnya terdapat lapisan alluvial. Air tanah yang rentan tercemar adalah air tanah
dangkal pada lapisan allubial tersebut.
- Hidrologi : Identifikasi kasus difokuskan pada air tanah dangkal yang tercemar dan
mengalmi rembesan keluar akibat penggalian tambang.
- Faktor biosfer: -
- Faktor antroposfer: aktivas penggalian tambang terbuka yang dilakukan menusia
mempengaruhi kualitas air tanah di kawasan basin Gunnedah Selandia Baru.

B. Objel Formal
- Pendekatan Keruangan
Permasalahan terjadi di area tambang Basin Gunnedah, Selandia Baru. Hal ini diakibatkan
aktivitas tambang yang membuat air tanah merembes keluar dan tercemar.
- Pendekatan Kelingkungan
Aktivitas penambangan yang dilakukan manusia menyebabkan terjadinya pencemaran air
tanah. Terlebih proyek yang berjalan hingga 20-50 tahun menybabkan masalah yang serius
apabila tidak dilakukan upaya mitigasi.
- Pendekatan Kewilayahan
Daerah yang menyebabkan masalah merupakan daerah tambang batubara di Basin
Gunnedah, Selandia Baru, sementara daerah terdampak adalah daerah di sekitar tambang.
Terhubungnya sistem air tanah di Basin Gunnedah dengan area sekitarnya menyebabkan
pencemaran tak hanya berada di lokal daerah tambang saja, tapi menyebar ke daerah
sekitarnya.

Anda mungkin juga menyukai