Disusun Oleh :
Munawaroh (1216100
UNIVERSITAS BOROBUDUR
2017/2018
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Progam KB dan kesehatan reproduksi dilaksanakan untuk memenuhi hak-hak
reproduksi sehingga keluarga dapat mengatur waktu jumlah anak, jarak kelahiran anak
secara ideal sesuai dengan keinginan atau tanpa paksaan dari pihak manapun. Dengan
pemenuhan hak-hak reproduksi diharapkan keluarga dapat memiliki anak yang ideal,
kondisi kesehatan seksual dan reproduksi prima dan dapat menikmati nilai tambah
dalam kehidupan social dan aktifitas perekonomian nya. Dampak pemenuhan hak-hak
reproduksi tersebut secara langsung adalah terwujudnya keluarga kecil sehat dan
sejahtera sehingga pada akhirnya dapat terwujud keluarga yang bahagia.
Kontrasepsi nonhormonal yang digunakan oleh pemakai lebih efektif menekan tingkat
kegagalan dibandingkan alat kontrasepsi hormonal seperti pil, suntik, susuk. Alat
kontrasepsi nonhormonal memiliki efek samping yang lebih rendah dan harga lebih
terjangkau. Problem KB hormonal biasanya berkaitan dengan fisik seperti kegemukan,
bercak hitam pada kulit, menstruasi yang tidak teratur. Sementara itu kontrasepsi
nonhormonal dapat meminimalkan efek samping tersebut dan hanya bersifat
menghambat pembuahan.
Kontrasepsi hormonal merupakan kontrasepsi yang paling banyak digunakan wanita di
negara-negara maju. Para wanita menggunakannya untuk mencegah kehamilan. Setiap
tahun pasangan menikah pada usia subur semakin meningkat, diketahui dari data
website resmi pemerintah Kabupaten Wonogiri pada tahun 2010 jumlah pasangan
menikah usia subur sebanyak 218.125 pasangan. Kecenderungan peningkatan pasangan
menikah usia subur akan berdampak pada peningkatan angka kelahiran dan kepadatan
penduduk yang nantinya bila tidak diatur akan mempengaruhi tingkat kesejahteraan dan
kualitas hidup suatu keluarga, sehingga akan bertolak belakang dengan program
pemerintah yaitu mewujudkan keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera. Tata laksana
untuk mengatasi permasalahan tersebut sangat
diperlukan, termasuk dalam penggunaan kontrasepsi hormonal baik berupa estrogen
saja maupun kombinasi estrogen dan progesterone (Hartanto, 2004).
1.2 Rumusan Masalah
1) Apa definisi alat kontrasepsi non hormonal ?
2) Bagaimana pemakaian alat kontrasepsi non hormonal ?
3) Bagaimana kontraindikasi alat kontrasepsi non hormonal ?
4) Apa saja indikasi alat kontrasepsi non hormonal ?
5) Bagaimana cara kerja alat kontrasepsi non hormonal ?
6) Apa saja yang termasuk alat kontrasepsi non hormonal ?
7) Apa definisi alat kontrasepsi hormonal ?
8) Bagaimana efektivitas (daya guna) kontrasepsi ?
9) apa saja macam macam alat kontrasepsi hormonal ?
BAB II
PEMBAHASAN
2. Definisi
Kontrasepsi berasal dari kata ”kontra” berarti mencegah atau melawan,sedangkan kontrasepsi
adalah pertemuan antara sel telur (sel wanita)yang matang dan sel sperma (sel pria) yang men
gakibatkan kehamilan.
Maksud dari kontrasepsi adalah menghindari atau mencegah terjadinya kehamilan, sebagai ak
ibat adanya pertemuan antara sel telur dan sel
sperma tersebut. Sedangkan kontrasepsi non hormonal adalah suatu cara atau metode yang be
rtujuan untuk mencegah pembuahan sehingga tidak terjadi kehamilan yang tidak mengandung
hormon (estrogen dan progesteron) (Maryani, 2008).
Kelurga Berencana (KB) adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan suami istri u
ntuk mendapatkan obyektif-obyektif tertentu, menghindari kehamilan yang tidak diinginkan,
mendapatkan kehamilan yang diinginkan,mengatur interval diantara kehamilan, mengontrol w
aktu saat kelahiran dalam hubungannya dengan umur suami istri dan menentukan jumlah anak
dalam keluarga (WHO 2006).
KB non hormonal adalah metode KB sederhana yang digunakan tanpa bantuan orang lain. Di
antara KB sederhana adalah kondom metode ini akan lebih efektif jika penggunaannya diperh
itungkan dengan masa subur (Ida Ayu Charanika.2010). Jenis metode KB pasca persalinan ter
bagi menjadi dua yaitu non hormonal dan hormonal.
jenis kontrasepsi non hormonal yaitu MAL, kondom, AKDR dan kontrasepsi mantap (tubekto
mi dan vasektomi) sedangkan jenis kontrasepsi hormonal terbagi dua yaitu progestin (pil,injek
si dan implan) dan kombinasi (pil dan injeksi) Menurut BKKBN dan Kemenkes R.I.(2012)
2. Non kontrasepsi
a. Memberi dorongan kepada suami untuk ituk ber-KB
b. Dapat mencegah penularan IMS
c. Mencegah ejakulasi dini
d. Membantu mencegah terjadinya kanker serviks (mengurangi iritasi bahan
arsinogonik eksogen pada servik) Saling berinteraksi sesama pasien
1. PENGKAJIAN
A. Identitas
Meliputi nama, alamat, pekerjaan, jenis kelamin, umur, agama, dll.
B. Wawancara
1. Jumlah anak yang direncanakan
2. Adakah masalah dalam kehamilan yang lalu seperti mual-mual dan lain-lain ?
3. Apakah ibu pernah menggunakan alat kontrasepsi sebelumnya?
4. Adakah keluhan dalam penggunaan kontrasepsi: mual, pendarahan, nyeri saat
berhubungan, infeksi atau haid tidak teratur dan sebagainya
5. Riwayat social: adakah pantangan yang berkaitan dengan budaya /kultur,
kebiasaan merokok
6. Harapan pada jenis kelamin anak tertentu
7. Riwayat menstruasi, KB hormonal biasanya menyebabkan gangguan siklus
haid seperti amenore, spotting, metroragia,
C. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum: adakah tanda-tanda ibu sedang sakit yang tampak dari anemia
,kelemahan, berat badan/tinggi badan,
2. Tanda – tanda vital : Tekanan Darah biasanya tinggi, Efek dari hormonal, Nadi
cepat, Napas terkadang sesak, suhu terkadang tinggi karena respon tubuh
terhadap pemasangan AKDR.
3. Muka periksa adanya oedema, jerawat, hyperpigmentasi (efek hormonal).
4. Kardiovaskuler : Palpitasi.
5. Dada : pernapasan kadang sesak.
6. Payudara : hyperpigmentasi
7. Abdomen : nyeri, mules, muntah-muntah, mual (efek AKDR)
8. Vagina : Periksa adakah blood show, keluar darah pervaginam, varises, ukuran
uterus yang mengalami kelainan
9. Ekstremitas: Adakah edema, varises pada ekstrimitas, bekas insisi post
pemasangan implant pada tangan atas.
D. Pemeriksaan penunjang
Hampir tidak ada pemeriksaan penunjang kecuali ada riwayat perdarahan, maka
diperiksa:
a) Hb, biasanya < 10gr/dl
b) Trombosit (biasanya normal / turun bila perdarahan hebat)
c) Leukosit (biasanya sedikit meningkat >10000/mm3)
E. Pemeriksaan psikososial
a) Pastikan keinginan KB dari klien dan suami tanpa paksaan
b) Adakah keyakinan / pandangan terkait dengan penggunaan kontrasepsi
c) Adakah ketakutan dengan prosedur pemasangan alat kontrasepsi
d) Status kesehatan ibu, sosial budayanya terkait dengan hal ini tingkat
penghasilan, pengetahuan dan jarak dengan tempat pelayanan kesehatan untuk
kontrol lainnya.
2. Analisa data
No Data Etiologi Masalah
1. DS= Klien mengatakan Kurang Informasi Ketidakmampuan
bingung untuk memilih alat memilih alat
kontrasepsi Tentang kontrasepsi
pengetahuan terkait
DO= Klien bertanya pada dengan KB
petugas kesehatan
Klien bingung
dengan alat
kontrasepsi
Ketidakmampuan
memilih alat
kontrasepsi
Perubahan pola
haid
Haid tidak
teratur/spotting
Perubahan pola
haid
cemas
4. DS= Klien mengatakan sejak Akseptor KB Pil Gangguan konsep
menggunakan kontrasepsi pil diri:
banyak bintik-bintik hitam Berisi hormon Body image
dan jerawat dimuka progresteron dan
estrogen
DO= Klien akseptor KB pil
Keseimbangan
progresteron dan
estrogen terganggu
Timbul gajala-
gejala sampingan
Pigmentasi dan
jerawat pada muka,
badan menjadi
gemuk
Gangguan body
image
5. Ds = klien mengeluh sakit di Tindakan operasi Resiko infeksi
daerah insisi (MOW/MOP) dan
Do = kulit lebam, implant
pembengkakan di daerah
insisi, kemerahan di daerah Pemajanan luka
insisi diluar
Resiko infeksi
3. Diagnosa keperawatan
1. Perubahan pola haid, spotting haid b.d Proses adaftasi hormonal ditandai dengan k
lien mengatakan haid tidak teratur
2. Ketidakmampuan memilih alat kontrasepsi yang efektif b.d kurangnya informasi
akan pengetahuan tentang KB ditandai dengan klien banyak bertanya.
3. Cemas b.d terjadinya efek samping dari alat kontrasepsi tertentu ditandai dengan
klien mengatakan khawatir untuk menggunakan alat kontrasepsi.
4. Gangguan konsep diri b.d timbul gejala-gejala sampingan (pigmentasi dan jerawat
pada muka) ditandai dengan klien mengatakan sejak menggunakan alat kontrasepsi
pil banyak bintik-bintik hitam dan jerawat pada muka.
5. Resiko infeksi berhubungn dengan pemajanan luka insisi ditandai dengan klien
mengeluh sakit di daerah insisi, kulit lebam, pembengkakan di daerah insisi,
kemerahan di daerah insisi.
4. Intervensi keperawatan
4.1 Kesimpulan
Pengertian dari KB yaitu tindakan yang membantu individu atau pasngan untuk
menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mengatur interval kelahiran, mengontrol
kartu keturunan dalam hubungan dengan umur pasanngan suami istri dan menentukan
jumlah anak dalam keluarga(Hartanto, 2003). Dalam pelaksanaan program KB
biasanya digunakan alat kontrasepsi yang digunakan untuk mengatur /mengendalikan
pertumbuhan penduduk khususnya di Indonesia. Pengertian dari kontrasepsi adalah
cara untuk mencegah terjadinya konsepsi yaitu bertemunya sel sperme dan ovum.
Dalam pelayanan KB ada berbagaimacam cara untuk mencegah konsepsi salah satunya
dengan menggunakan AKDR. Dalam penggunaan AKDR juga terdapat manfaat,
keuntungan serta kerugian dari penggunaan AKDR tersebut. Masalah yang timbul dari
penggunaan AKDR tersebut juga diharapkan bisa teratasi dengan beberapa cara antara
lain dengan memperhatikan cara pemakaian yang benar, efek samping serta konseling
bagi pengguna oleh tenaga kesehatan.
4.2 Saran
1. Bagi pengguna alat kontrasepsi AKDR Pengguna hendaknya mengetahui terlebih
dahulu alat kontrasepsi yang akan di pakai dengan cara bertanya hal yang ingin
diketahui ke tenaga kesehatan.
2. Bagi tenaga kesehatan
a) Sebagai tenaga kesehatan hendakna meningkatkan keterampilannya memasang
AKDR yang baik dan sesuai prosedur.
b) Sebelum memasang AKDR pada klien jangan lupa untuk melakukan
infomconsent pada klien.
DAFTAR PUSTAKA
Herti, 2007. Cara Tepat Memilih Alat Kontrasepsi Keluarga Berencana Yang Tepat Bagi Wa
nita. http://www.depkes.co.id/
Jakarta : YBPSP
Prawihardjo, Sarwono. 2006. Buku panduan praktis pelayanan kontrasepsi. Jakarta : yayasan
bina pustaka