Anda di halaman 1dari 35

MAKALAH

Hormonal Dan Non Hormonal

Disusun Oleh :

Munawaroh (1216100

Nada Heni Winari B (12161009)

Sofia Kristina Okowali (1216100

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS BOROBUDUR

2017/2018
BAB I

PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Progam KB dan kesehatan reproduksi dilaksanakan untuk memenuhi hak-hak
reproduksi sehingga keluarga dapat mengatur waktu jumlah anak, jarak kelahiran anak
secara ideal sesuai dengan keinginan atau tanpa paksaan dari pihak manapun. Dengan
pemenuhan hak-hak reproduksi diharapkan keluarga dapat memiliki anak yang ideal,
kondisi kesehatan seksual dan reproduksi prima dan dapat menikmati nilai tambah
dalam kehidupan social dan aktifitas perekonomian nya. Dampak pemenuhan hak-hak
reproduksi tersebut secara langsung adalah terwujudnya keluarga kecil sehat dan
sejahtera sehingga pada akhirnya dapat terwujud keluarga yang bahagia.
Kontrasepsi nonhormonal yang digunakan oleh pemakai lebih efektif menekan tingkat
kegagalan dibandingkan alat kontrasepsi hormonal seperti pil, suntik, susuk. Alat
kontrasepsi nonhormonal memiliki efek samping yang lebih rendah dan harga lebih
terjangkau. Problem KB hormonal biasanya berkaitan dengan fisik seperti kegemukan,
bercak hitam pada kulit, menstruasi yang tidak teratur. Sementara itu kontrasepsi
nonhormonal dapat meminimalkan efek samping tersebut dan hanya bersifat
menghambat pembuahan.
Kontrasepsi hormonal merupakan kontrasepsi yang paling banyak digunakan wanita di
negara-negara maju. Para wanita menggunakannya untuk mencegah kehamilan. Setiap
tahun pasangan menikah pada usia subur semakin meningkat, diketahui dari data
website resmi pemerintah Kabupaten Wonogiri pada tahun 2010 jumlah pasangan
menikah usia subur sebanyak 218.125 pasangan. Kecenderungan peningkatan pasangan
menikah usia subur akan berdampak pada peningkatan angka kelahiran dan kepadatan
penduduk yang nantinya bila tidak diatur akan mempengaruhi tingkat kesejahteraan dan
kualitas hidup suatu keluarga, sehingga akan bertolak belakang dengan program
pemerintah yaitu mewujudkan keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera. Tata laksana
untuk mengatasi permasalahan tersebut sangat
diperlukan, termasuk dalam penggunaan kontrasepsi hormonal baik berupa estrogen
saja maupun kombinasi estrogen dan progesterone (Hartanto, 2004).
1.2 Rumusan Masalah
1) Apa definisi alat kontrasepsi non hormonal ?
2) Bagaimana pemakaian alat kontrasepsi non hormonal ?
3) Bagaimana kontraindikasi alat kontrasepsi non hormonal ?
4) Apa saja indikasi alat kontrasepsi non hormonal ?
5) Bagaimana cara kerja alat kontrasepsi non hormonal ?
6) Apa saja yang termasuk alat kontrasepsi non hormonal ?
7) Apa definisi alat kontrasepsi hormonal ?
8) Bagaimana efektivitas (daya guna) kontrasepsi ?
9) apa saja macam macam alat kontrasepsi hormonal ?
BAB II

PEMBAHASAN

2. Definisi
Kontrasepsi berasal dari kata ”kontra” berarti mencegah atau melawan,sedangkan kontrasepsi
adalah pertemuan antara sel telur (sel wanita)yang matang dan sel sperma (sel pria) yang men
gakibatkan kehamilan.
Maksud dari kontrasepsi adalah menghindari atau mencegah terjadinya kehamilan, sebagai ak
ibat adanya pertemuan antara sel telur dan sel
sperma tersebut. Sedangkan kontrasepsi non hormonal adalah suatu cara atau metode yang be
rtujuan untuk mencegah pembuahan sehingga tidak terjadi kehamilan yang tidak mengandung
hormon (estrogen dan progesteron) (Maryani, 2008).
Kelurga Berencana (KB) adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan suami istri u
ntuk mendapatkan obyektif-obyektif tertentu, menghindari kehamilan yang tidak diinginkan,
mendapatkan kehamilan yang diinginkan,mengatur interval diantara kehamilan, mengontrol w
aktu saat kelahiran dalam hubungannya dengan umur suami istri dan menentukan jumlah anak
dalam keluarga (WHO 2006).
KB non hormonal adalah metode KB sederhana yang digunakan tanpa bantuan orang lain. Di
antara KB sederhana adalah kondom metode ini akan lebih efektif jika penggunaannya diperh
itungkan dengan masa subur (Ida Ayu Charanika.2010). Jenis metode KB pasca persalinan ter
bagi menjadi dua yaitu non hormonal dan hormonal.
jenis kontrasepsi non hormonal yaitu MAL, kondom, AKDR dan kontrasepsi mantap (tubekto
mi dan vasektomi) sedangkan jenis kontrasepsi hormonal terbagi dua yaitu progestin (pil,injek
si dan implan) dan kombinasi (pil dan injeksi) Menurut BKKBN dan Kemenkes R.I.(2012)

2.1 MANFAAT KONTRASEPSI


1. Kontrasepsi
a. Efektifit bila digunakan dengan benar
b. Tidak mengganggu produksi ASI
c. Tidak manggangu kesehatan klien
d. Tidak mempunyai pengaruh sistemik
e. Murah dan dapat dibeli secara umum
f. Tidak perlu resep dokter atau pemeriksaan kesehatan khusus
g. Metode resep dokter atau pemeriksaan kesehatan khusus

Metode kontrasepsi sementara bila metode kontrsepsi lainnya harus ditunda

2. Non kontrasepsi
a. Memberi dorongan kepada suami untuk ituk ber-KB
b. Dapat mencegah penularan IMS
c. Mencegah ejakulasi dini
d. Membantu mencegah terjadinya kanker serviks (mengurangi iritasi bahan
arsinogonik eksogen pada servik) Saling berinteraksi sesama pasien

2.2 MACAM-MACAM KONTRASEPSI NON HORMONAL


2.2.1 Kontrasepsi tanpa menggunakan alat (alamiah)
Kontrasepsi Alamiah adalah suatu upaya mencegah /mengahalangi
pembuahan atau pertemuan antara sel telur dengan sperma dengan menggunakan
metode-metode yang tidak membutuhkan alat ataupun bahan kimia (yang menja
di ciri khas metode perintang ) juga tidak memerlukan obat-obatan.
Adapun jenis-jenis dari kontrasepsi alamiah adalah sbb:
1. Metode Amenorea Laktasi
A. Definisi
metode amenorea laktasi adalah kontrasepsi yang mengendalikan
pemberian air susu. kontrasepsi MAL mengandalkan
pemberian Air Susu Ibu (ASI) ekslusif untuk menekan ovulasi.
metode ini memiliki 3 syarat yang harus di penuhi :
a) ibu belum mengalami haid.
b) bayi disusui secara eklusif dan sering, sepanjang siang dan malam.
c) bayi berusia kurang dari 6 bulan
B. Efektifitas
Efektifitas MAL sangat tinggi sekitar 98 % apabila digunakan secara
benar dan memenuhi persyaratan sebagai berikut : digunakan selama
enam bulan pertama setelah melahirkan sebelum mendapat haid pasca
melahirkan dan menyusui secara eklusif (tanpa memberikan makanan
atau minuman tambahan).
C. Cara kerja
Cara kerja dari MAL adalah menunda atau menekan terjadinya ovulasi.
Pada saat laktasi bbatau menyusui, hormon yang berperan adalah
prolaktin dan oksitoksin. semakin sering menyusui, maka kadar prolaktin
meningkat dan hormon gonadotrophin melepaskan hormon penghambat
(inhibitor). Hormon penghambat akan mengurangi kadar mengurangi
kadar estrogen sehingga tidak terjadi ovulasi.
D. Indikasi
Metode amenorea laktasi (MAL) dapat digunakan oleh wanita yang ingin
menghindari kehamilan dan memenuhi kriteria sebagai berikut:
a) wanita yang menyusui secara eksklusif.
b) ibu pasca melahirkan dan bayinya berumur kurang dari 6 bulan.
c) wanita yang belum mendapatkan haid pasca melahirkan.
E. Kontraindikasi yang tidak dapat menggunakan MAL
a) wanita pasca melahirkan yang sudah mendapat haid.
b) wanita yang tidak menyusui secara eksklusif.
c) wanita yang bekerja dan terpisah dari bayinya lebih dari 6 jam.

2. Senggama Terputus (koitus interuptus)


A. Definisi
Senggama terputus ialah penarikan penis dari vagina sebelum terjadinya
ejakulasi.Hal ini berdasarkan kenyataan bahwa pria menyadari
sebelumnya akan ada terjadi ejakulasi, dan dalam waktu kira-kira 1 detik
sebelum ejakulasi terjadi digunakan untuk menarik penis keluar dari
vagina. Cara Kerja Alat kelamin (Penis) dikeluarkan sebelum ejakulasi
sehingga sperma tidak masuk ke dalam vagina sehingga kehamilan dapat
dicegah. Keuntungan dari cara ini adalah tidak membutuhkan biaya, alat
maupun persiapan. kekurangannya adalah dibutuhkan pengendalian diri
yang besar dari pria dan penggunaan cara ini dapat menimbulkan
neurasteni. Manfaat Kontrasepsi yaitu Efektif bila digunakan dengan
benar, Tidak mengganggu produksi ASI, Dapat digunakan sebagai
pendukung metode KB lainnya, Tidak Ada efek samping, Dapat
digunakan setiap waktu,Tidak membutuhkan biaya Non Kontrasepsi,
Meningkatkan keterlibatan pria dalam keluarga berencana,
Untuk pasangan memungkinkan hubungan lebih dekat dan pengertian
yang sangat dalam, efektif : Bagi wanita yang suami atau pasangannya
mampu mengontrol waktu ejakulasi.
B. Indikasi
a) Pria yang ingin berpartisipasi aktif dalam keluarga berencana
b) Pasangan yang tidak ingin memakai metode KB lainnya
c) Pasangan yang memerlukan kontrasepsi dengan segera
d) Pasangan yang memerlukan metode sementara, sambil menunggu
metode yang lainnya
e) Pasangan yang memerlukan metode pendukung serta Pasangan yang
melakukan hubungan seksual tidak teratur.
C. Kontraindikasi
a) Pria dengan pengalaman ejakulasi dini
b) Pria yang sulit melakukan sanggama terputus
c) Pria yang memiliki kelainan fisik atau psikologis ·
d) Perempuan yang mempunyai pasangan yang sulit bekerja sama
e) Pasangan yang kurang dapat saling berkomunikasi dan pasangan yang
tidak bersedia melakukan sanggama terputus.
3. Suhu basal
A. Definisi Dan Tujuan Suhu Basal
Suhu basal adalah suhu yang diukur waktu pagi segera setelah bangun
tidur dan sebelum melakukan aktivitas apa-apa. Tujuan pencatatan suhu
basal untuk mengetahui kapan terjadinya masa subur/ovulasi. Suhu basal
tubuh diukur dengan alat yang berupa termometer basal. Termometer
basal ini dapat digunakan secara oral, per vagina, atau melalui dubur dan
ditempatkan pada lokasi serta waktu yang sama selama 5 menit. Suhu
normal tubuh sekitar 35,5-36 derajat Celcius. Pada waktu ovulasi, suhu
akan turun terlebih dahulu dan naik menjadi 37-38 derajat kemudian tidak
akan kembali pada suhu 35 derajat Celcius. Pada saat itulah terjadi masa
subur/ovulasi.Metode suhu tubuh dilakukan dengan wanita mengukur
suhu tubuhnya setiap hari untuk mengetahui suhu tubuh basalnya. Setelah
ovulasi suhu basal ( BBt / basal body temperature ) akan sedikit turun dan
akan naik sebesar ( 0,2 – 0,4 ° C ) dan menetap sampai masa ovulasi
berikutnya. Hal ini terjadi karena setelah ovulasi hormone progesterone
disekresi oleh korpus luteum yang menyebabkan suhu tubuh basal wanita
naik. Adapun kelemahan dari metode ini adalah membutuhkan
motivasi, Perlu diajarkan oleh spesialis keluarga berencana alami, Suhu
tubuh basal dipengaruhi oleh penyakit, Apabila suhu tubuh tidak diukur
pada sekitar waktu yang sama setiap hari akan menyebabkan
ketidakakuratan suhu tubuh basal, Tidak mendeteksi permulaan masa
subur sehinggamempersulit untuk mencapai kehamilan, Membutuhkan
masa pantang yang lama, karena ini hanyalah mendeteksi pasca ovulasi.
Sedangkan Keuntungan dari metode ini adalah Meningkatkan
pengetahuan dan kesadaran pasangan terhadap masa subur, Membantu
wanita yang mengalami siklus tidak teratur dengan cara mendeteksi
ovulasi, Dapat membantu menunjukan perubahan tubuh lain seperti
lender serviks, Berada dalam kendali wanita, Dapat digunakan mencegah
atau meningkatkan kehamilan. Efek SampingPantang yang terlampau
lama dapat menimbulkan stress atau frustasi. Hal ini dapat diatasi dengan
pemakaian kondom atau tablet wanita sewaktu senggama. Daya guna
teoritis adalah 15 kehamilan per 100 wanita pertahun. Daya guna
pemakaian adalah 20 – 30 kehamilan per 100 wanita/tahun.
B. Indikasi
a) Wanita yang mau mengamati tanda kesuburan.
b) Wanita yang mempunyai siklus haid yang cukup teratur.
c) Pasangan dengan tidak dapat menggunakan metode lain.
d) Tidak keberatan jika terjadi kehamilan.
C. Kontraindikasi
a) Wanita yang mau mengamati tanda kesuburan
b) Wanita yang mempunyai siklus haid yang cukup teratur
c) Pasangan dengan tidak dapat menggunakan metode lain
d) Tidak keberatan jika terjadi kehamilan.
4. Metode lendir serviks
A. Definisi
Metode lendir serviks adalah metode mengamati kualitas dan kuantitas
lendir serviks setiap hari. Periode subur ditandai dengan lendir yang
jernih, encer, dan licin. Metode lendir serviks yakni pengamatan
dilakukan pada lendir serviks. Pengamatan lendir serviks dapat dilakukan
dengan merasakan perubahan rasa pada vulva sepanjang hari dan melihat
langsung lendir pada waktu tertentu. Menjelang ovulasi lendir ini akan
mengandung banyak air (encer) sehingga mudah dilalui sperma. Setelah
ovulasi lendir kembali menjadi lebih padat. Jika lendir mulai keluar atau
bagi wanita yang mengalami keputihan (sering mengeluarkan lendir)
lendir mengencer, bergumpal-gumpal dan lengket, hal ini menunjukan
akan terjadi ovulasi. Sehingga senggama harus dihindari dengan
menggunakan alat kontrasepsi. Pada puncak masa subur, yaitu menjelang
dan pada saat ovulasi lendir akan keluar dalam jumlah lebih banyak
menjadi transparan, encer dan bening seperti putih telur dan dapat ditarik
diantara dua jari seperti benang. Tiga hari setelah puncak masa subur
dapat dilakukan senggama tanpa alat kontrasepsi. Kelebihandari metode
ini adalah mudah digunakan, tidak memerlukan biaya, metode mukosa
serviks merupakan metode keluarga berencana alami lain yang
mengamati tanda-tanda kesuburan. Sedang kekurangannya yaitu tidak
efektif bila digunakan sendiri, sebaiknya dikombinasikan dengan metode
kontrasepsi lain, tidak cocok untuk wanita yang tidak menyukai
menyentuh alat kelaminnya, wanita yang memiliki infeksi saluran
reproduksi dapat mengaburkan tanda-tanda kesuburan, wanita yang
menghasilkan sedikit lendir. Efek sampingnya yaitu persoalan timbul bila
terjadi kegagalan/kehamilan.
B. Indikasi
a) Semua perempuan semasa reproduksi, baik siklus haid teratur maupun
tidak teratur, tidak haid baik karena menyusui maupun pramenopause.
b) Semua perempuan dengan paritas berapa pun termasuk nulipara.
c) Perempuan kurus atau gemuk.
d) Perempuan yang merokok.
e) Perempuan dengan alasan kesehatan tertentu seperti hipertensi sedang,
varises, dismenorea, sakit kepala sedang atau hebat, mioma uteri,
endometritis, kista ovarii, anemia defisiensi besi,
f) hepatitis virus, malaria, trombosis vena dalam, atau emboli paru.
C. Kontraindikasi
a) Perempuan yang dari segi umur, paritas atau masalah kesehatannya
membuat kehamilan menjadi suatu kondisi risiko tinggi.
b) Perempuan sebelum mendapat haid (menyusui, segera setelah
abortus), kecuali MOB.
c) Perempuan dengan siklus haid yang tidak teratur, kecuali MOB
d) Perempuan yang pasangannya tidak mau bekerjasama (berpantang)
selama waktu tertentu dalam siklus haid.
5. Sistem kelender
A. Definisi
Metode kalender atau pantang berkala adalah cara / metode kontrasepsi
sederhana yang dilakukan oleh pasangan suami istri dengan tidak
melakukan senggama atau hubungan seksual pada masa subur/ovulasi.
Prinsip metode pantang berkala ini adalah tidak melakukan senggama
pada masa subur yaitu pertengahan siklus haid atau ditandai dengan
keluarnya lendir encer dari liang vagina. Untuk menghitung masa subur
digunakan rumus siklus terpanjang dikurangi 11 hari dan siklus terpendek
dikurangi 18 hari. Dua angka yang diperoleh merupakan range masa
subur. Dalam jangka waktu subur tersebut harus pantang sanggama, dan
diluarnya merupakan masa aman.
Keuntungan dari metode ini adalah metode kalender atau pantang berkala
lebih sederhana, dapat digunakan oleh setiap wanita yang sehat, tidak
membutuhkan alat pemeriksaan khusus, tidak menggangu pada saat
berhubungan seksual, tidak memerlukan biaya atau tempat pelayanan
kontrasepsi, tidak ada efek samping. Keterbatasan / kekurangan antara
lain memerlukan kerjasama yang baik antara suami istri, Harus
ada motivasi dan disiplin pasangan dalam menjalankannya, Pasangan
suami istri tidak dapat melakukan hubungan seksual setiap saat, Pasangan
suami istri harus tahu masa subur dan masa tidak subur,Harus mengamati
sikus menstruasi minimal enam kali siklus, Siklus menstruasi yang tidak
teratur (menjadi penghambat), Lebih efektif bila dikombinasikan dengan
metode kontrasepsi lain.
B. Indikasi
a) Semua perempuan semasa reproduksi, baik siklus haid teratur maupun
tidak teratur, tidak haid baik karena menyusui maupun pramenopause.
b) Semua perempuan dengan paritas berapa pun termasuk nulipara.
c) Perempuan dengan alasan kesehatan tertentu antara lain hipertensi
sedang, varises, disminorea sakit kepala sedang atau hebat.
C. Kontraindikasi
a) Perempuan dengan umur, paritas atau masalah kesehatan yang
membuat kehamilan menjadi suatu kondisi resiko tinggi.
b) Perempuan sebelum mendapat haid(menyusui, segera setelah
abortus).
c) Perempuan dengan siklus haid yang tidak teratur.
2.2.2 Alat Kontrasepsi Menggunakan Alat.
1. Kondom
a. Kondom pria
Kondom untuk pria merupakan bahan karet atau lateks, poliuretan (plastik)
atau bahan sejenis yang kuat, tipis, dan elastis.Benda tersebut ditarik
menutupi penis yang sedang ereksi untuk menangkap semen selama
ejakulasi untuk mencegah sperma masuk kedalam sperma. Kondom lateks
dan poli uretan merupakan kondom yang efektif untuk mencegah penularan
HIV dan mengerangi resiko penyakit menular seksual. Satu-satunya alasan
kegagalan kontrasepsi adalah defek pada kondom itu sendiri. Defek yang
dimaksud antara lain kelemahan bahan, yang dapat menyebabkan kondom
robek akibat dorongan ejakulasi atau ada lubang yang sangat kecil, yang
membuat kondom tidak efektif. Walaupun penggunaan kondom telah di
gunakan secara luas, beberapa pasangan masih memiliki perasan negative
terhadap kondom. Beberapa pasangan merasa kondom membuat sensasi
terasa tumpul, beberapa yang lain merasa bahwa kondom menciptakan
penghalang diantara mereka saat mereka menginginkan persaan utuh yang
diperoleh selama hubungan seksualnya.
b. Kondom wanita
Kondom terbuat dari lapisan polyiretane tipis dengan cincin dalam yang
fleksibel dan dapat digerakkan pada ujung yang tertutup, yang dimasukkan
ke dalam vaginadan cincin kaku yang lebih besar pada ujung terbuka di
bagian depan yang tetap berada diluar vagina dan melindungi introitus.
Kondom wanita hanya memiliki 1 ukuran dan tidak perlu dipasang oleh
pemberi pelayan kesehatan professional. Kondom tersebut harus di lumasi
terlebih dahulu dan tersedia sekaligus dengan pelumas tambahan atau
sediaan spermisida dapat digunakan bersama dengan kondom tersebut.
Kondom untuk wanita tidak hanya mencegah kehamilan tetepi juga
merupakan alat yang efektif melawan HIV, gonorea, klamidia dan
trikomoniasis bila digunakan dengan benar. Apabila di bandingkan dengan
kondom untuk pria, kondom ini memungkinkan resiko yang lebih kecil
terhadap PMS yang ditularkan lewat kulit, seperti human papiloma virus (
HPV / kutil genetalia), virus herves simpleks (HSV) , sifilis dan kangkroid,
karena alat kontrasepsi tersebut menutupi sebagian besar area, yang
sepadan dan menjadi penghalang antara indroitus, vulva, dan pangkal penis.
A. Definisi
Kondom merupakan selubung/sarung karet yang terbuat dari berbagai
bahan diantaranya lateks (karet), vilin (plastik) atau bahan alami
(produksi hewan) yang dipasang pada penis saat berhubungan seksual.
Kondom terbuat dari karet sintesis yang tipis, berbentuk silindris,
dengan muaranya berpinggir tebal, yang bila digulung berbentuk rata
atau mempunyai bentuk seperti putting susu. Beberapa bahan telah
ditambahkan pada kondom baik untuk meningkatkan efektifitasnya
(misalnya menambahkan spermisida) maupun sebagai aksesoris
aktifitas seksual. Kondom menghalangi masuknya spermatozoa
kedalam taktus genetalia interna vagina. Modifikasi tersebut dilakukan
dalam hal : bentuk, warna, pelumas, bahan. Kondom adalah suatu karet
tipis, berwarna atau tidak berwarna, dipakai untuk menutupi zakar yang
tegang sebelum dimasukan ke dalam vagina sehingga mani tertampung
didalamnya dan tidak masuk vagina, dengan demikian mencegah
terjadinya pembuahan. Kondom yang menutupi zakar yang berguna
untuk mencegah penularan penyakit menular (BKKBN.2008).
B. Cara pemakaian kondom
Kondom ada yang ujungnya biasa, ada pula yang ujungnya berputing m
engeluarkan udara yaang ada, agar tersedia tempat bagi mani yang akan
dikeluarkan gulungan kondom, sebelum persetubuhan lalu dipasang pa
da waktu zakar sedang tegang. Sesudah mani keluar, mani tertampung d
iujung kondom dan sewaktu zakar ditarik keluar, jagalah jangan sampai
ada cairan yang tumpah. Peganglah kondom pada waktu menarik zakar
keluar. Buanglah kondom setelah sekali pakai. (Prawirohardjo, Sarwon
o.2008)
C. Cara kerja
a) Kondom menghalangi terjadinya pertemuan sperma dan sel telur de
ngan cara mengemas sperma dijung selubung karet yang dipasang p
ada penis sehingga sperma tersebut tidak tercurah kedalam saluran r
eproduksi perempuan.
b) Mencegah penularan mikroorganisme Q (MS termasuk HIV / AIDS)
dari satu pasangan ke pasangan yang lain (khusus kondom yang
terbuat dari lateks dan vilin)
D. Indikasi Pemakaian Kondom
a) 6 minggu sesudah vasektomi C samapai mani tidak mengandung sp
ermatozoa lagi, yang seperti dketahui dengan pemeriksaan laborato
rium.
b) Sementara menunggu pemeriksaan AKDR.
c) Sementara sedang menunggu haid untuk pemakaian pil yang dimin
um.
d) Apabila kelupaan minum pil dalam jangka waktu lebih dari 36 jam.
e) Apabila diduga ada penyakit kelamin sementaramenunggu diagnosi
s yang pasti.
f) Bersamaan dengan pemakaian spermiside.
g) Dalam keadaan darurat, bila tidak ada kontrasepsi yang tersedia ata
u yang dipakai.
h) Sebagai cara yang dipilih oleh pasangan-pasangan tertentu.
E. Kontrindikasi
1. Absolut
a) Pria dengan ereksi yang tidak baik.
b) Riwayat syok septik.
c) Tidak bertannggung jawab secara seksual.
d) Interupsi seksual foreplay menghalangi minat seksual.
e) Alergi terhadap karet atau lurikan pada patner seks.
2. Relatif
Interupsi seksual foreplay yang mengganggu ekspresi seksual.
F. Efektifitas
Kondom cukup efektif bila dipakai secara benar pada setiap kali
berhubungan seksual. Pada beberapa pasangan, pemakaian kondom
tidak efektif karena tidak dipakai secara konsisten.
Secara ilmiah didapatkan hanya sedikit angka kegagalan kondom yaitu
2 -12 kehamilan per 100 perempuan pertahun.
G. Keterbatasan
a) Efektifitas tidak terlalu tinggi
b) Cara pemakaian sangat mempengaruhi keberhasilan kontrasepsi
c) Agak mengganggu hungan seksual (mngurangi sentuhan langsung)
d) Pada beberapa klien bisa menyebabkan kesulitan untuk mempertaha
nkan ereksi
e) Harus selalu tersedia setiap kali berhubungan seksual
f) Beberapa klien malu untuk membeli kondom ditempat umum
g) Pembuangan kondom bekas mungkin menimbulkan masalah dalam
hal limbah
H. Keuntungan
a) Mencegah kehamilan
b) Memberi pelindungan terhadap penyakit-penyakit akibat hubungan
seksual (PMS)
c) Dapat diandalkan, Relatif murah
d) Sederhana, ringan dan disposible
e) Tidak memerlukan pemeriksaan medis, supervisi atau pollow-up
f) Reversible
g) Pria ikut serta aktif dalam program KB
I. Efek Samping Dan Cara Penanggulannya
1. Adanya rasa nyeri dan panas akibat : alergi terhadap karet kondom
(jarang didapati) dan lecet-lecet pada kemaluan pria akibat pemakai
an tergesa-gesa / kurangnya pelicin.
a. Pengobatan
a) Bila sebab alergi, hentikan pemakaian kondom, ganti dengan
cara lain
b) Bila akibat kurang licinnya kondom, dianjurkan untuk mema
kai kondom yang mempunyai zat pelicin. Pemakainan kondo
m jangan terburu-buru
2. Kondom tidak terlihat terpasang pada kemaluan pria dan wanita me
rasa terdapat sesuatu dalam liang senggama. Bila terlalu lama dibiar
kan kadang-kadang laing sengama wanita berbau busuk. Akibat air
mani yang membahu karena adanya benda asing didalamnya dan
terjadi infeksi
a. Penganggulangan dan pengobatan :
a) Keluarkan kondom dari liang senggama wanita dan bersihka
n liang sengama wanita dengan antiseptik. Bila terdapat
infeksi beri antibiotik
3. Kondom rusak atau diperkirakan bocor (sebelum digunakan)
a. Penanganan
a) Buang dan pakai kondom baru atau pakai spermasida
digabung kondom
b) Kondom bocor atau dicurigai ada curahan divaagina saat
berhubungan
c) Jika dicurigai ada kebocoran pertimbangkan pemberian
Morning After pill (kontasepsi darurat : postinol atau mikro
ginon)
4. Mengurangi kenikmatan hubungan seksual
a. Penanganan
a) Jika penurunan kepekatan tidaak bisa ditolelir biarpun denga
n kondom yang lebih tipis anjurkan pemakaian metode lain (
Prawirohardjo, Sarwono.2008)
2. Diafragma
A. Definisi
Diafragma merupakan penghalang mekanis antara sperma dan sel telur.
Alat ini berbentuk kubah, terbuat dari jenis karet lateks yang lebih tebal
dari pada kondom dan memiliki pegas logam fleksibel pada bingkai
diagfragma pegas tersebut memungkinkan penekanan ketika diagfragma di
masukan sehingga diafragma dapat kembali kebentuk seperti semula dan
mengikuti bentuk dalam jaringan vagina ketika ditempatkan didalam.
Ketika berada dalam posisi yang benar ,dengan sisi kubah berada dibawah
dan bingkai diagfragma menempel ketat pada dinding vagina anterior dan
lateral, diagfragma secara keseluruhan dapat menutupi serviks.
Penghalang tersebut bila dikombinasikan dengan jelly atau dengan krim
spermisida yang dioles mengelilingi bingkai diagfragma dan didalam kuba,
dapat menolak sperma masuk kelubang serviks sehingga sperma tidak
bertemu sel telur. Diafragma juga memberi perlindungan terhadap PMS,
seperti klamidia dan ghonorea yang menyebabkan dysplasia serviks dan
penyakit radang panggul. Diafragma tidak dapat melindungi wanita dari
HIV. Saat ini ada 4 jenis Diafragma yang berbeda konstruksi pegas logam
pada bingkainya serta lebar bingkai diafragma:
a) Pegas datar; pegas pada diafragma ini terbuat dari lapisan tipis baja sta
inless yang sangat ringan.
b) Pegas kumparan; pegas pada diafragma ini merupakan kumparan meli
ngkar yang fleksibel dengan kekuatan sedang.
c) Pegas lengkung; pegas pada diafragma ini merupakan kombinasi
pegas datar dan pegas kumparan.
d) Bingkai tutup lebar; tersedia pada bentuk pegas kumparan ataupun
pegas lengkung.
B. Penggunaan diafragma dikontra indikasikan pada beberapa keadaan berikut:
a) Prolaps uterus yang parah (penurunan) (derajat kedua atau ketiga)
b) Sistokel (derajat dua atau tiga)
c) Antervensi atau retroversi uterus yang berat
d) Fistula vesikovagina atau rektro vagina
e) Alergi terhadap karet diagfragma atau terhadap sediaan spermisida yang
terdapat didalam diagfragma.
3. Cervical Cap
Penutup serviks yang terbuat dari karet lateks dan berbentuk bundar kerucut,
dengan cincin tebal yang sesuai dengan bentuk serviks , sehingga dapat
melekat erat pada serviks, tetapi tidak menekan kedalam forniks serviko
vaginal. Pada prinsipnya,cervical cap tidak seperti diafragma yang
menciptakan penghalang terhadap sperma dengan cara menutupi serviks dan
juga menampung spermisida untuk mencegah kehamilan.
Cara tersebut dapat mengurangi risiko penyakit menular seksual , tetapi tidak
dapat melindungi terhadap HIV. Sejumlah kontraindikasi yang berkaitan
dengan penggunaan cervical cap adalah sebagai berikut :
a) Hasil Pap smear baru-baru ini tidak normal
b) Adanya keganasan uterus atau serviks
c) Riwayat sindrom syok toksis
d) Infeksi serviks atau vagina yang terjadi baru-baru ini
e) Alergi terhadap lateks dan spermisida.
4. Pelindung Lea
a) Definisi
Pelindung Lea merupakan alat yang menggunakan karet silikon dengan
diameter 55 mm, dan hanya memiliki satu ukuran. Apabila wanita ingin
menggunakannya , tidak diperlukan pengepasan. Apabila digunakan
bersama spermisida, angka keberhasilannya jauh melebihi metode
kontrapsesi lain.
5. FemCap
Alat ini sejenis cervical cap yang terbuat dari karet silikon non-alergi .
Alat ini dapat masuk kedalam serviks dam mmeiliki tepi yang luas ( seperti topi
pelaut) yang menciptakan alur dianatar kubah dan topi tersebut.
Topi penutup melekatkan FemCap jauh lebih kecil, tetapi kesulitan untuk
melepasnya jauh lebih besar kendati alat ini memiliki tali pengikat untuk
melepasnya. Memasukan dan mencabut FemCap selama hubungan seksual juga
menjadi sebuah permasalah dan risiko kehamilan pun lebih besar.
6. Alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) atau IUD
A. Definisi
IUD adalah alat kecil terdiri dari bahan plastik yang lentur yang dimasukkan
ke dalam rongga rahim, yang harus diganti jika sudah digunakan selama
Periode tertentu. IUD merupakan panjang. Dimasukkan ke dalam rahim
yang bentuknya bermacam-macam terbuat dari plastik,plastik yang dililit
tembaga. Cara kerja yaitu menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke
tubba fallopi dan mempengaruhi fertilitasi sebelum ovum mencapai kavum
uteri.
B. Indikasi
a) Usia reproduksi (25 – 49 tahun).
b) Menginginkan menggunakan kontrasepsi jangka panjang.
c) Menyusui yang menginginkan menggunakan kontrasepsi.
d) Setelah Abortus dan tidak terlihat adanya infeksi
e) Resiko rendah dan IMS (infeksi menular seksual)
f) Tidak menghendaki metode hormonal.
C. Kontraindiksai
a) Sedang hamil atau kemungkinan hamil
b) Perdarahan pervaginam yang tidak diketahui (sampai dapat di eva
luasi).
c) Sedang menderita infeksi alat genital (Vaginitis servisitif).
d) Ukuran rongga rahim kurang dari 5 cm dan tumor jinak rahim.
D. Efek samping
a) Terjadi perdarahan yang lebih banyak dan lebih lama pada
masa menstruasi.
b) Keluar bercak-bercak darah ( Spotting) setelah lama 2 hari pemasangan.
c) Kram atau nyeri selama menstruasi.
d) Keputihan.

2.3 KONTRASEPSI HORMONAL


Kontrasepsi hormonal merupakan salah satu metode kontrasepsi yang paling
efektif dan reversibel untuk mencegah terjadinya konsepsi (Baziad 2008).
Kontrasepsi hormonal merupakan kontrasepsi dimana estrogen dan progesteron
memberikan umpan balik terhadap kelenjar hipofisis melalui hipotalamus sehingga
terjadi hambatan terhadap folikel dan proses ovulasi (Manuaba, 2010).
2.3.1 Mekanisme Kerja Kontrasepsi Hormonal
Hormon estrogen dan progesteron memberikan umpan balik, terhadap kelenjar
hipofisis melalui hipotalamus sehingga terjadi hambatan terhadap perkembangan
folikel dan proses ovulasi. Melalui hipotalamus dan hipofisis, estrogen dapat
menghambat pengeluaran Folicle Stimulating Hormone (FSH) sehingga
perkembanagan dan kematangan Folicle De Graaf tidak terjadi. Disamping itu
progesteron dapat menghambat pengeluaran Hormone Luteinizing (LH). Estrogen
mempercepat peristaltik tuba sehingga hasil konsepsi mencapai uterus
endometrium yang belum siap untuk menerima implantasi (Manuaba, 2010).
Selama siklus tanpa kehamilan, kadar estrogen dan progesterone bervariasi dari
hari ke hari. Bila salah satu hormon mencapai puncaknya, suatu mekanisme umpan
balik (feedback) menyebabkan mula-mula hipotalamus kemudian kelenjar
hypophyse mengirimkan isyarat-isyarat kepada ovarium untuk mengurangi sekresi
dari hormon tersebut dan menambah sekresi dari hormon lainnya. Bila terjadi
kehamilan, maka estrogen dan progesteron akan tetap dibuat bahkan dalam jumlah
lebih banyak tetapi tanpa adanya puncak-puncak siklus, sehingga akan mencegah
ovulasi selanjutnya. Estrogen bekerja secara primer untuk membantu pengaturan
hormon realising factors of hipotalamus, membantu pertumbuhan dan pematangan
dari ovum di dalam ovarium dan merangsang perkembangan endometrium.
Progesteron bekerja secara primer menekan atau depresi dan melawan isyarat-
isyarat dari hipotalamus dan mencegah pelepasan ovum yang terlalu dini atau
prematur dari ovarium, serta juga merangsang perkembangan dari endometrium
(Hartanto, 2002). Adapun efek samping akibat kelebihan hormon estrogen, efek
samping yang sering terjadi yaitu rasa mual, retensi cairan, sakit kepala, nyeri pada
payudara, dan fluor albus atau keputihan. Rasa mual kadang-kadang disertai
muntah, diare, dan rasa perut kembung. Retensi cairan disebabkan oleh kurangnya
pengeluaran air dan natrium, dan dapat meningkatkan berat badan. Sakit kepala
disebabkan oleh retensi cairan. Kepada penderita pemberian garam perlu dikurangi
dan dapat diberikan diuretik. kadang efek samping demikian mengganggu
akseptor, sehingga hendak menghentikan kontrasepsi hormonal tersebut. Dalam
kondisi tersebut, akseptor dianjurkan untuk melanjutkan kontrasepsi hormonal
dengan kandungan hormon estrogen yang lebih rendah. Selain efek samping
kelebihan hormon estrogen, hormon progesteron juga memiliki efek samping jika
dalam dosis yang berlebihan dapat menyebabkan perdarahan tidak teratur,
bertambahnya nafsu makan disertai bertambahnya berat badan, acne (jerawat),
alopsia, kadang-kadang payudara mengecil, fluor albus (keputihan), hipomenorea.
Fluor albus yang kadang-kadang ditemukan pada kontrasepsi hormonal dengan
progesteron dalam dosis tinggi, disebabkan oleh meningkatnya infeksi dengan
candida albicans (Wiknjosastro, 2007). Komponen estrogen menyebabkan mudah
tersinggung, tegang, retensi air, dan garam, berat badan bertambah, menimbulkan
nyeri kepala, perdarahan banyak saat menstruasi, meningkatkan pengeluaran
leukorhea, dan menimbulkan perlunakan serviks. Komponen progesteron
menyebabkan payudara tegang, acne (jerawat), kulit dan rambut kering, menstruasi
berkurang, kaki dan tangan sering kram (Manuaba, 2010).
2.3.2 Macam –Macam Alat Kontrasepsi Hormonal
1. Kontrasepsi Pil
A. Definisi
Pil oral akan menggantikan produksi normal estrogen dan progesteron oleh
ovarium. Pil oral akan menekan hormon ovarium selama siklus haid yang
normal, sehingga juga menekan releasingfactors di otak dan akhirnya
mencegah ovulasi. Pemberian Pil Oral bukan hanya untuk mencegah
ovulasi, tetapi juga menimbulkan gejala-gejala pseudo pregnancy
(kehamilan palsu) seperti mual, muntah, payudara membesar, dan terasa
nyeri (Hartanto, 2002).
B. Efektivitas
Efektivitas pada penggunaan yang sempurna adalah 99,5- 99,9% dan 97%
(Handayani, 2010).
C. Jenis KB Pil menurut Sulistyawati (2013) yaitu:
a) Monofasik: pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengamdung
hormon aktif estrogen atau progestin, dalam dosisi yang sama, dengan
7 tablet tanpa hormon aktif, jumlah dan porsi hormonnya konstan setiap
hari.
b) Bifasik: pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung
hormon aktif estrogen, progestin, dengan dua dosis berbeda 7 tablet
tanpa hormon aktif, dosis hormon bervariasi.
c) Trifasik: pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung
hormon aktif estrogen atau progestin, dengan tiga dosis yang berbeda 7
tablet tanpa hormon aktif, dosis hormon bervariasi setiap hari.

D. Cara kerja KB Pil menurut Saifuddin (2010) yaitu:


a. Menekan ovulasi
b. Mencegah implantasi
c. Mengentalkan lendir serviks
d. Pergerakan tuba terganggu sehingga transportasi ovum akan terganggu.
e. Keuntungan KB Pil menurut Handayani (2010) yaitu:
a) Tidak mengganggu hubungan seksual
b) Siklus haid menjadi teratur (mencegah anemia)
c) Dapat digunakam sebagai metode jangka panjang
d) Dapat digunakan pada masa remaja hingga menopause
e) Mudah dihentikan setiap saat
f) Kesuburan cepat kembali setelah penggunaan pil dihentikan
g) Membantu mencegah: kehamilan ektopik, kanker ovarium, kanker
endometrium, kista ovarium, acne, disminorhea.
E. Keterbatasan KB Pil menurut Sinclair (2010) yaitu:
a) Amenorhea
b) Perdarahan haid yang berat
c) Perdarahan diantara siklus haid
d) Depresi
e) Kenaikan berat badan
f) Mual dan muntah
g) Perubahan libido
h) Hipertensi
i) Jerawat
j) Nyeri tekan payudara
k) Pusing
l) Sakit kepala
m) Kesemutan dan baal bilateral ringan
n) Mencetuskan moniliasis
o) Pelumasan yang tidak mencukupi
p) Perubahan lemak
q) Disminorea
r) Kerusakan toleransi glukosa
s) Hipertrofi atau ekropi serviks
t) Perubahan visual
u) Infeksi pernafasan
v) Peningkatan episode sistitis
w) Perubahan fibroid uterus.
2. Kontrasepsi suntik
A. Efektivitas kontrasepsi suntik
Menurut Sulistyawati (2013), kedua jenis kontrasepsi suntik mempunyai
efektivitas yang tinggi, dengan 30% kehamilan per 100 perempuan per
tahun, jika penyuntikannya dilakukan secara teratur sesuai jadwal yang
telah ditentukan. DMPA maupun NET EN sangat efektif sebagai metode
kontrasepsi. Kurang dari 1 per 100 wanita akan mengalami kehamilan
dalam 1 tahun pemakaian DMPA dan 2 per 100 wanita per tahun pemakain
NET EN (Hartanto, 2002).
B. Jenis kontrasepsi suntik
Menurut Sulistyawati (2013), terdapat dua jenis kontrasepsi suntikan yang
hanya mengandung progestin, yaitu :
a. Depo Mendroksi Progesteron (DMPA), mengandung 150 mg DMPA
yang diberikan setiap tiga bulan dengan cara di suntik intramuscular (di
daerah pantat).
b. Depo Noretisteron Enantat (Depo Noristerat), mengandung 200 mg
Noretindron Enantat, diberikan setiap dua bulan dengan cara di suntik
intramuscular (di daerah pantat atau bokong).
C. Cara kerja kontrasepsi Suntik menurut Sulistyawati (2013) yaitu:
a) Mencegah ovulasi
b) Mengentalkan lendir serviks sehingga menurunkan kemampuan
penetrasi sperma
c) Menjadikan selaput lendir rahim tipis dan atrofi
d) Menghambat transportasi gamet oleh tuba falloppii.
D. Keuntungan kontrasepsi Suntik
Keuntungan pengguna KB suntik yaitu sangat efektif, pencegah kehamilan
jangka panjang, tidak berpengaruh pada hubungan seksual, tidak
mengandung estrogen sehingga tidak berdampak serius terhadap penyakit
jantung dan gangguan pembekuan darah, tidak mempengaruhi ASI, efek
samping sangat kecil, klien tidak perlu menyimpan obat suntik, dapat
digunakan oleh perempuan usia lebih 35 tahun sampai perimenopause,
membantu mencegah kanker endometrium dan kehamilan ektopik,
menurunkan kejadian tumor jinak payudara, dan mencegah beberapa
penyebab penyakit radang panggul (Sulistyawati, 2013).
E. Keterbatasan
Adapun keterbatasan dari kontrasepsi Suntik menurut Sulistyawati (2013)
yaitu:
a) Gangguan haid
b) Leukorhea atau Keputihan
c) Galaktorea
d) Jerawat
e) Rambut Rontok
f) Perubahan Berat Badan
3. Kontrasepsi Implant
A. Profil kontrasepsi Implant menurut Saifuddin (2010) yaitu
1. Efektif 5 tahun untuk norplant, 3 tahun untuk Jedena, Indoplant,
atau Implan.
a) Nyaman
b) Dapat dipakai oleh semua ibu dalam usia reproduksi
c) Pemasangan dan pencabutan perlu pelatihan
d) Kesuburan segera kembali setelah implan dicabut
e) Efek samping utama berupa perdarahan tidak teratur, perdarahan
bercak, dan amenorea
f) Aman dipakai pada masa laktasi.
B. Jenis kontrasepsi Implant menurut Saifuddin (2010) yaitu:
a) Norplant: terdiri dari 6 batang silastik lembut berongga dengan panjang
3,4 cm, dengan diameter 2,4 mm, yang diisi dengan 3,6 mg
levonorgestrel dan lama kerjanya 5 tahun.
b) Implanon: terdiri dari satu batang putih lentur dengan panjang kira-kira
40 mm, dan diameter 2 mm, yang diisi dengan 68 mg 3- Keto-
desogestrel dan lama kerjanya 3 tahun.
c) Jadena dan indoplant: terdiri dari 2 batang yang diisi dengan 75 mg.
Levonorgestrel dengan lama kerja 3 tahun.
C. Cara kerja kontrasepsi Implant menurut Saifuddin (2010) yaitu:
a) Lendir serviks menjadi kental
b) Mengganggu proses pembentukan endometrium sehingga sulit terjadi
implantasi
c) Mengurangi transportasi sperma
d) Menekan ovulasi
D. Keuntungan kontrasepsi Implant menurut Saifuddin (2010) yaitu:
a) Daya guna tinggi
b) Perlindungan jangka panjang
c) Pengembalian tingkat kesuburan yang cepat setelah pencabutan
d) Tidak memerlukan pemeriksaan dalam
e) Tidak mengganggu dari kegiatan senggama
f) Tidak mengganggu ASI
g) Klien hanya kembali jika ada keluhan
h) Dapat dicabut sesuai dengan kebutuhan
i) Mengurangi nyeri haid
j) Mengurangi jumlah darah haid
k) Mengurangi dan memperbaiki anemia
l) Melindungi terjadinya kanker endometrium
m) Melindungi angka kejadian kelainan jinak payudara
n) Melindungi diri dari beberapa penyebab penyakit radang panggul
o) Menurunkan kejadian endometriosis.
E. Keterbatasan kontrasepsi Implant menurut Saifuddin (2010) yaitu:
Pada kebanyakan pasien dapat menyebabkan perubahan pola haid berupa
perdarahan bercak (spooting), hipermenorea atau meningkatnya jumlah
darah haid, serta amenorhea.
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN TEORI DENGAN ALAT KONTRASEPSI

1. PENGKAJIAN
A. Identitas
Meliputi nama, alamat, pekerjaan, jenis kelamin, umur, agama, dll.
B. Wawancara
1. Jumlah anak yang direncanakan
2. Adakah masalah dalam kehamilan yang lalu seperti mual-mual dan lain-lain ?
3. Apakah ibu pernah menggunakan alat kontrasepsi sebelumnya?
4. Adakah keluhan dalam penggunaan kontrasepsi: mual, pendarahan, nyeri saat
berhubungan, infeksi atau haid tidak teratur dan sebagainya
5. Riwayat social: adakah pantangan yang berkaitan dengan budaya /kultur,
kebiasaan merokok
6. Harapan pada jenis kelamin anak tertentu
7. Riwayat menstruasi, KB hormonal biasanya menyebabkan gangguan siklus
haid seperti amenore, spotting, metroragia,
C. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum: adakah tanda-tanda ibu sedang sakit yang tampak dari anemia
,kelemahan, berat badan/tinggi badan,
2. Tanda – tanda vital : Tekanan Darah biasanya tinggi, Efek dari hormonal, Nadi
cepat, Napas terkadang sesak, suhu terkadang tinggi karena respon tubuh
terhadap pemasangan AKDR.
3. Muka periksa adanya oedema, jerawat, hyperpigmentasi (efek hormonal).
4. Kardiovaskuler : Palpitasi.
5. Dada : pernapasan kadang sesak.
6. Payudara : hyperpigmentasi
7. Abdomen : nyeri, mules, muntah-muntah, mual (efek AKDR)
8. Vagina : Periksa adakah blood show, keluar darah pervaginam, varises, ukuran
uterus yang mengalami kelainan
9. Ekstremitas: Adakah edema, varises pada ekstrimitas, bekas insisi post
pemasangan implant pada tangan atas.
D. Pemeriksaan penunjang
Hampir tidak ada pemeriksaan penunjang kecuali ada riwayat perdarahan, maka
diperiksa:
a) Hb, biasanya < 10gr/dl
b) Trombosit (biasanya normal / turun bila perdarahan hebat)
c) Leukosit (biasanya sedikit meningkat >10000/mm3)
E. Pemeriksaan psikososial
a) Pastikan keinginan KB dari klien dan suami tanpa paksaan
b) Adakah keyakinan / pandangan terkait dengan penggunaan kontrasepsi
c) Adakah ketakutan dengan prosedur pemasangan alat kontrasepsi
d) Status kesehatan ibu, sosial budayanya terkait dengan hal ini tingkat
penghasilan, pengetahuan dan jarak dengan tempat pelayanan kesehatan untuk
kontrol lainnya.
2. Analisa data
No Data Etiologi Masalah
1. DS= Klien mengatakan Kurang Informasi Ketidakmampuan
bingung untuk memilih alat memilih alat
kontrasepsi Tentang kontrasepsi
pengetahuan terkait
DO= Klien bertanya pada dengan KB
petugas kesehatan
Klien bingung
dengan alat
kontrasepsi

Ketidakmampuan
memilih alat
kontrasepsi

2. DS= Klien mengatakan haid Proses adaftasi Perubahan pola


tidak teratur hormonal haid

DO= Klien menggunakan alat Ketidakseimbangan


kontrasepsi pil hormon
progresteron dan
estrogen
Haid tidak
teratur/spotting

Perubahan pola
haid

3. DS= Klien mengatakan Penggunaan alat Cemas


khawatir untuk menggunakan kontrasepsi
alat kontrasepsi
Adanya efek
samping dari
kontrasepsi

Haid tidak
teratur/spotting

Perubahan pola
haid

cemas
4. DS= Klien mengatakan sejak Akseptor KB Pil Gangguan konsep
menggunakan kontrasepsi pil diri:
banyak bintik-bintik hitam Berisi hormon Body image
dan jerawat dimuka progresteron dan
estrogen
DO= Klien akseptor KB pil
Keseimbangan
progresteron dan
estrogen terganggu

Timbul gajala-
gejala sampingan

Pigmentasi dan
jerawat pada muka,
badan menjadi
gemuk

Gangguan body
image
5. Ds = klien mengeluh sakit di Tindakan operasi Resiko infeksi
daerah insisi (MOW/MOP) dan
Do = kulit lebam, implant
pembengkakan di daerah
insisi, kemerahan di daerah Pemajanan luka
insisi diluar

Bila klien kurang


perhatikan hygiene

Media yang baik


untuk
mikroorganisme
tumbuh

Resiko infeksi

3. Diagnosa keperawatan
1. Perubahan pola haid, spotting haid b.d Proses adaftasi hormonal ditandai dengan k
lien mengatakan haid tidak teratur
2. Ketidakmampuan memilih alat kontrasepsi yang efektif b.d kurangnya informasi
akan pengetahuan tentang KB ditandai dengan klien banyak bertanya.
3. Cemas b.d terjadinya efek samping dari alat kontrasepsi tertentu ditandai dengan
klien mengatakan khawatir untuk menggunakan alat kontrasepsi.
4. Gangguan konsep diri b.d timbul gejala-gejala sampingan (pigmentasi dan jerawat
pada muka) ditandai dengan klien mengatakan sejak menggunakan alat kontrasepsi
pil banyak bintik-bintik hitam dan jerawat pada muka.
5. Resiko infeksi berhubungn dengan pemajanan luka insisi ditandai dengan klien
mengeluh sakit di daerah insisi, kulit lebam, pembengkakan di daerah insisi,
kemerahan di daerah insisi.
4. Intervensi keperawatan

No Tujuan Intervensi Rasional

1. Tujuan Jangka Panjang: 1. Kaji lamanya dan 1. Untuk mengetahui siklus


Dalam jangka waktu 2 banyaknya spotting haid dan mengetahui
bulan pola haid normal 2. Jelaskan pada ibu lamanya haid dan jumlah
Tujuan jangka pendek: efek samping alat perdarahan pada saat haid
dalam waktu 1 bulan haid kontrasepsi AKDR 2. Pada hari-hari pertama
kembali normal dengan dan hormonal pada pemakaian alat
kriteria: hari-hari pertama kontrasepsi AKDR dan
Sifat darah haid kembali pemakaian alat hormonal biasanya
pada siklus awal/biasa kontrasepsi. terjadi efek samping dari
· Tidak ada spotting haid 3. Observasi untuk pe kontrasepsi tersebut
yang berulang meriksaan lab, Hb, Le 3. penunjang dapat
ukosit, trombosit, Ht. mengetahui kadar
4.Konsul ke dokter bil keseimbangan hormon
a keluhan menjadi ber 4. Untuk mendapatkan
at penanganan lebih lanjut

2. Tujuan Jangka Panjang: 1. Kaji tingkat 1. Untuk mengetahui


Klien memilih alat pengetahuan klien tingkat pengetahuan
kontrasepsi yang efektif tentang alat klien agar dapat
untuk kesehatannya. kontrasepsi yang menentukan intervensi
sesuai dengan selanjutnya:
Tujuan jangka pendek: kondisinya
setelah diberi penjelasan
klien dapat memilih alat 2. Jelaskan pada klien 2. Memberikan gambaran
kontrasepsi yang tentang efektivitas, tentang alat-alat
efektif dengan kriteria: efisiensi dari kontrasepsi
Klien dapat memilih salah masing-masing alat
satu alat KB yang sesuai kontrasepsi,
dengan kondisinya untuk keuntungan,
menunda kehamilan (pil, kerugian,indikasi
suntik, pantang berkala) dan kontraindikasi
untuk menjarangkan
kehamilan (AKDR, Berikan pendidikan ke
suntik), sehatan kepada klien b
mengakhiri/menjaga eserta suaminya untuk 3. KB yang diinginkan akan
kesehatan (MOW, WOP) menentukan pilihan ko sesuai dengan kondisi
ntrasepsi yang mereka suami istri
inginkan

3. Tujuan Jangka Panjang: 1. Kaji tingkatan 1. Untuk mengetahui


Kecemasan dapat cemas tingkat kecemasan klien
dikurangi/dikontrol 2. Jelaskan pada klien 2. Sebagai pengetahuan
Tujuan jangka pendek: tentang efek klien, supaya klien dapat
setelah diberi samping dari alat memilih salah satu alat
penjelasan kecemasan kontrasepsi kontrasepsi yang sesuai
berkurang dengan kriteria: 3. Berikan dengan kondisinya
Klien tampak tenang dan kesempatan pada 3. Dapat menurunkan
dapat memahami efek ibu untuk bertanya kecemasan klien dalam
samping penggunaan alat tentang memilih alat kontrasepsi
kontrasepsi. kerugian alat 4. Supaya klien dapat
Klien kooperatif dan mau b kontrasepsi beradaftasi terhadap
ekerjasama dalam pemasan 4. Berikan support pemasangan alat
gan alat kontrasepsi psikososial kepada kontrasepsi pada minggu
klien terhadap awal pemasangan
pemasangan alat
kontrasepsi

4. Tujuan Jangka Panjang: 1. Jelaskan efek 1. Menambah wawasan


klien tidak merasa malu samping dari KB /pengetahuan bagi klien
dengan keadaanya pil
2. Anjurkan klien 2. Untuk mempercepat
Tujuan jangka pendek: untuk konsultasi informasi lebih untuk
klien merasa percaya diri
dengan keadaanya dengan dengan spesialis menntukan intervensi
kriteria: kulit selanjutnya
Tidak malu untuk bergaul

5. upan: 1. Beritahu klien 1. Balutan yang basah


Infeksi dapat dicegah bahwa selama 48 merupakan media yang
jam pertama baik untuk pertumbuhan
Tupen: daerah insisi harus media yang baik untuk
Dalam 2 x 24 jam tidak ada dibiarkan kering pertumbuhan
tanda infeksi dengan 2. Jelaskan efek dari mikroorganisme
kriteria: pemsangan 2. Lebam dan perih bukan
- Luka kering implant, indikasi infeksi jika
Tidak ada tanda infeksi MOW/MOP hilang dalam beberapa
secara langsung hari
seperti lebam dan 3. Untuk mencegah
rasa perih terjadinya trauma
3. Hindari benturan, berlebih selain dari
gesekan dan tempat insisi
penekanan di 4. Dapat mencegah
daerah insisi ekspulsi batang implant,
4. Balutan jangan cara memungkinkan
dibuka dalam 48 menyebabkan infeksi
jam, plester 5. Memungkinkan klien
dipertahankan mendapat pertolongan
hingga luka lebih dini untuk
sembuh (biasanya mencegah kondisi lebih
5 hari) buruk
5. Anjurkan klien 6. Antibiotik untuk
kembali ke klinik mencegah infeksi
jika ada tanda
infeksi seperti
demam,
peradangan
selama beberapa
hari
6. Kolaborasi
pemberian terafi
antibiotik
Bab IV
Penutup

4.1 Kesimpulan
Pengertian dari KB yaitu tindakan yang membantu individu atau pasngan untuk
menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mengatur interval kelahiran, mengontrol
kartu keturunan dalam hubungan dengan umur pasanngan suami istri dan menentukan
jumlah anak dalam keluarga(Hartanto, 2003). Dalam pelaksanaan program KB
biasanya digunakan alat kontrasepsi yang digunakan untuk mengatur /mengendalikan
pertumbuhan penduduk khususnya di Indonesia. Pengertian dari kontrasepsi adalah
cara untuk mencegah terjadinya konsepsi yaitu bertemunya sel sperme dan ovum.
Dalam pelayanan KB ada berbagaimacam cara untuk mencegah konsepsi salah satunya
dengan menggunakan AKDR. Dalam penggunaan AKDR juga terdapat manfaat,
keuntungan serta kerugian dari penggunaan AKDR tersebut. Masalah yang timbul dari
penggunaan AKDR tersebut juga diharapkan bisa teratasi dengan beberapa cara antara
lain dengan memperhatikan cara pemakaian yang benar, efek samping serta konseling
bagi pengguna oleh tenaga kesehatan.
4.2 Saran
1. Bagi pengguna alat kontrasepsi AKDR Pengguna hendaknya mengetahui terlebih
dahulu alat kontrasepsi yang akan di pakai dengan cara bertanya hal yang ingin
diketahui ke tenaga kesehatan.
2. Bagi tenaga kesehatan
a) Sebagai tenaga kesehatan hendakna meningkatkan keterampilannya memasang
AKDR yang baik dan sesuai prosedur.
b) Sebelum memasang AKDR pada klien jangan lupa untuk melakukan
infomconsent pada klien.
DAFTAR PUSTAKA

Hanafi Hartanto.2007.Keluarga Berencana dan Kontrasepsi.Jakarta : YBPSP

Herti, 2007. Cara Tepat Memilih Alat Kontrasepsi Keluarga Berencana Yang Tepat Bagi Wa
nita. http://www.depkes.co.id/

http://makravela.blogspot.co.id/2016/05/kontrasepsi-mantap.html diakses tanggal 28 agustus


2016

Ida Ayu Chandranika.2010.Pedoman Penaganan Efek Samping / komplikasi Kontraepsi.

Jakarta : YBPSP

Prawihardjo, Sarwono. 2006. Buku panduan praktis pelayanan kontrasepsi. Jakarta : yayasan

bina pustaka

Anda mungkin juga menyukai