Anda di halaman 1dari 8

Laporan Praktikum Hari, tanggal : Rabu, 06 Februari 2019

Teknologi Bioindustri Golongan : P1


Dosen : Dr. Purwoko,STP, Msi
Asisten :
1. Wiwit Indriyani F34140064
2. Christoper Pranata F34140084

PRODUKSI BIOETANOL

Oleh:
Ricky Syahputra F34160002
Shinta Dewi F34160020
Aries Kurniawan F34160031

DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2019
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Energi sangat penting untuk kebutuhan makhluk hidup. Bermacam-macam
jenis energi dapat diperoleh dari alam. Ada energi yang dapat diperbarui dan ada
pula energi yang tidak dapat diperbarui. Energi yang tidak dapat diperbarui
berasal dari fosil seperti bahan bakar yang umumnya digunakan dalam kehidupan
sehari-hari. Energi ini akan habis karena digunakan ters menerus. Oleh karena itu ,
perlu adanya alternatif energi yang sifatnya dapat diperbarui. Sumbernya dapat
berasal dari limbah hasil pertanian. Sebagai negara agraris, Indonesia mempunyai
limbah biomassa yang berlimpah (walau data pasti belum ada), yang dapat
dimanfaatkan untuk menghasilkan energi alternatif seperti bioethanol dan
biodiesel yang ramah lingkungan.
Bioetanol dan biodiesel adalah energy alternatif yang banyak diproduksi di
dunia sampai saat ini. Etanol dapat diproduksi melalui beberapa cara, yaitu secara
kimiawi dengan bahan baku dari bahan bakar fosil atau melalui proses biologi
dengan cara fermentasi gula yang hasilnya berupa bioetanol. Bioetanol merupakan
energi alternatif yang ramah lingkungan dan makin banyak diproduksi dibanding
energi alternatif lain, seperti biodiesel. Etanol memiliki banyak manfaat yaitu
dapat dikonsumsi manusia sebagai bahan minuman beralkohol, dan sebagai
bahan baku farmasi dan kosmetika.
Etanol juga dimanfaatkan sebagai bahan cita rasa, obat-obatan dan
Produksi bioetanol dunia meningkat seiring dengan gejolak harga minyak.
Memproduksi etanol dapat dilakukan melalui fermentasi bahan baku yang murah,
seperti lignoselulosa dari limbah pertanian, kehutanan, dan tanaman yang
mempunyai kandungan biomassa tinggi makin meningkat. Pemanfaatan bahan
baku ini akan mengurangikekhawatiran akan persaingan penggunaan bahan
pangan untuk produksi energi.
Energi dari gula sederhana hasil hidrolisis lignoselulosa dapat difermentasi
menjadi etanol (Riyanti 2009). Bahan baku bioetanol mudah diperoleh dan selalu
tersedia sepanjang tahun dalam jumlah besar. Selain itu, substrat harus
mengandung gula sederhana yang cukup tinggi, yaitu glukosa, fruktosa, atau
sukrosa, sehingga dapat digunakan oleh Rhizopus oryzae, Zymomonas mobilis,
maupun Saccharomyces cerevisiae dalam tahap fermentasi (Purba 2009).

Tujuan

Praktikum ini bertujuan mempelajari proses produksi bioetanol serta


melakukan pengamatan terhadap sampel yaitu jumlah gas yang terbentuk, PH,
kadar gula, biomassa kering, dan kadar alkohol dengan waktu fermentasi yang
berbeda-beda.
METODOLOGI
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan erlenmeyer, wadah, otoklaf, spektrofotometer, labu
erlenmeyer dengan leher angsa, timbangan, inkubator, PH meter. Bahan yang
digunakan adalah Saccharomyces cereviseae, molases, air, larutan urea, asam
sulfat encer, asam sulfat 10%.
Metode

Saccaharomyces
cereviseae

Disiapkan

Diencerkan molases dengan air


(1:4) dalam erlenmeyer sebanyak
450 ml

Larutan urea dibuat pada


konsentrasi 1 g/l sebanyak 50 ml

PH kedua larutan diatur menjadi


4,5 dengan menggunakan asam
sulfat encer

Dibagi menjadi masing-masing 4


bagian

Disterilisasi dalam otoklaf 121°C


selama 15 menit dan
dinginkan
Dicampur secara aseptis dan
inokulasi dengan biakan khamir
sebanyak 1 lup

Labu erlenmeyer ditutup dengan


leher angsa yang diisi larutan
asam sulfat 10 %

Labu diberi label dan digunakan


untuk pengamatan jam ke 0, 24,
48, 72, 96

Masing-masing labu ditimbang

Diinkubasi pada suhu kamar

Dilakukan pengamatan terhadap


jumlah gas terbentuk, ph, kadar
gula, biomassa kering dan
alkohol

Hasil
pengamatan
HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Pengamatan

[Terlampir]

Pembahasan

Bioetanol (C2H5OH) adalah cairan biokimia pada proses fermentasi gula


dari sumber karbohidrat yang menggunakan bantuan mikroorganisme. Dalam
perkembangannya, produksi alkohol yang paling banyak digunakan adalah
metode fermentasi dan distilasi. Bahan baku yang dapat digunakan pada
pembuatan etanol adalah nira bergula (sukrosa): nira tebu, nira nipah, nira sorgum
manis, nira kelapa, nira aren, nira siwalan, sari buah mete; bahan berpati:
tepungtepung sorgum biji, sagu, singkong, ubi jalar, ganyong, garut, umbi dahlia;
bahan berselulosa (lignoselulosa): kayu, jerami, batang pisang, bagas dan lain-lain
(Galbe dan Zacchi 2002).Bioetanol merupakan etanol yang dihasilkan dari
fermentasi glukosa (gula) yang dilanjutkan dengan proses destilasi. Proses
destilasi dapat menghasilkan etanol dengan kadar 95% volume, untuk digunakan
sebagai bahan bakar (biofuel) perlu lebih dimurnikan lagi hingga mencapai 99%
yang lazim disebut Fuel Grade Ethanol (FGE). Proses pemurnian dengan prinsip
dehidrasi umumnya dilakukan dengan metode Molecular Sieve, untuk
memisahkan air dari senyawa etanol (Purwati 2016)
Secara umum, proses pengolahan bahan berpati seperti ubi kayu, jagung
dan sagu untuk menghasilkan bio-etanol dilakukan dengan proses urutan. Pertama
adalah proses hidrolisis, yakni proses konversi pati menjadi glukosa. Pati
merupakan homopolimer glukosa dengan ikatan a-glikosidik. Pati terdiri dari dua
fraksi yang dapat dipisahkan dengan air panas, fraksi terlarut disebut amilosa dan
fraksi tidak terlarut disebut amilopektin. Amilosa mempunyai struktur lurus
dengan ikatan a-(1,4)-D-glikosidik sedangkan amilopektin mempunyai struktur
bercabang dengan ikatan a-(1,6)-D-glikosidik sebanyak 4-5% dari berat total.
Prinsip dari hidrolisis pati pada dasarnya adalah pemutusan rantai polimer pati
menjadi unit-unit dekstrosa (C6H12O6). Pemutusan rantai polimer tersebut dapat
dilakukan dengan berbagai metode, misalnya secara enzimatis, kimiawi ataupun
kombinasi keduanya. Hidrolisis secara enzimatis memiliki perbedaan mendasar
dibandingkan hidrolisis secara kimiawi dan fisik dalam hal spesifitas pemutusan
rantai polimer pati. Hidrolisis secara kimiawi dan fisik akan memutus rantai
polimer secara acak, sedangkan hidrolisis enzimatis akan memutus rantai polimer
secara spesifik pada percabangan tertentu. Produksi ethanol/bio-ethanol (alkohol)
dengan bahan baku tanaman yang mengandung pati atau karbohydrat, dilakukan
melalui proses konversi karbohidrat menjadi gula (glukosa) larut air. Konversi
bahan baku tanaman yang mengandung pati atau karbohydrat dan tetes menjadi
bio-ethanol (Hanum 2013)
Proses pemurnian bioetnol dengan zeolit merupakan proses pemurnian
menggunakan prinsip penyerapan permukaan.zeolit adalah mineral yang memiliki
pori-pori berukuran sangat kecil. Sampai saat ini ada lebih dari 150 jenis zeolit
sintetis. Di alam zeolit terbentuk dari abu lahar dan materi letusan gunung berapi.
Zeolit juga bisa terbentuk dari materi dasar laut yang terkumpul selama ribuan
tahun. (Suwarji 2009). Untuk memurnikan etanol biasanya digunakan
penambahan solven atau dengan distilasi azeotrop.

Uji jumlah gas terhadap bioethanol dilakukan dengan cara mengukur


selisih antara bobot sebelum inkubasi dan setelah inkubasi. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Supriyanto dan Wahyudi (2012) bahwa secara teoritis, tiap molekul
glukosa akan menghasilkan 2 mol etanol dan 2 mol karbondioksida, dan
melepaskan energi. Dengan begitu, tiap jumlah gas karbondioksida yang
dihasilkan relevan dengan jumlah etanol yang dihasilkan. Gas yang dihasilkan
akan menguap sehingga akan terjadi pengurangan bobot dari bobot labu awal
yang berisi media dan mikroba sebelum diinkubasi. Waktu fermentasi pada
praktikum dilakukan pada jam ke 0, 24, 48, 72, 96, dan 120. Waktu inkubasi
memberikan pengaruh terhadap jumlah gas yang dihasilkan. Berdasarkan data
yang terlampir, diketahui bahwa jumlah gas yang terbentuk dengan nilai terkecil
yaitu pada jam ke-0 sejumlah 3 gram dan jumlah gas terbesar pada jam ke-120
sejumlah 11,4 gram. Menurut Styohadi (1993) waktu yang semakin lama pada
proses fermentasi akan memberikan kesempatan bagi enzim untuk merombak gula
menjadi alkohol semakin banyak. Berdasarkan data praktikum dapat disimpulkan
bahwa jumlah gas berbanding lurus dengan kadar alkohol, semakin banyak gas
yang dihasilkan maka semakin banyak alkohol yang terbentuk. Jam ke-120 yang
menghasilkan gas paling banyak dibandingkan waktu fermentasi lainnya.

Uji derajat keasaman (pH) dengan menggunakan alat pH meter adalah


sebuah metode pengukuran pH berdasarkan pengukuran aktifitas ion hidrogen
secara potensiometri/elektrometri dengan menggunakan pH meter(Volk 1993).
Pada prinsipnya pengukuran suatu pH adalah didasarkan pada potensial elektro
kimia yang terjadi antara larutan yang terdapat di dalam elektroda gelas
(membrane gelas) yang telah diketahui dengan larutan yang terdapat diluar
elektroda gelas yang tidak diketahui. Nilai pH pada prakrikum ini berkisar pada
3,9-4. Menurut Styohadi (1993) pH optimum untuk mikroba Sacharomycess
cerevisiae berkisar 4-5. Faktor pH sangat penting karena mempengaruhi
kelangsungan hidup mikroba. Apabila pH terlalu tinggi akan menyebabkan
terjadinya pembusukan larutan fermentasi, akibatnya mikroba akan mati. Selama
proses fermentasi pH selalu berubah-ubah. Basa dibutuhkan lebih banyak karen
larutan bersifat asam. Keasaman larutan selama proses fermentasi berasal dari
molases yang bersifat asam dan zat asam arang yang dilepaskan selama proses
fermentasi berlangsung. Suhu dan PH harus stabil saat fermentasi, sehingga
diperlukan pengadukan agar tidak terjadi penumpukan sakarosa pada bagian
bawah tabung serta pemerataan makanan bagi mikroba, sehingga mikroba tidak
hanya berkembang pada satu bagian saja.

Untuk menentukan kadar gula sisa pada molases setelah dijadikan bahan
baku bioetanol dapat melalui uji DNS. Prinsip uji ini adalah dalam suasana alkali
gula pereduksi akan mereduksi asam 3,5-dinitrosalisilat (DNS) dan membentuk
senyawa yang dapat diukur absorbansinya pada panjang gelombang 550 nm,
dengan pemanasan sebagai pengikat antara dua larutan. DNS akan menjaga
kestabilan hasil hidrolisis enzim dan mengikat gula sisa dari bioetanol
(Amykasim, 2008).
Pada pengujiankadar alkohol, digunakan alat berupa alkoholmeter atau
hidrometer. Alkoholmeter ini merupakan alat untuk mengukur berat jenis (atau
kepadatan relatif) dari cairan, yaitu rasio kepadatan cairan dengan densitas air.
Alat ini umumnya terbuat dari kaca dan terdiri dari sebuah batang silinder dan
bola pembobotan dengan merkuri untuk membuatnya mengapung. Cairan yang
akan diuji dituangkan ke dalam wadah yang tinggi, seringkali sebuah silinder
lurus dan hidrometer dengan perlahan diturunkan ke dalam cairan sampai
mengapung bebas. Pengoperasiannya didasarkan pada prinsip Archimedes bahwa
suspensi pada fluida akan didorong oleh kekuatan yang sama dengan berat fluida
yang dipindahkan. Dengan demikian, semakin rendah kerapatan zat tersebut, lebih
jauh hidrometer akan tenggelam. Pada pengujian, alkoholmeter yang diam akan
terapung kemudian skala kadar alkoholnya dapat dibaca pada miniskus bawah
destilat (Farx, 2012).

PENUTUP

Simpulan

DAFTAR PUSTAKA
Amykasim.2008.Cara Membuat Bioetanol.Surabaya(ID):Gramedia Pustaka
Farx.2012.Alkoholmeter dan Hidrometer.Jakarta(ID):Erlangga
Galbe, M. dan Zacchi, G., 2002. A Review of The Production of Ethanol From
Softwood: Applied Microbiology and Biotechnology. Application of
Microbiology Biotechnology. 59 : 618–628
Hanum, F., 2013. Pengaruh Massa Ragi dan Waktu Fermentasi Terhadap
Bioetanol dari Biji Durian. Jurnal Teknik Kimia USU 2(4)
Purba RP. 2009. Produksi etanol dengan variasi inokulum dan kadar pati jagung
pada kultur sekali unduh. [Thesis]. Yogyakarta (ID): Fakultas Tenobiologi,
Universitas Atmajaya Yogyakarta.
Purwati, L., 2016. Efektivitas Penggunaan Bioetanol dari Limbah Pulp Kakao
(Theobroma cacao L.) terhadap Lama Pembakaran Kompor Bioetanol.
Jurnal Sains dan Seni ITS. 5(1) : 2337-3520
Riyanti EI. 2009. Biomassa sebagai bahan baku bioetanol. Jurnal Litbang
Pertanian.28(3):101-110.
Styohadi.1993. Pengaruh Penggunaann Inokulum Yeast dan Lama Fermentasi
terhadap Produksi Alkohol yang Dihasilkan dari Limbah Molase. Skripsi.
Universitas Sumatera Utara.

Supriyanto, Tri dan Wahyudi. 2010. Proses Produksi Etanol oleh Saccharomyces
cerevisiae dengan Operasi Kontinyu padaKondisi
Vakum[THESIS].Semarang(ID):UNDIP
Volk, 1993. Mikrobiologi Dasar. edisi ke-5. Jakarta(ID): Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai