Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pengobatan oksigenasi Hiperbarik sudah ada seajk abad ke-16 digunakan
sebagai salah satu metode untuk menyembuhkan penyakit dan pengobatan. Tepatnya
di inggris tahun 1662 oleh Henshaw, Ruang Udara Bertekanan Tinggi /URBT
(hyperbaric chamber) digunakan untuk mengobati beberapa penyakit kulit dan
rickets.dan di prancis tahun 1834 dr junot megatakan adanya penyembuhan bermakna
pada pasien penyakit kardiopulmoner dan diobati dengan hiperbarik. Sedangkan pada
awal tahun 1900 di inggris dr john Haldane, berhasil menemukan tabel rekompresi
dan penyelaman, sampai sekarang tabel rekompresi ini masih dipakai dalam
pelayanan pengobatan.

Pengobatan Hiperbarik semakin berkembang pesat. Pada tahun 1956 dr. I.


Boerenia dari Belanda, melaporkan keberahasilan suatu tindakan pembedahan jantung
paru yang dilakukan dalam Ruang Udara Bertekanan Tinggi (RUBT), diikuti laporan
dr. W. Brummelkamp (1961) bahwa terapi oksigen hiperbarik dapat digunakan
sebagai secara lain terapi gangren dengan menghambat infeksi anaerob pada kaki
pasiennya, sejak saat itu pengobatan hiperbarik ini tersebar luas dan telah digunakan
diberbagai negara.

Disamping sebagai pengobatan utama pada penyakit-penyakit akibat


penyelaman, saat ini hiperbarik juga telah digunakan di Indonesia sebagai pengobatan
tambahan dan pengobatan pilihan lain dalam terapi untuk membantu penyembuhan
berbagai penyakit klinis, serta penyembuhan luka infeksi, luka bakar, membantu
penyembuhan komplikasi diabetes, serta untuk kesehatan dan kebugaran, terutama
pasien lanjut usia.
Untuk mendukung penggunaan hiperbarik sebagai bagian dari pelayanan medik yang
aman, bermanfaat, terjangkau, maka diperlukan adanya suatu standar yang dapat
dijadikan acuan pelayanan medik hiperbarik.
Adanya standar pelayanan hiperbarik ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas dan
keamanan pelayanan, serta melindungi masyarakat penerima pelayanan dan pelaksana
pealyanan dari segi hukum.

B. Tujuan
1. Tujuan umum
Tersusunnya standar pelayanan medik hiperbarik dalam rangka terselanggaranya
pelayanan medik hiperbarik yang bermutu, aman, dan terjangkau di sarana
palayanan kesehatan.
2. Tujuan khusus
a. Terselenggaranya pelayanan medik hiperbarik yang berkualitas sebagai
pengobatan yanag utama maupun pengobatan tambahan di sarana pelayanan
kesehatan
b. Tersedianya standar pelayanan medik hiperbarik yang dapat menjadi acuan
bagi pelaksana pelayanan medik hiperbarik.
c. Tersedianya perlindungan kepada masyarakat dan pelaksana pelayanan medik
hiperbarik.

BAB II
RUANG LINGKUP

A. Pelayanan medik hiperbarik adalah pengobatan oksigenasi hiperbarik yang


dilaksanakan di sarana pelayanan dengan menggunakan Ruang Udara
Bertekanan Tinggi (RUBT) dan pemberian pernapasan oksigen murni
(O2=100%) pada tekanan lebih dari satu atmosfer dalam jangka waktu tertentu.
B. Sarana pelayanan kesehatan untuk pelayanan medik hiperbarik adalah
1. Rumah sakit kelas A, B, C, D, serta puskesmas yang memiliki ketentuan
sebagai berikut :
a. Sarana pelayanan kesehatan yang terletak di tepi pantai yang menjadi
lintasan dan atau tempat persinggahan kegiatan kelautan serta kegiatan
penyelaman.
b. Sarana pelayanan kesehatan yang terletak didaerah wisata penyelaman
dan resort penyelaman (dive resort)
c. Sarana pelayanan kesehatan merupakan jejaring pelayanan medik
hiperbarik, baik yang terdaftar untuk menunjang kegiatan kelautan
maupun yang memiliki Kerja Sama Operional (KSO) dengan pusat
rujukan pelayanan medik hiperbarik diwilayah tersebut
2. Kapal Rumah Sakit Hiperbarik Multifungsi, yaitu kapal yang dilengkapi
RUBT ruang ganda, RUBT ruang tunggal untuk pemakaian tipe rumah
sakit, serta RUBT pengangkut Tipe L.
C. Penggunaan pengobatan hiperbarik terbagi sebagai berikut:
1. Sebagai pengobatan utama,yaitu untuk penyakit-penyakit akibat
penyelaman dan kegiatan kelautan :
a. Penyakit dekompresi
b. Emboli Udara
c. Luka Bakar
d. Crush Injuri
e. Keracunan gas karbomonoksida (CO)
2. Sebagai pengobatan tambahan yaitu untuk :
a. Gas gangren
b. Komplikasi daibetes melitus (ganggren diabeticum)
c. Eritema Nodosum
d. Osteomyelitis
e. Buerger’s disease
f. Morbus hansen
g. Psoriasis vulagaris
h. Edema serebral
i. Kleroderma
j. Lupus erimatosus (LSE)
k. Rhematoid artiris
3. Sebagai pengobatan lain, yaitu untuk :
a. Pelayanan kesehatan dan kebugaran
b. Pelayanan kesehatan olahraga
c. Pasien lanjut usia geriatri
d. Dermatologi dan kecantikan
4. Sebagai penunjang diagnostik, yaitu untuk pasien rawat inap dengan:
a. Penyakit dengan dekompresi berat dengan kelumpuhan (parese &
plegi)
b. Penyakit dengan dekompresi berat dengan pnemonia
c. Penyakit dengan dekompresi berat dengan disertai penyakit jantung
d. Penyakit dengan dekompresi berat dengan incontinentia urin dan
hematuria
Untuk kasus-kasus diatas dilaksanakan rawat bersama antara pelayanan
medik hiperabrik dengan SMF RS yang terkait.
BAB III

TATA LAKSANA

Jenis tindakan dan pelayanan

a. Di puskesmas
Melakukan anamnesa
Melakukan pemeriksaan fisik, dengan inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi
Melakukan tindakan hiperbarik dengan penderita dekompresi (DCS) maupun arterial
gas emboli (AGE) yang pasiennya sadar dengan dekompresi di dalam air yang
memakai O2 dengan alat selam SSBA
Merujuk ke fasilitas pelayanan hiperbarik yang lebih mampu jika diperlukan

b. Rumah sakit tipe D dan C


Melakukan anamnesa
Melakukan pemeriksaan fisik, dengan inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi. Pada
penderita dekompresi (DCS), arterial gas emboli (AGE) dan pada penderita kasus-
kasus klinis terabatas bertujuan untuk mendeteksi kompikasi

Anda mungkin juga menyukai