DENPASAR
2019
KATA PENGANTAR
Om Swastyastu,
Puji syukur saya haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa / Ida Sang Hyang
Widhi Wasa karena atas karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Studi Biofarmasetika Sediaan Obat Melalui Kulit” selesai tepat pada
waktunya.
Penulis,
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
BAB III PENUTUP
BAB I
PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
lemak atau antara sel-sel dari selaput tanduk. Sebenarnya bahan obat
akan tetapi penetrasi semacam itu bukan absorbsi perkutan yang benar.
Apabila kulit utuh, maka cara utama untuk penetrasi obat umumnya
menjadi jalur yang penting bagi penetrasi obat yang diberikan secara
yang efisien bagi zat yang berpenetrasi melalui kulit. Pada jalur
terionkan dan sebagian dalam bentuk tak terionkan. Hanya fraksi zat
aktif yang tak terionkan dan larut dalam lemak yang dapat melalui
b. Aliran darah
Secara teoritis, perubahan sirkulasi pada daerah perifer, atau
perubahan aliran darah pada kulit (jaringan dermis), dapat
mempengaruhi absorbsi perkutan. Di mana dengan meningkatnya
aliran darah, maka waktu yang dimiliki zat aktif untuk berada pada
jaringan dermis akan berkurang, dengan demikian gradien konsentrasi
zat aktif yang berpenetrasi melalui kulit akan meningkat (Barry, 1983).
c. Tempat pemakaian
Jumlah yang diserap untuk suatu molekul yang sama akan berbeda dan
hal ini tergantungpada ketebalan stratum korneum dan kerapatan
folikel rambut, maupun kelenjar keringat yang terdapat di kulit (Barry,
1983).
d. Perbedaan spesies
Kulit mamalia dari spesies yang berbeda akan menunjukkan beberapa
perbedaan karakteristik dari segi anatomi (Barry, 1983).
Persyaratan bahan yang digunakan sebagai peningkat penetrasi antara lain (Williams
dan Barry, 2004) :
Penyerapan perkutan dapat diteliti berdasarkan dua aspek utama yaitu penyerapan
sistemik dan lokalisasi senyawa dalam struktur kulit. Dengan cara in vitro dan in
vivo dapat dipastikan intasan penembusan dan tetapan permeabilitas, serta
membandingkan efektivitas dan berbagai bahan pembawa (Robert L, dkk.1989)
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.1.1 Kulit merupakan barier protektif yang memiliki fungsi vital seperti
perlindungan terhadap kondisi luar lingkungan baik dari pengaruh fisik
maupun pengaruh kimia, serta mencegah kelebihan kehilangan air dari
tubuh dan berperan sebagai termoregulasi. Kulit terdiri dari dua lapisan
yang berbeda, lapisan luar adalah epidermis yang merupakan lapisan epitel
dan lapisan dalam yaitu dermis yang merupakan suatu lapisan jaringan
ikat.
3.1.2 Ada beberapa keuntungan dan kerugian sediaan obat melalui kulit,
keuntungan nya : obat memiliki onset (mula kerja) yang cepat, efek obat
dapat diramalkan dengan pasti, biovaibilitas sempurna atau hampir
sempurna, kerusakan obat dalam saluran pencernaan dapat dihindarkan,
obat dapat diberikan kepada penderita yang sakit keras atau yang sedang
koma. Sedangkan kerugian sediaan obat melalui kulit yitu : dapat
menimbulkan rasa nyeri atau sakit pada saat disuntik, apalagi
pemberiaannya berulang, memberikan efek psikologis pada pasien yang
takut disuntik, bila terjadi kekeliruan pada saat pemberian, maka hampir
tidak dapat diperbaiki, bila obat sudah masuk kedalam tubuh pasien, maka
sulit untuk ditarik kembali atau dikeluarkan, obat hanya dapat diberikan
kepada pasien di rumah sakit,atau di tempat praktek dokter dan hanya
dapat dilakukan oleh perawat yang berpengalaman.
3.1.3 Rute penghantaran obat melalui kulit ada dua cara, yang pertama yaitu
penetrasi obat melalui kulit, obat dapat mempenetrasi kulit yang utuh
setelah pemakaian topikal melalui dinding folikel rambut, kelenjar
keringat atau kelenjar lemak atau antara sel-sel dari selaput tanduk. Yang
kedua yaitu difusi melalui membrane, difusi merupakan suatu proses
ketika obat melewati membran agar molekul-molekul menurunkan gradien
konsentrasinya. Penembusan terjadi karena adanya perbedaan konsentrasi
tanpa memerlukan energi, sehingga mencapai kesetimbangan dikedua
membran.
3.1.6 Jumlah senyawa yang diserap melalui jalur perkutan sangat sedikit dan
pada umumnya sulit diketahui, bahkan kadang tidak mungkin, hal ini
karena sensitivitas dari metode penentuan kadar berdasarkan sifat fisika
kimia yang dgunakan sering tidak memadai. Pemakaian molekul berlabel
dilakukan untuk mengatasi masalah analitik yaitu metode dengan berbagai
teknik yang digunakan mempunyai sensitivitas tinggi dan spesifitas yang
mutlak.
3.2 Saran
Anief M. 1991. Apa Yang Perlu Diketahui tentang Obat. Yogyakarta: UGM
Ansel, H. C., 2008, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, ed IV, Alih bahasa
Ibrahim, F. Jakarta : UI Press.
Barry B.W., 1983, Dermatological Formulation, Marcell Dekker Inc., New York.
Katzung B. G. 2007. Basic and Clinical Pharmacology. 10th ed. Boston: McGraw
Jadhav, K.J., dan Sreenivas S.A. (2012). Riview On Chemical Permeation
Enhancer Used Transdermal Drug Delivery System. International
Journal Of Science Innovations And Discoveries. (6): 204-217.
Latifah R., Djide M.N., Sediaan Farmasi Steril. Lembaga Penerbit Universitas
Hasanuddin (Lephas). Makassar. 2009.
Prajapati TS, Patel CG., Patel CN.. Transfersomes: A Vesicular Carrier System for
Transderma Drug Delivery. Asian Journal of Biochemical and
Pharmaceutical Research Issue 2 (Vol 1) 2011
Shargel, L., Yu, A., and Wu, S., 2005, Biofarmasetika dan Farmakokinetika
Trommer, H., dan Neubert, R.H.H. (2006). Overcoming The Stratum Corneum:
The Modulation of Skin Penetration. Skin Pharmacology and
Physiology. 19: 106-121.
Williams, A. C., dan Barry, 2004, Penetration Enhancer, Advanced Drug Delivery
Review, No.56, 603-618.